bab 1-2 management keperawatan

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari system pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di mana di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999). Tindakan asuhan keperawatan yang optimal akan terus bergulir sebagai suatu tuntutan pelayanan kesehatan masa kini dan mendatang. Pada saat ini pelayanan kesehatan berubah menjadi desentralisasi,karena meningkatnya pendidikan perawat maka diharapkan pelayanan keperawatan terlaksana berdasarkan kebutuhan klien (Nursalam, 2002) Menurut Undang-Undang no 23 tahun 1992 tentang diakuinya keperawatan sebagai profesi dan tumbuhnya pendidikan tinggi keperawatan (DIII Keperawatan dan PSIK) seperti cendawan yang disemaikan.PERMENKES No.47/2000 : proses registrasi dan 1 Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Upload: abdillah-fajri

Post on 28-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan manajemen keperawatan bab1-2

TRANSCRIPT

Page 1: bab 1-2 management keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan merupakan komponen

yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi masyarakat. Salah

satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

yang merupakan bagian dari system pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara

kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang

dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di mana di dalam

manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana,

dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999).

Tindakan asuhan keperawatan yang optimal akan terus bergulir sebagai suatu tuntutan

pelayanan kesehatan masa kini dan mendatang. Pada saat ini pelayanan kesehatan

berubah menjadi desentralisasi,karena meningkatnya pendidikan perawat maka diharapkan

pelayanan keperawatan terlaksana berdasarkan kebutuhan klien (Nursalam, 2002)

Menurut Undang-Undang no 23 tahun 1992 tentang diakuinya keperawatan sebagai

profesi dan tumbuhnya pendidikan tinggi keperawatan (DIII Keperawatan dan PSIK)

seperti cendawan yang disemaikan.PERMENKES No.47/2000 : proses registrasi dan

legislasi keperawatan sebagai bentuk pengakuan adanya kewenangan dalam melaksanakan

praktek keperawatan profesional (Nursalam,2007)

Pelaksanaan PERMENKES tersebut masih perlu mendapatkan persiapan yang optimal.

Hal ini disebabkan adanya beberapa kendala yang di hadapi,antara lain :

a. Belum adanya pengalaman dalam memberikan pengakuan terhadap praktek

keperawatan

b. Belum di pahami wujud dan batas dari praktek keperawatan sebagai praktek

profesional

c. Jenis dan sifat praktek keperawatan profesional yang harus dikembangkan

Bertolak dari keadaan di atas maka perlu di kembangkan praktek manajemen

keperawatan untuk mengaplikasikan langsung tindakan asuhan keperawatan secara

1Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 2: bab 1-2 management keperawatan

profesional dan mampu meningkatkan keefektifan pemberian pelayanan keperawatan

sekaligus menjalin kepuasan klien terhadap mutu pelayanan yang diberikan..

Profesionalisme keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi

keperawatan yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik

sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Program Pendidikan Profesi

Ners bertujuan untuk menghasilkan para profesional (Ners) dibidang keperawatan secara

komprehensif kepada individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat dengan

mengimplementasikan teori dan konsep ilmu perilaku, ilmu biomedik, dan ilmu

keperawatan secara terintegrasi. Dengan adanya tenaga kesehatan professional Nurse

maka akan meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan kesehatan demi

meoptimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien.

Rumah Sakit sebagai unit pelayanan kesehatan, dituntut untuk dapat memberikan

pelayanan yang bermutu, efektif dan efisien. Yang berkaitan dengan manajemen Sumber

Daya Manusia, terutama sumber daya perawat sebagai ujung tombak terbesar dari jumlah

tenaga kesehatan di rumah sakit. Ini merupakan suatu tantangan yang besar bagi perawat,

perawat hendaknya dapat menentukan suatu kerangka konsep, keyakinan dasar, filosofi,

dan tujuan dari manajemen keperawatan..

Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan

merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk meningkatkan ilmu dan

kiatnya secara optimal. Namun perlu disadari, tanpa adanya tata kelola yang memadai,

maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi teori semata.

Salah satu ruangan yang memerlukan tenaga perawat profesional adalah ruang

rawatan interne, karena pada umumnya pasien penyakit dalam memerlukan penanganan

yang lebih dibandingkan dengan ruangan lainnya, terutama pasien totalcare.

Ruang Interne RSUD Arosuka adalah ruang rawat yang terdiri dari 3 kelas pria

dan 3 kelas wanita

Langkah awal dari manajemen keperawatan ini adalah pengumpulan data yang

dilakukan melalui observasi, wawancara, dan pengisian kuesioner yang telah dibuat.

Pengumpulan data dan observasi dilakukan kelompok mulai dari tanggal 26 Mei – 29 juni

tahun 2014

2Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 3: bab 1-2 management keperawatan

Tujuan

1.1.1. Tujuan Umum

Mampu mengaplikasikan proses manajemen keperawatan di Ruang Interne

RSUD Arosuka

1.1.2. Tujuan Khusus

a. Menganalisa data dan memahami masalah dalam fungsi perencanaan manajemen

keperawatan.

b. Menganalisa data dan memahami masalah dalam fungsi pengarahan manajemen

keperawatan.

c. Menganalisa data dan memahami masalah dalam fungsi pendokumentasian

manajemen keperawatan.

d. Teridentifikasinya alternatif pemecahan masalah sesuai prioritas melalui lolakarya

mini

e. Teridentifikasinya hasil evaluasi manajemen keperawatan

3Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 4: bab 1-2 management keperawatan

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Manajemen

Manajemen keperawatan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya

orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan

merupakan pengalokasian aktivitas keperawatan yang dilakukan oleh para perawat yang

merupakan dalam upaya memberikan pelayanan keperawatan yang merupakan bagian

yang integral dari pelayanan kesehatan. (Nursalam; 2002)

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Dimana didalam manajemen tersebut mencakup

kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana, prasarana dalam mencapai tujuan

organisasi (Brant & Massey, 1999).

Menurut Gillies (1986) manajemen didefenisikan sebagai proses dalam

menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

Manajemen keperawatan adalah suatu proses melalui anggota staf keperawatan

untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.

2.2 Prinsip Manajemen Keperawatan

2.2.1. Perubahan Model Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan

Dalam hal ini digambarkan tahapan proses manajemen keperawatan yang meliputi

pengkajian, pengumpulan data, analisis SWOT dan identifikasi masalah.

Model system asuhan keperawatan yang dapat dikembangkan adalah :

a. Tim

b. Primer

c. Fungsional

d. Manajemen Kasus

e. Modifikasi Tim Primer

4Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 5: bab 1-2 management keperawatan

2.2.1 Pengkajian, Pengumpulan Data, Analisis SWOT dan Identifikasi Masalah

1. Pengumpulan data

a. Sumber Daya Manusia

1) Struktur organisasi

2) Jumlah tenaga di ruang interne

3) Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga perawat

b. Sarana dan prasarana

1) Lokasi dan denah ruangan

2) Peralatan dan fasilitas

3) Administrasi penunjang

c. Metode Asuhan Keperawatan

1) Penerapan model MAKP

2) Timbang terima

3) Ronde keperawatan

4) Pengelolaan sentralisasi obat

5) Supervisi

6) Dischaege planning

7) Dokumentasi keperawatan – LARB

2. Analisa SWOT

Dari hasil pengkajian, dilakukan analisis SWOT (Strength, Weakness,

Opportunity, Thretened) berdasarkan elemen penerapan model MAKP yang meliputi :

a. M1 – ketenagaan dan pasien

b. M2 – sarana dan prasarana

c. Penerapan MAKP

d. Sentralisasi obat

e. Supervisi

f. Timbang terima

g. Ronde keperawatan

h. Deschaege planning

i. Dokumentasian

5Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 6: bab 1-2 management keperawatan

2.3 Proses Manajemen Keperawatan

2.3.1 Pengkajian – Pengumpulan Data

Seorang Manajer tidak hanya dituntut untuk mengumpulkan informasi tentang

keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit / puskesmas), tenaga

keperawatan, administrasi dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi

organisasi keperawatan secara keseluruhan.

Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan, didalam

proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dan gejala,

eliminasi resiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau keterampilan

kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal.

2.3.2 Perencanaan

Perencanaan dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan yang strategis dalam

mencapai asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakan tujuan, mengalokasikan

anggaran belanjan, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan,

membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektivitas staf serta

menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi

institusi yang telah ditetapkan secara bersama.

2.3.3 Pelaksanaan

Dalam melaksanakan manajemen keparawatan memerlukan kerja sama dengan

orang lain, maka tahap implementasi di dalam proses manajemen adalah bagaimana

manajer dapat memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan

dan ditetapkan.

2.3.4 Evaluasi

Tahap evaluasi bertujuan untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan

perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah diterapkan serta mengidentifikasi

factor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.

6Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 7: bab 1-2 management keperawatan

2.4 Kepemimpinan

Menurut Gillies (1996) gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan

dibedakan menjadi 4, yaitu :

2.4.1 Otoritas / ekploitatif

Merupakan kepemimpinan yang otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah

terhadap bawahannya, memotifasi bawahan melalui ancaman dan hukuman. Komunikasi

dilakukan dalam satu arah kebawah (Top Down)

2.4.2 Benevalen / authoritative

Kepercayaan yang diberikan oleh atasan hanya sampai pada tingkat tertentu.

Memotivasi bawahan dengan ancaman dan hukuman, komunikasi tidak selalu

membolehkan keatas. Memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang.

Dalam pengambilan keputusan melakukan pengawasan ketat.

2.4.3 Consultative

Merupakan kepercayaan pada bawahan cukup besar. Adanya intensif untuk

memotivasi bawahan kadang-kadang menggunakan ancaman untuk hukuman.

Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.

2.4.4 Partisipasif

Merupakan kepercayaan sepenuhnya diserahkan kepada bawahan, selalu

memanfaatkan ide bawahan, menggunakan insif ekonomi untuk memotivasi bawahan,

komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.

2.5 Ketenagaan

Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung jumlah

pasien dan derajat ketergantungan pasien menurut Douglas (1084) Laveriage & Cummings

(1996) dibagi menjadi 3 kateogri, yaitu :

a. Minimal Care waktu bersama klien oleh perawat memerlukan waktu 1-2 jam / 24 jam.

b. Intermediet/Partial Care waktu bersama klien oleh perawat memerlukan waktu 3–4

jam / 24 jam

c. Total Care waktu bersama klien oleh perawat memerlukan waktu 5–6 jam / 24 jam.

7Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 8: bab 1-2 management keperawatan

Dalam suatu penelitian, Douglas (1975) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit,

didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pada

tingkat ketergantungan pasien pada table di bawah ini :

Klasifikasi 3 kriteria :

2.5.1 Minimal Care

Adapuan pasien yang dimaksud kedalam criteria minimal care adalah : pasien bisa

mandiri atau hampir tidak memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, seperti

naik turun tempat tidur, ambulasi, berjalan sendiri, mampu makan dan minum sendiri,

mampu BAB dan BAK sendiri, status psikologis stabil, pasien dirawat untuk prosedur

diagnostik.

2.5.2 Partial Care

Adapun pasien yang dimaksud kedalam partial care adalah pasien memerlukan

bantuan perawat sebagian untuk memenuhi kebutuhan dasar. Membutuhkan bantuan satu

orang untuk naik turun tempat tidur, membutuhkan bantuan untuk ambulasi,

membutuhkan bantuan untuk makan, membutuhkan bantuan untuk membersihkan mulut,

membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan, membutuhkan bantuan untuk

BAB dan BAK. Pasien post operatif minor, melewati fase akut dari operasi mayor, fase

awal dari penyembuhan, observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam dan gangguan emosional

ringan.

2.5.3 Total Care

Adapun pasien yang memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan 2

orang atau lebih untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti mobilisasi dari tempat tidur ke

kereta dorong atau kursi roda, membutuhkan latihan pasif, kebutuhan nutrisi dan cairan

dipenuhi melalui terapi intravena atau Naso Gatric Tube (sonde), membutuhkan bantuan

untuk membersihkan mulut, membutuhkan bantuan penuh untuk berdandan, dimandikan

perawat, dalam keadaan inkonensia, menggunakan kateter, 24 jam post operasi mayor,

pasien tidak sadar, keadaan pasien tidak stabil, observasi TTV setiap kurang dari jam,

perawatan luka bakar, perawatan kolostomi, menggunakan alat bantu pernafasan,

menggunakan WSD, irigasi kandung kemih secara terus menerus, menggunakan alat

traksi, fraktur dan pasca operasi tulang belakang dan gangguan emosional berat.

8Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 9: bab 1-2 management keperawatan

Rumus :

a. Menurut Gillies (1982)

Tenaga perawat = Jumlah jam perawat yang dibutuhkan / tahun

Jumlah jam kerja perawat / tahun X jam kerja perawat

Atau TP = A x B x 365

(365-C) x Jam kerja/hari

Keterangan :

A : Jam efektif / 24 jam : waktu perawatan yang dibutuhkan klien

B : Sensus harian : BOR X Jumlah tempat tidur

C : Jumlah hari libur

b. Depkes

KT (Kebutuhan Tenaga) =

Jumalah jam pearawat tenaga / hari + (factor koreksi) dengan hari libur cuti/lost day

Jam efektif perawat

Los day = Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar x kebutuhan

tenaga

Jumlah hari kerja efektif

Faktor koreksi = (Kebutuhan tenaga + Lost Day) x 25%

100

Kebutuhan Tenaga = Kebutuhan tenaga + faktor koreksi

c. Tingkat Ketergantungan pasien

Klasifikasi pasien sangat di perlukan sehubungan dengan kebutuhan akan

perawatan yang terus menerus dalam 24 jam.

Ada beberapa kategori pasien dan jam perawat :

1. Menurut Althaus et al 1982 dan Kirk 1981

a. Level I (minimal) = 3,2 jam

b. Level II (intermediet) = 4,4 jam

c. Level III (maksimal) = 5,6 jam

d. Level IV (intensive care) = 7,2 jam

9Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 10: bab 1-2 management keperawatan

2. Menurut Hanson

a. Kategori I (self care) = membutuhkan 1-2 jam dengan waktu rata-rata efektif

1,5/24 jam

b. Kategori II (minimal care) = membutuhkan 3-4 jam dengan rata-rata efektif

3,5 jam/

c. Kategori III (intermediet care) = membutuhkan 5-6 jam dengan rata-rata 5,5

jam/24 jam

d. Kategori IV (modifet intensive care) =membutuhkan 7-8 jam dengann rata-

rata efektif 7,5 jam/24 jam

e. Kategori V (intensif care) =membutuhkan 10-14 jam dengan rata-rata 12

jam/24 jam

3. Douglas (1984) berdasarkan tingkat ketergantungan untuk setiap pasien dan hasil

keseluruhan di tambah 1/3 x hasil total pagi, sore dan malam berdasarkan tingkat

ketergantungan klien.

Tabel 1

Jumlah

Pasien

Klasifikasi Pasien

Minimal Parsial Total

Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

10Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 11: bab 1-2 management keperawatan

Menurut peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai berikut

Jam Kerja dalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang

hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam

Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77

sampai dengan pasal 85.

Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk

melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem

seperti yang telas disebutkan diatas yaitu:

7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja

dalam 1  minggu; atau

8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja

dalam 1 minggu.

Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja yaitu 40

(empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu

kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur

sehingga pekerja/buruh berhak atas upah lembur.

Akan tetapi, ketentuan waktu kerja tersebut tidak berlaku bagi sektor usaha atau

pekerjaan tertentu seperti misalnya pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai, sopir

angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di kapal (laut), atau

penebangan hutan.

Ada pula pekerjaan-pekerjaan tertentu yang harus dijalankan terus-menerus,

termasuk pada hari libur resmi (Pasal 85 ayat 2 UU No.13/2003). Pekerjaan yang

terus-menerus ini kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No. Kep-233/Men/2003

Tahun 2003 tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang Dijalankan Secara Terus Menerus.

Dan dalam penerapannya tentu pekerjaan yang dijalankan terus-menerus ini dijalankan

dengan pembagian waktu kerja ke dalam shift-shift.

11Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 12: bab 1-2 management keperawatan

2.6 Manajemen Pengelolaan Pelayanan

2.6.1 Timbang terima (Overan)

Merupakan satu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang

berkaitan dengan keadaan klien.

Tujuan dari overan adalah :

1. Menyampaikan kondisi secara umum klien

2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas selanjutnya

3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Langkah-langkah dalam mengikuti overan :

1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap

2. Shift yang akan menyerahkan dan mengoverkan perlu mempersiapkan hal-hal yang

akan disampaikan kepada penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi

kondisi keadaan klien secara umum, tindak lanjut untuk dinas yang menerima

overan, rencana kerja untuk dinas yang akan menerima overan.

3. Penyampaian overan harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru

4. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung

melihat keadaan klien.

Prosedur yang perlu diperhatikan dalam timbang terima ( overan ):

a. Persiapan

1. Kedua kelompok dalam keadaan siap

2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

b. Pelaksanaan

1. Timbang terima dilakukan setiap penggantian shift

2. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan

mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan

pasien, rencana tindakan yang sudah dan yang belum dilaksanakan serta hal-hal

penting lainnya yang perlu dilimpahkan.

12Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 13: bab 1-2 management keperawatan

3. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang jelas sebaiknya

dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada perawat jaga

berikutnya.

4. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima :

1) Identitas pasien dan diagnosa medis

2) Masalah keperawatan yan gkemungkinan masih muncul

3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan

4) Intervensi kolaboratif dan dependensi

5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan

selanjutnya, misalnya operasi pemeriksaan kegiatan selanjutnya, pemeriksaan

laboratorium / pemeriksaan penunjang lainnya, persipan untuk konsultasi atau

prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.

5. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klasifikasi, tanya jawab

dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang ditimbang terimakan dan berhak

menanyakan mengenai hal yang kurang jelas.

6. Penyampaian saat timbang terima secara singkat dan jelas

7. Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada

kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.

8. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan

ruangan oleh perawat primer.

2.6.2 Ronde Keperawatan

a. Pengertian

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang

dilaksanankan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan

melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan

oleh perawat primer atau konsulen, kepala ruangan, perawat asosiet yang perlu juga

melibatkan seluruh anggota tim.

b. Tujuan

1. Menumbuhkan cara berpikir kritis

2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada

masalah klien

13Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 14: bab 1-2 management keperawatan

3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan

4. Meningkatkan validitas data klien masalah klien

5. Menilai kemampuan justifikasi

6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan

7. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

c. Peran

1. Perawat primer dan perawat asosiet

a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien

b) Menjelaskan masalah keperawatan utama

c) Menjelaskan tindakan selanjutnya

d) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilaksanakan

e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil

2. Peran perawat primer lain atau konsulen

a) Memberikan justifikasi

b) Memberikan reinforcement

c) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan, serta tindakan

yang rasional

d) Mengarahkan dan koreksi

e) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

3. Persiapan

a) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde

b) Pemberian informed consent kepada klien dan keluarga

4. Pelaksanaan ronde

a) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan

difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau

yang telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan

b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut

c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor/ kepala ruangan

tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan

d) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan

ditetapkan

14Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 15: bab 1-2 management keperawatan

5. Pasca ronde

a) Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien

b) Menetapkan tindakan yang perlu dilakukan

2.7 Model Metoda Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

2.7.1 Pengertian

Adalah suatu kerangka yang mendefenisikan 4 unsur yaitu : standar proses

keperawatan dan system MAKP (Nursalam, 2007).

2.7.2 Dasar Pertimbangan Pemilihan MAKP

Mc Laughin, Thomas dan Bartem mengidentifikasi 8 model pemberian asuhan

keperawatan tetapi yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total,

keperawatan primer. Tetapi setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi

model untuk mengelola asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan,

sarana dan prasarana, kebijakan rumah sakit, karena setiap perubahan akan berakibat

sesuatu maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan model

pemberian asuhan keperawatan (Marquis dan Huston, 1998:143).

a. Sesuai dengan visi dan misi institusi

b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

c. Efisien dan efektif penggunaan biaya

d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat

e. Kepuasan kinerja perawat

f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya.

2.7.3 Jenis Model Metoda Asuhan Keperawatan

a. Model Fungsional (bukan model MAKP profesional)

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan

keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat ini karena

masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawatan maka setiap perawat hanya

melakukan 1- 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal.

Kelebihan :

15Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 16: bab 1-2 management keperawatan

1) Manajemen klasik yang menekankan efisisnesi, pembagian tugas yang jelas

dan pengamatan yang baik

2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan

perawatan pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum

berpengalaman.

Kelemahan :

1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat

2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses

keperawatan

3) Persepsi perawat cendrung kepada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan saja.

Diagram : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Fungsional”

(Marquis dan Huston, 1998 : 138)

b. Model Pemberian Asuhan Keperawatan Dengan Tim

Metode tim keperawatan yaitu penggorganisasian pelayanan keperawatan oleh

sekelompok perawat pada sekelompok pasien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat

yangh berijazah dan yang berpengalaman serta memiliki pengetahuan dibidangnya.

Pembagian tugas didalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok. Selain itu

ketua kelompok yang bertugas melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan

pelayanan atau asuhan keperawatan terhadap klien.

Kelebihan :

16Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Kepala Ruangan

Pasien

Perawat Pengobatan

Perawat Pengobatan

Perawat Pengobatan

Perawat Pengobatan

Page 17: bab 1-2 management keperawatan

1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan

memberi kepuasan kepada anggota tim

Kelamahan :

Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim yang

biasanya membutuhkan waktu yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

Diagram : Model Metode Asuhan Keperawatan Tim

(Maquis dan Huston 1998)

Konsep Metoda Tim

1) Ketua Tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai

tekhnik kepemimpinan

2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan

terjamin

3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim

4) Peran Kepala Ruangan penting dalam metoda tim

Tanggung Jawab Anggota Tim

1) Memberikan asuhan keperawatan pasien dibawah tanggung jawabnya

2) Kerja sama dalam anggota tim dan antar tim

3) Memberikan laporan

17Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Kepala Ruangan

Perawat Pelaksanan

Ketua TimKetua Tim

Perawat Pelaksana

Klien Klien

Page 18: bab 1-2 management keperawatan

Tanggung Jawab Ketua Tim

1) Membuat perencanaan

2) Membuat penugasan supervise dan evaluasi

3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan

pasien

4) Mengembangkan kemampuan anggota

5) Menyelenggarakan konfrensi

Tanggung Jawab Kepala Ruangan

1) Manajemen personalia atau ketenagaan

2) Manajemen operasional meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

pelayanan keperawatan

3) Manajemen kualitas pelayanan

4) Manajemen financial meliputi budget coss control dalam pelayanan

keperawatan

Fungsi Kepala Ruangan

Kepala ruangan fungsinya adalah sebagai perencanaan, penggorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan atau pengendalian terhadap pelayanan keperawatan di

ruang yang menjadi tanggung jawabnya.

Uraian Tugas Kepala Ruangan

a. Perencanaan

1) Menetapkan filosofi, sasaran, tujuan, kebijakan, dan standar prosedur tindakan

2) Menujukkan perawat yang bertugas sebagai katim

3) Mengidentifikasi perawat yang dibutuhkan berdasarkan tingkat ketergantungan

klien

4) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

5) Membantu mengembangkan staf untuk pendidikan berkelanjutan dan pelatihan

6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan

medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter

tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.

7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan

18Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 19: bab 1-2 management keperawatan

a) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan

b) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan

keperawatan

c) Mengadakan diskusi untuk memecahkan masalah

d) Memberikan informasi kepada pasien / keluarga yang baru masuk

8) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan

9) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.

b. Pengorganisasian

1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan

2) Merumuskan tujuan system metode penugasan

3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas

4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua anggota tim dan

ketua tim membawahi 2 – 3 perawat

5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas,

mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain

6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan

7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek

8) Mengendalikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di tempat, kepada ketua

tim

9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien

10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya

11) Identifikasi masalah dan cara penanganan

c. Pengarahan

1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik

3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap

4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan

askep pasien dan pelayanan keperawatan diruangan.

5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

19Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 20: bab 1-2 management keperawatan

6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan

tugasnya

7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

d. Pengawasan

1) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua

tim maupun pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang telah diberikan

kepada pasien.

2) Melalui supervisi :

a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui

laporan langsung secara lisan dengan memperbaiki / mengawasi

kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.

b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,

membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta rencana yangdibuat

selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),

mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.

3) Evaluasi bersama Katim hasil upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan

rencana keperawatan yang telah disusun

Ketua tim

a. Fungsi ketua tim

1) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan wewenang yang didelegasi oleh

kepala ruangan

2) Membuat penugasan supervisi dan evaluasi

3) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien

4) Mengembangkan kemampuan anggota tim

5) Menyelenggarakan konferens

b. Uraian tugas ketua tim

1) Perencanaan

a) Bersama kepala ruangan mengadakan serah terima tugas pada setiap

penggantian dinas

b) Melakukan pembagian tugas atas anggota kelompoknya

20Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 21: bab 1-2 management keperawatan

c) Menyusun rencana asuhan keperawatan

d) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan

e) Mengikuti visite dokter

f) Menilai hasil pekerjaan anggota kelompok dan mendiskusikan masalah

yang ada

g) Menciptakan kerja sama yang harmonis antar tim

h) Memberikan pertolongan segera pada klien dengan kegawat daruratan

i) Membuat laporan klien

j) Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan

k) Mengorientasi klien baru

2) Pengorganisasian

a) Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan

b) Membagi tugas sesuai dengan tingkat ketergantungan klien

c) Membuat rincian anggota tim dalam memberikan askep

d) Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim

e) Mendelegasi proses asuhan keperawatan pada anggota tim

f) Membuat rincian tugas anggota tim meliputi pemberian asuhan

keperawatan

3) Pengarahan

a) Memberikan pengarahan / bimbingan kepada anggota tim

b) Memberikan informasi yang berhubungan dengan asuhan keperawatan

c) Mengawasi proses asuhan keperawatan

d) Melibatkan anggota tim dari awal sampai akhir kegiatan

e) Memberi pujian, motivasi kepada anggota tim

4) Pengawasan

a) Melalui komunikasi

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat pelaksana dalam

pemberian asuhan keperawatan

b) Melalui supervise

Secara langsung melihat atau mengawasi proses asuhan keperawatan yang

dilaksanakan oleh anggota lain.

21Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 22: bab 1-2 management keperawatan

Secara tidak langsung melihat daftar hadir perawat pelaksana, membaca

dan memeriksa catatan keperawatan, membaca perawat yang dibuat selam

proses keperawatan, mendengarkan laporan secara lisan dari anggota tim

tentang tugas yang dilakukan.

c) Mengevalussi

Pelaksanaan keperawatan bertanggung jawab kepada kepala ruangan dan

menyelenggarakan asuhan secara optimal kepada klien yang berada

dibawah tanggung jawabnya.

Uraian Tugas Perawat Pelaksana:

1) Perencanaan

a) Melakukan pengkajian pada klien

b) Menentukan masalah-masalah keperawatan yang dihadapi klien berdasarkan

hasil pengkajian

c) Merumuskan tujuan yang akan dicapai untuk menentukan rencana tindakan

d) Melakukan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah sehingga

tujuan keperawatan tercapai

e) Bersama ketua tim melaksanakan serah terima klien dan tugas pada setiap

pergantian dinas

f) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan tindakan keperawatan

g) Mendamping visite dokter pada klien yang menjadi tanggung jawab bersama

kepala tim untuk menilai kondisi klien dan memungkinkan penyebabnya,

rencana tindakan medis, mengetahui program pengobatan yang akan dilakukan

selanjutnya.

h) Menyiapkan klien secara fisik dan mental untuk tindakan pengobatan atau

pemeriksaan penunjang

2) Pengorganisasian

a) Menerima pendelegasian tugas askep dari kepala ruangan melalui kepala tim

b) Membuat mekanisme kerja untuk masing-masing klien yang menjadi tanggung

jawab askep yang telah dilakukan kepada kepala ruangan melalui kepala tim

c) Menghindari pertentangan antara anggota tim

22Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 23: bab 1-2 management keperawatan

d) Ikut menegakkan peraturan rumah sakit dan kebijakan yang berlaku

e) Mengembangkan kreatifitas

f) Mengembangkan kemampuan manajemen dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada klien

3) Pengawasan

a) Melakukan dan menciptakan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga

selama memberikan askep

b) Mengawasi perkembangan dan reaksi klien terhadap tindakan perawatan dan

pengobatan

c) Menilai hasil tindakan keperawatan yang diberikan, apakah tujuan telah

tercapai bersama kepala tim

4) Pengarahan

a) Memberikan pengarahan kepada keluarga tentang tindakan yang akan

dilakukan, cara minum obat, aktifitas

b) Memberikan petunjuk kepada klien dan keluarga mengenai peraturan yang

berlaku, jam kunjungan, pemeriksaan penunjang dan pengadaan obat-obat

c) Memberikan pujian terhadap kemajuan kesehatan klien dan kerja sama

keluarga dengan petugas

c. MAKP Primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh

selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai

keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara

dipembuat rencana asuhan dan pelaksana.

Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus

antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan

koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Kelebihan

a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif

b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

memungkinkan pengembangan diri

23Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 24: bab 1-2 management keperawatan

c) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit (Gillies,

1989)

Kelemahan

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan

pengetahuan yang memadai dengan Kriteria asertif, self direction, kemampuan

mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntable serta

mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

Diagram : Model Metoda Asuhan Keperawatan Primary Nursing (Marquis dan

Huston 1998)

Konsep dasar metode primer

a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

b) Ada otonomi

c) Ketertiban pasien dan keluarga

Tugas perawat primer

a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan

c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas

d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasi pelayanan yang telah diberikan oleh

disiplin lain maupun perawat lain

24Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Dokter

Perawat Pelaksana Sore

Kepala Ruangan

Perawat Primer

Pasien

Perawat Pelaksana Pagi

Sarana RS

Perawat Pelaksanan Malam

Page 25: bab 1-2 management keperawatan

e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

f) Menerima dan menyesuiakan rencana

g) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang

h) Melakukan rujukan kepada pekerja social, dengan lembaga social masyarakat

i) Membuat jadwal perjanjian klinik

j) Mengadakan kunjungan klinik

k) Mengadakan kunjungan rumah

Peran Kepala Ruang / Bangsal Dalam Metode Primer

a) Sebagai konsultan pengendalian mutu perawat primer

b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru

c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten

d) Evaluasi kerja

e) Merencanakan / menyelenggarakan pengembangan staf

f) Membuat 1 – 2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi

Ketenagaan Metode Primer

a) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”

b) Beban kasus pasien 4 – 6 orang untuk satu perawat

c) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

d) Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non

professional sebagai perawat asisten

d. Manajemen Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia

dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada

jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.

Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini

umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti :

isolasi, intesive care.

25Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 26: bab 1-2 management keperawatan

Kelebihan

a) Perawat lebih memahami kasus per kasus

b) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kekurangan

a) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab

b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

Diagram : Model Metode Asuhan Keperawatan Tim

(Maquis dan Huston 1998)

e. Model Pemberian Asuhan Keperawatan Modifikasi : Tim Primer

Metoda ini digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna

S.Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa

alsan :

1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai perawat

primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau

setara

2) Keperawatan Tim tidak digunakan secara murni, karena tnggung jawab asuhan

keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim

3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan

keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.

26Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Pasien/Klien

Staf PerawatStaf Perawat

Pasien/Klien

Staf Perawat

Kepala Ruangan

Pasien/Klien

Page 27: bab 1-2 management keperawatan

Disamping itu karena saat ini jenis pendidikan perawat yang ada di rumah sakit

sebahagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapatkan bimbingan dari

perawat primer atau Ketua Tim tentang asuhan keperawatan

Contoh :

Diagram : Metode PRIMARY Tim (Modifikasi)

Salah satu tugas ketua Tim adalah membuat discharge planning

A. Pengertian Discharge Planning

Discharge planning  adalah proses sistematis yang diberikan kepada pasien

ketika akan meninggalkan tempat pelayanan kesehatan, baik pulang kerumah maupun

akan melakukan perawatan dirumah sakit lain (Taylor)

Kozier(2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan

pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang  lain didalam atau diluar

suatu agen pelayanan kesehatan umum.

27Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

PP 3PP 1 PP 4PP 2

Kepala Ruangan

7-8 Pasien

PA

PAPA

PA

7-8 Pasien7-8 Pasien7-8 Pasien

PA

PA

PA

PA

Page 28: bab 1-2 management keperawatan

Jackson(1994) menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses

mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi

keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan yang lain.

Rindhianto (2008) mendefinisikn discharge planning sebagai perencanaan

kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-

hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.

B.  Manfaat Discharge Planning

1 .Bagi Pasien

- Dapat memenuhi kebutuhan pasien.

- Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses  perawatan sebagai bagian yang

aktif dan bukan objek yang pasif

- Menyadari haknya untuk dipenuhi

- Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya untuk memperoleh support sebelum

timbulnya masalah

- Dapat memilih prosedur perawatannya

- Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat dihubungi

2. Bagi perawat

- Merasakan bahwa keahliannya diterma dan dapat digunakan

- Menerima informasi kunci setiap waktu

- Memahami perannya dalam system

- Dapat mengembangkan keterampilan dalam prosedur baru

- Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang berbeda

- Bekerja dalam suatu sistem dengan efektif

C.  Prinsip Discharge Planning

1. Kordinasi (saling berhubungan)

2. Interdisiplin (saling menjaga, disiplin ilmu,keterampilan sesuai standar keperawatan)

3. Pengenalan secara dini mungkin(penjelasan tentang apa yang kita informasi)

28Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 29: bab 1-2 management keperawatan

4. Perencanaan secara hati-hati

5. Melibatkan klien dan keluarga dalam memberikan perawatan

D. Karakteristik Indikasi Kebutuhan Discharge Planning

a. Kurang pengetahuan tentang pengobatan

b. Isolasi social

c. Diagnosa baru penyakit kronik

d. Operasi besar

e. Perpanjangan operasi besar

f. Orang labil

g. Penatalaksanaan dirumah secara kompleks

h. Kesulitan financial

i. Ketidakmampuan menggunakan sumber rujukan /fasilitas pelayanan kesehatan

j. Penyakit  terminal

E. Prioritas Klien yang Mendapatkan Discharge Planning

a. Umur diatas 70 tahun

b. Maltipe diagnosis

c. Resiko kematian yang tinggi

d. Terbatas mobilitus fisik

e. Keterbatasan merawat diri sendiri

f. Penurunan status kognisi/kognitif

g. Resiko terjadi cedera

h. Tunawisma

i. Fakir miskin

j. Penyakit kronis

k. Pasie diagnosis baru

l. Penyalahgunaan zat

m. Sering keluar masuk emergency

29Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 30: bab 1-2 management keperawatan

D. Mekanisme Discharge planning menurut proses keperawatan

1. Pengkajian

Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :

a. Data kesehatan

b. Data pribadi

c. Pemberi perawatan

d. Lingkungan

e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,dikembangkan

untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Yaitu mengetahui problem,etiologi

(penyebab),support  sistem (hal yang mendukung klien sehingga dilakukan discharge

planning).

3. Perencanaan

Menurut Luverne dan Barbara (1988) Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan

identifikasi kebutuhan klien.kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana

pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien,yang disingkat dengan METHOD

yaitu :

a. Medication  (obat)

Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.

b. Environment  (lingkungan)

Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman.pasien

juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan

perawatannya.

c. Treatment (pengobatan)

Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang,

yang dilakukan oleh klien dan anggota keluarga.

d. Healt Teaching (pengajaran kesehatan)

Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan

kesehatan.termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan perawatan

kesehatan tambahan.

30Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona

Page 31: bab 1-2 management keperawatan

e. Diet

Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya.ia sebaiknya mampu

memilih diet yang sesuai untuk dirinya.

4. Implementasi

Implementasi  dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana pengajaran

referral.seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentsikan pada catatan

perawat dan ringkasan pulang (discharge summary).intruksi tertulis diberikan kepada

klien.demontrasi ulang harus menjadi memuaska.klien dan pemberi perawatan harus

memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang digunakan dirumah.

5. Evaluasi

Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses

discharge planning.perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk

menjamin kualitas dan pelayanan yag sesuai.

Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variable :

a. Derajat penyakit

b. Hasil yang diharapkan dari perawatan

c. Durasi perawatan yang dibutuhkan

d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan

e. Komplikasi tambahan

f. Ketersediaan  sumber-sumber untuk mencapai pemulihan

31Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR

Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona