dya dr leukoma

69
LAPORAN KASUS (CBD) Leukoma Adheren, Katarak Traumatika, Esotropia, Hipermetrop Disusun oleh: Dya Kusumawati 01.210.6136 PEMBIMBING dr. Rosalia Septiana, Sp. M

Upload: desia-laila-dian-s

Post on 13-Dec-2015

92 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

MATA DYA 1

TRANSCRIPT

Page 1: Dya Dr Leukoma

LAPORAN KASUS (CBD)

Leukoma Adheren, Katarak Traumatika, Esotropia, Hipermetrop

Disusun oleh:

Dya Kusumawati

01.210.6136

PEMBIMBING

dr. Rosalia Septiana, Sp. M

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

Page 2: Dya Dr Leukoma

2014

I. Status Penderita

Identitas pasien

Nama : Tn Rn

Jenis kelamin : laki-laki

Umur : 44 tahun

No. Rm : 673524

Alamat : Dorang

Pekerjaan : buruh bangunan

Status perkawinan : Sudah Menikah

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

II. Anamnesis

Autoanamnesis pada tanggal 12 September 2014 di Poli Mata RSUD Kudus

Keluhan Utama:

Mata kiri buram

Riwayat Penyakit Sekarang:

Lokasi: mata kiri

Onset: Keluhan dirasakan sejak ± 2 minggu yang lalu

Kualitas: Pasien mengaku keluhan tersebut menganggu aktivitasnya terutama

saat membaca dekat.

Kuantitas: perlahan-lahan.

Gejala Penyerta : air mata berlebihan (-), kotoran mata berlebihan (-), gatal

pada mata (-), rasa mengganjal (-), sakit kepala (-), mata merah (-), nyeri (-)

Faktor yang memperingan: -

Faktor yang memperberat: -

Kronologi:

Page 3: Dya Dr Leukoma

Pasien datang ke poli klinik mata RSUD Kudus pada tanggal 12 September 2014

dengan keluhan mata kiri buram sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Keluhan

dirasa terutama saat melihat dekat dan membaca. Pasien mengaku tidak ada riwayat

kemasukan debu atau benda asing ke dalam mata atau riwayat trauma pada mata yang

sakit. Pasien tidak mengeluh matanya kemeng, gatal, maupun mata lengket. Pasien

mengaku mata kanan pernah kena paku padatahun 1992 dan langsung dilakukan

operasi di Jakarta pada matanya namun tidak tahu operasinya namanya apa. Pasien

juga mengaku mata kanannya juga buram tidak jelas untuk melihat

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat operasi pada mata(+)

Riwayat Hipertensi (-)

Riwayat DM (+)

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat diabetes melitus (-)

Riwayat Sosial Ekonomi

Biaya pengobatan ditanggung BPJS kesehatan.

Pemeriksaan fisik

Status Generalis

Vital sign

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5OC

Pernafasan : 20 x/menit

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Status Gizi : cukup

Page 4: Dya Dr Leukoma

Status Ophtalmologi

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

½/60 Visus 6/30

Tidak dilakukan Uji Pinhole Tidak dilakukan

Tidak bisa autoref S: + 3,00 C : 0,00 A:0,00

- koreksi Visus jauh S: + 2, 75 6/6

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

eksotropia (+)

Bulbus okuli

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan(-),

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-)

Palpebra

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-)

ektropion (-),

entropion (-)

Sekret (-) Silia Sekret (-)

Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-)

Konjungtiva

Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-)

Putih Sklera Putih

Bulat, edema (-),

keratik presipitat(-),

infiltrat (-), sikatriks (+) ½ dari

Kornea

Bulat, edema (-),

keratik presipitat(-),

infiltrat(-), sikatriks (-)

Page 5: Dya Dr Leukoma

kornea, putih dari jauh sudah

terlihat, berbatas tegas,

Jernih, dangkal,

hipopion (-),

hifema (-),

Camera Oculi

Anterior

(COA)

Jernih, kedalaman cukup,

hipopion (-),

hifema (-),

warna coklat,(+), edema(-),

synekia (+) anterior

Iris warna coklat,(+), edema(-), synekia

(-),

bulat, diameter : ± 3mm, letak

sentral,

refleks pupil langsung (+),

refleks pupil tak langsung (+)

Pupil

bulat, diameter ± 3 mm,

letak sentral,

refleks pupil langsung (+), refleks

pupil tak langsung (+)

Keruh luas Lensa jernih

Tidak dilakukan Vitreus Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Retina

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Proyeksi Sinar

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Persepsi Warna Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Fundus Refleks Tidak dilakukan

Normal TIO digital Normal

Epifora (-), lakrimasi (-) Sistem

Lakrimasi

Epifora (-), lakrimasi (-)

III. RESUME

Subyektif

Pasien datang ke poli klinik mata RSUD Kudus pada tanggal 12 September 2014

dengan keluhan mata kiri buram sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Keluhan

dirasa terutama saat melihat dekat dan membaca. Pasien mengaku tidak ada riwayat

Page 6: Dya Dr Leukoma

kemasukan debu atau benda asing ke dalam mata atau riwayat trauma pada mata yang

sakit. Pasien tidak mengeluh matanya kemeng, gatal, maupun mata lengket. Pasien

mengaku mata kanan pernah kena paku padatahun 1992 dan langsung dilakukan

operasi di Jakarta pada matanya namun tidak tahu operasinya namanya apa. Pasien

juga mengaku mata kirinya juga buram tidak jelas untuk melihat setelah tertusuk paku

Obyektif

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

½/60 Visus 6/30

Tidak bisa autoref S: + 3,00 C : 0,00 A:0,00

- koreksi S: + 2, 75

Keruh luas Lensa jernih

Bulat, edema (-),

keratik presipitat(-),

infiltrat (-), sikatriks (+) ½ dari

kornea, putih dari jauh sudah

terlihat, berbatas tegas,

Kornea

Bulat, edema (-),

keratik presipitat(-),

infiltrat(-), sikatriks (-)

Jernih, Dangkal,

Camera Oculi

Anterior (COA) Jernih, kedalaman cukup

warna coklat,(+), edema(-), synekia

(+) anterior

Iris warna coklat,(+), edema(-), synekia

(-),

V. DIAGNOSA BANDING

1. OD leukoma adheren

OD nebula

OD makula

2. OD katarak traumatic

OD katarak presenilis

OD katarak komplikata

Page 7: Dya Dr Leukoma

3. OD eksotropia

OD esotropia

4. OS hipermetrop

OS myopia

VI. DIAGNOSA KERJA

5. OD leukoma adheren

6. OD katarak traumatik

7. OD eksotropia

8. OS hipermetrop

VII.DASAR DIAGNOSIS

1. OD leukoma adheren

- Pada anamnesis

Riwayat trauma kena paku

tidak jelas penglihatan

- Pada pemeriksaan

o Terihat kornea tampak putih dari kejauhan

o COA dangkal

o Iris sinekia anterior

2. OD katarak traumatic

- Pada anamnesis

Riwayat trauma kena paku

tidak jelas penglihatan

- Pada pemeriksaan

o Lensa keruh luas

o COA dangkal

3. OD esotropia

- Pada pemeriksaan :

Page 8: Dya Dr Leukoma

o Saat penutup mata kiri dibuka gerakan mata kanan dari nasal ke

temporal

4. OS hipermetrop

- Pada anamnesis

Mata kiri mengeluh buram, terumata untuk melihat dekat dan membaca

- Pada pemeriksaan

Visus : 6/30

Autoref : S: + 3,00 C : 0,00 A:0,00

Koreksi : S: + 2, 75

VII. TERAPI

Medikamentosa:

- As Thenof ED s3dd gtt I OS

- Lanavisine 1-0-0

Resep kaca mata:

Visus jauh

OD:-

OS: S+2,75 C: - A:- 6/6

Visus dekat

Add S+ 1,50 ODS J 25

VIII. PROGNOSIS

Okuli dekstra Okuli sinistra

Ad vitam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

Ad sanam Dubia ad malam Dubia ad bonam

Ad kosmetikam Dubia ad malam Dubia ad bonam

Page 9: Dya Dr Leukoma

Ad functionam Dubia ad malam Dubia ad bonam

IX. USUL DAN SARAN

- Konsumsi obat secara teratur

- Lindungi mata dari debu ataupun benda asing

BAB II

Page 10: Dya Dr Leukoma

TINJAUAN PUSTAKA

A.KATARAK TRAUMATIKA

Definisi

Katarak traumatik merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera pada mata yang

dapat merupakan trauma perforasi ataupun tumpul yang terlihat sesudah beberapa hari

ataupun beberapa tahun.Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, atau pun gejala

sisa dari trauma mata.

Etiologi

Peluru senapan angin dan petasan merupakan penyebab katarak traumatik paling sering,

sedangkan batu, panah, kontusio, overexposure panas (glassblower’s cataract), dan radiasi

ion merupakan penyebab katarak traumatik yang jarang.

Insiden

Di Amerika Serikat terjadi kurang lebih sebanyak 2,5 juta trauma mata per tahun.

Diperkirakan sebanyak kurang lebih 4-5% dari jumlah tersebut akan menjadi trauma mata

sekunder. Perbandingan laki-laki dan perempuan yang mengalami katarak traumatik adalah

4:1. Sementara itu, kelompok usia yang paling sering terkena adalah anak-anak dan dewasa

muda. Menurut penelitian yang dilakukan oleh National Eye Trauma System antara tahun

1985-1991, rerata usia penderita katarak traumatik adalah usia 28 tahun dari 648 kasus yang

berhubungan dengan trauma mata.

Patogenesis

1.      Luka memar/tumpul

Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai mata dapat menyebabkan

lensa menjadi opak. Trauma yang disebabkan oleh benturan dengan bola keras adalah salah

satu contohnya. Kadang munculnya katarak dapat tertunda sampai kurun waktu beberapa

tahun. Bila ditemukan katarak unilateral, maka harus dicurigai kemungkinan adanya riwayat

trauma sebelumnya, namun hubungan sebab dan akibat tersebut kadang cukup sulit untuk

dibuktikan dikarenakan tidak adanya tanda-tanda lain yang dapat ditemukan mengenai

adanya trauma sebelumnya tersebut.

Page 11: Dya Dr Leukoma

Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio

lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak

(imprinting) yang disebut cincin Vossius.

Gambar Cincin Vossius11

2.      Luka perforasi

Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk terbentuknya

katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi (contoh : gelas yang pecah) tembus

melalui kornea tanpa mengenai lensa biasanya tidak memberikan dampak pada lensa, dan

bila trauma tidak menimbulkan suatu luka memar yang signifikan maka katarak tidak akan

terbentuk. Hal ini tentunya juga bergantung kepada penatalaksanaan luka kornea yang hati-

hati dan pencegahan terhadap infeksi, akan tetapi trauma-trauma seperti di atas dapat juga

melibatkan kapsul lensa, yang mengakibatkan keluarnya lensa mata ke bilik anterior.

Urutan dari dampak setelah trauma juga bergantung pada usia pasien. Saat kapsul lensa pada

anak ruptur, maka akan diikuti oleh reaksi inflamasi di bilik anterior dan masa lensa biasanya

secara berangsur-angsur akan diserap, jika tidak ditangani dalam waktu kurang lebih 1 bulan.

Namun demikian, pasien tidak dapat melihat dengan jelas karena sebagian besar dari

kemampuan refraktif mata tersebut hilang. Keadaan ini merupakan konsekuensi yang serius

dan kadang membutuhkan penggunaan lensa buatan intraokular. Bila ruptur lensa terjadi pada

dewasa, juga diikuti dengan reksi inflamasi seperti halnya pada anak namun tendensi untuk

fibrosis jauh lebih tinggi, dan jaringan fribrosis opak yang terbentuk tersebut dapat bertahan

dan menghalangi pupil.

Page 12: Dya Dr Leukoma

Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup

dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma

tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai

dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata.

Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang akan difagosit makrofag

dengan cepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakoanalitik. Lensa dengan

kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan mengakibatkan

terbentuknya cincin Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara

Elschnig.

Gambar Cincin Soemring12

Gambar Mutiara Elschnig13

3.     Radiasi sinar

Page 13: Dya Dr Leukoma

Sinar yang terlihat cenderung tidak menyebabkan timbulnya katarak. Ultraviolet juga

mungkin tidak menyebabkan katarak karena sinar dengan gelombang pendek tidak dapat

melewati atmosfir. Sinar gelombang pendek (tidak terlihat) ini dapat menyebabkan luka

bakar kornea superfisial yang dramatis, yang biasanya sembuh dalam 48 jam. Cedera ini

ditandai dengan “snow blindness” dan “welder’ flash”.

Sinar infra merah yang berkepanjagan (prolong), juga dapat menjadi penyebab katarak, ini

dapat ditemui pada pekerja bahan-bahan kaca dan pekerja baja. Namun penggunaan kacamata

pelindung dapat setidaknya mengeliminasi sinar X ini dan sinar gamma yang juga dapat

mengakibatkan katarak.

Katarak traumatik disebabkan oleh radiasi ini dapat ditemukan pada pasien-pasien yang

mendapat radioterapi (seluruh tubuh) leukemia, namun resiko terjadinya hanya apabila terapi

menggunakan sinar X.

Seringnya, manifestasi awal dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan berbentuk roset

(rosette cataract), biasanya pada daerah aksial yang melibatkan kapsul posterior lensa. Pada

beberapa kasus, trauma tumpul dapat berakibat dislokasi dan pembentukan katarak pada

lensa. Katarak traumatik ringan dapat membaik dengan sendirinya (namun jarang

ditemukan).

4.      Kimia

Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain menyebabkan

kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen basa yang masuk mengenai mata

menyebabkan peningkatan pH cairan akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal

ini dapat terjadi secara akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan

oleh zat asam, namun karena trauma asam sukar masuk ke bagian dalam mata dibandingkan

basa maka jarang menyebabkan katarak.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien. Pada anamnesis

diperoleh sebagai berikut:10

1.      Riwayat dan mekanisme trauma, apakah tajam atau tumpul

2.      Riwayat keadaan mata sebelumnya, apakah ada riwayat operasi, glakoma, , retinal

Page 14: Dya Dr Leukoma

detachment, penyakit mata karena gangguan metabolik.

3.      Riwayat penyakit lain, seperti diabetes, sickle cell, sindroma marfan, homosistinuria,

defisiensi sulfat oksidase.

4.      Keluhan mengenai penglihatan, seperti penurunan visus, pandangan ganda pada satu mata

atau kedua mata, dan nyeri pada mata.

Sementara itu, pada pemeriksaan fisik diperoleh sebagai berikut:

1.      Visus, lapangan pandang, dan pupil

2.      Kerusakan ekstraokular - fraktur tulang orbita, gangguan saraf traumatik.

3.      Tekanan intraokular - glaukoma sekunder, perdarahan retrobulbar.

4.      Bilik anterior - hifema, iritis, iridodonesis, robekan sudut.

5.      Lensa - subluksasi, dislokasi, integritas kapsular (anterior dan posterior), katarak (luas dan

tipe).

6.      Vitreus - ada atau tidaknya perdarahan dan perlepasan vitreus posterior.

7.      Fundus - Retinal detachment, ruptur khoroid, perdarahan pre intra dan sub retina, kondisi

saraf optik.

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

1.      B-scan - jika pole posterior tidak dapat terlihat.

2.      A-scan - sebelum ekstraksi katarak

3.      CT scan orbita - adanya fraktur, benda asing, atau kelainan lain.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan katarak traumatik tergantung kepada saat terjadinya. Bila terjadi pada anak

sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah

ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intra okular primer atau sekunder. Apabila tidak

terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit

seperti glaukoma, uveitis, dan lain sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa.

Penyulit uvetis dan glaukoma sering dijumpai pada orang usia tua. Pada beberapa pasien

dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi tajam penglihatan.

Keadaan ini dapat disertai perdarahan, ablasi retina, uveitis, atau salah letak lensa.

Harus diberikan antibiotik sistemik dan topikal serta kortikosteroid topikal dalam beberapa

hari untuk memperkecil kemungkinan infeksi dan uveitis. Atropin sulfat 1%, 1 tetes 3 kali

Page 15: Dya Dr Leukoma

sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan untuk mencegah pembentukan

sinekia posterior.

Katarak dapat dikeluarkan pada saat pengeluaran benda asing atau setelah peradangan

mereda. Apabila terjadi glaukoma selama periode menuggu, bedah katarak jangan ditunda

walaupun masih terdapat peradangan. Untuk mengeluarkan katarak traumatik, biasanya

digunakan teknik-teknik yang sama dengan yang digunakan untuk mengeluarkan katarak

kongenital, terutama pada pasien berusia kurang dari 30 tahun.

Merencanakan pendekatan pembedahan sepenuhnya penting pada kasus-kasus katarak

traumatik. Integritas kapsular preoperatif dan stabilitas zonular harus diketahui/ diprediksi.

Pada kasus dislokasi posterior tanpa glaukoma, inflamasi, atau hambatan visual, pembedahan

mungkin tidak diperlukan. Indikasi untuk penatalaksanaan pembedahan pada kasus-kasus

katarak traumatik adalah sebagai berikut:

1.      Penurunan visus yang berat (unacceptable)

2.      Hambatan penglihatan karena proses patologis pada bagian posterior.

3.      Inflamasi yang diinduksi lensa atau terjadinya glaukoma.

4.      Ruptur kapsul dengan edema lensa.

5.      Keadaan patologis okular lain yang disebabkan trauma dan membutuhkan tindakan bedah.

Fakoemulsifikasi standar dapat dilakukan bila kapsul lensa intak dan dukungan zonular yang

cukup. Ekstraksi katarak intrakapsular diperlukan pada kasus-kasus dislokasi anterior atau

instabilitas zonular yang ekstrim. Dislokasi anterior lense ke bilik anterior merupakan

keadaan emergensi yang harus segera dilakukan tindakan (removal), karena dapat

mengakibatkan terjadinya pupillary block glaucoma. Lesentomi dan vitrektomi pars plana

dapat menjadi pilihan terbaik pada kasus-kasus ruptur kapsul posterior, dislokasi posterior,

atau instabilitas zonular yang ekstrim.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

1.      Dislokasi lensa dan subluksasi sering ditemukan bersamaan dengan katarak traumatik.

2.      Komplikasi lain yang dapat berhubungan, seperti phakolitik, phakomorpik, blok pupil,

glaukoma sudut tertutup, uveitis, retinal detachment, ruptur koroid, hipema, perdarahan

retrobulbar, neurophati optik traumatik.

Page 16: Dya Dr Leukoma

Prognosis

Prognosis sangat bergantung kepada luasnya trauma yang terjadi pada saat terjadinya trauma

dan kerusakan yang terjadi akibat trauma.

B. LEUKOMA ADHEREN

I. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal

sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung

melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata

mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar

11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-

beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan

Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan

kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan

refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea

juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan

melihat halo.1

Gambar 1. Anatomi Kornea

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

1. Lapisan epitel

Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling

tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

Page 17: Dya Dr Leukoma

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan

menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal

berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya

melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,

elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila

terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman

Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang

tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Jaringan Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan

yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian

perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen

memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit

merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat

kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen

dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea

dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40

µm.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.

Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula

okluden.

Page 18: Dya Dr Leukoma

Gambar 2. Corneal Cross Section

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar

longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke

dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung

Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi

saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.4

Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus,

humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian

besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,

avaskularitasnya dan deturgensinya.

II. DEFINISI

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan

kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan

diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.

III. PATOFISIOLOGI

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam

perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya

tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior

dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu

pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di

kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di

daerah pupil. 5

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera

datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan

kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja

sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat

Page 19: Dya Dr Leukoma

dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel

mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya

infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan

permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik

superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga

diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan

menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat

menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan

fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel

leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu

melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat

sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran

Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan

menyebabkan terjadinya sikatrik.

IV. ETIOLOGI

a. Infeksi

Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella

merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala

klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang

bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.

Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,

Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.

Infeksi virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas

dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah

akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila

mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster,

variola, vacinia (jarang).

Acanthamoeba

Page 20: Dya Dr Leukoma

Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang

tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh

acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa

kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi

juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air

atau tanah yang tercemar.

b. Noninfeksi

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.

Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan

organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi

pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi

maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial

saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang

mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi

penghancuran kolagen kornea.

Radiasi atau suhu

Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan

merusak epitel kornea.

Sindrom Sjorgen

Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang

merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur

film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau

kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea.

Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada

epitel kornea terpulas dengan flurosein.

Defisiensi vitamin A

Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A

dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun

pemanfaatan oleh tubuh.

Obat-obatan

Page 21: Dya Dr Leukoma

Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid,

IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.

Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

Pajanan (exposure)

Neurotropik

c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)

Granulomatosa wagener

Rheumathoid arthritis

V. KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:

1. Ulkus kornea sentral

a. Ulkus kornea bakterialis

b. Ulkus kornea fungi

c. Ulkus kornea virus

d. Ulkus kornea acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifer

a. Ulkus marginal

b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

c. Ulkus cincin (ring ulcer)

Ulkus Kornea Sentral

a. Ulkus Kornea Bakterialis

Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah

kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi

ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea,

karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan

disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara

Page 22: Dya Dr Leukoma

adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.

Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.

Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus

sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat

mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna

abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus

ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.

Gambar 3.a Ulkus Kornea Bakterialis Gambar 3.b Ulkus Kornea Pseudomonas

Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam.

Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran

karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan

berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang

menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion

yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila

ditemukan dakriosistitis.

b.. Ulkus Kornea Fungi

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu

sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.

Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering.

Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang

baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-

satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri.

Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi

neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.

Page 23: Dya Dr Leukoma

Gambar 4. Ulkus Kornea Fungi

c. Ulkus Kornea Virus

Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan

perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata

ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat

terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya

berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor

dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat

pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.

Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes

simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi

siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul

dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal

kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes

simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya

Gambar 5.a Ulkus Kornea Dendritik Gambar 5.b Ulkus Kornea Herpetik

d. Ulkus Kornea Acanthamoeba

Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan

fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat

perineural.

Page 24: Dya Dr Leukoma

Gambar 6. Ulkus Kornea Acanthamoeba

Ulkus Kornea Perifer

a. Ulkus Marginal

Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus

superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau alergi

dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain.

Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita

leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.

Gambar 7. Ulkus Marginal

b. Ulkus Mooren

Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus

mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui.

Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus,

alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang

seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang

sentral.

Gambar 8. Mooren's Ulcer

c. Ring Ulcer

Page 25: Dya Dr Leukoma

Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk

melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul

perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring

ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral.

Perjalanan penyakitnya menahun.

VI. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :

Gejala Subjektif

Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva

Sekret mukopurulen

Merasa ada benda asing di mata

Pandangan kabur

Mata berair

Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus

Silau

Nyeri

Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer

kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.

Gejala Objektif

Injeksi siliar

Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat

Hipopion

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis

pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma,

benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis

akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat

pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi

penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi

Page 26: Dya Dr Leukoma

imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi

imunosupresi khusus.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea

edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang

disertai dengan hipopion.

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :

Ketajaman penglihatan

Tes refraksi

Tes air mata

Pemeriksaan slit-lamp

Keratometri (pengukuran kornea)

Respon reflek pupil

Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

Gambar 12. Kornea ulcer dengan fluoresensi

Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)

Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari

dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau

Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan

periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar

ekstrak maltosa.

Gambar 9. Pewarnaan gram ulkus kornea fungi

Page 27: Dya Dr Leukoma

Gambar 10 a.Pewarnaan gram ulkus kornea Gambar 10 b.Pewarnaan gram

ulkus kornea

herpes simplex herpes zoster

Gambar 11. a Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri Gambar 11. b Pewarnaan gram

ulkus kornea

VIII. PENATALAKSANAAN

Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata

agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea

tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus,

anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat

bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat

dan perlunya obat sistemik.

a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah

1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya

2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang

3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan

mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih

4. Berikan analgetik jika nyeri

b. Penatalaksanaan medis

Page 28: Dya Dr Leukoma

1. Pengobatan konstitusi

Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang

kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang

bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang

mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang

disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat

diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang disuntikkan intravena dan

hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan

sampai melebihi 39,5°C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya

antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.

2. Pengobatan lokal

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea

sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis,

dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok,

gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.

Infeksi pada mata harus diberikan :

Sulfas atropine sebagai salap atau larutan,

Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.

Efek kerja sulfas atropine :

- Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

- Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.

Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi

sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor

pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat

dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru

Skopolamin sebagai midriatika.

Analgetik.

Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau

tetrakain tetapi jangan sering-sering.

Page 29: Dya Dr Leukoma

Antibiotik

Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum

luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan

ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat

penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.

Anti jamur

Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat

komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi

:

1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B

1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan

Imidazole

2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol

3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol

4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti

biotik

Anti Viral

Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal

untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi

sekunder analgetik bila terdapat indikasi.

Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA, interferon

inducer.

Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat

menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap

perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih

tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.

Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :

1. Kauterisasi

a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat

Page 30: Dya Dr Leukoma

b) Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore. Dengan

instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada

pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.

2. Pengerokan epitel yang sakit

Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan

perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak

mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap

konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik

menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk

mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan

kembali.

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas

atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-

gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat

dilakukan:

Iridektomi dari iris yang prolaps

Iris reposisi

Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva

Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat

Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati

seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi

leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.

Gambar 7.Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat pada

kornea ditepi perforasi.

3. Keratoplasti

Page 31: Dya Dr Leukoma

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil.

Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea

yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :

1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita

2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Gambar 14. Keratoplasti

IX. PENCEGAHAN 7

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli

mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat

mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.

- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata

- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup

sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah

- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat

lensa tersebut.

X. KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis

Prolaps iris

Sikatrik kornea

Katarak

Glaukoma sekunder

Page 32: Dya Dr Leukoma

XI.PROGNOSIS 3,8

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya

mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi

yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena

jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya

mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.

Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal

ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka

dapat menimbulkan resistensi.

Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan

pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi

sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah

dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode

yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan

fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.

XII. Ulkus kornea tanpa penyembuhan sebagai akibat diabetes melitus8

Metabolisme glukosa terganggu biasanya menghasilkan microangiopathy lokal yang

mempengaruhi terutama pembuluh darah retina dan yang menghasilkan lesi klasik di fundus

dengan microaneurysms, perdarahan intraretinal, eksudasi, dan pembentukan pembuluh darah

baru.

Kombinasi mengkontrol kadar glikemik yang baik dan kunjungan rutin ke klinik mata

dapat sering memperlambat atau menghentikan perkembangan penyakit. Keratopathy

diabetes merupakan komplikasi yang jarang dari kondisi tersebut. Dalam pengaturan ini,

gangguan penyembuhan epitel dianggap sebagai konsekuensi dari ketidaknormalan jalur

aldosa reduktase dan akumulasi sekunder poliol dalam sel-sel epitel dan endotel dan sehingga

mengakibatkan disfungsi seluler.

Hal ini menghasilkan respon penyembuhan yang tertunda dan hilangnya adhesi epitel

ke membran basal, meningkatkan risiko erosi kornea berulang. Trauma ringan dan

manipulasi okular dengan lensa kontak juga dapat menghasilkan kerusakan kronis yang tidak

dapat disembuhan.

Page 33: Dya Dr Leukoma

Pasien ini tidak memiliki riwayat trauma atau penggunaan lensa kontak. Fitur okular

lain yang merupakan manifestasi dari diabetes mellitus yaitu berkurangnya sensasi kornea

dan produksi air mata dan penebalan membran basement.

Hal ini penting ketika mempertimbangkan diagnosis diabetes keratopathy untuk

menyingkirkan penyebab yang dapat diobati lainnya untuk defek yang tidak dapat dipulihkan,

seperti distrofi membran basal anterior dan sindrom erosi berulang. Pilihan pengobatan pada

kasus dari ulserasi persisten yaitu penggunaan pelumasan yang sering, tetes topikal.

Kondisi lain yang menyebabkan penyembuhan epitel tertunda perlu diidentifikasi dan

diobati dengan sesuai. keberadaan keratopathy neurotropik perlu dihilangkan dengan

penilaian hati-hati terhadap sensasi kornea. Penyakit mata kering juga dapat menunda

penyembuhan dan dapat diidentifikasi dengan pewarnaan rosebengal pada kornea dan

konjungtiva dan penggunaan uji Schirmer.

Lagophthalmos Nocturnal perlu dikelola dengan bantalan nokturnal yang tepat dan

pelumasan. Penelitian terhadap hewan menunjukkan bahwa antagonis opioid naltrexone dan

insulin digunakan secara topikal dapat memfasilitasi penyembuhan diabetes pada tikus

dengan meningkatkan sintesis DNA dan reepithelialization melalui perubahan dalam faktor

pertumbuhan opioid local.

Di masa depan, agen ini mungkin disetujui untuk digunakan dalam pengobatan

diabetes keratopathy. Empat hari setelah pengobatan insulin, ulkus pada pasien ini sudah

sembuh dan pasien bisa keluar dari rumah sakit dan tindak lanjut / follow up diatur pada

klinik diabetes setempat. Diagnosis diabetes mellitus tersebut ditegakkan secara kebetulan.

Hal ini dikarenakan pasien ini tidak mengeluhkan tanda kardinal dari diabetes melitus seperti

penurunan berat badan, poliuria, polidipsia atau untuk menegakkan diagnosis diabetes, dan

satu-satunya keluhan adalah riwayat singkat sakit kepala saat berada di rumah sakit. Kadar

glukosa darah diperiksa sebagai bagian dari pemeriksaan rutin dan terdeteksinya peningkatan

kadar glukosa. Meskipun ulkus kornea menunjukkan tanda-tanda awal penyembuhan, namun

ulkus sembuh sepenuhnya setelah kadar gula darah mulai normal.

Simpulan, Keratopathy diabetik merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada

diabetes mellitus dan harus dianggap sebagai diagnosis pada pasien muda dengan ulkus

kornea tanpa penyembuhan. Kadar gula darah harus diperiksa pada diabetes mellitus tak

terdiagnosis, Ulkus kornea pada diabetes melitus dapat terjadi perbaikan setelah di kotrol

gula darah pasien Keratopati diabetes dengan menggunakan preparat insulin.

Page 34: Dya Dr Leukoma

Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan pertahanan pada waktu peradangan tak dapat segera datang seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.

Kekeruhan pada kornea

1. Infiltrat

Dengan adanya defek atau trauma pada kornea, maka badan kornea, wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada stroma kornea segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi di perikornea. Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas tak jelas dan permukaan tidak licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel, infiltrasi, peradangan dan terjadilah ulkus kornea.Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Ulkus bisa dalam keadaan steril (tidak terinfeksi mikroorganisme) ataupun terinfeksi. Ulkus terbentuk oleh karena adanya infiltrat yaitu proses respon imun yang menyebabkan akumulasi sel-sel atau cairan di bagian kornea.

infiltrat kornea Ulkus kornea cum hipopion Ulkus kornea perforasi

2. Sikatrik

Ada 3 macam :

Nebula :

Page 35: Dya Dr Leukoma

Penyembuhan akibat keratitis superfisialis. Kerusakan kornea pada

membrana Bowman sampai 1/3 stroma

Pada pemeriksaan terlihat seperti kabut di kornea, hanya dapat dilihat di

kamar gelap dengan focal ilumination dan bantuan kaca pembesar

Makula :

Penyembuhan akibat ulkus kornea. Kerusakan kornea pada 1/3 stroma

sampai 2/3 ketebalan stroma

Pada pemeriksaan terlihat putih di kornea, dapat dilihat di kamar terang

dengan focal ilumination / batere tanpa bantuan kaca pembesar

Lekoma :

Leukoma yaitu bercak putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh, yang merupakan jaringan sikatrik setelah penyembuhan proses radang pada kornea yang lebih dalam.

Penyembuhan akibat ulkus kornea

Kerusakan kornea lebih dari 2/3 ketebalan stroma.

Kornea tampak putih, dari jauh sudah kelihatan.

Apabila ulkus kornea sampai tembus ke endotel, akan terjadi perforasi,

dengan tanda iris prolaps, COA dangkal, TIO menurun. Sembuh

menjadi lekoma adheren (lekoma disertai sinekhia anterior

Nebula Makula Lekoma

3. Pembuluh darah baru dikornea disebut pannus yang disebabkan oleh radang

kronis di kornea dan dan kornea berusaha menyembuhkannya sendri.

C. HYPERMETROP

a. Hiperopia/Hipermetropia

Page 36: Dya Dr Leukoma

DefinisiKeadaan gangguan kekuatan pembiasaan mata dimana sinar sejajar jauh tidak

cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan di belakang makula lutea.

Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya panjang sumbu (hiperopia aksial), seperti yang terjadi paa kelainan kongenital tertenttu atau menurunnya indeks refraksi (hiperopia refraktif) seperti pada afakia.KlasifikasiHipermetropia dikenal dalam bentuk :- Hipermetropia manifes : dapat dikoreksi dengan kaca mata positif maksimal yang

memberikan tajam penglihatan normal.

- Hipermetropia absolut : kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan

memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh

- Hipermetropia fakultatif : kelainan hipermetropia dapat diimbangi akomodasi ataupun

dengan kacamata positif

- Hipermetropia laten : kelainan hipermetropia tanpa siklopegia (obat yang

melemahkan akomodasi)

- Hipermetropia total : hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan

sikloplegia

Gejala dan tanda- Mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus berakomodasi

- Penglihatan dekat dan jauh kabur

- Sakit kepala

- Silau dan kadang rasa juling atau lihat ganda

Hipermetropia sukar melihat dekat dan tidak sukar melihat jauh. Melihat dekat akan lebih kabur dibandingkan dengan melihat sedikit lebih dijauhkan. Biasanya pada usia muda tidak banyak menimbulkan masalah karena dapat diimbangi dengan melakukan akomodasi.

Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 dioptri maka tajam penglihatan jauh akan terganggu. Sesungguhnya sewaktu kecil atau baru lahir mata lebih kecil dan hipermetropia. Dengan bertambahnya usia maka kemampuan berakomodasi untuk mengatasi hipermetropia ringa berkurang. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 dengan usia muda atau 20 tahun masih dapat melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata dengan tidak mendapatkan kesukaran. Pada usia lanjut dengan hipermetropia, terjadi pengurangan kemampuan untuk berakomodasi pada saat melihat dekat ataupun jauh.

Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus-menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama

Page 37: Dya Dr Leukoma

melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau juling ke dalam.

Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang telah lanjut, akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca.

Keluhan mata yang harus berakomodasi terus untuk dapat melihat jelas adalah :

Mata lelah

Sakit kepala

Penglihatan kabur melihat dekat

Pada usia lanjut seluruh titik fokus akan berada di belakang retina karena berkurangnya daya

akomodasi mata dan penglihatan akan berkurang.

Pemeriksaan

Tujuan

Pemeriksaan bertujuan mengetahui derajat lensa positif yang diperlukan untuk memperbakir

tajam penglihatan sehingga tajam penglihatan menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan

yang terbaik.

Dasar

Mata hipermetropia mempunyai kekuatan lensa positif kurang sehingga sinar sejajar tanpa

akomodasi di fokus di belakang retina. Lensa positif menggeser bayangan benda ke depan

sehingga pada mata hipermetropia lensa positif dapat diatur derajat kekuatannya untuk

mendapatkan bayangan jatuh tepat pada retina.

Alat

1. Kartu Snellen

2. Gagang lensa coba

3. Satu set lensa coba

Teknik

Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.

Pada mata dipasang gagang lensa coba.

Page 38: Dya Dr Leukoma

Satu mata ditutup, biasanya mata kiri ditutup terlebih dahulu untuk memeriksa mata

kanan.

Pasien diminta membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar (teratas) dan diteruskan

pada baris bawahnya sampai pada huruf terkecil yang masih dapat dibaca

Lensa positif terkecil ditambah pada mata yang diperiksa dan bila tampak lebih jelas

oleh pasien lensa positif tersebut ditambah kekuatannya perlahan-lahan dan diminta

membaca huruf-huruf pada baris lebih bawah.

Ditambah kekuatan lensa sampai terbaca huruf-huruf pada baris 6/6.

Ditambah lensa positif + 0.25 lagi dan ditanyakan apakah masih dapat melihat huruf-

huruf di atas.

Mata yang lain dilakukan dengan cara yang sama.

Nilai

Bila dengan S + 2.00 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S + 2.25 tajam

penglihatan 6/6 sedang.

Dengan S + 2.50 tajam penglihatan 6/6-2 maka pada keadaan ini derajat hipermetropia

yang diperiksa S + 2.25 dan kaca mata dengan ukuran ini diberikan pada pasien.

Pada pasien hipermetropia selamanya diberikan lensa sferis positif terbesar yang

memberikan tajam penglihatan terbaik.

PenangananDiberikan koreksi hipermetropia manifes dimana tanpa sikloplegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberikan tajaman penglihatan normal.

Page 39: Dya Dr Leukoma

Untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah dengan mengubah sIstem pembiasan dalam

mata. Pada hipermetropia, mata tidak mampu mematahkan sinar terutama untuk melihat

dekat. Mata dengan hipermetropia memerlukan lensa cembung atau konveks untuk

mematah sinar lebih kuat ke dalam mata. Pengobatan hipermetropia adalah diberikan

koreksi hipermetropia manifest dimana tanpa sikloplegia didapatkan ukuran lensa positif

maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal (6/6).

Bila terdapat juling ke dalam atau esotropia, diberikan kaca mata koreksi hipermetropia

total. Bila terdapat tanda atau bakat juling keluar (eksoforia) maka diberikan kaca mata

koreksi positif kurang. Bila terlihat tanda ambliopia diberikan koreksi hipermetropia total.

Mata ambliopia tidak terdapat daya akomodasi.

Koreksi lensa positif kurang berguna untuk mengurangkan berat kaca mata dan penyesuaian

kaca mata. Biasanya resep kaca mata dikurangkan 1-2 dioptri kurang daripada ukuran yang

didapatkan dengan pemberian sikloplegik.

Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata sferis positif terkuat atau

lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal. Bila pasien

dengan + 3.0 ataupun dengan + 3.25 memberikan ketajaman penglihatan 6/6, maka

diberikan kaca mata + 3.25. Hal ini untuk memberikan istirahat pada mata akibat

hipermetropia fakultatifnya diistirahatkan dengan kaca mata (+).

Page 40: Dya Dr Leukoma

Pada pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak, maka sebaiknya

pemeriksaan dilakukan dengan memberikan sikloplegik atau melumpuhkan otot akomodasi.

Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan mendapatkan koreksi kaca

matanya dengan mata yang istirahat.

Pada pasien diberikan kaca mata sferis positif terkuat yang memberikan penglihatan

maksimal.

komplikasi

Mata dengan hipermetropia sering akan memperlihatkan ambliopia akibat mata tanpa

akomodasi tidak pernah melihat obyek dengan baik dan jelas. Bila terdapat perbedaan

kekuatan hipermetropia antara kedua mata, maka akan terjadi ambliopia pada salah satu mata.

Mata ambliopia sering menggulir ke arah temporal.

Penyulit lain yang dapat terjadi pada pasien dengan hipermetropia adalah esotropia

dan glaukoma. Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan

akomodasi. Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang

akan mempersempit sudut bilik mata.

D. ESOTROPIA

PengertianStrabismus atau mata juling atau dalam bahasa Pemalang adalah mata kedeng atau keceng

adalah suatu kondisi dimana kedua matatampak tidak searah atau memandang pada dua titik

yang berbeda.

Dalam keadaan normal, kedua mata kita bekerja sama dalam memandang suatu obyek. Otak

akan memadukan kedua gambar yang dilihat oleh kedua mata tersebut menjadi satu

gambaran tiga dimensi yang memberikan persepsi jarak, ukuran dan kedalaman (depth

perception).

Ada beberapa jenis strabismus yang bisa kita amati langsung dengan meminta pasien

memandang lurus ke depan.

  Ketika satu mata memandanglurus ke depan maka mata sebelahnya dapat saja memandang ke dalam(esotropia),

  Ketika satu mata memandang lurus ke depan maka mata sebelahnya dapat saja memandangke luar(exotropia),

Page 41: Dya Dr Leukoma

  Ketika satu mata memandang lurus ke depan maka mata sebelahnya dapat saja memandangke

bawah(hipotropia), atau

  Ketika satu mata memandang lurus ke depan maka mata sebelahnya dapat saja memandangke atas(hipertropia).

Ini terjadi sekitar 2% pada anak-anak baik laki-lakimaupun perempuan.

Ketika kedua mata memandang tidak searah maka akan ada duagambar yang dikirim ke otak.

Pada orang dewasa hal ini menyebabkantimbulnya penglihatan ganda. Pada anak kecil, otak

belajar untuk tidakmenghiraukan gambaran dari mata yang tidak searah dan hanyamelihat

dengan menggunakan mata yang normal. Anak kemudiankehilangan persepsi jarak, ukuran

dan kedalaman.

Bayi dengan strabismus yang berusia enam bulan atau lebih harusdibawa ke dokter spesialis

mata anak-anak/pediatrik untuk menghindari resiko terjadinya ambliopia (menurunnya fungsi

penglihatan pada satu atau kedua mata).

Keadaan ini bisa menetap (selalu tampak) atau dapat pula hilang timbul. Mata yang tampak

juling dapat terlihat lurus dan yang tadinya tampak lurus dapat terlihat juling. Juling dapat

mengenai pria dan wanita.

Jenis-jenis Strabimus

A. Esotropia

Esotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimna salah satu sumbu

penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada

bidang horizontal ke arah medial.

Bentuk-bentuk esotropia:

  Esotropia konkomitan, yaitu bila sudut penyimpangan sama besarnya pada semua arah pandangan.

  Esotropia nonkomitan, yaitu bila besarnya sudut penyimpangan berbeda-beda pada arah pandangan yang

berbeda-beda pula.

Penyebab eotropia:

  Faktor refleks dekat

  Hipertoni rektus medius kongenital

  Hipotoni rektus lateral akuisita

  Penurunan fungsi penglihatan satu mata pada bayi dan anak.

B.     Exotropia (Eksotropia)

Eksotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu

sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya

menyimpang pada bidang horizontal ke arah lateral.

Bentuk-bentuk eksotropia:

Page 42: Dya Dr Leukoma

  Eksotropia konkomitan: yaitu bila sudut penyimpangan sama besarnya pada semua arah pandangan

  Eksotropia nonkomitan: yaitu bila besarnya sudut penyimpangan berbeda-beda pada arah pandangan yang

berbeda-beda.

Untuk selanjutnya yang dimaksud dengan eksotropia adalah hanya yang konkomitan.

Penyebab-penyebab eksotropia:

  Herediter, unsur herediter sangat besar, yaitu trait autosomal dominant

  Optis, tak ada hubungan dengan kelainan terhadap kehilangn penglihatan binokuler

  Inervasi, tetapi tidak terdapat abnormalitas yang berarti dalam bidang sensorimotor

  Anatomi, kelainan untuk rongga orbita misalnya pada penyakit Crouzon.

C.    Hipotropia

Hipotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu

sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya

menyimpang pada bidang vertikal ke arah inferior (bawah).

D.    Hipertropia

Hipertropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu

sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya

menyimpang pada bidang vertikal ke arah superior (atas).

Etiologi

Strabismus dapat disebabkan oleh ketidak-seimbangan tarikan ototyang mengendalikan

pergerakan mata, kelumpuhan otot, gangguan persyarafan atau kelainan refraksi yang tidak

dikoreksi. Anak-anak yang dilahirkan dari keluarga yang mempunyai riwayatstrabismus

dalam keluarganya beresiko tinggi menderita strabismus juga.

Seorang dokter spesialis mata anak/pediatrik dapat menentukan sifat strabismus tersebut dan

dapat merekomendasikan penanganan yang terbaik.

Tanda

Sebuah tanda nyata adanya strabismus adalah sebelah mata tidak lurusatau tidak terlihat

memandang ke arah yang sama seperti mata sebelahnya. Kadang-kadang anak-anak akan

memicingkan/menutupsebelah matanya saat terkena sinar matahari yang terang atau

memiringkankepala mereka agar dapat menggunakan kedua matanya sekaligus.Anak-anak

yang menderita strabismus sejak lahir atau segera sesudahnya,tidak banyak mengeluhkan

adanya pandangan ganda. Tetapi anak-anakyang mengeluhkan adanya pandangan ganda

harus diperiksadokter spesialis mata anak dengan seksama. Semua anak seharusnya diperiksa

oleh dokter spesialis mata anak sejak dini terutama bila dalamkeluarganya ada yang

menderita strabismus atau ambliopia.

Page 43: Dya Dr Leukoma

Bayi dan anak kecil seringkali terlihat juling. Hal ini dapat disebabkan oleh bentuk hidung

yang lebar dan rata dengan lipatan kulit kelopak mata yang lebar sehingga membuat mata

seakan terlihat tidak searah.Gejala strabismus semu ini akan hilang pada aat anak semakin

besar.

Seorang dokter spesialis mata anak dapat menjelaskan perbedaanstrabismus semu dan

strabismus yang sebenarnya.

Patofisiologi

Gangguan tersebut dapat dibedakan dalam gangguan yang bersifat organik dan bersifat

fungsional.

Gangguan organik adalah timbulnya kelainan susunan jaringan yang mengakibatkan

gangguan penglihatan, sedangkan gangguan fungsional penglihatan adalah gangguan dalam

penglihatan yang tidak disebabkan karena kelainaan organik.

Gangguan fungsional yang timbul dalam masa perkembangan disebut sebagai Developmental

Arrest dapat timbul karena hal-hal di bawah ini :

A.    Anisometropia

Apabila seseorang berbeda derajat hipermetropinya sebanyak dua dioptri atau lebih, maka

secara sadar atau tidak ia akan memakai mata dengan derajat hipermetropia yang lebih ringan

untuk penglihatan jauh maupun dekat, karena jumlah enersi untuk akomodasi yang

diperlukan untuk melihat jelas adalah lebih ringan. Denga jumlah akomodasi ini mata dengan

hipermetropi yang lebih berat tidak pernah melihat dengan jelas, baik untuk penglihatan

dekat maupun jauh. Bila keadaan ini terjadi secara dini dalam masa perkembangan

penglihatan dan di biarkan sampai anak berumu lebih dari lima tahun maka kemajuan melihat

dari mata dengan hipermetropia yang lebih tidaklah sebaik di banding mata lainnya.

Kelemahan penglihatan yang tidak di dasarkan pada adanya kelainan organik disebut

ambilopia.

Perbedaan kekuatan miopia antara mata satu dan lainnya pada umumnya tidak

mengakibatkan timbulnya ambliopia yang mencolok, disebabkan oleh kerena mata dengan

miopia yang lebih berat sifatnya masih dapat melihat berbeda-beda secara jelas untuk dekat

tanpa akomodasi, lagi pula kelainan miopia umumnya bersifat progresif dan umumnya belum

terdapat secara menyolok pada usia sangat muda.

B.   Aniseikonia

Apabila kita melihat ke suatu benda yang berjarak antara satu dan dua meter dihadapan kita,

kemudian menutup satu mata berganti, maka kita akan mengetahui bahwa terdapat perbedaan

bentuk, tempat maupun besarnya benda yang kita perhatikan. Perbedaan penglihatan antara

Page 44: Dya Dr Leukoma

mata kanan dan kiri tersebut dikenal dengan nama penglihataan diantara dua mata kita.

Disparitas yang ringan memang diperlukan untuk kemampuan penglihatan stereoskopik.

Disparitas penglihatan yang terlalu besar, seperti contohnya seorang dengan afaki monokular

yang dikoreksi dengan kaca mata, mengakibatkan kesulitan bagi sistem saraf pusat untuk

menyatukan (memfusikan) menjadi satu bayangan tunggal dan benda-benda yang dilihat akan

tampak ganda. Disparitas penglihatan yang menimbulkan gangguan berupa penglihatan

ganda atau diplopia disebut aniseikonia. Seseorang yang menderita diplopi sudah barang

tentu akan menjadi binggung seperti seorang yang baru belajar menggunakan mikroskop

monokular, secara sadar ataupun tidak akan menutup salah satu matanya agar penglihatan

menjadi tunggal kembali. Lama kelamaan orang tersebut akan belajar mengelimi nasi

bayangan salah satu matanya dan disebut sebagai image supression dan dalam buku ini akan

disebut sebagai supresi. Supresi dapat dilakukan secara sadar pada ke dua mata berganti –

ganti menjadi dan disebut Alternating Suppression, tapi dapat pula terjadi secara terus

menerus pada mata yang sama dan memilih menggunakan mata lainnya untuk penglihatan.

Dalam hal ini maka mata yang dipakai untuk penglihataan sehari-hari disebut sebagai mata

yang dominan sedang mata yang mengalami supresi sebagai mata malas (lazy eye). Mata

malas dalam keadaan sehari-hari tidak dipakai melihat, maka pada umumnya mata ini

mengalami kemunduran-kemunduran fungsional dan menjadi ambliopia bahkan kadang-

kadang mengalami deviasi sumbu penglihatan dan menjadi juling.

Penglihatan ganda atau diplopia dapat pula disebabkan karena kelainan orbita atau menderita

kelumpuhan otot pergerakan mata.

Dalam hal ini penglihatan ganda terjadi karena arah penglihatan mata yang satu berbeda dari

mata yang lainnya.

C.   Gangguan Faal Otot Penggerak Bola Mata

Kedua bola mata digerakkan oleh otot-otot mata luar sedemikian rupa sehingga bayangan

benda yang menjadi perhatian akan selalu jatuh tepat di kedua fovea sentralis. Otot penggerak

kedua bola mata, yang berjumlah dua belas akan selalu bergerak secara teratur; gerakan otot

yang satu akan mendapatkan keseimbangan gerak dari otot-otot lainnya. Keseimbangan yang

ideal seluruh otot penggerak bola mata ini menyebabkan kita dapat selalu melihat secara

binokular.

Apabila terdapat satu atau lebih otot penggerak bola mata yang tidak dapat mengimbangi

gerak otot-otot lainnya,maka terjadilah gangguan keseimbangan gerak antara kedua mata,

sehingga sumbu penglihatan menyilang pada tempat diluar letak benda yang menjadi

Page 45: Dya Dr Leukoma

perhatiannya dan disebut ‘juling’ (crossed Eyes). Gangguan keseimbangan gerak bola mata

(muscle imbalance) bisa disebabkan oleh hal-hal berikut :

a.  Pertama apabila aktivitas dan tonus satu atau lebih otot penggerak menjadi berlebihan;

dalam hal ini otot bersangkutan akan menarik bola mata dari kedudukan normal. Apabila otot

yang hiperaktiv adalah otot yang berfungsi untuk kovergensi terjadilah juling yang konvergen

(esotropia).

b. Kedua, adalah kebalikan dari pertama, apabila satu atau lebih dari otot penggerak bola

mata aktivitas atau tonusnya menjadi melemah atau paretik. Bila hal ini terjadi pada otot yang

dipakai untuk konvergensi, maka terjadilah juling divergen (ekstropia).

Dapatlah dimengerti bahwa ada dua keadaan tersebut di atas, besarnya sudut deviasi adalah

berubah-ubah tergantung pada arah penglihatan penderitaan. Keadaan juling seperti itu

disebut sebagai gangguan keseimbangan gerak yang inkomitat. Sebagai contoh adalah suatu

kelumpuhan otot rektus lateral mata kanan, maka besar sudut deviasi adalah kecil bila

penderita melihat kearah kiri dan membesar bila arah pandang ke kanan.

Gangguan keseimbangan gerak bola mata dapat pula terjadi karena suatu kelainan yang

bersifat sentral berupa kelainan stimulus pada otot.

Stimulus sentral untuk konvergensi bisa berlebihan sehingga akan didapatkan seorang

penderita kedudukan bola matanya normal pada penglihatan jauh (divergensi) tetapi menjadi

juling konvergen pada waktu melihat dekat (konvergensi); demikian kita kenali :

c.  Convergence excess bila kedudukan bola mata penderita normal melihat jauh dan juling ke

dalam esotopia pada waktu melihat dekat.

d.  Divergence excess (aksi lebih konvergensi) bila kontraksi otot penggerak bola mata

penderita normal pada penglihatan dekat, tetapi juling keluar (divergent squint) bila melihat

jauh.

e. Convergence insuffiency bila kedudukan bola mata normal pada pennglihatan jauh tapi

juling keluar pada waktu melihat dekat.

f.  Divergence insuffiency bila penderita mempunyai kedudukan bola mata yang normal untuk

dekat tetapi juling ke dalam bila melihat jauh.

D.  Gerak Bola Mata

Gangguan yang mendadak pada salah satu otot luar bola mata biasanya akan menimbulkan

keluhan diplopia. Diplopia ini bisa pada semua posisi bola mata akan tetapi dapat juga hanya

pada posisi tertentu sehingga penderita selalu berusaha melihat sedemikian rupa dimana tidak

terdapat diplopia. Sebaliknya tidak terdapatnya diplopia bukan berarti tidak adanya gangguan

Page 46: Dya Dr Leukoma

pergerakan bola mata. Sehingga pemeriksaan pergerakan bola mata haruslah dilakukan pada

semua penderita baik dengan diplopia atau tanpa keluhan diplopia.

1.  Kedudukan bola mata

Kedudukan bola mata yang normal adalah sejajar (ortoforia) dan dapat diperiksa dengan

berbagai cara seperti cover test, uji Hirschberg dan lain-lain. Pada keadaan dimana

kedudukan bola mata tidak sejajar (heteroforia seperti pada eksoforia, esoforia atau

hiperforia), maka haruslah diselidiki apakah ini disebabkan suatu parese, dorongan atau

hambatan mekanik atau strabismus non paretik.

2.  Pergerakan dua mata (versi)

Pergerakan dua mata diperiksa dengan cara meminta penderita mengikuti gerakan suatu

obyek yang dipegang oleh pemeriksa yang digerakkan ke arah yanng diinginkan biasanya

pemeriksaan dilakukan pada 6 arah utama.

Pada keadaan strabismus (heteroforia) maka pemeriksaan dilakukan pada masing-masing

mata.

3.  Pergerakan satu mata (Duksi)

Pada pemeriksaan ini satu mata penderita ditutup dan mata lainnya diminta untuk mengikuti

gerakan obyek yag dipegang pemeriksaan seperti pada pemeriksaan versi.

E.     Foria dan Tropia

Kelainan kedudukan bola mata dibagi dalam kedudukan yang bersifat laten dan yang

manifes. Kelainan kedudukan laten disebut sebagai ‘Foria’ sedang manifes disebut sebagai

“Tropia”, sedang keadaan normal disebut sebagai ‘ortoforia’.

     Tergantung arah deviasinya kelainan kedudukan bola mata disebut esoforia/tropia apabila

deviasi axis penglihatan berdeviasi ke arah superior maka disebut sebagai “hipertrofia/tropia”

dan bila ke arahinverior maka disebut sebagai “hipovoria/tropia”. Bila salah satu mata

terletak lebih tinggi dari lainnya disebut sebagai hipertropia dan dinyatakan mata mana yang

terletak lebih tinggi.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terhadap penderita dengan juling bertujuan untuk mengembalikan

penglihatan binokular yang normal, hingga penatalaksanaan terhadap juling ditujukan pada

pemenuhan persyaratan untuk mencapai penglihatan binokular tersebut diatas; dengan kata

lain secara bertahap memperbaiki visus kedua matanya, kemudian memperbaiki posisi kedua

mata hingga mencapai kedudukan “ortoforia” dan berakhir melatih penderita menyatukan

kedua bayangan dari kedua matanya.

Page 47: Dya Dr Leukoma

Usaha memperbaiki visus dimulai pada umur yang sedini mungkin, semenjak saat terlihat

bahwa anak mempunyai keinginan memilih untuk menggunakan hanya satu matanya, dengan

cara menutup mata yang baik atau memberikan tetes mata atropin.

Apabila pada keadaan tersebut diatas mata yang baik ditutup atau diberi obat tetes atropi,

maka anak akan terpaksa memakai mata yang malas dan pada anak yang berumur  di bawah

enam tahun, akan diperbaiki kemampuan penglihatannya. Penutupan mata atau penetesan

atropi dihentikan bila tercapai penglihatan binokular tunggal.

Perbaikan kedudukan bola mata dilakuan pada umur dimana pemeriksaan mengenai otot-otot

mtanya sudah dapat dilakukan dengan lebih teliti, karena pemeriksaan tersebut memerlikan

kerjasama yang baik antara si anak dengan dokternya.

Perbaikan kedudukan bola mata dilakukan dengan melemahkan otot yang bekerja terlalu kuat

dan memperkuat otot yang lebih lemah. Perbaikan kedudukan bola mata ini dilakukan

sebaiknya pada umur sekitar 4-5 tahun agar juling yang masih belum terkoreksi oleh

pembedahan masih bisa diperbaiki dengan pemberian latihan-latihan menggunakan kedua

matanya secara bersamaan.

Kaca Mata

Jika strabismus disebabkan oleh kelainan refraksi, menggunakan kaca mata untuk

menormalkan penglihatan dapat memperbaiki posisi mata.

Penutup Mata

Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter akan merekomendasikan untuk

melatih mata yang lemah dengan cara menutup mata yang normal dengan plester mata

khusus (eye patch). Penggunaan plester mata harus dilakukan sedini mungkin dan mengikuti

petunjuk dokter. Sesudah berusia 8 tahun biasanya dianggap terlambat karena penglihatan

yang terbaik berkembang sebelum usia 8 tahun. Anak akan memerlukan kunjungan ke dokter

spesialis mata secara berkala untuk mengetahui apakah penglihatan binokuler-nya sudah

terbentuk seutuhnya. Penutup mata tidak meluruskan mata secara kosmetik.

Operasi

Operasi otot yang mengontrol pergerakan mata sering dilakukan agar mata kelihatan lurus.

Kadang-kadang sebelum tindakan operasi, anak diberi kaca mata atau penutup mata untuk

mendapatkan penglihatan yang terbaik. Anak akan memerlukan kunjungan ke dokter

spesialis mata sesudah operasi untuk mengetahui perkembangan dan melanjutkan perawatan.

Kadangkala untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna diperlukan lebih dari satu kali

tindakan operasi.

Page 48: Dya Dr Leukoma

Daftar Pustaka

Bobrow JC, Mark HB, David B et al. 2008. Lens and Cataract. Section 11. American

Academy of Ophthalmology. Singapore

Ilyas, H.S. 2012.Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4.Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta

Suhardjo, Hartono. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta

Vaughan DG, Taylor A, Paul R.2013. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC. Jakarta