makalah revolusi industri 70++ halaman

139
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains atau pengetahuan menurut Sardar, adalah sebuah fenomena kultural. Statemen ini didasarkan atas pemikiran bahwa setiap kultur –disadari atau tidak, jelas atau kabur– mempunyai pandangan sendiri mengenai dunia, masyarakat dan pengetahuan. Ia juga menghadapi problema-problema dasar manusia dan menunjukkan rasionalitasnya hingga tingkat tertentu, sehingga sebuah kultur mempunyai semacam pengetahuan atau sains. Diantara kultur yang ada, saat ini, kultur Barat adalah yang paling unggul dan memiliki “ilmu-ilmu pengetahuan” yang paling rasional (Sardar, 1989: 59). Revolusi mekanis merupakan hal sama sekali baru dalam pengalaman manusia yang muncul dari perkembangan ilmu yang di organisir, suatu langkah baru seperti penemuan pertanian atau penamuan logam. Revolusi industri mempunyai asal-usul yang sangat berbeda, sesuatu yang sudah mempunyai contoh historis, perkembangan sosial dan finansial yang disebut revolusi industri. Kedua proses itu berjalan beriringan, senantiasa bereaksi satu sama lain, tetapi akar dan esensi mereka berbeda. Bisa saja jadi satu revolusi industri jenis itu meskipun tidak ada batu bara tidak ada tenaga uap, tidak ada mesin-mesin (Wells, 2013: 271). Selama dua abad (1563-1736), peradaban Barat melakukan revolusi mental dan spirit yang lebih besar daripada revolusi 1

Upload: ikhsan-ramadan

Post on 09-Nov-2015

130 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Mata Kuliah Sejarah Dunia

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSains atau pengetahuan menurut Sardar, adalah sebuah fenomena kultural. Statemen ini didasarkan atas pemikiran bahwa setiap kultur disadari atau tidak, jelas atau kabur mempunyai pandangan sendiri mengenai dunia, masyarakat dan pengetahuan. Ia juga menghadapi problema-problema dasar manusia dan menunjukkan rasionalitasnya hingga tingkat tertentu, sehingga sebuah kultur mempunyai semacam pengetahuan atau sains. Diantara kultur yang ada, saat ini, kultur Barat adalah yang paling unggul dan memiliki ilmu-ilmu pengetahuan yang paling rasional (Sardar, 1989: 59).Revolusi mekanis merupakan hal sama sekali baru dalam pengalaman manusia yang muncul dari perkembangan ilmu yang di organisir, suatu langkah baru seperti penemuan pertanian atau penamuan logam. Revolusi industri mempunyai asal-usul yang sangat berbeda, sesuatu yang sudah mempunyai contoh historis, perkembangan sosial dan finansial yang disebut revolusi industri. Kedua proses itu berjalan beriringan, senantiasa bereaksi satu sama lain, tetapi akar dan esensi mereka berbeda. Bisa saja jadi satu revolusi industri jenis itu meskipun tidak ada batu bara tidak ada tenaga uap, tidak ada mesin-mesin (Wells, 2013: 271).Selama dua abad (1563-1736), peradaban Barat melakukan revolusi mental dan spirit yang lebih besar daripada revolusi yang pernah mereka lakukan sebelumnya semenjak mereka tumbuh di tengah-tengah reruntuhan lokal Kerajaan Romawi. Para pemikir Barat kini menolak untuk menerima warisan dari pada penhulunya secara mentah-mentah. Mereka harus menguji doktirn-doktrin warisan Romawi dengan meneliti semua fenomena secara independen, dan mereka juga akan menguji pemikiran-pemikiran mereka sendiri. Merka hidup berdampingan secara damai dengan minoritas heterodoks. Mereka tidak lagi merasa wajib atau harus memaksakan kepercayaan dan ritus mayoritas (Toynbee, 2014: 698).Revolusi-revolusi ini terjadi tidak secara instan, dan mengalami jeda kemunduran (Toynbee, 2014: 698). Revolusi dikenal sebagai perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok kehidupan masyarakat. Revolusi berupa perubahan-perubahan secara mendasar yang dapat memperngaruhi pola pikir masyarakat. Revolusi Industri perubahan yang terjadi abad ke-18 atau awal abad ke-19 yang menandai awal pergantian ekonomi pekerja, menjadi ekonomi berbasis industri atau mesin. Revolusi Industri dimulai di Inggris dengan ditemukan dan digunakannya mesin uap (Putra, 2014: 12).Revolusi Industri dapat dikatakan sebagai perubahan mendasar dari sistem ekonomi agraris menjadi sistem ekonomi industri. Penanda utamana adalah digunakannya mesin sebagai alat produksi. Sebelum Revolusi Industri, masyarakat Eropa adalah masyarakat yang mengguanakan alat produksi tradisional dengan mengandalkan tenaga manusia dan hewan seperti cangkul, parang, sekop, pisau, palu, gergaji, pancung, jala, dan lain sebagainya. Ketika trjadi Revolusi Industri, seluruh peralatan tersebut menjadi jarang digunakan. Masyarakat mulai menggunakan mesin tenun, pemintal, lokomotif, dan lain sebagainya. Revolusi Industri merupakan era kekuatan manusia sudah mulai berkurang. Mesin menjadi kekuatan produksi paling vital dalam menggerakkan produksi (Putra, 2014: 12-13).Meski demikian, apa yang telah dicapai oleh peradaban Barat tersebut bukan sesuatu yang tanpa perjuangan. Kemajuan peradaban Barat sekarang adalah hasil perjalanan panjang yang akarnya telah dimulai sejak zaman renaisans, pergolakan politik, sosial dan ekonomi pada abad pertengahan.Dilihat dari pengaruh yang ditimbulkannya, Revolusi Industri merupakan salah satu momentum sejarah yang sangat spektakuler dalam sejarah peradaban Barat, karena dari Revolusi Industri ini kemudian terjadi perubahan besar dalam sistem perekonomian Barat dan berpengaruh terhadap sistem perdagangan dunia di fase berikutnya. Gejala timbulnya Revolusi Industri sendiri tidak hanya di sebabkan oleh satu sebab, tetapi oleh berbagai factor: politik, ekonomi, psikologi kebangsaan, struktur masyarakat, pengetahuan, dan lain-lain. Tegasnya, proses industrialisasi di Inggris juga dipengaruhi oleh serentetan peristiwa sebelumnya (Renaissance, Aufklarung) dan perkembangan faham (Nasionalisme, Kapitalisme, Rationalisme) yang terjadi di Eropa pada saat itu (Romein: 1956: 67).Dalam makalah ini, penulis akan membahas seluk beluk Revolusi Industri di Eropa khususnya Inggris dalam rentang waktu dari tahun 1760-1850 M. Dalam makalah ini juga penulis akan membahas latar belakang terjadinya Revolusi Industri, alur, tokoh, hingga dampak yang ditimbulkan dari Revolusi Industri.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas bisa kita dapatkan beberapa poin rumusan masalah untuk memandu penulisan makalah ini, diantaranya:1. Bagaimana latar belakang terjadinya Revolusi Industri?2. Bagaimana alur terjadinya Revolusi Industri?3. Bagaimana tokoh-tokoh Revolusi Industri?4. Bagaimana dampak dari terjadinya Revolusi Industri?5.

BAB IIPEMBAHASAN

1. Peradaban Barat Pra Revolusi Industri (1563-1763).Selama dua abad (1563-1736), peradaban Barat melakukan revolusi mental dan spirit yang lebih besar daripada revolusi yang pernah mereka lakukan sebelumnya semenjak mereka tumbuh di tengah-tengah reruntuhan lokal Kerajaan Romawi. Para pemikir Barat kini menolak untuk menerima warisan dari pada penhulunya secara mentah-mentah. Mereka harus menguji doktirn-doktrin warisan Romawi dengan meneliti semua fenomena secara independen, dan mereka juga akan menguji pemikiran-pemikiran mereka sendiri. Merka hidup berdampingan secara damai dengan minoritas heterodoks. Mereka tidak lagi merasa wajib atau harus memaksakan kepercayaan dan ritus mayoritas (Toynbee, 2014: 698)Revolusi-revolusi ini terjadi tidak secara instan, dan mengalami jeda kemunduran. Pada 1686, Fontenelle menerbitkan Entretiens sur la pluralite des mondes, sebuah doktrin yang harus dibayar dengan nyawa Gordano Bruno pada 1600, tetapi Fontenelle tetap hidup lebih dari seratus tahun dan baru meninggal pada 1757 di pembaringannya. Pada 1687, Newton (1642-1727) menerbitkan bukunya Principia, tanpa dipaksa oleh otoritas-otoritas gereja untuk menarik kembali karyanya itu sebagai mana Galileo yang dipaksa melakukannya pada 1633. Dengan perkataan lain, Maklumat Nantes, yang memberi toleransi kepada minoritas Prostestan di Prancis, dicabut kembali oleh Louis XIV pada 1685 (Toynbee, 2014: 698).Penhambatan masyarakat Barat kepada penguasa adalah masa lalu, dan kini mereka telah membebaskan diri. Dulu, semua agama non-Kristen ditindas oleh Pemerintah Imperial Romawi sebelum lengsernya abad ke-5, dan di sebagian negara Barat penerus Kerajaan Romawi misalnya Spanyol selama Imperial Romawi sebelum lengsernya abad ke-5, dan di sebagian negara Barat penerus Kerajaan Romawi misalnya Spanyol selama 1391-1492 dan Portugal pada 1497 semua orang Yahudi yang tidak menemukan suaka di luar negeri dipaksa masuk Kristen. Ajaran-ajaran seorang filosof Yunani Zaman Hellenik, Aristoreles, telas merasuk ke dalam diri para teolog dan filosof kristen Barat sejak abad ke-13. Dan, gaya para penulis Latin Zaman Ciceronian dan Augustan diikuti oleh para penulis Latin Barat modern sejak abad ke-15 (Toynbee, 2014: 698-699).Kini, otoritas agama Kristen, dengan interpolasi filioque Barat dalam kepercayaan-kepercayaannya, tidak ditentang oleh pemberontakan Protestan terhadap kekuasaan paus di Gereja Barat. Namun, kaum Protestan mengganti otoritas Kepausan Curia dengan otoritas Alkitab. Sayangnya, pangeran-pangeran yang beragama Protestan sama tidak tolerannya dengan pangeran-pangeran yang beragama Katolik Roma dalam memaksakan iman Kristen Barat kepada rakyat mereka. Keretakan di dada wilayah Kristen Barat ini telah membuat pihak-pihak yang bertikai lebih fanatik dan kejam daripada para pendahulunya yang beragama Katolik Roma (Toynbee, 2014: 699).Peniruan atas gaya para penulis Latin Klasik menjadi lebih tidak karuan dibandingkan dengan kepatuhan intelektual para pemikir Kristen Barat sebelumnya pada Aristoteles. Dengan perkataan lain, percetakan karya-karya ilmiah dan matematika Yunani Zaman Hellenik di Barat telah melahirkan pemikiran-pemikiran yang independen. Sebab, interpretasi oleh hasil-hasil teknologi dan temuan-temuan grografis selanjutnya. Di bidang ini, renaisans informasi kuno telah sampai pada tahap-tahap perkembangan baru (Toynbee, 2014: 699).Pembabasan Barat dari tirani intelektual para pendahulu Graeco-Romawi didokumentasikan dalam karya Frontenelle, Une Digression sur les anciens et el modernes (1688), dan dalam karya William Wotton, Reflection upon Ancient and Modern Learning (1694). Akan tetapi, serangan-serangan terhadap mereka telah diawali oleh Jean Bodin (1530-96), dan dilanjutkan oleh Francis Bacon (1561-1626) dan Rene Descartes (1596-1650), sebelum para pemikir modern meraih kemenangan yang pasti. Selain itu, para pemenang ini menegaskan bahwa para pemuja Louis XIV bukanlah penyair-penyair yang lebih baik daripada Homer, dan mereka tidak menudkung, serta karenanya tidak menghidupkan kembali, klaim Kristen bahwa peradaban Kristen lebih baik daripada peradaban pra-Kristen. Para pemikir Barat modern meraih prestasi tinggi dalam bidang-bidang fisika, teknologi dan filsafat (Toynbee, 2014: 699-700).Agama Kristen didiskreditkan akibat sejumlah perang agama di Barat, yang dimulai sejak 1534 dan berlanjut secara tak teratur sampai 1648. Peperangan ini berlangsung secara dahsyat dan hipokritis. Motif-motif dan tujuan-tujuan para pangeran yang berperang bersifat politis, tetapi mereka memakai topeng iman agama. Permusuhan mereka diracuni oleh gereja yang penuh dendam tetapi tampak ramah. Royal Society didirikan di Inggris pada 1660 oleh sekelompok orang yang tertarik pada fisika dengan tujuan tidak untuk menggugat agama Kristen, tetapi merehabilitasinya secara moral. Mereka mengalihkan pikiran dan perasaan sejawat mereka dari kontroversi teologis yang kontra produktif dan inkonklusif ke persoalan-persoalan yang menyangkut fenomena alam yang dapat didiskusikan secara jernih dan dipecahkan secara konklusif dengan pengamatan atau eksperimen (Toynbee, 2014: 700).Pada saat yang sama, muncul kritikus-kritikus dan korban-korban lain dari perang agama yang berusaha mengendorkan iman Kristen di hati dan pikiran orang-orang Barat. Karena usaha mereka ini berbahaya, mereka bekrja secara sembunyi-sembunyi kecuali di daerah-daerah diluar wilayah Kristen, tempat, misalnya, orang-orang Belanda di Jepang terus diperbolehkan berdagang karena mereka meninggalkan aktivitas misionaris kristen. Fontenelle melontarkan pernyataan-pernyataan yang hampir inkompatibel dengan ajaran Kristen dalam loges-nya (berita-berita kematian secara lisan) yang mengavarkan kematian para ilmuwan. Dalam karyanya, Histoire des Oracles (1688), dia lebih berani lagi (Toynbee, 2014: 700).Pierre Bayle (1647-1706), seorang pengungsi Protestan Prancis di Belanda Utara, menerbitkan di Rotterdam pada 1795-7 karyanya, Dictionnaire Historique et Critique, yang merupakan prototipe Encyclopdie, karya Diderot dan dAlembert yang terbit di Prancis pada 1751-65. Bayle meniru format edisi-edisi beranotasi Barat para pengarang Yunani dan Latin zaman itu. Isi karyanya bersifat merekan; catatan kaki pada karya ini, yang ditulis dalam huruf yang lebih kecil tetapi seringkali menyita banyak bagian dalam satu halaman, dalam batas-batas tertentu bersifat subversit jika tujuan pengarangnya dalam menulis catatan kaki yang enigmatik ini ditafsirkan untuk mengejek (Toynbee, 2014: 700-701).Edward Gibbon, yang menulis sekitar delapan puluh tahuk kemudian, mengadopsi cara bayle, tetapi ini tidak menyelamatkannya dari hukuman karena karyanya, The History of the Decline and Fall of the Roman Empire, yang terbit pada 1776-88 menjelaskan konversi Kerajaan Romawi ke agama Kristen bukan sebagai keajaiban. Di antara negara-negara Barat, Inggris adalah pioner dalam membangun toleransi beragama tetapi secara perlahan-lahan membiarkan ekspresi keyakinan-keyakinan dan sentimen-sentimen anti-Kristen. John Wesley (1703-91) memulai misi evangelisnya pada 1739, ketika Gibbon (1737-94) masih bayi. Tokoh-tokoh berkebangsaan Prancis yang sezaman dengan Gibbon, Voltaire (1694-1778) dan para penulis ensiklopedi, berani berkata lebih jujur tanpa mendapat hukuman. Bahkan, pada abad ke-18, Voltaire diperbolehkan tinggal di pinggiran Swiss, perbatasan Prancis-Swiss (Toynbee, 2014: 701).Di Prancis pada abad ke-17, Blaise Pascal (1623-62) menggabungkan bakat ilmiahnya dengan iman Kristen Jansesnis-nya. Sementara itu, Uskup Bossuet (1627-1704) menerbitkan Discours sur lhistoire universelle yang memaparkan sejarah umat manusia, sebagaimana dilakukan oleh Eusebius dari Caesarea (sekitar 246-340), dalam naungan kasih Tuhan yang mahakuasa, Yahweh Yahudi. Voltaire menanggapi Bossuet dengan menulis sejarah kultural dan sosial umat manusia yang di dalamnya dia memuji, bukan orang-orang Yahudi, tetapi orang-orang Cina yang peradabannya telah diperkenalkan ke Barat oleh para misionaris Jesuit (Toynbee, 2014: 701).Dalam sejarah terbentuknya toleransi beragama di Barat, karya-karya yang menonjol adalah A Letter on Toleration (1689) dab Treatises on Civil Government (1690), kedua karya seorang eksil Inggris yang ditarik pulang, John Locke (1632-1704). Peristiwa yang mencolok selama itu adalah dikeluarkannya sejumlah undang-undang oleh Leopold I, penguasa Monarki Habsburg Danubian Katolik Roma. Pada 1690, Leopold menawarkan kepada seluruh pemeluk Kristen yang sebelumnya tunduk pada Raja Hungaria dan semua orang yang masih dalam kekuasaan Utsmaniyah bahwa sekarang mereka memiliki kebebasan beragama dan otonomi komunal, dengan standar-standar Utsmaniyah, di bawah kekuasaan Habsburg (Toynbee, 2014: 701-702).Pada 1690-5, Leopold memberi suaka kepada sebuah komunitas pengungsi Serb Ortodoks Timur, yang menjamin privilese-privilese mereka untuk mananam millet (semacam padi atau gandum) Utsmaniyah di wilayah Habsburg. Pada akhir 1664, penduduk Silesia salah satu daerah kekuasaan Habsburg dalam Perang Tiga Puluh Tahun (1618-48) telah mempunyai kebebasan untuk secara terbuka mengekspresikan keinginannya agar terbebas dari kekuasaan Utsmaniyah. Selama dua puluh lima tahun, Monarki Habsurg Danubian telah menerapkan kebijakan toleransi beragama karena desakan untuk menyaingi Rusia dalam menjaga kesetiaan politik orang-orang Kristen Ortodoks Timur Utsmaniyah yang mulai lepas dari kekuasaan Kekhalifahan Utsmaniyah akibat kegagalan kekhalifahan ini yang kedua kalinya untuk mengepung Vienna dan kegagalan ini membawa malapetaka (Toynbee, 2014: 702). Namun, toleransi, sebagaimana independensi intelektual, dicapai oleh orang-orang Barat secara lambat. Di Perancis Maklumat Nantes dicabut pada 1685. Di Cina para misionaris Jesuit baru mendapat tempat setelah menguasai budaya Konfusian, memperkenalkan pengetahuan yang bermanfaat tentang teknologi astronomi dan militer, dan membiarkan orang-orang yang masuk agama mereka menjadi terus memuja nenek moyang sesuai tradisi di Cina. Para Jesuit melakukan tindakan yang disebut terakhir ini dengan alasan yang masuk akal, yaitu bahwa ritus ini adalah tradisi sipil, bukan agama. Matteo Ricci (1552-1610), Jesuit pionir di Cina, telah diangkat jadi anggota kelompok sarjana Kunfusian Cina, di bawah nom de plume Cina, setelah diakui penguasaannya aas budaya Konfusian. Orang-orang Jesuit menerjemhakan Deus dengan Tien (Tuhan) (Toynbee, 2014: 702).Para pemegang otoritas Katolik Roma yang berpendirian keras merusak hasil kerja par Jesuit dengan melarang orang-orang Cina yang masuk Katolik untuk mempraktikkan ritus-ritus tradisional yang memuja nenek moyang, dan dengan menegaskan bahwa Deus harus diterjemahkan sebagai Tien-ti, untuk menunjukkan bahwa Thuan kaum Kristen tidak bersifat supra-personal tetapi personal layaknya manusia. Gereja Roma memicu sengketa dengan Pemerintah Imperial Cina yang berimbas, setelah tiga puluh tahun (1693-1723), pada pelarangan dan penindasar agama Kristen di Cina. Curia tidak mengambil pelajaran dari apa yang terjadi di Jepang pada 1587-1638. Di Eropa, empat puluh dua tahun setelah Monarki Habsburg Danubian memberi toleransi kepada kaum Kristen Ortodoks Timur, para pemeluk Kristen Protestan diusir dari keuskupan kepangeranan yang berdampingan di Slazburg pada 1731-2 (Toynbee, 2014: 702-703).Abad ke-17 ini menjadi saksi atas matinya, di negara-negara Barat, keyakinan takhayul bahwa munculnya sebuah komet adalah peristiwa ajaib yang direncanakan Tuhan sebagai peringatan akan segera datangnya hukuman. Komet yang muncul pada 1680 dianggap sebagai peringatan semacam itu. Pada 1682, Bayle menerbitkan Penses diverses sur la comete, yang menandaskan bahwa komet yang muncul pada 1680 itu dan semua komet lainnya adalah fenomena alam yang normal. Ketika sebuah komet lain tampak pada 1682, astronom Edmund Halley menyamakannya dengan komet-komet yang muncul pada 1456, 1531, dan 1607, dan dia menghitung orbit, periodisitas, dan kecepatannya. Halley juga melakukan hal yang sama terhadap komet yang muncul pada 1680 (Toynbee, 2014: 703).Takhayul Barat lainya, yakni percaya pada dukun, juga lenyap tetapi dengan cara yang lebih sulit. Takhayul ini baru hilang setelah dua ratus tahun (1563-1762) sejak timbulnya tantangan pertama terhadap takhayul tersebut di wilayah Kristen Barat dengan eksekusi terakhir atas seorang dukun yang dilakukan di wilayah tersebut. Selama itu, ribuan orang tak bersalah mati mengenaskan (Toynbee, 2014: 703).Penolakan terhadap otoritas, intoleransi, dan takhayul adalah kemenangan intelektual dan moral yang meninggalkan kesenjangan-kesenjangan dalam struktur kultural dan sosial masyarakat Barat. Kesenjangan-kesenjangan ini diisi oleh hal-hal lain dengan tingkat keberhasilan yang berbeda di bidang-bidang kehidupan yang berbeda pula (Toynbee, 2014: 703).Polemk keagamaan yang memicu kekejaman seperti pembunuhan massal di Paris pada Hari St. Bartholemew 1572 dan di Drogheda pada 1649 berhasil diganti dengan minat pada matematika dan fisika. Minat pada matematika dan fisika ini dirangsang oleh harapan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia melalui aplikasi sistematis sains matematis ke dalam teknologi. Harapan ini, yang diekspresikan terlalu dini oleh Leonardo Da Vinci, disambut baik oleh Francis Bacon (Toynbee, 2014: 703-704).Harapan ini juga mengilhami murid-murid Bacon, yakni para pendiri Royal Society. William Harvey (1578-1657), seorang warga Inggris alumnus Universitas Padua, menerbitkan karyanya, De Motu Cordis et Sanguinis, pada 1628, Robert Boyle (1627-91) memisahkan ilmu kimia dari alkemi. Isaac Newton merevolusi fisika dan astronomi Barat. Charles Linnaeus (1707-78) menggagas klasifikasi sistematis flora dan fauna biosfir. Linnaeus percaya pada imutabilitas spesies dan genus yang telah dikasifikasikannya. Menurut pengamatannya, alam semesta ini statis. Orang yang sezaman Linnaeus, G. L. Leclerc, Comte de Buffon (1707-88), berhasil membuktikan bahwa alam semesta menjadi seperti sekarang ini setelah melalui proses dan waktu yang panjang, dan dia mengatakan bahwa proses ini akan terus berlangsung di masa mendatang (Toynbee, 2014: 704).Di wilayah filsafat, kesenjangan yang ditinggalkan oleh penolakan terhadap otoritas Aristoteles tidak diisi dengan kultus kaum humanis terhadap Plato. Par pemikir Barat abad ke-17 berusaha mengisi kesenjangan ini dengan membuat perubahan yang jelas dan berbuah permulaan baru. Rene Descartes coba melakukan dengan epistimologi. Karyanya Discourse de la Methode (1637), tetap menjadi sebuah bangunan dasar intelektual bahkan bagi para penerusnya yang menentang klaimnya sebagai finalitas kebenaran. John Locke mengusung epistimologi secara empiris. Spinoza (1632-77) dan Leibniz (1646-1716) meletakkan dasar-dasar baru bagi metafisika (Toynbee, 2014: 704).Di wilayah sosiologi, Thomas Hobbes (1588-1679) menancapkan hipotesisnya tentang kontrak sosial dengan melakukan penelitian awal dalam ranah psikologi. Locke, yang juga menggeluti bidang ini, tidak melakukan studi yang mendalam. Giambattista Vico (1669-1744), dalam karyanya, Principi duna scienza nuova (1718), meretas dasar baru dalam sejarah kultural. Karyanya juga sangat baru, tetapi nilai pentingnya tidak diapresiasi oleh tokoh-tokoh sezamannya. Vico terinspirasikan oleh teori Yunani Zaman Hellenik tentang berulangnya rasa sakit secara siklis, tetapi, tidak seperti mentor-mentor Helleniknya, dia menguasai dua budaya, Hellenik dan Kristen Barat. Karena memiliki lebih banyak informasi tentang kedua budaya tersebut, dia menulis esai pertama tentang studi perbandingan peradaban (Toynbee, 2015: 704-705).Wilayah Kristen Barat Abad Pertengahan telah disatukan oleh kepemimpinan paus jadi sebuah Respublica Christiana Barat dan oleh penggunaan bahasa Latin sebagai lingua franca dalam diplomasi, pendidikan, dan bahkan penulisan puisi selain masih adanya puisi-puisi yang memakai beragam bahasa local Barat. Respublica Christiana gerejawi kemudian digantikan sampai batas-batas tertentu oleh Republic of Letters yang sastrawi dan ilmiah. Founding father-nya adalah Erasmus, tetapi Bayle menjuluki Republic of Letters ini, pada 1684, sebagai Nouvelles de la Republique de Letters yang parodis (Arnold Toynbee, 2015: 705).Diskusi intelektual antara para sastrawan dan ilmuan dipermudah dengan kemajuan layanan-layanan pos public dan diizinkannya pemanfaatan layanan-layanan ini untuk korespondensi privat dengan sekadar mengganti ongkos kirim. Korespondensi privat melahirkan newsletters, dan pada gilirannya newsletters melahirkan koran. Publikasi Barat periodik pertama dicetak pada 1609, dan Koran harian pertama diterbitkan pada 1702. Pada abad ke-17, kebanyakan universitas Barat, kecuali Universitas Padua dan universitas-universitas Skotlandia, kahilangan daya hidup dan kreativitas mereka. Kelesuan ini diisi dengan akademi-akademi yang dibangun atau didukung oleh pemerintah negara-negara local berdaulat, dan, di Paris pada abad ke-18 dengan pertemuan-pertemuan privat antarperempuan terdidik (Toynbee, 2015: 705).Kesenjangan yang ditimbulkan oleh ambruknya Respublica Christiana Kepausan juga sebagian ditutupi dengan tumbuhnya jaringan sosial keluarga istana dan aristocrat Barat. Dua kelas sosial di puncak struktur masyarakat Barat ini disatukan oleh perkawinan yang melebur batas-batas antarnegara, dan oleh penguasaan beragam bahasa daerah yang merobohkan dinding-dinding kebangsaan. Solidaritas keluarga istana dan aristokrat Barat menimbulkan skisme (perpecahan) keagamaan di wilayah Kristen Barat (Toynbee, 2015: 705).Maka perpindahan-perpindahan agama bagi raison detat bisa dimaklumi. Sebuah raja kecil Calvinis di Navarre berubah jadi Katolik Roma untuk kemudian menjadi Henry IV di Prancis. William, pangeran Calvinis di Belanda Utara, dan George, pemeluk Lutheran di Hanover, menjadi pengikut Gereja Protestan Episcopalian Inggris untuk menjadi, secara berurutan, William III (Raja Inggris) dan George I (Raja Persatuan Kerajaan Inggris dan Skotlandia). Setelah di Skotlandia Calvinisme menjadi agama yang mapan, William III harus mengadopsi sebuah bentuk Protestanisme ekstra ke dalam agamanya sendiri. Namun, empat George dan William IV harus menjadi Calvinis Presbyterian di Skotlandia dan Episcopalian di Inggris, sambil tetap sebagai pemeluk Lutheran di Hanover.( Arnold Toynbee, 2015: 706)Bahasa-bahasa daerah yang hidup di Barat telah mulai, pada abad ke-12, mengokohkan diri mereka dalam puisi, selain masih adanya puisi berbahasa Latin kontemporer yang memperlihatkan gaya bahasa daerah dalam bahasa Latin. Ketika bahasa-bahasa daerah ini berhasil meraih kedudukan yang tinggi, pengaruh pertamanya adalah absahnya sebuah lading persemaian bagi para genius. Dalam prosa lahirlah, misalnya, Rabelais (1494-1553), dan dalam puisi Shakespeare (1564-1616). Zaman perang agama di Barat juga merupakan zaman keemasan bagi puisi Barat. Keberanian kultural untuk membuang takhayul dan menghentikan perang agama berasal dari puisi lalu prosa tidak dari music, tetapi dari genre-genre yang medianya adalah bahasa daerah (Arnold Toynbee, 2015: 706).Para penyair Barat Transalpine abad ke-16 menulis, sebagaimana para pendahulu dan rekan-rekan Italia sezaman mereka, dengan ejaan model-model Latin dan Yunani klasik. Penyair-penyair Prancis saat itu adalah, misalnya, Joachim du Bellay (1522-60), Pierre de Ronsard (1524-85), dan lima anggota Pleiade lainnya. Rekan-rekan mereka di Inggris adalah para pioneer, seperti Sir Thomas Wyatt (1503-42) dan Henry Howard, Earl dari Surrey (1517-47), yang disusul oleh banyak sekali penyair Zaman Elizabethan dan penerus mereka sampai restorasi monarki di Inggris dan Skotlandia pada 1660 (Toynbee, 2015: 706).Cahaya terang Shakespeare dan Milton (1608-74) menyilaukan banyak penyair Inggris dan Skotlandia pada zaman ini yang sebetulnya akan bersinar terang jika mereka tidak silau oleh dua sumber cahaya agung tersebut. Setelah fajar Zaman Pencerahan menyingsing, para penyair Barat sengaja menjadi prosais. Perubahan genre dan gaya ini diawali oleh para dramawan Prancis abad ke-17: Corneille (1606-84), Moliere (1622-73), Racine (1639-99). Para genius ini menulis dalam bentuk-bentuk yang sederhana. Mereka memperoleh sebuah instrumen bahasa baru dari para penulis prosa Prancis saat itu misalnya, Pascal (Toynbee, 2015: 706-707).Gaya prosa Prancis yang berkembang selama abad ke-17 adalah sederhana, jelas, dan teliti. Gaya ini jauh lebih sesuai daripada gaya bahasa Latin atau Yunani klasik- dengan bahasa-bahasa Indo-Eropa yang saat itu telah banyak berubah seperti bahasa Inggris. Struktur bahasa-bahasa Romawi berubah dari infleksional jadi analitis yang didalamnya partikel yang dapat ditanggalkan, preposisi, dan kata kerja bantu telah menggantikan cara lama yang kurang praktis, yaitu menempelkan sufiks dan prefiks pada kata kerja dan kata benda. Gaya prosa Prancis yang baru ini juga meninggalkan kalimat-kalimat panjang ala Latin dan Turki yang beranak-pinak. Struktur kalimat Prancis yang baru bersifat parataktis [konstruksi kalimat, klausa, atau frase koordinatif tanpa memakai kata penghubung-penerj.]. Penulis membuat hubungan yang logis antara sebuah kalimat tunggal pendek dan lainnya (Toynbee, 2015: 707).Revolusi gaya bahasa Prancis ini dengan hebatnya menyerang kesusastraan Inggris, dan di sini perubahannya, sehingga berbeda dari aslinya, drastis. Para revolusionernya pun menyadarinya. Dryden, sebagai contoh, percaya bahwa gaya ini, baik dalam prosa maupun puisi, merupakan pengembangan yang mencolok dari gaya Milton (Toynbee, 2015: 707).Pengaruh gaya para penulis Prancis dan migr (emigran) Protestan Prancis ke negara-negara Barat lain mengangkat budaya Prancis di Dunia Barat dalam seluruh bidang kecuali music. Dalam music, Jerman lebih unggul daripada Italia. Di Jerman Utara setelah Perang Tiga Puluh Tahun, keluarga Bach yang prolific mengungguli para pangeran yang menjadi patronnya. Johann Sebastian Bach (1685-1750) dan Georg Friedrich Handel (1685-1759) adalah musisi-musisi Jerman paling termasyhur pada zamannya (Toynbee, 2015: 707).Frederick II Raja Agung Prusia (memerintah 1740-86) melakukan tour de force untuk mengangkat kerajaannya yang kecil dan miskin jadi sebuah kekuasaan besar, tetapi dia juga mencari sumber-sumber uang untuk membiayai opera di Berlin. Namun, ambisi pokok non-militer Frederick adalah menulis puisi dalam bahasa Prancis sebelum, sebagaimana Dante, memakai bahasa ibu miliknya sebagai bahasa untuk menulis karya utamanya. Dalam peperangan di Barat pada 1667-1713, Prancis gagal menyokong pengaruh kulturalnya dengan dominasi politik. Prancis dikalahkan dengan susah-payah oleh koalisi negara-negara Barat lemah yang ditulangpunggungi oleh Belanda Utara (Toynbee, 2015: 707-708).Dalam peperangan pertama (1494-1559) melawan penguasa Burgundian-Habsburg, Prancis kalah, dan pada 1525 juga takluk. Ketegangan antara adikuasa Katolik Jerman diselai dengan perang-perang saudara di Prancis (1562-98), di Belanda (569-1609), di Jerman untuk kedua kalinya (1618-48), dan di Inggris (1642-8) (Toynbee, 2015: 708).Semua perang saudara ini mengundang intervensi asing dalam tingkat paling kecil di Inggris dan paling besar pada Perang Tiga Puluh Tahun di Jerman. Prancis yang Katolik mendukung pangeran-pangeran Jerman yang Protestan dalam melawan kaisar Habsburg Charles V pada perang saudara (1534-55). Dalam Perang Tiga Puluh Tahun, Prancis bekerja sama dengan Swedia untuk mencegah Habsburg agar tidak menguasai negara-negara Jerman Protestan. Kebijakan Prancis ini ditukangi oleh dua negarawan, yakni cardinal-kardinal Gereja Roma: Richelieu (1585-1642), yang berkuasa pada 1624, dan Mazarin (1604-60) sebagai penerus langsung Rechelieu (Toynbee, 2015: 708).Dalam Perang Tiga Puluh Tahun, Prancis memperoleh kemenangan, dan Monarki Habsburg Danubian kalah. Prancis menaklukkan kembali bukit-bukit Bohemian dan tetap bertahan hidup. Swedia bekerja keras hingga melampaui batas kekuatannya. Spanyol kolaps dan gagal mengambil keuntungan dari kelumpuhan Prancis pada 1562-98. Penyatuan Portugal dan Spanyol pada 1580 mendorong Spanyol ke puncak kekuasaan, tetapi sejak itu kekuatannya dihisap oleh peperangan di Belanda. Selain perang saudara antara penduduk-penduduk Belanda Protestan dan Katolik, ini juga merupakan pemberontakan nasional rakyat Belanda Protestan terhadap kekuasaan Spanyol (Toynbee, 2015: 708).Penyatuan politik Portugal dan Spanyol mendorong kekuasaan Portugal di luar negeri untuk menyerang Belanda. Kelanjutan upaya Spanyol pada 1621 untuk kembali menaklukkan Belanda Utara menguras sumber-sumber Spanyol. Penghancuran sebuah armada Spanyol oleh Belanda pada 1639 semakin memojokkan Spanyol yang kalah dalam pertempuran laut sebelumnya melawan Inggris pada 1588. Di darat di Dunia Lama, Spanyol lumpuh akibat pemberontakan-pemberontakan di Portugal dan Catalonia pada 1640 (Toynbee, 2015: 709).Sekalipun Spanyol kehilangan kekuatan lautnya, kekuasaannya di luar negeri yang sangat besar tetap tak tergoyahkan, dan perak dari penambangan-penambangan di Andean dan Meksiko tetap mengalir ke Spanyol. Namun, aset-aset ini tidak mampu menyelamatkan Spanyol dari kebangkrutan. Spanyol tidak memiliki tanah agricultural yang luas seperti Prancis, dan agrikulturalnya terhambat oleh peternakan hewan nomadik yang berskala besar. Konsekuensianya, Spanyol, sebagaimana Swedia, dan Jerman memberi peluang pada Prancis. Pada 1522, Prancis memperoleh tiga daerah Lorraine: Mertz, Toul, dan Verdun. Dalam Perang Tiga Puluh Tahun, ia mendapatkan Alsace (Toynbee, 2015: 709).Prancis masih bisa bertahan setelah berperang pada 1667-1713, dan Monarki Habsburg Danubian juga tetap bertahan setelah Perang Tiga Puluh Tahun. Banyak kaum minoritas Protestan Prancis beremigrasi pada dan setelah 1685. Penduduk Prancis sangat padat sehingga emigrasi tersebut tidak mempengaruhinya. Kaum Yahudi dan muslim Spanyol di Prancis beremigrasi ke Spanyol. Di pihak lain, banyaknya emigrasi Prancis Protestan yang terampil dan tekun memperkuat musuh-musuh Prancis sekarang dan mendatang: Belanda Utara, Inggris, dan, di atas semua itu, Brandenburg (permukiman Belanda di Tanjung Harapan) serta Wetternberg (permukiman Inggris di South Carolina) (Toynbee, 2015: 709).Selain itu, pada tahap-tahap selanjutnya dalam perang 1667-1713 seusai Inggris bergabung dengan Belanda, dan dalam perang-perang Anglo-Prancis 1740-8 dan 1756-63, Prancis kalah dari Inggris dalam memperebutkan Amerika Utara sampai bagian utara Kerajaan Spanyol, dan memperebutkan India. Inggris merebut Amerika Utara dari Prancis pada 1690-1763 dan India (kecuali beberapa daerah kantong yang kecil dan terisolasi) pada 1746-61. Pada 1767, Hume menulis surat dalam bahasa Prancis kepada Gibbon. Dia meramalkan bahwa Amerika Utara akan diduduki oleh orang-orang berbahasa Inggris, dan ramalan Hume ini didukung oleh Gibbon sendiri yang membalas surat rekannya itu dalam bahasa Inggris setelah pecahnya Perang Revolusi Amerika (Toynbee, 2015: 709-710).Prancis gagal merebut Amerika Utara dan India. Akan tetapi, diantara negara-negara Barat besar pada 1621, hanya Prancis dan Monarki Habsburg Danubian itulah yang masih bertahan selama satu abad berikutnya. Kekuasaan Spanyol hancur karena terlibat dalam Perang Tiga Puluh Tahun; kekuasaan Belanda Utara ambruk karena terlibat dalam peperangan 1667-1713; dan kekuasaan Swedia Kolaps karena kalah dalam perang Rusia-Swedia 1700-21. Pada 1721, peran Belanda di ambilalih oleh Inggris, dan peran Swedia oleh Rusia dan Prusia. Habsburg Danubian sekali lagi memperoleh keuntungan. Mereka mewarisi dominion-dominion Habsburg Spanyol di Lombardy dan di Belanda Selatan, dan mereka berekspansi ke timur sehingga menelan korban Kekhalifahan Utsmaniyah yang baru saja gagal mengepung Vienna untuk kedua kalinya pada 1682-3 (Toynbee, 2015: 710).Pembalikan perang agama jadi perang untuk memperebutkan kekuasaan politik dan keuntungan ekonomi di Barat pada paruh pertama abad ke-17 dibarengi dengan berkurangnya tingkat brutalitas. Peperangan antarnegara Barat berlangsung, bukan sebagai perjuangan a outrance antara orang-orang dan kelompok-kelompok yang saling membenci, tetapi sebagai temperate contest adu kekuatan (istilah Gibbon) antar pemerintah yang menurunkan pasukan-pasukan professional yang disiplin dan berseragam. Nyawa dan harta benda penduduk sipil dilindungi. Tentara harus menyediakan sendiri perbekalan logistiknya, dan tidak hidup dari masyarakat. Penduduk sipil yang mengungsi dari satu negara ke negara lain tidak boleh dirampas, diusir, dan dibunuh (Toynbee, 2015: 710).Akan tetapi, pemerintah-pemerintah Barat tidak selalu mematuhi peraturan-peraturan kemanusiaan yang baru ini. Perang itu sendiri adalah sebuah kekejaman; abolisi adalah satu-satunya jalan keluar; dan bahkan upaya-upaya yang sungguh-sungguh untuk menjadikan perang lebih menusiawi tidak mungkin lebih dari sekadar perbaikan yang parsial. Prancis secara sengaja menghancurkan Rhenish Palatinate pada 1674 dan lagi pada 1688, dan, jika sebuah kota pertahanan diserang setelah pasukan militernya menolak seruan untuk menyerang, pasukan musuh yang menang berhak untuk menjarah dan memperkosa penduduk sipil. Namun, antara 1688 dan 1792, perang berhasil di reduksi, di Dunia Barat secara keseluruhan, jadi barbaritas yang relatif kecil tingkatnya yang sesungguhnya telah berlangsung secara local di Italia utara pada abad ke-15 (Toynbee, 2015: 710-711).

1. Latar Belakang Terjadinya Revolusi IndustriRevolusi mekanis merupakan hal sama sekali baru dalam pengalaman manusia yang muncul dari perkembangan ilmu yang di organisir, suatu langkah baru seperti penemuan pertanian atau penamuan logam. Revolusi industri mempunyai asal-usul yang sangat berbeda, sesuatu yang sudah mempunyai contoh historis, perkembangan sosial dan finansial yang disebut revolusi industri. Kedua proses itu berjalan beriringan, senantiasa bereaksi satu sama lain, tetapi akar dan esensi mereka berbeda. Bisa saja jadi satu revolusi industri jenis itu meskipun tidak ada batu bara tidak ada tenaga uap, tidak ada mesin-mesin (Wells, 2013: 271).Hal demikian mungkin terjadi lebih jauh dekat dengan dengan jalur perkembangan sosial dan finansial tahun-tahun belakangan pada Republik Romawi. Hal itu akan kisah para penggarap merdeka yang tak punya lahan, buruh beregu, perkebunan-perkebunan besar, kekayaan finansial yang besar, dan proses finansial yang merusak secara sosial. Metode pabrikpun sudah datang sebelum tenaga dan mesin-mesin. Pabrik bukanlah produk mesin, tetapi produk pembagian kerja para pekerja terlatih. Mereka telah membuat hal-hal seperti kotak-kotak kardus dan perabot rumah tangga, peta-peta berwarna dan ilustrasi-ilustrasi buku serta sebagainya, bahkan sebelum kincir air digunakan untuk industri. Sudah ada pabrik-pabrik di Roma pada masa Agustus (Wells, 2013: 271).Selama dua abad (1563-1736), peradaban Barat melakukan revolusi mental dan spirit yang lebih besar daripada revolusi yang pernah mereka lakukan sebelumnya semenjak mereka tumbuh di tengah-tengah reruntuhan lokal Kerajaan Romawi. Para pemikir Barat kini menolak untuk menerima warisan dari pada penhulunya secara mentah-mentah. Mereka harus menguji doktirn-doktrin warisan Romawi dengan meneliti semua fenomena secara independen, dan mereka juga akan menguji pemikiran-pemikiran mereka sendiri. Merka hidup berdampingan secara damai dengan minoritas heterodoks. Mereka tidak lagi merasa wajib atau harus memaksakan kepercayaan dan ritus mayoritas (Toynbee, 2014: 698).Revolusi-revolusi ini terjadi tidak secara instan, dan mengalami jeda kemunduran (Toynbee, 2014: 698). Revolusi dikenal sebagai perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok kehidupan masyarakat. Revolusi berupa perubahan-perubahan secara mendasar yang dapat memperngaruhi pola pikir masyarakat. Revolusi Industri perubahan yang terjadi abad ke-18 atau awal abad ke-19 yang menandai awal pergantian ekonomi pekerja, menjadi ekonomi berbasis industri atau mesin. Revolusi Industri dimulai di Inggris dengan ditemukan dan digunakannya mesin uap (Putra, 2014: 12).Revolusi Industri dapat dikatakan sebagai perubahan mendasar dari sistem ekonomi agraris menjadi sistem ekonomi industri. Penanda utamana adalah digunakannya mesin sebagai alat produksi. Sebelum Revolusi Industri, masyarakat Eropa adalah masyarakat yang mengguanakan alat produksi tradisional dengan mengandalkan tenaga manusia dan hewan seperti cangkul, parang, sekop, pisau, palu, gergaji, pancung, jala, dan lain sebagainya. Ketika trjadi Revolusi Industri, seluruh peralatan tersebut menjadi jarang digunakan. Masyarakat mulai menggunakan mesin tenun, pemintal, lokomotif, dan lain sebagainya. Revolusi Industri merupakan era kekuatan manusia sudah mulai berkurang. Mesin menjadi kekuatan produksi paling vital dalam menggerakkan produksi (Putra, 2014: 12-13).Revolusi yang terjadi di Eropa bukan sekedar serangkaian pergolakan politik dan sosial yang telah menimpa Prancis serta wilayah negara tetangga selama dasawarsa terakhir abad-18, tetapi lebih merupakan usaha akbar penduduk dunia Barat untuk mempercepat proses pembebasan manusia agar ia dapat lebih menikmati kebahagian duniawi (Godechot, 1989: 202). Alasan ini tidak hanya menjadi keyakinan masyarakat Perancis, tapi juga menjadi alasan bagi masyarakat Rusia dan tidak terkecuali para koloni Inggris yang hidup di daratan Amerika dan Australia.Hingga pertenganhan abad kedelapan belas yang lalu, sejarah sosial dan ekonomi Eropa Barat nyatanya mengikuti kembali jalur yang dilalui Negara Romawi pada tiga belas abad terakhir sebelum masehi. Tetapi perpecahan politisi Eropa, goncangan-goncangan terhadap monarki, perlawanan gigih rakyat biasa dan mungkin juga keterbukaan yang lebih besar kecerdasan orang Eropa kepada ide-ide dan penemuan-penemuan mekanis, mengubah prose situ kea rah-arah yang sama sekali baru. Ide-ide sodilaritas manusia, berkat agama Kristen, tersebar jauh lebih luas di dunia Eropa yang lebih baru, kekuatan politisi tidak dipusatkan, dan oleh karena itu orang yang bertenaga ingin sekali kaya mengalihkan pikirannya, dengan sepenuh hati dari ide akan perbudakan dan buruh beregu ke ide tenaga mesin dan mesin (Wells, 2013: 272).Dimulai dari serangkaian penemuan wilayah baru atau tanah jajahan di Afrika, Asia, dan Amerika oleh pelaut-pelaut Eropa pada abad 15 dan 16, berkembanglah perdagangan lewat laut yang kemudian mengakibatkan terbentuknya kaum borjuis yang kaya dan sangat berpengaruh di Inggris, Nederland, Prancis, beberapa daerah di Jerman dan Italia. Kemunculan golongan menegah ini, yang menguasai sektor ekonomi dan melahirkan kapitalisme (Marbun, 1996: 557).Kekacaubalauan yang ditimbulkan dari ketegangan dua golongan diatas pada gilirannya menjadi pokok renungan kaum intelektual saat itu untuk membebaskan diri dari konsep lama, pola pemikiran dalam bentuk kuno, yang disebut revolusi intelektual. Revolusi ini ditandai dengan penyebaran Pencerahan, keberhasilan para filusuf dan karya-karya mereka. Mereka berupaya memperluas kemampuannya dalam menguasai alam dan memperbanyak pengetahuannya. Yang terpenting, dalam kaitannya dengan ekonomi, mereka bertekad mengurangi dan mengganti kerja kasar atau tenaga manusia dengan mesin. Kecenderungan ini terjadi menjelang tahun 1750, di Prancis, Jerman, Nederland dan terutama di Inggris (Godechot, 1989: 203).Revolusi mekanis, proses penciptaan dan penemuan mekanis, adalah hal yang baru dalam pengalaman manusia. Ia berlangsung tanpa memperhatikan konsekuensi-konsekuensi sosial, politis, ekonomis dan industrial yang dapat ditimbulkannya. Di sisi lain, revolusi industri, seperti sebagian besar urusan manusia, semakin banyak diubah secara mendalam dan dibolehkan oleh variasi terus-menerus dalam kondisikondisi manusia yang disebabkan oleh revolusi mekanis (Wells, 2013: 272).Perbedaan pokok diantara penimbunan kekayaan, punahnya para petani kecil serta pembisnis kecil, dan tahap keuangan besar pada abadabad belakangan Republik Romawi, di satu sisi, dan konsentrasi modal yang sangat mirip abad kedelapan belas dan kesembilan belas di sisi lain, terletak pada perbedaan mendalam karakter tenaga kerja yang dihasilkan revolusi mekanis. Kekuatan dunia lama adalah tenaga manusia, segalanya pada akhirnya tergantung pada daya gerak otot manusia, otot orang bodoh dan taklukan. Tenaga hewan yang disediakan sperti sapi jantan penarik beban, daya tarik kuda dan semacamnya, juga membantu. Di mana ada beban yang harus diangkat, orang mengangkatnya, di mana batu harus ditambang, manusia memecah-mecahnya, di mana suatu lahan harus dibajak, manusia dan sapi jantan membajaknya, padanan Romawi untuk kapal uap adalah galai dengan deretan para pendayung yang berkeringat. Bagian yang sangat besar umat manusia pada peradaban-peradaban awal dipekerjakan dalam pekerjaan mekanis yang benar-benar menjemukan (Wells, 2013: 272-273).Pada permulaan, mesin yang digerakan tenaga tampaknya tidak menjanjikan pembebasan apapun dari kerja keras yang tak cerdas itu. Regu-regu kerja manusia yang beasar dipekerjakan dalam panggilan terus-terusan, membuat jalan lintas keereta api, membuat tanggul dan semacamnya. Jumlah para penambang meningkat secara besar-besaran. Di lain pihak, perluasan fasilitas dan hasil komoditas juga ikut bertambah lebih banyak. Ketika abad kesembilan belas berjalan terus, logika sederhana situasi baru itu menegaskan diri dengan lebih jelas. Manusia tidak lagi diinginkan sebagai sumber tenaga sembarang belaka. Apa yang dapat dilakuakan secara mekanis oleh manusia dapat dilakukan dengan lebih dan lebih baik oleh sebuah mesin. Kini manusia dibutuhkan hanya sebagai manusia. Orang yang mengerjakan pekerjaan menjemukan, yang diandalkan semua peradaban terdahulu, mahluk yang harus patuh, manusia yang menyia-nyiakan otaknya, tidak dibutuhkan lagi untuk kesejahteraan umat manusia (Wells, 2013: 273).Dengan adanya bahan mentah yang melimpah dari tanah jajahan ditambah kecenderungan untuk efisiensi kerja untuk menghasilkan yang sebesar-besarnya, maka perdagangan yang ada saat telah menghapus ekonomi semi-statis abad-abad pertengahan menjadi kapitalisme yang dinamis yang dikuasai oleh pedagang, bankir, dan pemilik kapal. Inilah awal dari perubahan yang cepat dan keras dalam dunia ekonomi yang kemudian memunculkan Revolusi Industri, yang bukan hanya bergerak dalam perdagangan, tetapi meluas juga pada dunia produksi (Burns, 1958: 631).Hal ini berlaku untuk industri-industri kuno seperti pertanian dan pertambangan sebagaimana untuk proses-proses metalurgi yang terbaru. Untuk membajak, menabur dan menuai, mesin-mesin cepat tampil kedepan untuk melakukan pekerjaan sejumlah orang. Peradaban Romawi dibangun di atas mausia yang dipandang murah dan merosot derajatnya; peradaban modern sedang dibangun kembali di atas kekuatan mesin yang murah. Selama seratus tahun tenaga semakin murah dan buruh semakin mahal. Jika untuk suatu generasi atau lebih peralatan mesin harus menunggu gilirannya dalam pertambangan, itu hanya karena untuk sementara manusia lebih murah daripada peralatan mesin (Wells, 2013: 273).Sekarang sedang ada perubahan yang sangat penting dalam urusan-urusan manusia. Perhatian kaya kaum kaya dan penguasa dalam peradaban lama ialah memelihara persedian manusia yang mengerjakan perkerjaan menjemukan. Ketika abad kesembelan belas berjalan, semakin jelas bagi orang cerdas bahwa orang awam sekarang menjadi sesuatu yang lebih baik daripada pekerja yang melakukan pekerjaan yang menjemukan. Dia harus dididk agar efesiensi industri terjamin dia harus mengerti tentang siapa dirinya. Mulai dari hari-hari pertama propaganda Kristen, pendidikan popular telah terpedan di Eropa, sebagaimana ia terpendam Di Asia ketika Islam telah mejejakan kakinya, karena kebutuhan untuk membuat orang beriman mengerti sedikit kepercayaan yang menyelamatkannya, dan memungkinkannya membaca sedikit dalam kitab-kitab suci yang menyampaikan kepercayaannya (Wells, 2013: 273).Kontroversi-kontoversi Kristen, dengan persaingannya mendapatkan pengikut, membajak tanah untuk panen adalah pendidikan popular. Di Inggris, misalnya, pada tahun tiga puluhan dan empat puluhan dalam abad kesembilan belas, pertikaian sekte-sekte dan kebutuhan untuk menjaring pengikut muda menghasilkan serangkaian organisasi pendidikan yang bersaing untuk anak-anak, sekolah-sekolah, nasional, gereja, sekolah-sekolah Inggris yang berselisih, dan bahkan sekolah-sekolah dasar Roma Katolik. Pada paruh kedua abad kesembilan belas adalah periode kemajuan pesat dalam pendidikan populer di seluruh dunia yang Terbaratkan. Tidak ada kemjuan yang sepadan dalam pendidikan kelas-kelas atas tak diragukan lagi, ada kemajuan tetapi tidak sebanding sehingga jurang beasar yang telah membagi dunia hingga pada saat itu menjadi para pembaca dan massa yang tidak membaca menjadi lebih sedikit daripada perbedaan yang dapat dirasakan sedikit di dalam level pendidikan. Di belakang proses ini adalah revolusi mekanis, rupanya tanpa menghiraukan kondisi-kondisi sosial, tetapi benar-benar mendesak secara tak terelakkan telah terjadi penghapusan kelas buta huruf secara total di seluruh dunia (Wells, 2013: 274).Revolusi ekonomi Republik Romawi tidak pernah dipahami dengan jelas oleh kebanyakan rakyat di Roma. Warga Negara biasa tidak pernah melihat secara jelas dan menyeluruh perubahan-perubahan yang dia jalani, sebagaimana kita melihatnya. Tetapi revolusi industri, sewaktu iya berllanjut menjelang akhir abad kesembilan belas, semakin dilihat secara jelas oleh rakyat biasa yang dipengaruhinya sebagai satu proses menyeluruh, karena mereka segera dapat membaca, berdiskusi dan berkomunikasi, dank arena mereka mengusahakan dan melihat hal-hal yang dulu belum pernah dikerjakan orang awam (Wells, 2013: 274).Kapan sebenarnya Revolusi Industri di Inggris muncul? Tidak mudah untuk dijawab, karena persoalan ini sendiri masih dalam perdebatan para ahli (Mantoux, 1961: 42). Ada yang berpendapat bahwa Revolusi Industri dimulai sejak Abad Pencerahan atau Aufklarung, bahkan ada juga yang berpendapat sejak masa Yunani. Akan tetapi secara umum dikatakan bahwa Revolusi Industri berawal dari negara Inggris sekitar tahun 1760.Menurut Landes, Revolusi Industri adalah masa transisi menuju proses manufaktur baru di periode sekitar 1760 sampai suatu waktu pada 1820 dan 1840, transisi ini termasuk beralihnya produksi tangan ke mesin, manufaktur kimia baru dan proses produksi besi, meningkatnkan efisiensi tenaga air, meningkatkan penggunaan tenaga uap, dan pengembangan peralatan mesin. Ini juga termasuk perubahan dari kayu dan bahan bakal alami lainya untuk menghasilkan batu bara. Dalam hal pekerjaan, tekstil adalah industri yang paling domiman dari Revolusi Industri. Industri tekstil juga adalah industri pertama yang menggunakan metode produksi modern (Landes, 1963: 40).Revolusi Industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia, hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi Industri, khususnya dalam hal peningkatan pertumbuhan penduduk dan pendapatan rata-rata yang berkelanjutan dan belum pernah terjadi sebelumnya. Selama dua abad setelah Revolusi Industri, rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia meningkat lebih dari enam kali lipat. Seperti yang dinyatakan oleh pemenang Hadiah Nobel, Robert Emerson Lucas, bahwa: "Untuk pertama kalinya dalam sejarah, standar hidup rakyat biasa mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan. Perilaku ekonomi yang seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya" (Lucas, 2002: 109-110).Inggris mendahului negara-negara lainnya dalam hal pembangunan pabrik-pabrik yang menggunakan mesin-mesin berat. Diantara cabang-cabang industri yang dikembangkan saat itu, yang menjadi perintisnya adalah sektor pemintalan, penenunan, dan industri besi. Ini dikarenakan di Inggris pada masa itu kondisinya relatif baik, tidak terjadi pergolakan-pergolakan atau pemberontakan-pemberontakan dari masyarakat kepada pihak pemerintah. Berbeda dengan Perancis, yang para abad ke-18 sibuk dengan Revolusi republik yang menekan agar monarki dihilangkan di bumi Perancis.Namun demikian, jika diruntut kebelakang, Revolusi Industri tersebut bukan permulaan dari rangkaian revolusi-revolusi yang lain. Sebaliknya, ia adalah penutup atau puncak dari revolusi-revolusi yang terjadi sebelumnya di Eropa. Dimulai dari revolusi kolonial pertama di Amerika Serikat pada 1774, kemudian bangkitnya kelas menengah di Perancis pada 1789, munculah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri di Inggris yang dimulai sejak permulaan tahun 1760 ini kemudian mendapat momentum yang besar pada abad ke-19. Momentum ini didapat sebagai dampak dari majunya teknologi dan peradaban di Eropa.Dalam perkembangan selanjutnya, revolusi industri ini kemudian merambah dan berpengaruh pada persoalan ekonomi dan sosial. Yakni merubah susunan masyarakat yang terutama berdasarkan hubungan-hubungan individual dan milik pribadi (betapa kecilpun) menjadi masyarakat yang mempunyai sistem dan ciri-ciri yang khas, adanya majikan. Mayoritas Ahli sejarah membagi gerakan itu pada dua fase, dengan menjadikan tahun 1860 sebagai tanda garis pemisah antara kedua tingkatan itu. Periode dari tahun 1860 hingga dewasa ini seringkali disebut sebagai revolusi Industri ke II (Godechot, 1989: 203).Istilah Revolusi Industri sebenarnya dikenalkan oleh Frederich Engels dan Louis Aguste Blanqui pada abad ke-19. Akan tetapi, tidak ada ilmuwan yang secara tegas mengemukakan terjadinya Revolusi Industri. T. S. Ashton memperkirakan terjadinya Revolusi Industri pada 1760-1830. Menurutnya, tidak ada titik pemisah dengan terjadinya Revolusi Industri II tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan perkembangan kepal tenaga uap, kemudian akhir abad tersebut perkembangan mesin berbahan bakar dalam dan perkembangan pembangkit tenaga listrik (Djaja, 2012: 95).Revolusi Industri pertama kali dimulai di Inggris pada abad ke-18. Revolusi tersebut menjalar ke berbagai negara Eropa hingga Benua Amerika. Ada banyak pendapat yang menyebabkan terjadinya Revolusi Industri, diantaranya:

1. Baiknya Keamanan di InggrisMengapa harus di Inggris? Dalam pandangan sekilas, sangat mengherankan bahwa suatu kerajaan kecil bukan hanya menjadi pemimpin industri bagi dunia, tapi memegang tampuk pimpinan lebih dari satu abad. Seorang ahli filsafat modern menyatakan bahwa negeri Inggris hingga kira-kira pada abad ke-18 adalah Negara yang paling miskin di Eropa Barat. Bahkan pada zaman pertengahan Inggris merupakan sudut yang terbelakang dalam kesatuan politik dan ekonomis Eropa, sebuah pulau terpencil di tepi barat. Jumlah penghuninya tidak mencapai empat juta sedangkan Perancis kala itu lebih dari 20 juta (Meulen, tt: 30).Dalam bidang ekonomi, sifat-sifat agraris sangat amat kuat. Tidak ada kota yang penting selain London, dan armada dagang pun tidak punya. Meskipun pulau itu dikunjungi sejumlah kapal asing, alasannya hanya karena pulau itu kaya domba. Bulu domba dari Inggris merupakan bahan mentah utama bagi pusat-pusat besar industri kain wool dikota-kota Vlaanderen dan Italia Utara. Pernah ada raja yang berusaha untuk mendirikan industri itu di Inggris dengan mengundang tukang-tukang dari daratan Eropa. Tetapi usaha ini tidak sesuai dengan kepentingan pedagang yang menjadi kaya dari ekspor. Walaupun demikian terdapat juga industri kecil-kecilan di beberapa propinsi, tetapi hanya untuk keperluan sendiri, sebab produksinya terlalu kasar dan sederhana untuk bisa bersaing dengan kain halus dari luar negeri (Meulen, tt: 30).Dalam realitanya Inggris paling beruntung dari revolusi perdagangan. Sekalipun pada tahun 1750 Prancis mempunyai perdagangan luar negeri 25% lebih besar dari perdagangan luar negeri Inggris. Perlu dicatat bahwa penduduk Prancis paling tidak tiga kali lipat dibandingkan dengan penduduk Inggris. Selain itu, Prancis sudah sampai pada batas keluasan imperiumnya, dan sebagian besar keuntungan perdagangan luar negerinya dipergunakan untuk peminjaman dan pajak untuk membiayai tentara yang sangat mahal dan istana yang megah. Sebaliknya Inggris baru pada tanggal pertama dari abad keemasan dari kekuasaan dan kekayaaan. Ia telah memperoleh koloni-koloni yang sangat berharga dibelahan dunia sebelah Barat, dan segera menggabungkan supremasi imperium dan perdagangannya dengan mengalahkan Prancis pada perang tujuh tahun (Burn, 1958: 631).Lebih dari itu, sebagian besar dari keuntungan yang diperoleh Inggris dari perdagangan luar negerinya dipergunakan untuk penanaman modal yang produktif. Dibandingkan dengan lainnya pemerintahnya adalah bebas dari korupsi dan pengeluaran untuk kemewahan. Ongkos untuk memelihara militernya adalah lebih kecil dibandingkan dengan Prancis, dan penghasilannya lebih efisien dihimpun, sebagai akibatnya, pedagang dan pemilik kapalnya dibiarkan memiliki saham yang lebih besar dari penghasilan yang lebih menguntungkan (Soleh, 2008: 5).Inggris adalah bangsa kapitalis terkemuka. Tidak mengherankan bila hal Revolusi ini terjadi di Inggris. Pada permulaan abad ke-18, tidak ada negara manapun yang memiliki perseroan kapital perdagangan yang lebih maju ketimbang Inggris. Perdagangan obligasi diatur sebagai perdagangan yang sah ketika The London Stock Exchange (Bursa Efek London) diresmikan pada tahun 1698. Pada tahun 1700 London mampu berkompetisi dengan Amsterdam sebagai Kota uang dunia. Disamping itu Inggris memiliki sistem bank yang paling baik di Eropa. Pada puncaknya adalah Bank of England yang didirikan pada tahun 1694. Sekalipun didirikan dengan tujuan untuk mengumpulkan dana bagi pemerintah, bank itu diatur sebagai bank swasta (Soleh, 2008: 6).Faktor-faktor politik dan sosial tidak kalah pentingnya pada permulaan Revolusi Industri di Inggris. Meskipun pada saat itu pemerintah Inggris jauh dari demokratis, namun paling tidak lebih liberal dibandingkan sebagian besar pemerintahan di Kontinen. Revolusi Agung tahun 1688-1689 telah berjasa besar untuk menegakkan konsepsi kedaulatan terbatas. Doktrin itu sekarang secara luas diterima, bahwa kekuasaan negara tidak boleh melampaui batas melindungi hak alami dari manusia untuk kebebasan dan menikmati kekayaan. Di bawah pengaruh doktrin ini, Parlemen membatalkan hukum lama yang memberikan monopoli khusus dan campur tangan dengan kompetisi yang bebas (Burn, 1958: 631).Selanjutnya mulailah dilakukan politik merkantilistis yang ketat. Tetapi dibandingkan dengan merkantilistis Portugal, Spanyol, dan Perancis (dalam abad ke-XVI dan XVII), raja Inggris tidak cukup absolut kekuasaannya untuk menjalankan merkantilisme yang semata-mata fiskal (untuk menambah perbendaharaan raja). Untuk mendapat pengertian dan dukungan yang lebih umum, maka didirikanlah kompeni-kompeni bermonopoli untuk berdagang dengan laut Baltik (dimana perserikatan Hansa sangat diperlemah), dengan Levant (bagian timur laut tengah), dengan India dan China, dan terutama dengan kepulauan-kepulauan di teluk Meksiko (India Barat) serta koloni-koloni di Amerika Utara. Pada pertengahan abad ke-XVII Inggris merasa siap untuk menentang perkapalan dan angkatan laut saingannya (terutama Belanda) dengan memaklumkan Navigation Acts-nya dan sejumlah perang lautan (Burn, 1958: 631).Dalam rangka perluasan perdagangan serta industri dan peningkatan kemakmuran, maka bulu domba dan industri kain bulu domba tetap memainkan peranan yang sangat penting. Hal ini memperkuat usaha-usaha tuan tanah yang disebut Revolusi Agraria Pertama dan yang telah dimulai pada abad ke- XV ketika ekspor bulu domba ke daratan Eropa meningkat. Seorang tuan tanah pada umumnya mempunyai hak atas sepertiga dari tanah suatu desa. Tetapi bagian ini terpencar diantara bagian-bagian kaum tani dan dikerjakan oleh para petani itu dengan cuma-cuma, sedangkan tanah mereka sendiri dipajaki. Dalam menggarap tanah dan menyelenggarakan peternakan (domba) kaum tani masih menggunakan cara-cara kolot dan sikap acuh tak acuh. Maka banyak tuan tanah (tentu saja dalam wilayah yang bersangkutan erat dengan pemeliharaan domba) minta persetujuan parlemen (yang mereka kuasai) untuk mempersatukan tanah bagian mereka yang tersebar. Ini berarti memotong wilayah desa dalam tiga bagian: sepertiga untuk tuan tanah dan yang dua pertiga dibagikan diantara kaum tani (Burn, 1958: 631).Faktor lain yang juga menguntungkan Inggris adalah kondisi udara kepulauan Inggris yang lembab sangat menguntungkan untuk produksi pakaian dari kapas, karena benangnya tidak mudah rusak dan putus manakala dipintal oleh mesin. Selain itu, sistem gilda dalam produksi dan peraturannya yang banyak selamanya tidak pernah tertanam di Inggris, sebagaimana yang terjadi negeri-negeri Kontinental. Bahkan peraturan-peraturan yang ditetapkan dibuang, terutama di negeri-negeri sebelah utara, pada akhir abad ke-17. Inilah yang menjadi salah satu alasan pokok mengapa revolusi industri mulai di Inggris Utara, tidak di daerah-daerah dekat Kontinen. Disamping itu, adanya pemerataan kekayaan daripada negeri-negeri yang lain, maka orang-orang yang mempunyai dapat memusatkan perhatiannya pada kwantitas produksi yang besar, dari bahan yang murah dan biasa lebih daripada membikin barang-barang mewah yang terbatas (Burn, 1958: 631).Kondisi keamanan tersebut menjamin seluruh kehidupan masyarakatnya. Dengan kekuatan modal, masyarakat inggris memiliki kemampuan membangun pabrik-pabrik, membayar pekerja, dan membeli bahan mentah. Inggris menjadi negara yang kaya akibat keuntungan yang diperoleh dari perdagangan pada abad ke-17 dan 18. Selain itu, perak dan emas terus mengalir dari negeri jajahannya di India (Putra, 2014: 14).Inggris juga memperoleh dari pertanian dengan menggunakan teknik menanam baru, yakni dengan sistem menggilir. Sebagian untuk tanaman rumput guna persediaan makanan ternak pada musim dingin, sebagian lagi ditanami tanaman pokok. Hasil produksi telah membuat Inggris memiliki banyak moda. Perolehan modal ini juga didapatkan dari tanah jajahannya (Putra, 2014: 14).Selain itu, inggris tidak lupa melakukan investasi modal dengan cara memperluas jalan lalu lintas di Inggris. Dari jalan raya, mereka mendapatkan modal dari memungut cukai jika ada orang yang memakai jalan tersebut. Revolusi Industri didukung oleh munculnya kaum borjuis. Mereka memberikan kesempatan yang baik bagi negara untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya (Putra, 2014: 14).

2. Tenaga KerjaInggris memiliki tenaga kerja yang mendukung Revolusi Industri. Tenaga kerja itu berasal dari Irlandia yang masuk ke Inggris. Juga dari daerah pedesaan yang di tempat asalnya kehilangan mata pencaharian karena tanah pertanian dijadikan tanah peternakan oleh golongan bangsawan. Arus urbanisasi yang besar akibat Revolusi Agraria di pedesaan mendorong pemerintah Inggris untuk membuka industri lebih banyak agar dapat menampung mereka. Banyaknya tenaga juga karena penduduk Inggris meningkat dua kali lipat dari abad sebelumnya (Putra, 2014: 15).Namun sayangnya, tidak semua para urban tersebut berhasil ditampung di insutri-industri. Banyak diantara mereka yang akhirnya menjadi pengangguran di perkotaan. Mereka tidak mau kembali ke desa asalnya dan tetap bertahan di kota dengan harapan suatu saat akan mendapatkan pekerjaan di sektor-sektor industri tersebut. Banyaknya para pengangguran di perkotaan memicu tingginya angka krimilitas (Putra, 2014: 36).Hal ini disebabkan mereka memerlukan biaya untuk menunjang kebutuhan hidupnya, sementara kondisi mereka tidak memiliki penghasilan karena tidak mempunyai pekerjaan. Pada akhirnya, mereka tidak segan-segan berbuat kriminalitas dengan cara mencuri, menodong, dan merampas untuk memenuhi kebutuhan hidup (Putra, 2014: 36).Sementara itu, bagi mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan di sektor-sektor industri, kehidupannya tidak menjadi lebih baik. Kaum kapitalis sering kali menekan para pekerjanya dengan beban kerja yang tinggi demi tercapainya hasil produksi yang tinggi untuk mendatangkan keuntungan yang lebih banyak. Hal ini tidak diimbangi dengan pemenuhan hak-hak pekerja yang memadai, upah yang sangat rendah, serta tidak diberikan jaminan kesehatan, perumahan, pendidikan, dan kesejahteraan keluarga para buruh. Pada akhirnya, hal ini mendorong terciptanya perkampungan-perkampungan kumuh di perkotaan yang disebabkan ketidakmampuan para buruh untuk membangun rumah tinggal yang layak (Putra, 2014: 36).Kondisi seperti ini juga memicu hadirnya pekerja dari komunitas wanita dan anak-anak. Upah minim yang diterima oleh para buruh menyebabkan mereka harus mencari penghasilan tambahan guna menutupi biaya hidup. Oleh karena itu, wanita dan anak-anak yang di bawah umur pun turut terjun dalam dunia industri tersebut. Hal ini menimbulkan permasalahan-permasalahan manakala tidak dipenuhinya hak-hak mereka, terutama hak-hak dalam kondisi-kondisi khusus, seperti hak bagi wanita hamil ataupun pembedaan waktu kerja bagi pekerja anak-anak (Putra, 2014: 37).

3. Berkembangnya Wiraswasta dan ManufakturMasyarakat Eropa Pra-Revolusi Industri hidup dalam sebuah sistem perdagangan yang mengandalkan uang dan sistem barter. Kegiatan produksi banyak dilakukan di rumah atau kerajinan rumah. Masyarakat Prancis mengenal produksi tersebut dengan istilah Gilda, yaitu bengkel kerja dan pusat usaha. Setiap orang yang akan memesan barang-barang dapat menghubungi Gilda. Alat yang dihasilkan oleh Gilda merupakan alat rumah tangga, alat kerja pertanian, dan lain sebagainya. Gilda akan melakukan produksi ketika ada pesanan (Putra, 2014: 15).Gilda berubah menjadi pabrik setelah adanya ketertarikan luar biasa dari masyarakat Inggris untuk menghasilkan produksi yang lebih besar. Ketertarikan masyarakat Inggris terhadap Gilda membuat ekonomi manufaktur muncul sebagai konsekuensinya. Mereka tidak lagi bekerja di rumah-rumah, tetapi ditempat khusus yang disediakan pengusaha sebagai tempat produksi (Putra, 2014: 15-16).Perkembangan wiraswasta dan manufaktur ini juga lahir menjadi akibat dari penemuan-penemua mesin atau alat yang ditemukan oleh para ilmuwan pada zaman itu. Semisal Newcomen dengan prototipe mesin uapnya yang dikembangkan dan lebih diefisienkan lagi oleh James Watt, penemuan mesin pintal oleh James Heagraves dan disempurnakan oleh Richard Arkwright, dan juga tentunya penemuan-penemuan lainya yang yang ditemukan oleh para ilmuwan pada zaman itu.

4. Sumber Daya Alam yang MelimpahInggris sangat mendukung adanya Revolusi Industri berkat kekayaan alam berupa batu bara dan biji besi yang melimpah. Batu bara dan biji besi telah membantu mengembangkan industri dalam menghasilkan produksi yang relatif besar. Batu bara dijadikan bahan bakar mesin-mesin, dan biji besi diperlukan untuk industri berat. Kekayaan alam tersebut ditunjang dengan kemampuan dan keinginan masyarakat yang juga besar. Masyarakat sangat antusias mengembangkan produksi yang lebih besar (Putra, 2014: 16).Orang Inggris dikenal sebagai orang yang rajin dan tekun dalam penelitian alam. Kemauan dan keuletan mereka didukung oleh adanya lembaga penelitian The Royal fo Improving Natural Knogwledge yang didirikan tahun 1662. Lembaga penelitian lainya adalah The French Academy of Science yang didirikan pada tahun 1666. Kedua lembaga tersebut mampu mensponsori kegiatan eksplorasi alam yang mendorong adanya penemuan-penemuan penting di kemudian hari (Putra, 2014: 16).Faktor lain yang juga menguntungkan Inggris adalah kondisi udara kepulauan Inggris yang lembab sangat menguntungkan untuk produksi pakaian dari kapas, karena benangnya tidak mudah rusak dan putus manakala dipintal oleh mesin. Selain itu, sistem gilda dalam produksi dan peraturannya yang banyak selamanya tidak pernah tertanam di Inggris, sebagaimana yang terjadi negeri-negeri Kontinental (Burn, 1958: 631).

5. Adanya Penemuan Mesin di InggrisKelima, adanya penemuan mesin di Inggris. Inggris adalah pelopor Revolusi Industri dengan dukungan kemajuan di bidang teknik. Penemuan mesin merupakan faktor yang cukup dominan pada tahun 1790, James Watt menjadi pelopor yang menandai lahirnya Revolusi Industri di Inggirs. Berkat penemuan mesin uap, banyak industri menggunakannya untuk mesin pabrik dan memajukan pengangkutan. Penemuan tersebut telah membuat gairah masyarakat untuk maju semakin tinggi (Putra, 2014: 16-17).Penemuan mesin uap didukung dengan penemuan mesin pintal dan mesin lainnya yang akhirnya mendukung terjadinya Revolusi Industri. Pengguanaan mesin uap dan mesin lainya telah mampu menjadikan produksi pabrik di Inggris berlipat ganda jika dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia. Hal ini mendorong kemajuan luar biasa bagi Inggris di bidang industri (Putra, 2014: 17).6. Dukungan Ilmu Pengetahuan dan TeknologiSelama dua abad (1563-1736), peradaban Barat melakukan revolusi mental dan spirit yang lebih besar daripada revolusi yang pernah mereka lakukan sebelumnya semenjak mereka tumbuh di tengah-tengah reruntuhan lokal Kerajaan Romawi. Para pemikir Barat kini menolak untuk menerima warisan dari pada penhulunya secara mentah-mentah. Mereka harus menguji doktirn-doktrin warisan Romawi dengan meneliti semua fenomena secara independen, dan mereka juga akan menguji pemikiran-pemikiran mereka sendiri. Merka hidup berdampingan secara damai dengan minoritas heterodoks. Mereka tidak lagi merasa wajib atau harus memaksakan kepercayaan dan ritus mayoritas (Toynbee, 2014: 698).Sejak abad ke-16, di Eropa telah terjadi revolusi keilmuan yang muncul sebagai pengaruh dari terjadinya abad pencerahan atau disebut juga Afuklarung. Pada masa ini, muncul para pemikir dan ilmuan yang telah melahirkan pemikiran dan temuan-temuan baru yang sangat berguan bagi peningkatan kehidupan manusia (Putra, 2014: 17).Revolusi-revolusi ini terjadi tidak secara instan, dan mengalami jeda kemunduran. Pada 1686, Fontenelle menerbitkan Entretiens sur la pluralite des mondes, sebuah doktrin yang harus dibayar dengan nyawa Gordano Bruno pada 1600, tetapi Fontenelle tetap hidup lebih dari seratus tahun dan baru meninggal pada 1757 di pembaringannya. Pada 1687, Newton (1642-1727) menerbitkan bukunya Principia, tanpa dipaksa oleh otoritas-otoritas gereja untuk menarik kembali karyanya itu sebagai mana Galileo yang dipaksa melakukannya pada 1633. Dengan perkataan lain, Maklumat Nantes, yang memberi toleransi kepada minoritas Prostestan di Prancis, dicabut kembali oleh Louis XIV pada 1685 (Toynbee, 2014: 698).Di Prancis pada abad ke-17, Blaise Pascal (1623-62) menggabungkan bakat ilmiahnya dengan iman Kristen Jansesnis-nya. Sementara itu, Uskup Bossuet (1627-1704) menerbitkan Discours sur lhistoire universelle yang memaparkan sejarah umat manusia, sebagaimana dilakukan oleh Eusebius dari Caesarea (sekitar 246-340), dalam naungan kasih Tuhan yang mahakuasa, Yahweh Yahudi. Voltaire menanggapi Bossuet dengan menulis sejarah kultural dan sosial umat manusia yang di dalamnya dia memuji, bukan orang-orang Yahudi, tetapi orang-orang Cina yang peradabannya telah diperkenalkan ke Barat oleh para misionaris Jesuit (Toynbee, 2014: 701).Abad ke-17 ini menjadi saksi atas matinya, di negara-negara Barat, keyakinan takhayul bahwa munculnya sebuah komet adalah peristiwa ajaib yang direncanakan Tuhan sebagai peringatan akan segera datangnya hukuman. Komet yang muncul pada 1680 dianggap sebagai peringatan semacam itu. Pada 1682, Bayle menerbitkan Penses diverses sur la comete, yang menandaskan bahwa komet yang muncul pada 1680 itu dan semua komet lainnya adalah fenomena alam yang normal. Ketika sebuah komet lain tampak pada 1682, astronom Edmund Halley menyamakannya dengan komet-komet yang muncul pada 1456, 1531, dan 1607, dan dia menghitung orbit, periodisitas, dan kecepatannya. Halley juga melakukan hal yang sama terhadap komet yang muncul pada 1680 (Toynbee, 2014: 703).Takhayul Barat lainya, yakni percaya pada dukun, juga lenyap tetapi dengan cara yang lebih sulit. Takhayul ini baru hilang setelah dua ratus tahun (1563-1762) sejak timbulnya tantangan pertama terhadap takhayul tersebut di wilayah Kristen Barat dengan eksekusi terakhir atas seorang dukun yang dilakukan di wilayah tersebut. Selama itu, ribuan orang tak bersalah mati mengenaskan (Toynbee, 2014: 703).Di wilayah filsafat, kesenjangan yang ditinggalkan oleh penolakan terhadap otoritas Aristoteles tidak diisi dengan kultus kaum humanis terhadap Plato. Par pemikir Barat abad ke-17 berusaha mengisi kesenjangan ini dengan membuat perubahan yang jelas dan berbuah permulaan baru. Rene Descartes coba melakukan dengan epistimologi. Karyanya Discourse de la Methode (1637), tetap menjadi sebuah bangunan dasar intelektual bahkan bagi para penerusnya yang menentang klaimnya sebagai finalitas kebenaran. John Locke mengusung epistimologi secara empiris. Spinoza (1632-77) dan Leibniz (1646-1716) meletakkan dasar-dasar baru bagi metafisika (Toynbee, 2014: 704).Cahaya terang Shakespeare dan Milton (1608-74) menyilaukan banyak penyair Inggris dan Skotlandia pada zaman ini yang sebetulnya akan bersinar terang jika mereka tidak silau oleh dua sumber cahaya agung tersebut. Setelah fajar Zaman Pencerahan menyingsing, para penyair Barat sengaja menjadi prosais. Perubahan genre dan gaya ini diawali oleh para dramawan Prancis abad ke-17: Corneille (1606-84), Moliere (1622-73), Racine (1639-99). Para genius ini menulis dalam bentuk-bentuk yang sederhana. Mereka memperoleh sebuah instrumen bahasa baru dari para penulis prosa Prancis saat itu misalnya, Pascal. (Arnold Toynbee, 2015: 706-707)Hasil pemikitan para ilmuwan dan pemikir tersebut telah membuak cakrawala baru untuk berpikir secara kritis dan ilmiah, yang sebelumnya dibatasi oleh dogma-dogma bersifat mistis dan menyesatkan. Para ilmuwan tersebut, diantaranya adalah Galileo Galilee, Francis Bacon, Rene Descartes, Nicolai Copernicus, Johannes Keppler, Sir Isaac Newton, dan lain sebagainya (Putra, 2014: 17).Pencerahan dalam bidang ilmu pengetahuan tersebut mendorong lahirnya para pemikir baru yang berusaha mengembangkan ternologi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Di Inggris, kondisi ini sangat memungkinkan dengan terbentuknya lembaga riset, seperti The Royal of England. Lembaga riset ini merupakan wadah bagi para ilmuwan dan peneliti untuk dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru yang akan digunakan untuk mengikatkan taraf hidup manusia (Putra, 2014: 18).Melalui lembaga riset tersebut, pada akhirnya di Inggris mampu dihasilkan alat-alat teknologi baru yang menunjang perindustrian. Mesin pintal yang ditemukan oleh James Hargreaves pada tahun 1975 serta model mesin pintal lain yang ditemukan oleh Richard Arkwright pada tahun 1769, mampu meningkatkan produksi tekstil lebih banyak bila dibandingkan dengan penggunaan teknologi secara manual (Putra, 2014: 18).Apalagi setelah teknologi mesin pintal tersebut disempurnakan oleh Edmund Cartwright pada tahun 1785 dan Samuel Crompton pada 1790, sehingga mesin pintal yang digerakkan oleh tenaga mesin itu dapat menghasilkan produk tekstil lebih banyak lagi. Penemuan paling revolusioner pada saat itu adalah mesin uap yang dikembangkan oleh James Watt pada tahun 1796. Penemuan mesin uap mampu mendorong peningkatan hasil industri lebih banyak dan mendorong pengembangan temuan-temuan lainya untuk menunjang industri (Putra, 2014: 18-19).Hasil penemuan Watt kemudian digunakan oleh sebagian besar industri baru di bidang tekstil, pengolahan gula, serta gandum. Pengembangan mesin uap memiliki peran sangat besar bagi dimulainya Revolusi Industri di Britania Raya. Revolusi Industri di Inggris mengalami percepatan pada awal abad ke-19 setelah ditemukannya teknologi baru dalam transportasi darat. Penemuan tersebut berupa lokomotif yang dihasilkan oleh seorang penemu yang bernama George Stephenson pada tahun 1825. Penemuan ini kemudian diwujudkan dengan membangun jaringan kereta api pertama yang mengubungkan antara kota Liverpool dan Manchester pada tahun 1830 (Putra, 2014: 19).Penemuan ini sangat berarti bagi peningkatan industri Inggris, terutama percepatan pendistribusian barang-barang hasil industri. Sebelum ditemukannya lokomotif, terdapat kesulitan dalam memasarkan hasil industri karena tidak tersedianya angkutan yang cukup memadai, sehingga proses pendistribuasian lambat. Dengan ditemukannya lokomotif, kemudian dibangun jaringan transportasi darat berupa jalur kereta api sehingga lebih mempercepat proses pemasaran hasil industri (Putra, 2014: 19).Adapun yang menarik adalah bahwa terdapat suatu kerja sama yang cukup baik antara para pengusaha dan para penemu (inovator), sehingga memperlancar dan mempercepat proses Revolusi Industri. Hasil-hasil penemuan dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk membangun industri dengan menggunakan mesin-mesin hasil penemuan tersebut sebagai alat produksi yang sangat penting dalam sistem industri. Bahkan, ada beberapa dair penemu itu yang kemudian ia mendirikan industri dengan memanfaatkan mesin hasil temuannya. Golongan pengusaha inilah yang pada perkembangan berikutnya menjadi kaum kapitalis (Putra, 2014: 19-20).

7. Terjadinya Revolusi AgrariaKondisi masyarakat Inggris yang dilanda gejolak turut melatarbelakangi Revolusi Industri. Revolusi ini disebabkan oleh berkembangnya kerajinan pakaian wol, yang dengan sendirinya meningkatkan permintaan bulu domba. Dari hal itu, usaha di bidang wol menjadi sangat menarik, maka tanah pertanian pun diubah menjadi lahan peternakan domba (Putra, 2014: 20).Untuk keperluan peternakan domba tersebut, tanah para bangsawan yang letaknya tersebar dikumpulkan dengan cara ditukar-tukar dengan tanah miliki petani. Tahan yang berupa tanah padang rumput itu dipagar dan digunakan sebagai penggembalaan domba. Perubahan fungsi tanah menjadi lahan peternakan pun disebabkan harga gandum yang turun (Putra, 2014: 20).Perubahan tersebut mempunyai dampak terhadap para petani. Sebelumnya, pada saat tahan pertanian masih diusahakan, mereka bekerja sebagai petani penyewa. Sebab, tanah di Inggris pada dasarnya adalah milik raja dan bangsawan. Sejak tanah itu diubah menjadi lahan peternakan, jumlah pekerja yang dibutuhkan relatif sedikit. Akibatnya, banyak para petani beralih sebagai pekerja di tambang batu bara dan pabrik-pabrik tekstil (Putra, 2014: 20-21).Ada pula yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Namun, lapangan pekerjaan terbatas dan akhirnya muncul gelandangan. Munculnya gelandangan menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah. Pada saat perkembangan industri sangat pesat di perkotaan, pemerintah dapat menanggulangi masalah gelandangan dengan menjadikan mereka sebagai buruh (Putra, 2014: 21).Faktor penting dalam Revolusi Industri adalah terjadinya perubahan-perubahan dalam bidang pertanian yang kemudian disebut sebagai Revolusi Agraria. Sistem pembagian tanah untuk tujuan penggarapan yang berlangsung dan merupakan warisan feodal Abad Pertengahan tidak dapat dipertahankan lagi, lebih-lebih pada awal abad 18 mulai terasa terjadinya pertambahan penduduk (Putra, 2014: 24-25).Sistem manor yang menempatkan kedudukan lord dan petani, corak ekonomi rumah tangga alam yang harus memenuhi kebutuhan sendiri secara lambat lain mulai berubah ke arah perdagangan pertanian menuju pada sasaran hasil panen untuk kepentingan pasar (Putra, 2014: 25).Pada pertengahan abd 18, terjadi gerakan pemagaran yang di anggap sebagai gerakan Revolusi Agraria di Inggris. Para pemilik tanah memiliki keinginan untuk meningkatkan hasil pertanian dan peternakan dengan metode-metode baru yang ditemukan oleh Jethro Tull, Lord Charles Townshend, dan Robert Bakewell (Putra, 2014: 25).Sistem pemagaran dan ladang tertutup ini sangat menguntungkan bagi pemilik tanah yang sebagai petani besar mengelola ladangnya sendiri, namun sangat tidak menguntungkan bagi golongan petani kecil yang pada akhirnya terpaksa menjual tanahnya kepada petani besar (Putra, 2014: 25).Dengan demikian, mereka menjadi orang-orang yang tidak memiliki tanah dan untuk mencari nafkah mereka menjadi buruh di usaha-usaha pertanian besar ataupun pabrik-pabrik yang sudah mulai bermunculan. Meskipun sistem pemagaran dan ladang tertutup ini memberikan dampak negatif bagi para petani kecil, tetapi dilihat dari kepentingan bahasa Inggris secara keseluruhan, sistem ini merupakan suatu keharusan. (Putra, 2014: 25).Berkat sistem tersebut, produksi pertanian dan peternakan dapat ditingkatkan. Peningkatan ini sangat perlu, mengingat terjadinya peningkatan jumlah penduduk di Inggris. Dari pertengahan hingga akhir abad 18 penduduk Inggris dan Wales meningkat dari 6 juta menjadi 9 juta, dan seabad kemudian bahkan meningkat menjadi 36 juta jiwa (Putra, 2014: 26).Revolusi Agraria telah menempat kan metode baru di bidang pertanian sehingga mendorong lebih cepatnya hasil-hasil petanian seiring dengan laju pertambahan penduduk pada masa itu. Akibat Revolusi Agraria, telah ditemukan teknik unsur kimia untuk pertanian yang diciptakan oleh Von Liebig, seorang sarjana kimia bangsa Jerman (1840), yaitu melalui pemupukan yang mengandung unsur-unsur kimia, tanah menjadi lebih subur dan banyak menghasilkan tanaman-tanaman pangan (Putra, 2014: 26)

8. Munculnya Paham Ekonomi LiberalKegiatan lain yang mendorong lahirnya Revolusi Industri adalah kegiatan perekonomian. Sejak abad ke-17, dunia pelayaran dan perdagangan di Inggris berkembang pesat. Perkembangan itu dibuktikan oleh banyaknya kongsi-kongsi dagang, seperti EIC (East India Company), Virginia Co., Plymouth Co., Massachusetts Bay Co., dan lain-lain. Para kongsi dagang banyak memperoleh keuntungan dari penanaman modalnya di Inggris dan daerah lain. Sebagian besar dari keuntungannya itu ditabung di bank, sehingga secara keseluruhan aktivitas mereka memberi kesejahteraan bagi Kerajaan Inggris (Putra, 2014: 21).Gejolak dalam masyarakat lainya adalah munculnya paham ekonomi liberal. tokoh-tokoh yang mengembangkan paham ini adalah Adam Smith, Thomas Robert Malthus, David Ricardo, dan John Stuart Mill. Paham ekonomi liberal muncul sebagai reaksi terhadap paham ekonom merkantilisme yang melahirkan sistem ekonomi yang diatur oleh pemerintah (Putra, 2014: 21-22).Para pencetus gagasan ekonomi liberal menyatakan kemakmuran rakyat akan cepat tercapai apabila rakyat dibebaskan untuk melakukan kegiatan ekonomi. Lahirnya paham ekonomi liberal di Inggris memantapkan persiapan masyarakat menuju zaman industri. Artinya, paham ekonomi liberal memberi peluang bagi perkembangan industri-industri baru di Inggris (Putra, 2014: 22).

9. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan TeknologiSejak awal abad ke-16, Inggris mulai memasuki abad pemikiran yang mengakibatkan munculnya ilmuwan-ilmuwan terkemuka dalam berbagai bidang pengetahuan dan teknologi. Bersama dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan baru tersebut, muncul pula ide-ide baru. Ide dan gagasan baru tersebut mendorong terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang didasarkan atas ide dan gagasan baru itu, muncul pula penemuan-penemuan baru yang dapat memperingan pekerjaan manusia. Dengan temuan-temuan baru inilah, Revolusi Industri dimulai (Putra, 2014: 22).Berawal dari Renaisans lanjut pada Aufklarung dan dimantapkan oleh Revolusi Ilmu Pengetahuan membuat Revolusi Industri mustahil tidak terjadi. Bagaimana tidak, peradaban barat yang sebelumnya taat patuh dan takut terhadap dogma-dogma Gereja, kini tidak menerima dogma tersebut tanpa ada rasionalitas terlebih dahulu. Meskipun berujung dengan kematian, teori Heliosentris milik Galileo Galilei setidaknya memberikan satu titik pencerahan kepada para pemikir zaman itu untuk mengatakan kebenaran walaupun bertentangan dengan dogma Gereja. Berkembang sedikit demi sedikit, muncullah para pemikir yang lantang menentang dogma Gereja walaupun mereka tahu bahwa tindakan itu bisa mengantarnya pada kematian yang lebih cepat. Jika melihat peradaban Barat di awal abad ke-21, tentu kita dapat saksikan bagaimana perubahan yang begitu fenomenal mengingat di awal abad ke-21 orang-orang Barat rata-rata cenderung tidak memperdulikan lagi Agama berbeda dengan ketika Eropa sedang berada dalam The Dark Middle Age yang notabenenya sangat patuh akan dogma-dogma Agama.

1. Jalannya Revolusi IndustriPerkembangan Revolusi Industri di Inggris ditandai dengan penemuan mesin-mesin yang berguna bagi dunia industri. Hasil temuan James Watt lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan hasil penemuan Thomas Newcomen. Temuan Newcomen hanya berupa mesin yang dapat memompa air yang menggenang di tambang-tambang batu bara dan masih menggunakan tenaga manusia (Putra, 2014: 23).Dengan demikian, temuan James Watt dapat diguanakan di pabrik-pabrik. Awalnya pabrik-pabrik sangat bergantung pada tenaga air. Oleh karena itu, pabrik harus didirikan di dekat sungai. Dengan menggunakan bahan bakar batu bara, mesin uap temuan Watt menyebabkan pabrik-pabrik tidak bergantung pada tenaga air dan dapat didirikan di mana pun (Putra, 2014: 23).Penemuan lainnya yang menunjang kemajuan industri adalah penemuan mesin-mesin pertekstilan. Penemuan ini didasarkan pada keinginan untuk memproses bahan tekstil secara cepat. Pada tahun 1768, ilmuan Richard Arkwright dan John Kay menemukan alat tenun yang dapat memproduksi cepat atau dinamakan flying shuttle dan water frame (Putra, 2014: 23).Temuan ini lebih maju dibandingkan temuan John Hargreaves, yaitu mesin pemintal yang dapat menghasilkan beberapa benang (spinning jenny). Mesin tersebut masih digerakkan oleh tenaga kuda dan air. Tahun 1785, penemuan mesin tenun yang lebih otomatis (power loom) dibuat oleh Edmund Cartwright. Dia menggabungkan penemuan Arkwright, Kay, Hargreaves, dan James Watt. Mesin tenun dan pintal temuan Edmund Cartwright menggunakan mesin uap (Putra, 2014: 23-24).Hasil temuan James Watt ternyata menjadi inspirasi bagi penemuan teknologi lainya dalam bidang industri ataupun alat transportasi. Di antaranya adalah Henry Cort, yang menemukan mesin pelebur bijih besi dengan bahan bakar batu bara. Penemuan ini melahirkan temuan lain dalam bidang transportasi, seperti kapal uap oleh Robert Fulton dan kereta api uap oleh George Stephenson (Putra, 2014: 24).Pada akhirnya, penemuan di bidang teknologi memiliki dampak yang luas di bidang industri. Sehingga, produksi barang dapat diproses dengan cepat. Proses didistribusikan dan pemasaran barang-barang industri pun semakin lancar ketika berkembangnya asarana jalan dan alat trasportasi yang digerakkan oleh mesin (Putra, 2014: 24).

1. Revolusi AgrariaFaktor penting dalam Revolusi Industri adalah terjadinya perubahan-perubahan dalam bidang pertanian yang kemudian disebut sebagai Revolusi Agraria. Sistem pembagian tanah untuk tujuan penggarapan yang berlangsung dan merupakan warisan feodal Abad Pertengahan tidak dapat dipertahankan lagi, lebih-lebih pada awal abad 18 mulai terasa terjadinya pertambahan penduduk (Putra, 2014: 24-25).Sistem manor yang menempatkan kedudukan lord dan petani, corak ekonomi rumah tangga alam yang harus memenuhi kebutuhan sendiri secara lambat lain mulai berubah ke arah perdagangan pertanian menuju pada sasaran hasil panen untuk kepentingan pasar (Putra, 2014: 25).Pada pertengahan abd 18, terjadi gerakan pemagaran yang di anggap sebagai gerakan Revolusi Agraria di Inggris. Para pemilik tanah memiliki keinginan untuk meningkatkan hasil pertanian dan peternakan dengan metode-metode baru yang ditemukan oleh Jethro Tull, Lord Charles Townshend, dan Robert Bakewell (Putra, 2014: 25).Sistem pemagaran dan ladang tertutup ini sangat menguntungkan bagi pemilik tanah yang sebagai petani besar mengelola ladang nya sendiri, namun sangat tidak menguntungkan bagi golongan petani kecil yang pada akhirnya terpaksa menjual tanahnya kepada petani besar (Putra, 2014: 25).Dengan demikian, mereka menjadi orang-orang yang tidak memiliki tanah dan untuk mencari nafkah mereka menjadi buruh di usaha-usaha pertanian besar ataupun pabrik-pabrik yang sudah mulai bermunculan. Meskipun sistem pemagaran dan ladang tertutup ini memberikan dampak negatif bagi para petani kecil, tetapi dilihat dari kepentingan bahasa Inggris secara keseluruhan, sistem ini merupakan suatu keharusan. (Putra, 2014: 25).Berkat sistem tersebut, produksi pertanian dan peternakan dapat ditingkatkan. Peningkatan ini sangat perlu, mengingat terjadinya peningkatan jumlah penduduk di Inggris. Dari pertengahan hingga akhir abad 18 penduduk Inggris dan Wales meningkat dari 6 juta menjadi 9 juta, dan seabad kemudian bahkan meningkat menjadi 36 juta jiwa (Putra, 2014: 26).Revolusi Agraria telah menempat kan metode baru di bidang pertanian sehingga mendorong lebih cepatnya hasil-hasil petanian seiring dengan laju pertambahan penduduk pada masa itu. Aqkibat Revolusi Agraria, telah ditemukan teknik unsur kimia untuk pertanian yang diciptakan oleh Von Liebig, seorang sarjana kimia bangsa Jerman (1840), yaitu melalui pemupukan yang mengandung unsur-unsur kimia, tanah menjadi lebih subur dan banyak menghasilkan tanaman-tanaman pangan (Putra, 2014: 26).

2. Revolusi Perstektilan Setelah tahun 1500, beberapa penemu alat pintal mendapatkan keberhasilan. Pemakaian cara kerja mesin pintal dan tenun mendorong terjadinya Revolusi Pertekstilan. Dapat kita katakan bahwa Revolusi Pertekstilan merupakan awal Revolusi Industri (Putra, 2014: 26).Alat untuk memisahkan biji-biji kapas yang masih terbuat dari kayu membutuhkan banyak tenaga manusia dan hal ini dinilai tidak efisien mengingat kebutuhan sandang sejak abad 18 di Eropa mulai meningkat. Seperti kita ketahui bahwa pada masa itu, sumber bahan mentah kapas (treewool) diimpor dari dunia timur dan proses pembuatan bahan sandang masih manual, termasuk pembuatan kain wol (Putra, 2014: 26-27).John Kay of Bury (d. 1764) telah menemukan pengganti perkakas tenun manual dengan menggunakan mesin yang pertama. Penemuan alat ini mendorong percepatan cara kerja itu dalam memproses pembuatan kain. Dalam tahun 1700, produksi tekstil terbesar dan terkenal adalah Inggris (Putra, 2014: 27).Akibat uang yang melimpah, orang-orang dapat menanam modalnya dalam pemakaian mesin baru. Penemuan mesin-mesin baru ini mendorong didirikannya pabrik-pabrik tekstil yang dibangun di tepi sungai-sungai deras karena daya penggeraknya adalah air, bukan lagi manusia. Namun, setelah menggunakan tenaga uap, pabrik-pabrik dapat didirikan di mana pun (Putra, 2014: 27).Penggantian dari tenaga manusia ke tenaga mesin yang bersifat mekanis, tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk Eropa yang meningkat. Daerah-daerah koloni Inggris khususnya di Amerika Utara, sangat membutuhkan sandang dan untuk mencukupi hal tersebut, jumlah produksi harus ditingkatkan secara cepat melalui penggunaan mesin (Putra, 2014: 27).James Hargreave, Richard Arkwright, dan Elie Whitney merupakan para penemu mesin baru dan berjasa menemukan cotton gin, yaitu mesin pemisah biji kapas dan memudahkan kapas tampak lebih putih. Sejak menggunakan cotton gin, daalam waktu sehari dapat menghasilkan ratusan paund kapas bersih, dan produksi kapas di Amerika melonjak tajam dari 189.000 pound pada tahun 1791 menjadi 2.000.000 pound dalam tahun 1860, dan pada tahun 1900 menjadi 5.000.000 pound (Putra, 2014: 27-28).Persaingan tektil dari dunia Timur mendorong para pengusaha tekstil Inggris untuk merebut kembali pasarannya di dalam negeri maupun di Eropa. Oleh karena itu, harus dilakukan perubahan peningkatan produksi maupun kualitas barang. Untuk memenuhi hal tersebut, perlu diciptakan mesin-mesin alat produksi baru (Putra, 2014: 28).

3. Revolusi TransportasiPertengahan abad 18, pengangkutan barang dari satu tempat ke tempat lain sangat lamban daripada zaman pemerintahan Roma 15 abad sebelumnya, dikarenakan buruknya kondisi jalan-jalan. Jalan-jalan hampir tidak dapat dilalui pada musim dingin, dan kuda-kuda beban serta sapi-sapi penarik merupakan satu-satunya alat pengangkut yang dapat digunakan (Putra, 2014: 28).Sebagian besar kehidupan ekonomi di Inggris terpusat di daerah-daerah bagian timur, selatan, dan di sekitar kota London, serta pengangkutan barak lewat sungai-sungai dirasa sudah mencukupi mengakibatkan belum adanya penanganan yang serius untuk memperbaiki jalur perhubungan sampai pada pertengahan abad ini (Putra, 2014: 28).Sarana transportasi berupa jalan-jalan, jembatan-jembatan, dan alat angkutan harus disiapkan dengan baik, baru disadari oleh Inggris sejak digunakannya baru bara sebagai bahan bakar pengecor besi dan penggerak mesin-mesin uap. Kehidupan ekonomi sebagian besar berubah ke utara karena pabrik-pabrik baru hampir semuanya berlokasi di utara agar dekat dengan tambang-tambang batu bara (Putra, 2014: 29).Prasarana jalan amat penting untuk mengangkut bahan-bahan mentah serta keperluan-keperluan lainya ke pabrik-pabrik dan perkampungan-perkampungan industri. Hal ini mempermudah dan memperlancar pengangkutan barang-barang jadi dari daerah-daerah industri ke segala penjuru negeri bahkan ke segala penjuru dunia (Putra, 2014: 29).Kaum industrialis mendesak pemerintah agar jalan-jalan segera diperbaiki dan parlemen memberikan respons positif dengan perusahaan dengan membuat Turnpika Acts. Turnpike Acts adalah undang-undang yang memberi wewenang kepada para tuan tanah dan usahawan yang berniat untuk membangun dan memelihara jalan-jalan, serta memungut bayaran dari orang-orang yang menggunakan jalan tersebut