aqidah muhammadiyah
TRANSCRIPT
KEANGGOTAAN DAN RANTING MUHAMMADIYAH
1. Mengenal Persyaratan Anggota Muhammadiyah
a. Keanggotaan
Anggota muhammadiyah terdiri atas:
- Anggota biasa ialah warga negara Indonesia beragama islam
- Anggota luar biasa ialah orang islam bukan warga Negara Indonesia
- Anggota kehormatan ialah perorangan beragama Islam yang berjasa terhadap
muhammdiyah dan atau karena kewibaan dan keahliannya bersedia membantu
Muhammadiyah.
1. Anggota biasa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia beragama islam
b. Laki-laki atau perempuan berumur 17 tahun atau sudah menikah
c. Menyetujui maksud dan tujuan Muhammdiyah
d. Bersedia mendukung dan melaksanakan usaha-usaha Muhammadiyah
e. Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal
2. Anggota luar biasa ialah seseoarang bukan warga Negara Indonesia, beragama
islam, setuju dengan maksud dan tujuan muhammadiyah serta bersedia
mendukung amal usahanya
3. Angggota kehormatan ialah seseorang beragama islam berjasa terhadap
muhammdiyah dan atau karena kewibawaan dan keahliannya di perlukan atau
bersedia membantu muhammadiyah.
CARA MEMPROSES MENJADIKAN ANGGOTA MUHAMMADIYAH
Tatacara menjadi anggota Muhammadiyah diatur sebagai berikut:
a. Anggota biasa
1. Mengajukan permintaan secara tertulis kepada pimpinan pusat dengan mengisi
formulir disertai kelengkapan syarat-syaratnya melalui pimpinan ranting atau
pimpinan amal usaha di tempat yang belum ada ranting, kemudian diteruskan
kepada pimpinan cabang.
2. Pimpinan cabang meneruskan permintaan tersebut kepada pimpinan pusat dengan
disertai pertimbangan.
3. pimpinan cabang dapat memberi tanda anggoata sementara kepada calon anggota,
sebelum yang bersangkutan menerima kartu anggota dari pimpinan pusat
muhammadiyah.Bentuk tanda anggota semetara ditetepkan oleh pimpinan pusat
4. Pimpinan pusat memberi kartu tanda anggota Muhammadiyah kepada calon-calon
anggota biasa yang di setujui melalui pimpinan cabang yang bersangkutan.
b. Anggota luar biasa dan anggota kehormatan
Tatacara menjadi anggota luar biasa dan anggota kehormatan diatur oleh pimpinan
pusat.
Pimpinan pusat dapat melimpahkan wewenang penerimaan permintaan menjadi
anggota biasa dan memberikan kartu tanda anggota Muhammadiyah kepada pimpinan
wilayah. Pelimpahan wewenang tersebut dan ketentuan pelaksanaannya diatur dengan
keputusan pimpinan pusat.
Hak Anggota
a. Anggota Biasa:
1.Menyatakan pendapat didalam maupun di luar permusyawaratan
2.memilih dan dipilih dalam permusyawaratan
b. Anggota luar biasa dan anggota kehormatan mempunyai hak menytakan
pendapat.
Kewjiban anggota biasa, anggota luar biasa, dan kehormatan:
a. Taat menjalankan ajaran islam
b. Menjaga nama baik dan setia kepada muhammadiyah serta perjuangannya
c. Berpegang teguh kepada kepribadian serta keyakinan dan cita-cita hidup
muhammadiyah
d. Taat pada peraturan muhammadiyah, keputusan musyawarah, dan kebijkan
pimpinan pusat
e. Mendukung dan mengindahkan kepintingan muhammadiyah serta melaksanakan
usahanya.
f. Membayar iuran anggota
g. Membayar infak
Hal-hal yang menyebabkan anggota biasa, luar biasa dan kehormatan berhaenti karena:
a. meninggal dunia
b. mengundurkan diri
c. diberhentikan oleh pimpinan pusat
Tatacara pemberhentian anggota
a. Anggota biasa
1. Pimpinan cabang mengusulkan pemberhentian anggota kepada pimpinan daerah
berdasarkan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan
2. pimpinan daerah meneruskan kepada pimpinan wilayah usulan pemberhentian
anggota dengan disertai pertimbangan
3. pimpinan wilayah meneruskan atau tidak meneruskan usulan pemberhentian
anggota kepada pimpinan pusat setelah melakukan penelitian dan penilaian
4. Pimpinan wilayah dapat melakukan pemberhentian sementara(scorsing) yang
berlaku paling lama 6 bulan selam menunggu proses pemberhentian anggota dari
pimpinan pusat
5. pimpinan pusat setelah menerima usulan pemberhentian anggota memutuskan
memberhenrikan atau tidak memberhentikan paling lama 6 bulan sejak diusulkan
oleh pimpinan wilayah
6. Anggotanya yang diusulkan pemberhentian keanggotaannya, selama proses
pengusulan berlangsung dapat mengajukan keberatan kepada pimpinan cabang,
pimpinan daerah, pimpinan wilayah dan pimpinan pusat setelah keputusan
pemberhentian dikeluarkan yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan
kepada pimpinan pusat
7. Pimpinan pusat membentuk tim yang diserahi tugas mempelajari keberatan yang
diajukan oleh anggota yang diberhentikan. Pimpinan pusat menetapkan keputusan
akhir setelah mendengar pertimbangan tim
8. Keputusan pemberhentian anggota diumumkan dalam berita remi muhammadiya
B. Anggota luar biasa dan kehormotan diberhentikan atas keputusan pimpinan pusat
CARA DAN SYARAT MENDIRIKAN RANTING
Salah satu kata kunci untuk memahami dimanika Persyarikatan Muhammadiyah
adalah, perlunya memahami dinamika dan aspirasi akar rumput Ranting serta cabang
sebagai ujung tombak Persyarikatan. Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) atau
Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) adalah struktur formal Ranting atau Cabang .
Untuk menjaga eksistensi Ranting atau Cabang sangat tergantung pada kemauan
Pimpinan Ranting atau Pimpinan Cabang menjalankan kegiatan Ranting atau Cabang.
Dalam rangka menyongsong Muktamar Muhammadiyah satu abad yang akan
diselengarakan pada tahun 2010 di Daerah Istimewa Yogyakarta, perlu
kesungguhan untuk menggerakkan serta menguatkan eksistensi Ranting dan
Cabang.
Adapun aspek-aspek yang perlu digerakkan adalah :
1. Teologis / Paham Agama
2. Ideologis / Paham Organisasi
3. Kepemimpinan
4. Organisasi dan Infrastruktur / sarana dan prasarana
5. Amal Usaha
6. Aksi
Berdasarkan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah pasal 5 tentang Ranting,
maupun pasal 6 tentang Cabang ditegaskan :
Ranting
A. Ranting adalah kesatuan anggota di suatu tempat atau kawasan yang terdiri
atas sekurang-kurangnya 15 orang yang berfungsi melakukan pembinaan dan
pemberdayaan anggota
B. Syarat pendirian Ranting sekurang-kurangnya mempunyai :
1. Pengajian/ kursus anggota berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam
sebulan
2. Pengajian/ kursus umum berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam
sebulan
3. Mushalla / surau / langgar sebagai pusat kegiatan
4. Jama’ah
C. Pengesahan pendirian ranting dan ketentuan luas lingkungannya
ditetapkan oleh pimpinan daerah atas usul anggota setelah mendengar
pertimbangan pimpinan cabang
D. Pendirian suatu ranting yang merupakan pemisahan dari ranting yang telah
ada dilakukan dengan persetujuan pimpinan ranting yang bersangkutan
atau atas keputusan musyawarah cabang/musyawarah pimpinan tingkat
cabang.
Pimpinan Ranting
1. Pimpinan ranting memimpin Muhammadiyah dalam rantingnya serta
melaksanakan kebijakan pimpinan diatasnya
2. Pimpinan ranting terdiri atas sekurang-kurangnya 5 orang ditetapkan oleh
pimpinan cabang untuk 1 masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam
musyawarah ranting
3. Ketua pimpinan ranting di tetapkan oleh pimpinan ranting dari dan atas usul
calon-calon anggota pimpinan ranting terpilih yang telah disahkan oleh
musyawarah ranting
4. Pimpinan ranting dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu
dengan mengusulkannya kepada musyawarah pimpinan ranting yang
kemudian dimintakan ketetapan pimpinan cabang
Kriteria Ranting Teladan
1. Syarat minimal dalam ART di atas menjadi titik tolak untuk mendiskusikan
tentang ranting teladan. Ranting teladan harus memenuhi 3 kriteria : pertama
keorganisasian dan kepemimpinan, kedua Kegiatan dan ketiga Amal
usaha.
2. Ranting teladan dalam Kriteria Keorganisasian dan Kepemimpinan selain
mempunyai kepengurusan harian (ketua, sekretaris, dan bendahara) juga
mempunyai majlis – majlis pembantu pimpinan, dalam ranting teladan
minimal ada 4 majlis yaitu majlis Tabligh dan Dakwah Khusus, majlis
pendidikan kader, majlis dikdasmen, dan majlis ekonomi. Terdapat Ortom ada
dalam ranting tersebut (’Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul
Aisyiyah, HW, IRM, Tapak Suci). Data pimpinan dan Anggota
terdokumentasi dengan baik, rapat berjalan dengan teratur dan hasilnya
terdomuntasi dengan baik. Regenerasi kepemimpinan berjalan dengan baik
(setiap 5 tahun sekali diadakan musyawarah ranting).
3. Ranting Teladan dalam kriteria Kegiatan : ada dua pola dalam kegiatan ini
pertama tertujukkan untuk anggota Muhammadiyah dan kedua untuk
masyarakat secara umum. Pola kegiatan baik untuk anggota Muhammadiyah
maupun masyarakat umum bentuknya adalah pemberdayaan dan menyentuh
semua aspek kehidupan, hanya ada tambahan kegiatan untuk anggota
Muhammadiyah, yaitu kegiatan dalam bentuk peneguhan idiologi
bermuhammadiyah.
Bentuk kegiatannya semisal Pengajian yang diadakan harus tematik,
berkesinambungan, serta dapat menyelesaikan porsoalan yang terjadi ditengah
masyarakat terutama masalah ekonomi masyarakat. Kegiatan ini berpusat di
mushalla, surau, langgar ataupun masjid.
Model kegiatan dalam bentuk pemberdayaan seperti ini sesungguhnya telah
dirumuskan oleh Muhammadiyah pada tahun 1968 dengan nama gerakan
dakwah jamaah. Jama’ah yang dibangun di tingkat Ranting nantinya dapat
dijadikan miniatur masyarakat islam yang sebenar – benarnya. Hal ini dapat
dilihat dari tujuan dari GJDJ yaitu Meningkatkan mutu keislaman dan
kehidupan sosial ekonomi anggota Muhammadiyah, ummat Islam, dan
keluarganya, sehingga terbentuk jamaah yang memiliki:
a. Pengetahuan dan pemahaman agama Islam yang benar meliputi akidah,
ibadah, akhlak, dan muamalah, serta mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Pengatahuan dan pemahaman tentang permasalahan hidup secara benar
dan kemapuan teknis untuk mengatasinya sendiri, atau secara bersama-
sama.
c. Kesediaan untuk bekerja bersama dan bantu membantu dalam suatu
jamaah untuk menyelesaikan dan mengatasi permasalahan hidup para
anggota baik individu maupun kolektif.
d. Meningkatkan kemampuan anggota/warga Muhammadiyah untuk
melakukan dakwah dalam kelompok sosialnya..
4. Ranting teladan dalam kriteria Amal usaha : Sesungguhnya dalam ART
persyarikatan Muhammadiyah, amal usaha baru terbentuk di tingkat pimpinan
Cabang, akan tetapi Ranting teladan tentu berbeda dengan ranting biasa
sehingga amal usaha sudah sewajarnya dapat didirikan. Amal usaha yang
didirikan di ranting tentu yang berkaitan erat dengan kebutuhan masyarakat di
ranting tersebut. Semisal masyarakat membutuhkan pemberdayaan ekonomi
maka ranting dapat mendirikan koperasi atau BMT, atau masyarakat
membutuhkan tempat untuk belajar Al- Qur’an maka dapat didirikan TPA
(taman pendidikan al-qur’an). Dll
I. REALITAS RANTING
Sebelum tahun 2000 kuantitas Ranting seluruh Indonesia berkisar angka 3000 dari
jumlah desa di Indonesia yang berkisar 60.,000. Dari data ini berarti jumlah
Ranting hanya berkisar 5% dari jumlah desa yang ada di Indonesia,
menunjukkan bahwa, jumlah Ranting Muhammadiyah adalah jumlah minoritas.
Berdasarkan Profil Muhammadiyah tahun 2005, jumlah Ranting meningkat
menjadi 6.700, atau meningkat 100% dibanding lima tahun yang lalu dan dapat
mencapai jumlah 10 % dari jumlah desa yang ada di Indonesia. Jumlah tersebut
masih merupakan jumlah minoritas.
Apabila dilihat dari kualitas ranting yang diukur dari kegiatan ranting jumlah
tersebut di atas hanya mencapi seputar 50% yang benar-benar ada kegiatan tidak
hanya papan nama. Dari penelitian yang dilakukan oleh PTM-PTM, banyak
ranting yang tidak mempunyai kegiatan sama sekali.
Adapun untuk profil Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri : 5 PDM. 80 PCM dan
515 PRM. Sedangkan untuk Kulonprogo terdiri dari 13 PCM dan 62 PRM.
II. STRATEGI MENGGERAKKAN RANTING
Dari permasalahan utama seputar Cabang dan Ranting tentang kemauan personal
mengelola Ranting dan Cabang, berbagai upaya yang mungkin dapat dilakukan
untuk pengembangan Ranting dan Cabang adalah :
1. Adanya personal penekun. Apabila ada satu orang atau dua orang yang
memang benar-benar memikirkan Ranting atau Cabang, maka sudah dapat
menggerakkan Ranting atau Cabang.
2. Perlunya kegiatan Turba secara rotin dan terstruktur dari Daerah untuk
Ranting maupun dari Wilayah untuk Cabang. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk selalu merasa diperhatikan oleh pimpinan yang lebih tinggi.
3. Menggerakkan dakwah jamaah.
KEANGGOTAAN DAN RANTING
MUHAMMADIYAH
DISUSUN OLEH
1. CITRA INDIRA (0705160224)
2. FFRAWANI (0705160220)
3. RINI ARIFA (0705160221)
4. NOVI CHRISTIANI (0705160213)
5. AGUNG NUGROHO (0705160217)
6. ADE ERDI A. (0705160 )
7. ANDIKA TRIANDI (0705160213)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMTRA UTARA
MEDAN 2010
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan atas rahmat serta karunia_Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan nama Allah Yang
Maha Pemurah dan Penyayang. Segala puji bagi Allah yang mengasuh semua
alam;Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang Yang memegang pengadilan dihari
Kemudian. Hanya kepada Engkau, hamba menyembah dan hanya kepada Engkau,
hamba memohon pertolongan. Berilah petunjuk kepada hamba akan jalan yang lurus,
jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan; yang tidak dimurkai dan tidak
tersesat(QS.Al-Fatihah)
Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian Nabi yang bijaksana dan
berjiwa suci, adalah satu-satunya pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan
sebaik-baiknya. Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hokum yang mana
pun adalah berkewajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku ber-Tuhan
kepada Allah. Pada tangal 8 Dzulhijjah1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912
Miladiyah, oleh almarhum KHA. Dahlan didirikan suatu persyarikatan sebagai
“gerakan Islam” dengan nama “MUHAMMADIYAH” yang di susun dengan Majelis-
Majelis (bahagian-bahagian)nya, mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan
“syura” yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau
Muktamar.
Akhir kata, besar harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat untuk para
pembaca serta membantu untuk mengisi kegiatan kemahasiswaan . Selain itu, penulis
tetep terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari pihak-pihak yang
berkompeten dengan lingkup kajian yang ada di dalam makalah ini
Medan, Desember 2010
( penulis )
DAFTAR PUSTAKA
Edi, Sarwo dkk. . Konstitusi Dan Pedoman Bermuhammadiyah. Medan.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi