makalah seminar an pengelolaan dya

102
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang semakin prospektif dan handal dalam menopang pembangunan perekonomian nasional. Pada saat ini bidang kepariwisataan terutama pada Daerah Tujuan Wisata (DTW) ataupun obyek-obyek wisata baik langsung maupun tidak langsung secara positif telah banyak membuktikan peranan pentingnya dalam menopang dan mengembangkan perekonomian rakyat. Pada sisi lain pengembangan sektor pariwisata dapat memberikan sumber peningkatan pendapatan daerah, baik dalam sektor itu sendiri ataupun sektor lain yang ikut berkembang sebagai akibat timbulnya “multiplier effect” dari kegiatan pariwisata. Menurut Undang- undang No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan, ditekankan bahwa produk wisata terbagi dalam usaha-usaha pariwisata yang digolongkan pada tiga jenis usaha, yaitu : Usaha jasa pariwisata Usaha obyek dan daya tarik wisata Usaha sarana pariwisata Pembangunan pariwisata menyangkut pula pada kegiatan pengembangan obyek wisata melalui upaya melestarikan, menata, dan memelihara obyek wisata dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan, baik pada lokasi yang telah berkembang

Upload: dyamuhammadfaj533

Post on 25-Jun-2015

3.338 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang semakin prospektif

dan handal dalam menopang pembangunan perekonomian nasional. Pada saat ini bidang

kepariwisataan terutama pada Daerah Tujuan Wisata (DTW) ataupun obyek-obyek wisata

baik langsung maupun tidak langsung secara positif telah banyak membuktikan peranan

pentingnya dalam menopang dan mengembangkan perekonomian rakyat. Pada sisi lain

pengembangan sektor pariwisata dapat memberikan sumber peningkatan pendapatan daerah,

baik dalam sektor itu sendiri ataupun sektor lain yang ikut berkembang sebagai akibat

timbulnya “multiplier effect” dari kegiatan pariwisata. Menurut Undang-undang No. 9 Tahun

1990 tentang kepariwisataan, ditekankan bahwa produk wisata terbagi dalam usaha-usaha

pariwisata yang digolongkan pada tiga jenis usaha, yaitu :

Usaha jasa pariwisata

Usaha obyek dan daya tarik wisata

Usaha sarana pariwisata

Pembangunan pariwisata menyangkut pula pada kegiatan pengembangan obyek wisata

melalui upaya melestarikan, menata, dan memelihara obyek wisata dengan tetap

memperhatikan kelestarian lingkungan, baik pada lokasi yang telah berkembang dan

dimanfaatkan maupun pada kawasan wisata yang belum berkembang. Pembangunan sektor

pariwisata khususnya di Jawa Barat, dalam tahapan pengembangan obyek wisata harus dan

akan melihat semua potensi yang dimilikinya, baik yang telah berjalan maupun yang dapat

dikembangkan.

Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Barat, pemanfaatan sumber daya alam di

Kabupaten Bandung merupakan potensi sektor pembangunan yang dapat memberikan

kontribusi daerah. Situ Ciburuy merupakan salah satu sumber daya alam di Kabupaten

Bandung yang telah dimanfaatkan sebagai sumber sektor pariwisata. Dalam

Page 2: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

perkembangannya pengelolaan objek wisata di Situ Ciburuy diharapkan dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat sekitar lokasi obyek wisata.

Secara eksternal kedudukan Kota Bandung sebagai pusat pemerintahan Propinsi Jawa

Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung bagian barat mempunyai kedudukan yang

cukup strategis dan memiliki keterkaitan peranan wilayahnya dalam pengembangan objek

wisata Situ Ciburuy. Intensitas pergerakan dari luar wilayah Kota Bandung khususnya dari

wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi) memberikan implikasi

terhadap aktivitas yang berkembang di wilayah Kota Bandung dan wilayah kabupaten/kota

yang ada disekitarnya.

Keberadaan jalan TOL Cipularang yang menghubungkan wilayah Jabodetabek menuju

Kota Bandung memperkecil waktu tempuh dan mempertinggi intensitas pergerakan setiap

harinya. Meningkatnya intensitas pergerakan tersebut, menjadi peluang yang besar bagi

sektor pariwisata secara umumnya.

Kegiatan kepariwisataan yang berjalan di lokasi Situ Ciburuy, dalam perkembangannya

mengalami kendala dan hambatan untuk mengoptimalkan kegiatan wisatanya. Permasalahan

tersebut mencangkup baik dari aktivitas kegiatan wisata dan kegiatan ekonomi dan

masyarakat yang ada disekitar kawasan, seperti tidak optimalnya memanfaatkan situ sebagai

potensi wisata, perkembangan kegiatan PKL yang kurang tertata rapi, lahan parkir kurang

representatif, sarana dan lahan atraksi wisata yang terbatas, pencemaran udara dan air,

maupun kendala fisik seperti terjadinya sedimentasi yang tinggi di dalam Situ Ciburuy itu

sendiri yang mengurangi daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung.

Upaya untuk dapat mengantisipasi hal tersebut diatas, dilakukan kajian studi untuk

merevitalisasi kawasan Situ Ciburuy sebagai upaya untuk menyusun arahan rencana

pengembangan dan pengelolaan serta penataan kawasan Situ Ciburuy di masa yang akan

datang, dengan mewujudkan arahan rencana tata letak kawasan Situ Ciburuy sebagai

kawasan wisata alam yang atraktif. Maka sesuai penjelasan dari latar belakang diatas, judul

yang tepat dalam penelitian ini adalah “ Pengembangan dan Pengelolaan Situ Ciburuy

Sebagai Kawasan Wisata Alam Yang Atraktif”.

Page 3: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun yang menjadi pertanyaan-pertanyaan

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana evaluasi kebijakan yang selama ini diterapkan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Bandung Barat terhadap keberadaan Situ Ciburuy sebagai kawasan

wisata?

2. Bagaimana cara pengoptimalan sumber daya masyarakat setempat dalam

pengembangan potensi ekonomi Kawasan Situ Ciburuy?

3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pembangunan Situ Ciburuy sebagai

Kawasan Wisata?

4. Bagaimanakah seharusnya konsep pengembangan dan pengelolaan yang relevan yang

bisa diimplementasikan terhadap kawasan tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (1989) ‘tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang

menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai’. Dari permasalahan

dan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Mengetahui dan menganalisis evaluasi kebijakan yang diterapkan dalam pengelolaan

kawasan wisata Situ Ciburuy oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.

2. Mengetahui dan menganalisis pengoptimalan sumber daya masyarakat setempat

dalam pengembangan potensi ekonomi.

3. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap pembangunan Situ Ciburuy sebagai

Kawasan Wisata Alam yang atraktif.

4. Memberikan usulan/rekomendasi kebijakan pengembangan dan pengelolaan kawasan

wisata Situ Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat.

Page 4: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Adapun beberapa manfaat yang didapat dari penelitian ini

adalah:

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Bandung Barat

Memberikan kajian arah kebijakan dalam pengambilan keputusan terhadap upaya

pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata Situ Ciburuy.

2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi tentang strategi dan keterlibatan langsung masyarakat dalam

pengelolaan kawasan Situ Ciburuy termasuk mendorong peran intitusi lokal dan kearifan

lokal (pengetahuan, adat istiadat dan lainnya) yang jika diadopsi dalam implementasi

pengembangan dan pengelolaan Situ Ciburuy sebagai bagian dari nilai kebudayaan mereka.

Hingga akhirnya akan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat sendiri yang akan

mendorong pengembangan kegiatan ekonomi pengelolaan lingkungan.

3. Bagi Ilmu Pariwisata

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam penelitian-penelitian

sejenis di masa yang akan dating.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan karya ilmiah ini adalah:

Bab 1: Pada bab pendahuluan ini di uraikan tentang latar belakang penulisan makalah,

rumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian, sistematika penulisan, dan kerangka

pemikiran.

Bab 2: Pada bab ini diuraikan tentang kerangka teori, pengertian industry pariwisata,

pengertian objek dan antraksi wisata, pengertian sarana dan prasarana pariwisata, pengertian

Page 5: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

pengelolan lingkungan, pembangunan kawasan, pariwisata dan kawasan wisata, jenis-jenis

wisata, ruang lingkup pariwisata, pembangunan pariwisata, pariwisata berkelanjutan, serta

konsep ecoturism.

Bab 3: Pada bab ini diuraikan tentang metode penelitian yang terkait dengan penyusunan

makalah ini. Beberapa aspek tersebut meliputi tipe penelitian, desain lokasi penelitian, ruang

lingkup penelitian, sumber dan jenis data, populasi penelitian, teknik pengumpulan data, serta

tehnik analisis data.

Bab 4: Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang dilakukan antara lain tentang

kehidupan sosial masyarakat di sekitar Situ Ciburuy, konsep rencana penataan kawasan dan

saran serta prasarana yang akan dibangun, serta usulan pengembangan dan pengelolaan

lingkungan dan alternative kegiatan wisata di Kawasan Situ Ciburuy.

Bab 5: Pada bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian ini yang menguraikan tentang

kesimpulan dan saran-saran yang berkaitan dengan pembangunan Kawasan Wisata Situ

Ciburuy.

Page 6: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

1.6 Kerangka Pemikiran

Permasalahan dan dampak yang diperkirakan:

Proses perencanaan yang Top-Down Pembebasan lahan Sampah, penggunaan air dan sedimentasi Penurunan kualitas lingkungan.

Data sekunder:

Konsep perencanaan Tata guna lahan Sarana & prasarana Sumber Daya Alam Rencana desain

Data primer:

Sosial-ekonomi Persepsi masyarakat Penggunaan lahan Kondisi eksisting

Situ Ciburuy

Identifikasi data

Pembahasan

Pembangunan Situ Ciburuy sebagai Kawasan Wisata Alam

yang Atraktif

Prakiraan Dampak

1. Pengelolaan lingkungan2. Usulan Konsep:

Perencanaan Implementasi Pengendalian Pengawasan Evaluasi

Analisis:

DeskriptifAnalogiSWOT

Kabupaten Bandung Barat sebagai Destinasi Pariwisata

Page 7: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan banyak diartikan sebagai upaya sadar dan terpadu untuk mencapai suatu

tujuan yang disepakati bersama. Dalam konteks lingkungan, pengelolaan lingkungan dapat

diartikan sebagai upaya terpadu untuk mengembangakan strategi untuk menghadapi,

menghidari, dan menyelesaikan penurunan kualitas lingkungan dan untuk mengorganisasikan

program-program pelestarian lingkunan dan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Soemarwoto (1985) mendefinisikan pengelolaan lingkungan sebagai usaha secara sadar

untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat

terpenuhi sebaik-baiknya. Sementara Omara-Ojungu dalam Setiawan (2005) mendefinisikan

pengelolaan lingkungan sebagai suatu proses pengambilan keputusan bersama dimana solusi

harus diambil berkaitan degan pemanfaatan lingkungan dan sumber daya alam.

Kedua rumusan diatas tampaknya didasarkan pada asumsi bahwa masyarakat sebagai

satu kesatuan sosial mempunyai pemikiran dan tujuan yang sama tentang bagaimana

memelihara atau memanfaatkan lingkungan.

Setiawan dalam Makalahnya Konsep, Instrumen dan Strategi Pengelolaan

Lingkungan (2005) mengemukakan ada beberapa pendekatan pengelolaan lingkungan yaitu

sebagai berikut:

1. Pendekatan Ekologis

Dapat didefinisikan sebagai pengalokasian dan pengelolaan lingkungan yang

didasarkan atas prinsip-prinsip ekologis, terutama hubungan-hubungan antar berbagai

komponen dalam satu sistem lingkungan fisik dan biologis.

2. Pendekatan Ekonomis

Pendekatan ekonomis didasarkan atas pemikiran tentang kelangkaan sumber daya dan

lingkungan sehingga menuntut para pengguna sumber daya dan lingkungan untuk melakukan

pilihan-pilihan yang seksama dalam memanfaatkan sumber daya secara optimal.

Page 8: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

3. Pendekatan Teknologis

Pendekatan ini menekankan pada upaya-upaya teknologis yang memungkinkan proses

produksi yang lebih efisien dengan hasil maksimal.

4. Pendekatan Sosio-Kultural

Pendekatan ini menekankan pada pentingnya memahami aspek-aspek sosial dan

kultur masyarakat lokal dalam pengelolaan lingkungan. Pandangan hidup, tata cara hidup,

serta prilaku masyarakat tertentu akan sangat menentukan bentuk-bentuk pemanfaatan dan

alokasi sumber daya, sehingga pendekatan ekonomis dan teknologis semata tidaklah cukup

untuk menyelesaikan persoalanpersoalan lingkungan yang ada.

5. Pendekatan Sosio-Politis

Didasarkan atas pemikiran tentang beragamnya kelompok-kelompok kepentingan

dalam pengelolaan lingkungan yang masing-masing mempunyai persepsi dan rencana yang

berbeda terhadap lingkungan. Pendekatan ini menyadari pluralisme sistem sosial-politik

sebagai komponen utama lingkungan serta implikasinya bagi proses-proses perubahan dan

pengelolaan lingkungan.

2.1.2. Pembangunan Kawasan

Kawasan dalam tulisan ini adalah istilah yang digunakan untuk memaknai secara

umum suatu tembereng hamparan dataran bumi. Membangun kawasan pada asasnya

bertujuan menciptakan atau meningkatkan dayaguna kawasan secara berkelanjutan.

Menciptakan dayaguna diadakan di kawasan alami yang belum pernah didayagunakan;

contoh, mengembangkan danau alami untuk usaha perikanan niagawi (commercial fishery).

Meningkatkan dayaguna dijalankan dikawasan yang sudah didayagunakan namun dinilai

belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan masyarakat; contoh,

memperbaiki prasarana

kawasan permukiman (Notohadikusumo, 2005)

Konsep pendayagunaan kawasan selalu berpijak pada tiga anggapan (perception)

dasar, yaitu (1) kawasan merupakan perwujudan sumberdaya (asset),

(2) prospek jangka panjang ke masa depan, dan (3) keterlanjutan manfaat. Anggapan pertama

mengkonotasikan makna lahan dan dengan demikian mengimplikasikan bahwa pengaturan

penggunaan kawasan harus menuruti pembagian (distribution) harkat lahan berupa

Page 9: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

kemampuan dan kesesuaiannya. Anggapan kedua memberikan kepada perencanaan

pembangunan kawasan suatu

gagasan kebijakan strategis yang holistik berciri terpadu, antisipatif, adaptif, lentur, dan

optimisasi. Anggapan ketiga memberikan isyarat kepentingan pendampingan secara

sinergistik upaya produksi dengan upaya konservasi yang menjadi hakikat keterlanjutan.

Upaya produksi mengarah kepada penjaminan memperoleh keuntungan dari harkat

instrumental kawasan. Upaya konservasi mengarah kepada penjaminan memperoleh

keselamatan dan keamanan penghidupan dari harkat hakiki (intrinsic) kawasan. Harkat

instrumental adalah penilaian atas dasar kegunaan asli atau buatan bagi kebutuhan manusia

langsung;

contoh, keadaan tanah untuk pertanian. Harkat hakiki adalah penilaian menurut apa adanya

sendiri, lepas dari kegunaan langsung bagi manusia; contoh, pemandangan bentanglahan

(landscape).

Tujuan pembangunan kawasan bermacam-macam, bergantung pada kepentingan para

pemangku kepentingan (stakeholders) dan kebijakan strategis ketataprajaan (governance).

Tujuan masing-masing menggunakan kriteria harkat diaknostik sendiri-sendiri. Tujuan

pembangunan secara garis besar dapat dijabarkan menjadi empat aspek: (1) ketermukiman

(habitability) kawasan bagi pemapanan masyarakat manusia secara layak, (2) produktivitas

barang, bahan dan atau jasa bagi memenuhi kebutuhan manusia, (3) kapasitas menghasilkan

pendapatan (income producing capacity) bagi semua penduduk kawasan bersangkutan, dan

(4) keadaan biofisik, sosial, budaya, demografi, dan ekonomi yang membuka peluang bagi

penerapan pranata (institution) pemanfaatan kawasan bersangkutan dengan wawasan

konservasi dan pemerataan. Kefahaman tentang kebijakan pembangunan kawasan dan

keterampilan menerapkan pirantinya perlu sekali dikuasai oleh para birokrat dengan

dukungan teknisi yang mengurusi secara mahir tataguna lahan atau yang berkaitan dengan

Page 10: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

legalitas hak guna usaha lahan. Agar wawasan konservasi habitat usaha, produktivitas sistem

usaha, dan pemerataan prospek usaha dapat diwujudkan, penanganan tataguna dan hak guna

usaha lahan perlu berlangsung terpadu dengan parameter harkat ganda. Pemahaman

kebijakan pembangunan dan kemahiran penerapan pirantinya memerlukan suatu nalar yang

dapat menilai sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah. Untuk mengembangkan nalar

seperti ini diperlukan pegangan etika yang merupakan sistem asas-asas moral.

2.1.3. Pariwisata dan Kawasan Wisata

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan

juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan adalah seseorang yang

melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan

rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.

Definisi yang lebih lengkap, pariwisata adalah industri jasa. Mereka menangani jasa

mulai dari transportasi; jasa keramahan - tempat tinggal, makanan, minuman; dan jasa

bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat

istirahat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

termasuk pengusahaan, objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha.

Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelengaraan

wisata. keseluruhan kegiatan dunia usaha dan masyarakat yang ditujukan untuk menata

kebutuhan perjalanan dan persinggahan wisatawan (UU No.24 th.1979).1

Orang yang melakukan kegiatan wisata adalah wisatawan orang yang melakukan

perjalanan untuk pelesir (pleasure) atau usaha, dan tinggal di luar kota sekurang-kurangnya

1 Marpaung (2002)

Page 11: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

satu malam (traveler).2 Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini

sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada

wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi

yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu

sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa

kepada orang non-lokal.

Kepariwisataan Menurut UU no.10/2009.3 di dalam BAB I pasal 1 ditetapkan

berbagai ketentuan yang terkait dengan kepariwisataan diantaranya sebagai berikut :

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

dikunjungi dalam rangka waktu sementara.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah, dan pemerintah daerah.

4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata

dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan

masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan

pengusaha.

2 (Lundberg, 1974 : 6) 3 UU no.10 Kepariwisataan (Bab I).

Page 12: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

5. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,

dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan

manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

6. Daerah tujuan wisata yang selanjutnya disebut destinasi wisata adalah

kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif

yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas

pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi

terwujudnya kepariwisataan.

7. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi

pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata

8. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait

dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan

wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

9. Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama

pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang

mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti

pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam,

daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

2.1.4. Pengertian Industri Pariwisata

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan

penghasilan, standar hidup serta sector produktivitas lainnya. Dalam literature

kepariwisataan, kata industri pariwsiata disebut dengan istilah Tourist Industry. Ada juga

yang menyebutnya dengan istilah Travel Industry.

Page 13: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Bila mendengar kata industri gambaran umum yang dipikirkan kebanyakan orang

adalah suatu bangunan pabrik dengan segala kelengkapannya yang mempunyai cerobong

asap dan menggunakan mesin dalam proses produksinya. Namun tidak demikian halnya

dengan industri pariwisata. Industri pariwisata adalah kumpulan daari bermacam perusahaan

yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and services) yang

dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya selama melakukan

perjalanan.

R. S Damarjadi mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan industri pariwisata

adalah rangkuman dari berbagai macam bidang usaha yang secara bersama-sama

menghasilkan produk-produk maupun jasa-jasa/ layanan-layanan atau services yang nantinya

baik langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perjalanan

(Yoeti, 1996:153).

Beberapa ahli kepariwisataan memberikan batasan-batasan yang bevariasi tentang

industri pariwisata. Walaupun demikian terdapat suatu kesamaan bahwa perusahaan yang

menghasilkan barang dan jasa itu sendiri terdiri berbagai macam perusahaan. Industri

pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi suatu industri yang terdiri dari

serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang

lainnya perbedaan itu tidak hanya dari jasa yang dihasilkan tetapi juga dalam besarnya

perusahaan, tempat kedudukan, lokasi letak geografis , fungsi, bentuk organisasi yang

mengelola dan bentuk pemasarannya.

Pengertian industri pariwisata apabila dipelajari dari jasa atau produk yang dihasilkan

atau pelayanan yang diharapkan wisatawan dalam melakukan perjalanan akan lebih jelas. Hal

ini dapat dilihat dari tahap-tahap dimana wisatawan sebagai konsumen memerlukan

pelayanan tertentu. Banyaknya jasa yang diperlukan oleh wisatawan jika melakukan

perjalanan wisata dari berangkat sampai kembali kerumah. Jasa yang dibutuhkan tidak hanya

dihasilkan oleh satu perusahaan, melainkan oleh banyak perusahaan yang berbeda fungsi dan

proses pelayanannya.

Bila dilihat dari sudut ekonomi mikro, yang di maksud dengan industri pariwisata

adalah setiap unit produksi yang menghasilkan produk atau jasa tertentu. Tetapi apabila

dilihat dari sudut ekonomi makro, industri pariwisata adalah keseluruhan unit-unit produksi

yaitu travel agent, tourist transportation, hotel, catering trade, tour operator, tourist

attraction, tourist object dan souvenir shop baik yang kedudukannya di daerah, dalam negeri

maupun luar negeri yang kaitannya dengan perjalanan wisata.

Page 14: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

2.1.5. Pengertian Objek dan Atraksi Wisata

Unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah objek

wisata dan atraksi wisata. Kedua unsur ini merupakan salah satu alasan pengunjung

melakukan perjalanan. Atau dalam arti lain objek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi

sasaran wisatawan. Di luar negeri tidak mengenal terminologi objek wisata, dan objek wisata

dikenal dengan sebutan tourist attraction (atraksi wisata).

Secara pintas produk wisata memiliki arti yang sama, namun sebenarnya berbeda

secara prinsipil. Objek wisata adalah semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan

oleh wisatawan yang bersumber pada alam, sedangkan atraksi wisata adalah sesuati yang

menarik untuk dilihat, dinikmati dan dirasakan oleh wisatawan yang dibuat oleh manusia

yang memerlukan persiapan terlebih dahulu. Dalam pengertian secara lengkap, objek wisata

dan atraksi wisata merupakan segala sesuatu yang terdapat di Daerah Tujuan Wisata (DTW)

yang merupakan daya tarik agar orang datang ke tempat tersebut.

Daya tarik wisata disebut juga sebagai objek wisata yang menjadi pendorong

kehadiran wisatawan ke daerah tujuan wisata. Karena kedudukannya yang sangat

menentukan, maka daya tarik wisata harus dirancang dan dikelola secara profesional dan

sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat menarik wisatawan untuk

datang.

Atraksi wisata diidentifikasikan dalam suatu penelitian, dan telah dikembangkan

menjadi atraksi wisata yang berkualitas baik. Beberapa hal yang menarik wisatawan untuk

berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata adalah:

1. Benda-benda yang terdapat di alam semesta (Natural Amenities), seperti iklim, bentuk

tanah dan pemandangan, hutan belukar, flora dan fauna, serta pusat-pusat kesehatan.

2. Hasil ciptaan manusia (Man-made supply), seperti benda-benda bersejarah, kebudayaan,

dan keagamaan.

3. Tata cara hidup masyarakat (the way of life), seperti pembakaran mayat (ngaben) di Bali,

upacara pemakaman mayat di Tana Toraja, upacara sekaten di Yogyakarta, dan sebagainya.

Ketiga hal di atas hendaknya sejalan dengan pola tujuan pemasaran pariwisata, yaitu

dengan promosi yang dilakukan untuk mencapai sasaran wisatawan yang lebih banyak

Page 15: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata untuk lebih lama tinggal dan lebih banyak

mengeluarkan uangnya di tempat yang mereka kunjungi.

2.1.6. Jenis-jenis Wisata

Wisata Budaya

ini dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas

pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat

lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara

hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seringnya perjalanan serupa ini disatukan dengan

kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti

eksposisi seni ( seni tari, seni drama, seni music, dan seni suara ), atau kegiatan yang bermotif

kesejarahan atau sebagainya. Jenis wisata budaya ini adalah jenis paling popular bagi tanah

air kita.

Wisata Kesehatan

Hal ini dimaksudkan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan tersebut untuk menukar

keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat

baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti

mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai

iklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan

lainya.

Wisata Olah Raga

Wisata ini dimaksudkan sebagai wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan

tujuan berolah-raga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta

olah raga di suatu tempat atau Negara seperti Asean Games, Olimpiade, Thomas Cup, Uber

Page 16: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Cup, Tour de France, F-1 (Formula one), Dan lain-lain. Macam cabang olah raga yang

termasuk dalam wisata olah raga yang bukan tergolong dalam pesta olah raga atau games,

misalnya berburu, memancing, berenang, dan berbagai cabang olah raga dalam air atau diatas

pegunungan.

Wisata Komersial

Dalam jenis ini termasuk dalam perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pecan

raya yang bersifat komersia, seperti pameran industry, pameran dagang, dan sebagainya.

Pada mulanya banyak orang berpendapat bahwa hal ini tidaklah dapat digolongkan ke dalam

dunia kepariwisataan, dengan alasan bahwa perjalanan serupa ini, yaitu kepameran atau

pecan raya yang bersifat komersial hanya dilakukan oleh orang-orang yang khusus yang

mempunyai tujuan-tujuan tertentu untuk urusan bisnis mereka dalam pekan raya tersebut.

Wisata komersial ini menjadi kenyataan yangsangat menarik dan menyebabkan kaum

pengusaha angkutan dan akomodasi membuat rencana-rencana istimewa untuk keperluan

tersebut.

Wisata Industri

Yang erat dengan wisata komersial adalah wisata industry. Perjalanan yang dilakukan oleh

rombongan pelajat atau mahasiswa tatu orang orang awam ke suatu komplek atau daerah

perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan

tujuan untuk mengadakan peninjauan atasu penelitian dengan maksud dan tujuan untuk

mengadakan peninjauan atau penelitian termasuk dalam golongan wisata industry ini.

Wisata Politik

Page 17: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Jenis ini meliputi perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian

secara aktif dalam peritiwa kegiatan politik seperti misalnya peringatan suat Negara, ulang

tahun perayaan 17 AGUSTUS di JAKARTA, perayaan 10 OKTOBER di Moscow,

penobatan Ratu Inggris di London dan sebagainya dimana fasilitas akomodasi, saran

angkutan dan atraksi aneka warna diadakan secara megah dan meriah bagi para pengunjung,

baik dari dalam maupun dari luar negeri. Disamping itu juga peristiwa-peristiwa penting

seperti konferensi, musyawarah, kongres atau konferensi politik yang selalu disertai darma

wisata termasuk dalam jenis ini.

Wisata Konveksi

Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan wisata konvensi.

Berbagai Negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan fasilitas

bangunan beserta ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi,

musyawarah, konvensi atau pertemuan lainya baik yang bersifat nasional maupun

internasional. Biro konvensi, baik yang ada di Berlin, di Manila atau di Jakarta, berusaha

dengan keras untuk menarik organisasi atau badan-badan nasional maupun internasional

untuk mengadakan persidangan mereka di pusat konvensi ini dengan menyediakan fasilitas

akomodasi dan sarana pengangkutan dengan harga reduksi yang menarik serta menyajikan

program-program atraksi ygng menggiurkan.

Wisata Sosial

Yang dimaksudkan dengan jenis wisata ini adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah

serta mudah untuk member kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah ( atau

dengan kata lain tidak mampu membayar segala sesuatu yang bersifat luks ) untuk

mengadakan perjalanan, seperti misalnya bagi kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa,

petani dan sebagainya. Organisasi ini berusaha untuk membantu mereka yang mempunyai

Page 18: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

kemampuan terbatas dari segi finansialnya untuk mempergunakan kesempatan libur atau cuti

mereka degan mengadakan perjalanan yang dapat menambah pengalaman serta pengetahuan

mereka, dan sekaligus juga dapat memperbaiki kesehatan jasmaniah dan mental mereka.

Dalam hubungan ini tidak jarang pula kaum majikan memberikan insentive liburan yang

dibayar bagi kaum pekerjanya dan mendorong mereka agar melakukan perjalanan dalam

rangka wisata social ini.

Wisata Pertanian

Wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek

pertanian, perkebunan, lading pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan

dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat

keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan

berbagai jenis sayur mayor dan palawija disekitar perkebunan yang dikunjungi. Tidak jarang

pula pusat-pusat pertanian seperti ini menyediakan pramuwisata guna menjelaskan segala

sesuatunya kepada wisatawan rombongan yang dating berkunjung.

Wisata Maritim ( marina ) atau bahari

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga air, lebih-lebih di danau,

bengawan, pantai, teluk atau laut lepas seperti memancing, berlayar, menyelam sambil

melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, berkeliling melihat

taman laut dengan pemandangan indah dibawah permukaan air serta berbagai rekreasi

perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau Negara-negara maritime di lautan

karibia, Hawai, Tahiti, Fiji, dan sebagainya.

Wisata Cagar Alam

Page 19: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang

menghususkan usaha-usaha nya dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar

alam, taman lindung, hutan daerah, pegunungan dan sebagainya yang kelestarian nya

dilindungi oleh undang-undang. Wisata cagar alam ini banyak dilakukan oleh para

penggemar dan pencinta alam dalam kaitannya degan kegemaran memotret binatang atau

marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang mendapat

perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

Wisata Buru

Jenis ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memiliki daerah atau hutan tempat berburu

yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakan leh berbagai agen atau biro perjalanan.

wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru kedaerah atau hutan yang telah ditetapkan

pemerintah Negara yang bersangkutan. Pemerintah yang bijaksana mengatur wisata buru ini

demi keseimbangan hidup satwa yang diburu tidak punah, dengan memperhitungkan

berkembang biaknya satwa tersebut, antara yang lahir dan yang diburu, tetap seimbang.

Wisata Pilgrim

Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan

kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh

perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar, atau

pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat

pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata pilgrim ini

banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan

batin, keteguhan iman, dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan

melimpah.

Page 20: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Wisata Bulan Madu

Ada juga ditambahkan dalam berbagai jenis wisata disebutkan di atas yang dinamakan wisata

bulan madu. Yaitu, suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan merpati,

pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri

demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka. Seperti misalnya kamar pengantin

dihotel yang khusus disediakan dengan peralatan serba istimewa seperti tempat tidur yang

istimewa, dekorasi dinding dengan selera tinggi, cermin besar di berbagai sudut termasuk

langit-langit kamar, dan sebagainya yang menimbulkan kesan seakan-akan berada di sorga

loka.

Wisata Petualangan ( minat khusus )

Dikenal dengan istilan adventure tourism, seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum

pernah dijeljahi ( of the beaten track ) penuh binatang buas, mendaki tebing teramat terjal,

terjun ke dalam sungai yang sangat curam, anak-anak muda remaja “mengemudi tank-tank

raksasa” bekas perang dunia dua kepedalaman rusia bungi jumping, arung jeram atau repting

di sungai-sungai yang arus nya liar, masuk goa penuh misteri, mencoba wisata kutub dan

tinggal beberapa malam dalam kamar hotel.

2.1.7. Pengertian Prasarana dan Sarana Kepariwisataan

2.1.7.1. Prasarana Kepariwisataan

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang

mutlak dibutuhkan wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata seperti jalan,

listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya.

Prasarana dalam kepariwisataan sama seperti prasarana dalam perekonomian pada

umumnya, karena kegiatan kepariwisataan pada hakekatnya tidak lain adalah kegiatan sektor

ekonomi juga. Prasarana atau infrastruktur merupakan semua fasilitas yang memungkinkan

proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat

memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Jadi, fungsi prasarana adalah untuk

Page 21: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana

mestinya.

Prof. Salah Wahab membagi prasarana atas tiga bagian penting. Ketiga prasarana

yang dimaksudkan adalah (Yoeti, 1983: 178) :

1. Prasarana umum, yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran

perekonomian. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah:

a) Sistem penyediaan air bersih

a) Pembangkit tenaga listrik

b) Jaringan jalan raya dan jembatan

c) Airport, seaport, dan terminal

d) Alat pengangkutan seperti pesawat terbang, bus, dan

e) Telekomunikasi

2. Kebutuhan masyarakat banyak, yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat

banyak dan termasuk dalam kelompok ini adalah rumah sakit, apotik, bank, pompa bensin,

dan administration office (kantor pemerintahan umum, polisi, dll). Tanpa adanya prasarana

tersebut maka sulit bagi sarana-sarana kepariwisataan untuk dapat memenuhi fungsinya untuk

memberikan pelayanan bagi wisatawan dan travelers lainnya.

3. Prasarana kepaiwisataan, yaitu prasarana yang berkaitan dengan kepariwisataan, dan dapat

dibagi dalam kelompok sebagai berikut:

a) Receipttive Tourist Plant, yaitu segala bentuk badan usaha yang mengurus kedatangan

wisatawan, seperti Biro Perjalanan Umum dan Travel Agent.

b) Recidential Plant, yaitu semua fasilitas yang dipersiapkan untuk menampung kedatangan

wisatawan, seperti hotel, restoran dan sejenisnya.

c) Recreative and Supportive Plant, yaitu semua fasilitas yang dapat digunakan untuk

kegiatan olahraga seperti lapangan golf, kolam renang, dan lain sebagainya.

2.1.7.2. Sarana Kepariwisataan

Page 22: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Sarana wisata merupakan suatu kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan

untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalan wisata. Pembangunan sarana

wisata di daerah tujuan wisata harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara

kuantitatif maupu kualitatif. Sarana wisata secara kuantitatif meunjuk jumlah sarana wisata

yang harus disediakan sedangkan secara kuantitatif lebih menunjukkan pada mutu

pelayananan yang diberikan dan dicerminkan pada kepuasan wisatawan yang memperoleh

pelayanan.

Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat

tergantung kepada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata. Yang termasuk

dalam kelompok ini adalah:

a) Travel agent dan tour operator.

b) Perusahaan-perusahaan Angkutan Wisata.

c) Hotel dan jenis akomodasi lainnya.

d) Bar dan restoran, serta rumah makan lainnya.

e) Objek wisata dan atraksi wisata.

Sarana pelengkap kepariwisataan adalah fasilitas-fasilitas yang melengkapi sarana

pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di

tempat atau daerah wisata yang dikunjunginya. Dan yang termasuk dalam kelompok ini

adalah fasilitas untuk olah raga dan sebagainya.

Sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas yang diperlukan wisatawan, yang

tidak hanya berfungsi melayani kebutuhan pokok dan sarana pelengkap, tetapi fungsinya

yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat

yang dikunjungi. Dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah night club, steambath,

casino, souvenir shop dan lain-lain.

2.1.8. Pariwisata Berkelanjutan

Pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti disebutkan dalam Piagam Pariwisata

Berkelanjutan (1995) adalah pembangunan yang dapat didukung secara ekologis sekaligus

Page 23: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Artinya,

pembangunan berkelanjutan adalah upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan

kualitas hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan

pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan. Hal tersebut hanya dapat terlaksana dengan

sistem penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yang melibatkan

partisipasi aktif dan seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan

demikian, pembangunan berkelanjutan tidak saja terkait dengan isu-isu lingkungan, tetapi

juga isu demokrasi, hak asasi manusia dan isu lain yang lebih luas. Tak dapat dipungkiri,

hingga saat ini konsep pembangunan berkelanjutan tersebut dianggap sebagai ‘resep’

pembangunan terbaik, termasuk pembangunan

pariwisata.

Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip prinsipnya

yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi, keikutsertaan para

pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan,

mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi,

akuntabilitas, pelatihan serta promosi.

1. Partisipasi

Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata

dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi sumber-sumber daya

yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-tujuan dan strategi-

strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata. Masyarakat juga harus

berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang telah disusun sebelumnya.

2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement

Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan

institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok sukarelawan, pemerintah daerah,

Page 24: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan

serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.

3. Kepemilikan Lokal

Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas

untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan seperti hotel, restoran, dsb.

seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Beberapa

pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan bagi penduduk setempat serta

kemudahan akses untuk para pelaku bisnis/wirausahawan setempat benar-benar dibutuhkan

dalam mewujudkan kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan (linkages) antara pelaku-

pelaku bisnis

dengan masyarakat lokal harus diupayakan dalam menunjang kepemilikan local tersebut.

4. Penggunaan Sumber daya yang berkelanjutan

Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya dengan

berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan sumber daya

yang tidak dapat diperbaharui (non renewable) secara berlebihan. Hal ini juga didukung

dengan keterkaitan lokal dalam tahap perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan sehingga

pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan

pariwisata harus menjamin bahwa sumber daya alam dan buatan dapat dipelihara dan

diperbaiki dengan menggunakan kriteria-kriteria dan standar-standar internasional.

5. Mewadahi Tujuan-Tujuan Masyarakat

Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata agar

kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat setempat dapat

terwujud. Misalnya, kerja sama dalam wisata budaya atau cultural tourism partnership dapat

dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen, sampai pada pemasaran.

6. Daya Dukung

Page 25: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya dukung

fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus sesuai dan serasi

dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan pengoperasiannya seharusnya

dievaluasi secara reguler sehingga dapat ditentukan penyesuaian/perbaikan yang dibutuhkan.

Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi

(limits of acceptable use).

7. Monitor dan Evaluasi

Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup

penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan indikator-

indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata. Pedoman atau alat-alat

bantu yang dikembangkan tersebut harus meliputi skala nasional, regional dan lokal.

8. Akuntabilitas

Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan

mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal yang

tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber

daya alam seperti tanah, air, dan udara harus menjamin akuntabilitas serta memastikan bahwa

sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi secara berlebihan.

9. Pelatihan

Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-program

pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan

keterampilan bisnis, vocational dan profesional. Pelatihan sebaiknya meliputi topik tentang

pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan, serta topik-topik lain yang relevan.

10. Promosi

Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan dan

kegiatan yang memperkuat karakter lanscape, sense of place, dan identitas masyarakat

Page 26: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

setempat. Kegiatan-kegiatan dan penggunaan lahan tersebut seharusnya bertujuan untuk

mewujudkan pengalaman wisata yang berkualitas yang memberikan kepuasan bagi

pengunjung.

2.1.9. Ekowisata

The International Ecotourism Society (TIES) mendefinisikan ekowisata sebagai

perjalanan wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara mengonversi lingkungan dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (Damanik dan Weber, 2006). Dari definisi ini

ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yakni: pertama, ekowisata sebagai produk; kedua,

ekowisata sebagai pasar; ketiga ekowisata sebagai pendekatan pembangunan. Sebagai

produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumber daya alam. Sebagai

pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian

lingkungan. Akhirnya sebagai pendekatan pembangunan, ekowisata merupakan metode

pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan.

Di sini kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat

lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan merupakan ciri khas ekowisata.

2.1.10. Definisi Air Permukaan

Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan

danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin

besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai

bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air

permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir

maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan

terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut.

Page 27: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

2.1.11. Definisi Danau/Situ.

Jenis – jenis danau :

Danau Tektonik : Danau yang terbentuk oleh pergeseran kulit bumi, dapat

berupa patahan dan sesar. Bentuk danau rectangular seperti retakan persegi

panjamg dan bujur sangkar.

Danau Vulkanik : Danau yang terbentuk akibat aktivitas gunung api.

Bentuk danau circular membulat.

Danau Vulkano-Tektonik : Danau yang terbentuk oleh kombinasi antara

proses vulkanik dan tektonik, setelah gunung api meletus, dapu magma

menjadi kosong terjadilah pemerosotan atau patahan pada bagian

permukaan bumi disekitar gunung api. Cekungan akibat patahan tersebut

kemudian diisi oleh air.

Solusional : Danau yang terbentuk oleh proses pelarutan terutama pada

wilayah karst.

Fluvial : Danau yang terbentuk oleh proses fluvial.

Deflasi : Danau yang terbentuk oleh deflasi ( proses angin ).

Marin : Danau yang terbentuk oleh proses laut.

Ekstra-Terestial : Danau yang terbentuk oleh jatuhan meteorit dari luar

angkasa.

Danau Glasial : Danau yang terjadi karena adanya erosi gletser. Pencairan

es akibat erosi mengisi cekungan – cekungan yang dilewati sehingga

terbentuk danau.

Waduk atau Bendungan : danau yang sengaja dibuat oleh manusia,

pembuatan waduk biasanya berkaitan dengan kepentingan pengadaan

tenaga listrik, tenaga air, perikanan, pertanian dan rekreasi.

Page 28: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe deskriptif kualitatif. Usaha

mendiskripsikan fakta-fakta pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala

secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki, agar jelas situasi dan kejadiannya. Karena itu

Page 29: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

pada tahap ini metode deskriptif ini tidak lebih dari penelitian yang bersifat penemuan fakta-

fakta seadanya (fact finding). Penemuan gejala-gejala ini juga berarti tidak sekedar

menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan hubungannya satu

dengan yang lain di

dalam aspek-aspek yang diselidiki itu.

Pada tahap berikutnya metode ini menurut Nawawi (1983) harus diberi bobot yang

lebih tinggi, karena sulit untuk dibantah bahwa hasil penelitian yang sekedar

mendeskripsikan fakta-fakta tidak banyak artinya. Untuk itu pemikiran di dalam metode ini

perlu dikembangkan dengan memberikan penafsiran yang akurat terhadap fakta-fakta yang

ditemukan. Dengan kata lain metode ini tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan

penyusunan data, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu. Karena itu

penelitian ini dapat diwujudkan juga sebagai usaha memecahkan masalah dengan

membandingkan persamaan dan perbedaan gejala yang ditemukan, mengukur dimensi suatu

gejala, mengadakan klasifikasi gejala, menilai gejala, menetapkan standar, menetapkan

hubungan antar gejala-gejala yang ditemukan dan lain-lain. Dengan kata lain secara singkat

dapat dikatakan bahwa metode deskriptif merupakan langkah-langkah melakukan

representasi objektif tentang gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah yang diselidiki.

3.2. Desain Lokasi

Adapun lokasi dalam penelitian ini adalah Kawasan Wisata Situ Ciburuy yang terletak di

Kecamatan Padalarang, Kabupaten Barat Provinsi Jawa Barat. Secara geografis situ

berbatasan di sebelah dengan Desa Bayongbong dan Desa Ciburuy, di sebelah Timur dengan

Desa Bayongbong serta di sebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan Desa Cinta Nagara.

Page 30: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Untuk mencapai kawasan Situ Ciburuy dapat menggunakan berbagai jenis kendaraan

baik angkutan umum maupun mobil pribadi dengan kondisi jalan relatif cukup. Namun

demikian, angkutan umum dan ojeg hanya mencapai 200 - 300 m sebelum pintu masuk

kawasan. Jarak Situ Ciburuy dari pusat Kota Bandung mencapai 15 km.

3.3. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:

Keadaan sosial ekonomi masyarakat

Persepsi masyarakat terhadap pembangunan Situ Ciburuy sebagai kawasan wisata

Pola pembangunan dan pemanfaatan situ

Adat istiadat dan nilai serta norma yang berkaitan dengan pemanfaatan situ

Sarana dan prasarana yang akan dibangun.

Selain itu juga dikaji dan dianalisis tentang konsep pembangunan situ, batas-batas wilayah

administrative, keadaan topografi, keadaan fisik dan biologis situ, tata guna lahan serta

dokumen mengenai kebijakan pembangunan.

3.4. Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan didukung

dengan data kuantitatif. Jenis data ini diambil dari sumber data primer dan data sekunder.

Menurut Wibisono, (2003) data kualitatif adalah data yang berbentuk keterangan-keterangan

atau kategori yang mengandung makna kualitas dan bukan berbentuk bilangan yang tidak

dapat dilakukan perhitungan dengan alat

bantu statistik atau matematika. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan yang

dapat dilakukan perhitungan dengan alat bantu statistik atau matematika.

Page 31: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Sedangkan sumber data terdiri dari data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung

dari hasil-hasil penelitian di lapangan serta data sekunder yang diperoleh dari dinas atau

instansi yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Data sekunder ini juga diperoleh dari

kajian-kajian literature yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.5. Populasi Penelitian

Dalam suatu penelitian, populasi yang dipilih mempunyai hubungan erat dengan

masalah yang ditelaah. Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya

akan diduga (Singarimbun dan Efendi, 1989). Ini berarti populasi merupakan kumpulan

individu/objek penelitian yang memiliki kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.

Berdasarkan kualitas dan ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai sekolompok

individu/obyek pengamatan yang minimal memiliki satu persamaan karakter.

Populasi dalam penelitian ini adalah kawasan wisata Situ Ciburuy serta

penduduk/masyarakat yang mengetahui dan merasakan manfaat dari keberadaan Situ

Ciburuy.

3.6. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah teknik Puprosive Sample. Teknik ini

digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pemilihan sekelompok subyek didasarkan

atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat

dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Penetapan ini didasarkan atas

informasi yang mendahului (previous knowledge) tentang keadaan populasi. Penelitian hanya

mengambil beberapa daerah atau kelompok kunci (key areas, key groups or key clusters).

Dalam penelitian ini yang menjadi objek sampling sebagai nara sumber adalah

mereka yang selama ini memanfaatkan Situ Ciburuy sebagai sumber mata pencarian utama

Page 32: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

maupun sampingan. Untuk mendapatkan keseimbangan informasi serta persepsi, maka

dipilih juga nara sumber yang tidak memanfaatkan Situ Ciburuy sebagi sumber

penghidupannya.

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Observasi

Pengumpulan data dengan teknik observasi atau pengamatan langsung adalah cara

pengambilan data dengan melihat langsung tanpa ada bantuan alat standar lain untuk

keperluan penelitian. Dengan cara pengamatan langsung ini dapat dicatat hal-hal, prilaku,

pertumbuhan dan sebagainya pada saat kejadian/prilaku tersebut terjadi. Dengan cara

pengamatan, data/keadaan yang langsung mengenai perilaku yang ditipikal dari obyek segera

dapat dicatat tanpa menggantungkan data dari ingatan seseorang.

Wawancara

Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan/informasi

untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab langsung antara peneliti dengan informan

berdasarkan pedoman wawancara yang ditetapkan. Karena wawancara adalah proses tanya

jawab langsung, maka informasi atau data yang diperoleh sangat tepat dan akurat untuk

memberikan gambaran pada status obyek yang diteliti

Dokumenter/Pengumpulan Data Sekunder

Metode dokumenter yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa benda-

benda tertulis seperti majalah, dokumen, literatur, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan

harian dan sebagainya serta dokumentasi-dokumentasi visual lainnya Penerapan metode ini

dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pelengkap tentang objek yang sedang diteliti.

Menurut Nasution (1989) menyatakan bahwa observasi merupakan dasar semua ilmu

pengetahuan. Dengan melakukan observasi peneliti dapat melihat kondisi actual lokasi

Page 33: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

penelitian sehingga peneliti dapat menyimpulkan pengembangan seperti apa yang cocok di

kembangkan di lokasi penelitian tersebut. Setelah melakukan observasi biasanya peneliti

melakukan wawancara, teknik ini dilakukan untuk melihat tanggapan masyarakat ataupun

pihak pemerintah dan pemerhati lingkungan sebagai bahan dalam penelitian yang valid.

Sedangkan penyebaran kuesioner dan studi literature atau pengumpulan data sekunder

merupakan pelengkap data yang akan menjadi pertimbangan dalam pengembangan kawasan.

3.8. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dari beberapa sumber kemudian dianalisa secara kualitatif

deskriptif dengan mempertimbangkan pendapat, pemikiran, persepsi dan interpretasi dari

pihak-pihak yang berkompetensi dengan masalah penelitian. Sedangkan teknik analisa yang

lain yang digunakan yaitu analogi. Analogi merupakan upaya pencarian solusi dengan

mengkaji masalah situasi yang serupa. Menggunakan metode analogi dalam menyelesaikan

masalah merupakan dasar synectics. Proses synectics dimaksudkan untukk memberikan

perspektif baru mengenai satu persoalan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Kabupaten Bandung Barat

Page 34: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

4.4.1.1 Letak Geografis

Berdasarkan data, luas wilayah Kabupaten Bandung Barat yaitu 1.305,77 KM²,

terletak antara 60º 41’ s/d 70º 19’ lintang Selatan dan 107º 22’ s/d 108º 05’ Bujur Timur.

Mempunyai rata-rata ketinggian 110 M dan Maksimum 2.2429 M dari permukaan laut.

Kemiringa wilayah yang bervariasi antara 0 – 8%, 8 – 15% hingga diatas 45%, dengan batas

wilayah sebagai berikut :

Sebelah barat : berbatasan dengan kabupaten Cianjur

Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang.

Selebah timur : berbatasan dengan Kabupaten bandung dan Kota Cimahi.

Sebelah selatan : berbatasan dengan Selatan Kabupaten Badung dan Kabupaten Cianjur.

Cakupan wilayah Kabupaten Bandung Barat, meliputi 15 (lima belas) kecamatan

yang terdiri dari : Padalarang, Cikalongwetan, Cililin, Parongpong, Cipatat, Cisarua,

Batujajar, Ngamprah, Gununghalu, Cipongkor, Cipeundeuy, Lembang, Sindangkerta,

Cihampelas dan Rongga.

Penggunaan lahan Eksisting

Dilihat dari sisi penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Bandung Barat, penggunaan

lahan untuk budidaya pertanian merupakan penggunaan lahan terbesar yaitu 66.500,294 HA,

sedangkan yang termasuk kawasan lindung seluas 50.150,928 HA, budidaya non pertanian

seluas 12.159,151 HA dan lainnya seluas 1.768,654 HA.

Luas wilayah lindung di daerah Kabupaten Bandung Barat terkait dengan isu kawasan

bandung utara, disamping itu dilihat dari kondisi fisik geografis posisi wilayah Kabupaten

Bandung Barat dinilai kurang menguntungkan, hal ini dikarenakan terdiri dari banyak

cekungan yang berbukit-bukit dan di daerah-daerah tertentu sangat rawan dengan bencana

alam tanah

4.1.1.2 Demografis

Jumlah penduduk KBB sebanyak 1.408.550 jiwa dengan proporsi berdasarkan jenis kelamin

terdiri dari laki-laki 705.679 jiwa dan perempuan 702.871 jiwa . penyebaran penduduk tidak

merata terpadat ada di kecamatan Ngamprah sedangkan terendah adalah kecamatan

Page 35: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Gununghalu. Jumlah angkatan kerja KBB mencapai 447.314 jiwa dan terbagi dalam beberapa

jenis mata pencaharian seperti di sektor pertanian dan buruh tani dengan prosentase tertinggi

mencapai 33.87 %. Sektor Industri l6,53 %, sektor Perdagangan l5,51%, sektor jasa 9,51 %

dan yang lainnya 24.59 %.

Dari sisi pola penyebaran,penduduk kecamatan ngamprah merupakan kecamatan yang relatif

padat dibandingkan dengan kecamatan lainnya di wilayah Kabupaten Bandung Barat dengan

tingkat kepadatannya dalah kecamatan gunung halu dengan tingkat kepadatan hanya

mencapai 450,42 jiwa/km2

4.1.2 Kecamatan Padalarang

4.1.2.1 Letak Geografis

Berdasarkan data, luas wilayah Kabupaten Bandung Barat yaitu 1.305,77 KM², terletak

antara 60º 41’ s/d 70º 19’ lintang Selatan dan 107º 22’ s/d 108º 05’ Bujur Timur. Mempunyai

rata-rata ketinggian 110 M dan Maksimum 2.2429 M dari permukaan laut. Kemiringa

wilayah yang bervariasi antara 0 – 8%, 8 – 15% hingga diatas 45%, dengan batas wilayah

sebagai berikut :

Sebelah barat : berbatasan dengan kabupaten Cianjur

Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang.

Page 36: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Selebah timur : berbatasan dengan Kabupaten bandung dan Kota Cimahi.

Sebelah selatan : berbatasan dengan Selatan Kabupaten Badung dan Kabupaten Cianjur.

Cakupan wilayah Kabupaten Bandung Barat, meliputi 15 (lima belas) kecamatan yang terdiri

dari : Padalarang, Cikalongwetan, Cililin, Parongpong, Cipatat, Cisarua, Batujajar,

Ngamprah, Gununghalu, Cipongkor, Cipeundeuy, Lembang, Sindangkerta, Cihampelas dan

Rongga.

Penggunaan lahan Eksisting

Dilihat dari sisi penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Bandung Barat, penggunaan lahan

untuk budidaya pertanian merupakan penggunaan lahan terbesar yaitu 66.500,294 HA,

sedangkan yang termasuk kawasan lindung seluas 50.150,928 HA, budidaya non peratanian

seluas 12.159,151 HA dan lainnya seluas 1.768,654 HA.

Luas wilayah lindung di daerah Kabupaten Bandung Barat terkait dengan isu kawasan

bandung utara, disamping itu dilihat dari kondisi fisik geografis posisi wilayah Kabupaten

Bandung Barat dinilai kurang menguntungkan, hal ini dikarenakan terdiri dari banyak

cekungan yang berbukit-bukit dan di daerah-daerah tertentu sangat rawan dengan bencana

alam tanah.

4.1.2.2 Kondisi Demografi

Jumlah penduduk KBB sebanyak 1.408.550 jiwa dengan proporsi berdasarkan jenis kelamin

terdiri dari laki-laki 705.679 jiwa dan perempuan 702.871 jiwa . penyebaran penduduk tidak

merata terpadat ada di kecamatan Ngamprah sedangkan terendah adalah kecamatan

Gununghalu. Jumlah angkatan kerja KBB mencapai 447.314 jiwa dan terbagi dalam beberapa

jenis mata pencaharian seperti di sektor pertanian dan buruh tani dengan prosentase tertinggi

mencapai 33.87 %. Sektor Industri l6,53 %, sektor Perdagangan l5,51%, sektor jasa 9,51 %

dan yang lainnya 24.59 %.

Dari sisi pola penyebaran,penduduk kecamatan ngamprah merupakan kecamatan yang relatif

padat dibandingkan dengan kecamatan lainnya di wilayah Kabupaten Bandung Barat dengan

tingkat kepadatannya dalah kecamatan gunung halu dengan tingkat kepadatan hanya

mencapai 450,42 jiwa/km2 .

4.1.2.3 Kondisi Sosial-Ekonomi

Page 37: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Kontribusi terbesar PDRB Kabupaten Bandung Barat terbesar berdasarkan lapangan usaha

berasal dari sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sedangkan

terendah dari sektor pertanian. Untuk langkah ke depan dalam upaya mendorong ekonomi di

Kabupaten Barat perlu meningkatkan koordinasi dan efektif itas kebijakan sektor ril termasuk

perhatian dan pembinaan terhadap industri kreatif dan usaha wisata kuliner yang cukup

memberikan peluang kesempatan kerja yang selama ini belum teridentifikasi yang akan

meramaikan suasana perekonomian pada sektor jasa dan pariwisata di Kabupaten Bandung

Barat sejalan dengan tinjauan program unggulan bahwa Bandung Barat diarahkan untuk

menjadi daerah tujuahn wisata terdepan di tatar Bandung yang berwawasan lingkungan.

Berdasarkan data Suseda Kabupaten Bandung Barat tahun 2006, jumlah angkatan kerja di

Kabupaten Bandung Barat sebanyak 447.314 jiwa, yang terdiri dari yang memiliki pekerjaan

sebanyak 398.915 jiwa dan mencari pekerjaan sebanyak 48.399 jiwa. Persentase secara

keseluruhan antara pencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja sebesar 10,82 % Adapun

persentase terbesar terdapat di kecamatan cipongkor sebesar 19,86 %, sedangkan persentase

terendah terapat di kecamatan cipeundeuy sebesar4,28 %.

Apabila pennduduk yang bekerja dikaitkan dengan lapangan usaha atau mata pencaharian

penduduk Kabupaten BandungBarat, maka bidang pertanian merupakan mata pencaharian

penduduk terbanyak dengan jumlah 166.765 jiwa, sedangkan untuk sektor industri.

Apabila dilihat dari status pekerjaan yang dijalani oleh penduduk Kabupaten Bandung Barat,

penduduk dengan status pekerjaan sebagai buruh/ karyawan merupakan jumlah yang

terbanyak yakni sebesar 224.423 jiwa dan kecamatan terbanyak dengan jumlah 166.765 jiwa,

sedangkan untuk sektor industri.

Apabila dilihat dari status pekerjaan yang dijalani oleh penduduk Kabupaten Bandung Barat,

penduduk dengan status pekerjaan sebagai buruh/ karayawan merupakan jumlah yang

terbanyak sebagai buruh/ karyawan adalah kecamatan padalarang sebanyak 33.097 jiwa.

Produk Domestik Regional Bruto

PDRB wilayah Kabupaten Bandung Barat tahun 2006 berdasarkan data dari BPS dan bapeda

Kabupaten Bandung sebesar Rp. 6.095.540.000,- dengan pendapatan perkapita sebesar Rp.

3.861.950,- dengan pendapatan perkapita sebesar Rp. 7.899.120,- sedangkan kecamatan

Page 38: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

dengan PDRB terendah adalah kecamatan rongga sebesar Rp. 116.950.230.000,- dengan

pendapatan perkapita sebesar Rp. 2.122.590,-

Kontribusi PDRB terbesar berdasarkan lapanagan usaha adalah berasal dari sektor industri

yakni sebesar Rp. 2.590.358.470.000,- dan kontribusi PDRB terkecil adalah dari sektor

pertambangan sebesar Rp. 33.797.270.000,- walaupun sebagian besar penduduk Kabupaten

Bandung Barat bermata baru mencapai Rp. 745.078.980.000,-

Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan data IPM Kabupaten Bandung Barat tahun 2006,Ipm Kabupaten Bandung Barat

mencapai 67,51 kecamatan dengan IPM tertinggi adalah Lembang yang mencapai 70,37 dan

kecamatan dengan IPM terendah adalah kecamatan rongga sebesar 62,16.

Penggunaan Lahan Eksisting

Dilihat dari sisi penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Bandung Barat, penggunaan lahan

untuk budidaya pertanian merupakan penggunaan lahan terbesar yaitu 66.500,294 HA,

sedangkan yang termasuk kawasan lindung seluas 50.150,928 HA, budidaya non peratanian

seluas 12.159,151 HA dan lainnya seluas 1.768,654 HA.

Luas wilayah lindung di daerah Kabupaten Bandung Barat terkait dengan isu kawasan

bandung utara, disamping itu dilihat dari kondisi fisik geografis posisi wilayah Kabupaten

Bandung Barat dinilai kurang menguntungkan, hal ini dikarenakan terdiri dari banyak

cekungan yang berbukit-bukit dan di daerah-daerah tertentu sangat rawan dengan bencana

alam tanah longsor.

Sumber: www.bandungbarat.go.id , jabarprov.go.id

4.2 Deskripsi Situ Ciburuy

4.2.1. Luas dan Letak Situ Ciburuy

Page 39: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

4.2.2. Iklim

4.2.3. Karakteristik Situ Ciburuy

4.2.4. Potensi Situ Ciburuy

Danau Lebo mempunyai potensi yang cukup banyak selain sebagai kawasan konservasi

antara lain, yaitu:

1. Sebagai cadangan air untuk pengairan sawah di sekitar Situ.

2. Sebagai aset wisata danau/situ dengan pemandangan yang cukup bagus;

3. Sebagai sarana budidaya perikanan.

Beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian dalam perencanaan ini untuk

sementara diperkirakan dapat menghambat rencana pengelolaan dan pemanfaatan Situ

Ciburuy sebagai salah satu sumber air dikawasan tersebut antara lain :

Terjadinya sedimentasi dan erosi pada tepian danau sehingga terjadi pendangkalan

dasar danau;

Pembuangan sampah, limbah dan pencemaran kualitas air;

Luasnya lahan yang perlu ditangani;

Dari permasalahan tersebut di atas, beberapa langkah penanganan yang telah dilakukan oleh

pihak pemerintah dalam hal ini pemerintah Kabupaten Bandung Barat, antara lain:

1. Pembersihan permukaan situ pada tempat-tempat yang akan dijadikan tempat pariwisata;

2. Pembuatan plengsengan/talud pencegah lonsor;

3. Secara berkala dinas terkait memantau kondisi danau dan melakukan penanggulangan.

4.2.5. Kondisi Sarana dan Prasarana

Kawasan ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti lokasi peristirahatan, jajanan

makanan khas daerah, pedagang souvenir dan juga beberapa fasilitas pesiar dan wisata

pemancingan, bahkan selama ini sering dijadikan kawasan penyambutan para atlet olahraga

seperti yang dilakukan terhadap Persib Bandung setiap menjadi juara, penyambutan tim Piala

Thomas Indonesia serta penyambutan atlet-atlet berprestasi lainnya.

Berikut ini merupakan foto-foto kondisi fasilitas yang ada di kawasan Situ Ciburuy:

Page 40: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Gambar 1. Kondisi Sarana Rumah Makan Ciburuy

Gambar 2. Kondisi Mushola di Kawasan Situ Ciburuy

4.2.6 Kondisi Sosial Masyarakat

4.3 Prinsip Dasar Pembangunan Kawasan Situ Ciburuy

Sebelum dilakukan kegiatan pembangunan terhadah Situ Ciburuy di Kecamatan

Padalarang Kabupaten Bandung Barat, maka terdapat beberapa prinsip dasar pembangunan

kawasan sebagai berikut:

1. Keserasian dan Pelestarian

Pembangunan dan reservasi kawasan danau harus dapat melindungi kelestarian

lingkungan dan mencegah merosotnya kualitas biota maupun flora yang menjadi cirri khas

keberadaan kawasan tersebut.

2. Pembangunan Terpadu

Page 41: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Perencanaan pembangunan akan dilakukan secara menyeluruh dan komprehensif dari

segi sosial, ekonomi, budaya, kepariwisataan, optimalisasi daya dukung lingkungan dan

sumber dayanya.

3. Berdaya Guna

Dapat mewujudkan kualitas lingkungan kawasan yang sesuai dengan potensi dan

fungsinya.

4. Serasi, Selaras dan Seimbang

Dapat menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan struktur serta

pola memanfaatan ruang.

5. Berkelanjutan

Dapat menjamin terwujudnya kelestarian daya dukung sumber dayanya dengan

memperhatikan kepentingan masa depan.

4.3.1. Sarana Pengembangan Kepariwisataan

Pengembangan kepariwisataan Kabupaten Bandung Barat perlu didukung dengan

langkah-langkah konkrit dalam pengembangan kawasan-kawasan berpotensi yang belum

tersentuh penanganan secara terpadu seperti dikawasan Situ Ciburuy.

Hal-hal yang mendapat perhatian dalam pembangunan kawasan Situ Ciburuy sebagai

sarana pengembangan kepariwisataan adalah sebagai berikut:

1. Kejelasan batasan wilayah pembangunan kawasan Situ Ciburuy;

2. Pengidentifikasian potensi kepariwisataan;

3. Memperkirakan kebutuhan sarana dan prasarana infrastruktur;

4. Detail analisa tapak untuk mendapatkan konsep rencana penataan ruang dan tata guna

lahan bagi kegiatan kepariwisataan (termasuk fasilitas penunjangnya);

5. Rencana pengembangan kawasan Situ Ciburuy yang berkesinambungan (bertahap).

Agar pembangunan kawasan tersebut dapat dilakukan sesuai dengan maksud dan

tujuan, maka Pemerintah Kabupaten Bandung Barat mendasarkan pada aspek-aspek sebagai

berikut:

1. Aspek Strategis

Meliputi kebijakan dasar penentuan fungsi, pengembangan kegiatan dan perencanaan

tata ruang kawasan yang merupakan penjabaran atau pengisian dari rencana-rencana

pembangunan nasional dan daerah dalam jangka panjang.

2. Aspek Teknis

Page 42: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Kebijakan yang ditujukan untuk menyerasikan dan mengoptimalkan pola tata ruang

kawasan, pemberian fasilitas dan utilitas secara tepat, mendayagunakan pola transportasi dan

meningkatkan kualitas lingkungan serta menjaga kelestariannya sesuai dengan aspirasi

masyarakat.

3. Aspek Hukum

Kebijaksanaan dasar perencanaan yang harus mempertimbangkan aspek hukum dan

perundangan serta administrasi agar rencana penataan dapat dilaksanakan sesuai dengan

kemampuan kinerja institusi yang ada di daerah dan sesuai dengan pembiayaan

pembangunan.

4. Aspek Keterpaduan

Rumusan kebijaksanaan yang sesuai dengan kaidah-kaidah ketataruangan dan sesuai

dengan kebijaksanaan pengembagnan wilayah. Kaidah-kaidah tersebut akan

mempertimbangkan azas manfaat, pemerataan, keseimbangan, pertumbuhan serta kelestarian

sesuai dengan tingkat perkembangan kawasan maupun hubungan kawasan yang satu dengan

kawasan sekitarnya.

5. Aspek Efisiensi Alokasi/Distribusi Kegiatan

Dirumuskan berdasarkan keterpaduan dan keselarasan dengan distribusi alokasi investasi

pembangunan sehingga dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Selain itu juga perlu dipertimbangkan pada kemampuan tumbuh dan berkembangnya

kawasan serta fungsi dan peranan kawasan itu sendiri.

Guna mendukung implementasi aspek-aspek penataan kawasan seperti tersebut di

atas, perlu dibedakan daerah-daerah yang termasuk kawasan lindung atau kawasan budidaya.

Sedangkan berkaitan dengan pengembangan kawasan sebagai obyek kepariwisataan

adalah sebagai berikut:

1. Keterkaitan antar wilayah, baik regional maupun nasional disamping keterkaitan antar

sektor pembangunan;

2. Pengembangan pariwisata terintegrasi yang berlandaskan pada asas keterkaitan di atas;

3. Pengembangan pariwisata yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk

sehingga diperlukan usaha pengentasan kolompok miskin dan pengembangan kualitas

sumber daya manusia;

4. Pengembangan pariwisata yang tidak lepas dari usaha untuk memperkuat sumber dana

pemerintah melalui penerimaan devisa;

5. Pengembangan pariwisata yang mensyaratkan pengelolaan yang efektif dan efisien serta

penyelenggaraannya perlu didasari dengan prinsip-prinsip kemandirian atau desentralisasi.

Page 43: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Pembangunan terhadap kawasan Situ Ciburuy merupakan pembangunan secara

terpadu baik secara vertical maupun horizontal, dengan pengertian sebagai berikut:

1. Perencanaan Penataan Vertikal

Pembangunan kawasan Situ Ciburuy dilakukan untuk meletakkan landasan bagi integrasi dan

keterpaduan berbagai tingkat perencanaan, mulai dari integrasi dan keterpaduan antara

perencanaan pariwisata pada tingkat komunitas, lokal, sampai pada tingkat perwilayahan

pariwisata daerah.

2. Perencanaan Penataan Horizontal

Pembangunan kawasan Situ Ciburuy dilakukan untuk meletakkan dasar integrasi dan

keterpaduan pembangunan pada tingkat lintas sektoral dan lintas kawasan yang menempatkan

prinsip perwilayahan sebagai organizing concept perumusan kebijaksanaan pembangunan

pariwisata dengan mengoptimalkan seluruh potensi sumberdaya (antara lain: sumber daya

alam, sosial, ekonomi, dan budaya) yang tersedia.

4.4 Rencana Penataan Kawasan Dan Sarana Serta Prasarana Yang Akan Dibangun

4.4.1. Rencana Diagram Hubungan Antar Zona

Setelah melalui analisa zona, maka ditetapkan zona kawasan yang saling berinteraksi.

Dalam penetapan zona ini diantaranya terdapat:

a. Zona 1

Yang berisi kawasan untuk masyarakat sekitar dan pengunjung berinteraksi misalnya:

disediakan tempat berupa kios yang menjual aneka souvenir/kerajinan tangan dari masyarakat

sekitar serta usaha-usaha mikro masyarakat yang dapat menunjang kegiatan ekonomi

pariwisata di kawasan ini .

b. Zona 2

Yang berisi area servis pengunjung misalnya: tempat parkir mobil dan motor, pedestrian,

lapangan olahraga. Hal ini disesuaikan dengan kondisi lahan yang relatif datar.

c. Zona 3

Yang berisi sirkulasi masuk ke fasilitas wisata dan fasilitas penunjang.

d. Zona 4

Untuk wisata air seperti sepeda dan bus air, dermaga pemancingan juga dikelilingi oleh

gazebo ditepiannya.

e. Zona 5

Page 44: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Zona ini terletak di daratan di tengah danau yang berisi Restaurant tradisional serta

panggung hiburan.

4.4.2. Rencana Pola Dan Tata Bangunan

4.4.2.1 Pola Bangunan

Pola massa bangunan diarahkan menyebar. Hal ini dikarenakan kondisi lahan yang

mamanjang sepanjang jalan dan berada ditepi danau.

4.4.2.2 Tata Bangunan

Bangunan dan fasilitas wisata ditempatkan menghadap danau. Hal ini dikarenakan

pemandangan danau merupakan potensi yang cukup bagus. Sedangkan fasilitas penunjang

tidak mutlak.

4.4.2.3 Kontruksi Bangunan

Konstruksi bangunan dibuat dari bahan yang umum dan mudah didapat. Untuk tampilan atap

dan lainnya disesuaikan adat atau ciri khas Kabupaten Bandung Barat atau bangunan

tradisional Jawa Barat yang harus ditonjolkan.

4.4.3 Jenis Fasilitas Bangunan Yang Direncanakan

Restoran Tradisional

Menyediakan sarana tempat makanan bagi pengunjung dikawasan wisata sambil

beristirahat, melihat pemandangan, sehingga memerlukan pemandangan yang cukup bagus.

Panggung Hiburan

Untuk memberikan sarana hiburan bagi pengunjung dikawasan wisata agar dapat

menikmati suasana sambil mendapat hiburan juga untuk acara bagi kalender wisata tahunan.

Dermaga Pemancingan

Disediakan bagi wisatawan yang hobi memancing dan sesuai dengan karakter wisata

danau sebagai wisata pancing.

Kios Suvenir

Sebagai tempat wisata yang representative diperlukan oleh-oleh khas yang

mencerminkan daerah setempat sehingga perlunya kios-kios untuk sarana tersebut.

Gazebo/gardu pandang

Page 45: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Disediakan untuk para pengunjung dan keluarganya menikmati pemandangan yang

lebih luas tanpa terganggu pengunjung lain.

Taman Bermain Anak (Playground)

Disediakan bagi anak-anak untuk taman bermain seperti ayunan, luncuran, panjar dan

sebagainya.

Pedestrian dan Taman

Disediakan sebagai sarana pengunjung yang berjalan kaki dan beristirahat di taman.

Dermaga

Disedikan untuk sarana wisata air berkeliling danau bila dimungkinkan memakai bus

air dan sebagainya.

Kantor Pengelola

Disediakan untuk sarana pengelolaan tempat wisata dengan mempertimbangkan

kebutuhan ruang yang diperlukan.

Pos Jaga

Untuk keamanan kawasan dan tempat parkir. Jumlah pos disesuaikan dengan

kebutuhan, sekiranya area yang mudah atau rawan gangguan keamanan.

Parkir Mobil dan Sepeda Motor

Disediakan untuk parkir mobil dan sepeda motor pengunjung, dengan penempatan

yang mudah dijangkau dan aman.

Gapura/Gate Pintu Gerbang

Ditempatkan pada pintu masuk dan pintu keluar kawasan. Bentuk gapura dibuat

dengan ciri khas tradisionil Kabupaten Bandung Barat.

Halte Angkutan Umum

Disediakan bagi para pengunjung yang naik angkutan umum dan turun ditempat

pemberhentian disekitar kawasan wisata.

4.4.3 Rencana Sirkulasi Kawasan

Sirkulasi kawasan direncanakan melalui pertimbangan sebagau berikut:

a. Pintu Masuk dan Keluar

Penentuan pintu masuk dan keluar direncanakan pada 2 node pada lokasi kawasan,

yaitu:

Page 46: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

1. Node 1

Pintu masuk pada kawasan ini diarahkan bagi masyarakat sekitar yang sering

mengunjungi danau untuk kegiatan ekonomi masyarakat, tanpa membayar tiket masuk. Jadi

pembangunan kawasan tersebut juga memfasilitasi kepentingan masyarakat sekitar dengan

menyediakan sarana kios jual makanan , pemancingan dan toilet.

2. Node 2

Pintu masuk di dekat entrance pintu masuk loket utama kawasan, ditandai dengan

gapura masuk. Pintu masuk ini disediakan, memberikan kesempatan pada pengunjung apabila

pada node 1 tidak berkesempatan masuk.

b. Parkir

Perletakan parkir sesuai dengan kondisi lahan yang memanjang sepanjang jalan

mengikuti tepi danau. Sarana parkir terbagi menjadi parkir mobil dan sepeda motor. Khusus

parkir sepeda motor direncanakan beratap.

c. Sirkulasi Kendaraan

Sirkulasi kendaraan terbagi menjadi: sirkulasi mobil; dari pintu masuk menuju parkir

direncanakan tidak terlalu jauh, dan mudah dicapai dari pedestrian. Arah masuk keluar

disediakan tanda yang cukup jelas. Sirkulasi sepeda motor; sepeda motor yang masuk,

langsung diarahkan ketempat parkirnya yang dekat dengan entrance masuk didepan loket.

Sirkulasi pejalan kaki; sirkulasi pejalan kaki dimulai dari parkir kendaraan ke arah pedestrian

lalu ke plaza dan ke pedestrian selanjutnya ke loket pintu masuk kawasan wisata.

4.4.4 Ruang Terbuka Hijau

Penempatan pepohonan dan tanaman dari hasil analisa lahan, disesuaikan dengan

kondisi lay out yang direncanakan. Pepohonan dengan batang yang tinggi seperti pohon

kelapa sangat cocok untuk karakter wisata di tepi danau. Sedangkan tanaman perdu lainnya

digunakan sebagai taman keindahan juga sebagai pengarah sirkulasi pergerakan dan

pemandangan.

4.4.5 Rencana Utilitas

1. Pasokan Air Bersih

Bila tidak tersedia jaringan PDAM, penyediaan air bersih dapat memakai air danau

yang telah difilterisasi terlebih dahulu dan ditampung di Tandon Bawah (ground reservoir).

Page 47: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Pembuatan Sewege Treatment Plan (STP) mutlak diperlukan. Disamping itu penyediaan

Tandon Atas harus ada.

2. Pasokan Listrik

Memakai jaringan PLN yang didukung dengan Genset tersendiri sebagai tenaga

cadangan listrik bagi kawasan tersebut.

3. Sistem Drainase

Sistem pembuangan air kotor dan hujan melalui selokan atau gorong-gorong yang

diarahkan ke danau. Dengan kemiringan yang sudah diperhitungkan sehingga air langsung

mengalir cukup deras. Tidak menggenangi area cukup lama.

4. Pembuangan Sampah

Rencana penempatan bak sampah di tempat yang strategis dan mudah dijangkau.

Diusahakan setiap bangunan atau fasilitas wisata disediakan tempat sampah, yang selanjutnya

dibuang ke depo sampah yang disediakan khusus untuk kawasan tersebut.

4.4.6 Analisis Proses Perencanaan

4.4.6.1. Identifikasi Masalah

Dalam melaksanakan pengembangan kawasan sebagai kawasan pariwisata di daerah,

terdapat beberapa permasalahan yang belum terakomodir dalam identifikasi tersebut yang

justru merupakan masalah yang dominan terjadi dalam pembangunan kawasan dan dihadapi

oleh hampir seluruh daerah yang akan dikembangkan, antara lain: eksploitasi yang berlebihan

terhadap lingkungan karena pola pikir masyarakat yang menilai keberhasilan pembangunan

dapat dilihat dari pembangunan fisik yang dilaksanakan; perwujudan komitmen yang tidak

sejalan antara konsep perencanaan dan implementasi (pembangunan yang berpihak pada

lingkungan); prioritas pengelolaan lebih dominan pada lingkungan fisik dengan mengabaikan

lingkungan sosial; sistem pemasaran pariwisata yang relevan; pengembangan kawasan

Pariwisata seperti Situ Ciburuy belum dapat meningkatkan minat investor untuk

Page 48: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

menanamkan modalnya, peran serta masyarakat dalam perencanaan dan pengembangan

pariwisata masih rendah serta Apresiasi masyarakat terhadap pariwisata masih rendah.

Selain gambaran permasalahan secara umum di atas, untuk mengetahui secara

mendalam permasalahan yang dialami oleh masyarakat, yang harus dilakukan adalah

mengajak mereka untuk mendiskusikan dan mengidentifikasikan masalah yang lebih spesifik

yang mereka hadapi dengan mengajak mereka berdialog secara langsung. Keterbatasan

mereka dalam mengidentifikasi masalah bisa disiasati dengan menggunakan metode-metode

yang aplikatif yang bisa mendorong mereka untuk menemukenali permasalahan mereka

sendiri.

4.4.6.2 Analisis Kondisi

Untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi kondisi kawasan pembangunan,

dilakukan melalui metode sarvai dengan melakukan peninjauan kawasan dan

mendokumentasikannya. Kegiatan survai ini dilakukan terhadap kondisi eksisting lahan,

karakteristik fisik lingkungan, karakter sosial ekonomi dan budaya masyarakat serta potensi

sumber daya alam. Berdasarkan data yang diperoleh dilakukan analisis terhadap kondisi

disertai dengan kajian terhadap literatur-literatur kebijakan potensi pengembangan. Dari hasil

analisis ini ditetapkan lokasi perencanaan pembangunan infrastruktur dan kategori

perencanaan yang akan ditetapkan.

4.4.6.3 Pilihan Kebijakan

Pilihan kebijakan untuk pengelolaan kegiatan yang akan dilaksanakan di kawasan Situ

Ciburuy perlu dilakukan secara terpadu dan melibatkan semua pihak. Dalam tahap ini bila

perlu dilakukan lokakarya dan dihadiri oleh pemangku kepentingan untuk membahas draft

kebijakan sebelum diputuskan menjadi suatu kebijakan.

4.4.7 Prakiraan Dampak Sosial Pembangunan Kawasan Danau Lebo Sebagai Kawasan

Wisata.

4.4.7.1 Tahap Prakontruksi

Pembebasan Lahan

Masalah klasik yang muncul pada tahap prakonstruksi dalam setiap kegiatan

pembangunan adalah masalah pembebasan lahan lokasi pembangunan. Masyarakat yang

memiliki tanah di sekitar kawasan pembangunan, sampai saat ini sebagian besar tidak

Page 49: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

memiliki sertifikat tanah tersebut sebagai bukti kepemilikan yang sah atas tanah. Oleh karena

itu kapanpun mereka disuruh pindah mereka sudah siap walaupun mereka belum tau akan

pindah kemana.

Namun dari aspek kemanusiaan muncul pertanyaan apakah pemerintah akan tega

mengusir mereka dari tempat yang sudah mereka tinggali selama sekian tahun tanpa ada

konpensasi tempat untuk mereka tinggal? Karena dibelakang mereka juga terdapat keluarga

mereka yang membutuhkan tempat tingal dan juga nafkah.

Selain itu kegiatan pemindahan penduduk berpotensi menimbulkan penurunan

pendapatan sebagai dampak lanjutan dari hilangya mata pencaharian penduduk. Masyarakat

yang telah mapan biasanya memiliki ikatan sosial (sense of community) yang tinggi. Ikatan

itu menjadi lem perekat bagi warga masyarakat untuk tetap menyatu. Hijrah ke tempat lain

akan berarti pudarnya kekerabatan. Implikasi sosial yang mengikutinya sangat rumit; tidak

saja menyangkut perubahan mata pencaharian tetapi juga terkoyaknya ikatan sosial dan

berubahnya irama kehidupan keseharian.

4.4.7.2 Tahap Kontruksi

Pada tahap ini biasanya akan terjadi penyerapan tenaga kerja yang cukup besar

sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat. Tetapi juga kerap muncul masalah-masalah

sosial seperti prilaku dari pekerja proyek yang berasal dari luar daerah yang membawa pola

tingkah laku yang tidak sesuai dengan adat istiadat dan norma yang berlaku pada masyarakat

setempat.

Selain itu potensi terjadinya kecemburuan dari masyarakat lokal yang tidak

mendapatkan manfaat dari keberadaan proyek tersebut (tidak mendapatkan pekerjaan).

Keadaan ini bisa memicu konflik dengan para pekerja pendatang. Hal lain yang perlu

mendapat perhatian adalah kebisingan maupun polusi yang diakibatkan oleh kegiatan proyek

seperti suara kendaraan pengangkut material maupun partikel-partikel debu yang

berterbangan yang akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di wilayah

yang dilalui oleh kendaraan-kendaraan tersebut.

4.4.7.3 Tahap Operasional

4.4.7.3.1 Dampak Sosial Ekonomi

Hampir semua literatur dan kajian studi lapangan menunjukkan bahwa pembangunan

pariwisata pada suatu daerah mampu memberikan dampak-dampak yang dinilai positif, yaitu

dampak yang diharapkan seperti peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan

Page 50: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

penerimaan pendapatan daerah, peningkatan kesempatan kerja dan peluang usaha, dan

sebagainya.

Antara dan Parining dalam Pitaya dan Gayatri (2005) mengemukakan bahwa

pariwisata mempunyai keterkaitan ekonomi yang sangat erat dengan banyak sector. Peran

pariwisata juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja,

walaupun tidak ada angka pasti untuk sektor pariwisata dalam catatan statistik. Tetapi,

meningkatnya kontribusi sector perdagangan, restoran dan perhotelan secara jelas

menggambarkan peranan sektor yang terkait dengan kepariwisataan.

Di samping berbagai dampak yang dinilai positif, hamper semua penelitian juga

menunjukkan adanya berbagai dampak yang tidak diharapkan (dampak negatif), seperti

semakin memburuknya kesenjangan pendapatan antar kelompok masyarakat, memburuknya

ketimpangan antar daerah, hilangnya kontrol masyarakat lokal terhadap sumber daya

ekonomi, munculnya neo-kolonialisme dan neo-imperialisme, dan sebagainya. Banyak

peneliti menyebutkan bahwa pariwisata telah menjadi wahana eksploitasi dari negara-negara

maju (negara asal wisatawan) terhadap negara-negara berkembang (daerah tujuan wisata).

Perubahan Mata Pencaharian

Kegiatan pembangunan Situ Ciburuy merupakan salah satu kegiatan berskala besar,

dimana setiap tahapan kegiatannya akan menimbulkan dampak terhadap struktur

kependudukan khususnya mata pencaharian penduduk. Kegiatan pembebasan lahan akan

menimbulkan perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi kegiatan pembangunan

danau, hal ini akan menimbulkan dampak lanjutan terhadap hilangnya lahan garapan

penduduk baik petani pemilik maupun buruh tani. Kondisi tersebut diprakirakan

menimbulkan dampak berupa hilangnya mata pencahariaan baik bersifat permanen maupun

sementara.

Kesempatan Kerja dan Berusaha

Tahapan kegiatan pembangunan Situ Ciburuy yang berpotensi menimbulkan dampak

terhadap kesempatan kerja dan berusaha adalah tahap konstruksi dan tahap operasi. Tahap

konstruksi pada kegiatan mobilisasi tenaga kerja membutuhkan sejumlah tenaga kerja baik

tenaga kerja yang memiliki ketrampilan khusus maupun unskilled. Peluang kerja ini dapat

diisi oleh penduduk yang tinggal di sekitar kegiatan danau maupun di Kabupaten Bandung

Barat terutama yang memiliki kualifikasi dan spesifikasi yang dibutuhkan selama kegiatan.

Pada tahap operasi sejumlah kegiatan yang akan dilaksanakan diantaranya Pariwisata, dan

Page 51: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

perikanan akan membutuhkan sejumlah tenaga kerja baik sebagai tenaga kerja operator, staf

maupun tenaga kerja harian. Diharapkan kegiatan-kegiatan tersebut dapat merekrut penduduk

yang berada di sekitar lokasi kegiatan dan secara umum di Kabupaten Bandung Barat. Selain

peluang kerja, kegiatan-kegiatan tersebut dapat menumbuhkan aktifitas usaha masyarakat

baik formal maupun informal.

4.4.7.3.2 Dampak Sosial Budaya

Dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat

sangat sulit diukur dan umumnya dipandang oleh masyarakat setempat hanya memberikan

dampak negatif. Dampak positif sosial budaya dari aktifitas pariwisata adalah terjadinya

pemahaman dan saling pengertian antar budaya (inter-cultural understanding) antara

pengunjung wisata (touris) dan masyarakat setempat, dimana touris mengenal dan

menghargai kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat dan sebaliknya masyarakat

setempat juga dapat memahami dan menghargai latar belakang sosial budaya turis . Dampak

negatif yang dapat muncul apabila kehidupan sosial budaya masyarakat setempat rentan

terhadap intrusi sosial budaya luar adalah erosi atau hilangnya kehidupan sosial

budayamasyarakat setempat yang berusaha meniru budaya touris. Touris kadang dipandang

oleh generasi muda di masyarakat setempat sebagai orang yang lebih kaya dan lebih baik

secara sosial dengan gaya hidup yang menyenangkan sehingga mereka berusaha meniru gaya

hidup mereka tanpa menyadari bahwa para pengunjung wisata bekerja keras selama setahun

penuh atau lebih dan menyimpan uangnya sehinga mampu membiayai liburan dan

kunjungannya.

Dengan demikian dampak sosial budaya pariwisata, walaupun sulit diukur, dapat

dilihat melalui tingkat kejahatan (crime rate), erosi sosial budaya setempat, konflik diantara

masyarakat, penyakit menular, dan tingkat frustrasi dimasyarakat akibat pertentangan atau

konflik sosial budaya. Dampak pariwisata terhadap peninggalan budaya (cultural heritage)

dan tradisi juga penting untuk diperhatikan. Selain itu identifikasi dan penguatan tradisi

budaya dan peninggalan setempat akan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

masyarakat setempat akan budaya dan sejarah unik masyarakat setempat. Tradisi budaya dan

sejarah masyarakat setempat merupakan aset penting pengembangan pariwisata karena

banyak turis tertarik untuk memahami dan mempelajari sejarah dan keunikan budaya

masyarakat setempat.

Page 52: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

4.4.7. Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kawasan Situ Ciburuy

4.4.8 Analisis Potensi Dan Permasalahan Kawasan Danau Lebo Sebagai Kawasan

Wisata

Kondisi lingkungan di kawasan Situ Ciburuy dalam perspektif pembangunan kawasan

danau ini sebagai kawasan wisata dapat dilihat dalam analisis SWOT sederhana di bawah ini:

Strength (Kekuatan)

1. Potensi sumber daya alam bahari Situ Ciburuy

2. Potensi budaya lokal masyarakat sekitar Situ

3. Lokasi Situ Ciburuy yang strategis

4. Pemanfaatan teknologi ramah lingkungan

Weakness (Kelemahan)

1. Tidak adanya pembatasan wilayah yang jelas antara kawasan objek wisata dengan

pemukiman penduduk.

2. Kurangnya pemahaman masyarakat, pelaku wisata dan pemerintah terhadap

ekowisata

3. Lemahnya kemampuan SDM masyarakat sekitar Situ

4. Belum terkoordinasinya kegiatan instansi pemerintahan dan swasta dalam

pemberdayaan masyarakat lokal

5. Belum adanya kerangka acuan pengembangan dan pedoman pelaksana pembangunan

kawasan pariwisata yang ramah lingkungan.

6. Kurangnya sarana prasarana

Opportunities (Peluang)

1. Kesadaran wisatawan terhadap pelestarian lingkungan

2. Masyarakat yang parsitipatif

3. Arah pengembangan wisata dunia yang berorientasi pada pelestarian lingkungan

4. Dukungan pelaku wisata

Threath (Ancaman)

1. Pembangunan yang tak terkontrol sehingga merusak lingkungan

2. Kerentanan masyarakat terhadap pengaruh pengelolaan sumber daya alam yang

menjanjikan nilai ekonomi

3. Sulitnya pemasaran produk

Page 53: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

4. Booming gulma air.

Berdasarkan potensi dan permasalahan Kawasan Wisata Situ Ciburuy, maka dapat

dikembangkan strategi pengembangan yang dapat menghasilkan beberapa kemungkinan

alternatif strategi, yaitu dengan memetakan komponen-komponen Kekuatan dan Kelemahan

kepada faktor Peluang dan Tantangan, sehingga hasil pemetaan tersebut adalah Strategi S-O,

untuk menangkap peluang dengan kekuatan yang ada (paling optimis), Strategi S-T,

menghadapi tantangan dengan mengandalkan kekuatan, Strategi W-O, memanfaatkan

peluang dengan segala keterbatasan, dan Strategi W-T, menghadapi tantangan dengan

keterbatasan yang ada. Strategi ini juga disebut sebagai strategi yang paling pesimistis dan

sangat lemah pengaruhnya bagi pengembangan daerah.

1. Strategi S-O

1. Mempertahankan dan mengembangkan kawasan wisata pendukung dan

memaksimalkan potensi sumber daya alam kawasan Situ Ciburuy.

2. Mengembangkan pariwisata dengan memantapkan obyek-obyek wisata yang sudah

ada dan penyediaan fasilitas serta utilitas pendukung. Sehingga pariwisata dapat

menjadi sektor yang berperan dalam pengembangan ekonomi daerah.

3. Meningkatkan pola hidup yang sadar lingkungan dan partisipasi aktif masyarakat

dengan konsolidasikan unsur lokal yang telah ada dalam perumusan dan implementasi

kebijakan penataan ruang, mekanisme pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan

ruang Kawasan Wisata Situ Ciburuy.

4. Pengembangan ekowisata.

2. Strategi O-W

1. Melibatkan unsur masyarakat lokal dalam proses penataan ruang kawasan.

2. Menetapkan kawasan dengan kondisi fisik tertentu sebagai kawasan lindung dan

pembatasan intensitas kegiatan budidaya di daerah penetrasi, serta pelarangan

pengembangan intensitas kegiatan budidaya pada kawasan berfungsi lindung.

3. Menetapkan zonasi pemanfaatan Situ.

3. Strategi S-T

1. Merumuskan kebijakan yang mengatur kegiatan budidaya (terutama pariwisata,

pertanian, perikanan) yang berlangsung di daerah sempadan Situ dengan

memperhatikan kondisi catchment area Situ Ciburuy, serta menjaga keasrian alami

situ tersebut.

2. Memantapkan aksesibilitas (untuk memperkuat kemampuan kawasan dalam

menerima beban aliran dari luar)

Page 54: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

3. Mengantisipasi booming gulma air dengan penerapan teknologi yang ramah

lingkungan.

4. Melibatkan masyarakat lokal dalam mengendalikan kegiatan budidaya yang berada di

kawasan sempadan danau, tubuh air maupun catchment area.

4. Strategi T-W

1. Mengoptimalkan penggunaan lahan di wilayah yang dapat dibudidayakan sehingga

terjaga keberlanjutannya.

4.4.9 Usulan Pengelolaan Lingkungan

4.4.9.1 Pengelolaan Sampah

Agar pengelolaan sampah berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang

diinginkan, maka setiap kegiatan pengelolaan sampah harus mengikuti filosofi pengelolaan

sampah. Filosofi pengelolaan sampah adalah bahwa semakin sedikit dan semakin dekat

sampah dikelola dari sumbernya, maka pengelolaannya akan menjadi lebih mudah dan baik,

serta lingkungan yang terkena dampak juga semakin sedikit.

Tahapan Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di kawasan wisata alam adalah:

a. Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya

Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan

anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan anorganik disetiap kawasan yang

sering dikunjungi wisatawan.

b. Pemanfaatan Kembali

Kegiatan pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas:

Pemanfaatan sampah organik, seperti composting (pengomposan). Sampah yang

mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk

melestarikan fungsi kawasan wisata. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

dengan melakukan kegiatan composting sampah organik yang komposisinya

mencapai 70%, dapat direduksi hingga mencapai 25%.

Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan

baku dari barang bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali

secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng,

koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam kemasan.

c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir

Page 55: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari kegiatan

composting maupun pemanfaatan sampah anorganik, jumlahnya mencapai ± 10%, harus

dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA).

Pengelolaan sampah yang dilakukan di kawasan wisata alam, akan memberikan

banyak manfaat, diantaranya adalah:

Menjaga keindahan, kebersihan dan estetika lingkungan kawasan sehingga menarik

wisatawan untuk berkunjung;

Tidak memerlukan TPS yang luas, sehingga pengelola wisata dapat mengoptimalkan

penggunaan pemanfaatan kawasan;

Mengurangi biaya angkut sampah ke TPS;

Mengurangi beban Pemda dalam mengelola sampah.

4.4.9.2 Pengurangan Ketergantungan Air Untuk Konsumsi Dari Situ

Saat ini masyarakat di sekitar danau banyak yang memanfaatkan air danau untuk

pertanian dengan cara mengambil air dari danau dengan menggunakan mesin pompa yang

kemudian dialirkan melalui pipa ke tempat-tempat yang diinginkan. Jika hal ini terus

dibiarkan, debit air danau akan berkurang terutama pada musim kemarau. Hal ini juga akan

berpengaruh pada aktivitas kegiatan wisata yang memanfaatkan air danau.

Untuk mengurangi ketergantungan masyarakat tersebut bisa dilakukan dengan

pembuatan sumur resapan di rumah-rumah warga. Yang disebut sebagai sumur resapan

adalah sumur gali yang berfungsi untuk menampung, meresapkan, dan mengalirkan air hujan

yang jatuh di permukaan tanah, bangunan, juga atap rumah. Dengan adanya sumur resapan,

air hujan bisa lebih efektif terserap ke dalam tanah. Hal lain yang dapat dilakukan adalah

dengan menggali kembali cara tradisional dahulu yang kerap dilakukan masyarakat di

pedesaan untuk melestarikan air adalah dengan membuat lubang-lubang di sekitar tanaman

atau pepohonan.

4.4.9.3 Pembangunan Yang Ramah Lingkungan

Danau atau Situ berfungsi sebagai daerah resapan air, pemasok cadangan air tanah,

pendingin suhu udara kota, pengendali banjir (nilai ekologis), wisata olahraga air, seperti

perahu dayung, kano, memancing (nilai ekonomi), habitat satwa liar (nilai edukatif), dan

tentu saja menambah keindahan kota (nilai estetis).

Kota Singapura, Melbourne, Sydney, London, Tokyo, atau New York telah lama

mengembangkan danau/situ sebagai salah satu tujuan ekowisata alami dan ramah lingkungan

Page 56: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

di pusat-pusat kota. Pengelola Kota Singapura melalui National Parks (NParks) dan Urban

Redevelopment Authority (URA) memiliki Singapore Green and Blue Plan 2010 yang

memandu penataan RTH, termasuk pengembangan danau-danau. Melbourne Waterway 2050

yang mengatur perlindungan, pengembangan, dan pengelolaan sumber-sumber daya air,

termasuk di dalamnya konservasi danau. Bahkan, Pemerintah Australia mewajibkan

pengembang perumahan berskala besar untuk mempertahankan danau atau membuat danau-

danau baru di pusat perumahan sebagai penyuplai kebutuhan air bersih dan wahana rekreasi

warga.

Belajar dari model pengelolaan dari beberapa negara di atas bisa diterapkan suatu

konsep pengelolaan yang mendukung pembangunan kawasan Situ Ciburuy. Hal ini bisa

dilakukan dengan mengadopsi model-model pengelolaan tersebut yang tentunya perlu

dilakukan penyesuaian-penyesuaian yang relevan dengan kondisi kawasan serta sosial

budaya masyarakat setempat. Kerangka berpikir pembangunan kawasan wisata harus berubah

menjadi bagaimana mengembangkan pariwisata tanpa mengubah dan merusak alam.

Perumusan kerangka pengembangan pariwisata berwawasan pemeliharaan lingkungan adalah

hal mendesak yang perlu direalisasikan.

4.4.9.4 Pemanfaatan Ruang Kawasan

Hal yang perlu menjadi titik berat pengalokasi ruang adalah keberadaan Situ Ciburuy.

Dalam pengembangannya, seluruh komponen ruang daratan yang direncanakan sebaiknya

berorientasi pada Situ, sehingga Situ menjadi centre point perkembangan di Kawasan

disekitarnya secara keseluruhan. Penerapan konsep tersebut diwujudkan dalam bentuk

pengalokasian komponen-komponen ruang yang saling terkait dalam kerangka

pengembangan kegiatan wisata di Kawasan Situ Ciburuy. Komponen-komponen ruang yang

akan dialokasikan meliputi:

Kawasan pusat pelayanan utama kawasan

Merupakan kawasan di sekitar Situ, yang pengembangannya diarahkan sebagai pusat

pelayanan informasi Kawasan Situ Ciburuy, yang sekaligus berfungsi sebagai orietasi

pengembangan wisata daerah di Kabupaten Bandung Barat. Dengan demikian,

pengembangan kawasan pintu gerbang akan lebih dititikberatkan pada penataan bangunan

dan lingkungan sebagai vocal point memasuki Kawasan Situ Ciburuy. Komponen

ruang/kegiatan yang dapat dialokasikan pada kawasan ini antara lain:

• ruang terbuka hijau,

• fasilitas parkir (kendaraan bermotor maupun sepeda),

Page 57: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

• akses untuk pergantian moda angkutan

• perdagangan dan jasa

• perkantoran pelayanan public dan kanagarian

Zona Konservasi Wisata Perikanan

Merupakan areal keramba/jala apung yang saat ini tersebar di sepanjang pinggiran

danau atau di sekitar lahan persawahan. Pengembangannya diarahkan pada penciptaan

kegiatan ternak ikan sebagai atraksi wisata, misalnya penanaman benih ikan, panen ikan,

memberi ikan, dan lain-lain. Pada kawasan ini juga nantinya dapat dimungkinkan untuk

dikembangkan kegiatan pemancingan. Komponen ruang yang dialokasikan antara lain:

• Restoran

• Jalan setapak menyusuri danau

• Dermaga perahu

• Pemancingan

Kawasan Non Terbangun

Terdiri dari kawasan pertanian, perkebunan, dan kawasan hutan. Kawasan ini

diarahkan sebagai kawasan ruang terbuka (open space), untuk menjaga view ke danau. Pada

beberapa lahan pertanian dan perkebunan memungkinkan untuk dijadikan sebagai cadangan

lahan pengembangan permukiman kawasan perkotaan.

Sementara, kawasan hutan/bukit terdiri atas agroforestry dan dikembangkan pula

sebagai salah satu lokasi objek/kegiatan wisata, seperti hiking atau lintas alam, jogging, dan

lain-lain. Termasuk ke dalam pengembangan kawasan ini adalah pemanfaatan atraksi-atraksi

unik, seperti flora, fauna, dan sebagainya.

4.4.10 Penanganan Sedimentasi

Erosi dan sedimentasi adalah peristiwa terkikisnya lapisan permukaan bumi oleh

angin atau air. Faktor penentu sedimentasi ini adalah iklim, topografi, dan sifat tanah serta

kondisi vegetasi. Faktor penyebab erosi yang terbesar adalah pengikisan oleh air. Oleh karena

itu upaya pencegahan yang dilakukan berkaitan dengan upaya pencegahan banjir. Erosi juga

dapat terjadi pada tepi sungai karena tebing sungai tidak bisa memegang tanah

yang terkena arus air.

Kegiatan untuk mencegah erosi dan sedimentasi yang dapat dilakukan adalah: (1)

tidak melakukan penggarapan tanah pada lereng terjal. Bila kelerengan lebih dari 40% maka

tidak diperkenankan samasekali untuk bercocok tanam tanaman semusim. Sedangkan

bercocok tanam pada kawasan yang berlereng antara 15-25 % dilakukan dengan membuat

Page 58: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

teras terlebih dahulu; (2) Untuk mencegah terjadinya sedimentasi pada sungai, maka pada

berbagai lokasi di kawasan berlereng dibuat bangunan jebakan lumpur, berupa parit-parit

buntu sejajar kontur dengan berbagai variasi panjang, lebar dan dalamnya parit. Secara

periodik parit ini dibersihkan agar dapat berfungsi sebagai penjebak lumpur, terutama pada

musim penghujan;

(3) mencegah pemanfaatan lahan secara intensif pada lahan yang berada di atas ketinggian

lebih dari 1000 m di atas permukaan laut; (4) mencegah pemanfaatan lahan yang memiliki

nilai erosi lebih tinggi dari erosi yang diperbolehkan.

4.4.11 Usulan Konsep Pengelolaan Lingkungan Sosial

Strategi yang dipilih untuk menyusun rencana proyek khususnya dalam sektor

pariwisata harus mampu menghasilkan model partisipasi masyarakat sejelas mungkin.

Partisipasi masyarakat setempat sejak awal perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri,

pelaksanaan proyek, pengelolaan dan pembagian hasilnya merupakan hal yang mutlak

sehingga harus ditegaskan dalam draf rencana. Partisipasi harus memberdayakan masyarakat

untuk menjadi salah satu penentu tahap-tahap proyek, namun sekaligus juga membelajarkan

mereka untuk memiliki tanggung jawab maupun komitmen dan hasil maupun resiko yang

mungkin dicapai melalui proyek.

Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat maka perlu diciptakan suasana kondusif

yakni situasi yang menggerakkan masyarakat untuk menaruh perhatian dan kepedulian pada

kegiatan yang dilaksanakan dan kesediaan untuk bekerja sama secara aktik dan berlanjut.

Berikut ini beberapa konsep pengelolaan lingkungan sosial yang dapat

diimplementasikan dalam pengelolaan Kawasan Wisata Situ Ciburuy Kecamatan Padalarang

Kabupaten Bandung Barat pada beberapa tahap kegiatan mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, monitoring hingga evaluasi pelaksanaan.

Prinsip Perencanaan

Prinsip perencanaan harus selalu berusaha menyertakan anggota-anggota dari

berbagai kelompok; sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar Situ Ciburuy dan

masyarakat lain yang kemungkinan akan terkena dampak secara tidak langsung; kesediaan

untuk belajar; tidak adanya titik temu antara rencana dari pemerintah dengan harapan dari

penduduk merupakan pertanda buruk, karena ini tidak match.

Selama ini, berlandaskan pada paradigma lama yang bersifat top – down dan

sentralistik, kegiatan perencanaan program pengelolaan lingkungan sosial ditentukan oleh

Page 59: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

pihak luar dari masyarakat sosial tempat program pengelolaan lingkungan sosial

dilaksanakan.

Berkembangnya asumsi-asumsi seperti tersebut di atas bisa disebabkan kaena

beberapa pemahaman diantaranya adalah bahwa warga masyarakat bersangkutan dianggap

tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk melakukan perencanaan; kondisi

lingkungan hidup sosial suatu masyarakat ditentukan oleh pihak luar masyarakat

bersangkutan; adanya asumsi bahwa adat istiadat atau tradisinya atau kearifan lokalnya justru

menghambat kelola lingkungan hidup sosial yang diharapkan, terutama oleh pihak luar dalam

hal ini pemerintah. Warga masyarakat tersebut seringkali dianggap bodoh yang tidak mampu

dan mengerti merencanakan pengelolaan lingkungan hidup sosialnya, oleh sebab itu harus

diberdayakan dalam pengertian dipintarkan untuk mampu merencanakan dan melaksanakan

kelola lingkungan sosialnya.

Persoalannya kemudian, apakah memang demikian adanya, bahwa apabila

perencanaan dan juga pelaksanaan pengelolaan lingkungan sosial dilakukan melulu oleh

pihak luar, warga suatu masyarakat akan mampu dan memperoleh manfaat yang

sebaikbaiknya dalam pengelolaan lingkungan sosialnya, sehingga mereka akan mampu pula

untuk meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Jawabannya tidaklah demikian, berbagai studi

menunjukkan bahwa berbagai konflik sosial yang menjurus pada disintegrasi sosial makin

memperbesar dan merusak demikian hebat, justru ketika berbagai usaha pengelolaan

lingkungan sosial diambil alih oleh negara, dan tradisi pengelolaan lingkungan sosial yang

arif yang dimiliki masyarakat dihancurkan.

Oleh sebab itu, prinsip perencanaan pengelolaan lingkungan sosial haruslah lebih

mengutamakan pelibatan warga masyarakat secara penuh, atau dengan kata lain

pengembangan dan perencanaan pengelolaan lingkungan sosial harus menggunakan

pendekatan partisipatif, dan warga masyarakat sebagai inti dalam pendekatan tersebut

(management with the people).

Prosedur Perencanaan

Apabila kegiatan kegiatan-kegiatan di atas telah dilakukan, maka selanjutnya adalah

prosedur yang praktis (sederhana, jelas dan wajar). Artinya, bentuk rencana itu benar-banar

dapat dilaksanakan oleh masyarakat sekitar danau dengan dukungan dan fasilitas lembaga

pendamping dan lembaga mitra yang mempunyai hubungan kerja dengan masyarakat ataupun

pemerintah (stakeholders).

Page 60: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Adapun langkah-langkah serta prosedur yang dapat dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten Bandung Barat adalah dengan berlandaskan pada hasil diskusi yang melibatkan

masyarakat, akan didapat berbagai permasalahan di sekitar kehidupan sosial masyarakat

sekitar kawasan pengembangan dan masyarakat lainnya yang secara tidak langsung akan

terkena dampak dari pembangunan kawasan Situ Ciburuy ini, dan bersama-sama masyarakat

tersebut, masalah-masalah tersebut ditampilkan secara keseluruhan, serta di listing, kemudian

dikaji ulang serta disepakati apakah masalah-masalah yang ditampilkan tersebut merupakan

masalah yang dihadapi oleh masyarakat tersebut.

Jika warga masyarakat telah menyepakati masalah-masalah tersebut, maka masalah-

masalah tadi dikelompokkan dengan tujuan untuk menyederhanakan tampilan seluruh

permasalahan masyarakat tersebut. Selain itu pengelompokkan dapat digunakan untuk

mendiskusikan dan menyepakati perencanaan pembidangan pengelolaan lingkungan social

masyarakat tersebut. Hal lain untuk mempermudah bidang atau aspek apa saja dalam

kehidupan komunitas bersangkutan yang paling banyak masalahnya. Berlandaskan pada hal

terakhir ini dapat ditentukan prioritas masalah yang harus direncanakan secara lebih seksama

dan dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat sekitar danau dan masyarakat lain yang secara

tidak langsung mendapatkan dampak dari pembangunan kawasan Situ Ciburuy ini. Ini

dilakukan dengan masyarakat secara keseluruhan tanpa perwakilan. Karena dengan sistem

perwakilan ini dikhawatirkan apa yang menjadi harapan dan keinginan dari semua lapisan

masyarakat tidak terakomodasi.

Apabila kegiatan penentuan masalah telah selesai, kegiatan selanjutnya adalah kajian

hubungan sebab akibat masalah dengan tujuan untuk memahami masalah-masalah yang mana

menjadi penyebab dari masalah lain. Dari kegiatan ini akan diketahui akar masalah yang

harus diselesaikan. Berlandaskan pada kegiatan ini, masyarakat akan mampu melihat

permasalahan yang mereka hadapi secara menyeluruh. Selain itu masyarakat tersebut akan

mampu menilai bahwa masalah tersebut sebagai suatu keadaan yang tidak bisa dipisah-pisah

sehingga perlu dipecahkan bersama.

Jika kegiatan tersebut telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

pengurutan prioritas masalah yang paling penting dipecahkan, sekaligus menentukan

langkahlangkah kegiatannya. Untuk mempermudah skala prioritas, perlu dilakukan

kesepakatan untuk menentukan kriteria skala prioritas tersebut. Menurut Kantor Kementrian

Lingkunan Hidup (2002), kriteria tersebut adalah: kriteria kemendesakan, kriteria masalah

utama (akar masalah), kriteria kepentingan umum, kriteria ketersediaan sumber daya, kriteria

menambah pendapatan, dan kriteria lainnya termasuk kriteria kebijakan.

Page 61: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Implementasi

Apabila hal-hal tersebut di atas telah dilakukan, maka langkah berikutnya adalah

melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama oleh

semua pihak, khususnya oleh warga masyarakat yang yang akan terkena dampak baik

langsung maupun tidak langsung.

Dalam implementasi rencana tersebut, terkait dengan pengelolaan Situ Ciburuy, harus

dapat melibatkan semua pihak yang ada dalam kawasan pembangunan terutama mereka yang

selama ini memanfaatkan danau secara internsif, tanpa memandang perbedaan lapisan sosial,

jenis kelamin dankelompok usia. Kalaupun ada perbedaan, maka ini semua merupakan

kesepakatan dalam perencanaan.

Pelaksanaan pembangunan kawasan Situ Ciburuy ini bukanlah untuk menunjukkan

keahlian seseorang atau sekelompok orang, melainkan kerja bersama, dan setiap pihak yang

terlibat saling memberi, dan saling belajar dari kegiatan bersama tersebut, seringkali dalam

pelaksanaannya ada perbedaan-perbedaan pendapat dan teknik namun perbedaan tersebut

harus ditanggapi sebagai pengkayaan kegiatan tersebut, yang penting adalah bagaimana

menyikapi dan menyepakati perbedaan tersebut secara arif dan bijaksana.

Dalam pembangunan kawasan Situ ini, dalam kaitannya dengan pengelolaan

lingkungan sosial masyarakat, orang luar harus menyadari bahwa mereka hanya berperan

sebagai fasilitator dan bukannya guru, penyuluh atau instruktur serta pelaksana kegiatan

tersebut. Seharusnya semua pelaksanaan kegiatan diputuskan dan dilaksanakan oleh

masyarakat sendiri. Pihak luar sebagai fasilitator, hanya memberikan berbagai alternatif

pilihan, dan juga menjelaskan pihak-pihak mana saja yang dapat membantu berbagai

persoalan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

Selain itu dalam pengelolaan Situ Ciburuy dari struktur organisasi pengelolaan terlihat

adanya dominasi birokrasi tanpa adanya keterlibatan unsur masyarakat. Padahal jika berpijak

pada prinsip pariwisata berkelanjutan yang menuntut adanya partisipasi dan keterlibatan

masyarakat secara aktif, akan lebih bijaksana apabila pengelolaan diserahkan kepada

masyarakat baik dalam bentuk koperasi maupun kelompok-kelompok usaha yang mereka

bentuk dimana hal ini akan lebih menjamin keberlanjutan kegiatan wisata dan lingkungan

Situ Ciburuy karena secara moral mereka akan ikut bertanggung jawab mengingat

ketergantungan mereka terhadap keberadaan kawasan tersebut.

Pengendalian

Page 62: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

Setiap kelompok masyarakat dengan berbagai lingkungan fisik, sosial dan budaya

yang majemuk di Indonesia ini pasti memiliki kearifan-kearifan lokal yang seringkali tidak

dikenali, atau tidak disadari oleh pemerintah daerah. Kearifan lokal tersebut bisa terdapat

terutama di wilayah pedesaan termasuk pada masyarakat di sekitar Situ Ciburuy ini. Dalam

pendekatan pembangunan yang sentralistik, dalam formulasi kebijakannya, apalagi dalam

palaksanaannya pemerintah seringkali mengabaikan kearifan-kearifan lokal masyarakat.

Fenomena lokal sering dianggap sebagai kasus saja, meskipun hal tersebut merupakan suatu

hal yang menjadi sangat serius.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pola pengendalian atas lingkungan sosial ini

tidaklah hanya berbentuk pembatasan untuk mencegah dan memberi sanksi atas suatu

kekeliruan dan kesalahan. Pola pengendalian merupakan instrumen dengan berbagai bentuk

dan teknik.

Beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai upaya pengedalian terhadap pembanguan

terhadap kawasan Situ Ciburuy diantaranya adalah dengan sejumlah peraturan yang

mewajibkan dan melarang dengan sanksi-sanksinya yang disesuaikan dengan adat

masyarakat setempat. Cara yang lain adalah dengan cara mengadakan perlengkapan aturan

yang protektif agar suatu ancaman dalam lingkungan sosial tersebut tidak terjadi. Cara

lainnya adalah dengan menyerahkan pada masyarakat itu sendiri.

Pengawasan

Pengawasan diperlukan untuk menyesuaikan perencanaan dan pelaksanaannya

dengan memperkecil dampak negatif yang mungkin ditimbulkan. Di lain pihak, pemantauan

dimaksudkan juga untuk menyusun kebijakan pemberdayaan masyarakat lokal guna

menghadapi tantangan pembangunan yang menguntungkan.

Dalam pembangunan Kawasan Wisata Situ Ciburuy, pengawasan perlu dilakukan

sejak tahap prakonstruksi, konstruksi dan pasca pembangunan. Pengawasan tersebut harus

melibatkan stakeholder yang setidak-tidaknya terdiri dari:

Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat sebagai pengelola operasional yang

lebih mengetahui secara komprehensif model-model strategis pembangunan tersebut;

Pihak swasta/investor yang berpotensi sebagai sumber/sumber informasi yang efektif

dan efisien dalam alokasi investasi di sektor-sektor strategis serta sebagai pelaksana

pembangunan daerah;

Masyarakat sebagai sasaran dan pemanfaat pembangunan yang dituntut untuk

berperan aktif dalam mengelola dan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada

Page 63: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

bagi peningkatan kesejahteraan serta mampu menilai secara obyektif kinerja

pembangunan;

Perguruan tinggi sebagai lembaga akademik yang mengkaji berbagai proses

pembangunan secara ilmiah serta mampu menemukan permasalahan-permasalahan

dalam masyarakat yang bersangkutan, beriut solusi pemecahannya;

Lembaga swadaya masyarakat sebagai mitra pengawasan yang efektif.

Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengkaji terhadap program pembangunan dengan fokus

perhatian terhadap hasil dan dampaknya. Berkenaan dengan dampak sosial, maka program

pembangunan akan dikaji lebih pada sejauh mana pembangunan kawasan Situ Ciburuy

tersebut mendatangkan manfaat bagi sasaran pembangunan tersebut, serta dampak yang

ditimbulkan, baik secara positif maupun negatif. Pelaksanaan evaluasi antara lain melibatkan

para stakeholder sebagaimana dalam kegiatan pemantauan.

Pelaksanaan evaluasi tehadap pembangunan Situ Ciburuy sebagai kawasan wisata

yang berkenaan dengan eksistensi dan kelestarian lingkungan sosialnya haruslah mengkaji

dan bahkan mengukur hasilnya pada tingkat pemahaman dan perasaan masyarakat sasaran.

Dengan demikian, kajian-kajian yang bersifat kualitatif yang berupaya memahami persepsi

dan perasaan masyarakat menjadi penting. Dan dalam hal keserasian lingkungan sosial adalah

suatu hal yang masyarakat setempat paling mengetahuinya.

4.4.12 Usulan Kegiatan Wisata Di Kawasan Situ Ciburuy

Melihat potensi Situ Ciburuy, tipe pariwisata yang tepat untuk dikembangkan adalah

ekowisata (ecotourism). Ekowisata merupakan wisata yang memperhatikan keberlanjutan

lingkungan sebagai sumber daya pariwisata. Ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan

pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan. Disini kegiatan wisata yang

bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan

sangat ditekankan dan merupakan ciri khas ekowisata.

Agrowisata

Dengan posisi geografis serta kondisi alam, hayati, dan budaya yang beragam,

kawasan Situ Ciburuy memiliki potensi besar untuk mengembangkan agrowisata. Kegiatan

ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani sekaligus melestarikan sumber daya

lahan yang ada.

Dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, peluang untuk mengembangkan

berbagai komoditas pertanian pun semakin besar dengan menerapkan sistem pengelolaan

Page 64: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

lahan yang sesuai. Hal ini tercemin pada berbagai teknologi pertanian lokal yang berkembang

di masyarakat dengan menyesuaikannya dengan topologi lahan. Keunikan-keunikan tersebut

merupakan aset yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung/berwisata ke kawasan Situ

Ciburuy. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha

pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan,

pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan

agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, kita bisa

meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara

budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan

kondisi lingkungan alaminya.

Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis

lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan

petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan

persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber

daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan

pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga

dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat

yang dapat diperoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan

teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata.

Homestay

Pengelolaan homestay merupakan konsep rumah inap (pondok wisata) untuk para

wisatawan yang ramah lingkungan. Rumah inap ini harus didesain dengan arsitektur

menyerap berbagai unsur dari rumah-rumah tradisional masyarakat, khususnya masyarakat

Sunda. Bahan-bahan yang dipergunakan pembangunan rumah inap hendaknya lebih banyak

mempergunakan dari alam yang tidak dimanfaatkan lagi, seperti konstruksi bangunan

penyanggah atau tiang bangunan rumah menggunakan bahan-bahan kayu yang berasal dari

pohon kepala yang sudah tua dan tidak produktif. Sementara atapnya diambil dari daun ijuk

atau daun rumbia. Untuk meningkatkan dan mempromosikan objek wisata yang ada di

kawasan Situ Ciburuy, pihak pemerintah daerah hendaknya menjalin hubungan dengan

beberapa agen wisata dan biro travel.

Dengan konsep ini, meski masih ada wisatawan yang datang ke tempat objek wisata

menginap di hotel, secara perlahan-lahan mulai diarahkan dengan menimbulkan kepekaan

terhadap perbedaan-perbedaan budaya dari etnis dan ras yang berbeda. Jadi selain wisatawan

Page 65: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

yang berkunjung menikmati keindahan alam juga melakukan wisata lintas budaya yang dapat

menciptakan hubungan yang lebih terbuka, lebih toleran antara para wisatawan dengan

masyarakat lokal.

Dalam mewujudkan hal tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat yang didukung

oleh investor diharapkan dapat melakukan perbaikan rumah penduduk untuk dikembangkan

sebagai rumah inap para wisatawan (homestay) dengan memenuhi unsur kesehatan yang

standar. Misalnya rumah penduduk yang tidak ada lubang ventilasinya, dibuatkan lubang

ventilasinya agar sirkulasi udara dan cahaya matahari berkalan lancar. Begitu juga dengan

WC rumah penduduk yang rusak dan tidak memenuhi kriteria kesehatan, diganti. Kamar tidur

juga dibenahi agar tampak asri dan membuat tamu nyaman. Rumah-rumah penduduk yang

direnovasi juga jangan sampai merubah bentuk aslinya. Dengan tinggal di home stay-

homestay yang dikelola masyarakat, diharapkan para wisatawan bisa mempelajari budaya

masyarakat lokal selama tinggal di sana. Memahami bagaimana cara makan dan apa yang

dimakan, dan bagaimana cara membuat dan menyiapkan makananya.

Program ini langsung memberikan keuntungan kepada pemilik rumah yang dijadikan

rumahnya sebagai homestay. Pertama rumah mereka menjadi lebih sehat dan memiliki nilai

ekonomis bagi para wisatawan dan kedua para pemilik homestay memperoleh peningkatan

pendapatan. Semua biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun investor untuk

merenovasi rumah untuk dijadikan homestay dapat dibayar oleh pemilik secara angsuran dari

uang sewa wisatawan yang menginap.

Budidaya Ikan Di Situ

Persoalan sampah menjadi masalah besar di tempat objek wisata. Kesadaran

masyarakat menjaga lingkungan menyebabkan terjadinya penumpukan sampah. Dibeberapa

kawasan danau/situ yang dikembangkan untuk destinasi wisata juga menghadapi problem

sampah yang diakibatkan oleh perilaku wisatawan maupun para pedagang serta pengelola

wisata yang tidak menyadari arti pentingnya kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Umumnya para wisatawan dan masyarakat pariwisata di sana membuang sampah padat

maupun lembah cair ke danau/situ, termasuk ke sungai yang menjadi input dari air

danau/situ.

Dalam mengatasi sampah di aliran sungai maupun di danau/situ itu sendiri dapat

dilakukan dengan menjadikan tempat tersebut sebagai tempat pemeliharaan ikan. Kegiatan

ini bukan saja menguntungkan masyarakat, namun juga para wisatawan yang berkunjung ke

Situ Ciburuy dapat menyaksikan atraksi wisata baru yang dikelola masyarakat yaitu

Page 66: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya

menyaksikan ikan-ikan mas berenang liar di atas aliran sungai irigasi yang jernih. Bila pada

waktu panen wisatawan juga dapat menyaksikan bagaimana masyarakat beramai-ramai

melakukan panen ikan mas di sepanjang aliran sungai dan di Danau Lebo itu sendiri.

Kesenian Tradisional/Pariwisata Budaya

Para pelancong memiliki kesempatan untuk menikmati berbagai kesenian tradisional

di desa-desa sekitar Situ Ciburuy yang bisa dikembangkan sebagai desa wisata. Tiap-tiap

kesenian memiliki karakteristiknya masing-masing. Aktifitas menikmati kesenian tradisional

di tengah-tengah komunitas penduduk desa akan memberikan nuansa tersendiri bagi para

pelancong. Pengemasan bentuk pertunjukan dalam bentuk yang baik akan menjadi daya tarik

bagi wisatawan dan secara tidak langsung akan menjadi ajang promosi budaya bagi daerah

ini melalui para wisatawan tersebut.

Banyak kesenian tradisional Sunda yang bisa diangkat sebagai suatu wisata budaya.

Kesenian-kesenian tersebut seperti musik angklung dan Calung yang terkenal. Juga musik-

musik daerah dapat diupayakan pengembangannya untuk mendukung wisata budaya ini.

Selain yang tersebut di atas, sejumlah permainan rakyat tradisional masyarakat

samawa yang menjadi ciri dari masyarakatnya dapat menjadi daya tarik sendiri seperti

Badawang, Pencak silat, wayang golek, jaipongan, ketuk tilu dan lain-lain.

Kegiatan-kegiatan seperti tersebut diatas dapat digolongan sebagai pariwisata budaya.

Pariwisata budaya melibatkan masyarakat lokal secara luas dan lebih intensif, karena

”kebudayaan” yang menjadi daya tarik utama pariwisata melekat pada masyarakat itu sendiri.

Interaksi yang intensif ini selanjutnya bisa memunculkan kesadaran akan identitas diri.

Sekarang tinggal bagaimana pemerintah daerah dan juga masyarakat itu sendiri dapat

memanfaatkan potensi yang ada dengan adanya pembangunan kawasan Situ Ciburuy sebagai

kawasan wisata seoptimal mungkin untuk meningkatkan pendapatan daerah dan

kesejahteraan masyarakat tanpa harus mengorbankan keberadaan lingkungan yang bisa

dilakukan dengan cara pemanfaatan yang bijaksana dan penghormatan terhadap kearifan dari

masyarakat lokal serta pelibatan mereka dalam pengelolaan sehingga pengembangan

kawasan Situ Ciburuy sebagai kawasan wisata bisa memberikan manfaat bagi semua

stakeholders secara berkelanjutan.

Page 67: Makalah Seminar an Pengelolaan Dya