mastoiditis

30
MASTOIDITIS Oleh : Rahmat Mulia Kepanitraan Klinik Senior SMF Radiologi PENDAHULUAN Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari cavum tympani. Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang-ulang dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan akan terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat yang makin banyak yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak dibelakang telinga menyebabkan abses subperiosteum. Perluasan infeksi tergantung pada : Virulensi kuman. Resistensi kuman. Keadaan mukosa telinga tengah. Struktur tulang mastoid. Faktor predisposisi seperti virus, gangguan fungsi silier, alergi dan imunodefisiensi dapat mempermudah terjadinya mastoiditis. Mastoiditis kronik yang disebabkan oleh OMSK harus dicurigai bila terdapat nyeri pada pergerakan pinna disamping adanya eritema dan odema pada lipatan posterior aurikuler. 1

Upload: pifit

Post on 09-Dec-2014

46 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

prrr

TRANSCRIPT

Page 1: Mastoiditis

MASTOIDITIS

Oleh : Rahmat Mulia

Kepanitraan Klinik Senior SMF Radiologi

PENDAHULUAN

Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari cavum tympani.

Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang-ulang dapat menyebabkan

timbulnya perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat.

Lama kelamaan akan terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat yang

makin banyak yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak

dibelakang telinga menyebabkan abses subperiosteum.

Perluasan infeksi tergantung pada : Virulensi kuman.

Resistensi kuman.

Keadaan mukosa telinga tengah.

Struktur tulang mastoid.

Faktor predisposisi seperti virus, gangguan fungsi silier, alergi dan imunodefisiensi dapat

mempermudah terjadinya mastoiditis.

Mastoiditis kronik yang disebabkan oleh OMSK harus dicurigai bila terdapat

nyeri pada pergerakan pinna disamping adanya eritema dan odema pada lipatan posterior

aurikuler.

Nekrosis pada tulang mastoid dapat menyebabkan infeksi tersebar ke jaringan

lunak diluar mastoid, sehingga terjadi pembengkakan dibelakang telinga dan os

zygomatikus serta pembengkakan dileher (abses bezold). Bila infeksi sembuh dan proses

degenerasi menjadi baik, maka akan terjadi sclerosis pada mastoid.

Macam-macam mastoiditis antara lain :

1. Mastoiditis + nanah + jaringan granulasi.

2. Mastoiditis + colesteatoma.

3. Campuran 1 dan 2.

4. Mastoiditis yang sklerotik.

1

Page 2: Mastoiditis

ANATOMI

Rongga mastoid berbentuk seperti pyramid dengan puncak mengarah ke caudal.

Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral kranii

posterior. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan kanalis

semisirkularis lateralis menonjol ke dalam antrum. Dibawah kedua patokan ini berjalan

saraf facialis dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal melalui foramen

stilomastoideus diujung anterior Krista yang terbentuk oleh insersio otot digrastikus.

Dinding lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi

diposterior aurikula.(2)

Dari kavum timpani ada hubungan melalui aditus ad antrum ke antrum

mastoideum ialah ruangan pertama dan terbesar dari sel-sel mastoideus. Antrum

mastoideum ini sudah terdapat sejak waktu lahir. Sel-sel di mastoid (pneumatisasi) baru

terjadi sesudah lahir pada tahun pertama. Sel-sel ini berhubungan satu sama lainnya

pneumatisasi mastoid pada setiap orang tidak sama.

Pada pneumatisasi yang ekstrim selain pada prosessus mastoideus, dapat pula

sampai ke bagian tulang temporal lainnya. Yang biasanya hanya terdiri dari tulang

kompakta atau spongiosa, misalnya pada prosessua zigomatikus, sekitar labirin dan ujung

tulang petrosa. Luasnya pneumatisasi tergantung pada faktor herediter konstitusional dan

faktor peradangan pada usia muda. Bila ada gangguan mukosa maka daya pneumatisasi

2

Page 3: Mastoiditis

hilang atau berkurang. Ini juga terjadi bila radang pada telinga, maka dapat dilihat

pneumatisasi yang terhenti (arrested pneumatization) atau pneumatisasi yang tidak ada

sama sekali, misalnya terdapat radang yang menahun (teori dar Wittmack). Oleh karena

itu pneumatisasi prosessus mastoideus dibagi dalam :

1. Prosessus mastoideus kompakta (sklerotis) dimana tidak ditemui sel-sel.

2. Prosessus mastoideus spongiosa (diploik) dimana terdapat sel-sel kecil saja.

3. Prosessus mastoideus dengan pneumatisasi yang luas dimana sel-sel disini

membesar.

Selulae mastoideus seluruhnya berhubungan kavum timpani. Dekat antru

sel-selnya kecil, makin ke perifer sel-selnya bertambah besar oleh karena itu bila

terjadi radang pada sel-sel mastoid, drainase tidak begitu baik hingga mudah terjadi

radang pada mastoid (mastoiditis).(3)

DEFINISI

Mastoiditis kronis suatu infeksi kronik telinga tengah dan prosessus mastoideus(4)

ETIOLOGI

Mastoiditis kronis dapat disebabkan oleh kuman-kuman pseudomonas spp,

streptococcus spp, staphylococcus spp, eschericia coli.(5)

3

Page 4: Mastoiditis

EPIDEMIOLOGI

Insidensinya masih belum lengkap tetapi beberapa literatur dan studi prevalensi

menyebutkan bahwa suku Eskimo alaka dan penduduk amerika asli lebih sering

mengalami mastoiditis.(4)

Biasanya mastoiditis didahului oleh otitis media supuratif kronik yang tidak

diobati atau diobati dengan pengobatan yang tidak adekuat.(4)

PATOFISIOLOGI

Telinga tengah biasanya steril. Gangguan aksi fisiologis silia, enzim penghasil

mucus dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme pertahanan bila telinga terpapar dengan

mikroba dan kontaminan pada saat menelan. Ini terjadi apabila mekanisme fisiologis ini

terganggu. Sebagai pelengkap mekanisme pertahanan dipermukaan, suatu anyaman

kapiler subepitel yang penting menyediakan pula faktor-faktor humoral leukosit

polimorfonuklear dan sel fagosit lainnya. Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu

faktor penyebab dasar. Dengan demikian hilanglah sawar utama terhadap invasi bakteri

dan sepsis bakteri yang tidak biasanya patogenik, dapat berkolonisasi dalam telinga

tengah menyerang jaringan dan menimbulkan infeksi.(4)

Nanah (pus) yang terbentuk akibat infeksi ditelinga tengah merupakan media

yang sesuai bagi berbagai macam kuman untuk dapat tumbuh dan berkembang baik.(5)

Penyebab infeksi kemungkinan adalah antrum tertutup oleh radang hingga terjadi

oedem pada mukosa mastoid hingga drainase dari pus terganggu, kemudian dinding-

dinding sel mastoid (trabaikel) menjadi nekrotik, hingga sel-sel berhubungan satu sama

lain. Pus dari mastoid menjadi jalan keluar melalui kortek dan sampai dibawah periost

dibelakang daun telinga hingga terjadi abses subperiosteal retroaurikuler. Jadi disini

bukan hanya mukosa yang meradang tetapi tulang turut nekrotik.(6)

JENIS-JENIS MASTOIDITIS

1. Silent Mastoiditis

Bila yang hancur hanya tulang mastoid, mungkin belum ada keluhan.

2. Bezold`s Mastoiditis

4

Page 5: Mastoiditis

Dari prosesus mastoid, peradangan akan turun ke bawah antara otot-otot

sternocleidomastoideus sampai terjadi abses “Bezold”. Tampak dari luar sebagai

pembengkakan pada ujung prosesus mastoideus. Abses dapat terus turun ke bawah

dari leher sampai mediastinum. Gejalanya berupa pembengkakan di leher, nyeri

tekan, kepala miring ke sisi yang sakit.

3. Zigomatikomastoiditis

Penyakit dapat menjalar ke zigomatikus, tampak sebagai pembengkakan pada tulang

zigomatikus disertai nyeri pada tempat tersebut. (2,4)

Mastoiditis terjadi karena adanya perluasan peradangan pada telinga tengah (Otitis

Media) melalui aditus ad antrum ke dalam sel-sel tulang mastoid.

Pada zaman sebelum adanya antibiotik mastoidektomi dilakukan pada hampir dari 20%

kasus otitis media akut.  Sejak tahun 1948 angka ini semakin menurun menjadi kurang

dari 3% dan sekarang diperkirakan tindakan ini dilakukan pada kurang dari 5 kasus per

100.000 penderita otitis media akut. Namun belakangan ini terjadi peningkatan

komplikasi otitis media yang diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan prevalensi

pneumokokus yang resisten terhadap antibiotic.4

Mastoiditis dianggap juga dapat sebagai komplikasi dari otitis media, baik Otitis Media

Akut (OMA), maupun Otitis Media Suppuratif Kronik (OMSK) yang berbahaya karena

penyebaran proses radang tidak hanya terbatas pada tulang mastoid saja, namun dapat

meluas ke tempat lain; posterior ke sinus sigmoid (yang dapat menyebabkan thrombosis),

penyebaran ke posterior mencapai tulang oksipital yang kemudian menyebabkan

osteomielitis calvaria atau abses Citelli. Penyebaran ke superior dapat mencapai fossa

posterior cranium, subdural,dan meningen. Penyebaran ke anterior pus menyebar melalui

aditus ad antrum ke telinga tengah, ke lateral dapat membentuk subperiosteal abses, ke

inferior dapat terbentuk Bezold abscess; suatu abses pada bagian belakan insertion

muskulus sternocleidomastoideus, dan medial menyebar ke apex petrous menyebabkan

petrositis

Komplikasi mastoiditis intratemporal dapat berupa gangguan pada nervus facialis dan

atau labirinitis.

5

Page 6: Mastoiditis

HUBUNGAN ANTARA TELINGA TENGAH DAN TULANG MASTOID

Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan enam

sisi. Dinding posteriomya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak tersebut

berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke lateral ke arah umbo dari

membrana timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah

Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fosa kranii media. Pada bagian

atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan di bawahnya adalah

saraf fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah saraf fasialis dan tendonnya menembus

melalui suatu piramid tulang menuju ke leher stapes. Saraf korda timpani timbul dari

saraf fasialis di bawah stapedius dan berjalan ke lateral depan menuju inkus tetapi di

medial maleus, untuk keluar da.ri telinga tengah lewat sutura petrotimpanika. Korda

timpani kemudian bergabung dengan saraf lingua1is dan menghantarkan serabut-serabut

sekretomotorik ke ganglion submandibularis dan serabut-serabut pengecap dari dua

pertiga anterior lidah.

Gambar 1. Letak tulang mastoid pada telinga tengah

Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang di sebelah superolateral menjadi

sinus sigmodeus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus. Keduanya adalah a1iran

vena utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf vagus masuk ke telinga tengah

dari dasarnya. Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus. Di atas kanalis

ini, muara tuba eustacius dan otot tensor timpani yang menempati daerah superior tuba

kemudian membalik, melingkari prosesus kokleariformis dan berinsersi pada leher

maleus

6

Page 7: Mastoiditis

Gambar 2. Letak Tulang mastoid di antara tulang-tulang sekitarnya

Dinding lateral dari telinga tengah adalah dinding tulang epitimpanum di bagian atas,

membrana timpani, dan dinding tulang hipotimpanum di bagian bawah. Bangunan yang

paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium yang menutup lingkaran

koklea yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintas promontorium ini. Fenestra

rotundum terletak di posteroinferior dari promontorium, sedangkan kaki stapes terletak

pada fenestra ovalis pada batas posterosuperior promontorium. Kanalis falopii bertulang

yang dilalui saraf fasialis terletak di atas fenestra ovalis mulai dari prosesus

kokleariformis di anterior hingga piramid stapedius di posterior

Rongga mastoid berbentuk seperti piramid bersisi tiga dengan puncak mengarah ke

kaudal. Atap mastoid adalab fosa kranii media. Dinding medial adalab dinding lateral

fosa kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah duramater pada daerah ini. Pada

dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan kanalis semisirkularis

lateralis menonjol ke dalam antrum. Di bawah ke dua patokan ini berjalan saraf fasialis

dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal melalui foramen

stilomastoideus di ujung anterior krista yang dibentuk oleb insersio otot digastrikus.

Dinding  lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi di

posterior aurikula

Dengan demikian, jika terjadi infeksi pada telinga tengah, akan sangat mudah menjalar ke

tulang mastoid, yang disebut mastoiditis. Proses mastoiditis yang berkelanjutan inilah

yang akan menyebabkan terjadinya abses mastoid.2,4

7

Page 8: Mastoiditis

KOMPLIKASI OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS TERHADAP   TULANG 

MASTOID SEHINGGA TERJADI ABSES MASTOID

Penyebaran Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan

perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga terus menerus atau hilang

timbul.1

Otitis Media Akut dengan perforasi membrane timpani menjadi Otitis Media Supuratif

Kronis (OMSK), apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor yang

menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang

tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah, dan higienis yang buruk.1

Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad

antrum. Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama

biasanya disertai infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan

mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.

Otitis media supuratif, baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensi untuk menjadi

serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan

kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan

otore. Siasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi OMSK

tipe benigna pun dapat meyebabkan suatu komplikasi, bila terinfeksi kuman yang virulen.

Dengan tersedianya antibiotika mutahir komplikasi otogenik menjadi semakin jarang,

Pemberian obat-obat itu sering menyebabkan gejala dan tanda klinis komplikasi OMSK

menjadi kabur. Hal tersebut menyebabkan pentingnya mengenal pola penyakit yang

berhubungan dengan komplikasi ini

Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga tengah yang

normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di sekitamya.

Pertahanan pertama ini ialah mukosa kavum timpani yang juga seperti mukosa saluran

napas, mampu melokalisasi infeksi. bila sawar ini runtuh, masih ada sawar kedua, yaitu

dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid.Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak

di sekitamya akan terkena. Runtuhnya periostium akan menyebabkan terjadinya abses

subperiosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak berbahaya. Tetapi bila infeksi mengarah

8

Page 9: Mastoiditis

ke dalam, ke tulang temporal, maka akan menyebabkan paresis nervus fasialis atau

labirinitis. Bila ke arah kranial, akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus

lateralis, meningitis dan abses otak

Bila  sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi

akan terbentuk. Pada otitis media supuratif akut atau suatu eksaserbasi akut penyebaran

biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen). Sedangkan pada kasus, yang kronis,

penyebaran melalui erosi tulang. Cara penyebaran lainnya ialah melalui jalan yang sudah

ada, misalnya melalui fenestra rotundum, meatus akustikus intemus, duktus perilimfatik

dan duktus endolimfatik

Otitis Media Suppuratif Kronik (OMSK) yang berbahaya karena penyebaran proses

radang tidak hanya terbatas pada tulang mastoid saja,  namun dapat meluas ke tempat

lain; posterior ke sinus sigmoid (yang dapat menyebabkan thrombosis), penyebaran ke

posterior mencapai tulang oksipital yang kemudian menyababkan osteomielitis calvaria

atau abses Citelli.  Penyebaran ke superior dapat mencapai fossa posterior cranium,

subdural, dan meningen.  Penyebaran ke anterior pus menyebar melalui aditus ad antrum

ke telinga tengah, ke lateral dapat membentuk subperiosteal abses, ke inferior dapat

terbentuk Bezold abscess; suatu abses pada bagian belakan insertion muskulus

sternocleidomastoideus, dan medial menyebar ke apex petrous menyebabkan petrositis2,3

Gambar 3. Penyebaran Otitis Media Suppuratif Kronik (OMSK) ke daerah di sekitarnya

Penyebaran Otitis Media Suppuratif Kronik ke tulang mastoid

Pada waktu lahir mastoid terdiri dari satu sel udara yang disebut antrum, yang

berhubungan dengan kavum' timpani melalui saluran kecil yang disebut aditus ad antrum

Pada mastoid yang normal akan terjadi proses pneumatisasi, yaitu terbentuknya sel-sel

udara, untuk menggantikan. sumsum tulang yang ada sebelumnya. Proses ini sudah

9

Page 10: Mastoiditis

dimulai sejak lahir, dan akan berkembang sempurna pada usia 4-6 tahun. Derajat

pneumatisasi dipengaruhi oleh faktor keturunan serta adanya infeksi telinga tengah dan

mastoid  yang berulang-ulang.

Pada keadaan tertentu, proses pneumatisasi dapat meluas ke bagian lain dari tulang

temporal. Sel-sel udara dapat meluas ke sekitar kanalis fasialis dan disebut sebagai sel-sel

retrofasial. Ke bawah, ke arah m.digastricus,  sebagai sel tip, dan sekitar sinus sigmoid

sebagai sel perisinus, bahkan dapat mencapai. ke arah atas, ke daerah zigomatik. Hal ini

dapat menerangkan tentang kemungkinan perluasan infeksi dari kavum timpani ke tulang

mastoid.

Gambar 4. Mastoiditis, dimana infeksi dari telinga tengan menjalar ke rongga udara tulang mastoid

Sel udara mastoid dilapisi oleh modifikasi mukosa saluran napas. Infeksi mastoid terjadi

setelah infeksi telinga tengah melalui beberapa stadium, yaitu

1. Terjadi hiperemia dan edema mukosa yang melapisi sel udara mastoid

2. Akumulasi cairan serosa yang kemudian menjadi eksudat purulen

3. Demineralisasi dinding seluler dan nekrosis tulang akibat iskemia dan tekanan

eksudat purulen pada tulang septum yang tipis

4. Terbentuknya rongga abses akibat destruksi dinding sel udara yang berdekatan,

sehingga terjadi penggabungan sel udara mastoid (coalescence). Pada stadium ini

terjadi empyema dalam mastoid.

10

Page 11: Mastoiditis

Pada mastoiditis akut sumbatan pada aditus ad antrum dapat terjadi karena edema

mukosa, hipertrofi mukosa, hiperplasia jaringan granulasi, mukosa polipoid, serpihan

tulang, sehingga menghambat aliran pus dari rongga mastoid ke telinga tengah.

Akibatnya terjadi pengumpulan pus di dalam rongga mastoid dan sel-sel mastoid.  Otitis

media akut pada anak hampir selalu diikuti dengan inflamasi sel udara mastoid, Bila pada

stadium ini tidak terjadi penyembuhan, maka akan terjadi. satu atau lebih keadaan

berikut4,6,7

1. Mastoiditis akut dengan periosteitis

2. Osteitis akut, disebut juga mastoiditis koalesen dengan atau tanpa abses sub

periosteum

3. Mastoiditis kronis

4. Mastoiditis akut dengan periosteitis, yaitu infeksi pada sel udara mastoid akan

meluas ke periosteum yang melapisi mastoid dan menimbulkan periosteitis.

Ja1annya infeksi dari sel mastoid ke periosteum melalui vena (tromboflebitis).

biasanya melalui v. emisaria mastoid

Gambar 5 Abses Bezold, yag disebabkan destruksi yang disebabkan oleh OMSK pada sisi medial tip

mastoid ke insisura digastrika

Osteitis akut mastoid, disebut juga mastoiditis koalesen akut atau mastoiditis akut

surgikal. Pada stadium ini terjadi empyema dalam mastoid. Bila pada stadium ini tidak

terjadi penyembuhan, maka pus dapat meluas ke salah satu atau lebih jalan berikut

1. Anterior menuju telinga tengah menuju aditus ad antrum. Biasanya terjadi

penyembuhan spontan

2. Destruksi ke lateral pada korteks mastoid menimbulkan abses subperiosteum

11

Page 12: Mastoiditis

3. Destruksi pada sisi medial tip mastoid ke insisura digastrika menimbulkan abses

Bezold

4. Ke medial sel udara tulang petrosus menimbulkan petrositis

5. Ke posterior ke tulang oksipital menimbulkan osteomielitis tulang tengkorak

6. Yang sangat jarang terjadi ialah apabila perforasi korteks terjadi di dasar posterior

dari zygoma. menirnbulkan abses zygoma

Pada OMSK dengan kolesteatom, sumbatan aditus ad antrum disebabkan oleh adanya

kolesteatom di antrum dan sel mastoid. Hal ini menghambat aliran pus ke telinga tengah

dan liang telinga. Selanjutnya terjadi pengumpulan pus di dalam rongga mastoid sehingga

terbentuk abses mastoid. Kadang abses dapat tembus keluar dan menimbulkan fistel.

Gambar 6 Abses Mastoid, dimana terjadi pengumpulan pus di dalam rongga mastoid yang

merupakan kelanjutan dari mastoiditis

GEJALA KLINIS

Gejala Klinis abses mastoid biasanya sulit dibedakan dengan gejala klinis pada Otitis

Media Suppuratif Kronik (OMSK), namun terdapat adanya tambahan gejala di bawah ini

yang dapat mendukung diagnosa abses mastoid

1. Adanya proses  inflamasi menambah nyeri tekan tulang mastoid

2. Aurikular terdorong keluar dan kebawah

12

Page 13: Mastoiditis

3. Discharge purulen dapat keluar melalui perforasi membran timpani, liang telinga

terisi pus dan debris

4. Membran timpani dapat terjadi protrusi seperti puting

5. Regio retroaurikular terdapat abses subperiosteal yang berfluktuasi

6. Kadang2 terdapat fistula antara sel-sel mastoid dengan regio retroaurikula

7. Gambaran sistemik radang akut berupa demam

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Adapun pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosa abses mastoid adalah melalui

pemeriksaan mikrobiologi dan pemeriksaan radiologik

Pemeriksaan Mikrobiologi

Pemeriksaan mikrobiologi sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi kuman penyebab,

dimana sediaan diambil langsung dari abses dengan insisi drainase, atau pada operasi

mastoidektomi

Jika merupakan komplikasi Jika mempakan komplikasi mastoiditis akut maka kuman

yang ditemukan sama dengan kuman penyebab Otitis Media Akut yaitu Streptococcus

pneumonia dan Hemophilus influenzae. Sedangkan jika merupakan komplikasi dari

mastoiditis subakut dan kronis, kuman penyebabnya Staphylococcus aureus dan gram

negatif seperti E. coli, Proteus dan Pseudomonas

Pemeriksaan Radiologis Mastoid

CT dan MRI saat ini sudah menjadi salah satu metode pencitraan radiologi untuk

sebagian besar penyakit pada telinga dan bila ada kerusakan pada tukang temporal. Pada

penyakit pengikisan tulang, seperti otitis media kronik dengan kolesteatom, CT dengan

pengaturan jendela tertentu akan memberikan sumber informasi yang akurat. CT dengan

13

Page 14: Mastoiditis

penggunaan cairan kontras yang disuntikan pada vena telah digunakan secara terus

menerus pada pemeriksaan cerebellopontine angle masses. Peralatan pencitraan lain

untuk tulang temporal ini meliputi superlatif angiography.

Ada tiga jenis proyeksi radiologik yang paling sering dan cukup bermanfaat serta

dapat mudah dibuat dengan memakai alat rontgen yang tidak terlalu besar untuk menilai

tulang temporal, yaitu:

1. Posisi Schuller

Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid. Proyeksi foto dibuat

dengan bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan berkas sinar X

ditujukan dengan sudut 30° cephalocaudal. Pada posisi ini perluasan pneumatisasi

mastoid serta struktur trabekulasi dapat tampak dengan lebih jelas. Posisi ini juga

memberikan informasi dasar tentang besarnya kanalis auditorius eksterna dan

hubungannya dengan sinus lateralis.

2. Posisi Owen

Posisi ini juga menggambarkan penampakan lateral mastoid, dan proyeksi dibuat

dengan kepala terletak sejajar meja pemeriksaan atau film, lalu wajah diputar 30°

menjauhi film dan berkas sinar X ditujukan dengan sudut 30-40° cephalocaudal.

Umumnya posisi owen dibuat untuk memperlihatkan kanalis auditorius eksternus,

epitimpanikum, bagian-bagian tulang pendengaran, dan sel udara mastoid.

14

Page 15: Mastoiditis

3. Posisi Chausse III

Posisi ini merupakan penampakan frontal mastoid dan ruang telinga tengah.

Proyeksi dibuat dengan oksiput terletak di atas meja pemeriksaan, dagu ditekuk

kea rah dada lalu kepala diputar 10-15° kea rah sisi berlawanan dari telinga yang

akan diperiksa. Posisi ini merupakan posisi tambahan setelah pemeriksaan posisi

lateral mastoid. Posisi ini merupakan posisi radiologik konvensional yang paling

baik untuk pemeriksaan telinga tengah terutama untuk pemeriksaan otitis kronik

dan kolesteatom.

Gambaran Mastoiditis Akut

15

Page 16: Mastoiditis

Gambaran dini mastoid akut adalah perselubungan ruang telinga tengah dan sel

udara mastoid, bila proses inflamasi terus berlanjut akan terjadi perselubungan yang difus

pada kedua daerah tersebut. Pada masa permulaan infeksi biasanya strukrur trabekula dan

dan sel udara mastoid masih utuh, tapi kadang-kadang dengan adanya edema mukosa dan

penumpukan cairan seropurulen, maka terjadi kekaburan penampakan trabekulasi sel

udara mastoid. Bersama dengan progesifitas infeksi, maka akan terjadi demineralisasi

diikuti dengan dekstruksi trabekula dimana pada proses mastoid yang hebat akan terjadi

penyebaran kearah posterior menyebabkan tromboplebitis kearah posterior. Jika terjadi

komplikasi intrakranial pada daerah fosa kranii posterior atau media, maka pemeriksaan

CT merupakan pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi hal tersebut dimana pada

pemeriksaan CT dapat ditemui defek tulang dengan lesi intrakranial.

Gambaran Mastoiditis Kronik

Gambaran radiologik pada mastoiditis kronik terdiri atas perselubungan yang tidak

homogen pada daerah antrum mastoid dan sel udara mastoid, serta perubahan yang

bervariasi pada struktur trabekulasi mastoid. Proses inflamasi pada mastoid akan

menyebabkan penebalan struktur trabekulasi diikuti demineralisasi trabekula, pada saat

ini yang tampak pada foto adalah perselubungan sel udara mastoid dan jumlah sel udara

yang berkurang serta struktur trabekula yang tersisa tampak menebal. Jika proses

inflamasi terus berlangsung, maka akan terlihat obliterasi sel udara mastoid dan biasanya

mastoid akan terlihat sklerotik. Kadang-kadang lumen antrum mastoidikum dan sisa sel

16

Page 17: Mastoiditis

udara mastoid akan terisi jaringan granulasi sehingga pada foto akan terlihat pula sebagai

perselubungan.

Teknik Pemeriksaan Radiologis Tulang Temporal

1. Radiografi konvensional

Yang terbanyak digunakan di klinik terutama untuk mendeteksi kolesteatom

adalah proyeksi Schuller, Towne, dan Stenver.

Proyeksi Stenver

Pengambilan ini diperoleh dengan pasien menghadap film dan kepala sedikit

fleksi dan diputar 45° ke sisi yang berlawanan. Sinar X diarahkan dengan sudut

14° ke kaudal. Pengambilan ini menunjukan seluruh pyramid, eminensia arcuata,

canalis auditorius eksterna, porus acusticus, canalis semisircularis horizontal dan

vertical, vestibula, cochlea, anthrum mastoideum, serta ujung mastoid.

2. CT scan

Pemeriksaan CT scan bidang aksial dan koronal merupakan keharusan untuk

mengevaluasi os temporal dan ruang telinga tengah.

Gambaran radiologis kolesteatom

Pada kolesteatom yang menyebar kea rah mastoid akan menyebabkan destruksi

struktur trabekula mastoid dan pembentukan kavitas besar yang berselubung dengan

dinding yang licin. Kadang-kadang kolesteatom dapat meluas ke sel udara mastoid tanpa

merusak trabekulasi tulang dan jenis ini sering dijumpai pada anak-anak, dimana

gambaran radiologiknya berupa perselubungan pada sel udara mastoid dan sulit

17

Page 18: Mastoiditis

dibedakan dengan mastoiditis biasa. Untuk melihat lesi-lesi kolesteatom yang kecil atau

ingin melihat lesi lebih jelas perlu dibuat tomografi tulang temporal.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada mastoiditis dan abses mastoid dapat berupa

Insisi dan drainase abses

Seperti pada semua abses, maka jika terjadi empiema pada subperiosteal mastoid yang

membesar secara progresif, maka sebaiknya dilakukan insisi dan drainase abses. Insisi

sebaiknya dilakukan retroaurikula, dibelakang sulkus retroaurikula agar tidak mengenai

nervus fasialis. Drainase abses bisa menggunakan abbocath ukuran 16 atau 18, dan

ditusukkan searah dengan sulcus retroauricular

Medikamentosa

Diberikan sesuai hasil kultur dan resistensi

Cocok dengan strain bakteri yang sering   menyebabkan otitis media akut, yaitu S.

pneumoniae, H. influenza dan Streptococcus pyogenes grup A

Dapat melewati sawar darah otak

Mempertimbangkan adanya multi drug  resistance

Analgesik, antipiretik, dan kombinasi antibiotik/steroid topical

Untuk antiboitik sistemik dapat diberikan Vancomycin, Cefotaxime (yang  efektif

untuk S. Pneumoniae)

Tetes telinga: Neomycin, polymyxin B, dan hidrokortison, Ciprofloxacin dan

hidrokortison

18

Page 19: Mastoiditis

Mastoidektomi

Tindakan yang dilakukan dengan cara membuka sel udara tulang mastoid dengan insisi

pada regio retroaurikular dan membuka korteks mastoid. sel-sel mastoid yang berisi pus

dibuka dan dibersihkan serta membuka kembali akses drainase dan aerasi ke meatus

media, lalu mengangkat jaringan granulasi serta mukosa yang oedem dan polipoid,

kemudian dilakukan irigasi telinga dan pemasangan drain, yang dipertahankan sekurang-

kurangnya 2 hari.

Miringotomi/timpanosentesis

Jika terjadi bulging membran timpani yang masih utuh. Dilakukan untuk mengambil

spesimen dalam kavum telinga tengah dan mengurangi rasa sakit.

Tympanostomy tube placement

Memudahkan drainase pus yang terjebak di dalam kavum timpani dan aerasi, serta

membantu memasukkan antibiotik topikal  liang telinga tengah. Dapat dilakukan

bersamaan dengan mastoidektomi.

19

Page 20: Mastoiditis

REFERENSI

1. Soepardi EA, Iskandar NI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-

Tenggorokan. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

1997

2. Adams Gl, Boies LR, Higler PA. Alih Bahasa: Wijaya C. Editor: Effendi H,

Santoso K. BOIES: Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta. 1997

3. Devan PP. Middle ear, Mastoiditis. http://www.emedicine.com/ent/topic740.htm.

Diakses pada tanggal 14 Maret 2013

4. Parry D, Rolland PS. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Medical Treatment.

http://www.emedicine.com/ent/topic214.htm. Diakses pada tanggal 14 Maret

2013

20