makalah sbm problem based learning
DESCRIPTION
Model pendekatan ini adalah salah satu dari kelompok pembelajaran berdasarkan Student Centered Learning (SCL).TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan di dunia pendidikan mengajarkan segenap insan untuk memecahkan
masalah yang menjadi tanggung jawabnya sebagai warga Negara Indonesia. Pendidikan
di atur oleh suatu sistem yaitu sistem pendidikan nasional.Menurut UU No. 20 Tahun
2003 Pasal 5 yang berisi dua ayat yaitu: (1) setiap warga Negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; dan ayat (5) setiap warga negara
berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Dari kedua
ayat tersebut telah jelas bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikanyang
bermutu dan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
pendidikan yang di miliki seumur hidupnya (long life education).
Salah satu hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh siswa, terutama dalam
pelajaran fisika yaitu motivasi. Seseorang yang memiliki motivasi tinggi, diduga akan
semangat mempelajari dan mendalami sesuatu dengan baik, sehingga dapat memperkaya
pemahaman konsep dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran fisika
terutama yang berhubungan dengan eksperimen, siswa belum mampu menemukan sendiri
konsep fisika yang telah dipelajari dan hanya menerapkan konsep yang diberikan oleh
guru. Guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan pembelajaran, perlu memilih
metode pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pembelajaran fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang
memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan sesuatu yang baru. Pada
pembelajaran fisika siswa tidak hanya belajar sekedar konsep, melainkan bagaimana
memperoleh pengetahuan dan konsep tersebut. Dalam proses pembelajaran, guru
merupakan fasilitator yang penting. Cara guru menyampaikan sampai pemilihan metode
pembelajaran yang tepat berpengaruh pada hasil yang diperoleh siswa.
1
Penekanan pembelajaran fisika harus relevan dengan kehidupan sehari- hari supaya
pelajaran fisika yang diperoleh akan bermanfaat, dan akan mempunyai peran yang
penting bagi siswa untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari - hari. selanjutnya
akan berdampak dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu.Oleh karena itu
untuk membangkitkan semangat belajar fisika siswa, diperlukan strategi pembelajaran ,
misalnya model pembelajaran problem based learning (PBL).
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Pendekatan PBL (Problem based learning) ?
Apa karateristik dari Pendekatan PBL (Problem based learning) ?
Apa teori pendukung dalam pendekatan PBL (Problem based learning) ?
Apa langkah – langkah penerapan pendekatan PBL (Problem based
learning) ?
Bagaimana penilaian pendekatan PBL (Problem based learning) ?
Apa kelebihan dan kekurangan metode pendekatan PBL (Problem based
learning) ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
Dapat menjelaskan pengertian Pendekatan PBL (Problem based learning).
Dapat menjelaskan karateristik dari Pendekatan PBL (Problem based
learning) .
Dapat menjelaskan tentang teori pendukung dalam pendekatan PBL (Problem
based learning).
Dapat menjelaskan langkah – langkah penerapan pendekatan PBL (Problem
based learning).
Dapat menjelaskan penilaian pendekatan PBL (Problem based learning).
Dapat menjelaskan kelebihan dan kekurangan metode pendekatan PBL
(Problem based learning) .
BAB II
2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Pendekatan Problem Based Learning
Pendekatan pembelajaran adalah salah satu aspek yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang
ditempuh atau cara yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu.
Dalam dunia pendidikan, banyak sekali dikenal pendekatan pembelajaran. Tetapi
secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaituTeacher Centered Learning (TCL)
dan Student Centered Learning (SCL). Saat ini pendekatan pembelajaran yang sedang
berkembang adalah student centered learning (SCL). Dalam student centered learning
lebih lanjut dikenal berbagai macam pendekatan, salah satunya Problem Based Learning.
Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada pada era
globalisasi saat ini. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk pertama kali
oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di
McMaster University Canada (Amir, 2009). Model pembelajaran ini menyajikan suatu
masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui
penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
Beberapa definisi tentang Problem Based Learning (PBL) ,menurut para ahli :
1. Menurut Duch (1995), Problem Based Learning (PBL) merupakan model
pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”,bekerja
secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada
pembelajaran yang dimaksud.
2. Menurut Glazer (2001), mengemukakan Problem Based Learning (PBL)
merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada
masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
3. Menurut Jogiyanto (2006), Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu
model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik yang dapat membuat
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran .
3
4. Menurut Arends (Trianto, 2007), Problem Based Learning (PBL) merupakan
suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik
(nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan
siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
Dari beberapa uraian mengenai pengertian Problem Based Learning (PBL) dapat
disimpulkan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif
kepada siswa. Problem Based Learning (PBL) adalah pengembangan kurikulum dan
proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut
siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan
berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang
sistemik untuk memecahkan masalah atau tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari (Amir, 2009).
Model Problem Based Learning (PBL) bercirikan penggunaan masalah kehidupan
nyata sebagai suatu yang harus dipelajari siswa. Dengan model PBL diharapkan siswa
mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari
kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam
kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan
pengolahan informasi (Amir, 2007).
Savery, Duffy, dan Thomas (1995) mengemukakan dua hal yang harus dijadikan
pedoman dalam menyajikan permasalahan. Pertama, permasalahan harus sesuai dengan
konsep dan prinsip yang akan dipelajari. Kedua, permasalahan yang disajikan adalah
permasalahan riil, artinya masalah itu nyata ada dalam kehidupan sehari-hari siswa.
2.2 Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)
4
Ciri yang paling utama dari model pembelajaran PBL yaitu dimunculkannnya
masalah pada awal pembelajarannya.Menurut Tan (Amir, 2007) Karakteristik Model
Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut :
1. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.
2. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang
disajikan secara mengambang.
3. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntut siswa
menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya
telah diajarkan atau lintas ilmu ke bidang lainnya.
4. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah
pembelajaran yang baru.
5. Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning).
6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja.
7. Pembelajarannya kolaboraif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam
kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan
presentasi.
Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses PBL dapat disimpulkan
bahwa tiga unsur yang esensial dalam proses PBL yaitu adanya suatu permasalahan,
pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam kelompok kecil.
2.3 Teori yang Melandasi Problem Based Learning (PBL)
Dalam perkembangannya, pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme, teori perkembangan kognitif, dan teori
belajar penemuan Jerome Burner.
1) Teori Belajar Konstruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori
pembelajaran konstruktivisme. Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa
harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek
informasi baru dengan aturan-aturan lama, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak sesuai (Trianto ,2007). Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan
segala sesutunya sendiri, dan berusaha dengan susah payah dengan ide-idenya sendiri
(Trianto, 2007).
5
Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan
kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru
dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberi kesempatan siswa
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar
dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
2) Teori Perkembangan Kognitif
Teori belajar kognitif pertama kali dikenalkan oleh Piaget. Menurutnya,
perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif
anak dengan lingkungan. Sementara itu, Menurut Trianto( 2007) , berpendapat bahwa
interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya beragumentasi dan berdiskusi
membantu memperjelas pemikiran yang akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih
logis.
Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat mulai dari bayi yang baru lahir
sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat
tingkat perkembangan kognitif tersebut diantaranya (Dahar, 1989) :
a) Sensori-motor (mulai lahir-2 tahun)
b) Pra-operasional (2-7 tahun)
c) Operasional konkret (7-11 tahun)
d) Operai formal (11 tahun- dewasa)
Teori Perkembangan Piaget, memandang perkembangan kognitif sebagai suatu
proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan memahami realitas
melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
3) Teori Penemuan Jerome Bruner
Teori belajar yang paling melandasi pembelajaran PBL adalah teori belajar
penemuan (discovery learning) yang dikembangkan oleh Jerome Bruner pada tahun
1966. Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang
paling baik. Berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar- benar bermakna (Dahar, 1989).
Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melaui partisipasi
secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk
6
memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen- eksperimen yang mengizinkan
mereka untuk menemukan prisip-prinsip itu sendiri.
2.4 Tahap-tahap dalam Problem Based Learning (PBL)
Menurut Barret (2005) menjelaskan tahap – tahap pelaksanaan PBL sebagai berikut :
1. Siswa diberi permasalahan oleh guru (atau permasalahan diungkap dari
pengalaman siswa)
2. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil dan melakukan hal-halberikut.
Mengklarifikasi kasus permasalahan yang diberikan
Mendefinisikan masalah
Melakukan tukar pikiran berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki
Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah
3. Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan masalah yang harus
diselesaikan. Mereka dapat melakukannya dengan cara mencari sumber di
perpustakaan, database, internet, sumber personal atau melakukan observasi
4. Siswa kembali kepada kelompok PBM semula untuk melakukan tukar informasi,
pembelajaran teman sejawat, dan bekerjasaman dalam menyelesaikan masalah.
5. Siswa menyajikan solusi yang mereka temukan
6. Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh kegiatan
pembelajaran. Hal ini meliputi sejauhmana pengetahuan yang sudah diperoleh
oleh siswa serta bagaiman peran masing-masing siswa dalam kelompok.
2.5 Penilaian pada Model Based Learning (PBL)
Penilaian dalam PBL tentunya tidak hanya kepada hasilnya saja tetapi terhadap
proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. National Research Council (NRC)
(dalam Waters and McCracken),memberikan tiga prinsip berkaitan penilaian dalam PBL,
yaitu yang berkaitan dengan konten, proses pembelajaran, dan kesamaan. Lebih jelasnaya
sebagai berikut.
Konten : penilaian harus merefleksikan apa yang sangat penting untuk dipelajari
dan dikuasai oleh siswa
Proses pembelajaran : penilaian harus sesuai dan diarahkan pada proses
pembelajaran
7
Kesamaan : penilaian harus menggambarkan kesamaan kesempatan siswa untuk
belajar
Oleh karena itu, menurut Waters and McCracken penilaian yang dilakukan harus
dapat :
Menyajikan situasi secara otentik
Menyajikan data secara berulang-ulang
Memberikan peluang pada siswa untuk dapat mengevaluasi dan merefleksi
pemahaman dan kemampuannya sendiri
Menyajikan laporan perkembangan kegiatan siswa.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam PBM tidak hanya
kepada hasil aakhir tetapi juga yang tidak kalah pentingnya adalah penilaian proses.
Penilaian ini bisa didasarkan pada jenis penilaian otentik (autentic assessment) dimana
penilaian difokuskan terhap proses belajar. Oleh karena itu, peran guru dalam proses
PBM tidak pasif tetapi harus aktif dalam memantau kegiatan siswa serta mengontrol agar
proses pembelajaran berjalan dengan baik. Sementar itu, untuk mengetahui sejauhmana
hasil belajar yang telah diperoleh siswa, guru pun perlu untuk mengadakan tes secara
individual. Jadi penialaian dilakukan secara kelompok juga individual.
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning (PBL)
1. Kelebihan
Menurut (Sanjaya, 2007) ,Sebagai suatu model pembelajaran, Problem Based
Learning (PBL) memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :
1) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
2) Meningkatakan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
3) Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami
masalah dunia nyata.
4) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, PBM dapat
mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baikterhadap hasil maupun
proses belajarnya.
5) Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8
6) Memberikan kesemnpatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
7) Mengembangkan minat siswa untuk secaraterus menerus belajar sekalipun
belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
8) Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan mkasalah dunia nyata.
2. kelemahan
Menurut (Sanjaya, 2007) ,Disamping kebihan di atas, PBL juga memiliki kelemahan,
diantaranya:
1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa
enggan untuk mencobanya.
2) Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi
yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar
apa yang mereka ingin pelajari.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan seharusnya dapat membekali siswa dengan kemampuan- kemampuan
yang memungkinkan mereka dapat mengadapi dan menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupannya nanti. Sementara itu, pembelajaran yang dilakukan di sekolah cenderung
hanya sebagai transfer informasi dan pengetahuan yang diberikan oleh guru sebagai
faktor dominan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dilakukan adalah
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL).
PBL lebih menitik beratkan kepada siswa sebagai pembelajar serta terhadap
permasalahan yang otentik dan relevan untuk dipecahkan dengan menggunakan seluruh
pengetahuan yang dimilikinya atau dari sumber-sumber lainnya. Dalam PBL, siswa
dituntut untuk mampu bekerja secara kelompok untuk mencapai hasil bersama. Dimulai
dari pendefinisian masalah, kemudian siswa melakukan diskusi untuk menyamakan
persepsi tentang permasalaha serta menetapkan tujuan dan target yang harus dicapai.
Setelah itu siswa mencari bahan-bahan dari sumber-sumber di perpustakaan, internet,
melalui personal atau observasi.
Penilaian diarahkan tidak hanya pada hasil belajar saja baik kelompok ataupun
individu, tetapi juga kepada proses pembelajaran siswa. Oleh karena itu, peran guru
dalam PBL tidak lah pasif tetapi sangat aktif dalam memantau perkembangan belajar
siswa serta mendorong siswa agar sampai pada tujuan pembelajaran yang diinginkan oleh
guru.
Akhirnya, sebagai sebuah pendekatan pembelajaran, PBL tentunya memiliki
kelebihan dan kekurangan. Tapi selama asumsinya dapat terpenuhi, maka PBL sangat
layak untuk diterapkan dalam rangkan menciptakan siswa-siswa yang memiliki pola pikir
yang kritis terhadap permasalahan yang dihadapinya.
10