makalah revolusi dan an

Upload: dzxv

Post on 17-Jul-2015

518 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

REVOLUSI BIRUDI KAWASAN INTI MINAPOLITAN PALABUHANRATUDENGAN PROGRAM MINAPOLITAN

Oleh : Ir. Arief Rahman Lamatta, MMKamis, 10 Maret 2011 Aula Dekanat FPIK UNPAD Jatinangor

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU1

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Potensi sumber daya ikan lestari (Maximum Sustainable Yield / MSY) yang dimiliki Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 5,1 juta ton per tahun. Pada tahun 2008, produksi ikan hasil penangkapan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (WPPNKRI) telah mencapai sekitar 4,7 juta ton atau sekitar 91,82 % dari JTB. Dalam dekade terakhir (periode 1998 2008), produksi perikanan tangkap naik rata rata 2,40 % per tahun, yaitu dari 3,7 juta ton pada tahun 1998 menjadi 4,7 juta pada tahun 2008. Namun demikian, kontribusi sektor ini terhadap GDP (Gross Domestic Product) Nasional hanya sekitar 2,85 %. Tentu jumlah ini masih relatif kecil dibandingkan kontribusi sector lainnya, Padahal secara kuantitas sudah cukup besar dan nilai produksinya sudah mendekati titik JTB. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai ekonomi sub sektor perikanan tangkap belum diusahakan secara optimal. Secara khusus Potensi Perikanan di WPP 573 dan 572 masih belum tereksploitasi secara optimal, lebih lagi hasil perikanan yang ada di WPP tersebut memiliki nilai ekonomis tinggi serta kualitas ekspor. Didukung kedekatan jarak dari Pelabuhan menuju fishing Ground sangat memungkinkan untuk dikembangkan pengelolaan perikanannya. Seiring dengan perkembangan penggunaan Alat tangkap juga adanya peralihan Alat Tangkap dari penggunaan Alat Tangkap Jaring beralih ke penggunaan Alat Tangkap Pancing Tonda yang menggunakan Alat bantu rumpon. Hal ini karena Penggunaan Alat Tangkap Pancing lebih ramah lingkungan dan nelayan dalam melakukan operasional melaut tidak memerlukan biaya operasional yang lebih besar. Meledaknya jumlah penduduk dunia menyebabkan eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran. Tahun 1960-an dicanangkanlah Revolusi Hijau, dikarenakan lahan darat belum cukup untuk penyediaan pangan sehingga dekade berikutnya dicanangkan Revolusi Biru untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya laut. Beruntung 70 persen wilayah Indonesia adalah laut yang menyimpan sejumlah besar seperti sumber daya ikan, bahan tambang, air mineral, wisata bahari, dan jasa lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk2

kesejahteraan masyarakat. Program peningkatan produksi perikanan di Indonesia dimulai sejak tahun 1970-an melalui kegiatan motorisasi penangkapan ikan. Tahun 1973 dioperasikan kapal tuna longline di perairan ZEE Samudra Hindia dan tahun 1974 ratusan kapal purseine di Jawa Timur. Saat ini terjadi peningkatan jumlah kapal, yakni 790.000 unit, 49 persen di antaranya adalah perahu motor (Statistik Perikanan Tangkap, 2007). Produksi dan jumlah nelayan meningkat, tetapi produktivitas masih rendah, sekitar 4,5 kg per nelayan per hari, jauh di bawah nelayan negara-negara maju sekitar 100 kg per nelayan per hari. Dengan demikian, pendapatan nelayan/petani ikan sekitar Rp 15.000 per hari, jauh di bawah upah minimum. Produksi perikanan tangkap di Indonesia umumnya meningkat sekitar 3 persen per tahun, tetapi di beberapa lokasi, seperti di wilayah selatan Jawa, terjadi penurunan dan perlu diwaspadai. Tidak beroperasinya kapal-kapal akibat naiknya harga bahan bakar minyak menjadi salah satu faktor penurunan produksi. Sementara itu, tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia baru 22 kg per kapita per tahun lebih rendah bila dibandingkan dengan Thailand, 35 kg per kapita per tahun. B. Visi dan Misi KKP Visi Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015 Misi Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan C. Visi dan Misi PPN Palabuhanratu Visi yang menjadi acuan yaitu : Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu sebagai pusat pertumbuhan dan perkembangan masyarakat perikanan yang berorientasi ekspor standar eropa . Visi tersebut bermakna bahwa sesuai dengan tugas pokok pelabuhan perikanan yaitu melakukan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan tangkap dengan wawasan ekspor dengan mempertimbangkan pelestarian lingkungan melalui pengawasan pemanfaatan sumberdaya penangkapan untuk pelestariannya serta penataan dan pelayanan fasilitas pelabuhan sebagai sarana wisata bahari. Sehingga sesuai dengan tuntutan akan pelayanan terhadap pengguna jasa, maka keberadaan pelabuhan perikanan dapat memberikan multiplier effect bagi perekonomian masyarakat perikanan setempat.3

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkanlah misi sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas pelayanan dan Operasional Pelabuhan Perikanan (Pelayanan Prima). Dengan segala perkembangan Pembangunan fasilitas baik yang dikelola secara langsung Pihak Pelabuhan Perikanan maupun melalui Pihak Swasta, Pihak Pelabuhan dituntut peran aktif melayani seluruh lapisan masyarakat perikanan yang bergerak dibidang usaha perikanan dan non perikanan. Hal tersebut dapat terlihat Pembangunan yang dilaksanakan Pihak Pelabuhan Perikanan tahun demi tahun dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat perikanan diberbagai bidang usaha perikanan baik skala kecil maupun skala besar. Pihak Pelabuhan akan memprioritaskan pelayanan dan operasional pelabuhan yang dapat memberikan dampak secara menyeluruh terhadap seluruh lapisan masyarakat perikanan serta tidak akan fokus dibidang tertentu. 2. Mensukseskan Program Minapolitan. Dalam pembentukan Palabuhanratu sebagai Kawasan Inti Minapolitan diharapkan seluruh akses Perikanan Tangkap yang sudah berjalan, untuk meningkatkan operasionalnya dapat didukung dari berbagai instansi terkait. Hal tersebut Pihak Pelabuhan melakukan terobosan dan Koordinasi Program pada masing masing Instansi pemerintah daerah yang mendukung akses perikanan, khususnya segala dampak operasional dari Kawasan Inti Minapolitan seperti pelebaran akses jalan yang biasa digunakan untuk pendistribusian hasil perikanan dan lain sebagainya. 3. Mengembangkan Pelabuhan Perikanan Nusantara menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera. Dengan segala perkembangan fasilitas dan operasional, Pihak Pelabuhan memiliki tugas pelayanan serta dituntut agar dapat mengakomodir seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan disamping perluasan areal pelabuhan untuk meningkatkan kinerja perlu dilakukan peningkatan status dari Nusantara menjadi Samudera sehingga adanya

4

pembagian tugas pegawai yang lebih spesifik dan berdampak secara berkelanjutan sehingga terwujud suatu Pelayanan Prima. 4. Memusatkan segenap kegiatan Perikanan dan Kelautan di Pelabuhan Perikanan (KKP Mini). Pelabuhan Perikanan tidak hanya sebagai tempat bongkar dan tambat saja atau bisa dikatakan akses perikanan tangkap saja, namun kapal yang membongkar hasil tangkapan dapat memproses tangkapan tersebut melalui berbagai bidang usaha perikanan seperti diolah maupun dibudidayakan, yang kegiatannya masih berada di sekitar atau berada di areal Pelabuhan Perikanan. 5. Mendorong dan mengembangkan Unit Bisnis Perikanan Terpadu yang berstandar Internasional / Uni Eropa. Hasil perikanan yang menjadi produk unggulan di Pelabuhan Perikanan telah menjadi andalan ekspor. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kualitas agar dapat bersaing di dunia Internasional. Hal ini Pelabuhan Perikanan berperan dalam menata dan membina Unit Bisnis Perikanan Terpadu serta usaha usaha perikanan yang sedang operasional ini agar tetap mempertahankan kualitas pengolahan maupun penanganan hasil perikanan. 6. Meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Perikanan. Setelah dicanangkannya Pelabuhan Perikanan sebagai Kawasan Inti Minapolitan, akan lebih memantapkan lagi bahwa keberadaan Pelabuhan Perikanan ini bisa memberi dampak terhadap masyarakat Palabuhanratu untuk memanfaatkan hasil perikanan tangkap melalui peningkatan nilai tambah hasil perikanan tangkap tersebut. Hal tersebut diharapkan masyarakat perikanan setempat secara otomatis dapat termotivasi guna meningkat kesejahteraan melalui kreativitas pengembangan pengolahan produk produk yang serba ikan melalui Pembinaan dan Sosialisasi yang dilaksanakan Pihak Pelabuhan.

5

D. Landasan Hukum a. Undang undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan; b. Undang undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; c. Undang undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau pulau kecil; d. Undang undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; e. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan; f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 5 Tahun 2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12 Tahun 2009; g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 Tahun 2006tentang Pelabuhan Perikanan; h. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Penangkapan Ikan di Laut Lepas; i. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 995/KPTS/IK.210/IX/99 Tahun 1999 tentang Potensi Sumberdaya Ikan dan Jumalh Tangkapan yang diperbolehkan di Wilayah Perikanan Republik Indonesia; j. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia; k. Keputusan Bupati Sukabumi Nomor 523/Kep.565-Dislutkan/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan berbasis Perikanan Tangkap di Kabupaten Sukabumi; l. Keputusan Bupati Sukabumi Nomor 523.05/Kep.566-Dislutkan/2010 tentang Tim Pengelola Pengembangan Minapolitan berbasis Perikanan Tangkap di Kabupaten Sukabumi;

6

BAB II REVOLUSI BIRU & MINAPOLITAN PERIKANAN TANGKAP

A. Pengertian 1. Revolusi Biru adalah Perubahan mendasar Cara berpikir dari daratan ke Maritim dengan Konsep Pembangunan berkelanjutan untuk Peningkatkan Produksi Kelautan dan Perikanan melalui Program Minapolitan yang Intensif, efisien dan terintegrasi Guna Peningkatan Pendapatan Rakyat yang Adil, merata dan pantas (Yang melatarbelakangi munculnya revolusi biru bahwa revolusi hijau belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan pangan dan 70 % bagian bumi kita adalah laut ). 2. 4 Pilar Revolusi Biru : a. Perubahan berpikir dan orientasi dari daratan ke maritim. b. Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan c. Peningkatan produksi kelautan dan perikanan melalui program Minapolitan d. Peningkatan pendapatan rakyat yang adil, merata dan pantas. 3. Minapolitan Perikanan Tangkap adalah Kawasan terpilih dari kawasan bisnis perikanan tangkap atau sentra produksi perikanan tangkap untuk pengembangan ekonomi berbasis usaha perikanan tangkap yang dikembangkan secara terintegrasi oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, pelaku usaha dan masyarakat pada suatu kawasan, melalui penataan pusat pelayanan 4. Tujuan dari Minapolitan Perikanan Tangkap adalah : 1. Meningkatkan produksi, produktifitas dan kualitas produk perikanan; 2. Meningkatnya pendapatan nelayan, pembudidaya ikan, pengusaha dan pengolah ikan yang adil dan merata; 3. Mengembangkan Kawasan Minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah; 5. Zona Inti adalah Pelabuhan Perikanan, yaitu tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan / atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.7

6. Zona Pengembangan dan Pendukung adalah wilayah yang berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) diperuntukkan bagi pengembangan bisnis berbasis usaha perikanan tangkap. 7. Zona Keterkaitan adalah wilayah diluar Zona Pengembangan dan Pendukung yang memiliki keterkaitan erat dan langsung dalam kelancaran bisnis perikanan, diantaranya adalah pangsa pasar yang merupakan konsumen dari produk perikanan yang dihasilkan maupun produsen untuk keperluan pemenuhan kebutuhan operasional bisnis perikanan. 8. Sentra Usaha Nelayan (Perikanan Tangkap) adalah wilayah tertentu sepanjang garis pantai (coastal line) yang dicirikan dengan : a. Berkumpulnya nelayan untuk melakukan kegiatan persiapan penangkapan ikan dan transaksi ekonomi lainnya; b. Adanya kegiatan pendaratan ikan; c. Terjadinya kegiatan pemasaran ikan; d. Tempat tambat labuhnya kapal penangkapan ikan; e. Adanya pemukiman nelayan; f. Terdapat kegiatan ikutan yang terkait secara langsung dan tidak langsung dengan kegiatan penangkapan ikan; 9. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah tempat dimana ikan yang didaratkan oleh nelayan akan dilelang oleh petugas penyelenggara pelelangan untuk memperoleh harga jual yang wajar. B. Analisis SWOT secara Umum di PPN Palabuhanratu 1. Strength Populasi Nelayan di Palabuhanratu cukup tinggi, sehingga masih mungkin untuk mengisi setiap kesempatan kerja yang ada sebagai nelayan Wisata Bahari, sejak dahulu Palabuhanratu memiliki pesona yang menarik wisatawan asing maupun nusantara. Pesona wisata terutama karena kondisi morfologi pantainya. Beberapa objek wisata lainnya adalah air terjun, pemandian air panas dan arung jeram. Namun secara keseluruhan wisata bahari merupakan pesona utama yang menjadi daya8

tarik Palabuhanratu, sementara ini potensi wisata bahari yang ada belum semuanya dikembangkan, oleh karenanya pesona itulah yang patut menjadi titik berat pengembangan wisata di masa mendatang. Status Palabuhanratu sebagai ibukota Kabupaten Kebijakan pemerintah daerah untuk menjadikan Palabuhanratu sebagai ibukota Kabupaten merupakan langkah strategis yang dapat meningkatkan aktifitas pembangunan dan menjadi pemicu terjadinya pengembangan aktifitas perekonomian dan pengembangan wilayah. Kebijakan ini sudah tentu akan turut memperbaiki sarana transportasi, gedung pemerintahan, pemukiman, pasar, sarana pendidikan, kesehatan dan lain lain. Tentu akan memicu terjadinya peningkatan permintaan pasar terhadap produksi ikan, sehingga diharapkan dapat memperbesar kebutuhan pengembangan PPN Palabuhanratu di masa mendatang Adanya Potensi ZEEI di Pansela Jabar yang belum dikelola optimal Palabuhanratu sebagai Kawasan Inti Minapolitan. 2. Weakness Modal Komponen ini merupakan kelemahan utama bagi pemerintah Indonesia pada umumnya dan Pemerintah Daerah Palabuhanratu pada khususnya. Hal ini terutama disebabkan oleh krisis moneter nasional dan regional yang terjadi berkepanjangan sampai dengan waktu yang sulit untuk diprediksi. Sementara itu kemampuan finansial mayoritas masyarakat nelayan sangat rendah sehingga tanpa bantuan pemerintah atau swasta berupa kredit lunak, sangat sulit bagi mereka untuk mengembangkan usaha perikanannya. Aksesibilitas Ke Palabuhanratu Secara geografis lokasi Palabuhanratu sangat strategis dan baik, karena daerah ini tidak jauh dari Jakarta dan terletak di pantai Samudera Indonesia. Namun demikian, akses darat masih menjadi kelemahan karena jalan antar kota masih didominasi oleh jalan dengan lebar yang kurang memadai Akses udarapun belum dikembangkan.

9

Minimnya Areal Pelabuhan Untuk mencapai rencana pengembangan PPN Palabuhanratu dibutuhkan areal yang luas. Areal yang mudah dan murah untuk dikembangkan, yaitu ke arah selatan yang masih dalam proses untuk pemanfaatan. Karena areal darat yang dikuasai pelabuhan pada saat ini sangat terbatas dan sempit, maka alternatif arah pengembangan hanya dapat dilakukan ke arah laut lepas (Barat) pada tahun 2000. Pengembangan ke arah laut lepas (Barat) memerlukan biaya yang cukup tinggi dan konstruksi dengan kesulitan tinggi. Palabuhanratu terletak di pantai terbuka Di sekitar lokasi terdapat 2 sungai yaitu, Sungai Cipanyairan dan Sungai Citarik. Kondisi ini memberikan peluang yang terbuka untuk terjadinya sedimentasi. Belum adanya Pabrik Es di Areal PP Penyaluran logistik Es Balok masih mengambil dari areal PPN Palabuhanratu yang memerlukan Perjalanan 3 sampai dengan 4 jam sehingga ketahanannya sampai di Pelabuhan kurang (mengalami penyusutan) Stok BBM Solar masih kurang Penyediaan Stok BBM Solar dari Pihak Pertamina ke 3 Penyalur BBM Solar (SPBB, SPBN dan SPDN) masih kurang Palabuhanratu berada di jalur patahan tektonik Lokasi yang berada di jalur patahan tektonik adalah lokasi yang berada di jalur patahan tektonik. Jika terjadi aktivitas tektonik, selain gempa bumi terdapat kemungkinan terjadi tsunami 3. Oportunity Semua komponen yang dapat menjadi opportunity bagi Pengembangan PPN Palabuhanratu pada prinsipnya bermuara pada peningkatan devisa / pendapatan daerah. Hal ini diharapkan dapat terjadi karena faktor faktor pendukung yang ada pada komponen Strenght Peluang peningkatan aktivitas ekonomi masih terbuka10

Peluang peningkatan volume kunjungan kapal tonase tinggi Pemasukan devisa dari transaksi ekspor Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Adanya kesempatan kerja Adanya Kesempatan Usaha Pengembangan Areal Pelabuhan (Dermaga III : 30 Hektar dan Lahan Industri 100 Ha) Adanya disversifikasi Alat tangkap menggunakan Gill Net dan Payang beralih menggunakan Alat Tangkap Pancing Tonda dengan menggunakan Alat Bantu Rumpon 4. Threat Dalam pencapaian sasaran pengembangan ditemukan 2 faktor utama ancaman yang dikawatirkan akan menjadi hambatan karena adanya kelemahan kelemahan yang dimiliki (Threat) yaitu : Sedimentasi dari Sungai Cipanyairan dan Sungai Citarik. Tingkat kerusakan (vulnerability) yang cukup tinggi jika terjadi gempa bumi dan tsunami, mengingat banyaknya aktifitas di sekitar pantai. C. Penerapan Program Minapolitan di Pantai Selatan Jawa Barat. Penerapan Program Minapolitan di Pantai Selatan Jawa Barat dilaksanakan melalui konsep kerjasama usaha inti-plasma. Dalam pengelolaan usaha inti-plasma itu, akan dibentuk jaringan usaha antara industri perikanan dengan beberapa unit usaha yang dijalankan oleh masyarakat nelayan dan pesisir. Melalui jaringan usaha inti-plasma ini, semua kegiatan usaha perikanan dari hulu sampai hilir akan terintegrasi dalam satu manajemen usaha. Adapun tujuan program Minapolitan melalui konsep usaha inti-plasma ini, tak lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan pesisir di Palabuhanratu. Program Minapolitan dengan konsep usaha inti-plasma itu dilaksanakan di bawah pengelolaan Pemerintah kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sukabumi yang didukung Instansi terkait lainnya. Untuk usaha intinya akan dikelola langsung oleh PPN Palabuhanratu dengan membawahi sejumlah11

unit bisnis perikanan. Sementara usaha plasma, dikerjakan oleh beberapa unit usaha yang dilakukan kelompok masyarakat nelayan dan pesisir. Dalam pelaksanaannya memerlukan dukungan dari berbagai bidang / sektor non perikanan yang secara tidak langsung mendukung Operasional Pelabuhan Perikanan secara khusus dan mendukung 7 PPI Pansela Jabar secara umum, seperti misalnya rencana pelebaran jalan atau pembuatan jalan tol baik jalan Akses dari PPI Pansela ke Pelabuhan Perikanan atau jalan dari Pelabuhan Perikanan ke Jakarta. Pelebaran jalan / perbaikan jalan ini akan berpengaruh terhadap pendistribusian ikan sehingga proses pendistribusian ikan dapat secara cepat dan terjaga kualitas ikannya. D. Revolusi Biru dengan Program Minapolitan Dalam rangka menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar di dunia tahun 2015, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggagas Revolusi Biru sebagai grand strategy. Strategi besar ini diharapkan peningkatan produksi, dan pendapatan nelayan serta pembudidaya ikan. Maka dari itu, untuk memperkuat pelaksanaannya Pihak Pelabuhan Perikanan selaku UPT Pusat mempunyai Visi dan Misi yang merupakan implementasi dan Aplikasi untuk mencapai 4 Pilar Revolusi Biru yang termasuk didalamnya Program Minapolitan dengan melalui Sosialisasi dan Pembinaan Masyarakat Perikanan sebagai Pelaku Usaha Perikanan. Adapun Program Nasional dalam rangka Minapolitan yang penyalurannya melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dengan dibantu Pihak Pelabuhan Perikanan dan mencakup seluruh Kawasan Minapolitan yang telah ditetapkan antara lain sebagai berikut : 1. Restrukturisasi Armada Perikanan Tangkap sebanyak 1.000 Unit hingga 2014 Dalam Pelaksanaannya Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan mengharapkan Nelayan yang ada di seluruh Indonesia dapat meningkatkan pendapatan dengan mengeksploitasi potensi perikanan secara berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan serta dapat melakukan operasional di wilayah ZEE Indonesia. Oleh karena itu, Pihak Kementerian mulai Tahun 2011 ini berencana memberikan bantuan kapal penangkapan ikan berukuran diatas 30 GT. Hal ini mengingat pada umumnya keberadaan Nelayan Indonesia masih banyak yang beroperasional menggunakan kapal berukuran12

dibawah 30 GT dan karena kondisi tersebut belum bisa menjangkau wilayah ZEE Indonesia, sehingga belum bisa bersaing dengan Nelayan Negara tetangga yang jangkauan kapalnya lebih jauh serta Produksi ikannya sesuai yang diharapkan baik ikan yang boleh ditangkap. 2. Sertifikasi Tanah Nelayan hingga 2014 Dengan naiknya harga BBM dan kebutuhan pangan dapat mempengaruhi keberadaan nelayan akan operasional melaut. Sedangkan kita tahu, bahwa nelayan dengan berbagai faktor yang mempengaruhi kehidupannya, identik dengan kemiskinan yang serba kekurangan terutama modal. Oleh karena itu, bagi Nelayan yang tempat tinggalnya belum mempunyai sertifikat Pihak Pemerintah akan membantu dapat mensertifikatkan Tanah milik Nelayan miskin atau Nelayan yang hanya melaut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menggunakan kapal perikanan berukuran dibawah 30 GT. Dengan sertifikat tersebut Pihak Nelayan dapat meningkatkan kepastian usaha nelayan melalui kepemilikan aset berupa tanah yang dapat digunakan sebagai agunan untuk mengakses sumber-sumber permodalan. 3. Pemberdayaan Nelayan melalui Kartu Nelayan, Asuransi Nelayan dan Sehat khususnya Usaha Skala Kecil (Ditargetkan 5000 Kartu Nelayan di Wilayah Jawa Barat pada Tahun 2011). Kartu Nelayan (KN) diperuntukkan bagi Nelayan warga Negara Indonesia yang melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan yang meliputi nakhoda kapal, perwira kapal, anak buah kapal, pemilik kapal yang ikut serta secara langsung melakukan kegiatan penangkapan ikan. Kartu Nelayan diterbitkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Dinas Kelautandan Perikanan Domisili Nelayan, dan bertujuan sebagai:

1. Identitas pembinaan; 2. Basis data jumlah nelayan dalam rangka pengembangan Usaha Nelayan; 3. Melindungi Profesi Nelayan. 4. Pengembangan Usaha Mina Pedesaan. Sasaran PUMP itu untuk nelayan, pembudidaya, dan pengolah. PUMP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri. Anggaran untuk PUMP itu disalurkan dalam bentuk tunai melalui rekening Kelompok13

Usaha Bersama. Dengan demikian diharapkan dapat mendorong penumbuhan wirausaha skala kecil, dan meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Oleh karena itu, Kelompok Usaha dibidang Perikanan yang mengalami hambatan dari segi Permodalan & Sarana dan Prasarana, maka dengan stimulus ini Kelompok Usaha tersebut dapat kembali diharapkan bisa menjalankan usahanya, sedangkan bagi Kelompok Nelayan yang belum terbentuk Kelompok Usaha akan terbentuk Kelompok Usaha yang baru, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan Nelayan Miskin. E. Kegiatan Minapolitan 2011 2014 di Kawasan Inti Kegiatan Prioritas Minapolitan 2011 1. Pengembangan Areal Pelabuhan meliputi kegiatan Pembebasan Lahan dan Pensertifikatan Tanah 2. Pembangunan Pasar Ikan lanjutan Kegiatan Prioritas Minapolitan 2012 Pembangunan Dermaga III untuk kapal diatas 500 GT Kegiatan Prioritas Minapolitan 2013 Pengembangan Areal Industri Pelabuhan Perikanan meliputi kegiatan Pembebasan Lahan dan Pensertifikatan Tanah Kegiatan Prioritas Minapolitan 2014 Penggunaan Areal Industri Pelabuhan Perikanan dengan penataan Unit Bisnis Perikanan Terpadu.

14

BAB III PENUTUP (Kesimpulan)

1. Dalam melaksanakan Program Minapolitan untuk mencapai sasaran Revolusi Biru agar kehidupan Biota laut kita tetap terjaga dan berkelanjutan dalam pelaksanaanya memperhatikan GRAND STRATEGI yang menjadi Indikator kinerja Pelabuhan dengan melalui Sosialisasi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Pembinaan SDM Perikanan secara intensif terhadap masyarakat perikanan setempat. 2. Dengan tercapainya Revolusi Biru melalui Program Minapolitan akan tercapainya peningkatan kesejahteraan atau pendapatan khususnya, serta Kawasan Pesisir pada umumnya.

15