manajemen if anastesi spinal pada herniotomi et causa hernia inguinal is lateralis sinistra...

15
Manajemen Preoperatif Anastesi Spinal pada Herniotomi Et Causa Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Repponibel Dibuat oleh: Mega Prawithasari,Modifikasi terakhir pada Mon 06 of Sep, 2010 [04:06 UTC] ABSTRAK Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi spinal/ subaraknoid juga disebut sebagai analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal. Hal –hal yang mempengaruhi anestesi spinal ialah jenis obat, dosis obat yang digunakan, efek vasokonstriksi, berat jenis obat, posisi tubuh, tekanan intraabdomen, lengkung tulang belakang, operasi tulang belakang, usia pasien, obesitas, kehamilan, dan penyebaran obat. Di dalam cairan serebrospinal, hidrolisis anestetik lokal berlangsung lambat. Sebagian besar anestetik lokal meninggalkan ruang subaraknoid melalui aliran darah vena sedangkan sebagian kecil melalui aliran getah bening. Lamanya anestesi tergantung dari kecepatan obat meninggalkan cairan serebrospinal. Pada kasus ini dilakukan anastesi spinal subarachnoid karena dilakukan pembedahan pada abdomen pada bagian bawah sesuai dengan indikasi anastesi spinal. Keywords: Anastesi spinal, subarachnoid, hernia Inguinalis lateralis repponibel KASUS Seorang laki-laki berusia 70 tahun datang ke RSUD dengan keluhan pada scrotum sebelah kiri membesar hilang timbul, pasien mengaku

Upload: muhammad-hidayat

Post on 27-Jul-2015

287 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen if Anastesi Spinal Pada Herniotomi Et Causa Hernia Inguinal Is Lateralis Sinistra Repponibel

Manajemen Preoperatif Anastesi Spinal pada Herniotomi Et Causa Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra RepponibelDibuat oleh: Mega Prawithasari,Modifikasi terakhir pada Mon 06 of Sep, 2010 [04:06 UTC]

ABSTRAK

Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi spinal/ subaraknoid juga disebut sebagai analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal. Hal –hal yang mempengaruhi anestesi spinal ialah jenis obat, dosis obat yang digunakan, efek vasokonstriksi, berat jenis obat, posisi tubuh, tekanan intraabdomen, lengkung tulang belakang, operasi tulang belakang, usia pasien, obesitas, kehamilan, dan penyebaran obat. Di dalam cairan serebrospinal, hidrolisis anestetik lokal berlangsung lambat. Sebagian besar anestetik lokal meninggalkan ruang subaraknoid melalui aliran darah vena sedangkan sebagian kecil melalui aliran getah bening. Lamanya anestesi tergantung dari kecepatan obat meninggalkan cairan serebrospinal. Pada kasus ini dilakukan anastesi spinal subarachnoid karena dilakukan pembedahan pada abdomen pada bagian bawah sesuai dengan indikasi anastesi spinal.

Keywords:

Anastesi spinal, subarachnoid, hernia Inguinalis lateralis repponibel

KASUS

Seorang laki-laki berusia 70 tahun datang ke RSUD dengan keluhan pada scrotum sebelah kiri membesar hilang timbul, pasien mengaku tidak merasa nyeri, pasien mengaku scrotum sebelah kiri tampak membesar terutama bila pasien mengangkat barang yang berat, maupun saat pasien mengejan, keluhan dirasakan muncul sejak 2 tahun yang lalu. BAB tak ada gangguan, flatus normal, tidak mual, tidak muntah, dan tidak ada keluhan BAK. Riwayat hipertensi, jantung, diabetes mellitus, asma maupun alergi disangkal. Riwayat merokok ada. Riwayat anastesi sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit keluarga : Riwayat hipertensi, jantung, diabetes mellitus, asma maupun alergi disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: keadaan umum compos mentis, TD 140/90 mmHg, Rr 20 x/menit, N 72 x/menit, T 36,8 oC, hasil laboratorium dalam batas normal. Pada status lokalis: testis teraba 2 buah, tampak benjolan di daerah inguinalis sinistra,yang bisa dimasukkan kembali, nyeri tekan tidak ada, finger test ada teraba tekanan ketika pasien diminta untuk mengejan,uji transluminasi tidak ada. Dokter merencanakan untuk dilakukan herniotomi.

DIAGNOSIS

Page 2: Manajemen if Anastesi Spinal Pada Herniotomi Et Causa Hernia Inguinal Is Lateralis Sinistra Repponibel

Diagnosis pasien adalah Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang maka: Diagnosa pre-operasi : Hernia Inguinalis Lateralis Sn Repponibel; Status operasi : ASA I .

TERAPI

Penatalaksanaan anastesi pada pasien antara lain: Premedikasi berupa injeksi ondancentron HCL 4 mg intravena dan injeksi ketorolac 30 mg intravena. Dilanjutkan loading cairan (infus) RL 500 ml. Dilakukan regional anastesi berupa anastesi spinal dengan teknik subarachnoid block atau SAB, dengan menggunakan jarum spinal ukuran 27 antara lumbal 4-5 disuntikan bupivacain 20 mg ditambah dengan clonidine hydrochloride 150 mcg. Selama operasi berlangsung diberikan midazolam 3 mg intravena dan untuk mempertahankan oksigenasi pasien diberikan O2 3 liter/menit. Operasi selesai dalam waktu 1 jam, perdarahan dalam operasi kira-kira 70cc. Bila pasien tenang dan stabil dengan Bromage score ≥ 3 maka dapat dipindah ke bangsal.

 

DISKUSI

Pada kasus ini pasien seorang laki-laki berusia 70 tahun dengan diagnosis Hernia Inguinalis lateralis sinistra repponibeldan akan dilakukan herniotomi. Jenis anastesi yang digunakan adalah regional anastesi-anastesi spinal dengan teknik subarachnoid block yaitu anastesi pada ruang subarachnoid kanalis spinalis regio antara vertebra lumbal 4-5. Pemilihan teknik anastesi berdasarkan pada faktor-faktor seperti usia, status fisik, jenis dan lokasi operasi, ketrampilan ahli bedah, ketrampilan ahli anastesi dan pendidikan.

Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi spinal/ subaraknoid juga disebut sebagai analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal. Dengan indikasi pada pasien yaitu akan dilakukannya pembedahan pada daerah anogenital dimana indikasi untuk anastasi spinal antara lain : bedah ekstremitas bawah, bedah panggul, tindakan sekitar rektum-perineum, bedah obstetri-ginekologi, bedah urologi, bedah abdomen bawah, dan pada bedah abdomen atas dan bedah pediatri yang dikombinasikan dengan anastesia umum ringan. Premedikasi yang digunakan pada kasus ini adalah ondancentron HCL 4mg dan ketorolac 30 mg. Ondancentron adalah suatu antagonis 5-HT3, diberikan dengan tujuan mencegah mual dan muntah pasca operasi agar tidak terjadi aspirasi dan rasa tidak nyaman. Dosis Ondancentron anjuran yaitu 0,05-0,1 mg/KgBB. Pemberian ketorolac sebagai analgetik digunakan untuk mengurangi nyeri, dengan cara menghambat sintesis prostaglandin di perifer tanpa mengganggu reseptor opioid di SSP. Dosis awal pemberian adalah 10-30 mg, dapat diulang setiap 4-6 jam, untuk pasien normal dibatasi maksimal 90 mg; untuk manula, pasien dengan BB <50 kg atau faal ginjal dibatasi maksimal 60 mg. Induksi anastesi pada kasus ini adalah dengan menggunakan anastesi lokal yaitu bupivacain 20 mg ditambah dengan clonidine hydrochloride 150 mcg. Bupivacain merupakan obat anastesi lokal yang mekanismenya adalah mencegah terjadinya depolarisasi pada membran sel saraf pada tempat suntikan obat tersebut, sehingga membran akson tidak dapat bereaksi dengan asetil kolin sehingga membran tetap semipermeabel dan tidak terjadi perubahan potensial. Hal ini menyebabkan aliran impuls yang melewati saraf  tersebut berhenti sehingga segala macam rangsang atau sensasi tidak sampai ke sistem saraf pusat. Hal ini menimbulkan

Page 3: Manajemen if Anastesi Spinal Pada Herniotomi Et Causa Hernia Inguinal Is Lateralis Sinistra Repponibel

parestesia, sampai analgesia, paresis sampai paralisis dan vasodilatasi pembuluh darah pada daerah yang terblock. Bupivacain berikatan dengan natrium channel sehingga mencegah depolarisasi. Dosis 1-2 mg/KgBB. Potensi 3-4x dari lidokain dan lama kerja 1-2x lidokain. Sifat hambatan sensoris lebih dominan dibanding motoriknya. Penambahan clonidine pada kasus ini dimaksudkan untuk memperpanjang durasi dari anastesi spinal. Pemilihan obat anastesi lokal disesuaikan dengan lama dan jenis operasi yang dilakukan Selama operasi pasien diberi midazolam 3 mg secara intravena, hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan kecemasan selama operasi berlangsung, midazolam merupakan derivat dari benzodiazepin yang mempunyai khasiat sedasi dan anticemas yang bekerja pada sistem limbik. Pemberian O2 3 liter/menit adalah untuk menjaga oksigenasi pasien. Pada kasus ini tekanan darah pasien relatif stabil walaupun memang mengalami penurunan dibanding tekanan darah saat pasien masuk. Sehingga saat operasi berlangsung tidak diperlukan pemberian efedrin 10 mg intravena untuk membantu menaikkan tekanan darah pasien. Efedrin merupakan vasopressor yang bekerja menstimuli reseptor alfa dan beta berakibat pada peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan mempunyai efek relaksasi otot polos bronkhus serta saluran cerna serta dilatasi pupil, dosis pemberian 5-10 mg dapat diulang setelah 10 menit. Pengelolaan cairan:  Jam I, Maintenance cairan 2cc/KgBB/jam: 50 Kg x 2cc = 100 cc. Puasa 6 jam tidak dihitung karena sejak puasa sudah terpasang RL. Stress operasi : 4 cc/KgBB/jam: 50 Kg x 4cc = 200 cc. Jadi kebutuhan cairan jam I : 100cc + 200cc = 300cc/jam Setelah dilakukan operasi diketahui jumlah perdarahan pada ksus ini adalah 70cc. EBV: 50 Kg x 75cc = 3750cc. EBV%: 70cc/3750cc x 100% = 1,87%. Karena perdarahan yang keluar pada kasus ini < 20% EBV maka tidak diperlukan adanya transfusi darah. Kebutuhan cairan dibangsal Maintenance 2cc/KgBB/jam : 50Kg x 2cc = 100cc/jam. Sehingga jumlah tetesan yang dibutuhkan jika menggunakan infus 1cc ∞ 15 tetes. Maka, 100cc/60 x 15tetes = 25 tetes/menit. Pasien pindah ke ruang recovery dan dilakukan pemantauan keadaan umum, tekanan darah, respirasi dan nadi. Bila pasien tenang dan stabil dengan bromage score ≥ 3 maka pasien dapat dipindahkan ke bangsal , bromage score dipakai dalam penanganan pasien post op dengan regional anastesi.  

DAFTAR PUSTAKA

1.       Latief, said. 2001. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta: FKUI

2.       Sari, Irma P. S. 2009. Anestetika Lokal. http://www.scribd.com/doc/19566098/. Diakses 5 MeI 2010

3.       Rochmawati, Anis. 2009. Makalah Tugas Farmakologi. http://www.scribd.com/doc/30705426/29772928-Makalah-Tugas-Farmakologi-i#source:facebook. Diakses 21 juli 2010

4.       Marwoto. 2000. Perbandingan Mula dan Lama Kerja Antara Lidokain- Buvivakain dan Buvivakain pada Block Epidural. http://www.mediamedika.net/archives/105. Diakses 21 juli 2010

5.       Mutschler,E.1991.Dinamika Obat edisiV.Bandung:ITB                             

PENULIS

Page 4: Manajemen if Anastesi Spinal Pada Herniotomi Et Causa Hernia Inguinal Is Lateralis Sinistra Repponibel

Mega Prawithasari Lubis, Bagian Anastesi, RSUD Setjonegoro, Kab.Wonosobo, Jawa Tengah

IdentitasNama : WMJenis kelamin : PerempuanUmur : 15 tahunAlamat : Maasing, kec. Tuminting, kota Manado SULUTAgama : Kristen ProtestanPekerjaan : SiswaMRS : 21 Oktober 2008

Keluhan utama :Benjolan pada leher sebelah kiri

Riwayat penyakit sekarang :Benjolan pada leher sebelah kiri dialami pendrita sejak kira-kira 3 tahun yang lalu.Awalnya benjolan berukuran kecil, namun lama-kelamaan membesar samapai seukuran kira-kira sebesar bola kelereng.Benjolan tidak nyeri, tidak mengganggu waktu bernafas ataupun menelan.Suara penderita tidak terganggu.Riwayat jantung berdebar, mata melotot, susah tidur, sensitif terhadap suhu dingin, berkeringat banyak, nafsu makan menurun, panurunan berat badan disangkal penderita.BAB/BAK biasa.

Riwayat penyakit dahulu :Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, dan penyakit gula disangkal oleh penderita.Riwayat penyakit keluarga :Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.

Riwayat keadaan sosial :Anak I dari 2 bersaudara.

Pemeriksaan Fisik :

Tanda vital : TD : 110/70 mmHgRespirasi : 22 x/mNadi : 76 x/mSuhu rektal : 36,8º C

Kepala (THT, mata dan mulut):Inspeksi : conjungtiva anemis (-), scelera ikterik (-), eksoftalmus (-)Palpasi : T.A.K

Leher :Inspeksi : ® colli anterior sinistra :Tampak massa ukuran diameter ± 3 cm, warna sama dengan sekitar, konsistensi kenyal, mobil,

Page 5: Manajemen if Anastesi Spinal Pada Herniotomi Et Causa Hernia Inguinal Is Lateralis Sinistra Repponibel

nyeri tekan (-)Palpasi : Pembesaran KGB (-)

Thoraks :Inspeksi : pergerakan nafas simetrisAuskultasi : SP rhonkhi (-)/(-), whezing (-)/(-)Palpasi : SF kanan = kiriPerkusi : sonor kanan = kiri

Abdomen :Inspeksi : datar, lemasAuskultasi : bising usus (+) normalPalpasi : lemas, nyeri tekan (-)Perkusi : thympani, pekak hepar (+)

Tulang belakang : T.A.K

Extremitas :Inspeksi : T.A.KPalpasi : akral hangat

Neurologi : Refleks fisiologis (+/+), Refleks Patologis (-/-), tremor (-)

Rectal Toucher : TSA cekat, ampula kosong, mukosa licin.Sarung tangan : feces (-), darah (-), lendir (-)

CVA : T.A.KSuprapubis : T.A.KGenitalia : T.A.K

Lab saat MRS :Hb : 14,1 gr/dlLekosit : 7100Trombosit : 184.000CT : 7’BT : 1’Ureum : 19Kreatinin : 0,9SGOT : 9SGPT : 10GDS : 78 g/dLT3 : 1,69 ng/dLT4 : 106,35 ng/dLTSH : 0,769 ng/dLFT4 : 1,06 ng/dLFT3 : 3,49 ng/dL

Page 6: Manajemen if Anastesi Spinal Pada Herniotomi Et Causa Hernia Inguinal Is Lateralis Sinistra Repponibel

Hasil FNAB : struma colloidesDiagnosa kerja :Struma nodosa nontoksik

Tindakan / Pengobatan :- Pro isthmolobektomi tiroid sinistra- Pro EKG- Pro X(-)foto thoraks

Laporan operasi :

Waktu operasi : 22 Oktober 2008Jenis operasi : IsthmolobektomiJam mulai operasi : 10.00 WITAJam selesai operasi : 12.30 WITALamanya operasi : 2 JAM 30 menitJalannya operasi :• Pasien terlentang dengan general anestesi• Asepsis dan antisepsis lapangan operasi dan dipersempit dengan doek steril• Insisi colar 2 jari dari atas incisura jugularis• Diperdalam sampai m.platisma• Dibuat flap ke atas dan bawah, flap ditegel• Identifikasi midline dari m.pretekalis• Midline dibuka secara tajam tiroid diluksir• Identifikasi N.Laringeus recurent• Identifikasi A.tiroidea inferior dan superior. Diligasi• Jaringan tiroid dibebaskan dari trakea• Kontrol perdarahan, pasang drain• Luka operasi ditutup lapis demi lapis• Operasi selesai

Intruksi post operasi :IVFD RL : D5 28gtt/menitCeftriaxsone 2 x 1 gr ivKetorolac 3% in D5 100 ml/8 jamRanitidin 2x 1 amp IVObservasi vital sign dan air wayBila sudah sadar betul dan bising usus (+) normal, boleh minum bertahap

Follow up22 Oktober 2008S : (–)O : vital sign alam batas normal® colli anterior: luka operasi terwat baikA : post op. Struma nodosa non toksik h.IP : IVFD RL : D5 28gtt/menit

Page 7: Manajemen if Anastesi Spinal Pada Herniotomi Et Causa Hernia Inguinal Is Lateralis Sinistra Repponibel

Ceftriaxsone 2 x 1 gr ivKetorolac 3% in D5 100 ml/8 jamRanitidin 2x 1 amp IVObservasi vital sign dan air wayBoleh minum bertahap

23 Oktober 2008S : (–)O : vital sign alam batas normal® colli anterior: luka operasi terwat baik, pus (-)A : post op. Struma nodosa non toksik h.IIP : IVFD RL : D5 28gtt/menitCeftriaxsone 2 x 1 gr ivKetorolac 3% in D5 100 ml/8 jamRanitidin 2x 1 amp IVObservasi vital sign dan air wayBoleh minum bertahap24 Oktober 2008S : (–)O : vital sign alam batas normal® colli anterior: luka operasi terwat baik, pus (-)A : post op. Struma nodosa non toksik h.IIIP : IVFD RL : D5 28gtt/menitCeftriaxsone 2 x 1 gr ivKetorolac 3% in D5 100 ml/8 jamRanitidin 2x 1 amp IVAff drainDiet bubur25 Oktober 2008S : (–)O : vital sign alam batas normal® colli anterior: luka operasi terwat baikA : post op. Struma nodosa non toksik h.1P : aff infusCefixime 2 x 100mg tabAsam mefenamat 3 x 500mg tab

DISKUSI

Seorang wanita umur 15 tahun datang dengan keluhan utama adanya benjolan pada leher sebeah kiri. Benjolan ini dialami penderita sejak sekitar 3 tahun yang lalu. Awalmya benjolan berukuran kecil, namun perlahan-lahan membesar sampai sekarang berukuran kira-kira sesbesar bola kelereng. Benjolan ini tidak memberikan gangguan apa-apa pada penderita kecuali masalah kosmetik, di mana penderita merasa tidak nyaman dengan leher yang ada benjolannya.Riwayat jantung berdebar, mata melotot, susah tidur, sensitif terhadap suhu dingin, berkeringat banyak, nafsu makan menurun, peneurunan berat badan disangkal oleh penderita. Hal ini

Page 8: Manajemen if Anastesi Spinal Pada Herniotomi Et Causa Hernia Inguinal Is Lateralis Sinistra Repponibel

menandakan tidak adanya gejala-gejala klinis hipertiroid.Penderita berdomisili di Maasing, kecamatan Tuminting, kota Manado. Dari tempat tinggal penderita, maka bisa disingkirkan kemungkinan penderita mengalami kekurangan intake iodium.Pada pemeriksaan klinis, vital sign penderita dalam batas normal. Tidak ditemukan eksoftalmus. Pada leher ditemukan ® colli anterior sinistra tampak massa ukuran diemeter ± 3 cm, warna sama dengan sekitar, konsistensi kenyal, mobil dan tidak ada nyeri tekan. Kelenjar getah bening sekitar tidak mengalami pembesaran.Dari pemerikasaan ini bisa disimpulkan bahwa karakteristik nodul pada penderita ini merupakan nodul yang jinak.Hasil pemeriksaan laboratorium menggambarkan fungsi tiroid yang normal. Dan hasil FNAB menunjukkan nodul koloid yang tergolong pada nodul jinak.Dengan demikian penderita ini didiagnosis dengan struma nodosa nontoksik.Penanganan selanjutnya adalah dengan terapi pembedahan dengan indikasi pembedahan masalah kosmetik.Dilakukan ismolobektomi tiroid sinistra pada penderita ini, di mana dilakukan pengangkatan satu sisi lobus tiroid.Pasca operasi penderita diobservasi tanda-tanda vitalnya serta produksi drain. Bila penderita sudah sadar betul boleh minum sedikit-sedikit, bila kemudian tidak ada gangguan boleh minum bebas. Bila setelah 8 jam post operasi tadak ada gangguan, maka penderita bisa makan dan minum bebas. Drain dilepas setelah 24 jam post operasi dengan produksi minimai

ODS LEUKOMA ET CAUSA ULKUS KORNEA POST TRAUMA PADA WANITA 73 TAHUN

ABSTRAK

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Ulkus bisa dalam keadaan steril (tidak terinfeksi mikroorganisme) ataupun terinfeksi. Ulkus terbentuk oleh karena adanya infiltrat yaitu proses respon imun yang menyebabkan akumulasi sel-sel atau cairan di bagian kornea.Leukoma yaitu bercak putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh, yang merupakan jaringan sikatrik setelah penyembuhan proses radang pada kornea yang lebih dalam.

Seorang wanita,73 tahun mengeluh mata kanan kabur dan bola mata kanan berwarna putih sejak 2 tahun yang lalu. Riwayat kecolok biji padi disawah. Pasien didiagnosis ODS leukoma et causaulkus kornea post trauma, diberi obat chloramphenicol zalf mata.

kata kunci : leukoma, leukoma adheren, ulkus kornea

HISTORI

Pasien datang dengan keluhan mata kanan kabur, bola mata kanan berwarna putih dan terdapat bekas luka sejak 2 tahun yang lalu. Riwayat pernah kecolok biji padi disawah.riwayat pengobatan belum pernah.Riwayat keluhan serupa sebelumnya,alergi,diabetes mellitus,hipertensi  disangkal.

Page 9: Manajemen if Anastesi Spinal Pada Herniotomi Et Causa Hernia Inguinal Is Lateralis Sinistra Repponibel

Pemeriksaan fisik

OD:sclera injeksi nsiliar, kornea permukaan keruh,warna putih,bekas luka diameter 2 mm,iris tak tampak.visus 1/~(tak terhingga).

OS: kornea terdapat arcus senilis.lain-lain dalam batas normal.visus 5/5.

Diagnosis :ODS leukoma et causa ulkus kornea post trauma

Terapi : chloramphenicol zalf mata3x1.

DISKUSI

Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan pertahanan pada waktu peradangan tak dapat segera datang seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Dengan adanya defek atau trauma pada kornea, maka badan kornea, wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada stroma kornea segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi di perikornea. Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas tak jelas dan permukaan tidak licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel, infiltrasi, peradangan dan terjadilah ulkus kornea.Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Ulkus bisa dalam keadaan steril (tidak terinfeksi mikroorganisme) ataupun terinfeksi. Ulkus terbentuk oleh karena adanya infiltrat yaitu proses respon imun yang menyebabkan akumulasi sel-sel atau cairan di bagian kornea.Leukoma yaitu bercak putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh, yang merupakan jaringan sikatrik setelah penyembuhan proses radang pada kornea yang lebih dalam.

Berdasarkan anamnesis,gejala,pemeriksaan oftalmologis pada pasien didiagnosis ODS leukoma et causa ulkus kornea post trauma.

Faktor-faktor pencetus terjadinya ulkus kornea:1.Adanya kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan adanya insufisiensi sistem lakrimal, sumbatan saluran lakrimal.2.Faktor eksternal; luka pada kornea (erosio kornea) karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka.3.Kelainan-kelainan kornea yang di sebabkan oleh: edema kornea kronik, exposure keratitis (lagoftalmus, anestesi umum, koma, dan kelainan palpebra seperti koloboma).44.Kelainan-kelainan sistemik: malnutrisi, alkoholisme, sindroma Steven Jhonson, sindroma defisiensi imun.5.Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun misalnya kortikosteroid IDU (Idoryuridine), anastetik lokal dan golongan imunosupresif lainnya.

Gejala kliniknya:

Page 10: Manajemen if Anastesi Spinal Pada Herniotomi Et Causa Hernia Inguinal Is Lateralis Sinistra Repponibel

Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma ringan yang merusak epitel kornea. Gejala-gejala yang ditimbulkan olehnya bervariasi tergantung dari jenis ulkus apakah steril atau infektif, keadaan fisik pasien, besarnya ulkus dan virulensi inokulum. Ulkus akan memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan hingga berat, fotofobia, penglihatan menurun dan kadang kotor.Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau di tengahnya. Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada kornea. Gejala yang dapat menyertai adalah penipisan kornea, lipatan Descemet, reaksi jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi irirs), berupa suar, hipopion, hifema dan sinekhia posterior.Biasanya kokus gram positif, stafilokokus aureus dan streptokokus pneumoni akan memberikan gambaran ulkus yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada anak ulkus yang supuratif. Daerah kornea yang tidak terkena tetap berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel radang.

Pada mata kanan pasien ditemukan leukoma. Leukoma adalah suatu bercak putih porselen yang tampak dari jarak jauh. Leukoma ini merupakan jaringan parut yang dihasilkan dari proses penyembuhan peradangan pada bagian kornea yang lebih dalam. Ulkus kornea menyebabkan terjadinya kekeruhan pada kornea; permukaan kornea tampak tidak licin. Kekeruhan pada kornea pasien berwarna putih kelabu, keruh dengan batas tidak jelas dan permukaan tidak licin. Kornea yang normal berwarna jernih dan transparan, tidak ada vaskularisasi. Permukaan kornea yang tidak licin menandakan adanya defek pada permukaan kornea akibat hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan. Tejadinya kematian jaringan permukaan kornea pada pasien ini disebabkan oleh exposure sehingga permukaan kornea menjadi kering. Karena kekeringan, permukaan kornea mudah mengalami trauma dan iritasi kronis, karena jaringan lapisan epitel kornea tidak mendapatkan suplai nutrisi dari air mata yang seharusnya terus-menerus membasahi permukaan kornea. Dengan demikian kematian jaringan sangat mudah terjadi. Setelah ada kematian jaringan, maka terjadi proses inflamasi yang ditandai dengan adanya infiltrat yang membuat kornea menjadi keruh. Prognosis pada pasien ulkus kornea pada umumnya baik, tergantung pada ukuran dan dalamnya ulkus, pengobatan dan faktor-faktor pencetus.

KESIMPULAN

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.Leukoma yaitu bercak putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh, yang merupakan jaringan sikatrik setelah penyembuhan proses radang pada kornea yang lebih dalam. Pengobatan umumnya untuk ulkus kornea adalah dengan sikloplegik, antibiotika yang sesuai dengan sediaan topikal, dan pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya obat sistemik. Pengobatan atau terapi pada ulkus kornea bertujuan untuk menghalagi hidupnya bakteri dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Prognosis pada umumnya baik, tergantung pada ukuran dan dalamnya ulkus, pengobatan dan faktor-faktor pencetus.

Page 11: Manajemen if Anastesi Spinal Pada Herniotomi Et Causa Hernia Inguinal Is Lateralis Sinistra Repponibel

 

REFERENSI

1.      Ilyas,S., 2008 Penuntun Ilmu Penyakit Mata, 3rdEd. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

2.      Wijana, N., 1993, Ilmu Penyakit Mata 3rdEd. Jakarta

3.      Vaughan, D. & Asbury, T., 2000 Oftalmologi Umum, 14thEd. Widya Medika, Jakarta.