makalah sp aerasi fix.docx

22
BAB I PENDAHUUAN 1.1 Latar Belakang Air bersih tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan karena tanpa air bersih manusia sulit memperoleh sumber air minum. Salah satu sumber air bersih yang banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia adalah air tanah. Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumahrumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Berdasarkan hasil uji laboratorium kandungan zat besi (Fe) pada salah satu air sumur warga di Kumai Hilir, Kecamatan Kumai, Kalimantan Tengah adalah 5,02 mg/l, yang berarti kadar Fe untuk sumur warga tersebut melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui PERMENKES No.416/Menkes/Per/ IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk Fe adalah 1,0 mg/I. Adanya kandungan Fe dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi kuning coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara. Disamping dapat mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau kurang enak serta menyebabkan warna kuning pada dinding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian. Kondisi inilah yang dikeluhkan oleh warga pemilik air sumur gali tersebut. 1

Upload: ilham-akbar

Post on 27-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah SP AERASI fix.docx

BAB I

PENDAHUUAN

1.1 Latar BelakangAir bersih tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan karena tanpa air bersih

manusia sulit memperoleh sumber air minum. Salah satu sumber air bersih yang

banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia adalah air tanah. Sumur gali

adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk

mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumahrumah perorangan sebagai

air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Berdasarkan hasil

uji laboratorium kandungan zat besi (Fe) pada salah satu air sumur warga di

Kumai Hilir, Kecamatan Kumai, Kalimantan Tengah adalah 5,02 mg/l, yang

berarti kadar Fe untuk sumur warga tersebut melebihi baku mutu yang telah

ditetapkan oleh pemerintah melalui PERMENKES No.416/Menkes/Per/ IX/1990

tentang persyaratan kualitas air bersih bahwa kadar maksimum yang

diperbolehkan untuk Fe adalah 1,0 mg/I.

Adanya kandungan Fe dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah

menjadi kuning coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara. Disamping

dapat mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau kurang enak serta

menyebabkan warna kuning pada dinding bak serta bercak-bercak kuning pada

pakaian. Kondisi inilah yang dikeluhkan oleh warga pemilik air sumur gali

tersebut.

Besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan

dapat dibentuk. Zat besi terdapat dimana-mana baik di dalam air maupun di dalam

tanah dalam berbagai bentuk. Tetapi sejauh ini bentuk umum yang sering

ditemukan di sumber mata air adalah Ferrous bicarbonat dan tak berwarna.

Zat besi dalam air biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam

bikarbonat, garam sulfat, hidroksida dan juga dalam bentuk koloid atau dalam

keadaan bergabung dengan senyawa organik. Oleh karena itu cara

pengolahannyapun harus disesuaikan dengan bentuk senyawa besi dalam air yang

akan diolah.

Adanya kandungan alkalinity (HCO3 - ) yang cukup besar dalam air akan

menyebabkan senyawa besi berada dalam bentuk senyawa ferro bikarbonat

1

Page 2: makalah SP AERASI fix.docx

Fe(CO3 ) 2 , oleh karena CO2 lebih stabil daripada (HCO3) maka senyawa

bikarbonat cenderung berubah menjadi senyawa karbonat: Fe(CO3)2 --> FeCO3

+ CO2 + H2O Dari reaksi tersebut dapat dilihat jika CO2 berkurang maka reaksi

akan bergeser ke kanan dan selanjutnya reaksi akan menjadi sebagai berikut:

FeCO3 + CO2 --> Fe(OH)2 + CO2

Hidroksida besi II (Fe(OH)2 ) mempunyai kelarutan yang besar sehingga

jika terus dilakukan oksidasi dengan udara atau aerasi akan terjadi reaksi ion

sebagai berikut: 4 Fe2+ + O2 + 10H2O --> 4 Fe(OH)3 + 8H+ Sesuai dengan

reaksi tersebut maka untuk mengoksidasi setiap 1 mg/liter zat besi dibutuhkan

0,14 mg/liter oksigen. Pada pH rendah, kecepatan oksidasi besi dengan oksigen

(udara) relatif lambat, sehingga pada praktiknya untuk mempercepat reaksi

dilakukan dengan cara menaikkan pH air yang akan diolah.

1.2 TUJUAN

1. Dapat menjelaskan pengertian aerasi.

2. Dapat menjelaskan penurunan kandungan Fe dalam air.

3. Dapat mengetahui efektifitas cascade aerator dan bubble aerator dalam

menurunkan kadar Fe pada air sumur gali

4. Dapat memenuhi tugas mata kuliah satuan proses.

2

Page 3: makalah SP AERASI fix.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AerasiAerasi adalah pemambahan oksigen ke dalam air sehingga oksigen terlarut

di dalam air semakin tinggi. Pada prinsipnya aersi itu mencampurkan air dengan

udara atau bahan lain sehingga air yang beroksigen rendah kontak dengan oksigen

atau udara. Aerasi termasuk pengolahan secara fisika, karena lebih mengutamakan

unsur mekanisasi dari pada unsur biologi. Aerasi merupakan proses pengolahan

dimana air dibuat mengalami kontak erat dengan udara dengan tujuan

meningkatkan kandungan oksigen dalam air tersebut. Dengan meningkatnya

oksigen zat-zat mudah menguap seperti hiddrogen sulfide dan metana yang

mempengaruhi rasa dan bau dapat dihilangkan. Kandungan karbondioksida dalam

air akan berkurang. Mineral yang larut seprti besi dan mangan akan teroksidasi

mementuk endapan yang dapat dihilangkan dengan sedimentasi dan filtrasi.

Proses aerasi merupakan peristiwa terlarutnya oksigen di dalam air.

Efektifitas dari aerasi tergantung dari seberapa luas dari permukaan air yang

bersinggungan langsung dengan udara. Fungsi utama aerasi adalah melarutkan

oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air dan

melepaskan kandunngan gas-gas yang terlarut dalam air, serta membantu

pengadukan air. Aerasi dapat dipergunakan untuk menghilangkan kandungan gas

terlarut, oksidasi besi dan mangan dalam air, mereduksi ammonia dalam air

melalui proses nitrifikasi.

Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses

pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah

kelompok bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses

metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang mencukupi selama proses

biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan

bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain

diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga

bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah

3

Page 4: makalah SP AERASI fix.docx

serta untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan secara alami, difusi,

maupun mekanik.

1. Aerasi alami

 Aerasi Alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena

pergerakan air secara alami.  Beberapa metode yang cukup populer digunakan

untuk meningkatkan aerasi alami antara lain menggunakan cascade

aerator, waterfalls, maupun cone tray aerator.

2. Aerasi Secara Defusi

Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah

melalui diffuser.  Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk

gelembung-gelembung (bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat berupa

gelembung halus (fine bubbles) atau kasar (coarse bubbles). Hal ini tergantung

dari jenis diffuser yang digunakan.

3. Aerasi secara mekanik

Aerasi secara mekanik atau dikenal juga dengan istilah mechanical

agitation menggunakan proses pengadukan dengan suatu alat sehingga

memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan udara.

2.2 AirAir merupakan salah satu unsur ekosistem yang sangat diperlukan untuk

kelangsungan hidup manusia, hewan dan tumbuhan serta makhluk hidup lain yang

ada di alam ini. Siklus hidrologi air bergantung pada proses evaporasi dan

prespitasi. Air yang terdapat di permukaan bumi berubah menjadi uap air pada

lapisan atmosfer melalui proses evaporasi (penguapan) air sungai, danau, dan laut;

serta proses evapotranspirasi atau penguapan air oleh tanaman. Air yang memiliki

karakteristik yang khas, tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik

tersebut adalah air memiliki kisaran suhu, yakni 0oC-100oC air berwujud cair,

penyimpanan panas yang sangat baik, memerlukan panas yang tinggi dalam

proses penguapan, pelarut yang baik (Effendi, 2003).

4

Page 5: makalah SP AERASI fix.docx

2.2 BesiKehadiran besi pada air tanah yang bersama-sama dengan mangan (Mn),

ditandai oleh larutan yang berasal dari batuan dan mineral, oksida-oksida, sulfide,

karbonat dan silikat yang mengandung logam-logam ini. Sumber besi yang ada di

alam adalah pyrite (FeS2), hematite (Fe2O3), magnetite (Fe3O4), limonite

(FeO(OH)), goethite (HFeO2), ochre (Fe(OH)3) dan siderite (FeCO3) yang mudah

larut dalam air (Razif dalam Siswoyo, 1998).

Besi yang berada di dalam air dapat berbentuk kation ferro (Fe2+) atau ferri

(Fe3+). Pada umumnya besi membentuk senyawa dalam bentuk ferri daripada

dalam bentuk ferro, dan membentuk kompleks yang stabil dengan senyawa-

senyawa tertentu. Dalam kondisi sedikit basa, ion ferro akan dioksidasi menjadi

ion ferri dan akan berikatan dengan hidroksida membentuk Fe(OH)3 yang bersifat

tidak larut dan mengendap di dasar perairan berwarna kuning-kemerahan.

Sementara dalam kondisi asam dan banyak mengandung karbondioksida akan

membuat FeCO3 larut dan meningkatkan kadar Fe2+ di perairan (Effendi, 2003).

Besi diperlukan oleh tubuh manusia dalam jumlah tertentu, apabila

kelebihan besi juga dapat menimbulkan efek yang buruk yaitu melemahnya

kondisi badan, kerusakan hati, jantung, pankreas dan organ-organ tubuh manusia

yang lain (Istikasari, 2001). Beberapa masalah terkait adanya besi di dalam air

selain menurut Effendi (2003) yaitu prespitasi dari logam besi dapat merubah air

menjadi keruh berwarna kuning kecoklatan, menyebabkan mikroorganisme

berkembang yang dapat mencemari air dan mengganggu dalam sistem distribusi

air dalam pipa, keberadaan besi dengan konsentrasi beberapa mg/L saja akan

menyebabkan air berasa logam, akibat prespitasi dapat menimbulkan kesukaran

pada proses pengolahan air, misalnya dengan metoda penukaran ion atau destilasi,

karena endapan yang terbentuk akan menutupi pertukaran ion atau menimbulkan

kerak pada pipa (Siswoyo,1998).

5

Page 6: makalah SP AERASI fix.docx

Kelarutan besi (Fe) dalam air dipengaruhi oleh (Taufan, 2002):

1. Kedalaman

Kelarutan besi dalam air akan semakin tinggi jika semakin dalam air

meresap ke dalam tanah. Besi terlarut dalam bentuk Fe(HCO3)2.

2. pH

Nilai pH rendah (pH<7) akan mempengaruhi kelarutan besi dan logam lain dalam

air. Menurut Said (2005) kecepatan oksidasi besi dipengaruhi oleh pH air,

semakin tinggi pH air kecepatan reaksi oksidasinya makin cepat dan terkadang

diperlukan waktu tinggal beberapa jam setelah proses aerasi agar reaksi berjalan

selain itu tergantung pula pada karakteristik air bakunya (air sampel).

3. Suhu

Peningkatan suhu dalam air akan menyebabkan terjadinya penurunan

kadar O2 dan peningkatan kelarutan besi dalam air.

4. Oksigen (O2)

Oksigen dapat menyebabkan terjadinya aerasi yang akan mengubah ion

Fe2+ menjadi Fe3+. Ion Fe3+ ini akan mengendap sehingga akan mengurangi

kelarutan besi dalam air.

6

Page 7: makalah SP AERASI fix.docx

BAB III

METODOLOGI

3.1 Proses Penurunan Besi (Fe) Dalam Air Menurut Said (1999:103-106), penurunan besi dalam air terjadi sebagai berikut:

3.1.1. Penurunan dengan filtrasi. Media filter yang mengandung MnO2 air baku yang mengandung Fe dialirkan ke

suatu filter yang medianya mengandung MnO2nH2O. Selama mengalir melalui

media tersebut Fe dan Mn yang terdapat dalam air baku akan teroksidasi menjadi

bentuk Fe(OH)3 dan Mn2O3 oksigen terlarut dalam air, dengan oksigen sebagai

oksidator, reaksinya adalah sebagai berikut : 4 Fe2+ + O2 + 10 H2 O 4 Fe (OH)3

+ 8 H+ Reaksi penghilangan besi tersebut adalah merupakan reaksi katalik dengan

MnO2 sebagai katalis, sedangkan untuk reaksi penghilangan Mn adalah

merupakan reaksi antara Mn 2+ dengan hidrat mangandioksida. Jika kandungan

mangan dalam air baku besar maka hidrat mangan dioksida yang ada dalam media

filter akan habis dan terbentuk senyawa MnO2.nH2O sehingga kemampuan

penghilangan Fe dan Mn makin lama makin berkurang. Memperbarui daya reaksi

dari media filternya dapat dilakukan dengan memberikan khlorine ke dalam filter

yang jenuh tersebut.

3.1.2. Penurunan dengan zeolit. Air baku yang mengandung besi dialirkan melalui suatu filter bed yang media

filternya terdiri dari mangan zeolit. Mangan zeolit berfungsi sebagai katalis dan

pada waktu yang bersamaan besi dan mangan yang ada dalam air teroksidasi

menjadi bentuk ferri-oksida dan mangan dioksida yang tidak larut dalam air.

Reaksi penghilangan besi dan mangan dengan mangan zeolit tidak sama dengan

proses pertukaran ion, tetapi merupakan reaksi dari Fe 2+ dan Mn 2+ dengan

oksida mangan tinggi. Filtrat yang terjadi mengandung ferri-oksida dan mangan-

dioksida yang tidak larut dalam air dan dapat dipisahkan dengan pengendapan dan

penyaringan. Selama proses berlangsung kemampuan reaksinya makin lama

makin berkurang dan akhirnya jenuh. Untuk regenarasinya dapat dilakukan

dengan menambahkan larutan kalium permanganat ke dalam zeolit yang telah

jenuh tersebut sehingga terbentuk mangan zeolit (K2Z.MnO.Mn2O7).

7

Page 8: makalah SP AERASI fix.docx

3.1.3. Penurunan dengan saringan pasir lambat Pada saat operasi dengan kecepatan 10-30 m/hr, setelah operasi berjalan 7- 10 hari

maka permukaan atau dalam media filter akan tumbuh dan berkembangbiak

bakteri besi yang dapat mengoksidasi besi atau mangan yang ada dalam air.

Bakteri besi mendapatkan energi aktivasi yang dihasilkan oleh reaksi oksidasi besi

ataupun oksidasi mangan, untuk proses perkembangbiakannya. Dengan

didapatkannya energi tersebut maka jumlah seluruh bakteri juga akan bertambah.

Dengan bertambahnya jumlah sel bakteri besi maka kemampuan untuk

mengoksidasi juga akan meningkat.

8

Page 9: makalah SP AERASI fix.docx

BAB IV

PEMBAHASAN

Aerasi (penambahan oksigen)merupakan salah satu usaha dari

pengambilan zat pencemar dengan tujuan konsentrasi zat pencemar akan

berkurang atau bahkan dapat dihilangkan sama sekali. Aerasi dengan

menggunakan aerator bertujuan untuk memaksa air ke atas untuk berkontak

dengan oksigen.

Aerasi telah digunakan secara luas untuk pengolahan air yang

mengandung besi atau mangan terlalu tinggi di atas ambang batas sebesar 1 mg/l.

Diantaranya Penelitian yang dilakukan oleh Benny Syahputra (2008) pada air

sumur yang berlokasi di Dukuh Siwarak, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung

Pati Kota Semarang, kandungan Fe nya masih melebihi batas maksimum yang

diperbolehkan yaitu sebesar 1,6 mg/l, setelah dilakukan proses aerasi

menggunakan Pneumatic system selama 20 menit dapat memenuhi ambang batas

yang diperbolehkan berdasarkan PERMENKES No.416/Menkes/ Per/IX/1990

untuk air bersih sebesar 1,0 mg/ l.4 Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Saleh (2002) secara eksperimen terhadap penurunan zat Besi (Fe) dengan metode

try aerator membuktikan bahwa dengan sistem ini mampu menurunkan rata-rata

93,8% kadar zat besi dalam air sumur pompa tangan.

Salah satu cara untuk menghilangkan zat besi dalam air yakni dengan

oksidasi dengan udara atau aerasi. Ada beberapa jenis aerator yang biasa

digunakan untuk pengolahan air minum antara lain cascade aerator, multiple plat

form aerator, spray aerator, bubble aerator (pneumatic system) dan multiple tray

aerator.

9

Page 10: makalah SP AERASI fix.docx

Berikut merupakan penelitian sebuah jurnal yang berjudul “Penurunan

Kandungan Zat Besi (Fe) Dalam Air Sumur Gali Dengan Metode Aerasi”

Berdasarkan hasil pada Tabel 1, diketahui kandungan kadar Fe sebelum

dilakukan pengolahan memiliki rata-rata 4,41 mg/l, setelah dilakukan aerasi

dengan metode cascade aerator rata-rata Fe menjadi 0,58 mg/l, yang berarti telah

sesuai dengan baku mutu menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.416/Menkes/Per/IX/1990, yaitu kandungan zat besi dalam air bersih adalah

1,0 mg/l.

Pada penilitian ini dipilih metode aerasi bentuk cascade aerator dan bubble

aerator dengan pertimbangan bahwa metode ini cukup sederhana, biaya

pembuatannya tidak terlalu mahal dan mudah dilaksanakan.

Pada perlakuan dengan menggunakan cascade aerator kandungan zat besi

dalam air sumur memiliki rata-rata sebesar 4,41 mg/ l setelah di lakukan aerasi

kandungan zat besi turun menjadi 0,58 mg/l, terjadi penurunan sebesar 3,83 mg/l

kandungan zat besi dalam air sumur. Perlakuan dengan menggunakan bubble

aerator kandungan zat besi sebelum di lakukan aerasi memiliki rata-rata 4,41 mg/ l

setelah di lakukan aerasi kandungan zat besi turun menjadi 0,74 mg/l, terjadi

penurunan sebesar 3,67 mg/l kandungan zat besi dalam air sumur.

10

Page 11: makalah SP AERASI fix.docx

Pengolahan dengan bubble aerator dapat menurunkan kandungan zat besi

(Fe) dalam air sumur gali menjadi 0,74 mg/l (Tabel 2).

Hasil penurunan kandungan zat besi baik dengan metode cascade aerator

maupun bubble aerator telah sesuai dengan baku mutu menurut Peraturan Menteri

Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990, yaitu kandungan zat besi dalam air

bersih adalah 1,0 mg/l. Hal ini berarti aerator yang digunakan telah dapat bekerja

secara maksimal untuk memaksa air kontak dengan udara. Dalam penelitian ini

dibuat cascade aerator sebanyak 10 step/tangga dengan lama kontak 30 menit,

sehingga kontak antara air dengan oksigen menjadi lebih lama. Air yang akan

diaerasi akan mengalir secara gravitasi karena beda ketinggian dari step satu ke

step.

Pada tiap step akan terjadi kontak antara Fe dalam air dengan oksigen

sehingga terjadi reaksi oksidasi.3 Pada cascade aerator juga dapat menghilangkan

gas-gas yang terdapat dalam air.6 Proses aerasi pada bubble aerator terjadi dengan

menyemprotkan atau menginjeksikan udara melalui dasar dari bak air yang akan

diaerasi, gelembung udara hasil injeksi udara melalui dasar bak aerasi akan naik

ke atas dan akan kontak dengan Fe dalam air sehingga terjadi reaksi yang akan

merubah bentuk Fe terlarut menjadi bentuk Fe tidak terlarut berupa endapan

berwarna kekuningkuningan. Menurut Syahreza (2006), oksidasi Fe dengan cara

aerasi dapat berjalan dengan baik pada pH 7,5 – 8 dalam waktu 15 menit.3

11

Page 12: makalah SP AERASI fix.docx

Sedangkan dalam penelitian ini waktu aerasi dilakukan selama 30 menit, sehingga

kontak dengan oksigen dapat berlangsung lebih lama.

Efektifitas metode cascade aerator terhadap penurunan kandungan zat besi

(Fe) dalam air sumur gali sebesar 87,30% sedangkan pada bubble aerator 83,18%

(Tabel 4). Selisih efektifitas yang terjadi hanya 4,12%, dan tidak ada perbedaan

yang bermakna antara metode cascade aerator dengan bubble aerator dalam

menurunkan kandungan zat besi (Fe) dalam air sumur. Dengan menggunakan dua

metode aerasi ini (cascade aerator dan bubble aerator) jumlah oksigen dapat

dinaikkan 60-80% dari jumlah oksigen yang tertinggal yaitu air yang mengandung

oksigen sampai jenuh.

Dari tabel 3, diketahui dari 20 sampel mempunyai kadar Fe akhir lebih

kecil daripada Fe awal. Nilai p value 0,000 sehingga dapat disimpulkan ada

perbedaan antara kadar Fe air sumur gali sebelum dan sesudah di aerasi.

12

Page 13: makalah SP AERASI fix.docx

Hasil pada Tabel 4 dan 5 dapat diketahui persentase penurunan dengan

metode cascade aerator sebesar (87,30%) lebih besar daripada metode bubble

aerator (83,13%) dan tidak ada perbedaan yang bermakna antara metode cascade

aerator dengan bubble aerator dalam menurunkan kandungan zat besi (Fe) dalam

air sumur.

Sasaran utama aerasi adalah memaksimalkan kontak antara air dengan

udara yang bertujuan menambah oksigen, sehingga semakin bertambahnya waktu

injeksi udara ke dalam air baku akan semakin memaksimalkan terjadinya kontak

air dengan udara sehingga oksigen terlarut akan semakin banyak.

Teori inilah yang menyebabkan metode cascade aerator memberikan hasil

yang lebih baik dibandingkan bubble aerator, karena cascade aerator mempunyai

luas bidang kontak antara air dan oksigen lebih besar dibandingkan bubble

aerator, sehingga meskipun waktu kontak yang terjadi adalah sama-sama 30 menit

tetapi jumlah oksigen yang dikontakkan lebih banyak.

BAB V

PENUTUP

5.1 SIMPULAN 1. Metode cascade aerator dapat menurunkan kandungan zat besi (Fe)

sebesar 3,83 mg/l yaitu dari 4,41 mg/l menjadi 0,58 mg/l dan efektifitas

proses 87,30%.

13

Page 14: makalah SP AERASI fix.docx

2. Metode bubble aerator dapat menurunkan kandungan zat besi (Fe) sebesar

3,67 mg/ l yaitu dari 4,41 mg/l menjadi 0,74 mg/l dan efektifitas proses

83,18%.

3. Metode cascade aerator dan bubble aerator dapat menurunkan kandungan

zat besi (Fe) dalam air sumur gali sesuai dengan PERMENKES

No.416/Menkes/Per/IX/ 1990. 4. Tidak ada perbedaan efektifitas yang

bermakna antara metode cascade aerator dengan bubble aerator dalam

menurunkan kandungan zat besi (Fe) dalam air sumur gali.

DAFTAR PUSTAKAEffendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan.Yogyakarta: Kanisius.

Siswoyo. 1998. “Perubahan Kondisi Fisik dan Kimiawi Air Sumur di Kotatif Jember Akibat Musim dan kepadatan Rumah Penduduk”. Tidak Diterbitkan. Laporan Penelitian. Jember: Lembaga Penelitian Universitas Jember.

14

Page 15: makalah SP AERASI fix.docx

Said, Nusa Idaman; Wahyudi, Heru Dwi. Pembuatan filter untuk menghilangkan

zat besi dan mangan di dalam Air (10 Paket Teknologi Tentang

Pengelolaan Air Bersih dan Pengolahan Limbah Cair). Penerbit Kelompok

Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, Direktorat Teknologi

Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi Material dan

Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta. 1999.

Slamet, J. Soemirat. Kesehatan lingkungan. Penerbit Gajah Mada Universitiy

Press. Yogyakarta. 1994.

Yuniar, M. Penurunan kandungan besi (Fe) air sumur dengan multiple tray

aerator. (Skripsi). STTL Yogyakarta. 1997. 4. Benny Syahputra. Penurunan

kadar besi (Fe) pada air sumur secara pneumatik system.

36.72.219.27/km/file_ebook/48Sumur%20Bor%20OKE.pdf. Diakses

Januari 2012.

Saleh, Muh. Penurunan kadar besi (Fe) pada air sumur pompa tangan dengan

metode try aerator di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo

Kabupaten Gowa. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Unhas. Makassar. 2002.

Joko Sutrisno. Removal kadar besi (Fe) dalam air bersih secara spray aerator

disertai pembubuhan kaporit. Jurnal Teknik WAKTU; Volume 08; Nomor No 02;

Juli 2010.

Agustjik, R. H. A. Diktat pengolahan air. Direktorat Jendral PPM dan PLP

Departemen Kesehatan. Jakarta. 1991.

Taufan, A. 2005. “Model alat pengolahan Fe dan Mn menggunakan sistem venture aerator dengan variabel kecepatan aliran dan jumlah pipa”. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Surabaya: ITS.

15