mastoiditis

26
Makalah Ilmiah MASTOIDITIS Febi Putri Lestari 090100003 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER (THT-KL) FK USU Saya yang bertanda tangan dibawah ini, telah menyerahkan Hard Copy dan Soft Copy makalah ilmiah kepada dr. Suriyanti Nama Judul Full Text Power Point Soft Copy Tanda Tangan Febi Putri 090100003 Mastoid itis 1

Upload: karyn13692

Post on 22-Nov-2015

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Mastoiditis

TRANSCRIPT

Makalah IlmiahMastoiditisFebi Putri Lestari090100003

DEPARTEMEN ILMU KESEHATANTELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKBEDAH KEPALA LEHER (THT-KL)FK USU

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, telah menyerahkan Hard Copy dan Soft Copy makalah ilmiah kepada dr. Suriyanti

NamaJudulFull TextPower PointSoft CopyTanda Tangan

Febi Putri090100003Mastoiditis

Telah disetujuiTanggal 17 Mei 2014

PPDS Pembimbingdr. SuriyantiKATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini dalam batas waktu yang telah ditentukan.Makalah ilmiah yang berjudul Mastoiditis ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher di RS Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.Penulis mengucapkan terima kasih kepada PPDS pembimbing, dr. Suriyanti yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan makalah ilmiah ini.Penulis menyadari banyak kekurangan dalam makalah ilmiah ini, baik susunan maupun materi yang disajikan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiDAFTAR GAMBAR iiiDAFTAR DIAGRAM ivBAB I PENDAHULUAN 1BAB II TINJAUAN PUSTAKA 22.1. Anatomi 22.2. Mastoiditis 3 2.2.1 Defenisi 3 2.2.2 Etiologi 4 2.2.3 Epidemiologi 4 2.2.4 Klasifikasi 4 2.2.5 Patofisiologi 5 2.2.6 Gejala Klinis 6 2.2.7 Diagnosis 6 2.2.8 Diagnosa Banding 7 2.2.9 Terapi 8 2.2.10 Komplikasi 10 2.2.11 Prognosis 11BAB III KESIMPULAN 13DAFTAR PUSTAKA 14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi telinga dan mastoid 2Gambar 2.2 Diagramatik anatomi dari telinga tengah dan mastoid air cell 3Gambar 2.3 Gambar 2.3.Desktruksi tulang pada CT koronal. 7Gambar 2.4 MRI pada Mastoiditis dextra 8Gambar 2.5 Mastoiditis dengan abses subperiosteal 9

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1. Strategi Pengobatan Mastoiditis 10

BAB 1PENDAHULUAN

Mastoiditis adalah proses peradangan yang melibatkan sel-sel mastoid pada tulang temporal. Mastoiditis umumnya merupakan komplikasi dari otitis media. Hal ini dikarenakan karena adanya hubungan antara telinga tengah dan sel-sel udara mastoid, inflamasi pada telinga tengah juga dapat mempengaruhi mastoid. Kedua peradangan ini dapat di anggap aktif atau inaktif. Aktif merujuk pada adanya infeksi dengen pengeluaran sekresi telinga atau otorrhea akibat perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma atau jaringan granulasi. Inaktif merujuk pada sekuele dari infeksi aktif terdahulu, dengan begitu tidak ada otorrhea.1,2Insidensi tertinggi mastoiditis terjadi pada negara berkembang dan pada anak kecil. Kebanyakan pasien berumur < 2 tahun, dengan umur rata-rata yaitu 12 bulan. Namun, mastoiditis dapat terjadi pada umur berapun. Menurut penelitian insidensi mastoiditis pada anak meningkat dikarenakan kurangnya atau tidak efektifnya terapi antibiotik pada saat episode otitis media akut. Namun, insidensi berkurang setelah era antibiotik mulai berkembang.1,,3Patogen yang paling sering menyebabkan mastoiditis yaitu Streptococcus pneumonia 28,5%, Staphylococcus aureus 16 %, Haemophilus influenza 16 %, Streptococcus pyogenes 14%, dan Pseudomonas aeruginosa 14 %. Tingginya level resistensi dan lebih aggresifnya patogen merupakan hasil dari banyaknya kegagalan dari terapi antibiotik konvensional.4Mastoiditis bisa akut maupun kronik. Mastoiditis akut biasanya merupakan komplikasi otitis media akut, sedangkan mastoiditis kronik dihubungkan dengan kolesteatoma. Komplikasi mastoiditis dapat melibatkan langsung struktur disekitarnya, seperti telinga dalam, nervus fasialis, bagian lain tulang temporal, maupun otak. Komplikasi tersebut dapat meningkatkan morbiditas pasien.1,4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Anatomi Telinga Tengah dan Mastoid

Telinga tengah adalah ruang kecil yang berisi udara yang berada pada os petrosus tulang temporal. Telinga tengah dipisahkan dengan telinga luar oleh membran timpani, dan dengan telinga dalam oleh fenestra vestibuli dan fenestra rotunda. Secara umum, telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, dan recessus epitympani. Pada telinga tengah juga terdapat tiga buah tulang pendengaran. Maleus yang melekat ke dinding posterior membran timpani, yang kemudian berartikulasi dengan incus, incus kemudian berartikulasi dengan stapes, dan akhirnya basis stapes berinsersi ke fenestra vestibuli, membentuk suatu rantai cincin pendengaran yang utuh 5,6

Gambar 2.1. Anatomi telinga dan mastoid.5

Bagian posterior recessus epitympani terdapat auditus ke antrum mastoideum. Antrum mastoideum merupakan suatu kavitas yang terdiri dari ruangan-ruangan kecil berisi udara yang disebut sel mastoid. Antrum mastoideum dipisahkan dengan fossa cranii media oleh tegmentum timpani. 5,6

Mastoid membentuk bagian bawah dan bagian belakang tulang temporal yang memanjang menuju prosesus mastoideus yang berbentuk kerucut. Mastoid berartikulasi dengan tulang parietal di batas atas sutura parietomastoid dan dengan tulang oksipital di batas belakang sutura occipitomastoid, yang berdekatan dengan sutura lambdoidal. Prosesus mastoideus memiliki ukuran yang bervariasi, tergantung pada pneumatisasi, namun ukuran pada laki-laki lebih besar daripada perempuan.7Sel udara mastoid terletak di bagian atas di depan prosesus mastoideus yang disebut antrum mastoid. Sel udara ini memiliki ukuran yang cukup besar dan berhubungan dengan rongga timpanik. Sesaat sebelum atau setelah lahir, sel-sel udara yang kecil mulai berkembang di sekitar antrum mastoid dan terus meningkat dalam jumlah maupun ukuran sampai sekitar usia pubertas. Jumlah dan ukuran dari sel udara sangat bervariasi. 7

Gambar 2.2 Diagramatik hubungan anatomi dari telinga tengah dan mastoid air cell.8

2.2 Mastoiditis

2.2.1 DefenisiMastoiditis adalah proses peradangan yang melibatkan sel-sel mastoid pada tulang temporal. Mastoiditis pada umumnya merupakan komplikasi dari otitis media.1

2.2.2 Etiologi1Proses infeksi biasanya dipengaruhi oleh faktor host dan faktor mikrobiologi. a. Faktor Host : Umumnya mastoiditis bila pada anak ditemukan pada umur < 2 tahun dengan riwayat otitis media. Berkaitan dengan sistem imun penderita yang menurun.b. Faktor MikrobiologiPatogen yang sering ditemukan pada mastoiditis, yaitu : Streptococcus pneumonia, merupakan patogen yang paling sering ditemukan pada mastoiditis akut dengan prevalensi 25%. Group A beta-hemolytic streptococci Staphylococcus aureus Streptococcus pyogenes Moraxella catarrhalis Haemophilus influenzae Pseudomonas aeruginosa Mycobacterium species Aspergillus fumigates, dan jamur lainnya. Nocardia asteroides

2.2.3 EpidemiologiInsidensi tertinggi mastoiditis terjadi pada negara berkembang dan pada anak kecil. Kebanyakan pasien berumur < 2 tahun, dengan umur rata-rata yaitu 12 bulan. Namun, mastoiditis dapat terjadi pada umur berapun. 1,4

2.2.4 KlasifikasiMastoiditis terbagi atas akut, sub akut dan kronik, yakni :1,41. Mastoiditis akut , terbagi atas : a. Mastoiditis akut dengan periosteitis ( mastoiditis insipient), dengan karakteristik purulen pada rongga mastoid.b. Mastoiditis koalesen (Mastoiditis akut osteotis), dengan karakteristik hilangnya septa tulang antara sel-sel udara mastoid. Keadaan ini dapat menyebabkan terbentuknya ruang abses dan diseksi pus kedaerah sekitarnya.2. Mastoiditis subkronik, yaitu infeksi mastoid dan telinga low grade yang menetap yang menyebabkan dekstruksi septa tulang.3. Mastoiditis kronik, merupakan infeksi supuratif sel-sel udara mastoid yang berlangsung selama hitungan bulan hingga tahun. Mastoiditis kronik umumnya berhubungan dengan otitis media supuratif kronik dan, khususnya denga pembentukan kolesteatoma.

2.2.5 Patofisiologi

Mastoiditis akut umumnya merupakan komplikasi dari otitis media. Hal ini dikarenakan karena adanya hubungan antara telinga tengah dan sel-sel udara mastoid, inflamasi pada telinga tengah juga dapat mempengaruhi mastoid. Jika infeksi pada telinga tengah berlanjut, pada mastoid akan terjadi akumulasi purulen.1,9Penyumbatan antrum oleh inflamasi mukosa menimbulkan infeksi dari sel-sel udara dengan cara menghambat aliran dan dengan menghalangi aliran udara kembali dari sisi telinga tengah. Mastoiditis dapat menembus antrum dan meluas kestruktur sekitarnya seperti meningens, sinus sigmoid, otot sternokleidomastoid, arteri karotis interna, vena jugular, dan otak. Hal tersebutlah yang menyebabkan tingginya morbiditas mastoiditis dan menjadi penyakit yang dapat mengancam nyawa.4,10Berdasarkan progresivitasnya, mastoiditis terbagi menjadi 5 tahap yaitu :14Tahap 1 - Hiperemis pada lapisan mukosa sel-sel udara mastoidTahap 2 - Transudasi dan eksudasi cairan dan / atau nanah dalam sel. Tahap 3 - Nekrosis tulang yang disebabkan oleh hilangnya vaskularisasi dari septa Tahap 4 - Hilangnya dinding sel dengan peleburan ke dalam rongga abses Tahap 5 - Perpanjangan proses inflamasi ke daerah-daerah berdekatanInfeksi akut yang menetap pada sel udara mastoid dapat meluas melalui venous channels, yang menyebabkan inflamasi pada periosteum / osteotis, yang akan merusak trabekula tulang yang membentuk sel-sel mastoid, pada kondisi ini disebut mastoiditis koalesen. Mastoiditis koalesen pada dasarnya merupakan suatu empiema pada tulang temporal. Pus yang dihasilkan mungkin mengalir melalui rute : (1) penyaluran melalui antrum secara alami yang menghasilkan penyembuhan spontan, (2) ke lateral hingga ke permukaan prosesus mastoideus, yang menyebabkan abses subperiosteal, (3) secara anterior, membentuk abses di belakang daun telinga atau diantara otot sternokleidomastoid dari leher, yang menghasilkan abses Bezold , (4) secara medial ke sel udara petrous pada tulang temporal, yamg disebut petrositis, dan (5) posterior ke tulang oksipital , yang menyebabkan osteomielitis dari kalvaria atau abses Citelli.10 Mastoiditis kronik umunya merupakan komplikasi dari otitis media kronik atau inadekuat terapi dari mastoiditis akut. Membran timpani yang nonintak akan menyebabkan spesies mikroba di meatus akustikus eksternal menuju telinga tengah, dan pada akhirnya mastoid. Organisme ini menyebabkan inflamasi yang menetap yang biasanya tidak dapat diatasi agen terapeutik konvensional pada otitis media akut. 9Seperti kebanyakan infeksi, baik faktor host maupun faktor mikrobiologi mempengaruhi perkembangan dari mastoiditis. Faktor host termasuk imunitas mukosa, anatomi tulang temporal, imunitas sitemik. Sedangkan faktor mikrobiologi yaitu resistensi antimikroba, kemampuan patogen menembus jaringan atau pembuluh lokal, dan mekanisme perlindungan diri mikroba.1,4

2.2.6 Gejala KlinisGejala klinis bervariasi tergantung umur dan tahap infeksi. Riwayat Otorrhea yang menetap lebih dari 3 minggu biasanya merupakan pertanda proses keterlibatan mastoid. Umumnya otorrhea bersifat purulen atau mukoid.1,2Demam biasanya tinggi, berhubungan dengan otitis media akut.Nyeri pada telinga yang biasanya memberat saat malam hari. Nyeri yang menetap merupakan pertanda dari penyakit mastoid. Hal ini sangat sulit dinilai pada pasien yang masih sangat muda. Nyeri juga dirasakan pasien pada kepala. Hilangnya pendengaran biasanya terjadi pada semua proses yang melibatkan telinga tengah.1 Pada bayi, perhatikan setiap riwayat nonspesifik dari infeksi yang konsisten, seperti tidak mau makan, demam, iritabilitas, atau diare. 4

2.2.7 DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis ditemukan adanya keluhan seperti keluarnya cairan dari telinga, demam, nyeri pada telinga, hilangnya pendengaran. Pada pemeriksaan fisik ditemukan eritema/kemerahan dan lunak pada belakang daun telinga, dan abnormalitas dari membrane timpani. Pada anak lebih dari 2 tahun, pinna biasanya deviasi upward dan outward, dikarenakan oleh proses inflamasi yang biasanya berkumpul pada prosesus mastoideus.1,9 Pada pemeriksaan otoskopi membran timpani biasanya merah, menonjol, dan berkurangnya mobilitas, tetapi bias normal pada 10 % kasus. Pada mastoiditis kronik, membrane timpani perforasi, kemerahan, edema, dan sensitive pada retroaurikular. 9,10Pada pemeriksaan otosmikroskopik dilakukukan untuk mengevaluasi dari otorrhea yang kronik. Prosedur ini membutuhkan anestesi umum, dengan keuntungan mendeteksi kolesteatoma, retraction pocket, jaringan granulasi, polip, atau benda asing. Sebuah spesimen dari telinga tengah tanpa adanya kontaminasi dari meatus akustikus eksterna akan dilakukan pemeriksaan gram, pewarnaan tahan asam, kultur aerob/anaerob. Biopsi dilakukan jika terdapat kecurigaan rabdomiosarkoma , neuroblastoma yang dapat bermanifestasi seperti otitis media supuratif kronik atau mastoiditis kronik, yang biasanya berhubungan dengan lumpuhnya saraf kranial. 10Pemeriksaan radiologi Ct-Scan dilakukan untuk menilai perluasan dari mastoiditis. Magnetic Resonance Imaging ( MRI) bagus dalam menilai jaringan lunak dan mastoid serta komplikasinya.11

Gambar 2.3.Desktruksi tulang pada CT koronal.

Gambar 2.4. MRI pada Mastoiditis dextra. Akumulasi cairan pada mastoid kanan ( panah putih). Sebaliknya, pada mastoid kiri normal terisi udara ( panah merah)2.2.8 Diagnosis Banding a. Anak : 1,121. Rabdomiosarkoma2. Histiositis X3. Leukemia4.Kawasaki syndromeb.Dewasa :1,121. Otitis Eksterna Fulminan2. Histiositis X3. Metastatic disease

2.2.9 Terapi

1. Terapi Medikamentosa13a. Indikasi : Tidak adanya gambaran keterlibatan intracranial Tidak adanya fluktuasi postaurikular Tidak adanya tanda pada CT-scan yang menunjukkan desktruksi dari sel udara mastoid. Otitis media supuratif tipe jinak dan tanpa kolesteatomab. Metode Pemberian antibiotik parenteral berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas. Pemerikasaan gram dapat menentukan terapi empirik antimikroba. Antibiotiknya yaitu Sefalosforin generasi III ( contoh cefotaxime) dan metronidazol. Antibiotik diberikan secara intravena 1gr12 jam pada dewasa dan setengahnya pada anak-anak.

2. Terapi operasi13a. Indikasi : Komplikasi intrakranial Adanya fluktuasi postauricular dan abses subperiosteal. Mastoiditisakut koalesen Kegagalan terapi medikamentosa dengan antibiotik adekuat selama 48 -72 jam. Otorrhea yang menetap lebih dari 2 minggu walaupun dengan antibiotik yang adekuat Kolesteatomab. Metode1. Prosedur invasive minimal:a. Insisi dan drainase dari abses mastoidb. Miringiotomi 2. Operasi defenitif : Open mastoidektomy ( terdapat kolesteatoma), cortical mastoidektomy ( tidak terdapat kolesteatoma).

Diagram 2.1. Strategi Pengobatan Mastoiditis

2.2.10 KomplikasiKomplikasi dari mastoiditis, yaitu :1,2,4 Hilangnya pendengaran Facial nerve palsy Cranial nerve involvement Osteomielitis Petrositis Labirinitis Gradenigo syndrome - Otitis media, nyeri retro-orbital , dan kelumpuhan nervus abdusen Intracranial extension - Meningitis, abses serebral, abses epidural, empiema subdural Trombosis sinus sigmoid Terbentuknya abses : Citelli abscess: abses yang meluas ke tulang oksipital. Abses subperiosteal : abses antara periosteum dab tulang mastoid, yang menghasilkan gambaran khas telinga yang menonjol/protrude. Bezold's abscess : abses jaringan lunak sepanjang sternomastoid sheath; Bezold abscesses merupakan komplkasi yang sangat jarang dan biasanya ditemukan pada orang dewasa dengan well-pneumatized mastoid tip.

Gambar 2.5. Mastoiditis dengan abses subperiosteal

2.2.10 PrognosisPerkiraan banyak pasien dengan acute surgical mastoiditis dapat kembali sempurna jika tidak terdapat keterlibatan nervus fasialis, vestibulum, dan struktur intracranial tidak terlibat.

BAB 3KESIMPULAN

Mastoiditis adalah proses peradangan yang melibatkan sel-sel mastoid pada tulang temporal. Mastoiditis umumnya merupakan komplikasi dari otitis media. Hal ini dikarenakan karena adanya hubungan antara telinga tengah dan sel-sel udara mastoid. Mastoiditis bisa akut, sub akut, maupun kronik.Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis ditemukan adanya keluhan seperti keluarnya cairan dari telinga, demam, nyeri pada telinga, hilangnya pendengaran. Pada pemeriksaan fisik ditemukan eritema/kemerahan dan lunak pada belakang daun telinga, dan abnormalitas dari membrane timpani. Pada pemeriksaan otoskopi membran timpani biasanya merah, menonjol, kasus. Pada mastoiditis kronik, membrane timpani perforasi, kemerahan, edema, dan sensitive pada retroaurikular.Pemeriksaan radiologi Ct-Scan dilakukan untuk menilai perluasan dari mastoiditis. Magnetic Resonance Imaging (MRI) bagus dalam menilai jaringan lunak dan mastoid serta komplikasinya.Terapi mastoiditis dapat berupa terapi medikamentosa yaitu pemberian antibiotika, maupun terapi dengan operasi yaitu mastoidektomi. Keberhasilan terapi tergantung sudah adakah komplikasi atau keterlibatan intrakranial.

DAFTAR PUSTAKA

1. Devan PP, et al. 2013. Mastoiditis. Available from http://emedicine.medscape.com/article/2056657-overview#aw2aab6b2b4 [Accesed 1 Mei 2014]2. Adams G, et al.2012. Boeis : Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal107-1153. Beito B, Perez G. 2006. Acute mastoiditis: Increase of incidence and controversies in antibiotic treatment. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17235402 [ Accesed 1 Mei 2014]4. Brook Itzhak, et al. 2014. Pediatric mastoiditis. Available from http://emedicine.medscape.com/article/966099-overview#a0104 [Accesed 1 Mei 2014]5. Tortora, G. & Derrickson, B. 2009. Principle of Anatomy and Physiology. 12th ed. John Wiley & Sons: USA.6. Drake, R. L., Vogl, A. W. & Mitchell, A. W. M., 2009. Gray's Anatomy for Students. 2nd ed . Philadelphia: Churcill Livingston.7. Ballinger, P. W., & Frank, E. D. (2003). Merrill's atlas of radiographic positions and radiologic procedures (Vols. 1-3). (10th ed.). St. Louis, MO: Mosby.8. Jerome O. 2010.Otitis Externa, Otitis Media and mastoiditis in Mandell, Douglas, and Bennett's Principles and Practice of Infectious Diseases , Seventh Edition Elsevier Inc . Chapter 57, 831-837.9. Ellen R. Wald and James H. Conway. 2012. Mastoiditis in Principles and Practice of Pediatric Infectious Diseases Fourth Edition. Chapter 31, p 222-22710. James A. Pfaff and Gregory P. Moore. 2014. Mastoiditis in Rosen's Emergency Medicine , Eighth Edition. Chapter 72.11. Ivan P, et al. 2014. Magnetic Resonance Imaging In Acute Mastoiditis. Acta Radiologis Short Report 3(2) 1-512. Gleen G. Mastoiditis Basic Information. Available from https://www.clinicalkey.com/topics/otolaryngology/mastoiditis.html#424626 Accesed 1 Mei 2014]13. Raouf AM, Ashour B, Gawad AA. 2012.Updated management strategies for mastoiditisand mastoid abscess. Egyptian Journal of Ear, Nose, Throat and Allied Sciences (2012) 13, 4348.

14