mekan absorbsi

Upload: risma-dian-utami

Post on 14-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 mekan absorbsi

    1/3

    Absorpsi didefinisikan sebagai masuknya obat dari tempat pemberiannya ke dalam

    plasma. Kecuali pemberian I.V. dan inhalasi, hampir semua obat harus masuk ke dalam

    plasma sebelum mencapai tempat kerjanya dan oleh karena itu obat harus mengalami

    absorpsi lebih dahulu. Terdapat beberapa cara pemberian obat yaitu : 1. Sublingual, 2. Per

    oral, 3. Per rectal, 4. Pemakaian pada permukaan epitel ( kulit, kornea, vagina, mukosa

    hidung ), 5. Inhalasi, 6. Suntikan ( subkutan, intramuskuler, dan intratekal ).

    Absorbsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagai barier absorbsi adalah

    membran epitel saluran cerna yang seperti halnya semua membran sel epitel saluran cerna ,

    yang seperti halnya semua membran sel ditubuh kita, merupakan lipid bilayer.Dengan

    demikian , agar dapat melintasi membran sel tersebut, molekul obat harus memiliki kelarutan

    lemak (setelah terlebih dulu larut dalam air).

    (Farmakologi dan Terapi edisi 5, 2007)

    Absorpsi obat melalui saluran cerna :

    Sublingual. Absorpsi obat langsung melalui rongga mulut kadang-kadang diperlukan

    bilamana respons yang cepat sangat diperlukan, terutama bila obat tersebut tidak stabil pada

    keadaan Ph lambung atau dimetabolisme oleh hepar dengan cepat.

    Per oral. Sebagian besar obat diberikan melalui mulut dan ditelan. Beberapa obat

    ( misalnya: alcohol dan aspirin ) dapat diserap dengan cepat dari lambung, tetapi kebanyakan

    obat diabsorpsi sebagian besar melalui usus halus. Absorpsi obat melalui usus halus,

    pengukuran yang dilakukan terhadap absorpsi obat baik secara in vivo maupun secara in

    vitro, menunjukan bahwa mekanisme dasar absorpsi obat melalui usus halus ini adalah secara

    transfer pasif. Di mana kecepatan obat ditentukan oleh derajat ionisasi obat dan lipid

    solubilitas dari molekul obat tersebut.

    Pemberian obat secara rectal dapat dipakai baik untuk mendapatkan efek local

    maupun untuk efek sistemik. Obat obat yang diabsorpsi melalui rectum masuk ke sirkulasi

    sistemik tanpa melalui hepar. Hal ini dapat mengguntungkan bagi obat-obat yang dengan

    cepat menjadi inaktif bila melewati hepar (missal : progesterone, tetosteron . alas an lain

    memberikan obat secara rectal adalah untuk menghindari efek iritasi obat pada lambung (

    misalnya : obat antiradang ). Cara ini dapat juga digunakan untuk pasien yang muntah-

    muntah atau pasien yang tidak bias menelan pil atau tablet. Absorpsi obat melalui rectum ini

    sering bersifat irregular dan tidak sempurna, serta banyak juga obat yang mengiritasi mukosa

    rectum.

    Pemberian obat perkutan. Kebanyakan obat sangat sedikit yang dapat diabsorpsi

    melalui kulit yang utuh, karena kelarutan dalam lemak obat-obat tersebut terlalu rendah.

  • 7/27/2019 mekan absorbsi

    2/3

    Dalam praktek klinik pemberian obat pada kulit dilakukan terutama bila diperlukan efek local

    pada kulit. Namun absorpsi yang cukup bias juga terjadi dan menyebabkan efek sistemik.

    Pemberian obat secara suntikan intravena. Pemberian obat secara intravena adalah

    cara yang paling cepat dan paling pasti. Suatu suntikan tunggal intravena akan memberikan

    kadar obat yang sangat tinggi yang pertama-tama akan mencapai paru-paru dan kemudian ke

    sirkulasi sistemik. Kadar puncak yang mencapai jaringan tergantung pada kecepatan suntikan

    yang harus diberikan secara perlahan-lahan sekali. Obat-obat yang berupa larutan dalam

    minyak dapat menggumpalkan darah atau dapat menyebabkan hemolisa darah, karena itu

    tidak boleh diberikan secara intravena.

    Pemberian obat suntikan subkutan. Suntikan subkutan hanya bias dilakukan untuk

    obat-obat yang tidak menyebabkan iritasi terhadap jaringan karena akan menyebabkan rasa

    sakit hebat, bnekrosis dan pengelupasan kulit. Absorpsi melalui subkutan ini dapat pula

    bervariasi sesuai dengan yang diinginkan.

    Pemberian suntikan intramuskuler ( IM ). Obat- obat yang larut dalam air akan

    diabsorbsi dengan cepat setelah penyuntikan IM. Umumnya kecepatan absorpsi setelah

    penyuntikan pada muskulus deloid atau vastus lateralis adalah lebih cepat dari pada bila

    disuntikkan pada gluteus maximus. Pemberian suntikan intra-anterial. Kadang-kadang obat

    disuntikan ke dalam sebuah arteri untuk mendapatkan efek yang terlokalisir pada jaringan

    atau alat tubuh tertentu. Tetapi nilai terapi cara ini masih belum pasti. Kadang-kadang obat

    tertentu jug a disuntikan intraarteri untuk keperluan diagnosis. Sutikan intraarteri harus

    dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli. Pemberian suntikan intratekal. Dengan cara ini

    oabt langsung disuntikkan ke dalam ruang subaraknoid spinal. Suntikan intratekal dilakukan

    karena banyak obat yang tidak dapat mencapi otak, karena adanya sawar darah otak.

    ( dr.sjamsuir munaf,1994 )

    Pemberian suntikan intra-peritonial. Rongga peritoneum mempunyai permukaan absorpsi

    yang sangat luas sehingga obat dapat masuk ke sirkulasi sistemik secara cepat. Cara ini

    banyak digunakan di laboratorium tetapi jarang digunakan di klinik karena adanya bahaya

    infeksi dan perlengketan peritoneu.

    ( dr.sjamsuir munaf,1994 )

    Tim departemen Farmakologi FKUI.2007.Farmakologi dan Terapi. FKUI:Jakarta.

    Katzung, Bertram g. 1986.Farmakologi dasar dan klinik. Salemba Medika:Jakarta.

    Anonim.1995.Farmakope Indonesia edisi IV. Depkes RI:Jakarta.

  • 7/27/2019 mekan absorbsi

    3/3