malpraktik medis dan respondeat superior

4
Reni Anggraeni 1102005214 Wicha Anandhita 1102005289 RESUME MALPRAKTIK MEDIS DAN SUPERIOR RESPONDEN Malpraktek didefinisikan sebagai kegagalan untuk memberikan pelayanan professional dengan kemampuan biasanya mengarah pada pertanggung jawaban atau kewaspadaan anggota dari profesi tertentu yang dapat menimbulkan cidera, kehilangan maupun kerusakan pada bagian yang terikat dengan perjanjian. Walaupun konsultan, pengacara dan profesi lainnya dapat terlibat dengan malpraktek yang paling umum berkaitan dengan profesi medis. Kebanyakan malpraktek medis terjadi akibat kelalaian (negligence). Kelalaian didefinisikan sebagai pertimbangan kebijakan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan pada situasi yang sama. Kelalaian ini dapat dilakukan oleh pelayan medis baik secara individu maupun dari sebuah agensi. Secara keseluruhan, ketika kita membiacarakan hubungan antara agensi dan malpraktek, kita mengarah kepada konsep vicarious liability dan doktrin dari Respondeat Superior. Dibawah prinsip agensi, vicarious liability dan doktrin dari Respondeat Superior berlaku ketika seorang bawahan melakukan sebuah kelalaian dibidangnya dan atasannya ikut bertanggungjawab walaupun ia tidak melakukan sebuah kesalahan. Doktrin dari Respondeat Superior sudah digunakan dalam menangani kelalaian penyedia jasa medis. Tennese Code Anotated Section 29-26-115 (1980) negara bagian menyatakan bahwa dokter atau penyedia jasa lainnya dapat bertanggungjawab secara individual atas kelalaian yang dilakukannya harus ditunjukan dengan testimonial dari para ahli “1) standar pelayanan 2) penggugat menyimpang dari standar

Upload: dwi-aprilizia

Post on 04-Aug-2015

68 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Malpraktik Medis Dan Respondeat Superior

Reni Anggraeni 1102005214

Wicha Anandhita 1102005289

RESUME

MALPRAKTIK MEDIS DAN SUPERIOR RESPONDEN

Malpraktek didefinisikan sebagai kegagalan untuk memberikan pelayanan professional dengan kemampuan biasanya mengarah pada pertanggung jawaban atau kewaspadaan anggota dari profesi tertentu yang dapat menimbulkan cidera, kehilangan maupun kerusakan pada bagian yang terikat dengan perjanjian. Walaupun konsultan, pengacara dan profesi lainnya dapat terlibat dengan malpraktek yang paling umum berkaitan dengan profesi medis.

Kebanyakan malpraktek medis terjadi akibat kelalaian (negligence). Kelalaian didefinisikan sebagai pertimbangan kebijakan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan pada situasi yang sama. Kelalaian ini dapat dilakukan oleh pelayan medis baik secara individu maupun dari sebuah agensi. Secara keseluruhan, ketika kita membiacarakan hubungan antara agensi dan malpraktek, kita mengarah kepada konsep vicarious liability dan doktrin dari Respondeat Superior.

Dibawah prinsip agensi, vicarious liability dan doktrin dari Respondeat Superior berlaku ketika seorang bawahan melakukan sebuah kelalaian dibidangnya dan atasannya ikut bertanggungjawab walaupun ia tidak melakukan sebuah kesalahan.

Doktrin dari Respondeat Superior sudah digunakan dalam menangani kelalaian penyedia jasa medis. Tennese Code Anotated Section 29-26-115 (1980) negara bagian menyatakan bahwa dokter atau penyedia jasa lainnya dapat bertanggungjawab secara individual atas kelalaian yang dilakukannya harus ditunjukan dengan testimonial dari para ahli “1) standar pelayanan 2) penggugat menyimpang dari standar 3) terdapat dampak yang didapatkan oleh penggugat dari kelalaian, penggut mendapatkan cidera yang semestinya tidak didapatkan. Walaupun banyak faktor yang meyebabkan kelalaian, dahulu fokus utama atas jaminan terjadinya sebuah kelalaian tergantung pada pengaruh komunikasi antara pasien dan penyedia pelayanan yang adekuat yang terdokumentasika pada rekam medis.

KASUS TENNESSE

Meadows vs Patterson, Dr. Patterson melakukan appendectomy pada Mr. Meadows. Setelah operasi, malamnya Mr. Meadows berada pada pengawasan Nn. Nipper (suster berpengalaman). Keesokan paginya, Mr. Meadows mengalami cidera pada matanya yang merupakan akibat dari kuku jarinya sendiri.

Page 2: Malpraktik Medis Dan Respondeat Superior

Rural educational Association vs Bush, didiagnosis mastoiditis dan dianjurkan untuk operasi, penggugat setuju. Setelah masa penyembuhan, operasi selanjutnya diindikasikan pada daerah perut. Setelah operasi, kondisi pasien tidak kunjung membaik pada masa pemulihan dan harus kembali ke kamar operasi akibat gangrene usus yang disebabkan oleh masih tertinggalnya salah satu sponge diusus.

French vs Fisher, Rebecca dilahirkan pada tanggal 2 ei 1959 di RS Methodist, Memphis, Tennesse. Pada tanggal 17 mei 1959 dia mulai mengalami serangan muntah yang berat, kemudian orangtuanya memanggil dr. Allen dan mendiagosa si bayi denga stenosis pyloric dan menganjurkan untuk operasi. Operasi dijadwalkan akan dilakukan di RS Baptist Memorial. Selama operasi, dokter ditemani dengan perawat jaga dan ia mengalami kesulitan dalam melengkapi tugas yang dokter berikan selama operasi. Dia melakuka kesalahan dalam penghitungan spons. Pada tanggal 2 Juni 1959, Rebecca dibawa ke RS LeBonheur karena mengalami masalah dan ditemukan bahwa masih tertinggal satu buah spons yang terdapat pada usus halusnya.

McCay vs Mitchell, 9 Juni 1962 seorang anak terjatuh dari ayunan dan mendapatka cidera pada tangan kirinya dan dirujuk kepada bedah ortopedi, dr. Mitchell. Didiagnosis dengan fraktur compound, dia mengurangi dan menutup frakturnya dengan splint dan cast. Si anak mulai merasakan sakit setelah meninggalkan RS. Beberapa hari kemudian, keluarga pasien mencoba menghubungi dr. Mitchell tapi tidak bisa karena cuti. Beberapa hari berikutnya, si anak melanjutka pengobatannya dan dr. Mitchell mendapatkan bahwa tangan si anak biru sehingga harus segera dioperasi. Operasi tidak berhasil dan tanggan si anak harus diamputasi.

Bass vs Barksdale, malpraktek medis yang melibatkan perawat dan dokter yang bekerja di RSU Metropolitan dengan Ny. Bass yang mengalami kebutaan akibat pemberian obat untuk terapi tuberculosis.

Tutton vs Patterson, tindakan malpraktek medis dilakukan oleh dokter kandungan setelah ditemukan spons pada tubuh pasien beberapa bulan kemudian setelah operasi caesar dan kelahiran bayi prianya. Setelah operasi pasien memburuk dan harus mendapatkan operasi pada daerah perut untuk membuang bagian besar usus.

Estate of Shirley J. Dannenhold vs Knoxville Pathology Group PC, tindakan malpraktek medis ya ng dilakukan ialah kesalahann dalam membaca hasil papmear pada tahun 1993 didapatkan hasil kaker stadium akhir. Knoxville Pathology Group PC memiliki kontrak ekslusif dengan Fort Sanders Regional Medical Center dalam pemberian pelayanan daan jaminan para dokter pathology. Tiga sitoteknologis diperkerjakan di departeme sitologi dan patologis merupakan anggota dari Knoxville Pathology Group PC. Slide yang dibaca merupakan sample yang diambil oleh ginekologis penggugat, dan didapatkan hasil negatif. Setahun kemudian pasie mendapatkan penanganan dari dokter yang berbeda dan pada hasil papsmear didapatkan kanker invasive.

KESIMPULAN

Page 3: Malpraktik Medis Dan Respondeat Superior

Dibawah prinsip agensi, vicarious liability dan doktrin dari Respondeat Superior berlaku ketika seorang bawahan melakukann sebuah kelalaian dibidangnya dan atasannya ikut bertanggungjawab walaupun ia tidak melakukan sebuah kesalahan. banyak faktor yang meyebabkan kelalaian, dahulu fokus utama atas jaminan terjadinya sebuah kelalaian tergantung pada pengaruh komunikasi antara pasien dan penyedia pelayanan yang adekuat yang terdokumentasikan pada rekam medis.