mastoiditis
DESCRIPTION
prrrTRANSCRIPT
MASTOIDITIS
Oleh : Rahmat Mulia
Kepanitraan Klinik Senior SMF Radiologi
PENDAHULUAN
Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari cavum tympani.
Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang-ulang dapat menyebabkan
timbulnya perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat.
Lama kelamaan akan terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat yang
makin banyak yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak
dibelakang telinga menyebabkan abses subperiosteum.
Perluasan infeksi tergantung pada : Virulensi kuman.
Resistensi kuman.
Keadaan mukosa telinga tengah.
Struktur tulang mastoid.
Faktor predisposisi seperti virus, gangguan fungsi silier, alergi dan imunodefisiensi dapat
mempermudah terjadinya mastoiditis.
Mastoiditis kronik yang disebabkan oleh OMSK harus dicurigai bila terdapat
nyeri pada pergerakan pinna disamping adanya eritema dan odema pada lipatan posterior
aurikuler.
Nekrosis pada tulang mastoid dapat menyebabkan infeksi tersebar ke jaringan
lunak diluar mastoid, sehingga terjadi pembengkakan dibelakang telinga dan os
zygomatikus serta pembengkakan dileher (abses bezold). Bila infeksi sembuh dan proses
degenerasi menjadi baik, maka akan terjadi sclerosis pada mastoid.
Macam-macam mastoiditis antara lain :
1. Mastoiditis + nanah + jaringan granulasi.
2. Mastoiditis + colesteatoma.
3. Campuran 1 dan 2.
4. Mastoiditis yang sklerotik.
1
ANATOMI
Rongga mastoid berbentuk seperti pyramid dengan puncak mengarah ke caudal.
Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral kranii
posterior. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan kanalis
semisirkularis lateralis menonjol ke dalam antrum. Dibawah kedua patokan ini berjalan
saraf facialis dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal melalui foramen
stilomastoideus diujung anterior Krista yang terbentuk oleh insersio otot digrastikus.
Dinding lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi
diposterior aurikula.(2)
Dari kavum timpani ada hubungan melalui aditus ad antrum ke antrum
mastoideum ialah ruangan pertama dan terbesar dari sel-sel mastoideus. Antrum
mastoideum ini sudah terdapat sejak waktu lahir. Sel-sel di mastoid (pneumatisasi) baru
terjadi sesudah lahir pada tahun pertama. Sel-sel ini berhubungan satu sama lainnya
pneumatisasi mastoid pada setiap orang tidak sama.
Pada pneumatisasi yang ekstrim selain pada prosessus mastoideus, dapat pula
sampai ke bagian tulang temporal lainnya. Yang biasanya hanya terdiri dari tulang
kompakta atau spongiosa, misalnya pada prosessua zigomatikus, sekitar labirin dan ujung
tulang petrosa. Luasnya pneumatisasi tergantung pada faktor herediter konstitusional dan
faktor peradangan pada usia muda. Bila ada gangguan mukosa maka daya pneumatisasi
2
hilang atau berkurang. Ini juga terjadi bila radang pada telinga, maka dapat dilihat
pneumatisasi yang terhenti (arrested pneumatization) atau pneumatisasi yang tidak ada
sama sekali, misalnya terdapat radang yang menahun (teori dar Wittmack). Oleh karena
itu pneumatisasi prosessus mastoideus dibagi dalam :
1. Prosessus mastoideus kompakta (sklerotis) dimana tidak ditemui sel-sel.
2. Prosessus mastoideus spongiosa (diploik) dimana terdapat sel-sel kecil saja.
3. Prosessus mastoideus dengan pneumatisasi yang luas dimana sel-sel disini
membesar.
Selulae mastoideus seluruhnya berhubungan kavum timpani. Dekat antru
sel-selnya kecil, makin ke perifer sel-selnya bertambah besar oleh karena itu bila
terjadi radang pada sel-sel mastoid, drainase tidak begitu baik hingga mudah terjadi
radang pada mastoid (mastoiditis).(3)
DEFINISI
Mastoiditis kronis suatu infeksi kronik telinga tengah dan prosessus mastoideus(4)
ETIOLOGI
Mastoiditis kronis dapat disebabkan oleh kuman-kuman pseudomonas spp,
streptococcus spp, staphylococcus spp, eschericia coli.(5)
3
EPIDEMIOLOGI
Insidensinya masih belum lengkap tetapi beberapa literatur dan studi prevalensi
menyebutkan bahwa suku Eskimo alaka dan penduduk amerika asli lebih sering
mengalami mastoiditis.(4)
Biasanya mastoiditis didahului oleh otitis media supuratif kronik yang tidak
diobati atau diobati dengan pengobatan yang tidak adekuat.(4)
PATOFISIOLOGI
Telinga tengah biasanya steril. Gangguan aksi fisiologis silia, enzim penghasil
mucus dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme pertahanan bila telinga terpapar dengan
mikroba dan kontaminan pada saat menelan. Ini terjadi apabila mekanisme fisiologis ini
terganggu. Sebagai pelengkap mekanisme pertahanan dipermukaan, suatu anyaman
kapiler subepitel yang penting menyediakan pula faktor-faktor humoral leukosit
polimorfonuklear dan sel fagosit lainnya. Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu
faktor penyebab dasar. Dengan demikian hilanglah sawar utama terhadap invasi bakteri
dan sepsis bakteri yang tidak biasanya patogenik, dapat berkolonisasi dalam telinga
tengah menyerang jaringan dan menimbulkan infeksi.(4)
Nanah (pus) yang terbentuk akibat infeksi ditelinga tengah merupakan media
yang sesuai bagi berbagai macam kuman untuk dapat tumbuh dan berkembang baik.(5)
Penyebab infeksi kemungkinan adalah antrum tertutup oleh radang hingga terjadi
oedem pada mukosa mastoid hingga drainase dari pus terganggu, kemudian dinding-
dinding sel mastoid (trabaikel) menjadi nekrotik, hingga sel-sel berhubungan satu sama
lain. Pus dari mastoid menjadi jalan keluar melalui kortek dan sampai dibawah periost
dibelakang daun telinga hingga terjadi abses subperiosteal retroaurikuler. Jadi disini
bukan hanya mukosa yang meradang tetapi tulang turut nekrotik.(6)
JENIS-JENIS MASTOIDITIS
1. Silent Mastoiditis
Bila yang hancur hanya tulang mastoid, mungkin belum ada keluhan.
2. Bezold`s Mastoiditis
4
Dari prosesus mastoid, peradangan akan turun ke bawah antara otot-otot
sternocleidomastoideus sampai terjadi abses “Bezold”. Tampak dari luar sebagai
pembengkakan pada ujung prosesus mastoideus. Abses dapat terus turun ke bawah
dari leher sampai mediastinum. Gejalanya berupa pembengkakan di leher, nyeri
tekan, kepala miring ke sisi yang sakit.
3. Zigomatikomastoiditis
Penyakit dapat menjalar ke zigomatikus, tampak sebagai pembengkakan pada tulang
zigomatikus disertai nyeri pada tempat tersebut. (2,4)
Mastoiditis terjadi karena adanya perluasan peradangan pada telinga tengah (Otitis
Media) melalui aditus ad antrum ke dalam sel-sel tulang mastoid.
Pada zaman sebelum adanya antibiotik mastoidektomi dilakukan pada hampir dari 20%
kasus otitis media akut. Sejak tahun 1948 angka ini semakin menurun menjadi kurang
dari 3% dan sekarang diperkirakan tindakan ini dilakukan pada kurang dari 5 kasus per
100.000 penderita otitis media akut. Namun belakangan ini terjadi peningkatan
komplikasi otitis media yang diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan prevalensi
pneumokokus yang resisten terhadap antibiotic.4
Mastoiditis dianggap juga dapat sebagai komplikasi dari otitis media, baik Otitis Media
Akut (OMA), maupun Otitis Media Suppuratif Kronik (OMSK) yang berbahaya karena
penyebaran proses radang tidak hanya terbatas pada tulang mastoid saja, namun dapat
meluas ke tempat lain; posterior ke sinus sigmoid (yang dapat menyebabkan thrombosis),
penyebaran ke posterior mencapai tulang oksipital yang kemudian menyebabkan
osteomielitis calvaria atau abses Citelli. Penyebaran ke superior dapat mencapai fossa
posterior cranium, subdural,dan meningen. Penyebaran ke anterior pus menyebar melalui
aditus ad antrum ke telinga tengah, ke lateral dapat membentuk subperiosteal abses, ke
inferior dapat terbentuk Bezold abscess; suatu abses pada bagian belakan insertion
muskulus sternocleidomastoideus, dan medial menyebar ke apex petrous menyebabkan
petrositis
Komplikasi mastoiditis intratemporal dapat berupa gangguan pada nervus facialis dan
atau labirinitis.
5
HUBUNGAN ANTARA TELINGA TENGAH DAN TULANG MASTOID
Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan enam
sisi. Dinding posteriomya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak tersebut
berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke lateral ke arah umbo dari
membrana timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah
Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fosa kranii media. Pada bagian
atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan di bawahnya adalah
saraf fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah saraf fasialis dan tendonnya menembus
melalui suatu piramid tulang menuju ke leher stapes. Saraf korda timpani timbul dari
saraf fasialis di bawah stapedius dan berjalan ke lateral depan menuju inkus tetapi di
medial maleus, untuk keluar da.ri telinga tengah lewat sutura petrotimpanika. Korda
timpani kemudian bergabung dengan saraf lingua1is dan menghantarkan serabut-serabut
sekretomotorik ke ganglion submandibularis dan serabut-serabut pengecap dari dua
pertiga anterior lidah.
Gambar 1. Letak tulang mastoid pada telinga tengah
Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang di sebelah superolateral menjadi
sinus sigmodeus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus. Keduanya adalah a1iran
vena utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf vagus masuk ke telinga tengah
dari dasarnya. Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus. Di atas kanalis
ini, muara tuba eustacius dan otot tensor timpani yang menempati daerah superior tuba
kemudian membalik, melingkari prosesus kokleariformis dan berinsersi pada leher
maleus
6
Gambar 2. Letak Tulang mastoid di antara tulang-tulang sekitarnya
Dinding lateral dari telinga tengah adalah dinding tulang epitimpanum di bagian atas,
membrana timpani, dan dinding tulang hipotimpanum di bagian bawah. Bangunan yang
paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium yang menutup lingkaran
koklea yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintas promontorium ini. Fenestra
rotundum terletak di posteroinferior dari promontorium, sedangkan kaki stapes terletak
pada fenestra ovalis pada batas posterosuperior promontorium. Kanalis falopii bertulang
yang dilalui saraf fasialis terletak di atas fenestra ovalis mulai dari prosesus
kokleariformis di anterior hingga piramid stapedius di posterior
Rongga mastoid berbentuk seperti piramid bersisi tiga dengan puncak mengarah ke
kaudal. Atap mastoid adalab fosa kranii media. Dinding medial adalab dinding lateral
fosa kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah duramater pada daerah ini. Pada
dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan kanalis semisirkularis
lateralis menonjol ke dalam antrum. Di bawah ke dua patokan ini berjalan saraf fasialis
dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal melalui foramen
stilomastoideus di ujung anterior krista yang dibentuk oleb insersio otot digastrikus.
Dinding lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi di
posterior aurikula
Dengan demikian, jika terjadi infeksi pada telinga tengah, akan sangat mudah menjalar ke
tulang mastoid, yang disebut mastoiditis. Proses mastoiditis yang berkelanjutan inilah
yang akan menyebabkan terjadinya abses mastoid.2,4
7
KOMPLIKASI OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS TERHADAP TULANG
MASTOID SEHINGGA TERJADI ABSES MASTOID
Penyebaran Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga terus menerus atau hilang
timbul.1
Otitis Media Akut dengan perforasi membrane timpani menjadi Otitis Media Supuratif
Kronis (OMSK), apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor yang
menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang
tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah, dan higienis yang buruk.1
Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad
antrum. Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama
biasanya disertai infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan
mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.
Otitis media supuratif, baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensi untuk menjadi
serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan
kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan
otore. Siasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi OMSK
tipe benigna pun dapat meyebabkan suatu komplikasi, bila terinfeksi kuman yang virulen.
Dengan tersedianya antibiotika mutahir komplikasi otogenik menjadi semakin jarang,
Pemberian obat-obat itu sering menyebabkan gejala dan tanda klinis komplikasi OMSK
menjadi kabur. Hal tersebut menyebabkan pentingnya mengenal pola penyakit yang
berhubungan dengan komplikasi ini
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga tengah yang
normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di sekitamya.
Pertahanan pertama ini ialah mukosa kavum timpani yang juga seperti mukosa saluran
napas, mampu melokalisasi infeksi. bila sawar ini runtuh, masih ada sawar kedua, yaitu
dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid.Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak
di sekitamya akan terkena. Runtuhnya periostium akan menyebabkan terjadinya abses
subperiosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak berbahaya. Tetapi bila infeksi mengarah
8
ke dalam, ke tulang temporal, maka akan menyebabkan paresis nervus fasialis atau
labirinitis. Bila ke arah kranial, akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus
lateralis, meningitis dan abses otak
Bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi
akan terbentuk. Pada otitis media supuratif akut atau suatu eksaserbasi akut penyebaran
biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen). Sedangkan pada kasus, yang kronis,
penyebaran melalui erosi tulang. Cara penyebaran lainnya ialah melalui jalan yang sudah
ada, misalnya melalui fenestra rotundum, meatus akustikus intemus, duktus perilimfatik
dan duktus endolimfatik
Otitis Media Suppuratif Kronik (OMSK) yang berbahaya karena penyebaran proses
radang tidak hanya terbatas pada tulang mastoid saja, namun dapat meluas ke tempat
lain; posterior ke sinus sigmoid (yang dapat menyebabkan thrombosis), penyebaran ke
posterior mencapai tulang oksipital yang kemudian menyababkan osteomielitis calvaria
atau abses Citelli. Penyebaran ke superior dapat mencapai fossa posterior cranium,
subdural, dan meningen. Penyebaran ke anterior pus menyebar melalui aditus ad antrum
ke telinga tengah, ke lateral dapat membentuk subperiosteal abses, ke inferior dapat
terbentuk Bezold abscess; suatu abses pada bagian belakan insertion muskulus
sternocleidomastoideus, dan medial menyebar ke apex petrous menyebabkan petrositis2,3
Gambar 3. Penyebaran Otitis Media Suppuratif Kronik (OMSK) ke daerah di sekitarnya
Penyebaran Otitis Media Suppuratif Kronik ke tulang mastoid
Pada waktu lahir mastoid terdiri dari satu sel udara yang disebut antrum, yang
berhubungan dengan kavum' timpani melalui saluran kecil yang disebut aditus ad antrum
Pada mastoid yang normal akan terjadi proses pneumatisasi, yaitu terbentuknya sel-sel
udara, untuk menggantikan. sumsum tulang yang ada sebelumnya. Proses ini sudah
9
dimulai sejak lahir, dan akan berkembang sempurna pada usia 4-6 tahun. Derajat
pneumatisasi dipengaruhi oleh faktor keturunan serta adanya infeksi telinga tengah dan
mastoid yang berulang-ulang.
Pada keadaan tertentu, proses pneumatisasi dapat meluas ke bagian lain dari tulang
temporal. Sel-sel udara dapat meluas ke sekitar kanalis fasialis dan disebut sebagai sel-sel
retrofasial. Ke bawah, ke arah m.digastricus, sebagai sel tip, dan sekitar sinus sigmoid
sebagai sel perisinus, bahkan dapat mencapai. ke arah atas, ke daerah zigomatik. Hal ini
dapat menerangkan tentang kemungkinan perluasan infeksi dari kavum timpani ke tulang
mastoid.
Gambar 4. Mastoiditis, dimana infeksi dari telinga tengan menjalar ke rongga udara tulang mastoid
Sel udara mastoid dilapisi oleh modifikasi mukosa saluran napas. Infeksi mastoid terjadi
setelah infeksi telinga tengah melalui beberapa stadium, yaitu
1. Terjadi hiperemia dan edema mukosa yang melapisi sel udara mastoid
2. Akumulasi cairan serosa yang kemudian menjadi eksudat purulen
3. Demineralisasi dinding seluler dan nekrosis tulang akibat iskemia dan tekanan
eksudat purulen pada tulang septum yang tipis
4. Terbentuknya rongga abses akibat destruksi dinding sel udara yang berdekatan,
sehingga terjadi penggabungan sel udara mastoid (coalescence). Pada stadium ini
terjadi empyema dalam mastoid.
10
Pada mastoiditis akut sumbatan pada aditus ad antrum dapat terjadi karena edema
mukosa, hipertrofi mukosa, hiperplasia jaringan granulasi, mukosa polipoid, serpihan
tulang, sehingga menghambat aliran pus dari rongga mastoid ke telinga tengah.
Akibatnya terjadi pengumpulan pus di dalam rongga mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis
media akut pada anak hampir selalu diikuti dengan inflamasi sel udara mastoid, Bila pada
stadium ini tidak terjadi penyembuhan, maka akan terjadi. satu atau lebih keadaan
berikut4,6,7
1. Mastoiditis akut dengan periosteitis
2. Osteitis akut, disebut juga mastoiditis koalesen dengan atau tanpa abses sub
periosteum
3. Mastoiditis kronis
4. Mastoiditis akut dengan periosteitis, yaitu infeksi pada sel udara mastoid akan
meluas ke periosteum yang melapisi mastoid dan menimbulkan periosteitis.
Ja1annya infeksi dari sel mastoid ke periosteum melalui vena (tromboflebitis).
biasanya melalui v. emisaria mastoid
Gambar 5 Abses Bezold, yag disebabkan destruksi yang disebabkan oleh OMSK pada sisi medial tip
mastoid ke insisura digastrika
Osteitis akut mastoid, disebut juga mastoiditis koalesen akut atau mastoiditis akut
surgikal. Pada stadium ini terjadi empyema dalam mastoid. Bila pada stadium ini tidak
terjadi penyembuhan, maka pus dapat meluas ke salah satu atau lebih jalan berikut
1. Anterior menuju telinga tengah menuju aditus ad antrum. Biasanya terjadi
penyembuhan spontan
2. Destruksi ke lateral pada korteks mastoid menimbulkan abses subperiosteum
11
3. Destruksi pada sisi medial tip mastoid ke insisura digastrika menimbulkan abses
Bezold
4. Ke medial sel udara tulang petrosus menimbulkan petrositis
5. Ke posterior ke tulang oksipital menimbulkan osteomielitis tulang tengkorak
6. Yang sangat jarang terjadi ialah apabila perforasi korteks terjadi di dasar posterior
dari zygoma. menirnbulkan abses zygoma
Pada OMSK dengan kolesteatom, sumbatan aditus ad antrum disebabkan oleh adanya
kolesteatom di antrum dan sel mastoid. Hal ini menghambat aliran pus ke telinga tengah
dan liang telinga. Selanjutnya terjadi pengumpulan pus di dalam rongga mastoid sehingga
terbentuk abses mastoid. Kadang abses dapat tembus keluar dan menimbulkan fistel.
Gambar 6 Abses Mastoid, dimana terjadi pengumpulan pus di dalam rongga mastoid yang
merupakan kelanjutan dari mastoiditis
GEJALA KLINIS
Gejala Klinis abses mastoid biasanya sulit dibedakan dengan gejala klinis pada Otitis
Media Suppuratif Kronik (OMSK), namun terdapat adanya tambahan gejala di bawah ini
yang dapat mendukung diagnosa abses mastoid
1. Adanya proses inflamasi menambah nyeri tekan tulang mastoid
2. Aurikular terdorong keluar dan kebawah
12
3. Discharge purulen dapat keluar melalui perforasi membran timpani, liang telinga
terisi pus dan debris
4. Membran timpani dapat terjadi protrusi seperti puting
5. Regio retroaurikular terdapat abses subperiosteal yang berfluktuasi
6. Kadang2 terdapat fistula antara sel-sel mastoid dengan regio retroaurikula
7. Gambaran sistemik radang akut berupa demam
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosa abses mastoid adalah melalui
pemeriksaan mikrobiologi dan pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi kuman penyebab,
dimana sediaan diambil langsung dari abses dengan insisi drainase, atau pada operasi
mastoidektomi
Jika merupakan komplikasi Jika mempakan komplikasi mastoiditis akut maka kuman
yang ditemukan sama dengan kuman penyebab Otitis Media Akut yaitu Streptococcus
pneumonia dan Hemophilus influenzae. Sedangkan jika merupakan komplikasi dari
mastoiditis subakut dan kronis, kuman penyebabnya Staphylococcus aureus dan gram
negatif seperti E. coli, Proteus dan Pseudomonas
Pemeriksaan Radiologis Mastoid
CT dan MRI saat ini sudah menjadi salah satu metode pencitraan radiologi untuk
sebagian besar penyakit pada telinga dan bila ada kerusakan pada tukang temporal. Pada
penyakit pengikisan tulang, seperti otitis media kronik dengan kolesteatom, CT dengan
pengaturan jendela tertentu akan memberikan sumber informasi yang akurat. CT dengan
13
penggunaan cairan kontras yang disuntikan pada vena telah digunakan secara terus
menerus pada pemeriksaan cerebellopontine angle masses. Peralatan pencitraan lain
untuk tulang temporal ini meliputi superlatif angiography.
Ada tiga jenis proyeksi radiologik yang paling sering dan cukup bermanfaat serta
dapat mudah dibuat dengan memakai alat rontgen yang tidak terlalu besar untuk menilai
tulang temporal, yaitu:
1. Posisi Schuller
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid. Proyeksi foto dibuat
dengan bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan berkas sinar X
ditujukan dengan sudut 30° cephalocaudal. Pada posisi ini perluasan pneumatisasi
mastoid serta struktur trabekulasi dapat tampak dengan lebih jelas. Posisi ini juga
memberikan informasi dasar tentang besarnya kanalis auditorius eksterna dan
hubungannya dengan sinus lateralis.
2. Posisi Owen
Posisi ini juga menggambarkan penampakan lateral mastoid, dan proyeksi dibuat
dengan kepala terletak sejajar meja pemeriksaan atau film, lalu wajah diputar 30°
menjauhi film dan berkas sinar X ditujukan dengan sudut 30-40° cephalocaudal.
Umumnya posisi owen dibuat untuk memperlihatkan kanalis auditorius eksternus,
epitimpanikum, bagian-bagian tulang pendengaran, dan sel udara mastoid.
14
3. Posisi Chausse III
Posisi ini merupakan penampakan frontal mastoid dan ruang telinga tengah.
Proyeksi dibuat dengan oksiput terletak di atas meja pemeriksaan, dagu ditekuk
kea rah dada lalu kepala diputar 10-15° kea rah sisi berlawanan dari telinga yang
akan diperiksa. Posisi ini merupakan posisi tambahan setelah pemeriksaan posisi
lateral mastoid. Posisi ini merupakan posisi radiologik konvensional yang paling
baik untuk pemeriksaan telinga tengah terutama untuk pemeriksaan otitis kronik
dan kolesteatom.
Gambaran Mastoiditis Akut
15
Gambaran dini mastoid akut adalah perselubungan ruang telinga tengah dan sel
udara mastoid, bila proses inflamasi terus berlanjut akan terjadi perselubungan yang difus
pada kedua daerah tersebut. Pada masa permulaan infeksi biasanya strukrur trabekula dan
dan sel udara mastoid masih utuh, tapi kadang-kadang dengan adanya edema mukosa dan
penumpukan cairan seropurulen, maka terjadi kekaburan penampakan trabekulasi sel
udara mastoid. Bersama dengan progesifitas infeksi, maka akan terjadi demineralisasi
diikuti dengan dekstruksi trabekula dimana pada proses mastoid yang hebat akan terjadi
penyebaran kearah posterior menyebabkan tromboplebitis kearah posterior. Jika terjadi
komplikasi intrakranial pada daerah fosa kranii posterior atau media, maka pemeriksaan
CT merupakan pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi hal tersebut dimana pada
pemeriksaan CT dapat ditemui defek tulang dengan lesi intrakranial.
Gambaran Mastoiditis Kronik
Gambaran radiologik pada mastoiditis kronik terdiri atas perselubungan yang tidak
homogen pada daerah antrum mastoid dan sel udara mastoid, serta perubahan yang
bervariasi pada struktur trabekulasi mastoid. Proses inflamasi pada mastoid akan
menyebabkan penebalan struktur trabekulasi diikuti demineralisasi trabekula, pada saat
ini yang tampak pada foto adalah perselubungan sel udara mastoid dan jumlah sel udara
yang berkurang serta struktur trabekula yang tersisa tampak menebal. Jika proses
inflamasi terus berlangsung, maka akan terlihat obliterasi sel udara mastoid dan biasanya
mastoid akan terlihat sklerotik. Kadang-kadang lumen antrum mastoidikum dan sisa sel
16
udara mastoid akan terisi jaringan granulasi sehingga pada foto akan terlihat pula sebagai
perselubungan.
Teknik Pemeriksaan Radiologis Tulang Temporal
1. Radiografi konvensional
Yang terbanyak digunakan di klinik terutama untuk mendeteksi kolesteatom
adalah proyeksi Schuller, Towne, dan Stenver.
Proyeksi Stenver
Pengambilan ini diperoleh dengan pasien menghadap film dan kepala sedikit
fleksi dan diputar 45° ke sisi yang berlawanan. Sinar X diarahkan dengan sudut
14° ke kaudal. Pengambilan ini menunjukan seluruh pyramid, eminensia arcuata,
canalis auditorius eksterna, porus acusticus, canalis semisircularis horizontal dan
vertical, vestibula, cochlea, anthrum mastoideum, serta ujung mastoid.
2. CT scan
Pemeriksaan CT scan bidang aksial dan koronal merupakan keharusan untuk
mengevaluasi os temporal dan ruang telinga tengah.
Gambaran radiologis kolesteatom
Pada kolesteatom yang menyebar kea rah mastoid akan menyebabkan destruksi
struktur trabekula mastoid dan pembentukan kavitas besar yang berselubung dengan
dinding yang licin. Kadang-kadang kolesteatom dapat meluas ke sel udara mastoid tanpa
merusak trabekulasi tulang dan jenis ini sering dijumpai pada anak-anak, dimana
gambaran radiologiknya berupa perselubungan pada sel udara mastoid dan sulit
17
dibedakan dengan mastoiditis biasa. Untuk melihat lesi-lesi kolesteatom yang kecil atau
ingin melihat lesi lebih jelas perlu dibuat tomografi tulang temporal.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada mastoiditis dan abses mastoid dapat berupa
Insisi dan drainase abses
Seperti pada semua abses, maka jika terjadi empiema pada subperiosteal mastoid yang
membesar secara progresif, maka sebaiknya dilakukan insisi dan drainase abses. Insisi
sebaiknya dilakukan retroaurikula, dibelakang sulkus retroaurikula agar tidak mengenai
nervus fasialis. Drainase abses bisa menggunakan abbocath ukuran 16 atau 18, dan
ditusukkan searah dengan sulcus retroauricular
Medikamentosa
Diberikan sesuai hasil kultur dan resistensi
Cocok dengan strain bakteri yang sering menyebabkan otitis media akut, yaitu S.
pneumoniae, H. influenza dan Streptococcus pyogenes grup A
Dapat melewati sawar darah otak
Mempertimbangkan adanya multi drug resistance
Analgesik, antipiretik, dan kombinasi antibiotik/steroid topical
Untuk antiboitik sistemik dapat diberikan Vancomycin, Cefotaxime (yang efektif
untuk S. Pneumoniae)
Tetes telinga: Neomycin, polymyxin B, dan hidrokortison, Ciprofloxacin dan
hidrokortison
18
Mastoidektomi
Tindakan yang dilakukan dengan cara membuka sel udara tulang mastoid dengan insisi
pada regio retroaurikular dan membuka korteks mastoid. sel-sel mastoid yang berisi pus
dibuka dan dibersihkan serta membuka kembali akses drainase dan aerasi ke meatus
media, lalu mengangkat jaringan granulasi serta mukosa yang oedem dan polipoid,
kemudian dilakukan irigasi telinga dan pemasangan drain, yang dipertahankan sekurang-
kurangnya 2 hari.
Miringotomi/timpanosentesis
Jika terjadi bulging membran timpani yang masih utuh. Dilakukan untuk mengambil
spesimen dalam kavum telinga tengah dan mengurangi rasa sakit.
Tympanostomy tube placement
Memudahkan drainase pus yang terjebak di dalam kavum timpani dan aerasi, serta
membantu memasukkan antibiotik topikal liang telinga tengah. Dapat dilakukan
bersamaan dengan mastoidektomi.
19
REFERENSI
1. Soepardi EA, Iskandar NI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-
Tenggorokan. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
1997
2. Adams Gl, Boies LR, Higler PA. Alih Bahasa: Wijaya C. Editor: Effendi H,
Santoso K. BOIES: Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 1997
3. Devan PP. Middle ear, Mastoiditis. http://www.emedicine.com/ent/topic740.htm.
Diakses pada tanggal 14 Maret 2013
4. Parry D, Rolland PS. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Medical Treatment.
http://www.emedicine.com/ent/topic214.htm. Diakses pada tanggal 14 Maret
2013
20