dya sustrami

Upload: andisutandi

Post on 08-Jul-2015

102 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP PERAWAT DAN PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMKITAL Dr. RAMELANPenelitian Cross Sectional di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan

Oleh : DYA SUSTRAMI NIM : 010130315-B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2003

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP PERAWAT DAN PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMKITAL Dr. RAMELANPenelitian Cross Sectional di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (SKep) pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Oleh : DYA SUSTRAMI NIM : 010130315-B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2003

i

SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai Jenjang Pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

Surabaya

Dya Sustrami

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan pada ujian sidang skripsi Tanggal : 5 Maret 2003

Oleh : Pembimbing I

Harjono, dr. AFK NIP : 130 325 824

Pembimbing II

Ahmad Yusuf, SKp NIP : 132 255 152

Mengetahui A/n Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Pembantu Ketua I

Nursalam, Mnurs (Hons) NIP : 140 238 226

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan dihadapan tim penguji sidang skripsi pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Pada tanggal 5 Maret 2003

Tim penguji Ketua : Nursalam, M.Nurs (Hons) ( )

Anggota

: 1. Harjono, dr. AFK

(

)

2. Ahmad Yusuf, SKp.

(

)

Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Nursalam, Mnurs (Hons) NIP : 140 238 226

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Hubungan Pengetahuan, Sikap Perawat dan Pendokumentasian Keperawatan Di Ruangan Penyakit Dalam RUMKITAL Dr. Ramelan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Bersamaan dengan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. H.M.S. Wiyadi, dr. Sp. THT, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan. 2. Prof. Eddy Soewandojo, dr. SpPD, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 3. Dr. Harjono, AFK selaku pembimbing utama yang telah memberikan saran, masukan, kritik dan bimbingan demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Bapak Ah. Yusuf, SKp. selaku pembimbing kedua yang penuh kesabaran memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 5. Kepada keluarga saya di rumah yang telah memberi semangat dan dorongan untuk penyelesaian skripsi ini. v

6. Kepada responden (perawat) di ruangan penyakit dalam yang mau meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan demi terlaksananya penelitian ini. 7. Kepada semua pihak yang telah yang memberikan dukungan dan motivasi demi penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Saya berharap semoga skripsi saya ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kemajuan ilmu keperawatan.

Surabaya, Maret 2003 Penulis,

Dya Sustami

vi

ABSTRACT

.

--------------------------------------------------------------------------------------------------Key Word : Knowledge, Attitude and Nursing Documentation

vii

ABSTRAK

Pelayanan keperawatan mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan. Kurangnya pengetahuan dan sikap yang dimiliki akan mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan bagi pasien. Sehingga peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan, sikap perawat dan pendokumentasian keperawatan oleh perawat lulusan AKPER Hang Tuah yang bertugas di ruangan penyakit dalam RUMKITAL Dr. Ramelan. Penelitian ini dilakukan secara observasional, menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 20 orang dan teknik sampling yang digunakan non probability sampling yakni total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan observasi serta dianalisa menggunakan uji statistik korelasi Spearman rho. Hasil perhitungan statistik Spearman rho dengan tingkat penerimaan p < 0,05 didapat hasil = 0,002 artinya H0 ditolak sehingga kesimpulannya terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan pendokumentasian keperawatan. Sedangkan nilai korelasinya 0,654 yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat sedang dan positif. Sedangkan untuk hubungan sikap dan pendokumentasian, didapat hasil = 0,001 artinya H0 ditolak sehingga kesimpulannya terdapat hubungan yang bermakna antara sikap perawat dengan pendokumentasian keperawatan. Sedangkan nilai korelasinya 0,676 yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat sedang dan positif. Melihat kenyataan ini maka perlu dilakukan usaha guna meningkatkan kemampuan perawat dalam pendokumentasian keperawatan melalui peningkatan pengetahuan dan sikap. Adanya kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, pendidikan berkelanjutan, dukungan fasilitas oleh instansi serta supervisi keperawatan akan mampu meningkatkan kemampuan pendokumentasian perawat. Sehingga hal ini akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan keperawatan bagi pasien.

--------------------------------------------------------------------------------------------------Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap dan Pendokumentasian Keperawatan

viii

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul Halaman Pernyataan.. Halaman Persetujuan. Halaman Pengesahan. Kata Pengantar... Abstrak.. Daftar Isi Daftar Gambar/ Diagram Daftar Lampiran BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan.. 1.4 Manfaat 1.5 Relevansi.. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 2.1 Standar Asuhan Keperawatan di Ruang Penyakit Dalam... 2.1.1 Standar Asuhan Keperawatan Demam Berdarah.. 2.1.2 Standar Asuhan Keperawatan Demam Tifoid.. 2.1.3 Standar Asuhan Keperawatan Hepatitis Virus Akut .. 2.2 Pengetahuan..... 2.3 Sikap.... 2.4 Dokumentasi Keperawatan.. .. BAB 3.1 Kerangka Konseptual 3.2 Hipotesa. 3.3 Uraian Kerangka Konsep.. BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Desain Penelitian. 4.2 Kerangka Kerja 4.3 Populasi, Sampel, Sampling 4.4 Variabel Penelitian... 4.5 Definisi Operasional.... 4.6 Pengumpulan Data...... 4.6.1 Instrumen.. 4.6.2 Lokasi dan Waktu. 4.6.3 Prosedur Pengumpulan Data. 4.6.4 Pengolahan Data dan Analisa Data... 4.7 Etika Penelitian. 4.8 Keterbatasan. ix i ii iii iv v vii ix xi xii 1 1 3 3 4 4 5 5 6 12 22 28 29 32 40 40 41 42 42 42 43 44 44 45 45 45 46 46 46 47

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Hasil Penelitian..... 5.1.1 Data Umum... 5.1.2 Data Khusus.. 5.2 Pembahasan.. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. 6.1 Kesimpulan... 6.2 Saran . DAFTAR PUSTAKA Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4.

49 49 49 51 54 59 59 59 61 63 64 65 70

x

DAFTAR DIAGRAM / TABEL

Gambar 5.1 Diagram PieKarakteristik Responden Berdasarkan Umur.49 Gambar 5.2 Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..50 Gambar 5.3 Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja..50 Gambar 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pelatihan atau Seminar yang pernah diikuti...51 Gambar 5.5 Diagram Pie Tingkat Pengetahuan Responden..51 Gambar 5.6 Diagram Pie Sikap Responden..52 Gambar 5.7 Diagram Pie Pendokumentasian Keperawatan..52 Tabel 5.8 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dan Pendokumentasian Keperawatan53 Tabel 5.9 Tabulasi Silang Hubungan Sikap dan Pendokumentasian Keperawatan54

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4

Permohonan Izin Pengambilan Data Persetujuan Menjadi Responden Kuisioner Penelitian Hasil Perhitungan Uji Statistik

xii

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan Keperawatan mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan, salah satu faktor pendukung keyakinan di atas ini adalah kenyataan bahwa di unit pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit, dimana tenaga kesehatan yang selama 24 jam harus berada di sisi pasien adalah tenaga keperawatan. Namun sangat disayangkan bahwa pelayanan keperawatan pada saat ini masih jauh dari harapan. Keadaan ini bukan saja disebabkan oleh terbatasnya jumlah tenaga perawatan yang kita miliki, tetapi terutama disebabkan oleh terbatasnya kemampuan profesional yang dimiliki oleh sebagian besar jenis tenaga ini. Di RUMKITAL Dr. Ramelan saat ini terdapat 215 tenaga perawatan lulusan AKPER dari berbagai institusi pendidikan keperawatan termasuk AKPER Hang Tuah Surabaya, saat ini tercatat sebanyak 82 lulusannya bekerja di RUMKITAL Dr. Ramelan. Besarnya jumlah tenaga perawat dengan pendidikan DIII keperawatan diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Namun kenyataannya banyak laporan-laporan secara lisan diperoleh peneliti dari Departemen Perawatan RUMKITAL Dr. Ramelan bahwa ada tenaga perawat khususnya lulusan AKPER Hang Tuah Surabaya yang dinas di ruangan penyakit dalam belum memenuhi standar dalam melaksanakan asuhan keperawatan,

khususnya dalam pendokumentasian keperawatan. Dokumentasi keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan dan tindakan. Dalam pendokumentasian perawat mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap 1 tindakan yang diberikan. Serta

2 mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya. Jika keterampilan dokumentasi kurang efektif dapat menimbulkan miscomunication dengan tenaga kesehatan lainnya tentang apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan perawat (Nursalam, 2001; 78). Dari data pada catatan medik RUMKITAL Dr. Ramelan diperoleh, bahwa tiga kelompok kasus terbanyak pada ruangan penyakit dalam pada periode bulan Juli Desember 2002 adalah typoid sebanyak 23%, hepatitis virus sebanyak 23% dan DHF sebanyak 18%. Oleh karena itu kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada kasus - kasus tersebut diharapkan lebih baik. Pada dasarnya setiap lulusan institusi pendidikan D-III keperawatan telah memiliki kemampuan untuk melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan serta sistem dokumentasi keperawatan. Namun kenyataan di lapangan sering tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan, sikap, sarana dan prasarana yang tersedia (Lawrence Green) dikutip oleh Notoatmodjo (1993;10). Kekurangan dalam pendokumentasian proses perawatan meliputi penggunaan terminologi, dan pencatatan yang tidak standar yang tidak menunjukkan adanya suatu perbedaan tindakan keperawatan yang komplek. Sehingga hal ini akan mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti sangat berminat untuk meneliti hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan keterampilan pendokumentasian keperawatan. Dengan harapan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai salah satu dasar dalam meningkatkan dokumentasi keperawatan di RUMKITAL Dr. Ramelan, sehingga mampu meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

3 1.2 1.2.1 Rumusan Masalah Pernyataan Masalah laporan-laporan secara lisan diperoleh peneliti dari Departemen bahwa ada tenaga perawat khususnya

Banyak

Perawatan RUMKITAL Dr. Ramelan

lulusan AKPER Hang Tuah Surabaya yang dinas di ruangan penyakit dalam belum memenuhi standar dalam melaksanakan asuhan keperawatan, khususnya dalam pendokumentasian keperawatan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, kurangnya pengetahuan dan sikap yang kurang tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien di ruangan penyakit dalam. Bila pendokumentasian keperawatan tidak efektif maka dapat menyebabkan menimbulkan berbagai masalah karena hal tersebut menyangkut aspek hukum, jaminan mutu, komunikasi dan sebagainya. 1.2.2 Pertanyaan Penelitian 1) Adakah hubungan pengetahuan perawat dengan pendokumentasian keperawatan? 2) Adakah hubungan sikap perawat dengan pendokumentasian

keperawatan? 1.3 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan Umum hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan

Mempelajari

pendokumentasian keperawatan di ruangan penyakit dalam Ramelan. 1.3.2 Tujuan Khusus

RUMKITAL Dr.

1) Mengidentifikasi pengetahuan perawat di Ruangan Penyakit Dalam RUMKITAL Dr. Ramelan.

4 2) Mengidentifikasi sikap perawat di Ruangan Penyakit Dalam RUMKITAL Dr. Ramelan. 3) Mengidentifikasi pendokumentasian keperawatan di Ruangan Penyakit Dalam RUMKITAL Dr. Ramelan. 4) Mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan pendokumentsian

keperawatan di Ruangan Penyakit Dalam RUMKITAL Dr. Ramelan. 5) Mengidentifikasi hubungan sikap dan pendokumentasian keperawatan di Ruangan Penyakit Dalam RUMKITAL Dr. Ramelan. 1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya. 2. Bagi Institusi Sebagai masukan dalam rangka menghasilkan lulusan yang berkualitas serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif. 3. Bagi Profesi Untuk meningkatkan profesionalisme, sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 1.5 Relevansi Pemberian asuhan keperawatan secara profesional melalui pelaksanaan proses keperawatan dan pendokumentasian keperawatan yang efektif akan mempegaruhi kualitas pelayanan keperawatan. Kemampuan perawat untuk melaksanakan pendokumentasian dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap perawat. Kurangnya pengetahuan dan sikap perawat menyebabkan pendokumentasian keperawatan kurang efektif. Peningkatan pengetahuan dan sikap akan meningkatkan keterampilan perawat dalam pendokumentasian keperawatan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dikemukakan teori dan konsep yang berhubungan dengan : (1) Standar asuhan keperawatan di Ruangan Penyakit Dalam, (2) pengetahuan, (3) sikap dan (4) dokumentasi keperawatan. Dalam rangka upaya meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka perlu diterapkan standar asuhan keperawatan yang berfungsi sebagai pedoman kerja bagi tenaga keperawatan dan sebagai tolok ukur mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Standar Asuhan Keperawatan menurut Depkes RI (1997) meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Jadi standar asuhan keperawatan mengacu pada tahapan proses keperawatan. Menurut Yura proses keperawatan adalah tindakan yang berurutan, dilakukan secara sistematik untuk menentukan masalah pasien, membuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksanakan rencana itu atau menugaskan orang lain untuk melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasinya. 2.1 Standar Asuhan Keperawatan di Ruangan Penyakit Dalam Pada bagian ini akan dikemukakan standar asuhan keperawatan kasus kasus penyakit dalam di RUMKITAL Dr. Ramelan (S.P. KARUMKITAL Dr. RAMELAN No: Sprin/532/IX/1998 Tanggal : 28 September 1998) yaitu : (1) Standar asuhan keperawatan demam berdarah dengue (DBD), (2) Standar asuhan keperawatan demam tifoid, (3) Standar asuhan keperawatan hepatitis virus akut, (4) Standar asuhan keperawatan dengue shock syndrome, (5) Standar asuhan keperawatan diabetes militus, (6) Standar asuhan keperawatan gastro enteritis, (7) 5

6 Standar asuhan keperawatan ulcus peptikum, (8) Standar asuhan keperawatan chirosis hepatis, (9) Standar asuhan keperawatan kanker hati primer, (10) Standar asuhan keperawatan gagal ginjal. Dari data pada catatan medik RUMKITAL Dr. Ramelan diperoleh, bahwa tiga kelompok kasus terbanyak pada ruangan penyakit dalam pada periode bulan Juli Desember 2002 adalah typoid sebanyak 23%, hepatitis virus sebanyak 23% dan DHF sebanyak 18%. Oleh karena itu pada tinjauan pustaka ini hanya dibahas tentang ketiga kasus tersebut. 2.1.1 Standar Asuhan Keperawatan Demam Berdarah Dengue (DBD) 1) Pengertian Demam berdarah dengue adalah salah satu infeksi Arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak remaja dan dewasa yang ditandai demam, nyeri otot dan sendi. Keadaan biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Demam berdarah dengue disebut juga Dengue Haemorhagic fever (DHF). 2) Patofisiologi Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh viramia yang ditandai dengan demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, hiperemia tenggorokan, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Penglepasaan zat anafilatoksin, histamin dan serotonin serta aktifitas dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler sehingga cairan dari intra vaskuler keluar ke ekstravaskuler. Akibatnya terjadi pengurangan volume dari plasma, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.

7 Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma itu dapat berkurang sampai 30 % atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma tidak segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Kelainan yang paling sering ditemukan pada autopsi adalah perdarahan di bawah kulit berupa ptekia, perdarahan saluran pencernaan, paruparu dan di jaringan periadrenal. 3) Pengkajian (1) Data Subyektif Panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan tidak nafsu makan, sakit menelan, pegal seluruh tubuh, nyeri otot dan persendian, punggung, kepala, haus. (2) Data Obyektif Suhu tinggi selama 2-7 hari, kulit terasa panas, wajah tampak merah, dapat disertai tanda kesakitan. Nadi cepat, selaput mukosa mulut kering, ruam atau bintik merah dikulit lengan dan kaki. Hiperemia tenggorokan, epistaksis, pembesaran hati dan nyeri tekan, pembesaran limpa, nyeri tekan pada epigastrium. Pada demam berdarah dengue yang lebih berat adalah : Uji torniquet positif, abdomen bisa tegang, gejala perdarahan pada hari ketiga atau kelima berupa : petekia purpura, ekimosis, hematemesis, melena, epistaksis. Produksi urine menurun kurang dari 30 ml/ jam. Gejala-gejala syok renjatan dengue pada hari ketiga dan hari ke tujuh : Nadi cepat kecil, kulit lembab dan dingin, akral dingin, pernapasan dangkal, tekanan darah turun, gelisah, sianosis perifer pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki.

8 (3) Data Laboratorium a. Darah : Ig G dengue positif, trobosit menurun, (trombositopenia). Hematokrit meningkat lebih dari 20 %, lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua dan ketiga. Masa perdarahan memanjang, protein rendah (hipoproteinemia), klorida rendah (hipokloremia), natrium rendah (hiponatremia). SGOT/SGPT bisa meningkat, ureum, pH darah bisa meningkat, Asidosis metabolik. b. Urine : Albuminuria bisa terjadi. (4) Data Tes Diagnostik (Foto Thorax bisa ditemukan adanya pleural efusion). (5) Potensial komplikasi : perdarahan luas, syok (renjatan), pleural efusion, penurunan kesadaran 4) Penatalaksanaan Medik (1) Tirah baring (2) makan lunak dan minum 2 liter/ 24 jam (3) pemberian cairan melalui infus (4) Pemberian obat-obatan : antipiretik, anti konvulsan, antikoagulasi. 5) Diagnosa Perawatan, Hasil yang Diharapkan dan Rencana Tindakan (1) Hipertermia sehubungan dengan proses infeksi virus dengue. a. Tujuan : Suhu tubuh normal 36-37 tidak demam lagi. b. Rencana Tindakan : a) Kaji sejauh mana pengetahuan pasien tentang hipertermia b) Jelaskan penyebab terjadinya hipertermia c) Jelaskan upaya-upaya untuk mengatasi panas badan dan bantu pelaksanaan upaya tersebut. Tirah baring dan mengurangi aktifitas fisik. C. Pasien mengatakan badan

9 Banyak minum 2-3 liter/ 24 jam. Beri kompres dingin. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian kedap keringat. Ciptakan lingkungan yang tenang dan sirkulasi udara dan kesejukan ruangan yang cukup. Ganti pakaian dan alat tenun jika basah. d) Observasi dan catat masukan dan keluaran cairan e) Observasi suhu, nadi, tensi, pernapasan tiap 2-3 jam. f) Laksanakan program medik : anti piretik, infus, antibiotika. (2) Nyeri epigastrium sehubungan dengan peningkatan sekresi gaster, asam hidoklorida. a. Tujuan : Nyeri epigastrium berkurang, hilang b. Rencana Tindakan : (a) Observasi intensitas nyeri (b) Observasi tanda vital tiap 2-3 jam. (c) Anjurkan/ ajarkan pasien melakukan teknik relaksasi. (d) Beri makanan porsi kecil dan sering misal 6 kali/ hari. (e) Laksanakan program medik : pemberian antasida. (3) Potensial kurang volume cairan vaskuler sehubungan dengan pindahnya cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler. a. Tujuan : Pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan vaskuler yang ditandai dengan tanda vital stabil dalam batas normal, produksi urine > 30 cc/jam, pasien tidak merasa haus, mukosa mulut tidak kering. b. Rencana Tindakan a) Jelaskan upaya-upaya untuk menambah volume cairan. b) Beri banyak minum , sesuaikan dengan jumlah infus. c) Kaji tanda dan gejala kurang volume cairan (selaput mukosa kering, haus, produksi urine menurun).

10 d) Observasi nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan pernapasan. e) Monitor masukan cairan dan keluaran cairan. f) Laksanakan program medik : infus RL atau cairan pengganti plasma, pemeriksaan Hb, hematokrit/ 4-6 jam pada hari I selanjutnya setiap 24 jam atau sesuai perkembangan. (4) Kurang mandiri merawat diri sehubungan dengan kelemahan fisik penderita. a. Tujuan : Pasien dapat mandiri untuk mandi, makan dan eliminasi 2 hari setelah suhu normal. b. Rencana Tindakan a) Jelaskan upaya-upaya untuk memulihkan kelemahan fisik b) Berikan bantuan penuh dalam merawat diri dan tingkatkan kemandirian pasien sesuai kemajuan fisik. c) Letakkan keperluan-keperluan pasien di dekat tempat tidurnya d) Kaji tingkat kemandirian pasien dalam upaya melakukan perawatan dirinya. e) Kaji keluhan rasa lemah dalam beraktivitas (5) Potensial terjadi hipovolemik sehubungan dengan perdarahan yang berlebihan. a. Tujuan : Tanda vital stabil dalam batas normal, produksi urine > 30 ml/jam, hematokrit dalam batas normal 37-43 %, pasien tidak gelisah, akral hangat. b. Rencana Tindakan a) Beri posisi tidur datar b) Observasi tensi, nadi, pernapasan, akral dan tingkat kesadaran c) Puasakan makan minum pada perdarahan saluran cerna.

11 d) Laksanakan program medik : infus cairan RL atau pengganti plasma, transfusi darah atau produk darah lain, pemeriksaan laboratorium : Hb, hematokrit, trombosit. e) Monitor jumlah masukan dan keluaran cairan f) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium : Hb, hematokrit, trombosit. g) Observasi perkembangan bintik-bintik merah di kulit, keluhan lemas, keringat dingin dan tanda-tanda sianosis. h) Perhatikan keluhan pusing, lemah dan nyeri perut. i) Ukur dan catat perdarahan yang tampak dari muntahan, cairan lambung, faeces dan urine. (6) Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan masukan yang kurang akibat mual, muntah, sakit menelan dan tidak nafsu makan. a. Tujuan : Pasien tidak mengalami kekurangan nutrisi yang ditandai dengan pasien dapat menghabiskan makanan yang dihidangkan oleh perawat, berat badan (BB) stabil/ dalam batas normal. b. Rencana Tindakan a) Bangkitkan selera makan pasien dengan pendekatan kepada penerita b) Atur posisi yang nyaman pada saat pasien makan. c) Jelaskan pada pasien faktor penyebab tidak adanya nafsu

makan. d) Ajarkan dan demonstrasikan pada pasien untuk mengatasi bila akan terjadi mual dengan mengambil nafas panjang. e) Anjurkan pada pasien untuk berdoa sebelum makan.

12 f) Anjurkan pada pasien agar selalu menjaga kebersihan mulut setelah makan seperti berkumur. g) Usahakan penyajian makanan yang menarik sehingga menimbulkan selera makan. h) Usahakan agar lingkungan nyaman ( misalnya tidak membersihkan pispot atau urinal pada waktummakan dan cegah bau yang mengganggu pasien dalam seleranya, serta menciptakan iklim sosial yang menyenangkan), membantu pasien untuk makan sesuai dengan kebutuhannya ( seperti menyuapi, menggunakan slang penduga). i) Mengamati, mencatat dan melaporkan jumlah makanan yang masuk dan keluar serta kelainan-kelainan yang ditemukan. j) Berikan makanan tambahan dan sesuaikan dengan dietnya k) Timbang berat badan 1 kali seminggu l) Kaji status dan kebutuhan gizi yang berhubungan dengan status fisik misalnya : penambahan dan penurunan berat badan, keadaan alergi, warna kulit, tonus dan turgor, kelainan atau kesulitan untuk mengunyah, menelan makan dan sebagainya. 2.1.2 Standar Asuhan Keperawatan Demam Tifoid 1) Pengertian Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella C.Paratifoid biasanya lebih ringan dengan gambaran klinis sama 2) Patofisiologi Penularan salmonella typhi terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk

13 ke usus halus ke jaringan limfoid dan berkembang biak kemudian kuman masuk aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial hati, limpa dan organ-oragan lainnya. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikuloendotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke jaringan beberapa organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks peyer, minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus-ulkus yang menimbulkan sikatriks. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa membesar. 3) Gambaran Klinis Masa tunas 10-14 hari (1) Minggu I Keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi lainnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis, pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. (2) Minggu II Demam, baradikardi relatif, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan ujungnya merah serta tremor). Dapat ditemukan hepatomegali, splenomegali dan meteorismus. Kesadaran somnolent, sopor, koma dan dapat terjadi gangguan mental berupa delirium atau psikosis. 4) Pengkajian (1) Data Subyektif a. Demam b. Nyeri kepala, pusing

14 c. Nyeri otot d. Kurang nafsu makan e. Mual dan muntah f. Batuk g. Diare atau susah buang air besar h. Perasaan tidak enak di perut i. kembung (2) Data Obyektif a. Suhu tubuh meningkat b. Anoreksia c. Muntah d. Diare atau obstipasi e. Batuk f. Kadang-kadang epistaksis g. Hepatomegali h. Splenomegali i. Meteorismus j. Bradikardi relatif k. Lidah kotor l. Kesadaran menurun : somnolen, sopor, gangguan mental : delirium dan psikosis (3) Data laboratorium a. Darah a) Hb, Ht normal, turun bila terjadi perdarahan b) Reaksi widal menderita tifoid pada infeksi yang aktif, titer reaksi widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan minimal sesudah lima hari.

15 c) Biakan darah positif terhadap salmonella typhi, memastikan tifoid. Hal ini disebabkan karena teknik pemeriksaan saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit, vaksinasi dimasa lampau pengobatan dengan obat antimikroba. (4) Data Pemeriksaan Diagnostik Foto abdomen dilakukan bila diduga adanya komplikasi. 5) Potensial Komplikasi (1) Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perforasi usus dan ileus

paralitik. (2) Komplikasi ekstra intestinal : a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboplebitis. b. Komplikasi darah : anemia hemolitik trombositopenia dan disebutDisseminated intravascular coagulation sindrome uremia hemolitik. c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema dan pleuritis. d. Hepar dan kandung empedu : hepatitis dan kolesistitis. e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis. f. Komplikasi tulang : osteomielitis, spondilitis, artritis. g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningitis, polineuritis perifer, psikosis. 6) Penatalaksanaan Medis (1) Obat-obatan antibiotika yang biasa digunakan ialah kloramfenikol, kotrimoksazol, ampisilin dan amoksilin. (2) Antipiretika (3) Bila perlu diberikan lansasia (DIC) dan

16 (4) Tirah baring selama demam untuk mencegah komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. (5) Mobilisasi bertahap bila tidak panas sesuai dengan pulihnya kekuatan (6) Makanan dapat ditingkatkan sesuai perkembangan keluhan gastrointestinal dalam bentuk saring atau lunak sampai makanan biasa. (7) Tindakan operasi bila ada komplikasi perforasi. (8) Transfusi bila diperlukan pada komplikasi perdarahan. 7) Diagnosa Keperawatan (1) Hipertermia sehubungan dengan proses infeksi salmonella typhi a. Hasil yang diharapkan : Pasien akan mencapai suhu tubuh yang normal (36-37 C ), tanda vital dalam batas normal, pasien

mengatakan badan tidak demam lagi. b. Rencana Tindakan a) Kaji sejauh mana pengetahuan pasien tentang hipertermia b) Jelaskan penyebab terjadinya hipertermia c) Jelaskan upaya-upaya untuk mengatasi hipertermia dan bantu pasien untuk pelaksanaan upaya tersebut : (a) Tirah baring dan mengurangi aktifitas fisik. (b) Banyak minum 2-3 liter/24 jam. (c) Berikan kompres dingin. (d) Anjurkan mengenakan pakaian yang tipis dan yang menyerap keringat. (e) Ciptakan lingkungan yang tenang, sirkulasi udara dan kesejukan ruangan yang cukup. (f) Ganti pakaian dan alat tenun jika basah.

17 d) Observasi : suhu, nadi, tensi, pernapasan tiap 3 jam e) Observasi dan catat masukan dan keluaran cairan f) Observasi keluhan dan tingkat kesadaran pasien g) Anjurkan pasien untuk melaporkan bila tubuh terasa panas dan keluhan lainnya. h) Laksanakan program medik : antibiotika, antipiretika, infus dan pemeriksaan kultur darah. (2) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari sehubungan dengan kelemahan, immobilisasi. a. Hasil yang diharapkan : kebutuhan sehari-hari terpenuhi yang ditandai dengan : a) Mandi, makan, minum, eliminasi terpenuhi. b) Pasien berpartisipasi dalam tirah baring. b. Rencana Tindakan a) Beri bantuan untuk pemenuhan makan, minum, eliminasi, ganti pakaian dan perhatikan kebersihan mulut, rambut, genetalia dan kuku. b) Dekatkan semua keperluan pasien dalam jangkauan antara lain bel, meja, dll. c) Observasi keluhan atas pemenuhan kebutuhan sehari-hari d) Jelaskan tujuan tirah baring untuk mencegah komplikasi, mempercepat proses kesembuhan. e) Beri mobilisasi secra bertahap sesudah demam hilang sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien dan tingkatkan kemampuan merawat diri sendiri secara bertahap.

18 (3) Potensial kekurangan cairan sehubungan dengan pemasukan yang kurang (mual, muntah) dan atau pengeluaran yang berlebihan (diare). a. Hasil yang diharapkan : a) Pasien tidak mengalami kekurangan cairan yang ditandai dengan tanda vital stabil dalam batas normal, selaput lendir mulut tidak kering, masukan dan keluaran cairan seimbang. b) Pasien mengungkapkan pengertian akan sebab-sebab kekurangan cairan yang masuk untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan. b. Rencana Tindakan a) Jelaskan tujuan meningkatkan jumlah cairan yang masuk untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan. b) Anjurkan untuk banyak minum 2-3 liter/24 jam, letakkan minuman dekat pasien untuk minum sedikit-sedikit dan sering c) Observasi tanda dan gejala dari kekurangan cairan : turgor kulit, membran mukosa mulut, rasa haus, nadi lemah dan cepat serta BB yang menurun kg/ hari d) Catat masukan dan keluaran cairan dan jaga keseimbangan cairan, laporkan bila urine kurang dari 30 cc/ jam pada dokter. e) Observasi tanda vital dan keluhan pasien tiap 3-4 jam. f) Timbang berat badan 2 kali seminggu.

19 g) Laksanakan program medik bila diperlukan pemberian cairan melalui NGT atau pemberian cairan parenteral atau pemeriksaan elektrolit darah. h) Libatkan keluarga dalam upaya-upaya pemenuhan

kebutuhan cairan pada pasien. (4) Potensial terjadi trauma fisik sehubungan dengan gangguan mental delirium atau psikosis. a. Hasil yang diharapkan : pasien tidak mengalami cedera fisik akibat jatuh atau benturan. b. Rencana Tindakan a) Jelaskan pada pasien dan keluarga tujuan dari tindakan pengamanan untuk mencegah bahaya jatuh. b) Jaga keamanan lingkungan pasien dengan : (a) Tutup atau pasang dampingan tempat tidur. (b) Pakaikan tali pengaman bila diperlukan observasi. (c) Kontrol ulang keadaan tali pengaman tiap 2-3 jam terlalu longgar atau kencang. c) Libatkan keluarga untuk mencegah bahaya jatuh atau benturan pada pasien. Anjurkan keluarga untuk menemani pasien dan beritahu perawat bila memerlukan bantuan. (a) Observasi tingkat kesadarn dan tanda vital (b) Dampingi pasien saat gelisah (c) Perhatikan kebutuhan pasien selama pemasangan pengaman. d) Kolaborasi dengan dokter bila pasien makin gelisah atau kesadran menurun.

20 (5) Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan masukan yang kurang akibat mual, muntah, anoreksi atau pengeluaran yang berlebihan (diare). a. Hasil yang diharapkan : Pasien tidak mengalami kekurangan nutrisi yang ditandai dengan pasien dapat menghabiskan makanan yang dihidangkan, BB stabil dalam batas normal. b. Rencana Tindakan a) Kaji status nutrisi pasien sesuai BB, TB, pola makan yang lalu, makanan yang disukai dan tidak disukai serta kaji faktor-faktor penyebab pemasukan yang kurang antara lain bunyi usus, adanya kembung, mual, muntah, kurangnya nafsu makan. b) Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi pasien : (a) Beri makanan yang tidak merangsang saluran cerna dalam porsi kecil, hangat 5-6 kali/ hari serta menarik (b) Bantu dan dampingi saat makan, siapkan lingkungan yang menyenangkan. (c) Anjurkan bernapas panjang saat mual (d) Kaji keluhan mual dan selera makan (e) Monitor makanan yang dihabiskan setiap kali makan (f) Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi pasien antara makanan kesukaan pasien bila tidak

bertentangan dengan diet. c) Timbang BB 2 kali seminggu d) Kolaborasi dengan dokter bila diperlukan pemberian cairan/ makanan parenteral atau melalui NGT dan pemeriksaan laboratorium protein total/ albumin.

21 e) Laksanakan program medik : anti emetik (6) Diare sehubungan dengan proses peradangan pada dinding usus a. Hasil yang diharapkan a) Defekasi sesuai pola dengan konsistensi lembek b) Jumlah cairan masuk dan keluar seimbang serta elektrolit darah dalam batas normal. c) Tidak terjadi kerusakan kulit lecet b Rencana Tindakan a) Kaji dan catat frekuensi, warna, konsistensi feses serta keadaan abdomen, bising usus, kembung, dll. b) Jelaskan penyebab diare yaitu gangguan fungsi pencernaan akibat peradangan dan karena infeksi kuman c) Observasi dan catat jumlah cairan yang masuk dan keluar, turgor kulit dan membran mukosa mulut, bila urine kurang dari 30 cc laporkan dokter d) Usahakan jumlah cairan yang masuk dan keluar seimbang dengan minum sedikit-sedikit tapi sering bila perlu beri oralit sesuai kebutuhan. e) Beri makanan dan minuman yang tidak merangsang saluran pencernaan, hindari makanan yang pedas, yang asam, susu serta buah-buahan selama diare. f) Jaga kebersihan kulit daerah perineal untuk menghindari lecet. g) Timbabng BB pasien 2 kali seminggu. i) Kolaborasi dengan dokter bila diperlukan untuk pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral serta pemeriksaan serum elektrolit.

22 (7) Obstipasi sehubungan dengan proses peradangan pada usus halus a. Hasil yang diharapkan : defekasi sesuai pola dengan konsistensi lembek. b. Rencana Tindakan a) Kaji dan catat keadaan abdomen, bising usus, adanya kembung, nyeri, sudah berapa lama tidak bab. b) Kaji kebiasaan pola defekasi sebelum sakit, tindakan yang biasanya digunakan untuk memperlancar bab. c) Jelaskan penyebab fungsi obstipasi dan adanya peradangan

menyebabkan

kegiatan

pencernaannya

menurun, sisa makanan terhambat pengeluarannya. d) Berikan stimulasi untuk bab dengan ; (a) Minum air putih 1- 2 gelas sebelum waktu yang biasanya pasien bab. (b) Makan buah-buahan antara lain pepaya, sari buah dan ekstra minum. (c) Mobilisasi miring kanan kiri, duduk sesuai dengan kondisi pasien. (d) Kolaborasi dengan dokter bila diperlukan pencahar. 2.1.3 Standar Asuhan Keperawatan Hepatitis Virus Akut 1) Pengertian Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Istilah akut adalah bila bila penyakit berlangsung kurang dari 3 bulan dan kronik bila penyakit berlangsung lebih dari 3 bulan. Istilah ini tentunya lebih tepat bila dilihat dari gambar histopatologis (mikroskopis) yang memang dapat dibedakan diantara keduanya.

23 2) Etiologi Hepatitis dapat disebakan oleh : a. Virus, merupakan penyebab terbanyak. b. Bakteri misalnya salmonella typhi c. Obat-obatan d. Racun (hepatoksik) e. Alkohol 3) Patofisiologi Berdasarkan perjalanan penyakit maka dikenal hepatitis akut bila perjalanan penyakit kurang dari 3 bulan, dan dikatakan kronis bila perjalanan penyakitnya lebih dari 3 bulan. Sebagian akan sembuh sempurna tetapi sebagian lain akan berkembang menjadi kronis, sirosis hepatis dan kanker hati. a. Stadium preikterik : berlangsung selama 4 7 hari, penderita mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri perut kanan atas serta urine berwarna coklat. b. Stadium ikterik : berlangsung selama 3 6 minggu, ikterus mula-mula

terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang tetapi penderita masih lemah, anoreksia, muntah, tinja berwarna kelabu atau kuning muda, hati membesar dan nyeri tekan. c. Stadium post ikterik : ikterus mereda, warna urine dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa yaitu pada akhir bulan kedua karena penyebab yang biasanya berbeda. 4) Gejala Klinis dan Diagnostik a. Gejala klinis Pada umumnya gejala klinis pada hepatitis akut A, B, C hampir sama yaitu : Kulit dan sklera mata kuning

24 Lelah, lesu Nafsu makan menurun, mual, muntah, sakit perut Nyeri dan pegel-pegel pada otot persendian Panas, kadang menggigil Sakit kepala Rasa tidak enak di tenggorokan Kadang diare atau sembelit Urine berwarna coklat pekat seperti the.

b. Pemeriksaan fisik Pada palpasi dapat teraba hati membengkak 2-3 jari di bawah arkus aorta dengan konsistensi lunak dan tajam dan sedikit nyeri tekan. c. Pemeriksaan laboratorium SGOT, SGPT, Alkali Fosfatase, bilirubin umumnya meningkat. Pada hepatitis A : Igm anti HAV (+) positif Pada hepatitis B : HBs Ag (+) positif, Igm anti HBc (+) positif. Pada hepatitis C : Anti HVc (+) positif.

5) Penatalaksanaan Tirah baring Diet TKTP Berikan obat-obatan sesuai instruksi dokter Jaga kebersihan lingkungan Alat-alat yang dipakai pasien (alat makan, tenun) sebaiknya disendirikan Alat-alat tenun sebelum dicuci harus direndam dahulu dengan antiseptik 6) Prognosa Untuk hepatitis A : biasanya sembuh sempurna

25 Untuk hepatitis B : o o 80 % sembuh sempurna (HBs AB (+)) 10-15 % menjadi karier sehat (HBs AB (+)) tanpa gejala dan keluhan. o o o 5-10 % menjadi hepatitis kronis Sirosis hati Kanker hati primer (hepatoma)

Untuk hepatitis C : o o o 50 % menjadi kronik 20 % menjadi sirosis hati 80 % menjadi infeksi menetap

7) Pencegahan Darah yang akan ditransfusikan harus bebas virus baik A, B, C. Menghindari kontak langsung dengan barang yang terkontaminasi dan darah orang atau spesimen yang mengandung virus hepatitis A, B, C. Memelihara higiene perorangan dan lingkungan Gunakan alat-alat disposible untuk suntik Alat-alat yang terkontaminasi dengan virus hepatitis A, B, C harus disterilkan dengan baik Untuk semua bayi yang baru lahir harus diberi vaksinasi hepatitis B. Bila salah satu anggota keluarga menderita hepatitis sebaiknya seluruh anggota keluarga lain yang serumah diberi vaksinasi. 8) Asuhan Keperawatan (1) Potensial terjadinya pemenuhan cairan kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan muntah dan diare. a. Data subyektif Nafsu makan menurun, mual kadang-kadang muntah.

26 Rasa tidak enak di perut.

b. Data Obyektif Tidak bisa makan Badan tampak lemah dan lelah

c. Tujuan : Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria turgor kulit baik, nadi normal, produksi urine normal. d. Rencana Tindakan : Observasi jumlah cairan yang masuk dan yang keluar. Observasi tanda-tanda vital. Kolaborasi dengan dokter dalam pemasangan infus,

pemeriksaan laboratorium elektrolit, Hb. (2) Gangguan rasa nyaman (sakit pada sendi, tidak enak badan) sehubungan dengan adanya viremia yang ditandai dengan pasien tampak lelah. a. b. Data Subyektif : badan terasa lemah, muntah kadang diare Data Obyektif : pasien kelihatan mual dan kadang-kadang muntah c. Tujuan : Rasa nyaman terpenihi dengan kriteria : pasien tampak segar dan lebih kooperatif, keluhan nyeri hilang. d. Rencana tindakan : Sarankan pasien untuk tirah baring Observasi tanda-tanda vital dan tingkat rasa nyeri Bantu segala kebutuhan pasien Turunkan suhu tubuh dengan kompres es Jaga alat tenun pasien tetap kering dan rapi Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan analgetik, periksa lab : DL, fungsi hati.

27 (3) Ketidaktahuan pasien atau keluarga tentang penyakit hepatitis sehubungan dengan kurangnya informasi. a. Data Subyektif :

Pasien atau keluarga tidak tahu cara penularan penyakit hepatitis A, B, C.

-

Pasien dan keluarga mendapat informasi yang jelas tentang penyakit hepatitis secara umum.

b. Data Obyektif -

:

Hasil lab : Igm Anti HAV (+), HBs Ag (+), anti HCV (+). Adanya tanda dan gejala menderita hepatitis setelah kontak dengan orang lain atau barang yang telah terkontaminasi dengan virus hepatitis A, B, C menggunakan obat-obat terlarang secara intravena. Menggunakan alat-alat yang terkontaminasi virus hepatitis yang tidak disterilkan dengan baik. Mendapat tranfusi darah yang mengandung virus hepatitis.

c. Tujuan : agar pasien dan keluarga mengerti dan memahami mengenai penyakit hepatitis, bagaimana cara penularan dan pencegahannya. d. Rencana Tindakan : Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya Jelaskan pada pasien dan keluarga cara penularan penyakit hepatitis. Tingkatkan informasi khusus yang berkaitan dengan pentingnya pencegahan hepatitis.

28 2.2 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmojo, 1997). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata

prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Rogers, (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru terjadi proses yang berurutan yakni : 1. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2. Interst (merasa tertarik) terhadap stimulus (objek) 3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4. Trial yakni objek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5. Adoption yakni subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan prilaku baru/adopsi prilaku melalui proses seperti ini yaitu didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif maka prilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila prilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Pengetahuan sendiri mempunyai enam tingkatan yaitu : 1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat kembali dan ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah dengan cara menyebutkan, mendefinisikan dan menyatukan.

29 2. Memahami (comprehention) yaitu suatu kemampuan untum menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui secara benar tentang obyek yang diketahui dan mengintepretasikan. 3. Aplikasi (aplication) yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan dan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. 4. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponennya. 5. Sintesis yaitu kemampuan untuk menghubungkan atau menyusun formulasiformulasi yang telah ada. 6. Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi penilaian terhadap obyek (Ari Kunto, S. 1998). 2.3 Sikap Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap obyek tadi (Heri Purwanto, 1999 : 62). Jadi sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal, suatu obyek, tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap dapat terarah pada benda-benda, orang-orang, peristiwa-peristiwa, pandangan-pandangan, lembaga-lembaga, dan norma-norma, serta nilai-nilai. Menurut Charles Abraham (1997 : 26) sikap itu bersifat sosial dalam arti kita menyesuaikan dengan orang lain dan kelihatannya itu menuntut perilaku kita sehingga bertindak sesuai sikap yang kita ekspresikan. Ciri-ciri sikap adalah : 1. sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakan dengan sifat motif-motif biogenesis seperti lapar, haus dan kebutuhan akan istirahat.

30 2. sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain. 3. sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. 4. obyek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 5. sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dari kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui empat cara : 1) Adopsi : merupakan kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa

yang terjadi berulang dan terus-menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap. 2) Eferensiasi : dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya

pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang terjadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang sendiri lepas dari jenisnya. Tetapi obyek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula. 3) Integrasi : pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai

dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu. 4) Trauma : pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang

meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap, namun pembentukan sikap tidak terjadi sedemikian saja. Melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui suatu proses

31 tertentu, melalui kontak sosial terus-menerus antara individu dengan individu lain lain disekitarnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya sikap : 1) Faktor intern Merupakan faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri seperti selektivitas. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui persepsi oleh karena itu kita harus memilih rangsanganrangsangan mana yang akan kita dekati dan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri kita. 2) Faktor ekstern Merupakan faktor diluar manusia itu sendiri, yaitu sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang menggunakan suatu sikap, sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap, media komunikasi yang digunakan dalam penyampaian sikap, dan situasi pada saat sikap dibentuk. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung yaitu tersedianya fasilitas dan adanya faktor pendukung dari pihak lain. Tingkatan-tingkatan praktek dibagi menjadi : 1. persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil, merupakan praktek tingkat I. 2. respon terpimpin (guided respon) yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar, ini merupakan indikator praktek tingkat II.

32 3. mekanisme (mechanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar, secara otomatis atau situasi yang merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat III. 4. adaptasi (adaptation) merupakan suatu praktek dengan tindakan yang sudah berkembang dengan baik, sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tertentu. 2.4 Dokumentasi Keperawatan 2.4.1 Komponen Model Dokumentasi Keperawatan Menurut kamus besar bahasa indonesia dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan. Menurut Nursalam (2001;77) kegiatan konsep pendokumentasian meliputi keterampilan berkomunikasi, keterampilan mendokumentasikan proses

keperawatan dan keterampilan standar. 1. Komunikasi Kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan, perawat memberi dan menerima pendapat dan pemikiran. Untuk lebih efektif penyaluran ide tersebut, perawat memerlukan keterampilan dalam menulis. Dan kenyataannya, dengan semakin kompleknya pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas

keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan, tetapi dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan yang akan dikerjakan oleh perawat. 2. Dokumentasi Proses Keperawatan Perawat memerlukan keterampilan dalam mencatat proses keperawatan. Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut. Format proses

33 keperawatan merupakan kerangka atau dasar keputusan dan tindakan terasuk juga pencatatan hasil berfikir dan tindakan keperawatan. Dokumentasi adalah bagian intergral proses, bukan sesuatu yang berbeda dari problem solving. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, tindakan. Perawat kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya. Pengkajian ulang dan evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan dan tindakan medis dapat sebagai petunjuk adanya perubahan dari setiap tahap. Kekurangan dalam pendokumentasian proses keperawatan meliputi

penggunaan terminologi dan pencatatan yang tidak standar yang tidak menunjukkan adanya suatu perbedaan tindakan keperawatan yang komplek. 3. Standar Dokumentasi Perawat memerlukan suatu keterampilan untuk dapat memenuhi standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar dokumentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas dokumentasi keperawatan. Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman praktek pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan. Fakta tentang kemampuan perawat dalam pendokumentasian ditunjukkan pada keterampilan menuliskan seuai dengan standar dokumentasi yang konsisten, pola yang efektif, lengkap, dan akurat. 2.4.2 Tujuan Dokumentasi Sebagai dokumen rahasia yang mencatat semua pelayanan keperawatan klien, catatan tersebut dapat diartikan sebagai suatu catatan bisnis dan hukum yang

34 mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Tujuan utama dari pendokumentasian adalah untuk : 1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan. 2. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika. Hal ini juga menyediakan : 1) Bukti kualitas asuhan keperawatan 2) Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada klien 3) Informasi terhadap perlindungan klien 4) Bukti aplikasi standar praktek keperawatan 5) Sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan 6) Pengurangan beaya informasi 7) Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan 8) Komunikasi konsep resiko tindakan keperawatan 9) Informasi untuk mahasiswa 10) Persepsi hak klien 11) Dokumentasi untuk tenaga profesional dan tanggung jawab etik dan mempertahankan kerahasiaan informasi klien 12) Suatu data keuangan yang sesuai 13) Data perencanaan pelayanan kesehatan dimasa yang akan datang. 2.4.3 Trens Dan Perubahan Yang Berdampak Terhadap Dokumentasi Tres dan perubahan yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap dokumentasi keperawatan dan masalah-masalah kegiatan pencatatan oleh perawat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Masalah yang timbul perlu diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum penyelesaian masalah yang dapat ditemukan dalam dokumentasi. Masalah-masalah dokumentasi dan

35 perubahan yang mempengaruhi pentingnya pendokumentasian keperawatan adalah sebagai berikut : 1. Praktek keperawatan Dengan terjadinya perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peran perawat dalam praktek keperawatan profesional juga mengalami perubahan. Refisi atau perubahan tersebut meliputi penemuan kasus penyakit yang baru, pendidikan kesehatan, konseling, intervensi keperawatan dan medis terhadap respon klien aktual atau potensial. Perubahan lain adalah pengobatan oleh dokter atau tim kesehatan lainnya, kerjasama dengan tim kesehatan serta metode pemberian pelayanan kesehatan.perubahan tersebut berdampak terhadap kegiatan pencatatan keperawatan. 2. Lingkup praktek keperawatan Perubahan dalam lingkup praktek keperawatan berdampak terhadap pendokumentasian. Dengan berkembangnya lingkup praktek keperawatan berdasarakan trens praktek keperawatan di Indonesia, persyaratan akreditasi, peraturan pemerintah, perubahan sistem pendidikan keperawatan,

meningkatnya masalah klien yang semakin komplek, serta meningkatnya praktek keperawatan secara mandiri dan kolaborasi, maka persyaratan pencatatan keperawatan harus sesuai. 3. Data statistik keperawatan Pencatatan yang lengkap dan akurat sangat bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Data statistik sangat bermanfaat dalam penelitian atau pengembangan pelayanan kesehatan serta penentuan jasa pelayanan. 4. Intensitas pelayanan keperawatan dan kondisi penyakit Pencatatan yang lengkap dan akurat tentang tingkat keparahan penyakit dan tindakan yang diperlukan dapat sebagai dasar pertimbangan pemberian asuhan

36 keperawatan pada klien dengan kasus yang sama dan perkiraan pembeayaan yang diperlukan. 5. Ketrampilan keperawatan Trens meningkatnya justifikasi perawat dalam akurasi perumusan masalah dan tindakan keperawatan pada pendekatan proses keperawatan, terutama perubahan keadaan klien yang cepat akan sangat bermanfaat dalam pencatatan. 6. Konsumen Trens dan perubahan penggunaan layanan kesehatan oleh konsumen berpengaruh terhadap pendokumentasian. Waktu rawat inap yang pendek, biaya yang terjangkau dan adanya home care bagi klien yang tidak memerlukan perawatan maksimal merupakan trens perubahan pelayanan di masa depan. Perubahan tersebut memerlukan suatu pembenahan tentang pencatatan yang lengkap dan akurat khususnya waktu klien masuk rumah sakit, tingkat asuhan keperawatan dan keahlian dalam pemberian pelayanan. 7. Biaya Trens dan perubahan biaya layanan berdampak terhadap pendokumentasian. Pencatatan yang baik akan memberikan gambaran tentang pengeluaran biaya yang harus ditanggung oleh klien. 8. Kualitas asuransi dan audit keperawatan Pendokumentasian juga dipengaruhi oleh prosedur kendali mutu, terutama tentang audit catatan pelayanan kesehatan. 9. Akreditasi kontrol Perubahan tentang standar pelayanan kesehatan yang disusun oleh institusi yang berwenang, membawa pengaruh terhadap pendokumentasian.

37 10. Koding dan klasifikasi Trens tentang klasifikasi tingkat ketergantungan klien berdampak terhadap pendokumentasian. Saat ini dalam kepeawatan, klien diklasifikasikan berdasarkan DRG (Diagnosis Related Group). Sedang informasi tentang daftar kode memberikan gambaran kebutuhan klien, asuhan yang telah diterima harus ada di catatan keperawatan. 11. Prospektif sistem pembayaran Trens dan perubahan dalam sistem pembayaran berdampak terhadap dokumentasi. Prospektif pembayaran merujuk pada sistem pembayaran terhadap asuhan keperawatan yang diterima oleh semua klien khususnya waktu di rumah sakit. 12. Resiko tindakan Ketergantungan terhadap dokumentasi yang komprehensif berarti mengurangi dan mencegah terjadinya faktor resiko manajemen dan pengelolaan. Pencatatan yang penting meliputi catatan tentang kejadian, perintah verbal dan non verbal, informed consent, dan catatan penolakan klien terhadap tindakan. 2.4.4 Manfaat Dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek : 1. Hukum Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas dan obyektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal dan

38 perlunya dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan interprestasi yang salah. 2. Jaminan mutu (kualitas pelayanan) Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberi kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 3. Komunikasi Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan. 4. Keuangan Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam beaya keperawatan bagi klien. 5. Pendidikan Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi mahasiswa atau profesi keperawatan. 6. Penelitian Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat di dalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagi bahan atau obyek riset dan pengembangan profesi keperawatan

39 7. Akreditasi Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang diberikan, guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep Input : Mahasiswa Kurikulum Sarana &Prasarana

-

Proses Belajar Mengajar

Output : Perawat

-

Predisposing factor - Pengetahuan - Pengetahuan - Sikap - Sikap - Pengetahuan Pengetahuan Kepercayaan - Sikap Tradisi - Kepercayaan Nilai dsb - Tradisi - Nilai dsb

Enabling factor Ketersediaan sumbersumber/ fasilitas)

Perilaku

Reinforcing factor Sikap dan Perilaku petugas

Keterampilan komunikasi

Keterampilan dokumentasi

Keterampilan standar dokumentasi

Dokumentasi keperawatan

Keterangan : _____ : diteliti ------- : tidak diteliti 3.2 Hipotesa : 1) Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dan

pendokumentasian keperawatan. 2) Tidak terdapat hubungan antara sikap perawat dan pendokumentasian keperawatan. 40

41 3.3 Uraian Kerangka Konsep Proses pendidikan terdiri dari input, proses dan output. Komponen yang termasuk input ialah mahasiswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Output dalam hal ini adalah lulusan perawat dipengaruhi oleh input dan proses belajar mengajar. Sehingga kemampuan lulusan perawat (perilaku) dalam melaksanakan asuhan keperawatan dipengaruhi oleh input dan proses belajar mengajar. Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan. Lewrence Green menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yakni predisposing , enabling dan reinforcing factor. Sehingga untuk merubah perilaku seseorang harus diarahkan pada ketiga faktor tersebut. Pendokumentasian keperawatan merupakan salah satu bentuk perilaku perawat untuk mendokumentasikan kegiatan yang akan, sedang dan telah dilakukan kepada klien. Kegiatan konsep pendokumentasian mendokumentasikan meliputi proses

keterampilan

berkomunikasi,

keterampilan

keperawatan dan keterampilan standar. Sehingga perawat perlu memberikan prioritas terhadap keterampilan tersebut guna meningkatkan kualitas pencatatan keperawatan.

BAB 4 METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu prosedur atau cara dalam penelitian yang memberikan garis-garis secara cermat dan mengajukan syarat-syarat kegiatan penelitian dengan mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan karena bertujuan untuk menemukan, mengembangkan atau menguji keabsahan suatu pengetahuan yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Arikunto, 1998:12). 4.1 Desain Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian desain penelitian yang digunakan adalah

cross sectional, dimana peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dengan melakukan pengukuran sesaat, (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 1995 : 67). 4.2 Kerangka Kerja Penelitian

MenentukanError! Populasi N = 20

Penetapan Sampel dengan total sampling n = 20 orang

Pengumpulan Data

Penyebaran Kuisioner

Analisa Data

Penyajian Hasil Penelitian

42

43 4.3 4.3.1 Populasi, Sampel dan Sampling Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1997:57). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat lulusan AKPER Hang Tuah Surabaya yang bekerja di ruangan penyakit dalam RSAL Dr. Ramelan sebanyak 20 orang. 4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1997:57). Besar sampel pada penelitian ini sebanyak 20 orang perawat. Kriteria Inklusi : Bersedia untuk diteliti Perawat yang bertugas di ruangan penyakit dalam Perawat lulusan AKPER Hang Tuah

Kriteria Eksklusi : Tidak kooperatif Perawat lulusan SPK atau S1 Keperawatan Sampling

4.3.3

Dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik ini biasanya disebut Teknik Sampling (Notoatmodjo, 2002:79). Secara garis besar ada dua jenis sampling yaitu random sampling dan non random sampling. Penelitian ini menggunakan teknik non random sampling yakni total sampling. Total sampling adalah salah satu bentuk teknik sampling dimana

44 seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Peneliti akan melakukan penelitian tentang kinerja perawat lulusan AKPER Hang Tuah Surabaya yang berkerja di ruangan penyakit dalam RUMKITAL Dr. Ramelan, maka sampel yang diambil adalah semua perawat lulusan AKPER Hang Tuah Surabaya yang dinas di ruangan penyakit dalam RUMKITAL Dr. Ramelan. 4.4 4.4.1 Variabel Penelitian. Variabel bebas (Independent variable) adalah variabel yang dimanipulasi dan efeknya pada variabel terikat (Dorothy Young Brockopp, 1995 : 148). Pada penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah pengetahuan dan sikap perawat. 4.4.2 Variabel tergantung ( variable dependent ) adalah menggambarkan efek atau respon variabel bebas (Dorothy Young Brockopp, 1995 : 148). Pada penelitian ini yang merupakan variabel tergantung adalah

pendokumentasian keperawatan. 4.5 Definisi Operasional Nursalam dan Siti Pariani (2002:44) mengatakan variabel yang telah didefenisikan perlu diidentifikasikan secara operasional, sebab setiap istilah (variabel) dapat diartikan secara berbeda-beda oleh orang yang berlainan. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah :No 1 Variabel Pengetahuan Definisi Operasional Adalah hasil dari tahu perawat tentang standar asuhan keperawatan di ruangan penyakit dalam. Parameter Pengetahuan tentang : -askep pada pasien demam berdarah -askep pada pasien demam tipoid -askep pada pasien hepatitis - sikap tentang pelaksanaan askep pada pasien demam Instrumen Kuisioner Skala Ordinal Skor Kurang : 55 % Sedang : 56% 75% Baik : 76% 100%

2

Sikap

Adalah pernyataan pendapat perawat dalam melaksanakan

Kuisioner Pertanyaan positif 16, 17, 20,24

Ordinal

Pertanyaan positif : SS : 4 S :3

45askep di ruangan penyakit dalam berdarah, demam typoid dan hepatitis. Pertanyaan negatif 18, 19, 21, 22, 23 RR : 2 TS : 1 STS : 0 Pertanyaan negatif : SS : 0 S :1 RR : 2 TS : 3 STS : 4 Kurang : 55 % Sedang : 56% 75% Baik : 76%100% 3 Pendokumentasian keperawatan Kemampuan perawat dalam mendokumentasikan pelaksanaan askep di ruangan penyakit dalam Pendokumentaian askep pada pasien: -demam berdarah -tipoid -hepatitis Observasi Ordinal Kurang : 55 Sedang : 56% 75% Baik : 76% 100%

4.6 4.6.1

Pengumpulan Data Instrumen

Instrumen atau alat pengumpulan data pada peneltian ini menggunakan kuisioner dan observasi. Kuisioner merupakan daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis dalam rangka pengumpulan data (Nursalam dan Siti P, 2001; 85). Sedangkan observasi adalah peneliti mengobservasi dan mencatat apa yang dilihat dengan suatu perencanaan, (Nursalam dan Siti P, 2001; 71). Instrumen untuk pengetahuan dan sikap menggunakan menggunakan kuisioner, sedangkan untuk mengidentifikasi dokumentasi keperawatan menggunakan observasi dengan checklist. Kuisioner untuk pengetahuan menggunakan multipel choice dan untuk sikap menggunakan skala likert. 4.6.2 4.6.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya, pada ruangan penyakit dalam.

46 4.6.2.2 Waktu

Perencanaan penelitian dimulai pada bulan Januari 2003 dan presentase laporan penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret 2003. 4.6.3 Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dan

seijin Kepala Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan. Pertama-tama peneliti mengidentifikasi sampel yang akan diteliti yakni perwat lulusan Akademi Keperawatan Hang Tuah Surabaya yang bekerja di ruangan penyakit dalam Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya. Lalu peneliti memberikan informed consent kepada responden dan sebagai tanda persetujuan untuk dijadikan sampel peneltian responden memberikan tanda

tangannya. Kemudian responden dipersilahkan untuk menjawab kuisioner yang ada dengan memilih salah satu jawaban yang dianggap paling benar. Setelah itu peneliti mengobservasi pendokumentasian keperawatan responden dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien DHF, typoid dan hepatitis virus akut dengan menggunakan checklist. 4.6.4 Pengolahan Data dan Analisa Data

Dengan menggunakan uji nonparametrik yaitu uji Korelasi Spearman rho. Tujuannya untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dengan tingkat kemaknaan P 0,05, serta sejauh mana hubungannya. Rumus uji

korelasi dipandu dengan program SPSS 10.0 PS. 4.7 Etika Penelitian Penelitian ini dimulai dengan melakukan berbagai prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian meliputi :

47 4.7.1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin akan terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika calon responden bersedia untuk diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Bila calon responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. 4.7.2 Tanpa nama (Anonimity) Kerahasiaan identitas responden harus dijaga. Oleh karena itu peneliti tidak boleh mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (observasi). Peneliti cukup memberi nomor kode pada masingmasing lembar tersebut. 4.7.3 Kerahasian (Confidentiality) Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti karena hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset. 4.8 Keterbatasan Dalam penelitian ini, hambatan yang dihadapi peneliti adalah : 4.8.1 Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dengan observasi mempunyai kelemahan ; Apabila sasaran pengamatan mengetahui bahwa mereka sedang diamati, mereka akan dengan sengaja menimbulkan kesan-kesan yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan, jadi sifatnya dibuat-buat. Dan sering subyektifitas dari observer tidak dapat dihindari

48 4.8.2 Sampel Sampel yang digunakan terbatas sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk generalisasi. 4.8.3 Feasibility Hambatan yang ditemukan adalah waktu yang singkat dan keahlian peneliti belum cukup dalam melaksanakan penelitian.

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan di ruangan penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya. Peneliti akan mengidentifikasi hubungan pengetahuan, sikap perawat dengan

pendokumentasian keperawatan. 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 10 sampai 17 Februari 2003 dengan jumlah sampel 20 orang. Lokasi penelitian di ruangan penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya, yang terdiri dari bangsal dan paviliun dengan kapasitas 140 tempat tidur. Jumlah tenaga perawat sebanyak 83 orang, dengan kualifikasi DIII keperawatan sebanyak 58 orang dan SPK sebanyak 25 orang. 5.1.2 Data Umum 1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur27 tahun 10% 26 tahun 15% 28 tahun 5% 24 tahun 40%

25 tahun 30%

Gambar 5.1 Diagram PieKarakteristik Responden Berdasarkan Umur di ruangan penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya Februari 2003

Dari gambar 5.1 nampak bahwa mayoritas umur responden adalah 24 tahun sebanyak 8 orang (40%). Sedangkan umur responden 25 tahun sebanyak 6

49

50 orang (30%), 26 tahun sebanyak 3 orang (15%), 27 tahun 2 orang (10%) dan 28 tahun sebanyak 1 orang (5%). 2) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

laki-laki 10%

wanita 90%

Gambar 5.2 Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di ruangan penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya Februari 2003

Dari gambar 5.2

nampak bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin wanita. Yakni jenis kelamin responden wanita sebanyak 18 orang (90%) dan laki-laki 2 orang (10%). 3) Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

4 tahun 15%

3 tahun 35%

2 tahun 50%

Gambar 5.3 Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja di ruangan penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya Februari 2003

Dari gambar 5.3 nampak bahwa sebagian besar responden memiliki masa kerja 2 tahun. Yakni masa kerja selama 2 tahun sebanyak 10 orang (50%), 3 tahun sebanyak 7 orang (35%) dan 4 tahun sebanyak 3 orang (15%).

51 4) Karakteristik Responden Berdasarkan Pelatihan atau Seminar yang pernah diikuti

> 1 kali 10%

1 kali 35%

tidak pernah 55%

Gambar 5.4 Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Pelatihan atau Seminar yang pernah diikuti di ruangan penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya Februari 2003

Dari gambar 5.4 nampak bahwa sebagian besar responden tidak pernah mengikuti pelatihan atau seminar. Yakni yang tidak pernah sebanyak 11 orang (55%), satu kali sebanyak 7 orang (35%) dan lebih dari satu kali 2 orang (10%). 5.1.3 Data Khusus 1) Pengetahuan

kurang 15%

baik 20%

cukup 65%

Gambar 5.5 Diagram Pie Tingkat Pengetahuan Responden di ruangan penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya Februari 2003.

Dari gambar 5.5 pengetahuan cukup baik

nampak bahwa sebagian besar responden memiliki yakni 13 orang (65%). Sedangkan yang memiliki

pengetahuan baik 4 orang (20%) dan kurang 3 orang (15%).

52 2) Sikapbaik 15%

kurang 30%

cukup 55%

Gambar 5.6 Diagram Pie Sikap Responden di ruangan penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya Februari 2003

Dari gambar 5.6 nampak bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang cukup baik yakni mencapai 11 orang (55%). Sedangkan yang kurang baik 6 orang (30%) dan 3 orang (15%) baik. 3) Pendokumentasian Keperawatan

baik 5% cukup 35% kurang 60%

Gambar 5.7 Diagram Pie Pendokumentasian Keperawatan Responden di ruangan penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya Februari 2003

Dari gambar 5.7

nampak bahwa sebagian besar responden memiliki yakni

kemampuan yang kurang baik dalam pendokumentasian keperawatan

mencapai 12 orang (60%). Sedangkan yang cukup baik 7 orang (35%) dan 1 orang (5%) baik.

53 4) Hubungan Pengetahuan dan Pendokumentasian Keperawatan Tabel 5.8 Tabulasi silang Hubungan Pengetahuan dan Pendokumentasian Keperawatan di ruangan penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya Februari 2003Pendokumentasian Keperawatan Pengetahuan Frekuensi

No1 2 3

Kurang N % 3 9 0 12 15% 45% 0% 60%

Cukup N % 0 4 3 7 0% 20% 15% 35%

Baik N % 0 0 1 1 0% 0% 5% 5%

%3 13 4 30 15% 65% 20% 100 %

Kurang Cukup Baik Jumlah Spearman rho

= 0,002

r = 0,654

Dari hasil penelitian yang didapatkan 3 (15%) orang pengetahuan kurang, dan sebanyak 3 (15%) pendokumentasian keperawatannya kurang. Dari 13 orang (65%) pengetahuan cukup, 9 (45%) diantaranya pendokumentasiannya kurang, dan 4 (20%) cukup. Serta 4 (20%) orang pengatahuan baik, 3 (15%) diantaranya pendokumentasiannya cukup, dan 1 (5%) baik. Lalu dilakukan uji statistik Korelasi Spearman rho untuk mengetahui apakah pengetahuan perawat berhubungan dengan pendokumentasian keperawatan, dengan tingkat penerimaan p < 0,05 . Dan didapat hasil = 0,002 artinya H0 ditolak sehingga kesimpulannya terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan pendokumentasian keperawatan. Sedangkan nilai korelasinya 0,654 yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat sedang dan positif.

54 5) Hubungan Sikap dan Pendokumentasian Keperawatan Tabel 5.9 Tabulasi silang Hubungan Sikap dan Pendokumentasian Keperawatan di ruangan penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya Februari 2003Pendokumentasian Keperawatan Sikap Frekuensi

No1 2 3

Kurang N % 6 6 0 12 30% 30% 0% 60%

Cukup N % 0 5 2 7 0% 25% 10% 35%

Baik N % 0 0 1 1 0% 0% 5% 5%

%6 11 3 30 30% 55% 15% 100 %

Kurang Cukup Baik Jumlah Spearman rho

= 0,001

r = 0,676

Dari hasil penelitian yang didapatkan 6 orang (30%) sikap kurang dan 6 (15%) orang pendokumentasian keperawatannya kurang. Dari 11 (55%) orang sikap cukup, 6 (30%) diantaranya pendokumentasiannya kurang, dan 5 (25%) cukup. Serta 3 (15%) orang pengatahuan baik, 2 (10%) diantaranya pendokumentasiannya cukup, dan 1 (5%) baik. Dari uji statistik Korelasi Spearman rho, dengan tingkat penerimaan p < 0,05, didapat hasil = 0,001

artinya H0 ditolak sehingga kesimpulannya terdapat hubungan yang bermakna antara sikap perawat dengan pendokumentasian keperawatan. Sedangkan nilai korelasinya 0,676 yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat sedang dan positif. 5.2 Pembahasan 5.2.1 Pengetahuan Hasil penelitian yang dilakukan di ruang penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya menunjukkan bahwa pengetahuan perawat dalam merawat pasien dengan masalah penyakit dalam, cukup baik. Dimana jumlah perawat yang memiliki pengetahuan cukup baik mencapai 65% responden.

55 Menurut Notoatmojo (1993 ; 31) pengetahuan dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Proses pembelajaran sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain subyek belajar, pengajar, metode yang digunakan, kurikulum, perpustakaan dan sebagainya. Sehingga bila faktor-faktor tersebut tersedia dengan baik maka proses belajar akan efektif dan hasil yang dicapai akan optimal Di AKPER Hang Tuah Surabaya fasilitas belajar yang tersedia cukup memadai. Diantaranya tenaga staf dosen dengan kualifikasi minimal DIII keperawatan, kurikiulum pendidikan yang mengacu pada kurikulum nasional. Tersedia pula perpustakaan lengkap dengan koleksi buku-bukunya serta laboraturim bahasa. Sehingga dengan sarana yang tersedia tersebut, proses pembelajaran akan efektif. Selain melalui pendidikan formal, pengetahuan seseorang dapat juga dipengaruhi oleh pelatihan-pelatihan atau seminar kesehatan yang pernah ia ikuti. Karena dengan latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas yang terkait dengan kemampuan kognitif dapat mempengaruhi perilaku dan pola pikir yang lebih positif (FKUI, 2000 : 71). Dan pada kenyataannya sebanyak 55% responden tidak pernah mengikuti pelatihan-pelatihan atau seminar keperawatan. 5.2.2 Sikap Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dari kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. Dari penelitian yang dilakukan di ruang penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya menunjukkan bahwa sikap perawat dalam merawat pasien cukup baik (55%). Jadi mayoritas perawat mempunyai sikap yang cukup baik dalam merawat pasien di ruangan penyakit dalam. Sikap perawat yang cukup baik dapat disebabkan karena pengetahuan yang dimiliki oleh perawat cukup baik pula dalam melaksanakan asuhan keperawatan

56 pada klien di ruangan penyakit dalam. Hal ini sesuai dengan pendapat Fishben dan Ajzen (1975) yang dikutip oleh Djamaludin Ancok (1985 ; 1) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang adalah pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Charles Abraham (1997 : 26) sikap itu bersifat sosial dalam arti kita menyesuaikan dengan orang lain dan kelihatannya itu menuntut perilaku kita sehingga bertindak sesuai sikap yang kita ekspresikan. Maksudnya sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungannya, yakni bila lingkungan kerja yang kondusif untuk membentuk sikap yang baik maka sikap yang terbentuk menjadi baik pula. Sikap seseorang dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari. Sehingga sikap dapat berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu, (Heri Purwanto, 1999 : 63). 5.2.3 Pendokumentasian Keperawatan Dari penelitian yang dilakukan di ruang penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya menunjukkan bahwa kemampuan perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan masih kurang, yakni mencapai (60%). Kurangnya kemampuan perawat dalam pendokumentasian proses

keperawatan dapat dilihat pada pengkajian yakni sebagian besar responden kelengkapan data dan perumusan diagnosa keperawatannya masih kurang tepat. Pada perencanaan, penyusunan kriteria hasil dan rencana tindakan keperawatan juga masih kurang tepat. Pada pelaksanaan atau intervensi keperawatan banyak responden yang kurang memperhatikan keadaan lingkungan pasien. Serta interaksi dengan pasien dalam pelaksanaan prosedur tindakan keperawatan juga

57 masih kurang. Sedangkan pada evaluasi, kesesuaian kriteria keberhasilan dan waktu serta pengambilan keputusan oleh responden juga masih kurang tepat. Jadi bila pelaksanaan pendokumentasian keperawatan kurang baik dapat menimbulkan miscomunication kepada teman sejawat atau profesi lain tentang apa yang sedang, telah dan akan dikerjakan oleh perawat, (Nursalam, 2001; 78). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung yaitu tersedianya fasilitas dan adanya faktor pendukung dari pihak lain, (Notoatmodjo, 1993). Tersedianya fasilitas yang menunjang serta adanya kontrol atau supervisi oleh kepala ruangan akan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Namun sebaliknya bila hal tersebut kurang, maka akan berdampak pada kurangnya kualitas pelayanan. 5.2.4 Hubungan Pengetahuan dan Pendokumentasian Keperawatan Dari uji statistik Korelasi Spearman rho dengan tingkat penerimaan = 0,002 artinya H0 ditolak sehingga kesimpulannya

p < 0,05 didapat hasil

terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan pendokumentasian keperawatan. Sedangkan nilai korelasinya 0,654 yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat sedang dan positif. Yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan maka pelaksanaan dokumentasi keperawatan akan lebih baik, demikian pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Foster & Seeker, 2001) bahwa prestasi kerja atau pencapaian kinerja dalam hal ini kemampuan perawat dalam

pendokumentasian keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pengetahuan yang dimilikinya. Dikatakan terbentuknya suatu perilaku baru, dimulai dari domain kognitif atau pengetahuan, (Notoatmodjo, 1993; 93). Pengetahuan yang memadai akan mampu membangkitkan respon seseorang berupa tindakan yang memadai pula.

58 5.2.5 Hubungan Sikap dan Pendokumentasian Keperawatan Dari uji statistik Korelasi Spearman rho dengan tingkat penerimaan = 0,001 artinya H0 ditolak sehingga kesimpulannya bermakna antara sikap perawat dengan

p < 0,05 didapat hasil terdapat hubungan

yang

pendokumentasian keperawatan. Sedangkan nilai korelasinya 0,676 yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat sedang dan positif. Yaitu semakin baik sikap yang dimiliki maka pelaksanaan dokumentasi keperawatan akan lebih baik, demikian pula sebaliknya. Stimulus yang diterima seseorang akan menimbulkan respon bathin berupa sikap terhadap obyek yang diketahui. Kemudian obyek yang telah disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon berupa tindakan, (Notoatmodjo, 1993; 93). Jadi sikap seseorang akan mempengaruhi tindakannya dalam hal ini berupa dokumentasi keperawatan. Namun demikian suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu bentuk tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah ketersedian fasilitas yang menunjang. Menurut Sedarmayanti (2001;71-78), faktor-faktor yang mempengaruhi penampilan kerja atau psikomotor salah satunya adalah sikap. Jadi dalam hal ini jika sikap yang dimiliki perawat positif maka pelaksanaan pendokumentasian keperawatan akan baik juga. Lawrence Green dikutip Notoatmodjo (1993 ;103) menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas dan sebagainya. Seorang perawat mampu melaksanakan pendokumentasian

keperawatan dengan baik jika ditunjang oleh pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas. Namun yang tak kalah penting adalah kontrol atau supervisi dari dari atasan guna menjamin kualitas pelaksanaan dokumentasi keperawatan.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat ditarik beberapa kesimpulan yakni : 1) Pengetahuan perawat dalam merawat pasien di ruang penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya cukup baik (65%). 2) Sikap perawat dalam merawat pasien di ruang penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya cukup baik (55%). 3) Pendokumentasian keperawatan di ruang penyakit dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya masih kurang, yakni mencapai (60%). 4) Ada hubungan pengetahuan perawat dan pendokumentasian keperawatan. Dari uji Spearman rho diperoleh = 0,002 dan r = 0,654 yang artinya

terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan pendokumentasian keperawatan. Sedangkan nilai korelasinya 0,654 yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat sedang dan positif. 5) Terdapat hubungan sikap perawat dan pendokumentasian keperawatan. Dari uji statistik Korelasi Spearman rho, diperoleh hasil = 0,001

sehingga kesimpulannya terdapat hubungan yang bermakna antara sikap perawat dengan pendokumentasian keperawatan. Sedangkan nilai

korelasinya 0,676 yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat sedang dan positif.

59

60 6.2 Saran Setelah dilakukan penelitian dan diperoleh suatu kesimpulan, maka peneliti ingin memberikan beberapa saran yaitu : 1) Bagi instansi Agar lebih memperhatikan penyediaan sarana, pelatihan, pendidikan berkelanjutan dan fungsi supervisi bagi perawat sehingga nantinya

berdampak pada peningkatan kualitas dokumentasi keperawatan. 2) Bagi institusi Perlunya dilakukan evaluasi ulang tentang proses pembelajaran yang selama ini telah berlangsung. Penyediaan kualitas tenaga dosen yang memadai serta fasilitas belajar mengajar perlu untuk ditingkatkan agar menghasilkan lulusan yang berkualitas. 3) Bagi Perawat Agar terus menerus meningkatkan pengetahuan, sikap dan

keterampilannya melalui pelatihan-pelatiahan, seminar dan pendidikan yang berkelanjutan. Dengan ini akan mampu meningkatkan kemampuan perawat dalam pendokumentasian keperawatan.

61

DAFTAR PUSTAKA Abraham C. & Stanley E. (1997), Psikologi Untuk Perawat, Alih Bahasa Sanly L. Jakarta, EGC. Arikunto S. (1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses, Jakarta, Rineka Cipta. Azwar Azrul (1996) Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan. Chitty, Kay Kittrell (1997), Profesional Nursing Concepts and Challenges, WB Saunders Company Depdikbud (1997) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka Depkes RI (2001) Kebijakan Umum Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan, Jakarta, Dirjen Yanmed Depkes RI. Depkes RI (1997) Standar Asuhan Keperawatan, Direktorat RSUP dan Dirjen Yanmed. Depkes RI (1995) Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit , Depkes RI Dirjen Yanmed Direktorat RSU dan Pendidikan DPP PNI (1999) Keperawatan dan Praktek Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI Foster, B & Seeker Kerreen. R (2001) Pembinaan untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan, Jakarta, PPM Gillies Dee Ann, (1994) Pengantar Pendidikan Kesehatan Suatu Pendekatan Sistem, W.B. Saunders Company, Philadelphia. Indrawijaya Adam (2001) Perilaku Organisasi , Bandung, Sinar Baru Algesindo. Mangkunegara AA (2000) Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung, Remaja Rosdakarya

62

Notoatmodjo Soekidjo (1993) Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Yogyakarta, Andi Offset. Notoatmodjo Soekidjo (2002) Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta Nursalam (2001) Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktik, Jakarta, Salemba Medika Nursalam & Siti Pariani (2000) Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta, Sagung Seto PSIK FK UNAIR (2002) Buku Panduan Penyusunan Proposal dan Skripsi, Surabaya, PSIK FK-UNAIR Purwanto, Heri (1995) Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan, Jakarta, EGC Sastroasmoro. S & Ismail. S (1995) Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta, Bina Rupa Aksara Sedarmayanti (2001) Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Bandung, Mandar Maju Sugiyono (1997) Metode Penelitian Administrasi, Bandung, ALFABETA Sugiyono (2000) Statistika Untuk Penelitian, Bandung, ALFABETA ________ (1998) Standard Asuhan Keperawatan Kasus-Kasus Penyakit Dalam, di RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya

64 Lampiran 2 Pernyataan Bersedia Menjadi Responden (Informed Consent)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP PERAWAT DAN PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMKITAL Dr. RAMELAN

Saya Dya Sustrami

Mahasiswa PSIK Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga Surabaya akan mengadakan penelitian dengan judul. Hubungan Pengetahuan, Sikap Perawat Dan Pendokumentasian Keperawatan Di Ruangan Penyakit Dalam RUMKITAL Dr. RAMELAN Penelitian ini nantinya berguna untuk mengidentifikasi hubungan

pengetahuan, sikap dan pendokumentasian keperawatan. Oleh karena itu kesediaan anda sebagai responden sangat kami harapkan. Partisipasi saudara dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan tanpa paksaan. Dan bila saudara berkenan menjadi responden maka silahkan tanda tangan sebagai bukti kesediaan anda.

Tanda Tangan

.

65 Lampiran 3 (Kuisioner) HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP PERA