manajemen persedian bahan baku dengan metode …

14
MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PT. KSIN INDONESIA Wiji Wulandari 1 , Ir. Kurbandi SBR .,M.M 2 Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa E-mail : [email protected] 1 ; [email protected] 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan metode persediaan bahan baku pada PT. KSIN Indonesia yang paling efektif, dengan membandingkan yang digunakan perusahaan dengan metode Economic Order Quantity (EOQ), mengetahui analisis persediaan bahan baku dengan menggunakan penentuan persediaan pengaman (safety stock), dan kapan melakukan pembelian kembali oleh perusahaan (reorder point). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui hasil perhitungan biaya total persediaan bahan baku yang minimum dengan cara observasi dan wawancara sehingga dapat ditarik sebua kesimpulan. Hasil penelitian dan perhitungan EOQ jumlah pesanan ekonomis setiap kali pesan per tahun adalah sebesar 9.741,40 Kg pada tahun 2016, 16.920 kg pada tahun 2017, dan 21.807,43 kg pada tahun 2018. Safety stock untuk tahun 2016 sebesar 781,39 kg pada tahun 2017 sebesar 668,58 kg dan pada tahun 2018 sebesar 909,24 kg. Reorder point pada tingkat persediaan sebesar 4.633,4 kg pada tahun 2016, 8.236,58 pada tahun 2017, dan 9.933,24 pada tahun 2018. Sedangkan untuk total biaya persediaan menunjukan bahwa pembelian bahan baku yang dilakukan perusahaan dinilai kurang efisien, karena kebijakan perusahaan cenderung mengakibatkakan pengeluaran biaya menjadi lebih besar dan menggunakan metode Economic Order Quatity (EOQ) maka perusahaan akan mendapatkan penghematan biaya sebesar Rp. 4.748.036 pada tahun 2016, Rp. 17.279.107,66 pada tahun 2017, dan Rp. 10.325.598,31 pada tahun 2018. Kata kunci : Economics Order Quantity (EOQ), Safety stock, Reorder point, Persediaan, Bahan Baku dan Total Biaya Persediaan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian di Indonesia terus berkembang seiring dengan era globalisasi, kemajuan perekonomian indonesia membuat persaingan semakin ketat diseluruh sektor industri. Perusahaan dituntut untuk mengelola semua sumber daya yang dimiliki agar perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dan laba optimal serta menghadapi segala tantangan dalam upaya menjalankan kegiatan usaha secara efisien. Hal ini bertujuan agar perusahaan mampu bertahan dan bersaing dengan industri perusahaan lainnya. Dengan kondisi perekonomian yang seperti saat ini, hanya perusahaan yang mampu menekan biaya produksi seminimal mungkin tanpa mengurangi kualitas dapat menjaga kelangsungan hidup suatu perushaan. Semua perusahaan pada dasarnya mengadakan perencanaan dan pengendalian bahan baku dengan tujuan pokok menekan (meminimumnkan) biaya dan untuk mamaksimumkan laba. Perencanaan dan pengendalian bahan baku yang menjadi masalah utama adalah tidak tepatnya dalam menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kegiatan produksi. Agar kegiatan produksi tidak terganggu dan persediaan bahan baku tidak

Upload: others

Post on 15-Jun-2022

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …

MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU

DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)

PADA PT. KSIN INDONESIA

Wiji Wulandari1, Ir. Kurbandi SBR .,M.M

2

Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa

E-mail : [email protected]; [email protected]

2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan metode persediaan bahan baku pada PT.

KSIN Indonesia yang paling efektif, dengan membandingkan yang digunakan perusahaan

dengan metode Economic Order Quantity (EOQ), mengetahui analisis persediaan bahan baku

dengan menggunakan penentuan persediaan pengaman (safety stock), dan kapan melakukan

pembelian kembali oleh perusahaan (reorder point). Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui hasil perhitungan biaya total persediaan bahan

baku yang minimum dengan cara observasi dan wawancara sehingga dapat ditarik sebua

kesimpulan. Hasil penelitian dan perhitungan EOQ jumlah pesanan ekonomis setiap kali pesan

per tahun adalah sebesar 9.741,40 Kg pada tahun 2016, 16.920 kg pada tahun 2017, dan

21.807,43 kg pada tahun 2018. Safety stock untuk tahun 2016 sebesar 781,39 kg pada tahun

2017 sebesar 668,58 kg dan pada tahun 2018 sebesar 909,24 kg. Reorder point pada tingkat

persediaan sebesar 4.633,4 kg pada tahun 2016, 8.236,58 pada tahun 2017, dan 9.933,24 pada

tahun 2018. Sedangkan untuk total biaya persediaan menunjukan bahwa pembelian bahan baku

yang dilakukan perusahaan dinilai kurang efisien, karena kebijakan perusahaan cenderung

mengakibatkakan pengeluaran biaya menjadi lebih besar dan menggunakan metode Economic

Order Quatity (EOQ) maka perusahaan akan mendapatkan penghematan biaya sebesar Rp.

4.748.036 pada tahun 2016, Rp. 17.279.107,66 pada tahun 2017, dan Rp. 10.325.598,31 pada

tahun 2018.

Kata kunci : Economics Order Quantity (EOQ), Safety stock, Reorder point, Persediaan, Bahan Baku dan Total Biaya Persediaan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan perekonomian di

Indonesia terus berkembang seiring dengan

era globalisasi, kemajuan perekonomian

indonesia membuat persaingan semakin

ketat diseluruh sektor industri. Perusahaan

dituntut untuk mengelola semua sumber

daya yang dimiliki agar perusahaan dapat

meningkatkan produktivitas dan laba

optimal serta menghadapi segala tantangan

dalam upaya menjalankan kegiatan usaha

secara efisien. Hal ini bertujuan agar

perusahaan mampu bertahan dan bersaing

dengan industri perusahaan lainnya.

Dengan kondisi perekonomian yang seperti

saat ini, hanya perusahaan yang mampu

menekan biaya produksi seminimal

mungkin tanpa mengurangi kualitas dapat

menjaga kelangsungan hidup suatu

perushaan. Semua perusahaan pada

dasarnya mengadakan perencanaan dan

pengendalian bahan baku dengan tujuan

pokok menekan (meminimumnkan) biaya

dan untuk mamaksimumkan laba.

Perencanaan dan pengendalian bahan

baku yang menjadi masalah utama adalah

tidak tepatnya dalam menyelenggarakan

persediaan bahan baku untuk kegiatan

produksi. Agar kegiatan produksi tidak

terganggu dan persediaan bahan baku tidak

Page 2: MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …

berlebihan. Masalah tersebut berpengaruh

terhadap penentuan (1) berapa kuantitas

yang akan dibeli dalam periode, (2) berapa

jumlah atau kuantitas yang akan dibeli

dalam setiap kali dilakukanpembelian,(3)

kapan pemesanan bahan harus dilakukan,

(4) berapa jumlah minimum kuantitas

bahan yang harus selalu ada dalam

persediaan pengaman (safety stock) agar

perusahaan terhindar dari kemacetan

produksi akibat keterlambatan bahan, dan

berapa jumlah maksimum kuantitas bahan

dalam persediaan agar dana yang ditahan

tidak berlebihan (M. Trihudiyatmanto,

2018).

Kebijakan persediaan bahan baku yang

diterapkan dalam perusahaan seharusnya

biaya persediaan dapat ditekan sekecil

mungkin. Untuk minimumkan biaya

persediaan tersebut dapat digunakan metode

“Economic Order Quantity” (EOQ). EOQ

adalah kuantitas bahan yang dibeli pada

setiap kali pembelian dengan biaya yang

paling minimal. Metode EOQ dapat

digunakan baik untuk barang-barang yang

dibeli maupun yang produksi sendiri.

Sedangkan menurut Heizer dan Render

(2010:92), EOQ adalah salah satu teknik

pengendalian persediaan yang paling tua

dan terkenal secara luas, metode

pengedalian persediaaan ini menjawab 2

(dua) pertanyaan penting, kapan harus

memesan dan berapa banyak harus

memesan. Metode EOQ berusahan

mencapai tingkat persediaan yang

seminimum mungkin, bayar rendah dan

mutu yang lebih baik. Selain itu dengan

adanya penerapan metode EOQ perusahaan

akan mampu mengurangi biaya

penyimpanaan, penghematan ruang, baik

untuk ruangan gudang dan ruangan kerja,

menyelesaikan masalah-masalah yang

timbul dari banyaknya persediaan yang

memumpuk sehingga mengurangi resiko

yang dapat timbul karena persediaan yang

ada di gudang seperti kayu yang sangat

rentah terhadap api.

PT. KSIN Indonesia merupakan

perusahaan yang bergerak dalam bidang

manufaktur, yang produksi utamanya

penyediaan komponen untuk elektronik dan

otomotif. Bahan baku yang digunakan

dalam proses produksi adalah serbuk besi

(Iron Powder) dan perusahaan harus

mengelola persediaan bahan baku dengan

baik. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan

perencanaan dan pengendalian persediaan

bahan baku serta dengan biaya yang

serendah-rendahnya. Namun berdasarkan

observasi awal ternyata persediaan bahan

baku pada PT. KSIN Indonesia belum

direncanakan dengan baik, karena

terjadinya ketidak seimbangan antara

pengendalian persediaan terhadap

permintaan konsumen, sehingga menjadi

salah satu faktor yang membuat perusahaan

sulit menentukan waktu dan jumlah

pemesanan untuk kebutuhan bahan baku

yang mengakibatkan perusahaan

mengalami kelebihan bahan baku. Berikut

ini disajikan data perusahaan mengenai

persediaan bahan baku.

Tabel 1

Persediaan Bahan Baku Serbuk Besi

(Iron Powder)

Tahun Persediaan

Awal (kg)

Pemasukan

(kg)

Total

persediaan

(kg)

pemakaian

(kg)

Persediaan

Akhir (kg)

2016 4.390 5.000

20.390 9.630 4.760 10.000

2017 4.760

5.000

30.741 18.920 11.840 10.000

10.000

2018 11.840 15.000

36.840 22.560 14.280 10.000

Sumber: PT. KSIN Indonesia (2019)

Page 3: MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …

PT. KSIN Indonesia harus

menghitung besarnya safety stock sehingga

tidak terjadi kelebihan atau kekurangan

stock persediaan bahan baku. Dan PT.KSIN

Indonesia juga harus menghitung ROP

(Reorder Point) sehingga dapat ditentukan

waktu yang tepat untuk melakukan

pemesanaan kembali dan berapa jumlah

kuantitas yang akan dipesan. Menurut

Heizer dan Render (2015:567), “Reorder

point (ROP) atau titik pemesanan ulang

adalah tingkat atau titik persediaan dimana

tindakan harus diambil untuk mengisi

kembali persediaan barang”.

Penulis dapat menentukan untuk

mengangkat topik skripsi dalam latar

belakang ini, mengenai pengendalian bahan

baku di perusahaan tersebut dengan judul

“Manajemen Persedian Bahan Baku

Dengan Metode Economic Order Quantity

(EOQ) Pada PT. KSIN Indonesia”.

Batasan penelitian ini penulis hanya

akan meneliti mengenai penerapan metode

Economic Order Quantity (EOQ) guna

menentukan biaya persediaan bahan baku

di PT. KSIN Indonesia, penelitian ini hanya

meneliti persediaan bahan baku pada

periode tahun 2016 sampai dengan tahun

2019.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian melakukan

penelitian ini adalah untuk mengetahui

analisis persediaan bahan baku

menggunakan metode Economic Order

Quantity (EOQ) dapat meningkatkan

efisiensi total biaya persediaan pada PT.

KSIN Indonesia.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan

Persediaan merupakan salah satu unsur

yang paling aktif dalam operasi perusahaan

yang secara kontinyu diperoleh, diubah,

yang kemudian dijual kembali. Sebagian

besar dari sumber-sumber perusahaan juga

sering dikaitkan di dalam persediaan yang

akan digunakan dalam perusahaan

manufaktur. Dengan tersedianya persediaan

maka diharapkan perusahaan dapat

melakukan proses produksi sesuai

kebutuhan atau permintaan konsumen.

Selain itu dengan adanya persediaan yang

cukup di gudang juga diharapkan dapat

memperlancar kegiatan produksi/pelayanan

kepada konsumen. Perusahaan dapat

menghindari terjadinya kekurangan barang,

keterlambatan jadwal pemenuhan produk

yang dipesan konsumen dapat merugikan

perusahaan dalam hal ini image yang

kurang baik. Berikut dijelaskan pengertian

persediaan menurut para ahli, diantaranya

Agus Ristono (2013:2) “Inventory

merupakan suatu teknik yang berkaitan

dengan penetapan terhadap besarnya

persediaan barang yang harus diadakan

untuk menjamin kelancaran dalam kegiatan

operasi produksi, serta menetapkan jadwal

pengadaan dan jumlah pemesanan barang

yang seharusnya dilakukan oleh

perusahaan.

Menurut Heizer dan Render

(2015:553), “Persediaan adalah menetukan

keseimbangan antara investasi persediaan

dan pelayanan pelanggan. Tujuan

persediaan tidak akan pernah mencapai

strategi berbiaya rendah tanpa manajemen

persediaan yang baik”. Sedangkan menurut

Eddy Herjanto (2010;237), menyatakan

bahwa “Persediaan (Inventory) adalah

bahan atau barang yang disimpan yang akan

digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu,

misalnya untuk digunakan dalam proses

produksi atau perakitan, untuk dijual

kembali, atau untuk suku cadang dari suatu

peralatan atau mesin. Persediaan dapat

berupa bahan mentah, bahan pembantu,

barang dalam proses, barang jadi ataupun

suku cadang”. Berdasarkan keterangan di

atas dapat diketahui bahwa persediaan

sangat penting artinya bagi suatu

perusahaan karena berfungsi

menghubungkan antara operasi yang

berurutan dalam pembuatan suatu barang

dan menyampaikannya kepada konsumen.

2.2 Jenis- Jenis Persediaan

Persediaan memiliki berbagai jenis

yang berbeda, maka dari itu persediaan

didalam perusahaan perlu dikelompokan

agar persediaan dapat berfungsi dengan

baik. Menurut Heizer dan Render

(2015:554) berdasarkan proses produksi,

Page 4: MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …

persediaan terbagi menjadi empat jenis,

yaitu:

1. Persediaan bahan mentah (raw material

inventory) adalah bahan–bahan yang

telah dibeli tetapi belum diproses.

Bahan-bahan dapat diperolah dari

sumber alam atau dibeli dari supplier

(penghasil bahan baku).

2. Persediaan barang setengah jadi (work in

process) atau barang dalam proses

adalah komponen atau bahan mentah

yang telah melewati sebuah proses

produksi/telah melewati beberapa proses

perubahan, tetapi belum selesai atau

akan diproseskembali menjadi barang

jadi.

3. Persediaan pasokan

pemeliharaan/perbaikan/operasi/ MRO

(maintenance, repair, operating) yaitu

persediaan–persediaan yang disediakan

untuk pemeliharaan, perbaikan, dan

operasional yang dibutuhkan untuk

menjaga agar mesin–mesin dan proses –

proses tetap produktif.

Persediaan barang jadi (finished good

inventory) yaitu produk yang telah selesai

di produksi atau diolah dan siap dijual.

2.3 Fungsi-fungsi Persediaan

Persediaan yang terdapat dalam

perusahaan dapat dibedakan menurut

beberapa cara. Dilihat dari fungsinya,

menurut Heizer & Render (2015 : 553).

Persediaan dapat memiliki berbagai fungsi

yang menambah fleksibilitas operasi

perusahaan. Keempat fungsi persediaan

adalah sebagai berikut :

1. Untuk memberikan pilihan barang agar

dapat memenuhi permintaan pelanggan

yang diantisipasi dan memisahkan

perusahaan dari fluktuasi permintaan.

Persediaan seperti ini digunakan secara

umum pada perusahaan ritel.

2. Untuk memisahkan beberapa tahapan

dari proses produksi. Contohnya, jika

persediaan sebuah perusahaan

berfluktuasi, persediaan tambahan

mungkin diperlukan agar bisa

memisahkan proses produksi dari

pemasok.

3. Untuk mengambil keuntungan dari

potongan jumlah karena pembelian

dalam jumlah besar dapat menurunkan

biaya pengiriman barang.

4. Untuk menghindari inflasi dan kenaikan

harga. 2.4 Manfaat

Menurut Eddy Herjanto (2010:238),

beberapa manfaat persediaan dalam

memenuhi kebutuhan perusahaan, sebagai

berikut :

a. Menghilangkan resiko keterlambatan

pengiriman bahan baku atau barang

yang dibutuhkan perusahaan.

b. Menghilangkan resiko jika material

yang dipesan tidak baik sehingga harus

dikembalikan.

c. Menghilangkan resiko terhadap

kenaikan harga barang atau inflasi.

d. Untuk menyimpan bahan baku yang

dihasilkan secara musiman sehingga

perusahaan tidak akan kesulitan jika

bahan itu tidak tersedia dipasaran.

e. Mendapatkan keuntungan dari

pembelian berdasarkan diskon kuantitas.

Memberikan pelayanan kepada

pelanggan dengan tersedianya barang yang

diperlukan. 2.5 Biaya-biaya Perrsediaan

Banyaknya jumlah persediaan yang

ada dalam perusahaan harus sesuai dengan

kemampuan perusahaan. Dengan adanya

suatu persediaan pada perusahaan, akan

menimbulkan biaya-biaya untuk

menyimpan persediaan tersebut dalam

gudang. Menurut Eddy Herjanto

(2010:242), unsur-unsur biaya yang

terdapat dalam persediaan dapat

digolongkan menjadi tiga, yaitu :

1. Biaya Pemesanan atau pembelian

Biaya pemesanan adalah biaya yang

dikeluarkan sehubungan dengan

kegiatan pemesanan bahan/barang, sejak

dari penempatan pemesanan sampai

tersedianya barang digudang. Biaya

pemesanan ini meliputi semua biaya

yang dikeluarkan dalam rangka

mengadakan pemesanan barang, yang

dapat mencakup biaya administrasi dan

penempatan order, biaya pemilihan

vendor/pemasok, biaya pengangkutan

dan bongkar muat, biaya penerimaan

dan pemeriksaan barang. Biaya

pemesanan dinyatakan dalam rupiah

(satuan mata uang) per pesanan, tidak

Page 5: MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …

tergantung dari jumlah yang dipesan,

tetapi tergantung dari beberapa kali

pesanan dilakukan.

2. Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan (carrying costs,

holding costs) adalah biaya yang

dikeluarkan berkenaan dengan

diadakannya persediaan barang. Yang

termasuk biaya ini, antara lain biaya

sewa gudang, biaya administrasi

pergudangan, gaji pelaksana

pergudangan, biaya listrik, biaya modal

yang tertanam dalam persediaan, biaya

asuransi, ataupun biaya kerusakan,

kehilangan atau penyusutan barang

selama dalam penyimpanan. Biaya

modal biasanya merupakan komponen

biaya penyimpanan yang terbesar, baik

itu berupa biaya bunga kalau modalnya

berasal dari pinjaman maupun biaya

oportunitas apabila modalnya milik

sendiri.

Biaya penyimpanan dapat

dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu

sebagai persentase dari unit harga/nlai

barang, dan dalam bentuk rupiah per

unit barang, dalam periode waktu

tertentu.

3. Biaya Kekurangan Persediaan

Biaya kekurangan persediaan adalah

biaya yang timbul sebagai akibat tidak

tersedianya barang pada waktu

diperlukan.Biaya kekurangan persediaan

ini pada asarnya bukan biaya nyata ,

melainkan berupa biaya kehilangan

kesempatan. Dalam perusahaan

manufaktur, biaya ini merupakan biaya

kesempatan yang timbul misalnya

karena terhentinya proses produksi

sebagai akibat tidak adanya bahan yang

diproses, yang antara lain meliputi biaya

mehilangan waktu produksi bagi mesin

dan karyawan.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2016:53) penelitian

deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui nilai variabel mandiri,

baik satu variabel atau lebih (independen)

tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan dengan variabel yang lain.

Sedangkan analisis kuantitatif digunakan

dalam penelitian ini untuk mengetahui hasil

perhitungan biaya total persediaan bahan

baku yang minimum.

3.2 Tempat Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah

persediaan bahan baku serbuk besi di PT.

KSIN Indonesia

3.3 Desain Penelitian

Gambar 1

Kerangka pemikiran

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian

ini adalah:

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2016: 117),

populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam

penelitian ini adalah persediaan bahan

baku serbuk besi (Iron Powder) pada PT

KSIN Indonesia.

2. Sampel Menurut Sugiyono (2016: 118),

sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari

populasi tersebut, sampel dalam

Page 6: MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …

penelitian ini adalah data persediaan

bahan baku serbuk besi (Iron Powder)

PT. KSIN Indonesia mulai dari Januari

2016 sampai dengan Desember tahun

2018. Data tersebut meliputi pembelian

bahan baku, biaya penyimpanan, biaya

pemesanan dan lain-lain

3.5 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang

dilakukan penulis dalam penelitian ini

adalah :

1. Penelitian lapangan, dilakukan dengan

cara pengamatan secara langsung pada

PT. KSIN Indonesia untuk memperoleh

data primer. Data primer merupakan

data yang dikumpulkan langsung oleh

peneliti yang dibutuhkan dengan

menggunakan cara sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu peninjauan dan

pengamatan secara langsung di

tempat produksi untuk memperoleh

data yang asli terkait dengan masalah

pengendaliaan persediaan yang ada

di perusahaan.

b. Wawancara, yaitu melakukan proses

wawancara secara langsung kepada

pihak-pihak yang berwenang untuk

memperoleh keterangan mengenai

tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab antara pewawancara dengan

responden.

2. Penelitian kepustakaan (library

research), yaitu untuk memperoleh data

sekunder. Data sekunder merupakan

data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh peneliti dari sumber-sumber yang

telah ada dengan cara membandingkan

berbagai literatur-literatur, jurnal-jurnal

penelitian dan data internal perusahaan

yang berhubungan dengan permasalahan

yang menjadi topik penelitian.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis yaitu mtode yang

digunakan untuk membuat gambaran secara

sistematis, factual dan akurat mengenai

suatu objek yang akan diteliti.

1. Menentukan Economic Order Quantity

(EOQ)

EOQ adalah jumlah pesanan

paling ekonmis, yang dapat

meminimalkan total biaya persediaan,

sehingga perhitungan biaya hanya

didasarkan pada biaya yang

mempengaruhi pemesanan dan

pembelian yaitu total biaya pemesanan

dan total biaya penyimpanan. Dengan

menggunakan rumus sebagai berikut

(Haizer dan Render, 2010:97)

𝐸𝑂𝑄 = 𝑄∗ = √2𝐷𝑆

𝐻

Dimana:

D= jumlah kebutuhan bahan baku

(unit/tahun)

S= Biaya pemesanan (rupiah/pesanan)

H= Biaya penyimpanan (rupiah/unit)

Q*= Pemesanan paling ekonomis(EOQ)

Menghitung frekuensi pemesanan

setelah nilai EOQ (𝑄∗) diketahui, dan

dirumuskan sebagai berikut:

𝐹 = 𝐷

𝑄∗

Keterangan :

F = Frekuensi Pemesanan

Q* = jumlah pemesanan

ekonomis(EOQ)

D = jumlah kebutuhan barang

(unit/tahun)

2. Menentukan Persediaan Pengaman

(Safety Stock)

Penentuan biaya persediaan

pengaman menggunakan analisis

stastistik, yaitu dengan

mempertimbangkan penyimpanan-

penyimpanan yang telah terjadi antara

perkiraan pemakaian bahan baku

sebeneranya, sehingga diketahui standar

deviasinya. Adapun rumus standar

deviasi adalah sebagai berikut:

𝑆𝐷 = √∑(𝑥 − 𝑥)2

𝑛

Keterangan:

SD = Standar Deviasi

X = Pemakaian sesungguhnya

𝑋= Perkiraan pemakaian

N = Jumlah data

𝑆𝑆 = 𝑆𝐷 𝑥 𝑍 Keterangan:

Page 7: MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …

SS = Persediaan pengaman (Safety

Stock)

SD = Standar Deviasi

Z = Faktor pengaman

3. Reoder point

Reorder Point dapat dihitung

dengan menjumlahkan kebutuhan bahan

baku selama lead time ditambah dengan

jumlah persediaan pengaman (safety

stock). Jadi reorder point dapat dihitung

dengan rumus (Haizer dan Render,

2010:100)

𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 𝑥 𝐿 ) + 𝑆𝑆 dimana

𝑑 = 𝐷

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Keterangan :

ROP = titik pemesanan ulang (Reorder

Point)

D = pemakaian pertahun

d = pemakaian perhari

L = waktu tunggu (lead time)

SS = Safety Stock

4. Menentukan Total Biaya Persediaan/

Total Inventory cost (TIC)

Total biaya persediaan merupakan

penjumlahan dari biaya pemesanan dan

biaya penyimpanan. Untuk menentukan

total biya persediaan menggunakan

rumus sebagai berikut (Haizer dan

Render, 2010:95)

𝑇𝐼𝐶 = 𝐷

𝑄 𝑆 +

𝑄

2 𝐻

Keterangan :

TIC = Total biaya persediaan

D = Jumlah kebutuhan, unit per tahun

Q = Jumlah barang setiap kali pesan

S = Biaya pesanan setiap kali pesan

H = Biaya penyimpanan, unit per tahun

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembelian bahan baku serbuk besi PT.

KSIN Indonesia dengan melakukan

pembelian dari PT. Höganäs supplier di

skåne, Swedia yang telah menjadi rekan

dari tahun 2011 hingga sekarang. Data yang

diperoleh dari perusahaan tersebut tentang

pembelian bahan baku pada tahun 2016 –

2018.

Tabel 2

Pembelian Bahan Baku Serbuk Besi

Bulan Tahun

2016 2017 2018

Juli 5.000 - -

Desember 5.000 - -

Januari - 10.000 -

September - 5.000 -

November - 10.000 -

Mei - - 15.000

Desember - - 10.000

Jumlah 10.000 25.000 25.000 Sumber : PT. KSIN Indonesia (2019)

Penggunaan bahan baku Serbuk besi

(Iron Powder) untuk pembuatan material

komponen untuk elektronik dan otomotif

disesuaikan dengan rencana produksi yang

didasarkan atas ramalan penjualan dari

bagian marketing selanjutnya

dikonfirmasikan ke bagian produksi.

Pemakaian aktual bahan baku serbuk besi

( Iron Powder) selama periode 2016-2018.

Table 3

Pemakaian bahan baku serbuk besi

Bulan Tahun

2016 2017 2018

Januari 440 1.040 2.200

Februari 400 960 2.320

Maret 240 1.540 3.000

April 1040 1.920 2.320

Mei 440 1.800 1.900

Juni 800 960 1.140

Juli 440 1.920 1.980

Agustus 720 1.640 1.660

September 1.120 1.320 2.140

Oktober 1.960 1.660 1.100

November 1.350 1.920 1.680

Desember 680 2.240 1.120

Total 9.630 18.920 22.560

Rata-

rata/bulan 802,5 1.576,7 1.880

Sumber : PT.KSIN Indonesia (2019)

Waktu tunggu pengadaan bahan baku

adalah waktu yang dibutuhkan sejak bahan

baku dipesan sampai dengan bahan baku

tersebut sampai di perusahaan. Berdasarkan

keterangan dari perusahaan, waktu tunggu

untuk bahan baku serbuk besi adalah 4

bulan.

Biaya pemesanan adalah biaya yang

timbul akibat dari pembelian bahan baku.

Total biaya pemesanan setahun diperoleh

Page 8: MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …

dengan mengalihkan biaya pemesanan

perpesanan dengan banyaknya pemesanan

selama setahun. Komponen biaya

pemesanan bahan baku serbuk besi (Iron

Powder) meliputi biaya administrasi, baiya

jasa EMKL, dan biaya transportasi.

Table 4

Biaya Pemesanan Serbuk Besi

ITEM BIAYA

TAHUN

2016

(RP)

2017

(RP)

2018

(RP)

Biaya

Administrasi 1.350.000 1.350.000 1.350.000

Biaya EMKL 1.500.000 1.500.000 1.500.000

Biaya Transportasi 6.432.552 11.788.950 19.663.403

Total 9.282.552 14.638.950 22.513.403

Sumber: PT. KSIN Indonesia (2019)

Biaya penyimpanan bahan baku

ditetapkan oleh pihak PT.KSIN Indonesia

sebesar 6% dari harga per Kg, nilai tersebut

digunakan untuk keperluan pengadaan dan

perbaikan alat serta perlengkapan di

gudang penyimpanan. Apabila tidak terjadi

kerusakan maka biaya tersebut dialokasikan

ke pengelola gudang dalam bulan tersebut.

Besarnya biaya penyimpanan adalah: Tabel 5

Biaya Penyimpanan Serbuk Besi

Tahun

% Biaya

penyimpan

an

Harga (Rp)

Bahan Baku

Per Kg

Biaya

Penyimp

anan

(Rp)

2016 6% 31.400 1.884

2017 6% 32.250 1.935

2018 6% 35.600 2.136

Sumber: PT. KSIN Indonesia (2019)

Analisi Persediaan Bahan Baku

Menggunakan Metode Economic Order

Quantity (EOQ)

Yang pertama adalah menganalisis

penentuan jumlah persediaan bahan baku

yang paling ekonomis untuk setiap kali

pembelian dengan menggunakan metode

Economic Order Quantity (EOQ). 1. Tahun 2016

𝐸𝑂𝑄 = √2(9.630)(𝑅𝑝. 9.282.552)

𝑅𝑝. 1.884

= 9.741,40 kg

Frekuensi pemesanan = 9.630

9.741,40

= 0,98 (dibulatkan

menjadi 1)

1. Tahun 2017

𝐸𝑂𝑄 = √2(18.920)(𝑅𝑝. 14.638.950)

𝑅𝑝. 1.935

= 16.920 kg

Frekuensi pemesanan = 18.920

16.920

= 1,11 (dibulatkan menjadi 1)

1. Tahun 2018

𝐸𝑂𝑄 = √2(22.560)(𝑅𝑝. 22.153.403)

𝑅𝑝. 2.136

= 21.807,43 kg

Frekuensi pemesanan = 22.560

21.807,43

= 1.03 (dibulatkan menjadi 1)

Tabel 6

Hasil Stok Akhir Pembelian Persediaan

Bahan Baku Menggunakan Metode

Economic Order Quantity (EOQ)

Tah

un

Stok

awal

Pemesa

nan

EOQ

Pemakai

an

bahan

baku

Stok

Akhir

2016 4370 9.741,40 9.630 4.481,4

2017 4.481,4 16.920 18.920 2.481,4

2018 2.481,4 21.807,4

3 22.560

1.728,83

Sumber: Data penelitian yang diolah,2019

Penentuan Persediaan Pengaman (Safety

Stock) Untuk menghitung persedian

pengaman digunakan metode statistik

dengan membandingkan rata-rata bahan

baku dengan pemakaian bahan baku

sesungguhnya setelah itu dicari

penyimpangannya.

1. Tahun 2016 perhitungan Safety Stock

𝑥 =𝐷

𝑛

𝑥 =9.630

12= 802 𝑘𝑔

𝑆𝐷 = √∑(𝑥 − 𝑥)2

𝑛

Page 9: MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …

= √∑2.691.228

12

= 473,57

Dengan pemakaian asumsi bahwa PT.

KSIN Indonesia menerapkan persediaan

yang memenuhi permintaan 95% dan

persediaan cadangan 5%, sehingga

diperoleh Z dengan table standard deviasi

sebesar 1,65.

Safety Stock = SD x Z

= 473,57 x 1,65

= 781,39 kg

2. Tahun 2017 perhitungan Safety Stock

𝑥 =𝐷

𝑛

𝑥 =18.920

12= 1.577 𝑘𝑔

𝑆𝐷 = √∑(𝑥 − 𝑥)2

𝑛

= √∑1.970.268

12

= 405,2

Dengan pemakaian asumsi bahwa PT.

KSIN Indonesia menerapkan persediaan

yang memenuhi permintaan 95% dan

persediaan cadangan 5%, sehingga

diperoleh Z dengan table standard deviasi

sebesar 1,65.

Safety Stock = SD x Z

= 405,2 x 1,65

= 668,58 kg

3. Tahun 2018 perhitungan Safety Stock

𝑥 =𝐷

𝑛

𝑥 =22.560

12= 1.880 𝑘𝑔

𝑆𝐷 = √∑(𝑥 − 𝑥)2

𝑛

= √∑3.644.000

12

= 551,05

Dengan pemakaian asumsi bahwa

PT. KSIN Indonesia menerapkan

persediaan yang memenuhi permintaan

95% dan persediaan cadangan 5%,

sehingga diperoleh Z dengan table

standard deviasi sebesar 1,65.

Safety Stock = SD x Z

= 551,05 x 1,65

= 909,24 kg

Penentuan Titik Pemesanan Ulang

(Reorder Point)Saat pemesanan ulang atau

Reorder Point (ROP) adalah saat dimana

perusahaan harus melakukan pemesanan

bahan bakunya kembali, sehingga

penerimaan bahan baku yang dipesan dapat

tepat waktu.

PT. KSIN Indonesia memiliki waktu

tunggu (lead time) dalam menunggu

pemesanan bahan baku serbuk besi (iron

power) adalah selama 4 bulan atau 120 hari.

Dan dengan rata-rata jumlah hari kerja (t)

300 hari dalam setahun. Sebelum

menghitung besarnya ROP maka terlebih

dahulu dicari tingkat penggunaan bahan

baku/hari (d) dengan cara sebagai berikut :

𝑑 =𝐷

𝑡

1. Perhitungan Bahan Baku serbuk besi

pada tahun 2016

𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 𝑥 𝐿 ) + 𝑆𝑆

= ((9.630

300) 𝑥 120) + 781,39

= 4.633,4 𝑘𝑔

2. Perhitungan Bahan Baku serbuk besi

pada tahun 2017

𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 𝑥 𝐿 ) + 𝑆𝑆

= ((18.920

300) 𝑥 120) + 668,58

= 8.236,58 𝑘𝑔 3. Perhitungan Bahan Baku serbuk besi

pada tahun 2018

𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 𝑥 𝐿 ) + 𝑆𝑆

= ((22.560

300) 𝑥 120) + 909,24

= 9.933,24 𝑘𝑔

Page 10: MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …

Total biaya persediaan

Menurut perhitungan perusahaan Agar

dapat menghitung biaya persediaan yang

diperlukan perusahaan maka diketahui:

Tabel 7

Jumlah Penggunaan Bahan Baku,Pembelian

Rata-Rata, Biaya Pemesanan, Penyimpanan

Per Kg Bahan Baku Serbuk Besi

Keterangan

Tahun

2016 2017 2018

Total

kebutuhan

(Kg)

9.630 18.920 22.560

Pembelian

rata-rata (Kg) 4.815 6.306,67 11.280

Biaya

pemesanan

per pesan

(Rp)

9.282.5

52

14.638.95

0

22.153.4

03

Biaya simpan

per kg (Rp) 1.884 1.935 2.136

Sumber: Data penelitian yang diolah,2019

1. Total Biaya Persediaan Bahan Baku

tahun 2016:

𝑇𝐼𝐶 = (9.630

4.815𝑥 𝑅𝑝. 9.282.552)

+ (4.815

2𝑥 𝑅𝑝. 1.884)

= 𝑅𝑝. 18.565.104 + 𝑅𝑝. 4.535.730 = 𝑅𝑝. 23.100.834

2. Total Biaya Persediaan Bahan Baku

tahun 2017:

𝑇𝐼𝐶 = (18.920

6.306,67𝑥 𝑅𝑝. 14.638.950)

+ (6.306,67

2𝑥 𝑅𝑝. 1.935)

= 𝑅𝑝. 43.916.826,78 + 𝑅𝑝. 6.101.703,22 = 𝑅𝑝. 50.018.530

3. Total Biaya Persediaan Bahan Baku

tahun 2018:

𝑇𝐼𝐶 = (22.560

11.280𝑥 𝑅𝑝. 22.153.403)

+ (11.280

2𝑥 𝑅𝑝. 2.136)

= 𝑅𝑝. 44.306.806 + 𝑅𝑝. 12.047.040 = 𝑅𝑝. 56.353.846

Total biaya persediaan dengan metode

EOQ Untuk menghitung total biaya

persediaan, maka telah diketahui:

Tabel 8

Jumlah Penggunaan Bahan Baku,

Pembelian Bahan Baku Yang Paling

Ekonomis, Biaya Pemesanan, Penyimpanan

Per Kg

Keterangan

Tahun

2016 2017 2018

Total kebutuhan

(Kg) 9.630 18.920

22.560

Pembelian

Bahan Baku

Ekonomis (Kg)

9.741,40 16.920

21.807,

43

Biaya

pemesanan

per pesan (Rp)

9.282.55

2

14.638.

950

22.153.

403

Biaya simpan

per kg (Rp) 1.884 1.935

2.136

Sumber: Data penelitian yang diolah,2019

1. Total Biaya Persediaan Bahan Baku

tahun 2016:

𝑇𝐼𝐶 = (9.630

9.741,40𝑥 𝑅𝑝. 9.282.552)

+ (9.741,40

2𝑥 𝑅𝑝. 1.884)

= 𝑅𝑝. 9.176.399,2 + 𝑅𝑝. 9176398,8 = 𝑅𝑝. 18.352.798

2. Total Biaya Persediaan Bahan Baku

tahun 2017:

𝑇𝐼𝐶 = (18.920

16.920𝑥 𝑅𝑝. 14.638.950)

+ (16.920

2𝑥 𝑅𝑝. 1.935)

= 𝑅𝑝. 16.369.322,34 + 𝑅𝑝. 16.370.100 = 𝑅𝑝. 32.739.422,34

3. Total Biaya Persediaan Bahan Baku

tahun 2018:

𝑇𝐼𝐶 = (22.560

21.807,43𝑥 𝑅𝑝. 22.153.403)

+ (21.807,43

2𝑥 𝑅𝑝. 2.136)

= 𝑅𝑝. 22.917.912,45 + 𝑅𝑝. 23.290.335,24 = 𝑅𝑝. 46.208.247,69

Page 11: MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …

Table 9

Perbandingan Total Biaya persediaan

Berdasarkan menurut perusahaan

dengan Menggunakan Metode EOQ

Tahun

TIC

menurut

perusaha

an (Rp)

TIC

menurut

Metode

EOQ (Rp)

Penghemat

an biaya

(Rp)

2016 23.100.8

34

18.352.79

8 4.748.036

2017 50.018.5

30

32.739.42

2,34

Rp.

17.279.107,

66

2018 56.353.8

46

46.208.24

7,69

10.325.598

,31

Sumber: Data penelitian yang diolah,2019

Peramalan Total Biaya Persediaan (TIC)

Tahun 2019. Salah satu fungsi dari

peramalan ini adalah untuk menentukan

kebijakan yang akan diambil kedepanya

supaya kabijakan tersebut optimal. Ada

beberapa metode dalam menentukan

peramalan, namun dalam penelitian ini

mengadopsi cara perhitungan

forecasting PT. KSIN Indonesia dengan

menggunakan metode moving average

untuk meramalkan kebutuhan bahan

baku pada tahun 2019 dengan rentang

waktu 2 peridoe sebelumnya yaitu, pada

tahun 2017 dan 2018.

Rumus:

𝐹𝑡+1=

𝑋𝑡+𝑋𝑡−1+⋯+𝑋𝑛−𝑡𝑛

Keterangan:

Xt = Data Periode t

N = Jumlah deret waktu yang

digunakan

Ft+1 = Nilai prakiraan periode t+1

(berikutnya)

𝐹2019=

X2017+X2018n

𝐹2019=

18.920+22.560

2

=41.480

2

= 20.740 Kg

Tabel 10

Peramalan Kebutuhan Bahan Baku 2019

Tahun

Kebutuhan

Bahan Baku

(Kg)

2016 9.630

2017 18.920

2018 22.560

2019

(Forecasting) 20.740

Sumber: Data penelitian yang diolah 2019

Dari data forecsting ditahun 2019

jumlah kebutuhan sebesar 20.740 kg

apabila di asumsikan harga bahan baku

serbuk besi (Iron Powder) pada tahun 2019

tidak mengalami kenaikan atau sama

dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp.

35.600/kg maka diperoleh biaya

penyimpanan sebesar Rp. 2.136 dan biaya

pemesanan sebesar Rp. 22.153.403 maka

perhitungan Economic Order Quantity nya

adalah sebagai berikut:

𝐸𝑂𝑄 = √2(20.740)(𝑅𝑝. 22.153.403)

𝑅𝑝. 2.136

= 20.741,44 kg

Frekuensi pemesanan = 20.740

20.741,44

= 0,99 (dibulatkan menjadi 11)

Total Biaya Persediaan Bahan Baku

tahun 2019:

𝑇𝐼𝐶 = (20.740

20.741,44𝑥 𝑅𝑝. 22.153.403)

+ (20.741,44

2𝑥 𝑅𝑝. 2.136)

= 𝑅𝑝. 22.151.864,97 + 𝑅𝑝. 22.151.857,92

= 𝑅𝑝. 44.303.722,89

PEMBAHASAN

Dari perhitungan metode Economic

Order Quantity (EOQ) diperoleh pembelian

paling ekonomis pada tahun 2016 sebesar

9.741 kg dengan frekuensi pemesanan 1

kali, pada tahun 2017 sebesar 16.920 kg

dengan frekuensi pemesanan 1 kali dan

pada tahun 2018 sebesar 21.087,43 kg

dengan frekuensi pemesanan 1 kali.

Page 12: MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …

Berdasarkan dengan pembelian dengan

metode EOQ lebih besar tetapi dengan

frekuensi yang lebih sedikit dibandingkan

dengan menurut perusahaan maka dapat

dikatakan pembelian oleh PT. KSIN

Indonesia belum efisien.

Berdasarkan perhitungan Total

inventory cost (TIC) menggunakan metode

EOQ lebih efisien dibandingkan dengan

metode PT. KSIN Indonesia saat ini, hal ini

dibuktikan bahwa Total Inventory Cost

menggunakan metode EOQ lebih kecil

dibandingkan Total Inventory Cost yang

dikeluarkan PT. KSIN Indonesia. Selisih

TIC pada tahun 2016 adalah sebesar Rp.

4.748.036, tahun 2017 sebesar Rp.

17.279.107,66 dan tahun 2018 sebesar Rp.

10.325.598,31.

Apabila metode Economic Order

Quantity (EOQ) ini diterapkan di PT. KSIN

Indonesia pada tahun 2019 dengan cara

perhitungan forecasting PT.KSIN Indonesia

menggunakan metode peramalan moving

avarange didapat jumlah persediaan bahan

baku pada tahun 2019 sebesar 20.740 kg

dengan EOQ sebesar 20.741,44 kg dengan

frekuensi pembelian sebanyak 0,99 atau

sebanyak 1 kali dan biaya persediaan

sebesar Rp. 44.303.722,89.

Penerapan yang digunakan perusahaan

mempunyai kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan dari metode tersebut adalah

konsistensi persediaan perusahaan dapat

dijaga sehingga tidak pernah ada masalah

kehabisan persediaan. Namun disisi lain

kebijakan ini juga mengandung banyak

kelemahan. Kelemahan dari metode ini

adalah seringnya kelebihan bahan baku

menjadikan biaya yang diendapkan atas

bahan baku tersebut juga besar dan biaya

yang dikeluarkan karena memesan bahan

baku tidak dilakukan dengan efisien. Dalam

menyelengarakan kegiatan produksi

perusahaan tentunya membutuhkan

persediaan bahan baku guna menjamin

kelancaran proses produksi. Dalam

perumusan kebijakan persediaan bahan

baku, maka perusahaan harus

memperhatikan dan memperhitungkan

faktor yang mempengaruhi persediaan itu

sendiri.

Dari pemaparan dapat diketahui

jumlah yang lebih kecil dikeluarkan pihak

PT. KSIN Indonesia apabila menggunakan

metode EOQ, akan tetapi ada kelemahan

apabila metode EOQ ini diterapkan yaitu

jumlah pemesanan menjadi lebih besar di

setiap pemesanan atau order, hal ini

mengakibatkan jumlah biaya yang

dikeluarkan setiap kali pemesananan

menjadi lebih besar, hal ini tentunya

menjadi salah satu pertimbangan pihak PT.

KSIN Indonesia apabila menggunakan

metode Economic Order Quantity (EOQ).

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas

dapat diperoleh kesimpulan terhadap

penerapan metode Economic Order

Quantity (EOQ) pada PT.KSIN Indonesia,

dapat ditemukan beberapa hal yaitu:

1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa

jumlah pesanan bahan baku yang

ekonomis pada PT. KSIN Indonesia

pada tahun 2016 sebesar 97.741,40 kg

pada tahun 2017 sebesar 16.920 kg,

pada tahun 2018 sebesar 21.807,43 kg

dan pada tahun 2019 menggunakan

peramalan PT.KSIN Indonesia dengan

metode Moving Avarange sebesar

20.741,44 kg.

2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa

Total Inventory Cost (TIC) bahan baku

yang dikeluarkan menurut perusahaan

adalah pada tahun 2016 sebesar Rp.

23.100.834, pada tahun 2017 sebesar

Rp. 50.01.530 dan pada tahun 2018 dan

sebesar Rp. 56.353.846. Jika

menerapkan kebijakan Economic Order

Quantity (EOQ) adalah sebesar Rp.

18.352.798 pada tahun 2016, Rp.

32.739.422,34 pada tahun 2017, dan Rp.

46.208.247,69 pada tahun 2018. Total

Inventory Cost (TIC) pada tahun 2019

dengan peramalan PT. KSIN Indonesia

menggunaan metode Moving Avarange

didapat biaya persediaan sebesar Rp.

40.154.332,2, dengan perhitungan TIC

menggunakan metode EOQ menjadi

bahan pertimbangan perusahaan ditahun

2019.

3. Kuantitas persediaan pengaman (safety

stock) menurut metode Economic Order

Quantity (EOQ) sebesar 781,39 kg pada

tahun 2016, 668,58 kg pada tahun 2017,

Page 13: MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …

dan 909,24 kg pada tahun 2018.

Penentuan titik Pemesanan kembali

(Reorder Point) pada tingkat persediaan

sebesar 4.633,4 kg pada tahun 2016,

8.236,58 pada tahun 2017, dan 9.933,24

pada tahun 2018.

4. Dengan menerapkan metode Economic

Order Quantity (EOQ) perusahaan akan

mendapatkan efesiensi biaya sebesar Rp.

4.748.036 pada tahun 2016, Rp.

17.279.107,66 pada tahun 2017, dan Rp.

10.325.598,31 pada tahun 2018.

Efesiensi tersebut dihasilkan dari

meminimalkan total biaya persediaan,

dimana menggunakan metode Economic

Order Quantity (EOQ) yang membuat

kuantitas pemesanan lebih tinggi dan

frekuensi pemesnan akan lebih rendah

sehingga terjadi penghematan biaya

pemesanan. Dengan demikian dari perbandingan

persediaan bahan baku menggunakan metode

Economic Order Quantity (EOQ) lebih efisien

dibandingkan cara yang digunakan pihak PT.

KSIN Indonesia, hal ini dibuktikan dari nilai

TIC menurut EOQ lebih kecil dibandingkan TIC

PT.KSIN Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Ristono. 2013. Manajemen

Persediaan. Penerbit Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Assauri, Sofjan. 2011. Strategic

Management, Sustainable

Competitive Advantage. Indonesia,

Jakarta.

Bintarti Surya, S.E.,M.M.,2015, Metodologi

Penelitian ekonomi Manajemen,

Cetakan Pertama, Bekasi:Mitra

Wacana Media.

Clara, Claudia. 2019. “Analisis

Pengendalian Persediaan Bahan

Baku Beras Pada PT. Empat

Saudara Dengan Menggunakan

Metode Eoq (Economic Order

Quantity)”. Sulawesi Utara,

Universitas Sam Ratulangi.

Damayanti, Destriana. 2012. Tinjauan

Pengendalian Persediaan Bahan

Baku Slab pada PT Hevea MK.1

Palembang. Laporan Akhir,

Politeknik Negeri Sriwijaya

Heizer, Jay & Barry Render. 2010.

Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh

Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

Heizer, Jay dan Barry Render. 2015,

Operations Management

(Manajemen Operasi), ed.11,

Penerjemah: Dwi anoegrah wati S

dan Indra Almahdy, Salemba

empat, Jakarta.

Herjanto, Eddy. 2010. Manajemen Operasi.

Jakarta: Grasindo

Jessica Juventia, Lusia P.S Hartanti. 2016.

“Analisis Persediaan Bahan Baku

PT. BS dengan Metode Economic

Order Quantity (EOQ)”. Surabaya,

Universitas Pelita Harapan.

Manullang, Asna. 2017. “Analisis

Pengendalian Persediaan Dengan

Menggunakan Metode Eoq Untuk

Mengoptimalisasi Persediaan

Bahan Baku Gula Pasir Pada PT.

SMART TBK di Bogor. Jurnal

Ilmiah Binaniaga Vol. 13, No. 02,

Desember. Bogor, STIE Binaniaga.

Nissa Khoirun, M. Tirtana Siregar. 2017.

“Analisis Pengendalian Persediaan

Bahan Baku Kain Kemeja

Poloshirt Menggunakan Metode

Economic Order Quantity (EOQ) di

PT Bina Busana Internusa”.

Jakarta, Politeknik APP.

Nurhasanah, Siti. 2012. “Analisis

Persediaan Solar Dengan

Menggunakan Metode Economic

Order Quantity (EOQ) Pada PT.

Anugerah Bara Kaltim”.

Kalimantan Timur, Politeknik

Negeri Samarinda.

Rajab, Tusa’diah, Abdul, Halima. 2015.

Pengoptimalan persediaan bahan

baku tepung ketela menggunkan

metode EOQ (Economic Order

Quantity), Skripsi (dipublikasikan).

Fakultas Ekonomi UIN Maulana

Malik Ibrahim, Malang.

Rosmiati, Rustam Abdul Rauf, Dafina

Howara. 2013. “Analisis Economic

Order Quantity untuk menentukan

Persediaan bahan baku keripik

sukun. (Studi Kasus : Industri

Rumah Tangga Citra Lestari

Production)”. Palu, Universitas

Tadulako.

Page 14: MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …

Setyorini ,Retno. 2014. “Analisis

Pengendalian Persediaan Bahan

Baku Daging Dan Ayam Dengan

Menggunakan Metode Economic

Order Quantity (EOQ) Pada

Restoran Steak Ranjang Bandung”.

E-proceeding of Management :

Vol.1, No.3 Desember. Bandung,

Universitas Telkom.

Stevenson, W.J., Chuong, S.C. 2015.

Manajemen Operasi Perspektif

Asia, Edisi 9. Jakarta:Salemba

Empat.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: PT Alfabet.

Sulaiman, Fahmi & Nanda. 2015.

Pengendalian Persediaan Bahan

Baku Dengan Menggunakan

Metode Eoq Pada Ud. Adi Mabel.

Medan, Politeknik LP3I.

Syarif Hidayatullah Elmas, Muhammad.

2017. “Analysis Control Supplies

RAW Materials with The EQQ

Methods in the Smoothness of The

Production Process.” International

Journal of Social Science and

Business Vol.1 (3) pp. 186-196.

Probolinggo, UPM.

Trihudiyatmanto, M. 2018. “Analisis

Persediaan Bahan Buku Dengan

Metode Economic Order Quantity

(EOQ) Pada UD. Gemilang Jaya

Wonosobo”. Wonosobo ,

Universitas Sains Al-Qur'an

(UNSIQ).