malaria

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia. Angka kesakitan penyakit ini pun masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria Oleh karena kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih tinggi di daerah tersebut. Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan angka kematian sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah papua, akan tapi sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya(Adiputro,2008). 1

Upload: fitrani-dwina

Post on 11-Aug-2015

39 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Malaria

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat. Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada

kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara

langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.

Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia. Angka

kesakitan penyakit ini pun masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia

bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang

berasal dari daerah yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis

malaria masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria Oleh

karena kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih

tinggi di daerah tersebut.

Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan

angka kematian sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah

daerah papua, akan tapi sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis

malaria yang tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat

penduduknya(Adiputro,2008).

Malaria merupakan penyakit endemik yang juga dapat menyerang anak-

anak khususnya pada usia 6 bulan hingga 5 tahun dan merupakan penyebab 10%

kematian anak di dunia.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan penyakit malaria ?

1.2.2 Apa etiologidari penyakit malaria ?

1.2.3 Bagaimana penularan dari penyakit malaria?

1.2.4 Apa epidemiologi dari penyakit malaria ?

1.2.5 Apa saja manifestasi klinis dari penyakit malaria ?

1.2.6 Bagaimana diagnosis dari penyakit malaria ?

1.2.7 Apa saja Komplikasi yang terjadi ?

1

Page 2: Malaria

1.2.8 Bagaimana Patofisiologi penyakit malaria ?

1.2.9 Bagaimana cara pencegahan dari penyakit malaria ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan tentang :

1.3.1 Untuk mengetahui maksud dari penyakit malaria

1.3.2 Untuk mengetahui etiologidari penyakit malaria

1.3.3 Untuk mengetahuibagaimana penularan dari penyakit malaria

1.3.4 Untuk mengetahui epidemiologi dari penyakit malaria

1.3.5 Untuk mengetahuiapa saja manifestasi klinis dari penyakit malaria

1.3.6 Untuk mengetahuibagaimana diagnosis dari penyakit malaria

1.3.7 Untuk mengetahuikomplikasi apa saja yang terjadi

1.3.8 Untuk mengetahuibagaimana Patofisiologi penyakit malaria

1.3.9 Untuk mengetahuibagaimana cara pencegahan dari penyakit malaria

1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan ini :

1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui maksud dari penyakit malaria

1.4.2 Mahasiswa dapat mengetahui etiologidari penyakit malaria

1.4.3 Mahasiswadapat mengetahuibagaimana penularan dari penyakit malaria

1.4.4 Mahasiswa dapat mengetahui epidemiologi dari penyakit malaria

1.4.5 Mahasiswa dapat mengetahuiapa saja manifestasi klinis dari penyakit

malaria

1.4.6 Mahasiswa dapat mengetahuibagaimana diagnosis dari penyakit

malaria

1.4.7 Mahasiswa dapat mengetahuikomplikasi apa saja yang terjadi

1.4.8 Mahasiswa dapat mengetahuibagaimana Patofisiologi penyakit malaria

1.4.9 Mahasiswa dapat mengetahuibagaimana cara pencegahan dari penyakit

malaria

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2

Page 3: Malaria

2.1 Pengertian Malaria

Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium

falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malariale, plasmodium ovale, dan

yang mix atau campuran yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles

betina (Kemenkes, 2011).

Menurut Hiswani (2004), penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang

penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Malaria adalah salah satu

penyakit menular paling umum dan masalah kesehatan masyarakat yang besar.

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut dan kronik disebabkan oleh protozoa

genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia, dan splenomegali

(Mansjoer dkk, 2001). Lima spesies plasmodium parasit dapat menginfeksi

manusia; bentuk-bentuk yang paling serius penyakit disebabkan oleh ''

Plasmodium falciparum''. Malaria yang disebabkan oleh '' Plasmodium vivax'', ''

Plasmodium ovale'' dan '' Plasmodium malariae'' menyebabkan penyakit yang

lebih ringan pada manusia yang tidak umumnya fatal. Spesies yang kelima, ''

Plasmodium knowlesi'', menyebabkan malaria pada kera tetapi juga dapat

menginfeksi manusia. Kelompok spesies '' Plasmodium'' patogen manusia ini

biasanya disebut sebagai '' parasit malaria''.

2.2 Etiologi

Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa.

Terdapat empat spesies Plasmodium pada manusia yaitu : Plasmodium vivax

menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana ringan). Plasmodium falcifarum

menimbulkan malaria falsifarum (malaria tertiana berat), malaria pernisiosa dan

Blackwater faver. Plasmodium malariae menimbulkan malaria kuartana, dan

Plasmodium ovale menimbulkan malaria ovale (Soedarmo dkk, 2008).

Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya

dengan membandingkan bentuk skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit yang

terdapat di dalam darah perifer maupun bentuk pre-eritrositik dari skizon yang

terdapat di dalam sel parenkim hati.

3

Page 4: Malaria

Malaria biasanya didapat dari gigitan nyamuk anopeles betina yang

sebelumnya terinfeksi. Pada keadaan lain, malaria berkembang pasca-penularan

transplasenta atau sesudah transfusi darah yang terinfeksi, dimana keduanya

melewati fase pre-eritrosier perkembangan parasit dalam hati. Evolusi penyakit

yang biasa adalah sebagai berikut:

1. Fase Pre-Eritrosier

Sporozoit yang diinjeksikan ke dalam aliran darah oleh gigitan nyamuk

mencapai sinusoid hati dan memasuki sitoplasma sel hati. Pertumbuhan dan

pembelahan sel cepat, dan terbentuk kista mikroskopik (Schizont) yang

mengandung merozoit. Kebanyakan kista dari semua spesies pecah pada akhir

6-15 hari perkembangan, melepaskan beribu-ribu merozoit untuk menembus

sel darah merah. Namun, beberapa bentuk P. vivax dan P. ovale tetap dorman

dalam hati selama selama beberapa minggu atau beberapa bulan, membuka

jalan untuk relaps (Soedarmo dkk, 2008).

Masa inkubasi (antara gigitan nyamuk yang terinfeksi dan adanya parasit

dalam darah) bervariasi sesuai dengan spesies; pada P. falciparum masa

inkubasinya 10-13 hari; pada P. vivax dan P. ovale, 12-16 hari; dan P.

malariae 27-37 hari, tergantung pada ukuran inokulum. Malaria dapat

ditularkan melalui transfusi darah yang terinfeksi nampak nyata pada waktu

yang lebih pendek. Manifestasi klinis infeksi yang diinduksi oleh salah satu

cara dapat ditekan selama beberapa bulan dalam pengobatan subkuratif,

terutama pada kasus malaria vivax dan quartana.

2. Fase Eritrosier

Merozoit yang menginvasi sel darah merah mula-mula tampak pada

sediaan berwarna sebagai cincin kebiru-biruan atau pita sitoplasma (P.

malariae), dengan satu atau kadang-kadang dua titik merah kromatin inti.

Parasit yang sedang tumbuh diberi nama trophozoit, dan yang muncul

bersamanya dalam sel darah merah adalah granula pigmen kuning-coklat yang

terdiri atas hematin yang berasal dari hemoglobin yang dikonsumsi oleh

parasit untuk memenuhi kebutuhan proteinnya. Bentuk organisme bervariasi

selama pertumbuhan sampai ia menjadi bulat dan dengan pigmen yang

4

Page 5: Malaria

tersebar atau menggerombol, hampir mengisi sel darah merah, dimana pada

kasus P. vivax, membesar dan berbintik-bintik.

Nukleus parasit sekarang membelah secara aseksual beberapa kali;

sitoplasmanya tersusun disekeliling nukleus baru, dan pigmen mengelompok

dalam kelompok besar. Segmenter ini atau Schizont dewasa (meront),

mengandung berbagai jumlah merozoit, tergantung pada spesiesnya. Eritrosit

yang mengandung merozoit ini pecah, dan merozoit bebas, pigmen dan puing-

puing eritrosit dibebaskan ke dalam plasma. Merozoit-merozoit yang lolos

dari inaktivasi oleh imunoglobulin atau fagositosis masuk ke dalam sel darah

merah segar. Dengan demikian, siklus aseksual dimulai setiap saat kelompok

baru merozoit menginvasi sel darah merah. Siklus ini, yang lamanya sangat

penting secara klinis, berakhir 48 jam pada malaria falciparum, vivax, dan

ovale serta 72 jam pada malaria quartana. Paroksismal klinis malaria terjadi

hanya bila siklus telah cukup terjadi sehingga menghasilkan sejumlah materi

parasit, pigmen, dan puing-puing sel darah merah yang diperlukan untuk

menginduksidemam atau reaksi-reaksi lain.

Pertumbuhan parasit tertentu gagal membelah, nukleus tetap utuh selama

masa maturasi. Mereka didiferensiasi menjafi bentuk jantan dan betina yang

disebut gametosit, yang tidak penting secara klinis tetapi mampu menginfeksi

nyamuk yang menghisap penderita.

3. Infeksi Campuran atau Kelompok

Pada infeksi campuran biasanya hanya satu spesies yang menimbulkan

pola klinis, dengan falciparum mendominasi vivax, dan vivax mendominasi

quartana; hanya bila berkembang imunitas cukup terhadap strain dominan,

yang lain mulai menimbulkan manifestasi klinis.

Pada infeksi dengan satu spesies, kelompok yang berbeda dapat

berkembang. Karena merozoit dalam hati tidak dibebaskan secara simultan

dan skizon eritrositer tidak semuanya pecah pada saat yang sama, beberapa

kelompok parasit memulai keberadaannya dalam sel darah merah, sebelum

atau sesudah yang mayoritas, dimana sering matang dalam jumlah yang cukup

untuk menimbulkan reaksi klinis tersendiri. Pada infeksi vivax, satu kelompok

5

Page 6: Malaria

akan menghasilkan reaksi demam selang sehari, sedang jika dua kelompok

yang berkembang akan ada paroksimal setiap hari; pada malaria falciparum

gambaran klasik demam intermiten mungkin segera terganggu juga.

2.3 Cara Penularan

Malaria dapat ditularkan melalui dua cara yaitu cara alamiah dan non

alamiah.

1. Penularan secara alamiah (natural infection), melalui gigitan nyamuk

anopheles

2. Penularan non alamiah, dapat dibagi menurut cara penularannya, yaitu:

a. Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar

lasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang

dikandungnya. Selain melalui plasenta penularan dari ibu kepada bayi

melalui tali pusat.

b. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum

suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu

obat bius yang tidak steril. Infeksi malaria melalui transfuse hanya

menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit yang

memerlukan siklus hati sehingga dapat diobati dengan mudah.

c. Penularan secara oral, pernah dibuktikan pada ayam (plasmodium

gallinasium), burung dara (plasmodium relection), dan monyet

(plasmodium knowlesi).

Pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia lain

yang sakit malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.

2.4 Epidemiologi

6

Page 7: Malaria

Malaria merupakan penyakit endemis atau hiperendemis di daerah

tropismaupun subtropis dan menyerang negara dengan penduduk padat.Di

Indonesia malaria tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang

berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah dengan ketinggian sampai 1800

meter di atas permukaan laut. Angka Annual Parasite Incidence (API) malaria di

Pulau Jawa dan Bali pada tahun 1997 ialah 0,120 per 1000 penduduk, sedangkan

di luar Pulau Jawa angka Parasite Rate(PR) tetap tinggi yaitu 4,78% pada tahun

1997, tidak banyak berbeda dengan angka PR tahun 1990 (4,8%). Spesies yang

terbanyak dijumpai adalah Plasmodiumfalciparum dan Plasmodium

vivax.Plasmodium malariae dijumpai di Indonesia bagian Timur, Plasmodium

ovale pernah diketemukan di Irian Jaya dan Nusa Tenggara Timur. Angka

kesakitan malaria untuk Jawa Bali diukur dengan API, dan untuk luar Jawa Bali

diukur dengan PR. Air tergenang dan udara panas masing-masing diperlukan

untuk pembiakan nyamuk menunjang endemisitas penyakit malaria. Pada dua

puluh lima tahun terakhir ini dijumpai adanya resistensi Plasmodium falciparum

terhadap klorokuin telah menyebar ke berbagai negara endemis malaria termasuk

Indonesia. Resistensi ini mungkin karena munculnya gen yang telah mengalami

mutasi.

2.5 Manifestasi Klinik

Anak-anak yang mendapat malaria dibagi menjadi 2 kelompok,mereka

yang tidak atau hanya sedikit mempunyai imunitas karena kurangnya kontak

sebelumnya dengan penyakit,yang menjadi sakit serius jika tidak diobati dan

mereka yang mempunyai tingkat toleransi pada sekitar umur 10 tahun karena

infeksi malaria berulang pada awal masa anak dimana mereka telah bertahan

hidup,walaupun pertumbuhan dan perkembangan dapat terganggu.Toleransi

terhadap malaria juga muncul berdasar pada faktor keturunan yang merubah

keparahan penyakit,seperti toleransi ditemukan terutama pada orang-orang

keturunan afrika.

Pada anak yang imun sebagian,parasitemia berat dapat terjadi dengan

beberapa gejala,atau infeksi interkurn dapat memulai memperbaharui aktivitas

7

Page 8: Malaria

infeksi malaria yang tidak aktif.Pada anak non imun,tanda-tanda klinis biasanya

tampak 8-15 hari sesudah infeksi dan tidak dapat dibedakan.perubahan prilaku

seperti rewel,anoreksia,menangis seperti tidak biasanya,mengantuk,atau gangguan

tidur dapat diamati.Demam mungkin tidak ada atau sedikit naik selama 1-2

hari,atau mulainya dapat mendadak dengan suhu mencapai 40,6oC (105o F) atau

lebih tinggi dengan dengan atau tanpa menggigil sebagai prodormal.Sesudah masa

waktu yang bervariasi,suhu turun ke normal atau lebih rendah,dan berkeringat.

Demam proksimal mungkin sangat singkat atau mungkin berakhir selama

2-12 jam,polanya yang khas biasanya kabur pada anak kurang dari 5

tahun.Keluhan meliputi nyeri kepala,mual,muntah,dan kadang-kadang nyeri

dalam perut bila limpa telah membengkak dengan cepat dan nyeri.Pada infeksi

vivax dan quartana yang didominasi oleh satu kelompok,demam merupakan

manifestasi khas,pada yang pertama terjadi dengan interval 72 jam. Jika terjadi

konvulsi,akan mereda bila demam menurunlesi herpes mulut tidak jarang.Angka

sel darah merah dan kadar hemoglobin dapat menurun dengan cepat,leukopenia

bervariasi,tetapi monositosis sering dijumpai.

Pada infeksi falciparum demam kurang khas dan bahkan dapat terus

menerus demam ini mungkin ditutupi manifestasi berat yang berhubungan dengan

sistem otak,paru,usus,atau kemih.Komplikasi serebral dibuktikan oleh konvulsi

atau koma,tanda-tanda neurologis pada bayi dan anak adalah karena kenaikan

tekanan intrakranial dan gangguan neuron motor atas dan batang otak yang simetri

seperti pandangan yang diskonjugat dan postur deserebrasi serta

dekortikasi.Kecuali pada kasus yang jarang,bila dijumpai infeksi bakteri atau virus

sistem sentral,cairan serebrospinal biasanya normal.Mortalitas sekitar 20%,dan

pada yang berthan hidup 18% menunjukkan sekule neurologis seperti kebutuhan

korteks,monoparesis,dan cacat bicara.Anak-anak yang datang dengan

hipohlikemia,konvulsi berat,dan koma yang berkepanjangan terutama rentan akan

sekule ini.Pada kasus malaria yang algid,koma pada anak didahului dengan

syok.Mual dan muntah yang terus menerus,hati yang membesar dan nyeri

tekan,dan ikterus progsesif dapat berkembang menjadi gagal hati,diare berat atau

kadang-kadang dapat menyerupai tanda-tanda apenditisitis akut.

8

Page 9: Malaria

Limpa biasanya lebih membesar pada infeksi vivax dari pada falciparum

dapat terjadi parisplenitis,infark,dan bahkan robek,dan sesudah berulang limpa

dapat menjadi lebih besar dan keras.Sindrom spelenomegali tropika

(Spelenomegali malaria hiper-reaktif) dapat membentuk respon imun abnormal

pada anak malanutrisi di negara sedang berkembang.Pembesaran limpa,tanpa

pengecilan pasca pengobatan anti malaria disertai dengan infiltrasi limfosit

sinusoid hati dan kenaikan titer antibody fluoresen untuk malaria,dengan atau

tanpa parasitemia yang cukup besar.

Gangguan fungsi ginjal ditunjukkan dengan oliguria dan anuria dapat

terjadi.Sindrom nefrotik berkaitan dengan P.malariae pada anak yang tinggal di

daerah endemik malaria prognosisnya jelek.Blackwater fever,sekarang jarang

ditemukan,dihubungkan dengan P.falciparum hemoglobinuria akibat hemolisis

intravaskuler berat mendadak,dapat menyebabkan anuri dan kematian karena

uremia.

Hipoglikemia dapat dihubungkan dengan malaria falciparum.Pada infeksi

berat dapat terjadi asidosis laktat,dengan gambaran konvulsi dan gangguan

kesadaran.

2.6 Diagnosis

Pada daerah endemis diagnosis malaria tidak sulit, biasanya diagnosis

ditegakkan berdasarkan gejala serta tanda klinis.Tetapi walaupun di daerah bukan

endemis malaria, diagnosis banding malaria harus difikirkan pada riwayat demam

tinggi berulang, apalagi disertai gejala trias yaitu demam, splenomegali, dan

anemia.Diagnosis malaria merupakan hasil pertimbangan klinis dan tidak selalu

disertai hasil laboratorium karena beberapa kendala pada pemeriksaan

laboratorium. Ditemukan beberapa parasit dalam sediaan darah seorang anak

penduduk asli yang semi-imun menunjukkan adanya infeksi, tetapi anak tersebut

tidak selalu harus sakit, mungkin parasit ditemukan secara tidak sengaja pada saat

anak berobat untuk penyakit lain. Dilain pihak tidak ditemukan parasit pada

pemeriksaan darah pada anak yang sedang sakit malaria. Maka, untuk

menemukan parasit di dalam darah harus diperhatikan waktu pengambilan

9

Page 10: Malaria

spesimen darah dan apakah pasien sedang minum obat antimalaria (akan

mengurangi kemungkinan menemukan parasit).

Pemeriksaan apusan darah tepi tipis dengan pewarnaan Giemsa dan tetes

tebal merupakan metode yang baik untuk diagnosis malaria.Pada pemeriksaan

hapusan darah tepi dapat dijumpai trombositopenia dan leukositosis. Peningkatan

kadar ureum, kreatinin, bilirubin, dan enzim seperti aminotransferase dan 5’-

nukleotidase. Pada penderita malaria berat yang mengalami asidosis, dijumpai pH

darah kadar bikarbonat rendah. Kekurangan cairan dan gangguan elektrolit

(matrium, kalium, kalsium dan fosfat) sering pula dijumpai.Kadar asam laktat

dalam darah dan likuor serebrospinal juga meningkat.

Tes serologi yang digunakan untuk diagnosis malaria adalah IFA (indirect

fluorescent antibody test), dan ELISA (enxyme linked immunosorbent assay).

Kegunaan tes serologis untuk diagnosis malaria akut sangat terbatas, karena baru

akan positif beberapa hari setelah parasit malaria ditemukan dalam darah. Jadi

sampai saat ini tes serologi merupakan cara terbaik untuk studi epidemologi.

Pada daerah endemis ata pernah endemis, tes serologi berguna untuk:

1. Menentukan berapa lama endemisitas berlangsung

2. Menentukan perubahan derajat transmisi malaria

3. Menentukan daerah malaria dan focus transmisi

Sedangkan di daerah non-endemis, tes serologi berguna untuk:

1. Skrining donor darah

2. Menyingkirkan diagnosis malaria pada kasus demam sedangkan pada

pemeriksaan darah tidak ditemukan parasit

3. Menentukan kasus dan mengidentifikasi spesies parasit malaria bila cara

lain tidak berhasil

Teknik diagnostik lainnya adalah pemeriksaan QBC (quantitative buffy

coat), dengan menggunakan tabung kapiler dan pulasan jika akridin kemudian

diperiksa dibawah mikroskop fluoresens. Teknik mutakhir lain yang

10

Page 11: Malaria

dikembangkan saat ini menggunakan pelacak DNAprobe untuk mendeteksi

antigen.

Karena adanya berbagai variasi gejala malaria pada anak maka perlu

dibedakan dengan demam oleh sebab penyakit lain seperti demam typhoid,

meningitis, appendicitis, gastroenteritis, atau hepatitis. Malaria dengan menifestasi

klinis yang lebih ringan, harus dibedakan dengan influenza atau penyakit virus

lainnya.

2.7 Penatalaksanaan

Obat anti malaria terdiri dari 5 macam :

1. Skizontizid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu

proguanil, pirimetamin.

2. Skizontizid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu

primakuin.

3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina,

klorokuin, dan amodiakuin.

4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah

gametosid yang ampuh bagi keempat spesies, yaitu kina, klorokuin, dan

amodiakuin.

5. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista

dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.

Selain itu, juga diperlukan pengobatan pencegahan ( profilaksis ) untuk

mencegah infeksi atau timbulnya gejala klinis.

Pencegahan:

1. Secara perorangan : mengobati penderita dan mencegah gigitan nyamuk.

2. Secara masyarakat : pemberantasan nyamuk dan pengobatan massal.

2.8 Komplikasi

11

Page 12: Malaria

Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering

disebut pernicious manifestasions. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala

sebeumnya, dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada orang

pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10 % pada seluruh penderita yang

dirawat di RS dan 20 % diantaranya merupakan kasus yang fatal.

Penderita malaria dengan kompikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat

yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau

lebih komplikasi sebagai berikut :

1. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau

lebih dari 30 menit setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran

harus dilakukan penilaian berdasar GCS (Glasgow Coma Scale) ialah

dibawah 7 atau equal dengan keadaan klinis soporous.

2. Acidemia/acidosis ; PH darah <>respiratory distress.

3. Anemia berat (Hb <> 10.000/ul; bila anemianya hipokromik atau

miktositik harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi,

talasemia/hemoglobinopati lainnya.

4. Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa

atau 12 ml/kg BB pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai

kreatinin > 3 mg/dl.

5. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (adult respiratory distress syndrome).

6. Hipoglikemi : gula darah <>

7. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <> 10C:8).

8. Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan disertai

kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler

9. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam

10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan

karena obat anti malaria/kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD)

11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada

pembuluh kapiler pada jaringan otak.

2.9 Patologi dan Patogenesis

12

Page 13: Malaria

Pada setiap infeksi malaria, tingkat anemia lebih besar daripada destruksi

sel oleh parasit secara tersendiri. Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam sel

darah merah oleh parasit mungkin turut menyebabkan hemolisis, perubahan-

perubahan ini dan peningkatan fraglitas osmotik terjadi pada semua eritrosit

apakah terinfeksi atau tidak. Hemolisis dapat juga diinduksi dengan kuinin atau

primakuin pada orang-orang dengan defisiensi glukose-6-fosfat dehidrogenase

heridliter.

Pigmen yang keluar ke dalam sirkulasi pada penghancuran sel darah

merah berakumulasi dalam sel retikuloendotelial limpa, dimana folikelnya

menjadi hiperlastik dan kadang-kadangnekrotik, dalam sel Kupffer hari dan dalam

sumsum tulang, otak, dan organ lain. Pengendapan pigmen dan hemosiderin yang

mengakibatkan warna abu-abu kebiruan pada organ.

Keganasan malaria falsiparum, merozoitnya yang muncul dari hati lebih

banyak daripada spesies lain, anak kecil sama banyaknya dengan orang dewasa,

sehingga anak-anak mempunyai gelombang awal infeksi proposional lebih besar.

Anak-anak yang lebih kecil cenderung menderita parasitemia berat yang

mematikan.

Delapan sampai delapan belas jam sesudah parasit memasuki sel darah

merah, sel-sel ini menjadi lengket dan melekat pada permukaan endotel sinus-

sinus dan pembuluh darah, terutama bila sirkulasi lambat. Sel yang lengket

terfiksasi dan tidak mampu kembali ke sirkulasi umum. Dengan banyak yang

melekat aliran dalam pembuluh darah secara progresif terhambat dan okulasi atau

dapat terjadi robekan.

Tempat dan luas gangguan fungsi vaskuler ini, bersama dengan lokalisasi

tertentu sel berisi parasit dalam berbagai organ dan sistem menyebabkan gejala

infeksi falsiparum. Pada wanita hamil kerusakan plasenta dapat berakibat

kematian janin atau kelahiran prematur, bayi yang dilahirkan cukup bulan dari ibu

yang terinfeksi menderita berat badan lahir lebih rendah daripada bayi-bayi yang

dilahirkan dari ibu yang tidak terinfeksiyang hidup pada keadaan yang sama.

13

Page 14: Malaria

Pelepasan merozoit saat sirkulasi melambat mempermudah invasi sel

darah yang berdekatan, sehingga parasitemia falsiparum mungkin lebi besr daripa

parasitemia spesies lain, robekan skizon terjadi pada sirkulasi aktif. Plasmodium

falciparum menginvasi sel darah merah matang, yang cenderung membatasi

parasitemia dari dua bentuk terakhir di atas sampai kurang dari pada 20.000 sel

darah merah/mm³. Infeksi falsiparum pada anak nominum dapat mencapai

kepadatan hingga 500.000 parasit/mm³.

Keberhasilan pengobatan mengehentikan proliferasi oarasit. Antibodi

spesifik berhubungan dengan kenaikan kadar imunoglobin G dalam serum orang-

orang yang berulang-ulang terinfeksi dengan spesies tertentu. Antibodi

mempermudah fagositosis merozoit bebas dan eritrosit yang membawa parasit,

yang ditelan oleh sel retikuloendotelial, limfosit besar dan neutrofil terutama oleh

monosit. Antibodi ini tidak menganggu perkembangan parasit di dalam hati.

Imunitas pasif yang terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita

penyakit, membatasi keparahan serangan malria selama beberapa minggu setelah

lahir. Pengaruh menguntungkan dari imunitas homoral transplasenta dapt

diperbesar oleh persistensi hemoglobinjanin dan oleh diet yang terbatas pada susu.

Hemoglobinopati tertentu juga protektif dan selektif secara genetik dalam daerah

malaria endemik. Palsmodium falciparum dapat gagal matang pada anak sel sabit

dan plasmodium vivax pada mereka dengan talasemia dan definisi lasmodium

falciparum tidak mampu mencapai tinggi pada anak yang defisien glukose 6 fosfat

dehidrogenase.

2.10 Pencegahan

Ada beberapa cara pencegahan malaria, yaitu:

1. Pencegahan obat malaria

Semua anak dari daerah non-endemik malaria apabila masuk ke

daerah endemik malaria, maka dua minggu sebelumnya sampai dengan

empat minggu setelah keluar dari daerah endemik malaria, tiap minggu

diberikan obat anti malaria

a. Klorokuin basa 5 mg/kgBB (8,3 mg garam), maksimal 300 mg basa

sekali seminggu atau

14

Page 15: Malaria

b. Fansidar atau suldox dengan dasar pirimetamin 0,50-0,75 mg/kgBB

sekali seminggu (hanya untuk umur 6 bulan atau lebih)

2. Menghindar dari gigitan nyamuk

a. Memakai kelambu atau kasa anti nyamuk

b. \menggunakan obat pembunuh nyamuk

3. Vaksin malaria

Vaksin malaria merupakan tindakan yang diharapkan dapat membantu

mencegah penyakit ini, tetapi adanya bermacam stadium dalam perjalanan

penyakit malaria menimbulkan kesulitan pembuatannya. Penelitian

membuatkan vaksin malaria ditujukan pada dua jenis vaksin, yaitu:

a. Proteksi terhadap ketiga stadium parasit: sporozoit yang berkembang

dalam nyamuk dan menginfeksi manusia, merozoit yang menyerang

eritrosit, dan gametosit yang menginfeksi jamur.

b. Rekayasa genetika atau sistesis polipeptida yang relevan

Jadi, pendekatan pembuatan vaksin yang berbeda-beda mempunyai

kelebihan dan kekurangan masing-masing, tergantung tujuan mana yang

akan dicapai.

15

Page 16: Malaria

2.11 WOC Malaria

16

Nyamuk Anopheles Betina Pembawa

Plasmodium Penyakit Malaria

Lingkungan tempat tinggal yang Kumuh

dan tidak terjaga

Tranfusi Darah dari Pendonor yang positif

Malaria

Nyamuk Anopheles menggigit dan menyuntikkan

Plasmodium P. Malaria

Lingkungan kumuh memungkinkan

Nyamuk Vektor P. Malaria berkembang

biak

Darah didonorkan kepada pasien dan

plasmodium berada dalam darah pasien

Tindakan Keperawatandan yang perlu diperhatikan :

1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan asupan

makanan yang tidak sdekuat; anorexia;

mual/muntah .

2) Resiko tinggi terhadap infeksi

berhubungan dengan penurunan sistem

tubuh (pertahanan utama tidak adekuat),

prosedur invasif.

3) Hipertermia berhubungan dengan

Hipertermia berhubungan dengan

perubahan pada regulasi temperatur.

Tujuan : Menunjukkan suhu dalam batas

normal, bebas dari kedinginan.

4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan

dengan penurunan komponen seluler

yang di perlukan untuk pengiriman

oksigen dan nutrient dalam tubuh.

Tujuan : Peningkatan perfusi jaringan.

5) Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan

antara suplai oksigen dan nutrisi dari

kebutuhan.Tujuan :    Melaporkan

peningkatan toleransi aktivitas (termasuk

Intoleransi aktivitas :

Tidak boleh kelelahan dan selalu menjaga

nutrisi makanan yang masuk kedalam

tubuh.

PENYAKIT MALARIA

Page 17: Malaria

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. Y PASIEN MALARIA DI RUANG

ISOLASI RAWAT INAP ANAK

Kasus :

An. Y berusia 4 tahun di rawat di ruangan Isolasi Rawat Inap RSUP dr. M Djamil

Padang dengan keluhan panas, lemas, dan mual – mual dan muntah ketika

makan. Klien memiliki riwayat imunisasi di posyandu tempat tinggal klien. Jenis

imunisasi yang sudah didapat klien adalah : BCG , DPT , polio, campak. Ibu klien

mengatakan awal gejalanya yaitu panas dan kemudian 2 hari yang lalu muntah,

awal muncul penyakitnya kira – kira 6 hari yang lalu dan berhenti 2 hari setelah

itu timbul Lagi. Sering timbul pada waktu siang dan malam. Pada pemeriksaan

didapatkan suhu tubuh 390C, denyut nadi 120 x /menit.

3.1 Pengkajian

Tanggal pengkajian : 14 Januari 2013

Diagnosa medis : Malaria

3.2 Data Pasien

Nama : An. Y

Usia : 4 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

No RM : 83.01.24

Tanggal Masuk : 14 Januari 2013

Alamat : Jln Jend. Nasution

Pekerjaan : -

Agama : Islam

Denyut Nadi : 120 x/ menit

17

Tindakan Keperawatandan yang perlu diperhatikan :

1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan asupan

makanan yang tidak sdekuat; anorexia;

mual/muntah .

2) Resiko tinggi terhadap infeksi

berhubungan dengan penurunan sistem

tubuh (pertahanan utama tidak adekuat),

prosedur invasif.

3) Hipertermia berhubungan dengan

Hipertermia berhubungan dengan

perubahan pada regulasi temperatur.

Tujuan : Menunjukkan suhu dalam batas

normal, bebas dari kedinginan.

4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan

dengan penurunan komponen seluler

yang di perlukan untuk pengiriman

oksigen dan nutrient dalam tubuh.

Tujuan : Peningkatan perfusi jaringan.

5) Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan

antara suplai oksigen dan nutrisi dari

kebutuhan.Tujuan :    Melaporkan

peningkatan toleransi aktivitas (termasuk

Page 18: Malaria

Suhu : 39° C

3.3 Data Keluarga

1. Identitas orang tua

Ayah

Nama : Tn . D

Usia : 42 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : islam

Pendidikan : D3

Pekerjaan : PNS

Suku / bangsa : Tolaki/ indonesia

Hubungan dengan klien : Ayah kandung

Alamat : Jln Jend. Nasution

Ibu

Nama : Ny M

Usia : 37 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : wiraswasta

Suku / bangsa : Tolaki / Indonesia

Hubungan dengan klien : Ibu kandung

18

Page 19: Malaria

Alamat : Jend. Nasution

2. Identitas saudara kandung

No Identitas saudara

kandung

Usia Hubungan Status kes

1

2

3

An . Oni

An . agus

An . Rani

18 tahun

15 tahun

12 tahun

Kakak kandung

Kakak kandung

Kakak kandung

Sehat

Sehat

Sehat

3.4 Riwayat kesehatanKlien

a. Keluhan Utama

Badan panas, lemas, mual – mual dan muntah ketika makan.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Sejak klien terkena penyakit, ibu klien mengeluhkan bahwa anaknya

lemas, dan mual – mual. Dan Ibu klien juga mengatakan awal gejalanya

yaitu panas dan kemudian 2 hari yang lalu muntah, awal muncul

penyakitnya kira – kira 6 hari yang lalu dan berhenti 2 hari setelah itu

timbul Lag.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Pernah tinggal/berkunjung ke daerah endemik malaria

Klien memiliki riwayat imunisasi di posyandu tempat tinggal klien.

Jenis imunisasi yang sudah didapat klien adalah : BCG , DPT , polio,

campak.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

keturunan dalam keluarga.

19

Page 20: Malaria

e. Riwayat Imunisasi.

Ibu klien mengatakan anaknya mendapatkan imunisasi di posyandu tempat

tinggal klien.

Jenis imunisasi yang sudah didapat klien adalah : BCG, DPT,

polio,campak dengan waktu pemberian tepat sesuai usia namun ibu klien

tidak ingat setiap jenis imunisasi.

f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan klien

Pertumbuhan fisik anak.

- Berat badan : 13 kg

- Panjang badan lahir : -

- Usia mulai timbul gigi 8 bulan jumlah gigi 20 buah.

Perkembangan anak.

Dari hasil anamnese dengan ibu klien mulai berguling dada usia 5

bulan duduk pada usia 8 bulan merangkak pada usia 9 setengah

bulan berdiri pada usia 12 bulan, mulai berjalan pada usia 13 bulan ,

dan mulai berbicara pada usia 15 bulan.

Pemberian ASI.

Anak pertama kali diberi ASI sejak 3 hari dan cara pemberiannya

anak dibaringkan.lamanya pemberian tidak menentu.asi di berikan

sampai seusia 2 tahun.ibu juga memberikan susu formula pada

kepada klien.pemberian susu dalam sehari _+ 4 gelas (1800 cc ).

Pemberian makanan tambahan.

Pertama kali diberikan makanan tambahan pada usia 4 bulan

preminasun nestle beras merah. Lama pemberian berupa promina

sun nestle beras merah usia 5 bulan.

g. Riwayat psikososial

Berdasarkan anamnese dengan ibu klien di dapat : klien tinggal

bersama orang tua letak rumah klien ditengah kota dan jauh dari sekolah.

20

Page 21: Malaria

3.5 Pola Kesehatan Fungsional Gordon

a. Pola Persepsi dan penanganan Kesehatan

Ibu klien mengatakan bahwa badan klien panas dan klien merasakan sakit

di persendian, lemas, dan mual – mual.

Dan Ibu klien juga mengatakan awal gejalanya yaitu panas dan kemudian

2 hari yang lalu muntah, awal muncul penyakitnya kira – kira 6 hari yang

lalu dan berhenti 2 hari setelah itu timbul Lagi.

b. Pola Nutrisi / Metabolisme

Ibu pasien mengatakan selama sakit bahwa anaknya tidak nafsu makan.

Setiap makan hanya mampu menelan 2-3 sdm kemudian pasien merasakan

mual dan kadang muntah

c. Pola Eliminasi

Perubahan selama sakit klien mengatakan kadang dalam 1 hari tidak BAB.

BAK klien selama sakit tidak ada perubahan

d. Pola Akivitas – Latihan

Kemampuan perawatan diri :

0 = Mandiri

1 = Dengan alat bantu

2 = Bantuan dari orang lain

3 = Bantuan peralatan dari orang lain

4 = Tergantung/ tidak mampu

Aktivitas 0 1 2 3 4

Makan V

Mandi V

Toileting V

21

Page 22: Malaria

Mobilitas di tempat ruangan V

Berpindah V

Berjalan V

Menaiki tangga V

e. Pola istirahat dan tidur

Ibu klien mengatakan bahwa klien susah tidur dan sering merengek

menangis.

f. Pola Kongnitif – persepsi

Klien tidak mengalami gangguan dalam hal penglihatan, pendengaran,

penciuman, dan pengecapan.

g. Pola persepsi diri – konsep diri

Klien merasakan lemas semenjak sakit, tidak selera makan, dan merasakan

kedinginan waktu suhu tubuhnya naik.

h. Pola peran hubungan

Klien merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara. Selama di rumah sakit

pasien di kunjungi oleh tetangga di lingkungan nya dan keluarganya

seperti kakek, nenek, dll dari pihak ayah atau ibunya.

i. Pola Seksual

-

j. Koping - Toleransi Stress

Selama sakit klien menangis apabila tidak ada Ibu atau ayahnya di

sampingnya dan selalu ditemani ibu nya atau ayahnya.

22

Page 23: Malaria

k. Nilai Kepercayaan

Selama dirumah sakit ibu pasien selalu memberikan ajaran-ajaran

kerohanian dan bersifat islamik kepada klien.

3.6 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik.

keadaan umum

o Klien tampak gelisah , pakaian klien rapi dan bersih

tanda tanda vital

o Suhu tubuh :39 C

o Denyut nadi : 120 dpm

o Pernapasan : -

kepala

o Bentuk kepala oval.

o Kulit kepala bersih

rambut

o Hitam lurus , tumbuhnya merata.

hidung dan telinga

o Bentuk lubang hidung kiri dan kanan simetris.tidak ada cairan dan

tidak ada infeksi pada lubang telinga.

mata

o Sclera tidak ikterus , konjungtiva tidak anemis.bala mata simetris

mulut dan gigi

o Bentuk datar, atas`dan bawah simetris, bibir anak kering, tidak ada

karies, jumlah gigi 20 buah, tidak ada peradamgan pada tonsil.

leher

o Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

thoraks

o Bentuk simetris kiri dan kanan pergerakan simetris.

abdomen

23

Page 24: Malaria

o Tidak ada kelainan (benjolan)

ekstermitas

o Palpasi nyeri pada tungkai dan koordinasi gerak baik

3.7 Pemeriksaan Laboratorium

Hb menurun (<7,3 g/dl)

protein plasma, albumin menurun

kreatinin serum >3,1 g/dl

bilirubin serum >49 mmol/l

natrium urin <20 mmol/l

asidemia pH <7,25

hematokrit <15%

hitung parasit >10 000/ul

plasma bikarbonat < 15 mmol/l

urea urin >4,1

LED meningkat

Hipoglikemia : gula darah <40 mg %

Pemeriksaan darah tepi : poikilositosis, anisositosis, polikromatosis

Urinalisis (hemoglobinuria)

Tes serologis : IFA (Indirect fluorescent antibody test), IHA (indirect

hemaglutination test), ELISA

QBC (Quantitative buffy coat)

Faal koagulasi : plasma prothrombin time/PPT, activated plasma

thromboplastin time/Appt

Pemeriksaan biomolekuler : untuk mendeteksi DNA spesifik parasit

plasmodium dalam darah

24

Page 25: Malaria

25

Page 26: Malaria

26

Page 27: Malaria

27

Page 28: Malaria

28

Page 29: Malaria

29

Page 30: Malaria

30

Page 31: Malaria

31

Page 32: Malaria

32

Page 33: Malaria

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium

yang ditandai dengan gejala awalnya seperti mengalami demam dan influenza

biasa yang disertai sakit kepala, sakit otot dan menggigil, setiap jenis infeksi dari

parasit plasmodium akan menimbulkan efek penyakit berbeda tergantung jenis

parasit yang menginfeksi penderita.

Malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual

yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamsuk malaria (anopeles)

betina. Selain berasal dari vektor nyamuk, malaria juga dapat ditularkan melalui

transfusi darah atau jarum suntik yang terkontaminasi darah penderita malaria.

Malaria yang paling berbahaya disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan

disebut sebagai malaria tertiana maligna. Ada 4 jenis malaria: Malaria Tropika

(Plasmodium Falcifarum), Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae), Malaria

Ovale (Plasmodium Ovale), Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax).

Agar kita terhindar dari penyakit malaria, hendaknya kita melakukan

tindakan pencegahan dari gigitan nyamuk anopheles. Pencegahannya bisa dengan

menggunakan obat dan ada juga yang tanpa obat. Menjaga kebersihan lingkungan

tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencegah

gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat

ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat.

3.2 Saran

Bagi masyarakat agar memperbaiki lingkungan dalam rumah seperti

pemasangan kasa nyamuk pada ventilasi rumah. Menghindari gigitan nyamuk

malaria dengan cara pemakaian kelambu dan menggunakan obat anti nyamuk

waktu tidur.

33