management lingkungan pelabuhan_ 2

Upload: liestia-budiarti

Post on 07-Mar-2016

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

manajemen pelabuhan

TRANSCRIPT

  • Christino Boyke, S.T, M.T

  • Dasar Hukum UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009

    TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

    Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatanmanusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan

    Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yangditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsurlingkungan hidup

    Baku mutu lingkungan hidup meliputi:a. baku mutu air;b. baku mutu air limbah;c. baku mutu air laut;d. baku mutu udara ambien;e. baku mutu emisi;f. baku mutu gangguan; dang. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  • Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.

    Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secaralangsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkunganhidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidupmanusia dan makhluk hidup lain.

    Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3,adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.

  • KETENTUAN PIDANA

    Pasal 97Tindak pidana dalam undang-undang inimerupakan kejahatan.

    Pasal 98(1) Setiap orang yang dengan sengajamelakukan perbuatan yang mengakibatkandilampauinya baku mutu udara ambien,baku mutu air, baku mutu air laut, ataukriteria baku kerusakan lingkungan hidup,dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10(sepuluh) tahun dan denda paling sedikitRp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) danpaling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluhmiliar rupiah).

    (2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) mengakibatkan orang lukadan/atau bahaya kesehatan manusia,dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12(dua belas) tahun dan denda paling sedikitRp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)dan paling banyak Rp12.000.000.000,00 (duabelas miliar rupiah).

    (3) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) mengakibatkan orang lukaberat atau mati, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 5 (lima) tahun danpaling lama 15 (lima belas) tahun dan dendapaling sedikit Rp5.000.000.000,00 (limamiliar rupiah) dan paling banyakRp15.000.000.000,00 (lima belas miliarrupiah).

  • Pasal 102Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izinsebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (4), dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dandenda paling sedikitRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyakRp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

    Pasal 103Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukanpengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dandenda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan palingbanyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

    Pasal 104Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke medialingkungan hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dipidanadengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyakRp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

  • Pasal 112

    Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak melakukanpengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatanterhadap peraturan perundang-undangan dan izin lingkungan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72, yang mengakibatkan terjadinyapencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang mengakibatkan hilangnyanyawa manusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahunatau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

  • Dasar Hukum PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 51 TAHUN 2004

    TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

  • Dasar HukumPERATURANMENTERINEGARALINGKUNGANHIDUPNOMOR05TAHUN2009TENTANG PENGELOLAANLIMBAHDIPELABUHAN

    Pasal 4(1) Pemilik kapal,operatorkapal,atau perwakilan kapal wajib melakukan pemberitahuan (notifikasi)kepada Administrator

    Pelabuhan atau Kepala KantorPelabuhan dan pengelola palinglambat 24(dua puluh empat)jamsebelum limbahdiserahkan kepada pengelola.

    (2) Tatacara pemberitahuan (notifikasi)sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan sesuai dengan peraturanperundangundangan.

    Pasal 5(1) Pengelola dapat menerima dan/atau mengelola limbah yangberasal dari kegiatan rutin operasional kapal dan/atau

    kegiatan penunjang pelabuhan.(2) Limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:a.minyak;b.materialcair dan/atau padat berbahaya dalam bentuk curah;c.kemasan bekas bahan berbahaya;d.limbah cair domestik;e.sampah;f.emisi;g.limbah elektronik;dan/atauh.limbah bekas kapal.

  • Pasal 6

    (1) Pengelola wajib:

    a) mengisi dan menandatangani sertifikat penyerahan limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang tidak

    terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;

    b) melaporkan penerimaan limbah kepada Administrator Pelabuhan atau Kepala Kantor Pelabuhan sebelum menerbitkan

    sertifikat penyerahan limbah; dan

    c) memberikan sertifikat penyerahan limbah kepada Pemilik dan/atau operator kapal yang telah menyerahkan limbah.

    (2) Pelaksanaan penyediaan formulir sertifikat penyerahan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh

    Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

    Pasal 7

    (1)Setiap pelabuhan umum dan pelabuhan khusus wajib menyediakan fasilitas pengelolaan limbah yangberasal dariusaha dan/atau kegiatan kapal.

  • FASILITAS PENGOLAHAN LIMBAH (RECEPTION FACILITIES) Fasilitas pengelolaan limbah adalah fasilitas reduksi, penyimpanan,

    pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/ataupenimbunan limbah di pelabuhan yang berasal dari kegiatan operasional kapaldan/atau kegiatan penunjang pelabuhan

    Pengadaan fasilitas pengelolaan limbah di pelabuhan merupakan bagian daripelaksanaan Konvensi Internasional tahun 1973 tentang pencegahan pencemaran darikapal kapal yang telah dimodifikasi oleh Protokol 1978 yang terkait dengan MARPOL 1973 jo 1978 (yang selanjutnya disebut MARPOL 73/78) dan telah diratifikasi olehPemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 46 Tahun 1986, pada tanggal 9 September 1986.

    MARPOL 73/78 mempersyaratkan kepada setiap negara yang termasuk dalamkonvensi ini untuk menyediakan fasilitas pengelolaan di pelabuhan yang memadaitanpa menyebabkan penundaan pelayaran. Adapun jenis dan ukuran fasilitaspengelolaan tersebut tergantung pada kelas pelabuhan

  • KLASIFIKASI LIMBAH MENURUT MARPOL 73/78.Annex I .Adalah minyak dan campuran minyak, termasuk didalamnya Annex IMARPOL 73/78, antara lain seperti yang tercantum dalam Lampiran 1.

    Lampiran 1. Daftar Limbah-Limbah Berminyak dari Kapal Minyak pelumas bekas Residu bahan bakar Sludge Oily bilge water Limbah air balas (Dirty ballast water) Air cucian tangki minyak (Oily tank washing) Minyak mentah Bahan bakar Oil refuse dan produk turunannya (tidak termasuk petro kimia yang terdapat dalam annex II dari konvensi ini). Oily mixture (campuran yang mengandung minyak).

  • Annex II.Adalah limbah cair berbahaya dalam bentuk curah, contohnya : bahan bahan kimia dalam jumlah besar. Termasuk didalamnya Annex II MARPOL73/78, antara lain seperti yang tercantum dalam Lampiran 2.

    Lampiran 2. Daftar Material Cair Berbahaya dan Beracun dari Kapal Material yang diatur dalam Annex II dibagi dalam empat kategori. Kategori tersebut adalah:

  • TIPIKAL FASILITAS PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHANFasilitas pengelolaan limbah di pelabuhan terbagi atas 2 (dua) tipe, yaitu :

    1. Tipe fasilitas pengelolaan limbah sejenis. 2. Tipe fasilitas pengelolaan limbah terpadu.

    Perbedaan antara kedua tipe fasilitas tersebut terletak pada lokasi keberadaan fasilitaspendukung pengelolaan limbah (Gambar 1). Untuk tipe fasilitas pengelolaan limbahsejenis (Gambar 2), fasilitas pendukungnya berlokasi di luar kawasan pelabuhan danpengusahaannya dapat dilakukan oleh pengelola fasilitas itu sendiri atau oleh pihakketiga.Sedangkan tipe fasilitas pengelolaan limbah terpadu (Gambar 3), fasilitas pendukungnyaberlokasi di dalam kawasan pelabuhan dan pengusahaannya dapat dilakukan olehpengelola fasilitas itu sendiri atau dapat juga oleh pihak ketiga (Gambar 4 ). Adapunfasilitas pendukung tersebut antara lain :- Separator.- Incinerator.- Waste Water Treatment Plant (WWTP).- Dan lainnya.

  • Persyaratan Lokasi

    1. Memiliki area yang cukup (sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar ) untuk kemudahan

    penanganan dan perlindungan dari situasi darurat.

    2. Area secara geologis dan geografis merupakan daerah bebas banjir, longsor dan

    genangan serta mempunyai sistem drainase yang baik.

    3. Lokasi berada di luar area kepabeanan pelabuhan.

    4. Memiliki akses yang baik, baik dari laut (bila berlokasi di pelabuhan itu sendiri)

    maupun dari darat, yang memungkinan untuk operasi maneuver kapal secara aman

    dan mencegah penundaaan yang tidak diinginkan.

    5. Memiliki akses yang mudah terhadap berbagai keperluan yang dibutuhkan seperti

    listrik, uap dan lain sebagainya.

    6. Memiliki jarak yang cukup aman (minimum 50 meter) dari lokasi pemukiman,

    lingkungan yang sensitive serta lingkungan untuk kepentingan tertentu guna

    meminimalisasi dampak lingkungan dan kesehatan.

  • Persyaratan Bangunan

    1. Fasilitas pada bangunan penyimpanan dan pengumpulan harus dilengkapi dengan

    berbagai sarana penunjang dengan tata ruang yang tepat sehingga kegiatan

    penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 dapat berlangsung dengan baik dan

    aman bagi lingkungan (Gambar 5);

    2. Setiap bangunan penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 di rancang khusus,

    dan di lengkapi dengan bak pengumpul tumpahan/ceceran limbah yang

    dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pengangkatannya;

    3. Fasilitas pada bangunan penyimpanan dan pengumpulan harus di lengkapi

    dengan:

    a. peralatan dan sistem pemadam kebakaran;

    b. pembangkit listrik cadangan;

    c. fasilitas pertolongan pertama;

    d. peralatan komunikasi;

    e. gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;

    f. pintu darurat dan alarm.

  • Fasilitas TambahanFasilitas pengelolaan limbah B3 di pelabuhan harus dilengkapi dengan sarana danprasarana tambahan antara lain : laboratorium, pencucian, bongkar muat, kolampengumpul, dan peralatan penanganan tumpahan.

    1. LaboratoriumLaboratorium yang tersedia harus mampu:

    a) Melakukan pengujian jenis dan karakteristik dari limbah B3 yang diterima, sehingga penanganan lebih lanjut seperti pencampuran, pengemasan ulang ataupengolahan awal (pre treatment) dapat dilakukan dengan tepat.

    b) Melakukan pengujian kualitas terhadap timbulan dari kegiatan pengelolaanlimbah yang di lakukan (misalnya cairan dari fasilitas pencucian atau dari kolampengumpul darurat) sehingga dapat dilakukan penanganan dengan tepat.

    c) Melakukan pengujian Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) darilimbah B3 yang akan dikelola, sehingga dapat dilakukan pengawasan dalampemanfaatan lebih lanjut.

  • Pusat penampungan limbah/RF di kawasan Tanjung Perak terletak di dekatTerminal Nilam. Menempati lahan 1,1 hektare fasilitas ini dilengkapi tangkipenyimpanan 20 ton, 1 unit instalansi pengolahan air, 1 unit incinerator berkapasitas 2 ton.

  • TUGAS

    Buat Paper mengenai RF di Lingkungan Pelabuhan Tajung Perak Min 2 Lembar, Max 5 Lembar Kertas Ukuran A4 Dikerjakan Kelompok , max 5 orang/kelompok Dikumpulkan 25 Mei 2015