meningitis bakteri

Upload: leroy-christy-cay-dewy

Post on 02-Mar-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lll

TRANSCRIPT

Meningitis Bakteri

Diagnosa Banding

Dewanto George et all. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Syaraf. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 40

KomplikasiSelama pengobatan, komplikasi meningitis karena pengaruh infeksi CSS atau sistemik adalah lazim. Komplikasi neurologis termasuk kejang-kejang, kenaikan tekanan intracranial, kelumpuhan saraf cranial, stroke, thrombosis sinus venosus dura, dan efusi subdural.Efusi subdural terutama lazim pada bayi. Efusi subdural gejalanya dapat menyebabkan pencembungan fontanela, pelebaran sutura, pembesaran lingkar kepala, muntah, kejang-kejang, demam dan hasil transiluminasi kranial abnormal. Namun banyak dari manifestasi ini juga ada pada penderita meningitis tanpa efusi subdural. Sindrom sekresi hormone antidiuretik yang tidak tepat (syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone {SI-ADH}) terjadi pada kebanyakan penderita meningitis, menimbulkan hiponatremia dan penurunan osmolalitas serum pada 30-50%. Ini dapat memperburuk edema serebral atau secara tidak lagsung menimbulkan kejang hiponatremia. Kemudian dalam perjalanan terapi, diabetes insipidus sentral dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi hipotalamus atau pituitari.Demam biasanya sembuh lebih awal pada penderita dengan penyakit meningokokus atau pneumokokus daripada penderita meningitis. Demam yang lama biasanya karena disertai oleh infeksi virus, infeksi bakteri nosokomial atau sekunder, tromboflebitis atau reaksi obat yang menyertai. Perikarditis atau arthritis dapat terjadi pada penderita yang sedang menjalani pengobatan meningitis. Pada umumnya, perikarditis atau arthritis infeksiosa terjadi lebih awal dalam perjalanan pengobatan daripada penyakit yang disertai imun. Demam sekunder merujuk pada pemunculan kembali kenaikan suhu sesudah interval tidak demam.Trombositosis, eosinofilia dan anemia dapat timbul selama terapi untuk meningitis. Anemia dapat terjadi karena hemolisis dan paling sering ditemukan pada penyakit H. influenza. Pilihan lain, anemia dapat karena supresi sumsum tulang. DIC paling sering disertai dengan pola penyajian progresif cepat dan ditemukan paling sering pada penderita dengan syok dan purpura (purpura fluminan). Kombiasi endotoksemia dan hipotensi berat mencetuskan kaskade koagulasi; bersama thrombosis yang sedang berjalan dapat menimbulkan gangren perifer simetris.Behrman Richard, Kliegmen Robert, Arvin Ann. 2004. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 875-876