menetapkan tujuan da sasaran kurikulum · web viewsasaran umum lebih cenderung digunakan untuk...

33
MENETAPKAN TUJUAN DAN SASARAN KURIKULUM (Setting Curriculum Goals and Objectives) TERJEMAHAN CHAPTER 7 CURRICULUM DEVELOPMENT IN VOCATIONAL AND TECHNICAL EDUCATION Planning, Content, and Implementation Curtis R. Finch & John R. Crunkilton Virginia Polytechnic Institute and State University Allyn and Bacon, Inc. Diterjemahkan Oleh : EDI SUPANDRI MASCHANDRA RUSMAN ISKANDAR PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN KEJURUAN

Upload: lamminh

Post on 08-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MENETAPKAN TUJUAN DANSASARAN KURIKULUM(Setting Curriculum Goals and Objectives)

TERJEMAHAN

CHAPTER 7CURRICULUM DEVELOPMENT

IN VOCATIONAL AND TECHNICAL EDUCATIONPlanning, Content, and Implementation

Curtis R. Finch &

John R. CrunkiltonVirginia Polytechnic Institute and State University

Allyn and Bacon, Inc.

Diterjemahkan Oleh :

EDI SUPANDRIMASCHANDRA

RUSMAN ISKANDAR

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN KEJURUANFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG2010

Menetapkan Tujuan dan Sasaran Kurikulum(Setting Curriculum Goals and Objectives)

Pengantar

Membentuk keserasian tujuan dan sasaran merupakan salah satu langkah yang paling penting dalam pengembangan kurikulum. Tanpa sasaran berkualitas, kurikulum mungkin melantur (wander) dari topik ke topik dan menghasilkan siswa yang tidak siap untuk bekerja (unprepared for employment). Orang Sering dapat menemukan referensi dalam literatur untuk tujuan, sasaran umum, tujuan khusus, tujuan akhir (terminal), tujuan yang memungkinkan (sementara), sasaran kinerja, serta yang lain. Kenyataannya, pemahaman yang jelas dari masing-masing diperlukan jika pengembang kurikulum bermaksud untuk memahami dan menangani dasar kesamaan dan perbedaan dari tujuan dan sasaran dimaksud.

Bab ini menangani berbagai jenis hasil (lulusan) kurikulum (currukular) serta bagaimana tujuan dan sasaran dapat dibuat untuk digunakan dalam pendidikan kejuruan dan pendidikan teknik. Contoh-contoh spesifik disertakan untuk membantu menjelaskan perbedaan antara tujuan dan sasaran serta untuk menunjukkan bagaimana Tujuan dan Sasaran Kurikulum dapat dibuat lebih baik.  Hasil (lulusan) Kurikulum

pengembangan hasil (lulusan) yang berarti, bagi kurikulum dapat menjadi salah satu tugas paling menyebalkan dan memakan waktu yang dihadapi seorang pendidik. Hal ini terutama berlaku jika individu (pendidik) mempersiapkan mereka yang tidak terbiasa dengan berbagai jenis tujuan dan sasaran. Sebelum berhubungan langsung dengan tujuan, pendidik harus menyadari bahwa (mutu) hasil (lulusan) pendidikan kejuruan adalah yang terpenting. Hasil (lulusan) dapat mewakili hasil (lulusan) dari program (yang dilaksanakan) atau sejauh mana siswa menunjukkan kompetensi setelah isi dari kurikulum tertentu telah diajarkan. Selain itu, orang yang mengembangkan kurikulum harus mengakui bahwa terdapat hasil (lulusan) yang lebih terukurdari pada hasil (lulusan) yang lain, dan pada kenyataannya beberapa di antaranya mungkin terukur.

Hasil (lulusan) yang Terukur

Hasil (lulusan) yang terukur dalam pendidikan kejuruan dan teknik dapat mengambil banyak bentuk, misalnya, seorang mahasiswa mengidentifikasi dua puluh alat-alat pertukangan, membauat kue sesuai dengan petunjuk pada resep (masakan), atau mengisi (melengkapi) formulir lamaran kerja. Pada kenyataannya, hasil (lulusan) yang terukur merupakan hasil (lulusan) yang dapat dinilai dengan data kuantitatif atau dapat dinilai secara objektif.

Hasil (lulusan) yang tidak terukur

Hal ekstrim lain yang merupakan hasil (lulusan) yang cenderung tidak terukur. Contoh dari hasil (lulusan) ini mungkin bahwa seorang siswa dapat mengembangkan apresiasi (penghargaan) pada dunia kerja (work in society), mengembangkan kemampuan untuk menggunakan waktu luang dengan bijak, atau bentuk sikap yang kondusif untuk bekerja dalam kerja kelompok (group setting). Seperti dapat dilihat, pengukuran kinerja siswa yang terkait dengan hasil (lulusan) ini akan sangat sulit dilakukan. Hal ini bukan (dimaksudkan) untuk mengatakan hasil tidak terukur adalah tidak

diinginkan dalam pendidikan kejuruan. Tiga contoh yang baru saja disebut, serta sejenis hasil lainnya, merupakan aspek penting dari pendidikan kejuruan.

Setiap kurikulum kejuruan akan memiliki dua (kategori) hasil (lulusan) yaitu hasil (lulusan) terukur dan hasil (lulusan) yang tidak terukur, sehingga tujuan yang dikembangkan harus berbicara untuk kedua jenis (hasil –lulusan- tersebut). Aturan dasar yang harus diikuti oleh pengembang kurikulum adalah bahwa jumlah yang memadai dari hasil (lulusan) yang terukur diidentifikasi untuk menjamin kompetensi siswa yang diukur melalui kinerja objektif siswa di bidang kritis (penting) pada area kejuruan atau teknik. Hal ini memungkinkan program kejuruan untuk dievaluasi lebih akurat dalam hal kompetensi hasil (lulusan) dan membantu dalam membuat pendidikan kejuruan lebih bertanggung jawab ketika kurikulum tersebut sedang dievaluasi.

Jenis-jenis tujuan dan sasaran  Membentuk keserasian antara tujuan dan sasaran yang realistis membutuhkan pengembang kurikulum yang akrab (memahami) dengan persamaan dan perbedaan (antara tujuan dan sasaran dimaksud). Sebuah diskusi tentang tujuan dan sasaran dengan contoh-contoh yang diberikan untuk membantu memperjelas aspek-aspek yang unik dari masing-masing perbedaanya adalah sebagai berikut:

Tujuan

Tujuan sangatlah luas (tidak terukur) untuk capaian atau manfaat dari kurikulum pendidikan secara keseluruhan atau bahkan lebih dari itu, dalam beberapa kasus, luasnya hasil (lulusan) daharapkan dipeoleh melalui program yang spesifik. Manfaat dari setiap tujuan adalah untuk memberikan arah dan memberikan dasar pada pengembangan tujuan umum dan tujuan khusus yang lebih rinci. Karena berbagai tujuan telah dikembangkan pemerintah, Negara bagian , dan tingkat lokal, sering dengan sangat mudah menemukan laporan (tentang tujuan dan sasaran) yang sejalan dengan erat dengan sekolah atau kurikulum tertentu.

Sebuah kajian ulang terhadap laporan tujuan untuk sebuah jenis sekolah lokal digunakan untuk menggambarkan bagaimana tujuan biasanya dinyatakan. Tujuan ini cenderung akan meluas dan tidak terukur dan berusaha untuk mencerminkan filosofi masyarakat (to reflect the philosophy of community). Contoh pernyataan tujuan untuk sebuah sekolah tinggi lokal (daerah) mungkin termasuk yang berikut ini:

Siswa akan:Menjadi kompeten dalam keterampilan akademik dasar;Menjadi (dapat) memenuhi syarat untuk melajutkan pendidikan dan / atau

mengembangkannya (kemampuannya);Berpartisipasi sebagai warga negara yang bertanggung jawab;Mengembangkan citra diri yang positif dan realistis ;Menunjukkan tanggung jawab untuk peningkatan keindahan (beauty) dalam

kehidupan sehari-hari mereka;Menerapkan keserasian antara kebiasaan (perilaku) dan kesehatan pribadi.

Tujuan umum seringkali dibuat untuk daerah kurikuler tertentu. Sebagai contoh, tujuan yang dipilih berikut ini mungkin tepat untuk konsumen dan pendidikan pekerjaan rumah tangga (PKK):

The Consumer and Homemaking Education Departement at Washington High School Will :

(Departemen Pendidikan Konsumen dan Rumahtangga pada Sekolah Tinggi di Washington akan) :

Memberikan persiapan untuk mengisi lowongan dari pekerjaan rumah tangga bagi pemuda dan orang dewasa dari kedua jenis kelamin tersebut;

Berkontribusi pada pekerjaan rumah tangga dan kemampuan untuk mempekerjakan pemuda dan orang dewasa dalam peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah;

Mendorong minat dalam pekerjaan rumah yang berhubungan dengan karir pekerjaan dan ekonomi rumahtangga;

Mengembangkan kompetensi dalam kecerdasan praktek konsumen dan pangsa pasar.

 Meneliti lebih dekat contoh-contoh tersebut, seseorang dapat memvisualisasikan kesulitan yang mungkin timbul apabila hasil-hasil (lulusan) yang terukur itu harus ditemukan dari tujuan tersebut. Tujuan dapat dan memang melayani penggunaan yang tepat dalam memberikan arah pengembangan lebih lanjut untuk sasaran tertentu, namun mereka tidak pernah menjadi sebagai pengganti dari tujuan khusus tersebut. Tujuan yang luas juga dapat memberikan dasar untuk diskusi dalam menentukan arah bahwa program pendidikan harus dilakukan. Sasaran Umum

Sasaran umum mirip dengan tujuan yang cenderung menjadi pernyataan yang luas dan biasanya tidak terterukur. Perbedaan utama tampaknya terjadi dalam penggunaan sasaran umum. Sasaran umum lebih cenderung digunakan untuk program pendidikan kejuruan atau teknik atau muncul sebagai sasaran umum dalam suatu silabus mata kuliah tertentu. Pada kenyataannya, tujuan dan sasaran umum kadang-kadang saling bertukar menjadi titik di mana perbedaan yang jelas antara keduanya adalah mustahil. Contoh sasaran umum dapat mencakup:

 Sasaran umum untuk Akuntansi I di Coolidge Community College adalah untuk

mengembangkan:

Keterampilan khusus yang terkait dengan pekerjaan entry level sebagai akuntan;

Relevan yang berkaitan dengan pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan akuntansi;

Hubungan sikap manusia yang tepat yang terkait dengan pekerjaan akuntansi.

Sementara tiga sasaran umum mungkin muncul pada pandangan pertama untuk fokus pada persiapan khusus untuk suatu pekerjaan tertentu, segera menjadi jelas bahwa mereka menentang pengukuran. Keterampilan, pengetahuan, dan sikap belum ditetapkan, dengan demikian seorang guru akan mengalami kesulitan menentukan kapan seorang siswa telah memenuhi sasarannya. Menggunakan sasaran-sasaran untuk menjawab pertanyaan seperti, "Apa yang akan murid-murid ini bisa dilakukan ketika Anda sedang mengajari mereka?" (Broadwell, 1969) Dapat menjadi sangat sulit dan bahkan mungkin memalukan!

Sasaran Khusus

Tujuan spesifik-atau kinerja sasaran, banyak yang lebih suka menyebut mereka-tepatnya, laporan terukur sikap tertentu yang akan ditunjukkan oleh pengajar dalam kondisi tertentu. Sasaran kinerja berbeda dari sasaran umum baik dalam kejelasan dan kekhususannya dalam kegiatan yang akan diujukkan (to be performed) serta tingkat kinerja yang dapat diterima, dan kondisi di mana kinerja harus dilakukan (Mager, 1962).

Untuk setiap sasaran umum yang telah dikembangkan, setidaknya satu sasaran kinerja harus ditetapkan untuk menunjukkan ketepatan dari apa yang diharapkan siswa. Kenyataannya, beberapa sasaran sasaran khusus atau sasaran kinerja biasanya perlu dikembangkan untuk setiap sasaran umum dalam rangka untuk memastikan bahwa siswa mengembangkan kompetensi yang terkait dengan sasaran umum. Contoh tujuan khusus adalah:

 Diberikan aturan melipat 6‘, dari 2' panjang dari 3/8” diameter pipa tembaga,

memegang peraalatan, gergaji besi, dan alat untuk membesarkan lubang, mengukur dan memotong 6" dari panjang pipa tembaga. Toleransi ± 1/8" diizinkan untuk kengangan dipotong. Semua ketidakrataan harus dibuang (dibersihkan) dari ujung dipotong.

 Diberikan sampel dari spesimen rumput, siswa dapat mengidentifikasi ujung daun,

kelopak, daun, dan ligule dengan akurasi 100 persen.

Pembentukan sasaran kinerja memungkinkan siswa untuk tahu persis kinarja apa yang diharapkan dan untuk gelar (tingkat) apa yang harus dipertunjukkan. Sasaran kinerja memberikan arah yang jelas bagi guru dalam memilih informasi teknis dan bahan kurikulum. Selanjutnya, setiap sasaran kinerja berfungsi sebagai kontributor untuk mencapai sasaran umum dan akhirnya memenuhi tujuan kurikulum.  Dasar dari Bentuk Tujuan Pendidikan

Pernyataan tujuan dapat ditemukan pada semua tingkatan pendidikan. Hampir semua dari pernyataan tersebut cenderung sangat luas dan dinyatakan dalam istilah tidak terukur. Sebelum pengembangan dari pernyataan tujuan dimulai, seseorang harus menjadi akrab (memahami) dengan tujuan-tujuan yang telah telah ditetapkan pada berbagai tingkat pendidikan dan yang mungkin memiliki pengaruh langsung pada proses pengembangannya. Pengembangan dari tujuan tersebut haruslah berhubungan pada filsafat, diskusi lebih lanjut, bagaimanapun tidak akan dipilih sebagai dampak dari filsafat pada tujuan dan program pendidikan, sejak topik ini telah dibahas dalam Bab 5.

Tujuan nasional untuk pendidikan

Persiapan dari tujuan nasional untuk pendidikan dijanjikan kembali pada upaya awal dalam menyediakan pendidikan berkualitas bagi generasi muda kita. Salah satu upaya awal dan paling berpengaruh berhubungan dengan pengembangan tujuan yang masih memiliki banyak dampak hari ini berisi dari Tujuh Prinsip Kardinal (Reformasi dari Pendidikan Lanjutan, 1973). (the Seven Cardinal Principles (the Reform of Secondary education, 1973) Prinsip-prinsip tersebut adalah:

Untuk mengamankan perintah (aturan hukum) dari proses dasar negara;

Untuk mengembangkan kebiasaan kewarganegaraan yang baik;

Untuk memelihara kesehatan yang baik dan kebiasaan yang aman;

Untuk mengembangkan cita-cita sebagai anggota rumahtangga yang layak;

Untuk mengembangkan rasa karakter yang sopan;

Untuk memoles/memperbaiki latar belakang efisiensi kejuruan;

Untuk mengembangkan kegiatan sosial sebagai aktivitas mengisi waktu luang.

Sementara tujuan tersebut dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada tahun 1918, substansi dari masing-masing tujuan tersebut masih dapat ditemukan pada hari ini dalam banyak pernyataan tujuan.

Beberapa upaya nasional yang besar lainnya dilakukan setelah 1918 untuk merevisi Tujuh Prinsip Asli Kardinal. Pada tahun 1938, empat tujuan yang luas dituangkan dalam Tujuan Pendidikan dalam Demokrasi Amerika. Konferensi Pendidikan Gedung Putih pada tahun 1955 dikembangkan empat belas tujuan dasar pendidikan, dan pada tahun 1961, The National Education Association (Asosiasi Pendidikan Nasional) menekankan benang merah pendidikan sebagai "kemampuan untuk berpikir."

Upaya yang lebih baru untuk mengembangkan tujuan yang luas dari pendidikan terjadi pada 1973, ketika delapan belas laporan dikembangkan oleh Phi Delta Kappa berdasarkan survei dari anggota yang dipilih secara acak (Phi Delta Kappa, 1973). Delapan belas tujuan tersebut disajikan di sini, karena Delapan Belas Tujuan tersebut memiliki banyak relevansi untuk siapa saja yang mengembangkan tujuan pendidikan.

1. Mengembangkan kemampuan dalam membaca. menulis, berbicara. dan mendengarkan.A. Mengembangkan kemampuan untuk mengkomunikasikan gagasan dan

perasaan secara efektif.B. Mengembangkan ketrampilan dalam bahasa Inggris lisan dan tertulis.

2. Mengembangkan kebanggaan dalam pekerjaan dan perasaan harga diri A. Mengembangkan rasa kebanggaan siswa dalam prestasi dan

kemajuannyaB. Mengembangkan pemahaman diri dan kesadaran diri.C. Mengembangkan perasaan siswa akan harga diri positif, Keamanan,

dan tanggungjawab pribadi.

3. Mengembangkan karakter yang baik dan menghormati diri sendiri.A. Mengembangkan tanggung jawab moral yang selaras dan perilaku yang

sopan.B. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mendisiplinkan diri sendiri

untuk bekerja, belajar, dan bermain konstruktifC. Mengembangkan rasa moral dan kesopanan dari nilai-nilai, dan proses

dari tujuan masyarakat bebas.D. Mengembangkan standar karakter pribadi dan ide-ide

4. Mengembangkan keinginan untuk belajar masakini dan di masa depan.A. Mengembangkan rasa ingin tahuan secara intelektual dan semangat

untuk belajar seumur hidupB. Mengembangkan sikap positif terhadap pembelajaranC. Mengembangkan sikap positif terhadap kebebasan pendidikan

berkelanjutan.

5. Belajar untuk menghormati dan bergaul dengan orang-orang dengan siapa kita bekerja dan dengan siapa kita hidup.A. Mengembangkan apresiasi dan penghormatan terhadap nilai dan

martabat individu.B. Mengembangkan penghargaan terhadap nilai serta pemahaman

pendapat minoritas dan penerimaan keputusan mayoritasC. Mengembangkan sikap kooperatif terhadap hidup dan bekerja dengan

orang lain.

6. Belajar cara memeriksa (mempercayai) dan menggunakan informasi.A. Mengembangkan kemampuan untuk memeriksa secara konstruktif dan

kreatif.B. Mengembangkan kemampuan untuk menggunakan metode ilmiah.C. Mengembangkan kemampuan penalaran.D. Mengembangkan keterampilan untuk berpikir dan bertindak secara logis.

7. Mendapatkan pendidikan umum.A. Mengembangkan latar belakang dan kemampuan dalam menggunakan

angka, ilmu alam, matematika, dan ilmu sosial.B. Mengembangkan dasar informasi dan konsep.C. Mengembangkan minat dan kemampuan khusus.

8. Belajar bagaimana menjadi warga negara yang baik.A. Mengembangkan kesadaran akan hak-hak sipil dan tanggung jawabnya.B. Mengembangkan sikap untuk menjadi warga negara yang produktif

dalam demokratis.C. Mengembangkan sikap hormat terhadap kepemilikan pribadi dan publik.D. Mengembangkan pemahaman tentang kewajiban dan tanggung jawab

kewarganegaraan.

9. Belajar cara dan mencoba untuk memahami perubahan yang terjadi di dunia.A. Mengembangkan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan

perubahan masyarakat.B. Mengembangkan kesadaran dan kemampuan untuk menyesuaikan

dengan dunia yang berubah dan masalah-masalahnya.C. Mengembangkan pemahaman tentang masa lalu, identitas dengan

kemampuan, sekarang dan untuk memenuhi masa depan.

10. Memahami dan praktek ide-ide demokrasi dan cita-cita.A. Mengembangkan kesetiaan kepada cita-cita demokrasi Amerika.B. Mengembangkan patriotisme dan loyalitas terhadap ide-ide demokrasi.C. Mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap hak dan hak

istimewa dalam demokrasi kita.D. Mengembangkan pemahaman tentang warisan Amerika.

11. Belajar cara untuk menghormati dan bergaul dengan orang-orang yang berbeda dalam berpikir, berpakaian, dan bertindak.A. Mengembangkan apresiasi dan pemahaman orang lain dan budaya lain.B. Mengembangkan pemahaman tentang pola-pola politik, ekonomi, dan

sosial dari seluruh dunia.C. Mengembangkan kesadaran akan saling ketergantungan ras,

kepercayaan, bangsa, dan budaya.D. Mengembangkan kesadaran proses hubungan kelompok.

12. Memahami dan mempraktekan keterampilan hidup keluarga.A. Mengembangkan pemahaman dan apresiasi terhadap prinsip-prinsip

hidup dalam kelompok keluarga.

B. Mengembangkan sikap yang mengarah pada penerimaan tanggung jawab sebagai anggota keluarga.

C. Mengembangkan kesadaran tanggung jawab masa depan keluarga dan pencapaian keterampilan dalam mempersiapkan diri untuk menerimanya.

13. Memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk membuat pilihan pekerjaan.A. Mempromosikan pemahaman diri dan petunjuk diri dalam hubungannya

dengan mahasiswa & kepentingan kerja.B. Mengembangkan kemampuan untuk menggunakan layanan informasi

dan konseling yang berkaitan dengan pemilihan pekerjaan.C. Mengembangkan pengetahuan informasi spesifik tentang panggilan

tertentu.

14. Belajar bagaimana menjadi pengelola yang baik terhadap uang, properti, dan sumber daya.A. Mengembangkan pemahaman tentang prinsip-prinsip ekonomi dan

prinsip-prinsip tanggung jawab.B. Mengembangkan kemampuan dan pemahaman dalam daya beli pribadi,

menjual.dan berinvestasi.C. Mengembangkan ketrampilan dalam pengelolaan sumber daya alam

dan manusia dan lingkungan manusia.

15. Melaksanakan dan memahami ide-ide kesehatan dan keselamatan.A. Membentuk program kebugaran yang efektif bagi fisik individu.B. Mengembangkan pemahaman tentang kesehatan fisik yang baik dan

sejahtera.C. Membentuk kebiasaan kesehatan dan informasi pribadi yang baik.D. Mengembangkan kepedulian terhadap kesehatan masyarakat dan

keselamatan.

16. Mengembangkan keterampilan untuk memasuki bidang pekerjaan tertentu.A. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk

segera bekerja.B. Mengembangkan kesadaran akan peluang dan persyaratan yang terkait

dengan bidang pekerjaan tertentu.C. Mengembangkan apresiasi terhadap pekerjaan yang baik.

17. Belajar cara menggunakan waktu luang.A. Mengembangkan kemampuan untuk menggunakan waktu luang secara

produktif.B. Mengembangkan sikap positif terhadap partisipasi kegiatan fisik,

intelektual, dan kreatif dalam berbagai waktu luang.C. Mengembangkan apresiasi dan kepentingan yang akan mengarah pada

pemanfaatan waktu luang secara bijak dan menyenangkan.

18. Menghargai budaya dan keindahan di dunia.A. Mengembangkan kemampuan untuk ekspresi efektif ide dan apresiasi

budaya (seni rupa).B. Mengolah apresiasi untuk kecantikan dalam berbagai bentuk.C. Mengembangkan kreatifitas ekspresi diri melalui berbagai media (seni,

musik, menulis dll.).D. Mengembangkan bakat khusus dalam bidang musik, seni, sastra, dan

bahasa asing.*

Tujuan nasional untuk pendidikan kejuruan

Upaya nasional untuk merumuskan tujuan yang luas untuk semua pendidikan kejuruan tidak sepenuhnya jelas sampai awal 1960-an. Namun, masing-masing wilayah layanan kejuruan telah mengembangkan pernyataan utama hingga 1960, banyak yang memberikan arah untuk program lokal. Dorongan utama untuk mengembangkan tujuan untuk pendidikan kejuruan adalah melalui Majelis Konsultan (The Panel of Consultant) pada Pendidikan Kejuruan yang ditunjuk oleh Presiden John F. Kennedy pada tahun 1961. Muncul dari upaya majelis tersebut lima rekomendasi umum; hal ini telah melayani sebagai dasar bagi pengembangan tujuan di Negara (pusat), negara bagian, dan lokal. Rekomendasinya adalah bahwa di dunia kerja yang sedang berubah, pendidikan kejuruan harus:

Menawarkan kesempatan pelatihan kepada dua puluh juta hasil (lulusan) noncollege yang akan memasuki pasar tenaga kerja di tahun 1960-an:

Memberikan pelatihan atau pelatihan kembali untuk jutaan pekerja yang ketrampilan dan pengetahuan teknisnya harus diperbarui serta mereka yang pekerjaannya (kemungkinan) akan hilang karena meningkatkan efisiensi, otomatisasi, atau perubahan ekonomi;

Memenuhi kebutuhan kritis untuk pengrajin yang sangat terampil dan para teknisi melalui pendidikan selama dan setelah tahun-tahun sekolah tinggi;

Memperluas program-program kejuruan dan teknis yang konsisten dengan kemungkinan kerja dan kebutuhan ekonomi nasional

Membuat kesempatan pendidikan yang sama dan tersedia bagi semua orang tanpa memandang ras, jenis kelamin, bakat skolastik, atau tempat tinggal (Pendidikan untuk mengubah Dunia Kerja, 1963).

Rekomendasi-rekomendasi ini berperan besar dalam kata-kata dari Undang-Undang Pendidikan Kejuruan tahun 1963, yang berfokus pada perubahan semua bidang pelayanan pendidikan kejuruan dalam dunia kerja. Dengan demikian tujuan utama dari pendidikan kejuruan yang tercermin dalam rekomendasi ini adalah untuk mempersiapkan peserta didik untuk masuk menuju kemajuan dalam karir yang mereka pilih.

Sejak Undang-Undang Pendidikan Kejuruan tahun 1963 dimulai, setiap bidang pelayanan tujuan nasional kejuruan tersebut telah diperbarui untuk membawa tujuan tersebut sejalan dengan penekanan baru pada dunia kerja, dan akhirnya merangsang negara dan daerah dalam pengembangan tujuan dan sasaran baru.  Upaya tersebut diajukan oleh perwakilan berbagai bidang pelayanan kejuruan, adalah sebuah komite yang diselenggarakan pada tahun 1966 oleh Divisi Pertanian dari Asosiasi Kejuruan untuk maksud merumuskan tujuan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat pertanian. Sementara ini dikembangkan dan disebut sebagai sasaran, mereka mewakili pernyataan tujuan untuk semua program pendidikan pertanian. Laporan direkomendasikan oleh komite ini termasuk kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan:

Kompetensi pertanian yang dibutuhkan oleh individu yang terlibat atau mempersiapkan diri untuk terlibat dalam produksi pertanian

Kompetensi pertanian yang dibutuhkan oleh individu yang terlibat dalam atau mempersiapkan diri untuk terlibat dalam pekerjaan selain pertanian;

Sebuah pemahaman dan persiapan untuk kesempatan karir di bidang pertanian dan persiapan yang diperlukan untuk kemajuan dan masuk dalam pekerjaan pertanian;

Kemampuan untuk mengamankan penempatan memuaskan dan untuk memajukan dalam pekerjaan pertanian melalui program pendidikan berkelanjutan;

 Kemampuan tersebut dalam hubungan manusia yang sangat penting dalam

pekerjaan pertanian;

Kemampuan yang dibutuhkan untuk latihan dan mengikuti kepemimpinan yang efektif dalam pemenuhan pekerjaan, sosial, dan tanggung jawab sipil (Sasaran-sasaran untuk Pendidikan teknik dan Kejuruan bidang Pertanian, 1965 – Objectives for Vocational and Technical Education in Agriculture, 1965).

Tujuan pendidikan kejuruan di tingkat negara bagian

Konsisten dengan dorong baru yang diajukan oleh pendidikan kejuruan di tingkat nasional dalam kaitannya dengan dunia kerja, banyak negara telah mendefinisi ulang laporan tujuan mereka. Sementara tujuan dari berbagai negara bisa digunakan sebagai contoh, pernyataan tujuan untuk (Negara bagian) Virginia telah disertakan di sini.  Dalam menyatakan tujuan (Negara bagian) Virginia yang luas, pertama kali dikembangkan apa yang disebut "pernyataan misi." Untuk mengaktifkan pembaca dalam membentuk ide dari sebuah pernyataan tujuan untuk pendidikan kejuruan di tingkat negara, tujuan berikut ini diambil dari rencana Pendidikan Kejuruan Negara BAgian Virginia , 1976-1977 (1976):

PERNYATAAN MISIMisi dari Divisi Pendidikan Kejuruan, adalah melalui usaha bersama dengan divisi sekolah setempat dan lembaga lainnya, untuk berusaha memastikan bahwa kebutuhan pendidikan kejuruan bagi semua pemuda dan orang dewasa dapat dipenuhi melalui program kebiasaan makan yang baik pada (kegiatan) makan di sekolah yang telah dikembangkan.

TUJUAN

Sesuai dengan kemampuan mereka, minat, dan kebutuhan pendidikan: 1. Pemuda dan orang dewasa akan memperoleh keterampilan dan

pengetahuan yang dibutuhkan untuk kerja awal dan berkelanjutan atau wirausaha dalam pekerjaan pilihan mereka dan bagi yang memiliki kesempatan kerja.

2. Pemuda dan orang dewasa akan memperoleh kompetensi yang dibutuhkan sebagai konsumen barang dan jasa, untuk kehidupan rumah dan keluarga, dan untuk keperluan pribadi.

3. Pemuda dan orang dewasa akan menjadi sadar kerja, peluang wirausaha, dan persyaratan untuk digunakan dalam membuat pilihan karir dan dalam menentukan program-program pendidikan mereka.

4. Pemuda dan orang dewasa akan menunjukkan kebanggaan dalam pekerjaan dilakukan dengan baik, kepercayaan pada kemampuan untuk tampil di dunia kerja, dan akan mengembangkan kemampuan kepemimpinan, kewarganegaraan yang bertanggung jawab, dan citra diri yang realistis dalam hubungannya dengan pekerjaan dalam pekerjaan yang mereka pilih.

5. Pemuda dan orang dewasa akan mendapatkan keuntungan dari program-program perbaikan dan perluasan melalui kegiatan tambahan.

Tujuan pendidikan kejuruan di tingkat lokal

Evans (1971) telah mengidentifikasi tiga bidang dasar bahwa setiap kurikulum pendidikan umum sekolah kejuruan harus beralamat (jelas). Masing-masing dapat dikaitkan langsung dengan pengembangan pernyataan tujuan.  Daerah yang ditemukan termasuk memenuhi kebutuhan masyarakat tenaga kerja, meningkatkan pilihan yang tersedia bagi setiap siswa, dan melayani sebagai kekuatan motivasi untuk meningkatkan semua jenis  Tujuan pendidikan kejuruan di tingkat lokal mungkin dinyatakan secara terpisah atau mereka dapat dimasukkan dalam laporan tujuan yang luas untuk semua pendidikan. Tujuan umum seperti yang berikut tidak biasa bagi pendidikan publik di tingkat lokal.

Tujuan utama pendidikan publik di Knox County ada dua: untuk membantu siswa menyadari potensi terbesar pribadi mereka pada kebahagiaan dan kesuksesan, dan untuk mendidik mereka agar mereka dapat menjadi warga yang bermanfaat dari sekolah, rumah, dan masyarakat.  Fakultas Community College Butler percaya bahwa misi dasar pendidikan adalah untuk menyediakan semua orang, tanpa memandang status ekonomi atau lokalitas (lokasi tinggal), kesempatan untuk mengembangkan kemampuan tertinggi dari kemampuan mereka sendiri, dan dengan demikian memperkuat sistem kami dalam pemerintahan sendiri dan kebebasan sebagai suatu bangsa.

Sekolah lain dapat memilih pada beberapa daftar tujuan dalam bentuk pernyataan dan dengan demikian berakhir dengan lima, sepuluh, atau bahkan lebih tujuan terpisah.

Untuk sebagian besar, tujuan untuk pendidikan kejuruan di tingkat lokal harus berkaitan erat dengan tujuan di tingkat negara bagian.  Suatu duplikasi tepat (sama persis) dari tujuan negara bagian bagaimanapun tidak disarankan, karena masing-masing sekolah dan masyarakat harus mengembangkan tujuan yang konsisten dengan kebutuhan lokal yang unik. Misalnya, tujuan pendidikan kejuruan dan teknis di Butler Community College yang disebut sebelumnya mungkin termasuk hal-hal berikut:

Pendidikan teknis dan kejuruan di Community College Butler berupaya untuk:

Menyediakan pendidikan kejuruan dan teknis dari keunggulan yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan mahasiswa dan masyarakat;

Mengembangkan keterampilan berharga yang berhubungan dengan siswa yang tidak berencana untuk melanjutkan pendidikan formal mereka setelah mereka meninggalkan masyarakat kampus (pendidikan);

Mendorong setiap siswa untuk menjadi warga yang layak;

Mengembangkan semangat toleransi antara siswa dan pemahaman melalui pengalaman kerja yang diawasi sehingga semua siswa dapat menjadi peserta aktif dalam masyarakat yang demokratis;

Menumbuhkan suasana di mana siswa dapat mengembangkan disiplin diri, Intelektual, rasa ingin tahu, dan nilai moral.

Diskusi seluruh tujuan dari tingkat nasional ke tingkat lokal telah dirancang untuk memberikan landasan dari tujuan yang dapat dikembangkan.

Sebuah tinjauan yang luas dan pemahaman dari tujuan yang telah dikembangkan di berbagai tingkat dan untuk kurikulum tertentu harus membantu dalam pengembangan tujuan yang lebih relevan dan realistis.

Mempersiapkan tujuan

Walaupun telah menunjukkan bahwa persiapan menentukan tujuan dan sasaran dapat membuat frustrasi (kesulitan), pengembangan tujuan sebenarnya relatif mudah. Aspek frustasi (kesulitan) penyusunan tujuan terjadi ketika sekelompok individu berusaha untuk mencapai kesepakatan bahwa satu set tujuan mencerminkan tujuan sejati organisasi. Pengembangan tujuan yang luas untuk kurikulum pendidikan kejuruan harus mengambil tiga faktor untuk menjadi pertimbangan. Ini termasuk memastikan bahwa 1) individu yang akan terpengaruh oleh tujuan yang terlibat dalam pengembangan individu tersebut, 2) tujuan yang dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan pada tingkat pendidikan lainnya, dan 3) pertimbangan cermat diberikan pada setiap tujuan dikembangkan. Hal ini penting, karena setiap tujuan harus didukung oleh tujuan yang relevan. Masing-masing faktor akan dibahas dalam bagian berikut.

Keterlibatan individu

Keterlibatan berbagai individu dalam perkembangan pernyataan tujuan telah diubah dan ditekankan dalam pendidikan kejuruan selama bertahun-tahun.  Kurikulum pendidikan kejuruan harus dirancang untuk siswa dan itu adalah kejelasan filosofis dari orang-orang yang mengasumsikan peran aktif mereka dalam pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa terlepas dari tingkat apa tujuan sedang dikembangkan oleh siswa, orang tua, pendidik, warga, dan lain-lain-orang-orang yang bersangkutan yang harus dilibatkan sebagai tujuan yang sedang dibuat. Keterlibatan ini dapat terjadi melalui dewan penasehat, review oleh individu yang bersangkutan, atau dengan cara lain yang sesuai. Orang lebih cenderung untuk menerima dan menggunakan tujuan yang didirikan jika mereka telah secara aktif berpartisipasi dalam persiapan mereka.

Konsistensi tujuan kurikulum dengan tujuan-tujuan lain

Tujuan yang ditetapkan pada negara bagian, daerah, atau tingkat pelayanan kejuruan harus konsisten dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan di tingkat nasional. Secara khusus, setiap penyusunan tujuan dalam pendidikan kejuruan harus berbicara dengan persiapan individu untuk pekerjaan entry level dan persiapan mereka untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat demokratis. Selanjutnya, tujuan di tingkat pelayanan kejuruan di sekolah lokal harus menyesuaikan dengan tujuan-tujuan tersebut dikembangkan untuk program pendidikan kejuruan total di tingkat lokal, tujuan lokal untuk pendidikan, tujuan di tingkat negara bagian, dan sebagainya. Tujuan pembentukan seluruh sistem pendidikan kita telah diilustrasikan pada Gambar 7-1 menampilkan grafik bahwa tujuan berhubungan satu sama lain.

Seperti ditunjukkan dalam Gambar 7-1, pengaruh dari bentuk tujuan cenderung bergerak dari atas kiri ke kanan bawah. Misalnya, tujuan nasional untuk tujuan pendidikan mempengaruhi tingkat negara bagian untuk pendidikan, yang pada gilirannya mempengaruhi tujuan lokal untuk pendidikan. tujuan Nasional untuk pendidikan juga mempengaruhi tujuan nasional untuk pendidikan kejuruan dan akhirnya tujuan lokal untuk bidang pelayanan pendidikan kejuruan. Sedangkan pengaruh pembentukan tujuan dari tingkat nasional hingga tingkat lokal, dan pengaruh yang sebaliknya juga dapat terjadi. Orang-orang yang menetapkan sasaran-sasaran di tingkat lokal untuk area layanan kejuruan dapat menggunakan tujuan-tujuan untuk mempengaruhi tujuan negara bagian jalan bagi kawasan pelayanan pendidikan kejuruan disajikan dan, akhirnya, tujuan nasional untuk pendidikan mungkin akan terpengaruh. Ada berbagai faktor yang cenderung mempengaruhi pembentukan tujuan, terlepas dari tingkat tujuan sedang dikembangkan. Dengan demikian, pengembang kurikulum harus menyadari tujuan yang

telah dibuat pada tingkat yang lain dan menentukan bagaimana mereka dapat memberikan arah tujuan pembentukan di tingkat lokal.

Gambar 7 - 1. Struktur Formasi Goal

NATIONALGOALS

FOREDUCATION

NATIONALGOALS

FOR VOCATIONALEDUCATION

NATIONALGOALS

FOR VOCATIONALEDUCATION

SERVICE AREAS

STATEGOALS

FOREDUCATION

STATEGOALS

FOR VOCATIONALEDUCATION

STATEGOALS

FOR VOCATIONALEDUCATION

SERVICE AREAS

LOCALGOALS

FOREDUCATION

LOCALGOALS

FOR VOCATIONALEDUCATION

STATEGOALS

FOR VOCATIONALEDUCATION

SERVICE AREAS

Tujuan Dan Sasaran

Pengembangan sasaran umumnya mengikuti penetapan tujuan, pengembangan sangat bermanfaat untuk memberikan beberapa pemikiran yang memungkinkan keterkaitan dengan sasaran untuk setiap pernyataan tujuan sebagai mana dibuat. Karena setiap sasaran yang dikembangkan harus berkaitan dengan pernyataan tujuan dan setiap pernyataan tujuan harus berkaitan dengan satu atau lebih sasaran, pengembang bisa mendapat manfaat untuk mempertimbangkan sasaran – sasaran yang mana bisa dikelompokkan pada tujuan. Jika ini dikerjakan, seharusnya membuat pencapaian tujuan secara luas akan jauh lebih mudah, selama sasaran terhubung (dengan tujuan) akan membantu penentuan sasaran yang sebenarnya.

Mempersiapkan sasaran

Secara luas diakui bahwa sasaran- sasaran berfungsi sebagai fasilitator dari keselarasan kurikulum. Tanpa sasaran, instruksi bisa tidak relevan dan tidak efektif. Sekalipun muncul pertanyaan seberapa umum dan seberapa khusus suatu sasaran dinyatakan, kontroversi akan terlihat ada di sampingnya. Guru, administrator, dan bahkan siswa / mahasiswa sering tidak bisa sepakat tentang apa yang mendasari "sebuah sasaran pembelajaran yang baik" ( good objektif )

Seperti telah disebutkan sebelumnya, beberapa hasil kurikulum mungkin tidak terukur sementara yang lain dapat diukur. Meskipun kesulitan mempersiapkan sasaran yang bermakna sepenuhnya diakui, namun dengan suatu keyakinan bahwa setiap upaya harus dilakukan untuk mengembangkan secara relevan, sasaran terukur sebagai kunci batasan – batasan dalam kurikulum. Jika sasaran terukur sebagai kunci kurikulum tidak dikembangkan, maka tidak mungkin untuk menentukan kapan siswa telah mencapai apa yang seharusnya mereka capai atau bahkan untuk mengukur kemajuan mereka. Dalam penyusunan sasaran pembelajaran yang terukur, beberapa faktor harus dipertimbangkan.Yaitu identifikasi, seleksi, klasifikasi, dan spesifikasi dari tujuan (Kibleretal,1974.).

Identifikasi

Ketika pertimbangan harus diberikan pertama kalinya untuk mempersiapkan sasaran, seorang pengembang kurikulum harus mengidentifikasi jenis mana dari sasaran yang diharapkannya untuk dipersiapkan. Pembedaan sebelumnya, dibuat antara sasaran umum dan sasaran hasil kinerja. Karena sasaran umum biasanya luas dan tidak terukur, tampaknya logis untuk memusatkan perhatian pada persiapan sasaran kinerja karena keduanya paling dekat dengan kebutuhan belajar dari pelajar. Diskusi ini akibatnya, akan berhubungan langsung dengan pengembangan sasaran kinerja , karena keduanya memainkan peranan penting dalam pembicaraan hasil kurikulum kepada orang lain, dalam hal memperjelas sasaran kinerja lebih lanjut, perlu dicatat bahwa ada dua jenis: sasaran yaitu sasaran akhir dan sasaran sementara (enabling objective). Dua jenis dari keduanya digunakan dalam kurikulum, dengan masing-masing memiliki tujuan yang berbeda.

Sasaran Akhir, Sasaran ini mencerminkan kinerja dalam peran pekerja atau perkiraan yang dekat peran hasil kinerja. Ini akan fokus pada cara seorang mahasiswa harus diperlakukan ketika dalam situasi kerja yang dimaksudkan. Sasaran akhir harus bernilai bagi dirinya dan menjadi dasar pada tingkat kebutuhan untuk hidup yang bermakna (Tyler, 1964). Misalnya, sasaran akhir mungkin menetapkan bahwa siswa lebih dekat pada penjualan (close a sale). Dalam rangkan mengklasifikasikan ujuan akhir, kinerja harus memperhitungkan bahwa penjualan yang sebenarnya harus lebih dekat dengan pelanggan dalam pengaturan penjualan. Tujuan akhir yang berfokus pada meluruskan penghalang (bumper) rusak (pada sebuah mobil pelangagn) harus menentukan bahwa mobil pelanggan diperbaiki dan bahwa waktu perbaikan berada dalam batas yang ditentukan dalam ketetepan yang telah ditentukan pleh pabriknya . Bila tidak layak untuk menilai kinerja dalam suasana kerja yang sebenarnya, setiap upaya harus dilakukan untuk mensimulasikan kondisi ini semaksimal mungkin. Tujuan akhir yang sesuai adalah fokus pada aspek-aspek kunci dari pekerjaan yang sering dikembangkan dan digunakan di laboratorium sekolah atau, dalam kasus-kasus tertentu, di dalam kelas. Hal ini memungkinkan guru untuk menggunakan sasaran yang realistis bahkan ketika tempat bekerja atau pengaturan di luar sekolah tidak tersedia.

Sasaran (Sementara) –enabling objectives, Sasaran sementara, fokus pada apa yang harus dipelajari siswa jika siswa ingin mencapai sasaran akhir. Sasaran sementara berfungsi untuk "menjembatani kesenjangan antara dimana siswa berada pada instruksi awal dan di mana dia (atau dia) berada pada instruksi penyelesaian " (Ammerman dan Melching, 1966). Sasaran ini fokus pada pengetahuan dasar faktual, kesadaran, keterampilan dasar, atau sikap. Landasan untuk setiap sasaran sementara merupakan kontribusi yang dibuat untuk meperoleh satu atau lebih dari sasaran akhir. Jika hubungan pendukung tidak ada, mungkin satu pertanyaan dari nilai yang dimiliki pada sasaran semetara harus diletakkan pada urutan pertama. Sebagai contoh bagaimana sasaran sementara semestinya berkaitan, mari kita pertimbangkan, sebuah sasaran akhir yang fokus pada penyelesaian tugas wawancara. Sasaran sementara yang semestinya berkontribusi terhadap sasaran akhir, pameran gaun dan dandanan yang baik, pemahaman pertanyaan yang harus dan tidak harus diminta, dan menunjukkan kemampuan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh calon majikan

Pemilihan

Setelah jenis sasaran yang tepat telah diidentifikasi, perlu untuk memilih sasaran yang benar-benar akan digunakan dalam kurikulum. Selama proses seleksi, sejumlah faktor

yang relevan harus dipertimbangkan. Faktor – faktor termasuk konten (isi), siswa, dan sumber daya yang tersedia.

Konten / isi

Pada bahasan ini didalam proses pengembangan kurikulum, harus diasumsikan bahwa konten / isi yang relevan telah diidentifikasi. Bab 5 telah menunjukkan cara bahwa konten/ isi kurikulum dapat diidentifikasi, sedangkan Bab 6 telah berfokus pada pembuatan keputusan konten / isi. Langkah logis berikutnya dalam proses ini adalah memilih dan mengembangkan sasaran yang berkaitan erat dengan konten yang dipilih. Dengan menggunakan konten yang bermakna sebagai dasar untuk menetapkan sasaran, pengembang kurikulum mungkin yakin bahwa setiap sasaran terminal akan fokus pada aspek penting dari jabatan pekerjaan. Menggunakan konten yang relevan sebagai dasar untuk mengembangkan Enabling objectives adalah sama pentingnya. Enabling objectives sebaiknya dipilih yang logis terkait dengan kinerja dalam peran pekerja. Sementara tidak ada yang salah dengan mengembangkan tujuan yang fokus pada bidang-bidang seperti pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi, penting bagi pengembang untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan berkontribusi pada pencapaian tujuan akhir, dan akhirnya, untuk kinerja bermakna di dunia kerja.

Siswa.

Ketika pengujian kekawatiran siswa telah dipenuhi sebagai isi keputusan kurikulum dilakukan, bahwa pertimbangan penting diberikan agar tujuan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan siswa. Misalnya, sasaran sementara dalam sebuah program operator mesin jahit mungkin akan berbeda bagi siswa penyandang cacat jika dibandingkan dnegan siswa non-cacat. Dalam hal ini, perbedaan sasaran merupakan fungsi dari diidentifikasi cacat siswa yang tidak memungkinkan untuk maju melalui program dengan cara yang sama. Meskipun akhirnya mungkin tetap sama, cara untuk mengakhiri ini bervariasi dalam kaitannya dengan kebutuhan siswa. Pemilihan sasaran yang tepat tidak terbatas pada siswa cacat saja. Kepedulian yang sama mungkin ada dengan pelajar yang kurang beruntung dan atau belum dewasa. Terlepas dari kelompok mahasiswa untuk dilayani, seorang pengembang kurikulum memiliki kewajiban untuk mengidentifikasi sasaran-sasaran yang akan memungkinkan setiap siswa untuk mencapai potensi yang optimal  Sumber Daya,Sumber daya juga telah dibahas dalam konteks keputusan konten kurikulum. Sementara landasan sumber daya mungkin tersedia untuk mengoperasikan kurikulum, sumber daya khusus yang diperlukan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan tertentu mungkin tidak tersedia. Tetapi banyak peralatan standar yang tersedia untuk siswa yang terdaftar dalam program perbaikan alat, peralatan tersebut tidak tepat untuk membantu mereka dengan sasaran sementara yang fokus pada masalah strategi pengembangan. Dalam hal ini, perlu ada peralatan yang berbeda atau semacam peralatan untuk simulator. Jika sumber daya tidak dapat dibuat tersedia, maka pertimbangan harus diberikan untuk memilih sasaran yang berbeda untuk kurikulum.

Klasifikasi

Sebagai sasaran yang sedang dipersiapkan, hal ini sangat bermanfaat untuk mengelompokkan mereka sesuai dengan dasar tingkah laku mereka. Klasifikasi sasaran tersebut diperlukan dengan tujuan “ 1) Untuk menghindari konsentrasi pada satu kategori atau 2 katerogi dengan mengesampingkan yang lain, 2) Untuk memastikan bahwa instruksi disediakan untuk tujuan prasyarat sebelum mencoba untuk

mengajar yang lebih kompleks, 3) Untuk memastikan bahwa instrumen yang tepat digunakan untuk mengevaluasi hasil yang diinginkan "(Kibler et al,, 1974). Banyak skema klasifikasi telah berevolusi selama dua dekade terakhir, yang masing-masing telah berupaya untuk membantu pendidik dalam mengatur sasaran secara logis dan sistematis. Beberapa skema klasifikasi lebih bermanfaat dijelaskan secara singkat dalam paragraf brikut :

Klasifikasi dari sasaran dalam domain kognitif yang paling menyeluruh rinci dalam dokumen oleh Bloom (1956). Sebuah taksonomi disajikan untuk tujuan "yang berhubungan dengan penarikan (recall) atau pengakuan pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan" (Bloom, 1956). Enam kelompok utama termasuk dalam taksonomi terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kelas-kelas ini merupakan urutan hirarkis tujuan kognitif yang berbeda. Seorang penegmbang kurikulum mungkin menemukan skema klasifikasi ini sangat berguna ketika sasaran kognitif sedang dipersiapkan, karena tingkat taksonomi dapat sesuai dengan cara sasaran yang diurutkan dan diajarkan.

Sebuah publikasi pendamping fokus pada pengklasifikasian sasaran afektif (Krathwohl et al, 1964.). Para penulis membentuk taksonomi untuk tujuan "yang menekankan sebuah nada perasaan (feeling tone), emosi atau tingkat penerimaan atau penolakan" (Krathwohl et al, 1964.). Ranah afektif terdiri dari lima kelompok utama: menerima (memperhatikan), menanggapi, menilai, mengorganisir, dan membentuk karakter (characterizing). taksonomi ini juga membedakan antara tingkat, dengan "menerima" mewakili level terendah dan "membentuk karakter" yang tertinggi. Dengan menggunakan taksonomi ini, tujuan afektif dapat dibedakan satu sama lain dan lebih efektif dimasukkan ke dalam curikulum.

Klasifikasi sasaran dalam ranah psikomotor ditandai paling komprehensif dalam laporan Simpson (1966). Tujuan Psikomotor "menekankan beberapa kontrol keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh,, beberapa manipulasi bahan atau objek, atau beberapa tindakan yang memerlukan koordinasi neuromuskuler/ keterampilan yang bersangkutan dengan gerakan otot. " (Krathwohl et a1, 1964.). Mengingat bahwa pengembangan keterampilan psikomotorik khusus merupakan bagian integral dari kurikulum pendidikan kejuruan dan teknis, tentu saja penting untuk memeriksa tujuan batasan ini. Simpson telah menetapkan lima level / tingkatan sasaran psikomotor : Persepsi, Kesiapan, Respon terbimbing (gerak terbimbing), Gerakan secara mekanisme, Respon komplek. Meskipun sulit untuk membedakan antara beberapa kelas, taksonomi menyediakan kerangka kerja yang sangat dibutuhkan bagi para pengembang kurikulum.

Yang cukup menarik, para penulis dari semua catatan skema klasifikasi pertanyaan tersebut yang mungkin diajukan tentang perbedaan kaku antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Komentar Simpson bahwa kebutuhan eksplorasi untuk membuat tujuan yang luas yang mencakup semua tiga ranah. Kemungkinan ini telah dieksplorasi dan didokumentasikan oleh Harmon (1969). skema klasifikasi Harmon, yang telah terbukti bermanfaat dalam program pekerjaan mendirikan pelatihan, termasuk tiga kelas sasaran: unjuk kerja, unjuk kerja fisik, dan unjuk kerja sikap. Seperti tercantum dalam Gambar 7-2, sub-class di bawah setiap kelas membantu dalam membedakan antara berbagai jenis sasaran kinerja yang dapat digunakan dalam kurikulum kejuruan. Seperti Harmon menunjukkan, beberapa kinerja sasaran berurusan dengan dua atau lebih nomor. Kekuatan dari skema klasifikasi Harmon terletak pada fleksibilitas. Karena sasaran akhir terbesar dalam kurikulum pendidikan kejuruan adalah menangani dengan lebih dari satu kelas dari perilaku, seringkali sulit (jika tidak mustahil) untuk mempertimbangkan satu kelas atau domain. Dengan menggunakan klasifikasi yang ditunjukkan dalam Gambar 7-2, sasaran dapat diatur lebih logis dan sistematis,

memberikan pertimbangan penuh dengan kompleksitas pendidikan teknik dan kejuruan. Jika yang diinginkan untuk mengklasifikasikan sesuatu berhubungan dengan sasaran dengan menemukan kerusakan pada mesin traktor, beberapa nomor dapat digunakan untuk menggambarkan secara bersama apa yang terkandung, misalnya, 2.5 (melakukan keterampilan tindakan yang tepat dalam situasi pemecahan masalah) dan 3.3 (merespon dengan tanggapan dikendalikan dalam situasi sosial yang diberikan). kinerja fisik akan langsung berhubungan dengan lokasi kerusakan, sementara kinerja sikap akan dikaitkan dengan praktek-praktek aman yang diikuti selama proses pencarian masalah (troubeshooting process). Sementara hanya pengebalan singkat telah diberikan kepada hal tersebut sebaik skema klasifikasi lain, tidak diragukan lagi bahwa masing-masing memiliki potensi untuk membantu dalam mengelompokkan tujuan kurikulum yang sistematis.

SpesifikasiAgar maksud sasaran kinerja menjadi berguna, harus digariskan secara jelas. Hal ini akan menjadi sedikit sulit untuk mencapai target ketika seseorang tidak tahu apa targetnya, tenaga pendidik kejuruan pertama-tama harus memiliki sasaran yang jelas jika dia mengharapkan untuk mengembangkan strategi instruksional yang relevan. Sementara banyak referensi yang tersedia yang menggambarkan bagaimana saaran kinerja ditentukan, strategi mencakup tiga elemen yang didukung oleh Mager (1962). Unsur-unsur ini adalah aktivitas, kondisi, dan standar

Kegiatan,Unsur dalam sasaran kinerja digunakan untuk menunjukkan apa yang benar-benar harus dilakukan siswa. Adalah penting untuk menyatakan apa kegiatan yang harus dilakukan sehingga siswa dan guru akan dapat berkomunikasi dengan jelas satu sama lain. Karena setiap sasaran kinerja dirancang untuk dapat diukur, ketentuan harus dibuat untuk memastikan bahwa itu adalah mudah diamati. Tidaklah cukup untuk menyatakan dengan mudah bahwa siswa harus "memahami sistem biner," Sebuah indikasi yang jelas harus dibuat dari apa yang harus lakukan seorang siswa untuk menunjukkan bahwa ia memahami hal itu. Ini mungkin termasuk yang berikut: "mengubah bilangan desimal menjadi bilangan biner yang ekivalen (seharga)" atau, "mengubah biangan biner menjadi bilangan deseimal yang ekivalen (seharga)" (Smith, 1964). Dalam kegiatan spesifikasi adalah penting untuk menjauhkan diri dari istilah-istilah ambigu (pengertian yang tak jelas) seperti tahu, mengerti, menikmati, menghargai, memiliki iman, dan percaya. Sebaliknya, istilah-istilah seperti daftar (membuat daftar), membangun, mengatasi, menulis, menceritakan, menjelaskan, menyebutkan, memilih, mengukur, dll, harus digunakan. Menggunakan istilah lebih yang tepat sangat membantu dalam proses komunikasi dan dalam pengukuran yang bermakna terhadap sasaran.

Kondisi (sarana), Unsur kedua dari setiap sasaran kinerja adalah kondisi di mana kinerja yang harus diamati. Beberapa jenis kondisi dapat dianggap sebagai sasaran yang bisa dikembangkan. Ini termasuk berbagai masalah siswa harus belajar untuk mengobati, alat dan peralatan yang dapat digunakan, bahan alat bantu seperti buku dan manual, kondisi lingkungan, dan tuntutan fisik khusus (Smith, 1964). Jika seorang siswa diminta untuk "merumuskan dan menyiapkan media tumbuh bagi tanaman yang umum," kondisi mungkin mencakup ketentuan-ketentuan untuk tanah humus, pasir, gambut, dan perbaikan tanah humus buatan seperti perlit, tanah liat berkapur, dan vermiculite. Akan menjadi penting jika seorang siswa dapat memperbanyak jumlah tanpa bantuan apapun, ini harus ditunjukkan, jika kalkulator boleh digunakan bagaimanapun hal ini perlu ditentukan. Kondisi sangat bermanfaat dalam penjelasan kinerja siswa selanjutnya, terutama ketika mereka melayani untuk menunjukkan perbedaan kinerja yang dibuat oleh kondisi tersebut.

GAMBAR 7-2.Sebuah klasifikasi dari perilaku sasaran kinerja *

1.1. Sasaran Kinerja Verbal1.1.1. menyebutkan kembali nama, membuat daftar nama; menyaakan

suatu aturan atau fakta sederhana.1.1.2. Menjelaskan sebuah tugas dari rangkaian kerja (bagaimana

melakukan tugas).1.1.3. Menanggapi serangkaian pernyataan atau pertanyaan.1.1.4. Memecahkan suatu masalah simbolik tertentu.1.1.5. Memecahkan jenis umum dari masalah simbolik

1.2. Sasaran Kinerja Fisik1.2.1. membuat identifikasi fisik (titik untuk berfikir).1.2.2. melakukan tindakan fisik sederhana.1.2.3. melakukan tindakan kompleks (dengan instruksi atau hafalan).1.2.4. melakukan kegiatan keterampilan fisik.1.2.5. melakukan suatu kegiatan keterampilan yang tepat dalam situasi

pemecahan masalah (menentukan apa yang harus dilakukan dan kemudian melakukannya).

1.2.6. Menentukan kualitas yang dapat diterima pada produk fisik.

1.3. Sasaran Kinerja Sikap1.3.1. Manyatakan atau mebuat daftar konsekwensi yang mungkin dari

suatu kegiatan yan diberikan1.3.2. mengingat petunjuk (bukti) dari respon sosial yang tepat di luar

jangka waktu yang disediakan.1.3.3. Menanggapi dengan tanggapan terbatas atau anggapan terkontrol

dalam yang dalam situasi sosial tertentu yang diberikan.

Beberapa sasaran tidak jatuh ke salah satu kategori ini. Beberapa sasaran melibatkan dua atau lebih jenis perilaku. Sebagai contoh, sasaran pribadi/ sosial melibatkan perilaku sikap dan dan perilakuu fisik. Dalam kasus ini, mudah untuk mengklasifikasikan sasaran kinerja dengan menggunakan dua nomor; * Dari Harmon Paulus, "Sebuah Klasifikasi dari sasaran Kinerja dalam Pelatihan

kerja," Teknologi Pendidikan” (Januari, 1969), hlm 5-12.

Standar, unsur terakhir yang termasuk dalam setiap sasaran kinerja adalah standar kinerja yang dapat diterima. Elemen ini berfungsi untuk menentukan tingkat kinerja siswa atau tingkat yang digunakan dalam kurikulum. Standar dapat fokus pada beberapa area kinerja seperti kecepatan, akurasi, frekuensi, atau beberapa bentuk dari hasil. Untuk keterampilan yang paling kompleks dalam pendidikan kejuruan, beberapa standar ditetapkan. Sebuah sasaran yang adil dengan sebuah koputer pelubang kartu mungkin menggunakan standar seperti: "200 kartu terlubangi," "100-persen terlubangi dengan tepat," dan dalam batas waktu setengah jam”. Sewaktu salah satu dari standar-standar ini menjadi penting dalam dirinya, secara kolektif ini mencadi fokus pada kinerja siswa yang realistik.

Dalam pembentukan standar-standar, hal ini penting untuk diingat bahwa variasi tersebut mungkin terdapat bersilang (bertentangan) dengan kurikulum tertentu. Standar di tingkat tahun pertama mungkin memerlukan lebih sedikit dari siswa (lebih ringan) daripada yang yang digunakan pada tahap akhir dari instruksi. Standar minimum dalam mengetik tahun pertama mungkin, "Lima puluh kata per menit dengan tidak lebih dari tiga kesalahan," sedangkan standar ditetapkan untuk hasil (lulusan) program mungkin bisa, "Tujuh puluh kata per menit tanpa kesalahan." Meskipun standar ini hanyalah ilustrasi dari kemungkinan yang mungkin ada, itu harus disadari bahwa pekerjaan tingkat kinerja pemula biasanya tidak diperlukan dari siswa yang baru memulai program. Hal ini penting untuk mengembangkan standar yang berarti yang sejalan dengan perkembangan siswa

dalam kurikulum dan untuk memastikan bahwa standar yang terkait dengan kinerja akhir sesuai dengan apa yang diharapkan dalam ketentuan kerja.

Urutan Sasaran di dalam kurikulum

Sementara banyak yang telah dibahas dalam literatur tentang cara-cara sasaran dapat diurutkan dalam kurikulum, ada sedikit bukti empiris untuk mendukung satu pendekatan terhadap pendekatan lain. kekurangan informasi konkret di bidang ini membuat orang bertanya-tanya jika siswa belajar dalam ketidakmauan dari urutan tersebut karena ketidakmauannya (if student learn in spite of sequencing rather than because of it) . Meskipun masalah yang ada ditunjuk dengan tepat menjadi dasar untuk memperbaiki urutan sasaran yang benar, adalah tetap penting bahwa kegiatan ini tetap ada. Mungkin cara terbaik untuk berpikir berurutan adalah sebagai "pesanan logika akal sehat" (Gagne dan Briggs, 1974). Ketika saatnya tiba untuk mengatur sasaran dengan cara yang terbaik, itu adalah tanggung jawab pendidik profesional untuk mendirikan urutan ini. Hal ini bergantung pada pertimbangan profesional yang cenderung membuat urutan lebih dari sebuah seni daripada sebuah ilmu pengetahuan.

sebagai kegiatan pengurutan yang sedang dilaksanakan, adalah penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat berdampak pada urutan serta cara yang mungkin sasaran diurutkan. Sementara mengurutkan bukanlah proses yang tepat, seorang pengembang kurikulum harus menyadari bagaimana sasaran dapat diatur jika ia berharap untuk membuat keputusan rasionali entang pengurutan.

Faktor Urutan (sequensial)

Beberapa faktor bahwa dapat berdampak pada cara sasaran diurutkan. Berikut pertimbangan praktis yang penting yang berhubungan dengan seluruh kurikulum, bagaimanapun masing-masing harus menerima pertimbangan ketika proses pengurutan dilakukan.

Urutan Logis, rencana pengurutan harus diperiksa dalam pertimbangan logistik yang jelas di sekolah. Sejak pengurutan sering bergantung pada apa yang mungkin tersedia dan kapan dilakukan, urutan logis memberikan instruksi menjadi sangat penting. Pertimbangan harus diberikan untuk kebutuhan fasilitas, ketersediaan staf instruksional, variasi musiman, ketersediaan peralatan, dan pengaturan perjalanan yang dibutuhkan. Hal tersebut sebaik yang lainnya agar cepat diselesaikan, karena mereka dapat mempengaruhi suatu urutan dinyatakan dari sasaran yang sempurna.

Persiapan untuk bekerja, Terlepas dari pendekatan tertentu yang diambil untuk penguruta. Adalah penting untuk memberikan setiap siswa dengan beberapa keterampilan yang dapat dijual (laku) pada awal kurikulum. Meskipun hal ini mungkin menjadi ruang sempit dari keterampilan dan hanya sebagian kecil dari kurikulum, merupakan hal penting untuk melakukannya, karena beberapa siswa dapat memilih untuk drop out (keluar) sebelum kursus diselesaikan. Melalui penyediaan untuk pengembangan dari beberapa kemampuan yang dapat dijual pada kurkulum tahap awal, siswa yang tamat harus beraada pada posisi lebih baik untuk berkompetisi dalam dunia kerja (job market).

Validitas (keabsahan) pengakuan Tidak peduli seberapa logis sasaran yang mungkin tampak berurutan, pengaturan hanya berhasil sejauh itu diterima oleh guru. Dalam situasi ini, kabsahan meliputi sejauh mana guru menerima urutan sebagai logis dan bermakna. Sementara kebsahan mungkin tidak ada hubungannya dengan kualitas yang sebenarnya

diurutkan, hal ini tentu yang tidak kalah penting. Cara sasaran yang diurutkan harus dapat diterima oleh staf instruksional jika mereka pada akhirnya diharapkan untuk menggunakan urutan tersebut pada masing –masing kelas.

Pendekatan untuk Mengurutkan

Banyak pendekatan untuk tujuan mengurutkan telah ditwarakan dalam literatur. Beberapa tergambar dari dasar teoritis sementara yang lain cukup pragmatis, tapi sebagian besar belum divalidasi pada sebagian besar lainnya. Jadi seorang pengembang kurikulum sering dihadapi dengan percobaan (dan mudah-mudahan tidak ada kesalahan) situasi. Pendekatan yang akan dibahas adalah mewakili dari mereka yang ditemukan dimanfaatkan oleh sebagian guru dalam pengaturan instruksional tertentu. Tes akhir dari setiap pendekatan untuk pengurutan terletak pada penerimaan dan kebergunaan dalam kurikulum.

Pengurutan dapat perlihatkan sebagai paling sedikit lima jenis utama. Disampaikan oleh Posner dan Strike (1076) mengungkapkan dalam tulisan yang komprehensif mereka pada muatan pengurutan, ini termasuk hubungan dengan alam semesta, hubungan dengan konsep, hubungan dengan penyelidikan, hubungan dengan belajar, dan hubungan dengan pemanfaatan. Dalam lima jenis prinsip urutan tersebut adalah sejumlah subtipe, masing-masing yang mungkin berguna bagi orang-orang yang bertanggung jawab untuk mengurutkan tujuan.

Hubungan Alam Semesta, Urutan hubungan alam semesta dapat dimanfaatkan ketika struktur isi memiliki sisi empiris (pengalaman) dengan peristiwa, orang, atau hal. Ini mungkin termasuk hubungan spasial, hubungan waktu, dan atribut fisik (Posner dan Strike, 1976). Contoh urutan hubungan alam semesta seperti paling dekat – ke- paling jauh, dari atas ke bawah, utara-selatan (angkasa); sebab dan akibat, awal menuju yang terbaru (waktu); ukuran, umur, bentuk, kompleksitas (fisik ).

hubungan Konsep, urutan hubungan konsep mungkin paling jelas bergabung dengan struktur isi yang logis. Hal ini mencakup empat subtipe: hubungan kelas, hubungan proporsional, tingkat kerumitan, dan prasyarat logis (Posner dan Strike, 1976). Contoh urutan hubungan konsep adalah keseluruhan untuk sebagian, sebagian untuk keseluruhan (kelas); teori untuk penggunaan, aturan untuk contoh (proporsional); nyata (konkret) untuk abstrak (kerumitan); urutan dari pelaksanaan, urutan dari perbaikan (prasyarat logis).

Hubungan penyelidikan, urutan hubungan penyelidikan berhubungan dengan "proses menghasilkan, menemukan atau memverifikasi pengetahuan" (Posner dan Strike, 1976). Dua subtipe dari urutan hubungan penyelidikan adalah logika penyelidikan dan pengalaman penyelidikan (empiris). Contoh dari jenis ini adalah urutan generalisasi dari sejumlah contoh (logika penyelidikan) dan menyediakan dasar empiris sebelum berhubungan dengan masalah praktis (penyelidikan empiris).

Hubungan Belajar. Urutan hubungan belajar digambarkan dengan kuat pada penelitian dalam psikologi belajar, ini termasuk enam subtipe: prasyarat empiris, keakraban, kesulitan, ketertarikan, pengembangan, dan internalisasi (Posner dan Strike, 1976). Contoh urutan hubungan belajar seperti: mengajar suatu keterampilan manipulasi dasar sebelum mengajar menerapkan keterampilan yang sebenarnya dari keterampilan tersebut (prasyarat empiris), dari yang paling akrab untuk paling jauh (keakraban), dari yang terlalu sulit untuk yang paling sulit (kesulitan,) dari lebih menarik menjadi kurang menarik (keertarikan), menyediakan materi (isi) yang searah dengan kematangan siswa

(pengembangan,) memperoleh materi untuk mencerminkan peningkatan dearajat dari internalisasi (internalisasi). .Hubungan Pemanfaatan. Jenis kelima dari keadaan urutan melalui pemanfaatan materi (isi) dalam kontek sosial, kontek pribadi, dan kontek karir (Posner sebuah Strike, 1976). Ini melibatkan urutan melalui frekuensi prosedur dan frekuensi antisipasi dari pemanfaatan. Contoh yang terkait dengan urutan hubungan pemanfaatan adalah mengajar langkah-langkah pelaksanaan (tugas) dalam urutan yang dilakukan dalam pengunjukan (prosedur) dan mengajar materi berdasarkan jumlah pertemuan yang terantisipasi yang dilaksanakan ke depan (penggunaan).

Meskipun berbagai pendekatan untuk pemanfaatan mungkin tampak agak abstrak, hal tersebut karena belum terlampir pada materi kejuruan atau teknik. Tugas ini pada intinya merupakan salah satu tugas yang harus diujukkan oleh pengembang kurikulum dan rekan-rekannya (kolega). Mareti yang unik sering menentukan pengaturan konten konten yang unik dari lima jenis urutan yang memberikan dasar keserasian pada usaha membuat urutan.

RINGKASAN

Bab ini terfokus pada tujuan dan sasaran sebagai dua elemen penting dalam kurikulum pendidikan kejuruan. Perbedaan kuat telah dibuat antara hasil kurikular terukur dan hasil yang tidak terukur dan itu diakui bahwa seseorang tidak dapat menilai semua hasil yang terkait dengan kurikulum. Tujuan yang luas seperti layanan hasil yang tidak terukur menjadi landasan untuk bangunan kurikulum lebih lanjut. Sasaran merupakan hasil terukur dari suatu kurikulum. Pengembangan tujuan dan sasaran diharapkan menjadi usaha terperinci dan sistematis, jika sasaran merupakan komunikasi yang tepat dari yang diharapkan oleh peserta didik. Unsur dasar yang termasuk dalam setiap sasaran kinerja adalah kegiatan yang akan dilakukan, kondisi yang harus dilakukan, dan standar kinerja yang dapat diterima. Pada akhirnya, lima jenis pengaturan urutan telah disajikan, masing-masing memiliki potensi untuk membantu pengembang kurikulum dalam menyusun sasaran untuk memenuhi kebutuhan siswa.