makalah tentang aqidah

13
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak ada orang yang lebih bodoh dari pada orang yang tidak mengenal penciptanya. Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap- lengkapnya bentuk dibanding dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya (menurut hadits yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang, namun jumlah yang sebenarnya hanya Allah saja yang mengetahuinya), semuanya menyerukan kepada tauhid (diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam At Tarikhul Kabir 5/447 dan Ahmad dalam Al Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan sahabat Abu Umamah disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313 (diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Al Maurid 2085 dan Ath-Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabir 8/139) agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Orang yang menerima disebut mukmin, orang yang menolaknya disebut kafir serta orang yang ragu-ragu disebut munafik yang merupakan bagian dari kekafiran. Begitu pentingnya aqidah ini, sehingga Nabi Muhammad Saw, penutup para Nabi dan Rasul membimbing umatnya selama 13 tahun ketika berada di Makkah dengan menekankan masalah aqidah ini, karena aqidah adalah landasan semua tindakan, bahkan merupakan landasan bangunan Islam. Oleh karena itu, maka para dai dan para pelurus agama dalam setiap masa selalu memulai dakwah mereka dengan tauhid dan pelurusan aqidah sebelum mereka mengajak kepada perintah-perintah agama yang lain. Bahkan para Nabi dan Rasul sebelum Rasulullah juga menyerukan hal yang sama dalam dakwah- dakwah mereka kepada umatnya. Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. ‘Aqd berarti juga janji, ikatan (kesepakatan) antara dua orang yang mengadakan perjanjian. Aqidah secara definisi adalah suatu keyakinan yang mengikat hati manusia dari segala keraguan. Aqidah dalam istilah umum yaitu keimanan yang mantap dan hukum yang tegas, yang tidak dicampur keragu- raguan terhadap orang yang mengimaninya. Ini adalah aqidah secara umum, tanpa memandang aqidah tersebut benar atau salah. Aqidah secara terminology adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Aqidah menurut syara’ berarti iman kepada Allah, para Malaikat -Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan kepada Hari Akhir, serta kepada qadar dan qadha, baik takdir yang baik maupun yang buruk.

Upload: warnet-raha

Post on 17-Jul-2015

101 views

Category:

Devices & Hardware


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah tentang aqidah

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai

manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama

adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang

yang tidak kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak ada orang yang lebih

bodoh dari pada orang yang tidak mengenal penciptanya.

Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap- lengkapnya

bentuk dibanding dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing mereka

dengan mengutus para Rasul-Nya (menurut hadits yang disampaikan Abu Dzar bahwa

jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang, namun jumlah yang sebenarnya hanya Allah

saja yang mengetahuinya), semuanya menyerukan kepada tauhid (diriwayatkan oleh Al

Bukhari dalam At Tarikhul Kabir 5/447 dan Ahmad dalam Al Musnad 5/178-179).

Sementara dari jalan sahabat Abu Umamah disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313

(diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Al Maurid 2085 dan Ath-Thabrani dalam Al

Mu’jamul Kabir 8/139) agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta

melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Orang yang menerima disebut mukmin, orang yang menolaknya disebut kafir serta orang yang ragu-ragu disebut munafik yang

merupakan bagian dari kekafiran.

Begitu pentingnya aqidah ini, sehingga Nabi Muhammad Saw, penutup para Nabi

dan Rasul membimbing umatnya selama 13 tahun ketika berada di Makkah dengan

menekankan masalah aqidah ini, karena aqidah adalah landasan semua tindakan, bahkan

merupakan landasan bangunan Islam. Oleh karena itu, maka para dai dan para pelurus

agama dalam setiap masa selalu memulai dakwah mereka dengan tauhid dan pelurusan

aqidah sebelum mereka mengajak kepada perintah-perintah agama yang lain. Bahkan

para Nabi dan Rasul sebelum Rasulullah juga menyerukan hal yang sama dalam dakwah-

dakwah mereka kepada umatnya.

Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. ‘Aqd berarti juga janji,

ikatan (kesepakatan) antara dua orang yang mengadakan perjanjian. Aqidah secara

definisi adalah suatu keyakinan yang mengikat hati manusia dari segala keraguan. Aqidah

dalam istilah umum yaitu keimanan yang mantap dan hukum yang tegas, yang tidak dicampur keragu- raguan terhadap orang yang mengimaninya. Ini adalah aqidah secara

umum, tanpa memandang aqidah tersebut benar atau salah. Aqidah secara terminology

adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan

menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Aqidah menurut

syara’ berarti iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya

dan kepada Hari Akhir, serta kepada qadar dan qadha, baik takdir yang baik maupun

yang buruk.

Page 2: Makalah tentang aqidah

Aqidah tersebut dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila suatu umat

sudah rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih dahulu. Di sinilah

pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan

akhirat. Aqidah merupakan kunci kita menuju surga. Aqidah juga menjadi dasar dari

seluruh hukum-hukum agama yang berada di atasnya. Aqidah Islam adalah tauhid, yaitu

mengesakan Tuhan yang diungkapkan dalam syahadat pertama. Sebagai dasar, tauhid

memiliki implikasi terhadap seluruh aspek kehidupan keagamaan seorang Muslim, baik

ideologi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya. Aqidah sebagai dasar utama ajaran Islam bersumber pada Al Quran dan sunnah

Rasul. Aqidah Islam mengikat seorang Muslim sehingga ia terikat dengan segala aturan

hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu, menjadi seorang Muslim berarti

meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam, seluruh

hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam. Hal ini seperti yang tersebut dalam Al Quran

surat Al Baqarah ayat 208,

Yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam keseluruhannya

dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang

nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)

1.2.Tujuan Dengan di buatnya makalah ini berharap mempunyai banyak manfaat dan

mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang teguh, yaitu untuk

mengihlaskan niat dan ibadah kepada AllahI semata. Karena Dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan hanya

kepadaNya juga membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari

kosongnya hati dari akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah ini,

adakalanya kosong hatinya dari setiap akidah serta menyembah materi yang dapat di

indera saja dan adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat.

Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam pikiran.

Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin dengan Penciptanya lalu rela

bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur, Hakim yang membuat tasyri'. Oleh karena itu

hatinya menerima takdir-Nya, dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak mencari

pengganti yang lain. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam

beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar

akidah ini adalah mengimani para Rasul, dengan mengikuti jalan mereka ya

Page 3: Makalah tentang aqidah

BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AQIDAH • Aqi dah Secara Eti mol ogi

Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa

yang diyakini

oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati

dan pembenaran terhadap sesuatu. • Aqi dah Secara Syara’

Yaitu beriman kepada Allah, para MalaikatNya, kitab-kitabNya, para

Rasulnya, dan kepada hari Akhir serta kepada qadar baik yang baik maupun

yang buruk (rukun iman).

Dalilnya adalah :

• QS. Al Kahfi: 110

• QS Az Zumar: 65

• QS. Az Zumar: 2-3

• QS. An Nahl: 36 • QS. Al A’raf: 59,65,73, 85

• Aqi dah secara termi nol ogi

Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Aqidah adalah sejumlah kebenaran

yang dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarakan

akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam

hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak

segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu .

B. SUMBER-SUMBER AQIDAH YANG BENAR DAN MANHAJ

SALAF DALAM MENGAMBIL AQIDAH Aqidah adalah tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan

dalil syar’i, tidak ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena itulah

sumber-sumbernya terbatas kepada apa yang ada di dalam al -Quran dan as-

Sunnah. Sebab tidak seorangpun yang lebih mengetahui tentang Allah, tentang

apa-apa yang wajib bagiNya dan apa yang harus disucikan dariNya melainkan

Allah sendiri. Dan tidak ada seorangpun sesudah Allah yang mengetahui tentang

Allah selain Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam. Oleh karena itu Manhaj

As-Salafush Shalih dan para pengikutnya dalam mengambil aqidah terbatas pada

Al-Quran dan as-Sunnah (Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin Fauzan bin

Abdullah al Fauzan).

Page 4: Makalah tentang aqidah

C. ISTILAH-ISTILAH LAIN TENTANG AQIDAH •

Iman, yaitu: sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh.

Tauhi d, artinya: mengesakan Allah (Tauhidullah).

Ushul uddi n, artinya: pokok-pokok agama .

Fi qh Akbar , artinya: fiqh besar. Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman

bahwa tafaqquh fiddin yang diperintahkan Allah dalam surat At -Taubah

ayat 122, bukan hanya masalah fiqih, tentu dan lebih utama masalah aqidah. Dikatakah fiqh akbar, adalah untuk membedakannya dengan fiqh dalam

masalah hukum.

D. BEBERAPA KAIDAH AQIDAH • Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakini adanya, kecuali bila akal

saya mengatakan ”tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu. • Keyakinan, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bisa

melalui berita yang diyakini kejujuran si -pembawa berita.

• Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak bisa

menjangkaunya dengan indera mata.

• Seseorang hanya bisa mengkhayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau

oleh inderanya.

• Akal hanya bisa menjangkau hal -hal yang terikat dalam ruang dan waktu.

• Iman adalah fitrah setiap manusia.

• Kepuasan materiil di dunia sangat terbatas

• Keyakinan pada hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang

. adanya Allah.

E. PENYIMPANGAN AQIDAH DAN CARA-CARA

PENANGGULANGANNNYA

Sebab-Sebab Penyimpangan dari Aqidah Shahihah, yaitu:

1. Kebodohan terhadap aqi dah shahi hah Karena tidak mau mempelajari dan mengajarkannya, atau karena

kurangnya perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuh generasi yang tidak

mengenal aqidah shahihah dan juga tidak mengetahui lawan atau

kebalikannya. Akibatnya, mereka menyakini yang haq sebagai sesuatu yang

batil dan yang batil dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana yang

dikatakan oleh Umar bin Khatab radliyallahu ’anhu : ” Sesungguhnya

ikatan simpul Islam akan pudar satu demi satu manakala di dalam Islam

terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahan”.

Page 5: Makalah tentang aqidah

2. Ta’ashshub (fanati k)

Kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya,

sekalipun hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya,

sekalipun hal itu benar. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al -

Baqarah ayat 170, yang artinya:

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ’ikutilah apa yang telah diturunkan Allah mereka menjawab, “(tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang

telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka

akan mengikuti juga ), walaupun nenek moyang mereka itu tidak

mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”

3. Taql i d Buta

Dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa

megetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya.

4. Ghul uw (berl ebi han)

Dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, ser ta mengangkat

mereka di atas derajat yang semestinya, sehingga menyakini pada diri

mereka sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allah, baik

berupa mendatangkan kemanfaatan maupun meolak kemudharatan. Juga menjadikan para wali itu perantara antara Allah dan makhlukNya, sehingga

sampai pada tingkat penyembahan para wali tersebut dan bukan

menyembah Allah.

5. Ghafl ah (l al ai)

Terhadap perenungan ayat -ayat Allah yang terhampar di jagat raya

ini (ayat-ayat kauniyah) dan ayat -ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya

(ayat-ayat Qura’niyah). Di samping itu, juga terbuai dengan hasil teknologi

dan kebudayaan, sampai -sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil

kreasi manusia semata, sehingga mereka mengagung - agungkan manusia

dan menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan

manusia semata. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong dari

pengarahan yang benar menurut Islam.

Page 6: Makalah tentang aqidah

6. Enggannya medi a pendi di kan dan medi a i nformasi mel aksanakan

tugasnya.

Kurikulum pendidikan kebanyakan tidak memberikan perhatian yang

cukup terhadap pendidikan agama Islam, bahkan ada yang tidak peduli

sama sekali. Sedangkan media informasi, baik cetak maupun elektronik

berubah menjadi sarana penghancur dan perusak, atau pal ing tidak hanya

memfokuskan pada hal -hal yang bersifat meteri dan hiburan semata. Tidak

memperhatikan hal-hal yang dapat meluruskan moral dan menanamkan aqidah serta menangkis aliran-aliran sesat.

Cara-cara penanggulangan penyimpangan aqidah adalah dengan:

1. Kembali pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam

untuk mengambil aqidah shahihah. Sebagaimana para Salafush Shalih

mengambil aqidah mereka dari keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir

umat ini kecuali apa yang telah memperbaiki umat terdahulunya. Juga dengan

mengkaji aqidah golongan yang sesat dan mengenal syubuhat -syubuhat mereka

untuk kita bantah dan kita waspadai, karena siapa yang tidak mngenal

keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya.

2. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai

jenjang pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan

evaluasi yang ketat dalam menyajikan materi ini.

3. Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran.

Sedangkan kitab-kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan.

4. Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan

aqidah salaf serta menjawab dan menolak sel uruh aqidah batil

Aqidah atau keimanan adalah suatu keyakinan seseorang yang diwujudkan

dengan membenarkan dengan hati kita sendiri, menyatakan dengan lisan dan

membuktikannya dengan seluruh amal perbuatan. Orang yang benar -benar

beriman itu,

terkandung di dalam Qs.AL-Hujurat ayat 15 yang artinya :

“ Sesungguhnya orang -orang yang beri man i tu hanyal ah orang -orang yang

beri man kepada Al l ah dan Rasul -Nya, kemudi an mereka ti dak ragu-ragu

dan mereka berji had dengan harta dan ji wa mereka pada jal an Al l ah,

Mereka i tul ah orang-orang yang benar ”.

Page 7: Makalah tentang aqidah

Orang beriman wajib juga percaya kepada AL-Quran, Malaikat, Hari akhir,

Qoda dan Qodar. Karena semua itu merupakan perangkat dalam seting kehidupan.

Orang beriman seharusnya menyadari bahwa didalam berperilaku se nantiasa

dihadapkan kepada keuntungan atau kerugian, secara lahir dan batin, yang

berakibat keuntungan lahiriah (materi) dan batiniah (pahala), maka setiap orang

yang beriman adalah orang yang memiliki komitmen dan tekat yang bulat

(commitment and determination), untuk memperoleh keberuntungan dari pencipta

kehidupan,yakni Allah dan untuk itu Allah menjamin sebagaimana ketetapannya dalam Qs-AL Mumi nuun [23] ayat 1 , yang artinya : “ Sesungguhnya

beruntungl ah orang-orang yang beri man ”.

Allah menetapkan sungguh beruntung orang-orang yang beriman, karena

ituorang beriman selalu optimis sebabnya selalu akan memperoleh

keberuntungan, ketikamendapat musibah ia bersabar karena yakin bahwa

musibah adalah rencana Allah untukmeningkatkan derajatnya atau merupakan

peringatan untuk perbaikan dirinya.

Dalam AL-Quran Surat at-Tahrim ayat 6,diJelaskan bahwa orang yang

berimandiperintahkan untuk : “ Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

”. Ayat inimenekankan orang yang beriman untuk menimpa ber upa harta dan

pahala.

Orang beriman senantiasanya mengembangkan sikap “tolerance for risk,

ambiguity, and uncertainty”, karena ia mempunyai penjamin kulitas (quality

assurance)sandaran keyakinan yang tidak mungkin dapat disaingi oleh

siapapun, ia merasa amanbersamanya. Orang beriman selalu rindu, cinta,

senang bersama Allah, ia selalu melatihdiri untuk membesarkannya dengan

shalat yang khusuk, tahajud di dua pertiga malammerupakan target mencapai

“Maqomam Mahmuda” tempat yang terpuji.

Untuk memelihara diri dan keluarga serta untuk memudahkan

meringankan kehidupan, islam memiliki syariat atau jalan hidup diantaranya

adalah menegakan shalat. Rassulullaah menyatakan bahwa shalat itu adalah

tiang agama, maka barang siapa yang menegakkannya ia menegakkan agama,

barang siapa yang meninggalkannya ia meruntuhkan agama. Dalam sabda yang

lain Rasullullah SAW juga menyatakan batas keimanan seseorang dengan

kekafirannya adalah meninggalkan shalat. Dalam kehidupan dunia, shalat merupakan penentu, yakni orang yang dapat shalat dengan khusuk,

tawadlu,dalam membesarkan Allah selama melaksanakan shalat, maka makna

shalat yakni Ingat kepada Allah dan membesarkannya akan selalu tegak dalam

kehidupan sehari-hari setiap saat dalam berbagai kondisi dan situasi, sehingga

mencapai apa yang diharapkan Allah yakni terkandung dalam Q.S. Al -Imran

[3] ayat 191, yang artinya :

Page 8: Makalah tentang aqidah

“orang-orang yang mengi ngat Al l ah sambi l berdi ri atau duduk atau dal am

keadanberbari ng dan mereka memi ki rkan tentang penci ptaan l angi t dan

bumi : “Ya Tuhan kami , ti adal ah Engkau menci ptakan i ni dengan si a -si a,

Maha Suci Engkau, maka pel i haral ah kami dari s i ksa neraka”.

F. AQIDAH ISLAMIYAH

Aqidah Islamiyah adalah iman kepada Allah, para malaikat -Nya, kitab-

kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, kepada qadla dan qadar baik-buruk

keduanya dari Allah. Sedangkan makna iman itu sendiri adalah pembenaran

yang bersifat pasti (tashdiiqul jazm), yang sesuai dengan kenyataan, yang

muncul dari adanya dalil/bukti. Bersifat pasti artinya seratus persen

kebenaran/keyakinannya tanpa ada keraguan sedikitpun. Sesuai dengan fakta

artinya hal yang diimani tersebut memang be nar adanya dan sesuai dengan fakta, bukan diada-adakan (mis. keberadaan Allah, kebenaran Quran, wujud

malaikat dll). Muncul dari suatu dalil artinya keimanan tersebut memiliki

hujjah/dalil tertentu, tanpa dalil sebenarnya tidak akan ada pembenaran yang

bersifat pasti . Suatu dalil untuk masalah iman, ada kalanya bersifat aqli dan

atau naqli, tergantung perkara yang diimani. Jika perkara itu masih dalam

jangkauan panca indra/aqal, maka dalil keimanannya bersifat aqli, tetapi jika

tidak (yaitu di luar jangkauan panca indra), maka ia didasarkan pada dalil

naqli. Hanya saja perlu diingat bahwa penentuan sumber suatu dalil naqli juga

ditetapkan dengan jalan aqli. Artinya, penentuan sumber dalil naqli tersebut

dilakukan melalui penyelidikan untuk menentukan mana yang boleh dan mana

yang tidak boleh dijadikan sebagai sumber dalil naqli.

Oleh karena itu, semua dalil tentang aqidah pada dasarnya disandarkan

pada metode aqliyah. Dalam hal ini, Imam Syafi’i berkata:“Ketahuilah bahwa

kewajiban pertama bagi seorang mukall af adalah berfikir dan mencari dalil untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala. Arti berfikir adalah melakukan penalaran

dan perenungan kalbu dalam kondisi orang yang berfikir tersebut dituntut

untuk ma’rifat kepada Allah. Dengan cara seperti itu, ia bisa sampai kepada

ma’rifat terhadap hal -hal yang ghaib dari pengamatannya dengan indra dan ini

merupakan suatu keharusan. Hal ini seperti merupakan suatu kewajiban dalam

bidang.

Page 9: Makalah tentang aqidah

G. TUJUAN AQIDAH DALAM ISLAM

Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang

teguh, yaitu :

1. Untuk mengihlaskan niat dan ibadah kepada AllahI semata. Karena Dia

adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah

haruslah diperuntukkan hanya kepadaNya.

2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya

hati dari akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah ini,

adakalanya kosong hatinya dari setiap akidah serta menyembah materi yang

dapat di indera saja dan adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah

dan khurafat.

3. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan o rang mukmin

dengan Penciptanya Lalurela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur,

Hakim yang membuat tasyri'. Oleh karena itu hatinya menerima takdir -Nya,

dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak mencari pengganti yang lain.

4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah

kepada Allah dan bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar

akidah ini adalah mengimani para Rasul, dengan mengikuti jalan mereka

yang lurus dalam tujuan dan perbuatan.

5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan

kesempatan beramal baik, kecuali digunakannya dengan mengharap pahala.

Serta tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari

siksa. Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan terhadap seluruh perbuatan.

"Dan masing-masing orang memperoleh derajat -derajat (sesuai) dengan yang

dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan."

(QS. Al-An'am : 132).

Nabi Muhammad SAW juga menghimbau untuk tujuan ini dalam

sabdanya :

"Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah

daripada orang mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing terdapat

kebaikan. Bersemangatlah terhadap sesuatu yang berguna bagimu serta

mohonlah pertolongan dari Allah dan janganlah lemah. Jika engkau ditimpa

sesuatu, maka jaganlah engkau katakan :

Page 10: Makalah tentang aqidah

seandainya aku kerjakan begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah : itu

takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki dia lakukan. Sesungguhnya

mengada-ada itu membuka perbuatan setan." ( HR. Muslim)

6. Menciptakan umat yang kuat yang mengerahkan segala yang mahal maupun

yang murah untuk menegakkan agamanya serta memperkuat tiang

penyanggahnya tanpa peduli apa yang akan terjadi untuk menempuh jalan

itu. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang

beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan

mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka

itulah orang –rang yang benar." (QS. Al Hujurat : 15),

7. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki individu -

individu maupun kelompok-kelompok serta meraih pahala dan kemuliaan.

"Barangsiapa yang mengerjakan amal baik, baik lelaki maupun wanita dalam

keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepadanya

kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami be ri balasan kepada

mereka dengan pahala yang paling baik dari apa yang telah mereka

kerjakan." (QS. An Nahl 97) Inilah sebagian dari tujuan akidah Islam, Kami

mengharap agar Allah merealisasikannya kepada Kami dan seluruh umat

Islam.

Page 11: Makalah tentang aqidah

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina

setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan kaca

mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan

persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan serta menumbuhkan perasaan-

perasaan yang murni dalam dirinya. Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur

kekuatan yang mampu menciptakan mu’jizat dan merealisasikan kemenangan-

kemenangan besar di zaman permulaan Islam. Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu

muslim sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan

dengannya, dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab.

Lain halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang

memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung jawab

di hadapan-Nya. Dengan demikian, musnahlah tuntunan-tuntunan akhlak dari kehidupan

manusia. Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 12: Makalah tentang aqidah

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Tujuan

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah

B. Sumber-Sumber Aqidah Yang Benar Dan Manhaj Salaf Dalam

Pengambilan aqidah

C. Istilah-Istilah Lain Dalam Aqidah

D. Beberapa Kaidah Aqidah

E. Penyimpanhan Aqidah Dan Cara-Cara Penanggulangannya

F. Aqidah Islamiyah

G. Tujuan Aqidah Dalam Agama Islam

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 13: Makalah tentang aqidah