materi perkotaan

Upload: chairunnisa

Post on 13-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

http://detak-unsyiah.com/opini/pengaturan-kos-buruk-picu-seks-bebas-lingkungan-kampus.html

PERMASALAHAN

Sekilas ketika berbicara tentang kos-kosan secara otomatis asosiasi masyarakat akan tertuju pada tempat singgah sementara dan peristirahatan mahasiswa setelah lelah beraktivitas di kampus. Keberadaan tempat peristirahatan mahasiswa ini merupakan hal yang biasa dijumpai hampir disekitar lingkungan kampus. Mahasiswa dapat memetik hikmah dibalik kehidupan kos yang lengkap dengan segala keterbatasan dan kesederhanaannya. Dalam interaksi sosial misalnya kos-kosan sangat strategis sebagai media bersosialisasi. Banyak fenomena baru yang dapat ditemukan ketika berinteraksi dengan sesama warga kos. Seringkali kita dihadapkan dengan teman kos yang memiliki kepribadian beragam dimana kita harus menahan ego kita di dalam membina hubungan baik dengan sesama teman kos. Sebagai warga kos dituntut untuk bisa memahami komunitas sekitar baik di dalam maupun diluar kos. Kos selain digunakan sebagai tempat beristirahat juga merupakan tempat belajar, berdiskusi, berkreasi, mengerjakan tugas-tugas kuliah dan kebutuhankebutuhan lainnya. Tentunya kalangan mahasiswa sangat mengharapkan kondisi kos yang nyaman dan representatif untuk belajar, berdiskusi dan berkarya. Namun, sayangnya fenomena kos yang hanya dijadikan sekedar tempat numpang tidur ternyata masih banyak menjangkiti mahasiswa. Misalnya saat berkunjung ke sebuah kos terlihat pemandangan para mahasiswa kos yang sedang asyik bermain gitar, nonton TV, pergi sampai larut malam, apel sampai lupa waktu dan sebagainya karena banyak yang beranggapan bahwa belajar formalitas hanya di lakukan di kampus saja sedangkan kos-kosan hanyalah sebagai refreshing dan sebagai tempat ngobrol semata. Barangkali faktor penyebab penyalahgunaan fungsi kos adalah kurangnya kedisiplinan dan kontrol dari pemilik kos dan juga dari individunya sendiri sebagai warga kos. Kurangnya kontrol itu membuka ruang lebar bagi mahasiswa kos untuk melakukan hal-hal di luar aturan yang ada seperti kebiasaan mahasiswa yang apel sampai larut malam dan bebasnya mahasiswa berkumpul dalam satu kos yang terkadang melebihi batas waktu yang sudah ada. Sudah selayaknya pemilik kos dan masyarakat sekitar bersikap partisipatif untuk selalu mengawasi keberadaan mahasiswa. Kos yang merupakan rumah kedua bagi mahasiswa diharapkan menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan selama masih menempuh masa studi kuliah. Adanya kos-kosan selama ini memberikan dampak positif dan negatif baik terhadap warga masyarakat sekitar maupun bagi mahasiswa sendiri dan juga sekaligus pemilik kos.Seperti misalnya pada daerah tempat observasi kami di belakang kampus UNS tepatnya di daerah Jebres Krajan yang kami temui dan wawancarai salah satu ketua RT yang bernama Pak Haryanto beliau yang baru saja di lantik pada tahun 2013 lalu mengatakan bahwa di daerahnya ini dahulunya adalah tempat yang sepi berisikan beberapa rumah warga namun selama lima tahun belakangan ini menjadi ramai karena maraknya pembangunan kos dan tidak sedikit pula warga pribumi yang menjual lahannya untuk di jadikan kepada penduduk luar daerah dan terutama ramainya pendatang yang bermukim sementara atau kost. Beliau memaparkan bahwa pendataan di daerahnya yang kebanyakan berisi bangunan kos ketimbang rumah warga juga belum di laksanakan dan sampai saat ini hanya baru ada rencana untuk mendata kos kos yang ada di tempatnya dan belum di realisasikan, meskipun aturannya sudah ada, beliau juga menambahkan untuk pendataan ini juga belum ada datanya sejak kepengurusan yang lalu dan beliau hanya meneruskan kepengurusan yang lalu, data, grafik maupun tabel mengenai perkembangan bangunan kos juga belum ada. Karena menurutnya dari kecamatan dan kelurahannya tidak mengadakan pendataan. Sehingga pada penelitian ini kami hanya menghitung kos kosan yang ada yang sekiranya terdapat bangunan lama dan bangunan baru. Beliau hanya memiliki data tentang pemungutan iuran atau kas. Jelas hal ini membuat kami sedikit kesulitan menemukan data yang valid mengenai keberadaan kos di daerah tersebut. Selain itu beliau juga menambahkan bahwa lingkungan yang di pimpinnya juga pernah bahkan tak jarang di jadikan ajang mabuk mabukan yang menurut beliau dilakukan oleh warga aslinya maupun oknum yang berasal dari luar daerahnya. Kemudian pak RT juga memaparkan mengenai persoalan harga tanah yang tiap tahun meningkat. Menurutnya perkapling (luasnya 96m) yang dahulu cukup murah sekitar Rp 800.000/kapling pada tahun 1989, namun seiring dengan tingkat kepadatan dan banyaknya pendatang lambat laun harganya mengalami kenaikan yang saat ini mencapai Rp 2.500.000 per meter persegi. Selain itu beliau juga menambahkan bahwa terdapat laporan dari masyarakat lantaran terjadinya penyimpangan yang di lakukan oleh para penghuni kos misalnya seorang lelaki memasuki kos perempuan dan masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu begitu juga sebaliknya seorang perempuan yang memasuki kamar kos lelaki hal ini membuat ketidak nyamanan dan keresahan warga, bahkan juga adanya laporan yang menyebutkan jika mahasiswi yang gelisah akibat menanggung hubungan gelapnya. Tidak hanya itu maraknya aksi kejahatan berupa pencurian barang barang penghuni kos dengan cara membuka paksa atau membobol pintu kamar kos di saat penghuninya sedang liburan panjang kuliah dan pulang ke daerah asalnya sehingga kamar kosnya kosong selama berhari hari dan hal inilah yang menjadi kesempatan para pelaku kejahatan, aksi ini semakin lama semakin marak terjadi dan kemungkinan pelakunya berasal dari luar daerah. Selanjjutnya juga di daerahnya pernah terjadi kejadian pencurian kendaraan. Seperti yang sudah di jelaskan tadi bahwa semakin bertambahnya kos semakin tinggi juga tindak kejahatannya. Walaupun tindak kejahatan semakin banyak namun tak mempengaruhi para peminatnya untuk tinggal di sini, hal ini di karenakan daerah ini memliki sarana penunjang yang sangat di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan para pendatangnya terutama mahasiswanya misalnya seperti, warung makan, tempat fotocopy, banyak terdapat pertokoan sehingga menambah kesan ramai pada daerah ini serta banyak pilihan dalam memilih kos yang sesuai keinginan. karena dahulu daerah ini merupakan bekas makam sehingga kami pun menanyakan mengenai gangguan mistik yang terjadi di sana, lalu pak RT untuk permasalahan hal mistik ini menurutnya juga ada yang pernah cerita dari warga yang pernah melihat pada subuh ada pengemudi taksi yang memarkirkan mobilnya di seberang jalan rumah pak RT kemudian ia pun bertanya kepada pengemudi taksi tersebut sedang menunggu siapa, ucapnya. Kemudian pak supir taksi menjawab sedang menunggu seseorang penumpang untuk mengambil uang untuk membayar taksi yang kebetulan penghuni rumah yang tepat berada di sebelah tempat ia memarkirkan mobil taksinya, namun setelah di tunggu lama orang itu tak kunjung keluar dan saya pun tertidur di mobil ungkapnya. Lantas salah seorang wargapun menjawab Rumah itu sudah lama kosong ada sekitar 10 tahun kebih kosong. Semenjak saat banyak orang yang menyebut rumah itu angker, padahal rumah itu berhadapan langsung dengan rumah saya, sambung Pak RT. Selanjutnya mengenai penduduk asli di daerah Krajan sendiri

PENYEBAB PERTUMBUHANKota Solo tepatnya Daerah Jebres Krajan, menjadi menarik minat bagi para pendatang, karena berbagai alasan. Di antara sekian banyak alasan yang dapat disampaikan di sini adalah tersedianya tempat untuk menuntut ilmu baik sekolah tingkat menengah maupun perguruan tunggi, keramahan masyarakatnya, biaya hidup yang tidak mahal, lingkungan yang baru dan sebagainya. Atas alasan tersebut kemudian mendorong orang dari luar kota Solo berkeinginan untuk dapat tinggal di daerah Solo. Banyak tokoh nasional juga telah dilahirkan di kota Solo ini. Pada daerah yang kami kaji ini adalah daerah sekitar kampus UNS ini tepatnya daerah Krajan Jebres tengah memang kebanyakan pendatangnya berasal dari luar daerah Solo yang sedang menempuh pendidikan di kampus UNS dan kebanyakan para pendatang ini menempati atau menyewa kamar di gedung kos yang berdekatan dengan kampus sehingga hal ini mengakibatkan kepadatan di sekitar kampus UNS.Seiring dengan semakin populernya kampus UNS dikalangan masyarakat luar solo, maka semakin banyak pula mahasiswa pendatang dari luar daerah. Otomatis kebutuhan akan sewa kos semakin banyak. Hal ini mendorong pengusaha bisnis kos semakin gencar melakukan pembangunan rumah kos dan mengakibatkan pertumbuhan bangunan kos khususnya di daerah Jebres Krajan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data dari ketua RT setempat, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir setiap tahunnya selalu bermunculan bangunan kos baru. Data ini membuktikan bahwa pertumbuhan rumah kos di daerah Jebres Krajan terus terjadi.Lokasi yang strategis juga membuat daerah di sekitar Jebres Krajan, mempengaruhi pertumbuhan rumah kos di daerah ini. Fasilitas-fasilitas yang tersedia sebagai penunjang kebutuhan mahasiswa penghuni kos juga banyak tersedia di daerah ini. Selain itu banyaknya variasi harga sewa kos juga menjadikan daerah Krajan ini menjadi banyak diminati oleh para pendatang, lantaran dapat memilih tempat kos yang sesuai dengan keinginannya.

PENGARUH PERTUMBUHANMasalah penting yang perlu dipersiapkan oleh masyarakat sekitar Jebres Krajan adalah menyiapkan tempat tinggal bagi mereka. Setiap pendatang selalu mencari tempat tinggal untuk memudahkan akses mereka ke kampus. Tempat tinggal yang biasa dicari dapat berupa kos-kosan atau rumah kontrakan. Melihat angka mahasiswa baru yang masuk UNS, maka kita dapat memperkirakan berapa banyak kamar kos-kosan atau rumah kontrakan yang perlu disediakan. dan beberapa toko maupun warung yang menyediakan berbagai macam kebutuhan mahasiswa atau pelajar ini juga juga bisa di jadikan mata pencaharian warga sekitar kampus.Kehadiran mahasiswa sebagai penggerak ekonomi di kota Surakarta tepatnya daerah Jebres Krajan sebagai tempat yang berdekatan dengan kampus UNS mempunyai daya pikat bagi calon mahasiswa. berbagai kebutuhan primer mahasiswa harus disediakan, seperti bahan makanan, keperluan belajar, transportasi, dan pelayanan jasa lainnya. Sehingga membuat warga sekitar untuk membuka usaha demi memenuhi kebutuhan mahasiswa dan menambah pendapatan penduduk sekitar, hal ini membuat profesi penduduk Jebres Krajan yang semula kebanyakan adalah sebagai Buruh bangunan sekarang sudah banyak yang beralih menjadi wirausaha. Namun di sisi lain juga akan menambah padatnya penduduk, sementara mahasiswa yang lulus dan meninggalkan Solo jumlahnya tidak sebanding dengan mereka yang masuk. Kehadiran para mahasiswa baru di Solo ini sedikit banyak dapat menggerakkan ekonomi mikro masyarakat sekitar kampus terutama daerah Jebres Krajan.Memang kehadiran masyarakat pendatang di Solo tepatnya sekitar jebres krajan ini dapat memberikan iklim yang baik bagi pencitraan kota. Namun tidak sedikit pula efek negatif yang menyertainya, karena demikian banyak budaya bercampur menjadi satu lantaran banyaknya pendatang yang juga membawa kebudayaannya. Jalan - jalan semakin padat dan penuh lalu lalang kendaraan mahasiswa yang dahulunya jalanan di sekitar daerah Krajan ini sangat sepi. Parkiran sepedamotor di kampus maupun di daerah sekitar kos juga banyak dipenuhi kendaraan mahasiswa dengan berbagai macam plat nomor kendaraan. Rata-rata mahasiswa luar kota setelah mengenal medan, mereka lantas membawa kendaraan dari daerah asalnya.