maul ida
TRANSCRIPT
OSMOREGULASI HEWAN OSMOREGULASI HEWAN PADA LINGKUNGAN AIR TAWARPADA LINGKUNGAN AIR TAWAR
Sri Maulidah Sri Maulidah
44014110164401411016
Hewan air tawar mempunyai cairan tubuh dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi dari
lingkungannya (tubuh hiperosmotik/hipertonis)
Masalah 1. Pemasukan air yang berlebihan 2. Kehilangan garam (melalui kulit)3. Kehilangan ion secara difusi
Adaptasi :
• Permukaan tubuh impermeabel thd air
• Pengeluaran urin yang lebih banyak daripada hewan air laut
akan tetapi, pengeluaran urin juga berarti pengeluaran ion
Oleh karena itu, hewan melakukan transport aktif untuk memasukkan ion ke dalam tubuh
Transport aktif ion dapat terjadi melalui :- insang (Avertebrata)- insang dan makanan (Vertebrata)
Ikan teleostei
Tubuh hiperosmotik kemasukan air (terutama melalui insang)
Kelebihan air dikeluarkan melalui urin
Pengeluaran banyak urin
Pengeluaran garam (melalui urin dan insang)
Adaptasi : transport aktif Garam melalui insang
Insang berfungsi sebagai alat untuk memasukkan garam ke dalam tubuh
(transport aktif), sekaligus untuk membuang kelebihan garam (difusi)
SISTEM OSMOREGULASI KEPITING BAKAU
Kepiting merupakan hewan osmoregulator, Dalam osmoregulasi ini, kepiting
memerlukan transportasi aktif, terutama pompa Na – K – ATPase, untuk mempertahankan gradien osmotik dalam tubuh bergerak normal.
Tekanan osmotik dalam sel akan mempengaruhi komposisi protein pada kondisi stress osmotik, juga terhadap penggunaan energi akibat aktivitas transportasi aktif, sehingga terjadi gradasi bahan-bahan yang kaya energi seperti lemak, dan karbohidrat
Protein juga akan mengalami gradasi, karena turut berperan dalam sistem pompa ion pada membran sel (protein membran sel/carrier) dan biokatalisator (enzim Na – K ATP ase).
Jika salinitas terlalu tinggi, kepiting mengalami kondisi hipoosmotik, air dari dalam tubuh cendrung bergerak keluar secara osmosis. Sehingga, kepiting akan berusaha mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dengan mencegah agar cairan urin tidak lebih pekat dari hemolimfenya.
Dengan begitu, kepiting harus mengekstrak H2O dengan cara minum air serta memasukkan air lewat insang dan kulit (saat moulting). Aktivitas ini mengeluarkan energi yang cukup besar.
Dalam kondisi salinitas rendah, kepiting mengalami kondisi hiperosmotik.
Air dalam media cendrung menembus masuk ke dalam tubuh, lewat lapisan kulit tipis kepiting. Kepiting mengantisipasinya dengan mengeluarkan air lewat kelenjar eksresi (kelenjar antena), juga memompa keluar air melalui urin.
Pengambilan energi pun dibutuhkan untuk pengambilan ion-ion pada salinitas air rendah.
Dengan kata lain, kepiting yang merupakan organisme laut tipe osmoregulator- eurihaline ini memiliki pengaruh langsung terhadap salinitas media, tepatnya pada kemampuan pencernaan serta absorbsi sari pakan.
Pengaruh salinitas yang tidak kalah penting yaitu dapat meningkatkan laju konsumsi oksigen, serta perubahan pola respirasi. Sehingga, pertumbuhan akan efektif bila kepiting hidup pada media yang tidak jauh dari titik isoosmotik.