standarisasi bahan baku
DESCRIPTION
standarisasi bahan baku obat herbalTRANSCRIPT
MAKALAH KAPITA SELEKTA FITOFARMAKA
STANDARISASI BAHAN BAKU
“STANDARISASI BAHAN BAKU BERUPA SERBUK
SIMPLISIA (DAUN JAMBU BIJI) DAN EKSTRAKNYA”
Disusun Oleh :
1. Sulistiawati (1407062117)
2. Yusnia Fairuz (1407062119)
3. Ida Setyaningrum (1407062121)
4. Annisa Fikriyah (1407062125)
5. Arina Manasika (1407062126)
6. Nur Fikriyah (1407062127)
7. Nowval Surya Kusuma (1407062128)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2014
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul “ Standarisasi Bahan Baku Berupa Serbuk Simplisia (Daun Jambu Biji)
Dan Ekstraknya” yang membahas tentang standarisasi bahan baku daun jambu biji
sebagai obat tradisional.
Dalam penyusunan makalah ini banyak kesulitan yang dialami penulis,
namun berkat bantuan dari berbagai pihak kesulitan tersebut dapat teratasi.Untuk
itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi yang ingin
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan obat tradisional terutama peraturan
mengenai kemasan obat tradisional . Dan Penulis pun menyadari makalah ini
masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat kami harapkan.
Yogyakarta, Agustus 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Tujuan........................................................................................... 3
BAB II ISI ................................................................................................... 4
2.1 Standarisasi Simplisia................................................................... 4
2.2 Daun Jambu Biji........................................................................... 9
BAB III KESIMPULAN................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan keanekaragaman
hayati terutama tumbuh-tumbuhan. Ada lebih dari 30.000 jenis tumbuhan yang
terdapat di bumi Nusantara ini, dan lebih dari 1000 jenis telah diketahui dapat
dimanfaatkan untuk pengobatan. Pada era globalisasi ini obat bahan alam baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri sangat pesat
perkembangannya, dengan demikian agar produk-produk herbal tersebut dapat
terjaga kualitas dan khasiatnya maka diperlukan suatu standarisasi baik pada
bahan baku ataupun dalam bentuk sediaan ekstrak. Beberapa negara baik di
Eropa, Asia, dan Amerika telah menetapkan beberapa standar terhadap bahan
baku produk herbal ini, bahkan WHO juga telah menetapkan standar terhadap
beberapa tanaman yang biasa digunakan sebagi bahan baku obat / produk herbal.
Beberapa contoh jenis standar yang dimaksud adalah BHP (British Herbal
Pharmacopoeia), USP (United States Pharmacopoeia), JSHM (Japanese
Standards For Herbal Medicines), API (The Ayurvedic Pharmacopoeia of India),
WHO's Guidelines For Medicinal Plant Materials.
Melihat jumlah simplisia yang semakin banyak digunakan sebagai bahan
baku dalam pembuatan obat tradisional atau obat bahan alam, maka untuk
menjamin bahwa kualitas herbal sama pada setiap produksinya dan memenuhi
standar minimal harus dilakukan standarisasi terhadap bahan baku tersebut, baik
yang berupa serbuk simplisia maupun yang berbentuk ekstrak. Persyaratan mutu
ekstrak terdiri dari berbagai parameter standar umum dan parameter standar
1
spesifik. Dengan standarisasi, pemerintah melakukan fungsi pembinaan dan
pengawasan serta melindungi konsumen untuk tegaknya trilogi “mutu, keamanan
dan manfaat”. Standarisasi juga menjamin mahwa produk akhir mempunyai nilai
parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula)
terlebih dahulu.
Khasiat ekstrak dengan simplisia asalnya belum tentu sama persis, karena
simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan tidak
dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang
terdapat dalam berbagai simplisia dapat dapat digolongkan ke dalam golongan
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda
akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap
pemanasan, udara, cahaya, logam berat dan derajat keasaman. Dengan
diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia, akan mempermudah
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Keajegan kadar senyawa aktif
meerupakan syarat mutlak mutu ekstrak yang diproduksi. Oleh sebab itu serbuk
simplisia dan ekstrak harus distandarisasi. Standarisasi adalah serangkaian
parameter, prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur
terkait seperti paradigma mutu yang memenuhi standar dan jaminan stabilita
produk. Hasil dari proses ekstraksi dapat mengahsilkan parameter spesifik dan
non spesifik ekstrak yang terstandar dan diharapkan mampu menunjukkan
kualitas ekstrak tersebut baik dalam hal kandungan bahan aktif, kadar iar maupun
batas cemaran yang diperbolehkan.
Tanaman obat yang terdapat di Indonesia sangat beragam, sebagai salah
satu contoh tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu tanaman jambu biji
2
(Psidium guajava L.). Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah
daunnya, karena daunnya diketahui mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak
atsiri, minyak lemak dan asam malat (Depkes, 1989). Daun jambu biji mempunyai
khasiat sebagai antidiare, astringen, sariawan dan menghentikan pendarahan.
Sebagai obat anti diare telah dipasarkan dalam bentuk jamu modern atau pil,
bahkan industri farmasi seperti “Kimia Farma” telah memformulasikan menjadi
obat fitofarmaka yang sudah banyak beredar dipasaran dengan nama “Fitodiar”,
produk lainnya dari pabrik „Soho” yaitu Diapet.
1.2 Tujuan
- Mengetahui standarisasi serbuk simplisia daun jambu biji
- Mengetahui standarisasi ekstrak daun jambu biji
3
BAB II
ISI
2.1. Standarisasi Simplisia
Standarisasi adalah penyesuaian bentuk dengan pedoman (standar) yang
ditetapkan dan dibakukan. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai bahan obat, kecuali dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan
lain berupa bahan yang telah dinyatakan lain berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplisia nabati, hewani dan mineral.nabati,
hewani dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang di maksud eksudat tanaman adalah
isi sel yang secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang
dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. Simplisia hewani adalah
simplisia yang berupa hewan utuh atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh
hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah
simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni Salah satu cara untuk
mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan standarisasi simplisia.
Standarisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang
akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut (BPOM, 2005).
Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan
digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu.
4
2.1.1. Standarisasi Serbuk Simplisia
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaan
simplisia harus memenuhi persyaratan minimal untuk standardisasi simplisia.
Standardisasisimplisia mengacu pada tiga konsep antara lain sebagai berikut:
Simplisia sebagai bahan baku harus memenuhi 3 parameter mutu umum
(nonspesifik) suatu bahan yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian, aturan
penstabilan (wadah, penyimpanan, distribusi) Simplisia sebagai bahan dan produk
siap pakai harus memenuhi trilogi Quality-Safety-Efficacy Simplisia sebagai
bahan dengan kandungan kimia yang berkontribusi terhadap respon biologis,
harus memiliki spesifikasi kimia yaitu komposisi (jenis dan kadar) senyawa
kandungan (Depkes RI, 1985).
Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan dalam proses
standardisasi suatu simplisia. Parameter standardisasi simplisia meliputi parameter
non spesifik dan spesifik.Parameter nonspesifik lebih terkait dengan faktor
lingkungan dalam pembuatan simplisia sedangkan parameter spesifik terkait
langsung dengan senyawa yang ada di dalam tanaman. Penjelasan lebih lanjut
mengenai parameter standardisasi simplisia sebagai berikut:
1. Kebenaran simplisia
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik
dan mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan
menggunakan indera manusia dengan memeriksa kemurnian dan mutu simplisia
dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau
simplisia.Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan
5
mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian
simplisia.
2. Parameter non spesifik
Parameter non spesifik meliputi uji terkait dengan pencemaran yang disebabkan
oleh pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, penetapan kadar abu, kadar air,
kadar minyak atsiri, penetapan susut pengeringan.
3. Parameter spesifik
Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia.Uji
kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa
tertentu dari simplisia.Biasanya dilkukan dengan analisis kromatografi lapis tipis
(Depkes RI, 1985).
2.1.2. Standarisasi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Standardisasi ekstrak tidak lain adalah serangkaian parameter yang
dibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.
Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif dari setiap
batch yang diproduksi dapat dipertahankan, dan juga dapat mempertahankan
pemekatan kandungan senyawa aktif pada ekstrak sehingga dapat mengurangi
6
secara signifikan volume permakaian per dosis, sementara dosis yang diinginkan
terpenuhi, serta ekstrak yang diketahui kadar senyawa aktifnya ini dapat
dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain secara mudah seperti sediaan
cair , kapsul, tablet, dan lain-lain.
I. Parameter Non Spesifik
a) Susut Pengeringan
Susut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah pengeringan
pada temperatur 105ºC selama 30 menit atau sampai konstan, yang dinyatakan
dalam porsen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak
menguap/atsiri dan sisa pelarut organik) identik dengan kadar air, yaitu
kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka (Depkes RI,
2000).
b) Bobot Jenis
Parameter bobot jenis ekstrak merupakan parameter yang mengindikasikan
spesifikasi ekstrak uji.Parameter ini penting, karena bobot jenis ekstrak tergantung
pada jumlah serta jenis komponen atau zat yang larut didalamnya (Depkes RI,
2000).
c) Kadar Air
Kadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung zat atau banyaknya air
yang diserap dengan tujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang
tentang besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes RI, 2000).
7
d) Kadar abu
Parameter kadar abu merupakan pernyataan dari jumlah abu fisiologik bila
simplisia dipijar hingga seluruh unsur organik hilang. Abu fisiologik adalah abu
yang diperoleh dari sisa pemijaran (Depkes RI, 2000).
II. Parameter Spesifik
a) Identitas
Identitas ekstrak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Deskripsi tata nama :
Nama Ekstrak (generik, dagang, paten)
Nama latin tumbuhan (sistematika botani)
Bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun, buah,)
Nama Indonesia tumbuhan.
Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang
menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu. Parameter identitas ekstrak
mempunyai tujuan tertentu untuk memberikan identitas obyektif dari nama dan
spesifik dari senyawa identitas (Depkes RI, 2000).
b) Organoleptik
Parameter oranoleptik digunakan untuk mendeskripsikan bentuk, warna,
bau, rasa menggunakan panca indera dengan tujuan pengenalan awal yang
sederhana dan seobyektif mungkin (Depkes RI, 2000).
8
c) Kadar sari
Parameter kadar sari digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan
senyawa kimia dalam sari simplisia. Parameter kadar sari ditetapkan sebagai
parameter uji bahan baku obat tradisional karena jumlah kandungan senyawa
kimia dalam sari simplisia akan berkaitan erat dengan reproduksibilitasnya dalam
aktivitas farmakodinamik simplisia tersebut (Depkes RI,1995).
d) Pola kromatogram
Pola kromatogram mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran awal
komponen kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram kemudian
dibandingkan dengan data baku yang ditetapkan terlebih dahulu (Depkes RI,
2000).
2.2. DAUN JAMBU BIJI (Psidium Guajava)
Jambu biji (Psidium guajava L.) dikenal juga dengan nama
lain Psidium aromaticum Blanco. Tanaman ini asli berasal dari
daerah Amerika Tropik antara Mexico sampai dengan Peru,
menyebar ke daerah Asia oleh pedagang Spanyol dan Portugis
(Verheij and Coronel, 1999).
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spessies :Psidium guajava, L. ( Cronquist, 1981).
9
Tinggi tanaman dapat mencapai 10 m (Heyne, 1987), mulai
berbuah antara umur 2 sampai dengan 4 tahun dan umur
tanaman produktif 30-40 tahun (Burkill, 1935, Verheij dan
Coronel, 1999)
Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah
daunnya, karena daunnya diketahui mengandung senyawa tanin
9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat (Depkes,
1989). Daun jambu biji mempunyai khasiat sebagai antidiare,
astringen, sariawan dan menghentikan pendarahan. Sebagai
obat anti diare telah dipasarkan dalam bentuk jamu modern atau
pil, bahkan industri farmasi seperti “Kimia Farma” telah
memformulasikan menjadi obat fitofarmaka yang sudah banyak
beredar dipasaran dengan nama “Fitodiar”, produk lainnya dari
pabrik „Soho” yaitu Diapet.Sedangkan senyawa kimia yang
terkandung didalam buah jambu adalah benzaldehid, D-ribosa, L-
arabinosa, D-ramnosa, D-glukosa, D-galaktosa, D-fruktosa dan
sukrosa (Katayama dalam Depkes 1989).
Quersetin adalah senyawa golongan flavonoid jenis flavonol
dan flavon, senyawa ini banyak terdapat pada tanaman famili
myrtaceae dan solanacea. Telah dikenal sejumlah glikosida
flavonol yaitu turunan dari quersetin , diantaranya adalah
quersetin –3-L-rhamonoside atau quersitrin yang digunakan
untuk pewarna tekstil, quersetin–3-rutinoside yang biasa disebut
10
rutin dan quersetin 3 glukoside atau isoquersitrin yang
berkhasiat diantaranya untuk mengobati kerapuhan pembuluh
kapiler pada manusia. Senyawa rutin terdapat dalam tanaman
tembakau dari famili Solanaceae dan Eucalyptus macrorynh dari
familia Myrtaceae (Harborne, 1987).
Tanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik)
adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan,
berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan
menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya
termasuk asam amino dan alkaloid.
2.1.1. Standarisasi Daun Jambu Biji
a. Pemerian
Simplisia daun jambu biji berupa lembaran daun, warna
hijau; bau khas aromatic; rasa kelat. Daun tunggal, bertangkai
pendek, panjang tangkai daun 0,5-1 cm; helai daun berbentuk
bundar menjorong, panjang 5-13 cm, lebar 3-6cm; penggir daun
rata agak menggulung keatas; permukaan atas agak licin, warna
hijau kecoklatan; ibu tulang daun dan tulang cabang menonjol
pada permukaan bawah, bertulang menyirip.Ekstrak kental daun
jambu biji berwarna coklat tua; bau khas; rasa kelat.
b. Kandungan Kimia
Simplisia daun jambu biji memiliki kadar flavonoid total
tidak kurang dari 0,2% dihitung sebagai kuersetin. Ekstrak kental
daun jambu biji memiliki kandungan flavonoid total tidak kurang
11
dari 1,4% dihitung sebagai kuersetin. Penetapan kadarsesuai
degan penetapan kadar flavonoid total dengan pembanding
kuersetin dan serapan diukur pada panjang gelombang 425 nm.
c. Parameter non spesifik
Susut Pengeringan
Tujuan uji susut pengeringan adalah untuk memberi batas
maksimal tentang besarnya senyawa yang hilang pada
proses pengeringan. Susut pengeringan yang memenuhi
syarat yaitu apabila selisih dua kali penimbangan tidak
lebih dari 0,25%
Bobot Jenis
Tujuan uji bobot jenis pada ekstrak cair sampai kental
adalah memberi batas besarnya masa persatuan volume.
Kadar Air
Tujuan uji kadar air adalah memberi batas maksimal
kandungan air dalam serbuk simplisia dan ekstraknya.
Pengukuran kadar air yang berada dapat dilakukan dengan
cara titrasi, destilasi, dan gravimetri. Kadar air dalam
serbuk simplisia maupun ekstrak tidak boleh dari 10%
Kadar abu
Kadar abu total simplisia daun jambu biji tidak lebih dari 0,9% dan kadar
abu total ekstrak daun jambu biji adalah 0,8%
12
d. Parameter spesifik
a) Identitas
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava, L. ( Cronquist, 1981).
b) Organoleptik
Fragmen pengenal banyak terdapat rambut penutup yang
terlepas; epidermis bawah dengan Kristal ca oksalat;
stomata tipe anomasitis; mesofil dengan kelenjar minyak
dan berkas pengangkut.
c) Kadar sari
Kadar sari larut air simplisia tidak kurang dari 18,2% dan kadar sari larut
etanol simplisia tidak kurang dari 15,0%.
d) Pola kromatografi
Analisis kromatografi lapis tipis dengan parameter sebagai berikut:
Fase gerak : kloroform P-aseton P-asam formiat P
Fase diam : Silika gel 60 F 254
Larutan Uji : 1% dalam etanol P
Larutan pembanding : kuersetin 0,1% dalam etanol P
13
Volume penotolan : Totolkan 20 μL larutan uji dan 2 μL larutan
pembanding
Deteksi : Aluminium klorida
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Standarisasi simplisia dan ekstrak jambu biji dapat dilihat dari
langkah-langkah yang dimulai dari identifikasi & seleksi tanaman yang akan
digunakan, pemanenan pada saat yang tepat, menstandarkan perlakuan
setelah panen, menganalisis, menstandarkan proses untuk didaptkan simplisia
dan ekstrak yang sesuai standar.
3.2 SARAN
Untuk produk-produk yang telah beredar di pasaran dan yang akan
beredar, agar selalu memperhatikan standarisasi dari simplisia dan ekstrak
jambu biji yang digunakan agar didapatkan produk yang terjamin keamanan
dan keefektifitasnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Indonesia. Indonesia
Anonim. 1989. Vademakum Bahan Obat Alam. Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. hal 84-86.
Anonim. 2000. Parameter Standar Umum EkstrakTumbuhan Obat. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Direktorat Penggawasan Obat Tradisional. Indonesia
Anonim. 2005. Standarisasi Ekstrak Tumbuhan Indonesia, Salah Satu Tahapan Penting Dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia. Badan Pengawasan Obat Tradisional
Anonim. 2009. Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
15
Burkill, I. H. MA. FLS, 1935. A Dictionary of the Economic product of the Malay Peninsulla .Volume II. Governments of straits settlement and Federated Malay state by the Crown Agents for the colonies. Milbank-London. 2402p.
Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants. Columbia University Press. New York.
Harborne, 1987. Metode Fitokimia. Penuntun cara modern menganalisi tumbuhan. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB. Bandung. hal 85-93.
Sukardi. 2007. OPTIMASI WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP KANDUNGAN TANIN PADA BUBUK EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (PSIDII FOLIUM) SERTA BIAYA PRODUKSINYA. Jurnal Teknologi Penelitian. Surabaya
Verheij E.W.M and R.E. Coronel (Ed). 1999. Plant Resources of South East Asia. No. 2 : Edible fruits and Nuts. Prosea foundation Bogor. 446 p.
Yuliani, Sri. 2000. KADAR TANIN DAN QUERSETIN TIGA TIPE DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
16