student oral case assesment - hernia inguinal is

Upload: aimanriddle

Post on 16-Jul-2015

321 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HERNIA INGUINALIS Hernia secara umum: Definisi: Hernia merupakan protrusi atau penonjolan sisi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen,isi perut menonjol melalui atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeuritik di dinding perut. Merupakan suatu keadaan patologis dari dinding perut, yaitu suatu keadaan bila oleh karena tekanan dalam rongga perut, sebagian isi perut keluar melalui suatu tempat yang kurang kuat dan masih diselubungi oleh peritoneum. Terdiri atas kantong hernia, isi hernia dan cincin hernia.

Gambar 1. Bagian-bagian Hernia 1. Kantong hernia : pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. 2. Isi hernia : berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa usus. 3. Locus Minoris Resistence (LMR). 4. Cincin hernia : Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui kantong hernia.

5. Leher hernia : Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.

Macam hernia: 1. Berdasarkan terjadi: a) hernia bawaan/kongenital b) hernia dapatan/akuisita 2. Berdasarkan letak/ lokasi: a) Hernia Interna Bila isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya cavum thorax, cavum abdomen. Contoh hernia :

-

Hernia Epiploici Winslowi (Herniasi viscera abdomen melalui foramen omentale)

-

Hernia Bursa Omentalis Hernia Mesenterica Hernia Retroperitonealis Hernia Diafragmatica

b) Hernia Eksterna Hernia yang menonjol di bawah kulit, melalui dinding perut, pinggang/perineum dinding perut, pinggang/perineum. Penonjolannya dapat dilihat dari luar misalnya: hernia inguinalis ( region inguinal) hernia scrotalis ( di scrotum) hernia umbilikalis (di umbilikus) hernia femoralis (di kanalis femoralis)

Hernia yang jarang terjadi : hernia epigastrika ( defek di linea laba) hernia spiegel (antara tepi lateral m. rektus abdominis dan linea semi sirkularis) hernia lumbalis ( trigonum lumbalis inferior dan trigonum lumbalis superior) hernia geser ( alat retroperitoneal menggeser masuk ke dalam rongga lain)

Gambar 2. Beberapa Contoh Hernia Eksterna

3. Berdasarkan sifat: Hernia reponibel : bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut,tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Hernia ireponibel : bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus. Hernia inkarserata : adalah hernia dengan ileus obstruktif. Hernia strangulata : dengan ileus obstruktif dan terdapat gangguan peredaran darah sehingga terrjadi nekrosis sampai gangren isi kantong hernia.

Hernia Inguinalis Definisi Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut kedalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis dari perut ke dalam skrotum sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia yang paling sering terjadi (sekitar 75% dari hernia abdominalis) adalah hernia inguinalis.

Gambar 3. Hernia inguinalis

Anatomi Regio Inguinalis LIGAMENTUM INGUINALIS jaringan ikat yang membentang dari SIAS ke tuberculum pubicum.

-

dibentuk oleh bagian bawah dari m.obliquus abdominis eksternus.

CANALIS INGUINALIS merupakan suatu saluran diregio inguinalis kiri dan kanan yang berjalan obliq ke arah caudomedial. mulai dari medial ligamentum inguinalis. isi : pada laki-funiculus spermaticus & pada perempuan-ligamentum teres uteri. mempunyai 2 pintu :i. annulus inguinalis profundus-merupakan pintu masuk ke

canalis, berupa celah kecil/defek di fascia transversalis, terletak lateral dari a. dan v.epigastrica inferior. ii. annulus inguinalis superfisialis. - terbentuk pada masa embrio oleh processus vaginalis. Processus vaginalis adalah penojolan peritoneum. Tonjolan tersebut kemudian mendesak fascia transversalis dan dan otot-otot lateral abdomen didepannya untuk turun ke kantong labioscrotal, sehingga terbentuk suatu jalur yaitu kanalis inguinalis. Hal tersebut mendahului desensus testiculorum. - setelah testis sampai ke skrotum(saat bayi lahir)maka processus vaginalis yang berada dikanalis akan berobliterasi kecuali yang berada didepan testis, membentuk tunika vaginalis yang melapisi permukaan anterior testis. - a. dan v.testicularis, ductus deferens, aa. dan vv.deferentialis, a. dan v.cremasterica, saraf simpatis ikut dalam penurunan testis didalam funiculus spermaticus.

- pada wanita, jarang terjadi hernia karena canalis inguinalis lebih sempit dan pendek daripada laki-laki.

Anatomi kanal inguinalis-

batas kraniolateral : annulus dan inguinalis. batas medial bawah : annulus inguinalis externus. batas posterior : fascia transversalis, aponeurosis m.abdominis transversal.

-

annulus inguinalis profundus : defek pada fascia transversalis

SEGITIGA HESSELBACH Segitiga Hesselbach adalah daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga Hesselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis m.transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah (Sjamsuhidajat, 2005).

DINDING ABDOMEN Dinding abdomen inguinal dari dalam ke luar :

1. Peritoneum lapisan kavum abdomen (menjadi kantong hernia) 2. Fascia transversalis lapisan jaringan fibrosa yang meliputi rongga peritoneum 3. M.abdominis transversus

4. M.obliquus internus 5. M.obliquus externus 6. Lemak subkutan 7. Kulit

Gambar : arteri dan kanal inguinalis

Pada manusia normal, struktur yang mencegah dari terjadinya hernia adalah :

kanalis inguinalis yang miring dan bersudut runcing. m.obliquus externus yang menutup kanalis inguinalis internus waktu kontraksi.

fascia transversa yang berfungsi menutup trigonum Hasselbach.

Faktor risiko Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada lelaki. Hampir 10 kali laki-laki lebih dari perempuan mempunyai hernia inguinalis, dan sebahagian besar bayi dan anakanak dengan hernia inguinalis adalah laki-laki. Sejarah keluarga dengan hernia. Risiko anda meningkat jika anda mempunyai saudara dekat, seperti orang tua atau saudara, dengan keadaan tersebut. Kondisi medis tertentu. Menderitai cystic fibrosis, suatu gangguan yang mengancam hidup yang menyebabkan kerosakan paru-paru teruk dan sering batuk kronik, membuatnya lebih besar kemungkinan berkembang menjadi hernia inguinalis. Batuk kronik misalnya yang terjadi akibat merokok turut meningkatkan risiko hernia inguinalis. Konstipasi kronik menyebabkan ketegangan selama buang air besar. Merupakan penyebab umum hernia inguinalis. Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebihan pada perut. Hamil dapat menyebabkan kelemahan pada otot abdomen dan menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen. Pekerjaan tertentu misalnya pekerjaan yang memerlukan berdiri untuk masa yang lama atau melakukan pekerjaan fisikal yang berat juga bisa meningkatkan risiko hernia inguinalis. Bayi premature. Mempunyai riwayat hernia.

Etiologi Dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah cukup terbuka lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosessus vaginalis yang terbuka pada anak-anak, peninggian tekanan didalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut dan trigonum Hasselbach yang mengendur karena faktor usia seperti pada orang tua. Proses turunnya testis mengikuti prosessus vaginalis. Pada nenonatus kurang lebih 90% prosessus vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosessus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi,kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosessus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral,tetapi insidens hernia tidak melebihi 20%. Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus inguinalis yang cukup besar. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis. Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1-2%. Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60%,sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%. Kejadian hernia bilateral pada anak perempuan dibandingkan lelaki kira-kira sama(10%) walaupun frekuensi prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan.

Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi,mempunyai kemungkinan 16% mendapat hernia kontralateral pada waktu dewasa.

Insidens hernia inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2%. Kemungkinan kejadian hernia bilateral dari insidens tersebut mendekati 10%.

Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal, sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus kedalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n. ilioinguinalis dan n. iliofemoralis setelah apendektomi.

Macam hernia inguinalis Hernia inguinalis medialis/direkta : Hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hasselbach. Oleh karena itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral,khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kandung kemih. Kadang ditemukan defek kecil di m.oblikus internus abdominis, pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering menyebabkan strangulasi. Hernia ini banyak dideritai oleh penduduk di Afrika. Hernia inguinalis lateralis indirekta/ H.obliqua :

Disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran,yaitu anulus dan kanalis inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga Hesselbach dan disebut sebagai hernia direk. Pada pemeriksaan hernia lateralis,akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan hernia medial berbentuk tonjolan bulat. Pada bayi dan anak,hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Hernia geser dapat terjadi disebelah kanan atau kiri. Hernia yang di kanan biasanya berisi sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan yang di kiri berisi sebagian kolon desendens.

Patogenesis

Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. Kausa antara lain : 1. Defek kongenital Kantong peritoneal kongenital merupakan factor predisposisi terjadinya hernia pada awal kehidupan, dapat berupa: Prosesus vaginalis persisten yang dapat menyebabkan terbentuknya hernia inguinalis indirek Obliterasi inkomplit dari umbilicus yang mnyebabkan terjadinya hernia umbilical 2. Defek aquisita Kelemahan pada dinding abdomen anterior yang dapat disebabkan oleh: Insisi pembedahan yang menyebabkan hernia insisional Kelemahan otot akibat obesitas dengan infiltrasi lemak, kehamilan, atau proses ketuaan normal Faktor presipitasi : Herniasi terjadi ketika tekanan intraabdomen naik karena beberapa faktor seperti: Batuk kronis Konstipasi Obstruksi atau uretral Partus leher vesika Keganasan abdomen dengan asites Muntah Penggunaan otot

berlebihan

Gambaran klinis Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengedan,batuk, atau mengankat beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia menganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata. Inspeksi : diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha,skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau dalam keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi : dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau atau jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar. Hernia inguinal sering terlihat sebagai tonjolan intermitten yang secara berangsur,angsur meningkat dalam ukuran dan menjadi ketidaknyamanan yang progresif dan persisten yang progresif. Kadang hanya sedikit nyeri , sakit atau rasa terbakar didaerah lipat paha yang mungkin didapatkan sebelum perkembangan dari penonjolan yang nyata. Ketidaknyamanan ini memperjelas onset dari symtomp hernia yang sering dideskripsikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Gejala itu mungkin tidak hanya didapatkan didaerah inguinal tapi juga menyebar kedaerah pinggul, belakang, kaki, atau kedaerah genital. Disebut "Reffered pain" gejala ketidaknyamanan ini dapat mempercepat keadaan yang berat dan menyusahkan. Gejala ketidaknyamanan pada hernia biasanya meningkat dengan durasi atau

intensitas dari kerja, tapi kemudian dapat mereda atau menghilang dengan istirahat, meskipun tidak selalu. Rasa tidak enak yang ditimbulkan oleh hernia selalu memburuk disenja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien berbaring bersandar dan hernia berkurang. Nyeri lipat paha tanpa hernia yang dapat terlihat, biasanya tidak mengindikasikan atau menunjukkan mula timbulnya hernia. Kebanyakan hernia berkembang secara diam-diam, tetapi beberapa yang lain dicetuskan oleh peristiwa muscular tunggal yang sepenuh tenaga. Secara khas, kantong hernia dan isinya membesar dan mengirimkan impuls yang dapat teraba jika pasien mengedan atau batuk. Biasanya pasien harus berdiri saat pemeriksaan , kerena tidak mungkin meraba suatu hernia lipat paha yang bereduksi pada saat pasien berbaring. Hidrokel bertransiluminasi, tetapi hernia tidak. Hernia yang tidak dapat dideteksi oleh pemeriksaan fisik, dapat dilihat dengan ultra sonografi atau tomografi komputer. Strangulasi menimbulkan nyeri hebat dalam hernia yang diikuti dengan cepat oleh nyeri tekan, obstruksi interna, dan tanda atau gejala sepsis. Reduksi dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari sakus yang diperkirakan mengalami gangrenosa.

Pemeriksaan pada hernia inguinalis 1. Pemeriksaan Fisik a) Pemeriksaan tanda vital

Didapatkan tanda-tanda dehidrasi dan peningkatan suhu tubuh, pernapasan meningkat,nadi meningkat, tekanan darah meningkat. b) Status Generalisata Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi. Pada inspeksi yang ditemukan adalah benjolan kemerahan yang tidak dapat dimasukkan lagi. Pada palpasi didapatkan nyeri tekan di daerah skrotum dan distensi abdomen. Pada perkusi abdomen didapatkan perut kembung dan hipertimpani, sedangkan pada auskultasi didapatkan hiperperistaltik usus dan metallic sound. Dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal bila telah terjadi komplikasi. Sering benjolan muncul dalam lipat paha dan terlihat cukup jelas. Kemudian jari telunjuk ditempatkan pada sisi lateral kulit skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus spermatikus sampai ujung jari tengah mencapai annulus inguinalis profundus. Suatu kantong yang diperjelas oleh batuk biasanya dapat diraba pada titik ini. Jika jari tangan tak dapat melewati annulus inguinalis profundus karena adanya massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia. Hernia juga diindikasikan, bila seseorang meraba jaringan yang bergerak turun ke dalam kanalis inguinalis sepanjang jari tangan pemeriksa selama batuk. Walaupun terdapat tanda-tanda yang menunjukkan apakah hernia itu indirek atau direk, namun umumnya hanya sedikit kegunaannya, karena keduanya biasanya memerlukan penatalaksaan bedah, dan diagnosis anatomi yang tepat hanya dapat dibuat waktu operasi. Gambaran yang menyokong adanya hernia indirek mencakup turunnya ke dalam skrotum, yang sering ditemukan dalam hernia indirek, tetapi tak lazim dalam bentuk hernia direk. Hernia direk lebih cenderung timbul sebagai massa yang terletak pada annulus inguinalis superfisialis dan massa ini biasanya dapat direposisi ke dalam kavitas peritonealis, terutama jika pasien dalam posisi terbaring. Pada umumnya dengan jari tangan pemeriksa di dalam kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis indirek maju menuruni kanalis pada samping jari tangan, sedangkan penonjolan yang langsung ke ujung jari tangan adalah khas dari hernia direk.

Diagnosis hernia pada bayi dan anak-anak hanya dapat ditemukan dari penonjolan di daerah inguinal yang berasal dari cincin internal. Penonjolan timbul saat bayi atau anak menangis, batuk, atau mengejan. Tanda-tanda tidak langsung seperti pelebaran cincin eksternal dan tanda silk golve (pada palpasi teraba penebalan saluran sperma). Hernia inguinalis inkarserata terjadi pada 10% pasien anak hernia dan insidennya tinggi pada bayi. Kasus mayoritas pada anak perempuan dengan hernia inkarserata, kantong hernia berisi ovariun dan tuba yang terpuntir. Pada anak lakilaki, berisi usus kecil, kolon atau apendiks. Pada inspeksi, sering benjolan muncul dalam lipat paha dan terlihat cukup jelas. Kemudian jari telunjuk diletakkan disisi lateral kulit skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus spermatikus sampai ujung jari tengah mencapai annulus inguinalis profundus. Suatu kantong yang diperjelas dengan batuk biasanya dapat diraba pada titik ini. Jika jari tangan tak dapat melewati annulus inguinalis profundus karena adanya massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia.Hernia juga diindikasikan, bila seseorang meraba jaringan yang bergerak turun kedalam kanalis inguinalis sepanjang jari tangan pemeriksa selama batuk. Gambaran yang menyokong adanya hernia indirek mencakup turunnya kedalam skrotum, yang sering ditemukan dalam hernia indirek, tetapi tak lazim dalam hernia direk. Hernia direk lebih cenderung timbul sebagai massa yang terletak pada annulus inguinalis superfisialis dan massa ini biasanya dapat direposisi kedalam kavitas peritonealis, terutama jika pasien dalam posisi terbaring. Pada umumnya pada jari tangan pemeriksa didalam kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis indirek maju menuruni kanalis pada samping jari tangan, sedangkan penonjolan yang langsung keujung jari tangan adalah khas dari hernia direk. Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya ialah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai: kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau

paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan di mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. Tanda klinis pada pemeriksaan fisik tergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantung hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantung yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut sebagai tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar untuk ditentukan. Kalau kantung hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking, pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui annulus eksternus. Hernia inguinalis Lateralis: muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong. Medialis: tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat. A. Palpasi

i) Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis. ii) Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis. iii) Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis. iv) Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum. B. Perkusi Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak. C. Auskultasi Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata). 2. Pemeriksaan laboratorium Darah lengkap:

-

Leukosit > 10.000 Serum elektrolit meningkat

3. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak ada bukti fisik atau sonografi yang menunjukkan hernia inguinalis. CT scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia obturator. 4. Pemeriksaan tambahan Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT scan, maupun MRI dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.

Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut: a) Pemeriksaan Finger Test : 1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal. 3. Penderita disuruh batuk: Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis. Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Pemeriksaan dengan ziemans tes: Dengan meletakkan ketiga jari pemeriksa ( jari II,III,IV), jari ke II deletakkan pada anulus inguinalis eksternus, jari ke III diletakkan pada trigonum hasselbach, jari ke IV diletakkan pada anulus femoralis, Kemudian pasien diminta mengejan. Pemeriksaan regio inguinalis dextra menggunakan tangan kanan pemeriksa dan sebaliknya. Pada pemeriksaan Ziemans tes regio inguinal dixtra teraba benjolan lunak di jari ke II. Dan pemeriksaan ziemans tes regio inguinalis sinistra tidak ditemukan kelainan. b) Pemeriksaan Ziemen Test : 1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita). 2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan. 3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis. jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis. jari ke 4 : Hernia Femoralis

c) Pemeriksaan Thumb Test : Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan. Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis. Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

*Gunakan kelima jari tangan untuk melakukan tes hernia:6 Jempol untuk deep ring occlusion test Telunjuk, jari tengah dan jari manis untuk Ziemans test *Pada tes Ziemans, jari telunjuk di atas cincin inguinal interna, jari tengah disepanjang ligament inguinal dengan ujung jari tengah di cincin inguinal eksterna, dan jari manis di atas kanalis femoralis.7 Jari kelingking untuk tes invaginasi superfisial.

Diagnosis Diagnosis hernia inguinalis ditegakkan berdasarkan dari gejala dan pemeriksaan fisik seperti yang dijelaskan di atas.

Komplikasi

Secara umum, hernia inguinalis dapat menimbulkan komplikasi berupa: - Hernia Irreponibel - Hernia Strangulata - Hernia Inkarserata Komplikasi dari hernia sebenarnya tergantung dari keadaan yang dialami oleh isi hernia. Pada hernia irreponibel, isi kantong hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Ini terjadi diakibatkan oleh adanya perlengketan di antara isi hernia dengan kantong hernia, di mana isi hernia dapat berupa usus atau omentum, sehingga isi hernia ini tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Hernia irreponibel ini juga dapat disebabkan oleh isi hernia di dalam kantong hernia yang semakin membesar seiring dengan bertambahnya waktu jika tidak dilakukan reparasi, sehingga isi hernia tertahan dan tidak dapat keluar dari kantongnya. Isi hernia yang semakin membesar juga dapat menekan jaringan disekitarnya seperti scrotum dan menimbulkan rasa nyeri. Biasanya hernia irreponibel ini tidak menimbulkan keluhan kecuali adanya benjolan. Isi hernia bisa terjepit oleh cincin hernia sehingga isi hernia terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Ini dinamakan hernia inkarserata. Jika isi hernia adalah usus, ini akan menimbulkan obsruksi sehingga terjadinya gangguan passase usus atau dinamakan sebagai ileus (keadaan di mana penderita mengalami gangguan pasage atau jalanya makanan dalam usus oleh karena suatu sebab). Akibat dari penyumbatan usus ini, terjadi aliran balik dan makanan tidak dapat ditranspor ke saluran cerna sehingga menyebabkan pasien merasa mual dan muntah-muntah. Muntah-muntah ini bisa menyebabkan terjadinya dehidrasi dan gangguan elektrolit. Selain daripada itu, obstruksi usus akibat terjepit pada hernia ini juga akan menyebabkan terjadinya penurunan peristaltik usus sehingga bisa menyebabkan terjadinya konstipasi. Komplikasi yang paling berat adalah apabila terjadinya hernia strangulasi. Hernia strangulasi adalah hernia irreponible dimana sudah terjadinya gangguan vaskularisasi akibat adanya pembuluh darah yang terjepit pada cincin hernia. Akibatnya isi hernia tidak mendapat aliran darah dan terjadinya gangguan perfusi pada jaringan isi hernia. Lama-

kelamaan isi hernia ini akan mengalami nekrosis. Isi hernia berupa usus yang mengalami nekrosis akan menyebabkan terjadinya perforasi usus. Perforasi usus ini akan menyebabkan kuman-kuman yang ada di usus dapat sampai ke peritoneum dan menimbulkan peradangan yang dinamakan sebagai peritonitis. Peritonitis ini akan menimbulkan rasa yang sangat nyeri akibat rangsangan pada peritoneum. Selain itu, perforasi pada isi hernia ini juga dapat menimbulkan abses lokal dan perforasi dari abses ini pula akan menyebabkan terjadinya fistel/ fistula. ( hubungan yang abnormal antara suatu saluran dan saluran yang lain atau antara suatu saluran dengan dunia luar melalui kulit).

HERNIA STRANGULATA 1) Perforasi usus menyebabkan peritonitis 2) Perforasi usus menyebabkan abses 3) Abses 4) Perforasi abses menyebabkan fistel

Diagnosis banding Hidrokel Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisis didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu hidrokel testis, hidrokel funikulus, dan hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel. Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari. Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi 2, konservatif dan operatif. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan pengembalian posisi (dengan cara mendorong masuk tonjolan yang ada secara manual) dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pengurangan hernia secara non-operatif dapat segera dilakukan dengan berbaring, posisi pinggang ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan sedatif (penenang) yang cukup untuk memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia terjadi jika benjolan berkurang dan tidak terdapat tandatanda klinis strangulasi. Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Hal ini biasanya dpilih jika kita menolak dilakukan perbaikan secara operasi atau terdapat kontraindikasi terhadap operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis. Penggunaan penyangga tidak menyembuhkan hernia. Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis, terutama jenis yang strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Banyak pasien hernia inguinal yang memiliki gejala minimal. Menurut sebuah penelitian pada pasien ini observasi dapat menjadi pilihan yang baik, karena pasien dengan gejala minimal jarang menyebabkan komplikasi akut. Penundaan operasi hingga gejala memberat dinyatakan aman. Jika kita ingin berhasil dalam menangani hernia, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama adalah penanganan semua faktor risiko , dan kedua adalah celah yang ada diperbaiki secara maksimal. Namun, walaupun telah dilakukan operasi, hernia dapat timbul kembali (rekuren). Hernia yang berulang dalam hitungan bulan atau tahun biasanya menandakan perbaikan yang tidak sempurna, seperti kegagalan dalam menutup celah pada dinding perut. Rekurensi dalam 2 tahun lebih biasanya terjadi akibat perlemahan dinding perut kita sendiri. Sedangkan rekurensi berulang setelah perbaikan yang benar dan

dilakukan oleh dokter bedah berpengalaman biasanya terjadi akibat kelainan pada pembentukan kolagen pada tubuh kita sendiri. Penatalaksanaan pasien dengan hernia rekuren dilakukan dengan menggunakan prostetik material, karena pada berbagai penelitian terbukti sukses mengurangi rekurensi, mengurangi biaya operasi, mengurangi waktu perawatan, dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Selain itu juga dapat mengurangi nyeri pasca operasi. Operasi hernia dapat dilakukan secara laparoskopi (semi tertutup). Menurut beberapa penelitian dinyatakan metode ini memiliki hasil yang lebih baik daripada operasi anterior konvensional (terbuka). Penelitian menyatakan bahwa perbaikan hernia inguinal secara laparoskopi lebih nyaman (pasien mengalami nyeri pre dan post operatif yang lebih rendah) dibandingkan operasi terbuka dan pemulihan pasien lebih cepat. Selain itu angka rekurensi pada metode laparoskopi lebih rendah daripada pasien yang menjalani operasi anterior konvensional. Namun kekurangannya ialah waktu operasi yang sedikit lebih panjang, penggunaan anestesi umum, dan biaya yang lebih mahal. Gaya hidup selepas operasi Apakah hernia akan sembuh total dengan tindakan operasi? Belum tentu. Hernia bisa kambuh meski penderita sudah menjalani operasi, terutama jika pola hidupnya tidak sehat atau tidak menuruti anjuran dokter. Untuk mencegah hernia balik lagi setelah operasi, dapat dilakukan beberapa langkah ini. Dianjurkan: Berjalan kaki untuk mempercepat kesembuhan dan meningkatkan kebugaran pascaoperasi. Mengatur pola makan. Minum banyak air dan konsumsi makanan tinggi serat untuk membantu pencernaan dan pergerakan lambung. Beristirahat selama beberapa hari atau sesuai anjuran dokter. Minum obat yang dianjurkan dokter. Rutin melakukan pemeriksaan ulang setiap tiga bulan untuk memastikan hasil operasi. Jika mempunyai masalah sembelit, sebaiknya segera diobati. Tidak dianjurkan: Melakukan aktivitas yang berkaitan dengan mengangkat barang berat lebih dari 5 kg selama beberapa bulan atau sesuai anjuran dokter. Menjalani

pola hidup yang menyebabkan batuk seperti merokok. Membungkuk terlalu sering. Mengalami penambahan berat badan tiba-tiba dalam jumlah banyak atau kegemukan. Melakukan aktivitas fisik seperti yoga ataupun senam. Lakukanlah aktivitas yang diperbolehkan dokter. Pencegahan Hernia inguinal lebih sering terjadi pada kaum pria. Kondisi yang dapat memperbesar risiko seseorang terkena hernia inguinal di antaranya : Keturunan. Risiko lebih besar jika ada keluarga dekat yang pernah terkena hernia. Menderita penyakit tertentu. Penyakit tertentu, seperti batuk kronis, bisa memicu terjadinya tekanan berlebih yang dapat menyebabkan hernia. Sembelit atau konstipasi kronis juga dapat memperbesar risiko hernia. Obesitas. Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Kehamilan. Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di bagian perut. Pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Kelahiran prematur. Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir normal. Bila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.

Jika sudah mengetahui faktor risikonya, lakukan pencegahan dengan cara ini: Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat. Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut. Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi. Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandum sangat disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung banyak serat yang membantu mencegah konstipasi dan mengurangi tekanan di bagian perut. Hindari mengangkat barang yang terlalu berat. Jika harus mengangkat barang berat, lakukan dengan cara yang benar. Postur tubuh yang tepat saat mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut Anda dan hindari membungkuk untuk mengurangi tekanan. Hindari rokok dan asapnya. Rokok beserta asapnya bisa menimbulkan berbagai penyakit seperti batuk kronis yang dapat mencetuskan hernia.

Prognosis Ad vitam: Dubia ad bonam Ad sanasionam: Dubia ad malam karena sering kambuh Ad fungsionam: Dubia ad bonam Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan sekitar 1% -3% dalam jarak waktu 10 tahun kemudian. Kekambuhan disebabkan oleh tegangan yang berlebihan pada saat perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasti yang tidak adekuat, dan hernia yang terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan, lebih umum dalam pasien dengan hernia direk, khususnya hernia direk bilateral. Kekambuhan tidak langsung biasanya akibat eksisi yang tidak adekuat dari ujung proksimal kantung. Kebanyakan kekambuhan adalah

langsung dan biasanya dalam regio tuberkulum pubikum, dimana tegangan garis jahitan adalah yang terbesar.insisi relaksasi selalu membantu. Perbaikan hernia inguinalis bilateral secara bersamaan tidak meningkatkan tegangan jahitan dan bukan merupakan penyebab kekambuhan seperti yang dipercaya sebelumnya. Hernia rekurren membutuhkan prostesis untuk perbaikan yang berhasil, kekambuhan setelah hernioplasti prostesis anterior paling baik dilakukan dengan pendekatan preperitoneal (daerah inguinalis dipaparkan antara fasia transversalis dan peritoneum oleh insisi rendah pada abdomen) atau secara anterior dengan sumbat prostesis (Schwartz, 2000).

Contoh kasus STATUS MEDIK (HERNIA) 1. Identitas Pasien Nama Usia : Shidqi Ahmad : 2 tahun, 4 bulan

Jenis kelamin : laki-laki Alamat Pekerjaan Status Pendidikan Agama No. RM 2. Anamnesis : Komp. Bappenas B 38. Sawangan - Depok :: Belum menikah :: Islam : 7441744

Anamnesa dilakukan secara auto dan allo anamnesa pada tanggal 24 Juni 2010, pukul 01.00 WIB di Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati Keluhan utama : Benjolan di pangkal skrotum kanan dan tidak dapat dimasukkan kembali sejak 7 jam sebelum masuk rumah sakit. Riwayat penyakit sekarang : Pada tanggal 23 Juni 2010, pukul 18.00 WIB, benjolan pada pangkal skrotum pasien tidak dapat didorong masuk oleh sang ibu, selain itu skrotum pasien nampak membesar, pasien mengalami mutah-mutah berwarna kuning kurang lebih 10 kali dan mencret 1 kali sejak sore itu hingga pasien dibawa ke rumah sakit. Selain itu, pasien sering menangis dan gelisah. Pasien tidak mengalami demam. Ternyata benjolan di pangkal skrotum kanan sudah muncul sejak 6 bulan yang lalu muncul hilang timbul. Ukuran semula kira-kira berdiameter 0,5 cm. Pada saat pasien tidur, benjolan mengempes dan tidak tampak. Apabila setelah beraktifitas, menangis atau mengejan, benjolan muncul kembali dan pasien kadang menangis. Keterangan yang didapat dari ibu pasien, benjolan yang muncul sering didorong masuk dan berhasil tanpa pasien menangis atau berteriak. Selama 6 bulan tidak ada keluhan susah buang air besar, buang air besar sekali dalam sehari, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan, tidak ada lendir maupun darah. Sudah pernah kontrol ke dokter dan diminta operasi namun keluarga pasien menolak dengan alasan biaya. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Asma dan alergi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat diabetes mellitus disangkal Riwayat hipertensi disangkal Riwayat penyakit Ginjal disangkal

Riwayat Stroke disangkal Riwayat Asma, Alergi disangkal

3. PEMERIKSAAN FISIK Status generalis Keadaan Umum Kesadaran Kesan sakit : compos mentis : sakit sedang

Tinggi badan : cm Berat badan Gizi Sikap pasien Mobilisasi Tanda vital: Tekanan darah : 110/65 mmHg Nadi Pernafasan Suhu tubuh Kepala : : 120 x/menit : 22 x/menit : 36,8 C : kg : baik : non kooperatif : aktif

-

Bentuk normocephali

Wajah :

Rambut warna hitam,tebal,distribusi merata

Mata :

terlihat simetris

warna kulit tidak anemis, tidak sianosis, tidak ikterik

Telinga :

Alis mata hitam,tebal,distribusi merata

Konjungtiva pucat +/+, Sklera tidak ikterik

Refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+

-

bentuk telinga simetris dan normotia

Tidak ada nyeri tarik

Hidung :

Tidak ada nyeri tekan pada tragus dan mastoid

sekret (-)

Leher:

Hidung simetris

Tidak ada deviasi septum, sekret -/-

Mulut dan tenggorokan :

bibir terlihat simetris

Tidak kering,tidak pecah-pecah,tidak sianosis

Tonsil T1/T1

-

trakea lurus di tengah

Paru:

tidak teraba pembesaran KGB

tidak terlihat pembesaran tiroid

Jantung :

Inspeksi

: pergerakan dada simetris saat stastis dan dinamis.

Palpasi

: vokal fremitus teraba simetris

Perkusi

: sonor dikedua lapang paru

Auskultasi : suara napas vesikuler, Ronchi-/-,wheezing -/-

-

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi : teraba pada 1-2 cm sebelah medial garis midclavicularis kiri di ICS 5

Abdomen Inspeksi

Perkusi : Batas jantung kanan : garis sternalis dextra. Batas jantung kiri : ICS 5, 2cm sebelah medial linea midclavicularis sinistra.

Auskultasi : S1 S2 reguler,murmur (-), gallop (-).

: abdomen datar, tidak tampak adanya ascites, tidak terdapat spider navy

Palpasi

: abdomen supel, tidak ada defence muskular, NT (-), NL(-) Hepar: tidak ada pembesaran Lien: tidak ada pembesaran Ginjal: ballottement -

Perkusi

: timpani, tidak ada nyeri ketuk, tidak ada ascites

Auskultasi : bising usus (+) normal Ekstremitas Akral hangat, edema tungkai -/Status lokalis regio inguinal dekstra : Inspeksi : tampak benjolan pada pangkal skrotum dekstra dengan bentuk memanjang, berukuran 2x3 cm, warna sama dengan sekitar, tidak hiperemis, tidak tampak pelebaran vena

Palpasi

: teraba massa dengan konsistensi lunak, batas jelas, nyeri tekan (-), finger tip test (teraba benjolan di ujung jari dan tidak dapat dimasukkan), testis teraba.

Auskultasi

: Bising usus (-)

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium tanggal 24 Juni 2010

Kimia Klinik Pemeriksaan Fungsi Hati Hematologi - - SGOT Hemoglobin - - SGPT Hematokrit Fungsi Ginjal - Leukosit - Ureum Darah - Eritrosit - Creatinin Darah - Trombosit Diabetes VER/HER/ KHER/RDW - - VER sewaktu Gula darah ELEKTROLIT - HER Natrium - KHER Kalium - RDW Klorida Hitung Jenis Netrofil Limfosit Monosit Bleeding Time Cloting time

Hasil

Nilai rujukan

Interpretasi

34 U/I 11,1 g/dl 16 U/I 34 % 5,6 ribu/Ul 21 mg/dl 4,89 juta/Ul 0,3 mg/dl 223 ribu/Ul

0-34 U/I g/dl 13.2-17.3 0-40 U/I 33-45 % 5-10 ribu/Ul 20-40 mg/dl 41.40-5.90 ribu/Ul l 0.6-1.5 mg/dl 150-440 ribu/Ul

116 mg/dl 69,1 fl 22,7 pg 134 32,8 g/dl 3,6 15,4 % 111 72 % 25 % 2% 2,0 menit 4,3 menit

70-140 mg/dl 80.0-100.0 fl 26.0-34.0 pg 135 - 147 32.0-36 g/dl 3.10 -5.10 mmol/L 11.5-14.5 % 95 -108 mmol/L 50-70 % 20-40 % 2-8 %

1 6 menit 5 15 menit

Foto Rontgen Thoraks - Tidak dilakukan RESUME

Pasien anak usia 2 tahun 4 bulan datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati dengan keluhan benjolan di pangkal skrotum kanan, ukuran skrotum nampak membesar, dan benjolan tidak dapat dimasukkan sejak 7 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mutah kurang lebih 10 kali dan mencret 1 kali, pasien sering menangis. Semula benjolan muncul sejak 6 bulan yang lalu, hilang timbul (kempes saat tidur dan muncul kembali setelah beraktifitas, menangis atau mengejan), tidak ada keluhan nyeri, tidak ada keluhan buang air kecil maupun buang air besar. Pemeriksaan fisik : Tekanan darah : 110/65 , nadi : 120 x/menit , pernafasan : 22 x/menit, suhu tubuh : 36,8 C, status generalis : dalam batas normal. Status lokalis : Pada regio inguinal dekstra : Inspeksi : tampak benjolan pada pangkal skrotum dekstra dengan bentuk memanjang, berukuran 2x3 cm, ukuran skrotum tampak membesar, warna sama dengan sekitar, tidak hiperemis, tidak tampak pelebaran vena Palpasi : teraba massa dengan konsistensi lunak, batas jelas, nyeri tekan (-), finger tip test (teraba benjolan di ujung jari dan tidak dapat dimasukkan), testis kanan tidak teraba. Auskultasi : Bising usus (-)

DIAGNOSIS KERJA

Hernia Skrotalis Dekstra Ireponibel DIAGNOSIS BANDING Hernia Inguinalis Dekstra Ireponibel Hidrokel

PENATALAKSANAAN 1.Pemberian IVFD Kaen 3B 30 tetes/menit 2.Pemasangan Douer Kateter 2 way ukuran 6F

3.

Dilakukan reposisi dengan cara menidurkan anak dengan pemberian sedativ

(diazepam suposituria) dan kompres es di atas hernia selama kurang lebih 2 3 jam. 4.Reposisi tidak memberikan hasil, maka direncanakan tindakan operasi dan pasien setuju (herniotomi dan sirkumsisi). PROGNOSIS Ad vitam : ad bonam

Ad fungsionam : ad bonam Ad sanationam : ad bonam Laporan Operasi Tanggal 24 Juni 2010. Diagnosis pre-Operasi : Hernia Skrotalis Dekstra Ireponibel Diagnosis post-Operasi : Hernia Skrotalis Dekstra Ireponibel Macam Operasi : Herniotomi dan sirkumsisi

1. Paseien terlentang di atas meja operasi dalam anestesi spinal

2. A dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya 3. Insisi transversal 4. Isi kantong hernia masih vital 5. Dilakukan herniotomi 6. Luka ditutup 7. Dilanjutkan sirkumsisi 8. Operasi selesai Instruksi Post-Op Awasi tanda vital dan luka operasi Infus Kaen 1B 10 tetes/menit Amoxylin 3x Cth Parasetamol 3x Cth Bila sadar dan tidak mutah, beri minum bertahap