menejemen konflik kelompok 3 akbid paramata muna
TRANSCRIPT
Tugas : manajemen keperawatan
Dosen: Ns,Santy , S.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok III
1.SAMNIAH 7. SAWAL
2. SARMAN 8. RAHMATUL
ILHAM
3. SAIFUDIN 9. SITIARA
4. RIZAL AMRULAH 10. ROSNA DANI
5. SITI DARMIN 11. RAHMAN RAHIM
6. SUHERMAN 12. NURMAYANTI
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilllah kami hatarkan Kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Hidayahnya yang diberikan kepada kami sehingga dapat
merampungkan tulisan ataupun makalah yang menjadi tugas individu
Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah “manajemen keperawatan”
yang dipercayakan kepada kelompok kami yang pada dasarnya mengulas tentang “konflik,
kolaborasi, dan negosiasi”, .kami menyadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang kami miliki, materi ulasan yang kami sajikan masih jauh dari
kesempuranaan dalam hal ini masih sangat sederhana sehingga tentunya tak akan luput dari
kesalahan dan kehilafan. Oleh karena itu, kami menghargai segala bentuk masukan dan kritik
dari rekan-rekan ataupun pihak lain untuk lebih membangun dan menyegarkan wawasan
yang lebih bijaksana di tengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan yang kompetitif Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana yang kami harapkan.
Raha, oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
A. Latar Belakang ......................................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................................
C. Tujuan ...................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................................
A. Konflik .................................................................................................
B. Sejarah Menejemen Konflik .................................................................
C. Kategori Konflik ...................................................................................
D. Proses Konflik ....................................................................................
E. Penyelesaian Konflik ............................................................................
F. Negosiasi ...............................................................................................
G. Kunci Sukses Menuju Negosiasi ..........................................................
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................
BAN IV PENUTUP ...........................................................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
konflik terjadi dari suatu ketidak setujuan antara dua orang atau organisasi,
dimana orang tersebut menerima sesuatu yang akan mengancam kepentingannya.
Sebagai proses, konflik dimanifeestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang
akan dilakukan oleh dua orang atau kelompok, dimana setiap orang atau kelompok
berusaha menghalangi atau mencegah kepuasan dari seseorang. Sumber konflik
diorganisasi dapat ditemukan pada kekuasaan, komunikasi, tujuan seseorang dalam
organisasi, ketersediaan sarana, perilaku kompetisi dan kepribadian, serta peran yang
membingungkan.
Sebagai manejer keperawatan, konflik sering terjadi pada setiap tatanan
asuhan keperawatan. Oleh karena itu, mmanejer harus mempunyai dua asumsi dasar
tentang konflik, meliputi :
Konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam suatu organisasiJika
konflik dapat dikelola deengan baik, maka konflik dapat menghasilkan suatu kualitas
produksi, penyelesaian yang kreaktif dan berdampak terhadap peningkatan dan
pengembangan.
Di sini, peran manejer sangat penting dalam mengelola konflik, dengan
menciptakan lingkungan menggunakan konflik yang konstruktif dalam
pengembangan, peningkatan dan produktifitas. Jika konflik mengarah kesuatu yang
menghambat dalam suatu organisasi, maka manejer harus mengenali sejak awal dan
secara aktif melakukan interfensi supaya produktifitas dan motifasi tidak terkena efek.
Belajar menangani konflik secara kontruktif dengan menekankan pada winwin
solution merupakan keterampilan kkritis dalam suatu manajemen.
B. Rumusan Masalah
Adapn permasalahan yang di angkat dalam pembahasan ini yaitu agar kita
mengetahui bagaimana manajemen konflik, kolaborasi dan negosiasi dalam
menejemen keperawatan
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana manajemen konflik, kolaborasi dan negosiasi
dalam menejemen keperawatan dan dapat Membantu meningkatkan pengetahuan
kami tentang menejemen keperawatan . Sehingga kami dapat mengaplikasikanya
dalam masyarakat yang berhubungan dengan keperawatan, serta dapat
mengaplikasikanya dalam ilmu keperarawatan
BAB II
PEMBAHASAN
Manejmen Konflik, Kolaborasi Dan Negosiasi
A. Konflik
Marquis dan huston (1998) mendifinisikan konflik sebagai masalah internal
dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau
keyakinan dari dua orang atau lebih. Littlefield (1995) mengatakan bahwa konflik
dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai suatu kejadian,
konflik terjadi dari suatu ketidak setujuan antara dua orang atau organisasi, dimana
orang tersebut menerima sesuatu yang akan mengancam kepentingannya. Sebagai
proses, konflik dimanifeestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang akan
dilakukan oleh dua orang atau kelompok, dimana setiap orang atau kelompok
berusaha menghalangi atau mencegah kepuasan dari seseorang. Sumber konflik
diorganisasi dapat ditemukan pada kekuasaan, komunikasi, tujuan seseorang dalam
organisasi, ketersediaan sarana, perilaku kompetisi dan kepribadian, serta peran yang
membingungkan
Sebagai manejer keperawatan, konflik sering terjadi pada setiap tatanan
asuhan keperawatan. Oleh karena itu, mmanejer harus mempunyai dua asumsi dasar
tentang konflik, meliputi :
1. Konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi
2. Jika konflik dapat dikelola deengan baik, maka konflik dapat menghasilkan suatu
kualitas produksi, penyelesaian yang kreaktif dan berdampak terhadap
peningkatan dan pengembangan.
Di sini, peran manejer sangat penting dalam mengelola konflik, dengan
menciptakan lingkungan menggunakan konflik yang konstruktif dalam
pengembangan, peningkatan dan produktifitas. Jika konflik mengarah kesuatu yang
menghambat dalam suatu organisasi, maka manejer harus mengenali sejak awal dan
secara aktif melakukan interfensi supaya produktifitas dan motifasi tidak terkena efek.
Belajar menangani konflik secara kontruktif dengan menekankan pada winwin
solution merupakan keterampilan kkritis dalam suatu manajemen.
B. Sejarah menejemen konflik
Sejarah terjadinya suatu konflik pada suatu organisasi dimulai dari seratus
tahun yang lalu, dimana konflik adalah ssuatu kejadian yang alamiah dan peristiwa
yang pasti terjadi diorganisasi. Pada awal abad 20, konflik diindikasikan sebagai
ssuatu kelemahan manajemen pada suatu organisasi yang harus di hindari.
Kerarmonisan suatu organisasi sangat diharapkan, tetapi konflik selalu akan
merusaknya. Ketika konflik sudah mulai terjadi, meskipun dihindari dan ditolak,
namun harus tetap diselesaikan secepatnya. Konflik sebenarnya dapat dihindari, kalau
staf diarahkan terhadap suatu tujuan yang jelas dalam melaksanakan tugasnya dan
ketidakpuasan staf, harus diekspresikan secara langsung supaya masalah tidak
menumpuk dan bertambah banyak.
Pada pertengahan abad 19, ketika ketidak puasan staf dan umpan balik dari
atasan tidak ada, maka konflik diterima secara pasif sebagai suatu kejadian yang
normal dalam organisasi. Oleh karena itu, seorang manajer harus belajar banyak
tentang bagaimana menyelesaikan konflik tersebut dari pada berusaha
menghindarinya. Meskipun konflik dalam organisasi merupakan suatu unsur
penghambat staf dalam melaksanakan tugasnya, tetapi diakui bahwa konflik dan kerja
sama dapat terjadi secara bersamaan.
Teori interaksi pada tahun 1970 mengemukakan bahwa konflik merupakan
suatu hal yang penting, dan secara aktif mengajak organisasi untuk menjadikan
konflik sebagai salasatu pertumbuhan produksi. Teori ini menekankan bahwa konflik
dapat mengakibatkan pertumbuhan produksi sekaligus kehancuran organisasi,
keduanya tergantung bagaimana manajer mengelolahnya. Mengingat konflik adalah
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam organisasi, maka manager harus dapat
mengelolanya dengan baik.
Konflik dapat berupa sesuatu yang kualitatif ataupun kuantitatif. Meskipun
konflik berakibat terhadap stres, tetapi dapat meningkatkan produksi dan kreatifitas.
Manajemen konflik yang konstruktif akan menghasilkan linggkungan yang kondusif
untuk didiskusikan sebagai fenomena yang utama, komunikasi yang terbuka melalui
pengutaraan perasaan, dan tukar pikiran serta tanggung jawab yang menguntungkan
dalam menyelesaikan suatu perbedaan (Erwin, 1992).
C. Kategori konflik
Konflik dapat dibedakan menjadi 3 jenis yakni, konflik intrapersonal,
interpersonal dan antarkelompok.
1. Intrapersonal. Konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini merupakan
masalah internal untuk mengklarifikasi nilai dan keinginan dari konflik yang
terjadi. Hal ini sering dimanifestasikan sebagai akibat dari kompetisi peran.
Misalnya, manager merasa mempunyai konflik intrapersonal dengan loyalitas
terhadap profesi keperawatan, loyalitas terhadap pekaryaan, dan loyalitas kepada
pasien.
2. Interpersonal. Konflik ini terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai, tujuan
dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara konstan
berinteraksi dengan orang lain, sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan.
Manager sering medngalami konfflik dengan teman sesama manager, atasan, dan
bawahannya.
3. Antarkelompok(intergroup). Konflik ini terjadi antara dua atau lebih dari
kelompok orang, departemen, attau organisasi. Sumber konflik jenis ini adalah
hambatan dalam mmencapai kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan), serta
keterbasan prasarana.
Konflik yang terjadi pada suatu organisasi merekflesikan konflik
intrapersonal, interpersonal, dan intergroup. Tetapi ndalam organisasi, konflik
dipandang secara vertikal dan horizontal (marquis dan huston, 1998). Konflik vertikal
terjadi antara atasan dan bawahan. Konflik horizontal terjadi antara staf dengan posisi
dengan kedudukan yang sama, misalnya : konflik horizonttal ini meliputi wewenang,
keahlian, dan praktek.
D. Proses Konflik
Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahapan :
1. Konflik laten
Tahapan konflik yang terjadi terus menerus (laten) dalam suatu organisasi
misalnya, kondisi tentang keterbatasan staf dan perubahan yang cepat. Kondisi
tersebut memicu pada ketidak stabilan organisasi dan kualiitas produksi,
meskipun konflik yang ada kadang tidak nampak secara nyata attau tidak perna
terjadi.
2. Felt conflict (konflik yang dirasakan)
Konflik yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman,
ketakutan, tidak percaya, dan marah. Konflik ini disebut juga sebagai konflik
affestiveness. Hal ini penting bagi seseorang untuk menerima konflik dan tidak
merasakan konflik tersebut sebagai suatu masalah atau ancaman terhadap
keberadannya.
3. Konflik yang nampak atau sengaja dimunculkan
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya. Tindakan yang
dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisi, debat, atau mencari penyelesaian
konflik. Setiap orang secara tidak sadar belajar menggunakan kompetisi,
kekuatan, dan agresifitas dalam menyelesaikan konflik. Sementara itu,
penyelesaian konflik dalam suatu organisasi memerlukan upaya dan strategi
sehingga dapat mencapai tujuan organisasi.
4. Resolusi konflik
Resolusi konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan
semua orang yang terlibat didalamnya dengan prinsip (winwin solution).
5. Konflik aftermath
Konflik aftermath merupakan konflik yang terjadi akibat dari
tidakterselesaikannya konflik yang pertama. Konflik ini akan menjadi masalah
besar njika tidak segera diatasi atau dikurangi bisa menjadi penyebap dari konflik
yang utama.
E. Penyelesaian Konflik
1. Langka-langka
Vestal (1994) menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan suatu konflik
meliputi : pengkajian, identifikasi, dan intervensi.
a. Pengkajian
1. Analisis situasi
Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan, setelah
dilakukan pengumpulan fakta dan memvalidasi semua pikiran melalui
pengkajian lebih mendalam . kemudian siapa yang terlibat dan peran masing-
masing. Tentukan jika situasinya dapat diubah.
2. Analisis dan mematikan isu yang berkembang
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan masalah
utama yang memerlukan suatu penyelesaian yang dimulai dari masalah
tersebut. Hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
3. Menyusun tujuan
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
b. Identifikasi
1. Mengelola perasaan
Hindari respon emosional : marah, sebab setiap orang mempunyai respon yang
berbeda terhadap kata-kata, ekspresi, dan tindakan.
c. Intervensi
1. Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya
identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi.
2. Menyelesaikan metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik
memerlukan strategi yang berbeda-beda. Selesaikan metode yang paling
sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
2. Strategi menyelesaikan konflik
Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi 6 yakni :
a. Kompromi atau negosiasi
Suatu strategi menyelesaikan konflik dimana semua yang terlibat saling
menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini sering
diartikan seebagai (lose - lose situation). Kedua unsur yang terlibat menyerah dan
menyepakati hal yang telah dibuat. Didalam manajemen keperawatan, strategi
sering digunakan oleh middle dan top manager keeeperawatan.
b. Kompetisi
Strategi ini dapat diartikan sebagai (win lose) penyyelesaian konflik penyelesaian
ini menekankan bahwwa hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa
mempertimbangkan yang kalah. Akibat negatif dari strategi ini adalah kemarahan,
putus asa, dan keingginan untuk perbaikan ddiimasa mendatang.
c. Akomodasi
Istilah lain yang sering dugunakan adalah cooperative. Konflik ini berlawanan
dengan konpetisi. Pada strateggi ini, seseorang berusaha mengakomodasih
permasalahan dan memberi kesempatan pada orang lain untuk menang. Masalah
utama pada strategi ini sebenarnya ttidak terselesaikan. Strategi ini biasanya
digunakan dalam politik untuk merebut kekuasaan dengan berbagai
konsekuensinya.
d. Smoothing
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi komponen
emosional dalam konflik. Pada strategi ini, individu yang terlibat dalam konflik
berupaya mencapai kebersamaan ari pada perbedaan dengan penuh kesadaran dan
intropeksi diri. strategi ini bisa diterapkan ada konflik pada konflik yang ringan,
tetapi untuk kpnflik yang besar, misalnya persaingan pelayanan atau hasil
produksi,tidak dapat di pergunakan.
e. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah
yang dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan
masalah. Strategi ini biasanya di pilih bila ketidak sepakatan membahayakan
kedua pihak, biaya penyelesaian lebih besar dari pada menghindar atau perlu
orang ketiga dalam menyelesaikannya, atau jika masalah dapat terselesaikan
dengan sendirinya.
f. Kolaborasi
Strategi ini merupakan strategi (win – win solution) dalam kolaborasi kedua unsur
yang terlibat menetukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu
tujuan. Karena keduanya meyakini akan tercapainya suatu tujuan yang telah
ditetapkan, masing – masing meyakininya. Strategi kolaborasi tidak akan bisa
berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi tersebut. Kelompok
yang terlibat tidak mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah, dan
tidak adanya kepercayaan dari kedua kelompok/seseorang (Bowditch and Buono,
1994).
F. Negosiasi
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi
juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (marquis and huston, 1998).
Negosiasi sering dirancang sebagai suatu pendekatan kompromi jika digunakan
sebagai strategi menyelesaikan konflik. Selama negosiasi berlangsung, berbagai pihak
terlibat menyerah dan lebih menekankan waktu mengakomodasi perbedaan –
perbedaan.
Smeltzer 1991 mengedintifikasi dua tipe dasar negosiasi yakni :
1. Kooperatif (setiap orang menang) dan
2. Kompetitif (hanya satu orang yang menang).
Satu hal yang dalam negosiasi adalah bahwa ada salah satu pihak
menghendaki adanya perubahan hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan
hubungan yang lebbih baik. Jika kedua pihak menghendaki adanya suatu perubahan,
maka hal ini merupakan cara koperatif yang baik. Jika hanya salah satu pihak yang
menghendaki, namun akan muncul adanya suatu persaingan.
Meskipun dalam negosiasi ada unsur yang menang dan kalah antara kedua
belah pihak, namun sebagai negotiator, penting untuk :
1. Memaaksimalkan kemenangan kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama.
2. Menimalkan kekalahan, dan bagi yang kalah tetap dapat mengikuti tujuan
bersama.
3. Membuat kedua belah pihak merasa puas terhadap hasil negosiasi.
Sebelum negosiasi
Tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manager setuju untuk memulai
proses negosiasi : masalah harus dapat dinegosiasikan; negotiator harus tertarik
terhadap “ take and give “ selama proses negosiasi; dan mereka harus saling
percaya (smeltzer 1991).
Langkah – langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi
adalah :
1. Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Karena
pengetahuan adalah kekuatan, semakin banyak informasi yang didapat, maka
semakin besar kemungkinan untuk menawarkan negosiasi.
2. Dimana manager harus memulai, karena tugas manager adalah melakukan
kompromi, maka mereka harus memilih tujuan yang utama. Tujuan tersebut
sebagai masukan darri tingkat bawah.
3. Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana. Efisiensi dan
efektifitas penggunaan waktu, anggaran, dan pegawaian terlibat perlu juga
diperhatikan oleh manager.
4. Mempunyai agenda yang disembunyikan. Suatu agenda negosiasi yang akan
ditawarkan jika alternatif negosiasi tidak dapat disepakati.
Selama negosiasi
Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam
menciptakan kondisi yang persuasif, asertif, dan komunikasi terbuka :
1. Pilih fakta – fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
2. Dengarkan dengan seksama, dan perhatikan respon nonverbal yang nampak.
3. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif
informasi yang disampaikan.
4. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara
anda. Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan.
5. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah –
masalah pribadi pada saat negosiasi.
6. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
7. Jujur
8. Usahakan bersikap bahwa anda memerlukan penyelesaian yang terbaik.
9. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir, dan
mintalah waktu untuk menjawabnya
10. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi
berlangsung, istirahatlah sebentar.
11. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu anda pahami.
12. Bersabarlah (smeltzer, 1991).
G. Kunci Sukses Melakukan Negosiasi
A. Lakukan
Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa anda mengetahui
keinginan orang lain.
Perlakukan orang lain sebagai teman dalam menyelesaikan masalah, bukan
sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada, bukan orangnya.
Ingat, bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang dapat diterima
jika anda dapat menyajikan sesuatu dengan baik dan menarik.
Dengarkan baik – baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak. Perhatikan
gerakan tubuhnya.
Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit – belit.
Antisipasi penolakan.
Tahu apa yang dapat anda berikan
Tunjukan beberapa alternatif pilihan.
Tunjukan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat terhadap pendapat
anda
Bersikaplah asertif, bukan agresif.
Hati – hati, anda mempunyai suatu kekuasaan untuk memutuskan
Pergunakan gerak tubuh, jika anda menyetujui atau tidak terhadap suatu
pendapat.
Konsisten terhadap apa yang anda anggap benar.
B. Hindari
Sikap yang tidak baik : sinis, kasar, dan menyepelehkan.
Trik yang tidak baik : manipulasi.
Distorsi.
Tergesa – gesa dalam proses negosiasi.
Tidak berurutan.
Membuat hanya satu pilihan.
Memaksakan kehendak.
Berusaha menekankan pada suatu pendapat.
DAFTAR PUSTAKA
Bowditch J.L and Buono A.F (1994). A Primer On Organizing Behavior. New York :
Wiley.
Erwin K (1992). Maniging Conflict. Nurse Manager. 23 (3:67).
Littlefield VM (1995). Conflict Resorution : Critical to Productive School of Nursing.
Journal of Profesional Nursing. 11 (1:7-15).
Marquis BL dan Huston CJ (1998). Management Decision Making 124 Case studies.
3rd Ed. New York : Lippincott – Raven.
Nursalam (2002). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer C (1991). The Art of Negotiation : an Everyday Experience. J Nurse
Administration. 21 (7/8: 26 – 30).
Vestal ,K.W (1994). Nursing Managemen : Control Philadelphia: J.B. Lippincott.