aqidah jdi

Upload: erie-nayla

Post on 10-Jul-2015

280 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Nama Dosen

:

Drs. H. Harun Rasyid, M.Pd

Nama NPM Kelas

:

AYU KURNIA NINGSIH : 201013500338

:

1-D

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jl. Nangka 58 c./ TB. Simatupang Tanjung Barat Jagakarsa Jakarta Selatan 12350 Telp. (021) 7818718, 78835283

1

BAB I PENDAHULUANTiga elemen dasar ajaran islam; aqidah, syariah, dan akhlaq. Aqidah mengurusi masalah keyakinan, syariah mengurusi masalah hukum dan peribadatan, sedangkan akhlaq mengurusi masalah moral dan perilaku. Ketiga elemen tadi bersifat saling menguatkan dan melengkapi, tetapi elemen yang sering menjadi tolak ukur dan pembanding dengan umat lain, justru elemen akhlaq ini. Tiga serangkai akidah, syariah, dan akhlaq bersifat saling

menguatkan dan melengkapi. Ada yang mengumpamakan ketiga serangkai tadi bagai akar, batang, dan daun, buah dari sebatang pohon. Dengan akarnya, pohon itu dapat berdiri kokoh. Dengan aqidah atau iman, kita dapat berdiri kokoh dengan menyerap kekuatan, kebenaran , dan kasih Allah untuk bekal kehidupan kita. Batang adalah saluran untuk mengalirnya bahan makanan yang telah diserap oleh akar dan kemudian disalurkan ke daun, untuk menghasilkan bunga dan buah. Demikian pula dengan islam, adalah aturan dan peribadatan yang merupakan penyalur kehendak Allah yang telah kita serap dengan iman kita.

2

BAB II AQIDAHI. Pengertian Aqidah

a. Pengertian Aqidah secara bahasa (etimology)Kata aqidah diambil dari kata dasar al-aqdu yaitu al-Rabith (ikatan), alIbram (pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-Tawuts (menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-Itsbat (penetapan). Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. b. Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)

Aqidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Jadi, Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasulNya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh beritaberita qathi (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma Salaf as-Shalih Seperti yang telah disebutkan di atas, akidah ditautkan dengan Rukun Iman sebagai pokok-pokok ajaran Islam. Rukun Iman ada enam, yaitu :

3

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Iman kepada Allah SWT Iman kepada malaikat-malaikat Iman kepada kitab-kitab Allah Iman kepada para rasul Iman kepada hari kiamat Iman kepada qada dan qadar

Firman Allah yang menegaskan hal tersebut terdapat dalam Al Quran surat Al Kahfi ayat 29, yakni : Arti : Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. Allah juga berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 285 sebagai berikut : Arti : Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya, dan mereka mengatakan: Kami dengar dan kami taat. (Mereka berdoa): Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. II. Landasan Aqidah Landasan akidah Islamiah adalah beriman kepada Allah malaikatmalaikat-Nya kitab-kitab-Nya para rasul-Nya hari Akhir dan beriman kepada qadar yang baik maupun yg buruk. Dalilnya adalah firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 177 yg artinya Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman

4

kepada Allah hari kemudian malaikat-malaikat kitab-kitab dan nabinabi. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu itu menurut ukuran. Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. {AlQamar 49-50}. Sabda Nabi SAW. yg artinya Iman adalah hendaknya engkau percaya kepada Allah malaikat-malaikat-Nya kitab-kitab-Nya para rasul-Nya hari Kemudian dan percaya kepada qadar yg baik maupun yg buruk. {HR Muslim}. Pentingnya Akidah Islamiah tampak dalam banyak hal di antaranya sebagai berikut :

1. Bahwasanya kebutuhan kita terhadap akidah adalah di atas segalakebutuhan dan kepentingan kita terhadap akidah adalah di atas segala kepentingan. Sebab tidak ada kebahagiaan kenikmatan dan kegembiraan bagi hati kecuali dengan beribadah kepada Allah Rab dan Pencipta segala sesuatu.

2. Bahwasanya akidah Islamiah adalah kewajiban yg paling besar danyan paling ditekankan. Karena itu ia adalah sesuatu yg pertama kali diwajibkan kepada manusia. Rasulullah SAW, bersabda Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. {HR Bukhari dan Muslim}.

3. Bahwa akidah Islamiah adl satu-satunya akidah yg bisa mewujudkankeamanan dan kedamaian kebahagiaan dan kegembiraan. Bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah sedang ia berbuat kebajikan maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak mereka bersedih hati . Demikian pula hanya akidah Islamiah satu-satunya akidah yg bisa mewujudkan kecukupan dan kesejahteraan. Jikalau sekiranya

5

penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.

4. Sesungguhnya

akidah

Islamiah

adalah

sebab

sehingga

bisa

berkuasa di muka bumi dan sebab bagi berdirinya daulah Islamiah. Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah Lauh Mahfuzh bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yg shaleh. Sumber Diadaptasi dari Kitab Tauhid 1 terbitan Yayasan Al-Sofwa terjemahan dari At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal al-Aliy Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan. Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan kaca mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan serta menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya. Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu menciptakan mujizat dan merealisasikan kemenangankemenangan besar di zaman permulaan Islam. Demi membina setiap individu muslim, perlu kiranya kita

mengingatkannya tentang sumbangsih-sumbangsih akidah yang telah dimiliki oleh orang-orang sebelumnya dan meyakinkannya akan validitas akidah itu dalam setiap zaman dan keselarasannya dengan segala era. III. Tauhid Tauhid adalah mengesakan Allah dengan beribadah kepadaNya

semata. Ibadah merupakan tujuan penciptaan alam semesta ini. Allah berfirman, "Dan Aku (Allah) tidah menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu." (Adz-Dzaariyaat: 56)

Maksudnya, agar manusia dan jin mengesakan Allah dalam beribadah dan mengkhususkan kepadaNya dalam berdo'a.

6

IV. 1.

Macam - Macam Tauhid Tauhid rububiyah Tauhid rububiyah dan adalah mentauhidkan Allah dalam segala dan

perbuatan-Nya, seperti menciptakan dan mengatur alam semesta, menghidupkan mematikan, mendatangkan bahaya manfaat, memberi rizqi dan semisalnya. Allah Taala berfirman

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (Q.S. Al-Fatihah : 1) Dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Engkau adalah Rabb di langit dan di bumi (Mutafaqqun Alaih) 2. Tauhid uluhiyah

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam ibadah, seperti berdoa, bernadzar, berkurban, shalat, puasa, zakat, haji dan semisalnya. Allah Taala berfirman

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (Q.S. Al-Baqarah : 163) Dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Maka hendaklah apa yang kamu dakwahkan kepada mereka pertama kali adalah syahadat bahwa tiada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah (Mutafaqqun Alaih). Dalam riwayat Imam Bukhari, Sampai mereka mentauhidkan Allah. 3. Tauhid asma was shifat Tauhid asma was shifat adalah menetapkan nama-nama dan sifatsifat Allah sesuai dengan apa yang telah disifati oleh Allah untuk diri-Nya di dalam Al-Quran atau yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di dalam As-Sunnah yang shahih tanpa takwil (menyelewengkan makna), tanpa tafwidh

7

(menyerahkan

makna),

tanpa

tamtsil

(menyamakan

dengan

makhluk) dan tanpa tathil. Allah Taala berfirman

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Q.S. Asy-Syuura : 11) Dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Allah tabaraka wa taala turun ke langit dunia pada setiap malam (Mutafaqqun Alaih). Di sini turunnya Allah tidak sama dengan turunnya makhlukNya. Ahlussunnah hanya mengimani bahwa Allah memang turun ke langit dunia. Tapi tidak membahas hakikat bagaimana Allah turun apalagi menyamakan turunnya Allah dengan turunnya makhluk. V. Faedah Tauhid Beberapa faedah dari tauhid adalah engkau beriman adanya adzab pada hari akhir (kiamat), mendapat hidayah di dunia, menjadi sebab terhapusnya dosa dan masih banyak lagi. Allah Taala berfirman

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S. Al-Anam : 82)

,yaitu syirik (menyekutukan Allah)Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Hak hamba atas Allah adalah seorang hamba tidak akan di adzab apabila ia tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun (Mutafaqqun Alaih). Dapat kita simpulkan bahwa, jika seseorang telah mentauhidkan Allah secara rububiyah, maka hal ini berkonsekuensi seorang hamba harus mentauhidkan Allah dalam uluhiyah. Artinya apabila seseorang meyakini bahwa Allah lah yang menciptakannya, mengatur alam semesta dan memberinya rizqi, maka selayaknya ia hanya beribadah

8

kepada Allah semata tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Karena dakwah yang paling utama dan paling mulia adalah dakwah tauhid. Seperti perkataan Ibnul Qayyim-rahimahullah- Tauhid adalah kunci pembuka dakwah para Rasul. Kemudian beliau menyebutkan tentang hadits Muadz bin Jabal yang diutus untuk mendakwahkan tauhid. Jadi, sudah seharusnya seorang hamba mendahulukan hak Allah di atas hak siapa pun. Karena seorang hamba telah mengetahui siapa yang menciptakannya dan untuk apa ia diciptakan. Imam an-Nawawi -rahimahullah- berkata, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah mengingatkan bahwasanya cabang-cabang keimanan lainnya tidak akan sah dan tidak diterima kecuali setelah sahnya cabang yang paling utama ini (tauhid).

9

BAB III SYARIAHI. Pengertian Syariah Syariah syariah (berarti jalan besar) hukum dalam dari makna generik yang adalah lebih

keseluruhan ajaran Islam itu sendiri. Dalam pengertian teknis-ilmiah mencakup aspek ajaran Islam, berorientasi pada aspek lahir (esetoris). Namum demikian karena Islam merupakan ajaran yang tunggal, syariah Islam tidak bisa dilepaskan dari aqidah sebagai fondasi dan akhlaq yang menjiwai dan tujuan dari syariah itu sendiri. Syariah memberikan kepastian hukum yang penting bagi

pengembangan diri manusia dan pembentukan dan pengembangan masyarakat yang berperadaban (masyarakat madani). Syariah meliputi 2 bagian utama : 1. Ibadah ( dalam arti khusus), yang membahas hubungan manusia dengan Allah (vertikal). Tatacara dan syarat-rukunya terinci dalam Quran dan Sunah. Misalnya : salat, zakat, puasa 2. Mu'amalah, yang membahas hubungan horisontal (manusia dan lingkungannya) . Dalam hal ini aturannya aturannya lebih bersifat garis besar. Misalnya munakahat, dagang, bernegara, dll. Ibadah ada dua macam : 1. Ibadah Khashah/ Maghdhah (khusus) Yaitu ibadah yang ditentukan cara dan syaratnya secara detil dan biasanya bersifat ritus. Misalnya : shalat, zakat, puasa, haji, qurban, aqiqah. Ibadah jenis ini tidak banyak jumlahnya. 2. Ibadah 'Amah/ Ghoir Maghdhah (Muamalah) Yaitu ibadah dalam arti umum, segala perbuatan baik manusia. Ibadah ini tidak ditentukan cara dan syarat secara detil, diserahkan kepada manusia sendiri. Islam hanya memberi perintah/anjuran, dan prisnip-prinsip umum saja. Ibadah dalam arti umum misalnya :

10

menyantuni fakir-miskin, mencari nafkah, bertetangga, bernegara, tolong-menolong, dll.

Dalam menjalankan syariah Islam, beberapa yang perlu menjadi pegangan : a. Berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunah menjauhi bid'ah (perkara yang diada-adakan) b. Syariah Islam telah memberi aturan yangjelas apa yang halal dan haram, maka : i. ii. Tinggalkan yang subhat (meragukan) ikuti yang wajib, jauhi yang harap, terhadap yang didiamkan jangan bertele-tele c. Syariah Islam diberikan sesuai dengan kemampuan manusia,

dan menghendaki kemudahan. Sehingga terhadap kekeliruan yang tidak disengaja & kelupaan diampuni Allah, amal dilakukan sesuai kemampuan d. hendaklah mementingkan persatuan dan menjauhi perpecahan

dalam syariah Syariah harus ditegakkan dengan upaya sungguh-sungguh (jihad) dan amar ma'ruf nahi munkar

II. Macam-Macam Hukum Syariah Hukum Syariat Islam terdiri dari lima macam, yaitu fardlu, haram, mandub, makruh, dan mubah. Hukum syariat Islam bisa berbentuk tuntutan untuk melakukan sesuatu atau tuntutan untuk meninggalkannya. Jika seruan itu berbentuk tuntutan untuk untuk melakukan sesuatu, maka seruan itu dibagi ke dalam dua macam. Pertama, yang berkaitan dengan tuntutan yang harus dikerjakan, yang dinamakan fardlu atau wajib. Tidak ada perbedaan antara dua istilah tersebut.

11

Kedua, yang berkaitan dengan tuntutan yang tidak harus dikerjakan, yaitu apa yang dinamakan mandub. Jika hukum syara berkaitan dengan tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan, maka seruan itu juga dibagi dua macam. Pertama, yang berkaitan dengan tuntutan yang harus ditinggalkan, yang dinamakan haram atau mahdlur. Tidak ada perbedaan antara kedua istilah tersebut. Kedua, jika berkaitan dengan tuntutan yang tidak mengharuskan meninggalkannya. Inilah yang dinamakan makruh. Karena itu, fardlu pujian atau bagi bagi bagi wajib adalah seluruh dan perbuatan bagi yang yang akan yang bagi yang yang pada

mendapatkan

pelakunya, orang

celaan

meninggalkannya. mendapatkan memperoleh pelakunya,

Atau,

yang

meninggalkannya pujian adalah celaan pujian utama lebih bagi pujian bagi bagi dari

memperoleh sanksi/siksaan. Sedangkan haram adalah perbuatan yang celaan pelakunya, Adapun dan meninggalkannya. Dengan kata lain, orang yang melakukannya akan sanksi/siksaan. tetapi tidak Sedangkan atau mandub adalah mendapatkan makruh

meninggalkannya. meninggalkannya,

meninggalkannya

melakukannya. Mubah, adalah apa yang dituju oleh dalil sami (wahyu) terhadap seruan Syari yang di dalamnya terdapat pilihan, antara melakukan atau meninggalkannya.

12

BAB IV AKHLAKI. Pengertian Akhlak Ada dua pendekatan linguistik untuk mendefinisikan dan akhlak, yaitu yang laku

pendekatan

(kebahasaan) budi

pendekatan

terminologi

(peristilahan). Akhlak atau tabiat. khaliq Kalimat yang

berasal dari bahasa arab yakni khuluqun pekerti, perangai, mengandung dan tingkah tersebut berarti

menurut loghat diartikan:

segi-segi persesuaian makhluk yang berarti

dengan perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan pencipta diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk. Secara terminologi akhlak adalah suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran. Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulangulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak. Dalam Encyclopedia Brittanica, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah dan sebagainya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.

13

Perbedaan antara ilmu akhlak dangan akhlak, Ilmu akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis. Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak. 1. Perbuatan yang baik atau buruk.

2. Kemampuan melakukan perbuatan. 3. Kesadaran akan perbuatan itu 4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baikatau buruk Akhlak pengertian bersumber sebagai pada agama. Peragai sendiri mengandung bawaan

suatu sifat dan watak yang

merupakan

seseorang. Pembentukan peragai ke arah baik atau buruk, ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu kondisi lingkungannya. Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga, melalui keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk. Secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Para ahli seperti Al Gazali menyatakan bahwa akhlak adalah peragai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang.

II. Macam-Macam Akhlak Secara umum akhlak atau perilaku/perbuatan manusia terbagi menjadi dua; pertama; akhlak yang baik/mulia dan kedua; aklak yang buruk/tercela. Macam-macam akhlak : 1. Akhlak terhadap diri sendiri

14

2. Aklak terhadap keluarga (Orang tua, akhlak terhadap adik/kakak) 3. Akhlak terhadap teman/sahabat, teman sebaya 4. Akhlak terhadap guru 5. Akhlak terhadap orang yang lebih muda dan lebih tua

6. Akhlak terhadap lingkungan hidup/lingkungan sekitar.Dan inti dari berakhlak tersebut diatas intinya adalah berakhlak baik kepada Allah SWT. Karena Allah SWT telah menjadikan diri dan lingkungan sekitar dengan lengkap dan sempurna. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah) Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridoi oleh Allah SWT , akhlak yang baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang maruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 yang artinya Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah. Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan membentuk sekitarnya sebagai yang contohnya berakhlak yakni mulia kegagalan samalah dalam seperti masyarakat

mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berarti: "Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang demikian) karena Allah hendak merusakan mereka sebagai dari balasan

15

perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)".

III. Landasan AkhlakAdapun yang menjadi landasan utama asas-asas akhlak adalah Alquran dan sunnah Nabi SAW Dan telah dijelaskan dalam sebuh hadist dari 'Aisyah radhiyallahu 'anhaa: Bahwasanya beliau ditanya tentang Akhlak Nabi SAW maka dia berkata:

()

Sebagaimana firman Allah

( )

dan juga

( al Ahzab 21)Ini merupakan dalil yang menunjukan bahwa perbuatan atau perilaku, perkataan dan sifat dari Rasulullah adalah uswah hasanah atau menjadi teladan yang utama. Sehingga wajiblah bagi umatnya untuk mencontohnya. IV. Pembentukan Akhlak akhlak atau kepribadian seseorang itu terbentuk dari beberapa faktor , diantaranya faktor internal , dan eksternal. Dimana, faktor internal terdiri dari : 1. Insting biologis, seperti lapar, dorongan makan yang

berlebihan dan berlangsung lama akan menimbulkan sifat rakus, maka sifat itu akan menjadi perilaku tetapnya, dan seterusnya 2. Kebutuhan psikologis, seperti rasa aman, penghargaan,

penerimaan, dan aktualisasi diri 3. Kebutuhan pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang

membentuk cara berfikir seseorang seperti mitos, agama, dan sebagainya.

Sedangkan faktor eksternal tersebut ialah

, lingkungan

keluarga,

kemudian dilanjutkan dengan pembentukan sikap , bagaimana bersopan

16

santun, bagaimana membantu sesama, bagaimana melakukan hal yang berguna,dsb. Ada 5 akar akhlak , yakni cinta kesabaran, sabar, kasih sayang, kedermawanan, dan keberanian Tiga langkah dalam merubah karakter : 1. Terapi kognitif Cara yang paling efektif untuk memperbaiki karakter dan

mengembangkannya adalah dengan memperbaiki cara berfikir. Langkah : Pengosongan, berarti mengosongkan benak kita dari berbagai bentuk pemikiran yang salah, menyimpang, tidak berdasar, baik dari segi agama maupun akal yang lurus. Pengisian, berarti mengisi kembali benak kita dengan nilai-nilai baru dari sumber keagamaan kita, yang membentuk kesadaran baru, logika baru, arah baru, dan lensa baru dalam cara memandang berbagai masalah.Kontrol, berarti kita harus mengontrol pikiran-pikiran baru yang melintas dalam benak kita, sebelum berkembang menjadi gagasan yang utuh. Doa, berarti bahwa kita mengharapkan unsur pencerahan Ilahi dalam cara berfikir kita. 2. Terapi mental Warna perasaan kita adalah cermin bagi tindakan kita. Tindakan yang harmonis akan mengukir lahir dari warna perasaan yang kuat dan harmonis. Langkah : Pengarahan, berarti perasaan-perasaan kita harus diberi arah yang jelas, yaitu arah yang akan menentukan motifnya. Setiap perasaan haruslah mempunyai alasan lahir yang jelas. Itu hanya mungkin jika perasaan dikaitkan secara kuat dengan pikiran kita. Penguatan, berarti kita harus menemukan sejumlah sumber tertentu yang akan menguatkan perasaan itu dalam jiwa kita. Ini secara

17

langsung terkait dengan unsur keyakinan, kemauan, dan tekad yang dalam yang memenuhi jiwa, sebelum kita melakukan suatu tindakan. Kontrol, berarti kita harus memunculkan kekuatan tertentu dalam diri yang berfungsi mengendalikan semua warna perasaan diri kita Doa, berarti kita mengharapkan adanya dorongan Ilahiyah yang berfungsi membantu semua proses pengarahan, penguatan, dan pengendalian bagi mental kita. 3. Perbaikan fisik Sebagaimana unsur : 1. 2. 3. Gizi makanan yang baik dan mencukupi kebutuhan. Olahraga yang teratur dalam kadar yang cukup. Istirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan relaksasi ahli kesehatan mengatakan bahwa dasar-dasar

kesehatan itu tercipta melalui perpaduan yang baik antara tiga

tubuh.

18

BAB IV KESIMPULANKita bisa menyimpulkan peranan penting akidah dalam membina manusia di berbagai sisi dan dimensi kehidupan dalam poin-poin berikut : 1. Dalam Sisi Pemikiran Akidah menganggap manusia sebagai makhluk yang terhormat. Adapun kesalahan yang terkadang menimpa manusia, adalah satu hal yang biasa dan bisa diantisipasi dengan taubat. Atas dasar ini, akidah meyakinkannya bahwa ia mampu untuk meningkatkan diri dan tidak membuatnya putus asa dari rahmat Allah dan ampunan-Nya 2. Dalam Sisi Sosial Akidah telah berhasil melakukan perombakan besar dalam sisi ini. Di saat masyarakat Jahiliah dengan hanya mementingkan akidah, diri mereka dan telah kemaslahatannya, sosial. Di samping itu, akidah Islam juga telah berhasil merubah tradisitradisi Jahiliah yang menodai kehormatan manusia dan menimbulkan kesulitan. 3. Dalam Sisi Kejiwaan Akidah dapat mewujudkan ketenangan dan ketentraman bagi mengenal mereka

mengorbankan segala yang mereka miliki demi agama dan kepentingan

manusia meskipun bencana sedang menimpa. Dalam hal ini akidah telah menggunakan berbagai cara dan metode untuk meringankan bencana-bencana itu di mata manusia. Di antara cara-cara tersebut adalah menjelaskan kriteria dunia: bahwa dunia ini adalah tempat derita dan ujian yang penuh dengan bencana dan derita yang acap kali menimpa manusia. Oleh karena itu, tidak mungkin bagi manusia untuk mencari kesenangan dan ketentraman di dunia ini. Atas dasar ini, hendaknya ia berusaha sekuat tenaga demi meraih kesuksesan dalam ujian Allah di dunia. 4. Dalam Sisi Akhlak

19

Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu muslim sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan dengannya, dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab. Lain halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-Nya. Dengan demikian, musnahlah tuntunan-tuntunan akhlak dari kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari. Demi mendorong masyarakat berakhlak terpuji dan meninggalkan akhlak yang tidak mulia, akidah mengikuti bermacam-macam metode dalam hal ini: pertama, menjelaskan efek-efek uhkrawi dan duniawi dari akhlak yang terpuji dan tidak terpuji. Syariah (berarti jalan besar) dalam makna generik adalah keseluruhan ajaran Islam itu sendiri. Syariah meliputi 2 bagian utama : 1. Ibadah ( dalam arti khusus), yang membahas hubungan

manusia dengan Allah (vertikal). Tatacara dan syarat-rukunya terinci dalam Quran dan Sunah. Misalnya : salat, zakat, puasa 2. Mu'amalah, yang membahas hubungan horisontal (manusia Dalam hal ini aturannya aturannya lebih

dan lingkungannya) .

bersifat garis besar. Misalnya munakahat, dagang, bernegara, Akhlak merupakan cerminan diri kita yang merupakan budi pekerti , perangai , maupun tabiat kita. Dan akhlak pun terbagi dua yaitu : Akhlatul Karimah (Akhlak terpuji ) dan Akhlatul Mazmumah (Akhlak tercela). Yang menjadi landasan Akhlak adalah Al-Quran dan Al sunnah. Akhlak dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Dan adapula, 5 akar akhlak yakni, cinta kesabaran, sabar, kasih sayang, kedermawanan, dan keberanian. Dan adapun salah satu keutamaan akhlak itu sendiri , adalah ..sesuatu yang paling berat timabngannya pada mizan.. . Dan akhlak , membutuhkan proses yang cukup panjang dalam pembentukannya. Hal ini merujuk pada akhlak sebagai bentukan bukan bawaan . Kemudian , akhlak itu dapat berupa kepribadian , maupun karakter. Terdapat pula, 5 tahap membentuk kepribadian. Walaupun, seseorang tersebut akhlaknya sudah

20

bisa dibilang hancur , tetapi dengan pendekatan karakter yang merupakan bagian dari akhlak itu . Dengan dilakukannya merubah karakter dengan 3 tahap yaitu : terapi kognitif, terapi mental , dan perbaikan fisik.

21

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : ahlak.html, http://id.wikipedia.org/wiki/Aqidah , http://id.wikipedia.org/wiki/syariah , http://id.wikipedia.org/wiki/akhlak , http://ariefhikmah.com , Mannan, Audah,Pengantar Studi Akidah dan Akhlak, http://islamwiki.blogspot.com , http://arhysucces.blogspot.com/2010/05/makalah-akida-

Makassar: Kencana, 2010

22