case sulit leukoma

25
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK UJIANILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RS MATA DR. YAP Nama : Febryn Prisiliya Paliyama Nim : 11-2013-206 Tanda tangan .................. .................. ........ Dr Pembimbing / Penguji :dr. Rinanto Prabowo, Sp.M, M.Sc .................. .................. ......... I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. T Umur : 58 tahun Agama : Islam Pekerjaan : Petani 1 | Page

Upload: prisiliya-van-boven

Post on 27-Jan-2016

23 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

case sulit

TRANSCRIPT

Page 1: Case Sulit Leukoma

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

UJIANILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

RS MATA DR. YAP

Nama : Febryn Prisiliya Paliyama

Nim : 11-2013-206

Tanda tangan

............................................

Dr Pembimbing / Penguji :dr. Rinanto Prabowo, Sp.M, M.Sc .............................................

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. T

Umur : 58 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Tanggal pemeriksaan : 16 Maret 2015

Pemeriksa : Febryn Paliyama

Moderator : dr. Rinanto Prabowo, Sp.M, M.Sc

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

Auto anamnesis tanggal : 16 Maret 2015 jam 13.00 WIB

1 | P a g e

Page 2: Case Sulit Leukoma

Keluhan utama

Penglihatan sangat kabur pada mata kiri sejak 4 tahun yang lalu

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang RS Mata Dr.Yap dengan keluhan utama penglihatan sangat

menurun pada mata kiri, Keluhan ini semakin lama semakin memburuk. Selain itu

pasien juga mengeluhkan adanya bercak putih pada matanya kurang lebih sejak 4

tahun yang lalu. , sebelumnya kedua mata pasien sempat terkena ekor kerbau

sejak pasien berumur 8 tahun, dan sudah berobat di dr SPM diklaten. Mulai

tahun 2011 pasien merasa kedua penglihatan semakin menurun ,pasien merasa ada

yang mengganjal pada mata kanan dan kiri juga merasa perih dan terlihat warna

putih pada kedua mata , Pasien akhirnya operasi ( keratoplasty) pada tahun 2013.

Namun setelah operasi mata kiri pasien masih tetap buram dan akhirnya pasien

melakukan keratoplasty lagi pada bulan maret tahun 2015 Pasien tidak pernah

menggunakan lensa kontak, sebelumnya tidak memakai kaca mata, dan tidak

pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sudah pernah melakukan keratoplasty pada tahun 2013 , tidak ada

darah tinggi, kencing manis, asma, dan alergi.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga dan orang dekat yang sakit seperti ini. Riwayat keluarga

menderita penyakit darah tinggi dan kencing manis disangkal. Riwayat keluarga

menderita penyakit pada mata disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai petani.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Tanda Vital

2 | P a g e

Page 3: Case Sulit Leukoma

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Respiration rate : 24x/menit

Suhu : 36,5oC

Kepala : Normocepali, rambut hitam, distribusi merata

Telinga : Normotia, serumen (-), secret (-)

Hidung : Deviasi septum (-), secret (-)

Tenggorokkan : Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)

Thoraks

Jantung : BJ I-II regular, murni, gallop (-), murmur (-)

Paru : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)

Abdomen : Nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, supel.

Ekstremitas : Akral hangat, udem -/-, CRT<2s

STATUS OPHTHALMOLOGIS

KETERANGAN (OD) (OS)

1. VISUS

Tajam Penglihatan 0 1/~

Axis Visus Tidak ada Tidak ada

Koreksi Tidak ada Tidak ada

Addisi Tidak ada Tidak ada

Distansia Pupil Tidak ada Tidak ada

Kacamata lama Tidak ada Tidak ada

3 | P a g e

Page 4: Case Sulit Leukoma

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada

Enoftalmus Tidak ada Tidak ada

Deviasi Tidak ada Tidak ada

Gerakan Bola Mata Tidak dilakukan Tidak dilakukan

3. SUPERSILIA

Warna Hitam, sikatrik (-) Hitam, sikatrik (-)

Simetris Simetris, Distribusi normal Simetris, Distribusi normal

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Entropion Tidak ada Tidak ada

Blefarospasme Tidak ada Tidak ada

Trikiasis Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Punctum Lakrimal Normal Normal

Fisura palpebra Normal Normal

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Hordeolum Tidak ada Tidak ada

Kalazion Tidak ada Tidak ada

4 | P a g e

Page 5: Case Sulit Leukoma

5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR

Hiperemis Tidak ada Tidak ada

Kista Tidak ada Tidak ada

Folikel/Papil Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Anemis Tidak ada Tidak ada

Kemosis Tidak ada Tidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI

Sekret Tidak ada Tidak ada

Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada

Injeksi siliar Tidak ada Tidak ada

Injeksi subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada

Pterigium Tidak ada Tidak ada

Pinguekula Tidak ada Tidak ada

Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada

Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada

7. SISTEM LAKRIMALIS

Punctum lakrimalis Normal Normal

Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8. SKLERA

Warna Putih Putih

Ikterik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

9. KORNEA

Kejernihan Tidak jernih Tidak Jernih

5 | P a g e

Page 6: Case Sulit Leukoma

Permukaan Sulit dnilai Sulit dinilai

Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilai

Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Infiltrat Tidak ada Tidak ada

Keratik Presipitat Tidak ada Tidak ada

Sikatriks ada Ada

Ulkus ada Ada

Perforasi ada Ada

Arkus senilis Sulit dinilai Sulit dinilai

Edema Tidak ada Ada

Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

10. BILIK MATA DEPAN

Kedalaman Dangkal Dangkal

Kejernihan Sulit dinilai Sulit dinilai

Hifema Tidak ada Tidak ada

Hipopion Tidak ada Tidak ada

Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan

11. IRIS

Warna Coklat kehitaman Coklat Kehitaman

Kripte Sulit dinilai Sulit dinilai

Sinekia Tidak ada Tidak ada

12. PUPIL

Letak Di tengah Di tengah

Bentuk Bulat, regular Bulat, regular

Ukuran 2mm 2mm

Reflek cahaya langsung Positif Positif

Reflek cahaya tak langsung Positif Positif

13. LENSA

6 | P a g e

Page 7: Case Sulit Leukoma

Kejernihan Keruh Keruh

Letak Di tengah Di tengah

Shadow test Positif Positif

14. BADAN KACA

Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

15. FUNDUS OKULI

Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Rasio arteri : vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan

C/D ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Makula lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

16. PALPASI

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Massa tumor Tidak ada Tidak ada

Tensi okuli Normal Normal

Tonometri non kontak Tidak dilakukan Tidak dilakukan

17. KAMPUS VISI

Tes konfrontasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

7 | P a g e

Page 8: Case Sulit Leukoma

V. RESUME

Subjektif

Pasien datang RS Mata Dr.Yap dengan keluhan utama penglihatan sangat

menurun pada mata kiri, Keluhan ini semakin lama semakin memburuk. Selain itu

pasien juga mengeluhkan adanya bercak putih pada matanya kurang lebih sejak 4

tahun yang lalu. , sebelumnya kedua mata pasien sempat terkena ekor kerbau

sejak pasien berumur 8 tahun, dan sudah berobat di dr SPM diklaten. Mulai

tahun 2011 pasien merasa kedua penglihatan semakin menurun ,pasien merasa ada

yang mengganjal pada mata kanan dan kiri juga merasa perih dan terlihat warna

putih pada kedua mata , Pasien akhirnya operasi ( keratoplasty) pada tahun 2013.

Namun setelah operasi mata kiri pasien masih tetap buram dan akhirnya pasien

melakukan keratoplasty lagi pada bulan maret tahun 2015 Pasien tidak pernah

menggunakan lensa kontak, sebelumnya tidak memakai kaca mata, dan tidak

pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.

Objektif

o Pemeriksaan fisik generalis dalam batas normal

o VOD: 0

VOS: 1/~

o Kornea: tampak putih dan tidak jernih , sikatrik (+), ulkus (+),

Perforasi (+)

VI. DIAGNOSIS BANDING

OS Leukoma Adheren disingkirkan karena pada pemeriksaan tidak terdapat

sinekia anterior.

OS Makula kornea disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan sikatriks

ukurannya besar, dan dapat dilihat meskipun tanpa alat bantu. Pada nebula perlu

bantuan senter untuk melihat bercak di kornea.

OS Nebula kornea, disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan sikatriks

ukurannya cukup besar, dan dapat dilihat dari jarak ±1meter sedangkan pada

nebula hanya dapat dilihat dengan menggunakan slit lamp.

VII. DIAGNOSIS KERJA

8 | P a g e

Page 9: Case Sulit Leukoma

OS leukoma kornea

Dasar Diagnosis:

Anamnesis:

o Riwayat trauma kornea

o Pasien mengeluh terasa mengganjal, buram dan kornea tampak putih

o Riwayat sakit mata sebelumnya

- Pemeriksaan objektif status ophtalmikus

OD

o VOD: 0

o VOS : 1/~

o Kornea: sikatrik (+), ulkus (+), Perforasi (+), kornea tampak putih

VIII. PENATALAKSANAAN

Medika Mentosa

Topikal: tetes mata Cendo lyters 3x1 gtt OS

Keratoplasti

Non Medika Mentosa

Memberi edukasi mengenai penanganan radang pada kornea :

o Mata tidak boleh dikucek-kucek

o Segera ke dokter untuk penanganan yang tepat

IX. PROGNOSIS

OD OS

Ad Functionam Ad malam dubia Ad malam

Ad Sanationam Ad malam dubia Ad malam

Ad Vitam Ad Malam dubia Ad malam

9 | P a g e

Page 10: Case Sulit Leukoma

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Kornea

Kornea (Latin, cornum = seperti tanduk) membentuk bagian anterior bola mata

merupakan jaringan transparan dan avaskular, mempunyai peranan dalam refraksi cahaya.

Indeks refraksi korna adalah 1,377 dan kekuatan refraksi sebesar 43 Dioptri, merupakan 70%

dari kekuatan refraksi mata. 1

Permukaan anterior kornea berbentuk agak elips dengan diameter horizontal rata¬-rata 11,5-

11,7 mm dan 10,5 - 10,6 mm pada diameter vertikal sedangkan permukaan posterior

berbentuk sirkuler dengan diameter 11,7 mm. Pada orang dewasa ketebalan kornea bervariasi

dengan rata-rata 0,65 – 1 mm di bagian perifer dan 0,55 mm di bagian tengah. Hal ini

disebabkan adanya perbedaan kurvatur antara permukaan anterior dan posterior kornea.

Radius kurvatur anterior kornea kira-kira 7,8 mm sedangkan radius kurvatur permukaan

posterior rata-rata 6,5 – 6,8 mm. Kornea menjadi lebih datar pada bagian perifer, namun

pendataran tersebut tidak simetris. Bagian nasal dan superior lebih datar dibanding bagian

temporal dan inferior. Luas permukaan luar kornea kira-kira 1,3 cm 2 atau 1/14 dari total area

bola mata 1

Histologi Kornea

Secara histologis kornea terdiri atas 5 lapisan, yaitu :

1.    Epitel                                 

10 | P a g e

Page 11: Case Sulit Leukoma

2.    Membran Bowman            

3.    Stroma

4.    Membran Descemet

5.    Endotelium

1. Epitel

Tebalnya 50 μm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang

tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis

sel dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan

menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal

didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,

elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.

Terdapat dua fungsi utama epitel: (1) membentuk barier antara dunia luar dengan

stroma kornea dan (2) membentuk permukaan refraksi yang mulus pada kornea dalam

interaksinya dengan tear film. Barier dibentuk ketika sel-sel epitel bergerak dari lapisan basal

ke permukaan kornea, secara progresif berdiferensiasi hingga sel-sel superfisial membentuk

dua lapisan sel tipis yang melingkar yang dihubungkan oleh tight junction (zonula okluden),

merupakan membran yang bersifat semipermiabel dan resistensi tinggi. Barier ini mencegah

masuknya cairan dari tear film ke stroma dan juga melindungi struktur kornea dan intraokuler

dari infeksi oleh patogen. Mikrovili pada hampir seluruh permukaan superfisial sel-sel epitel

dilindungi oleh glikokaliks sehingga dapat berinteraksi dengan lapisan musin tear film agar

permukaan kornea tetap licin. Berbagai proses metabolik, biokemikal dan fisikal tampaknya

mempunyai tujuan primer mempertahankan keadaan lapisan sel epitel yang berfungsi sebagai

barier dan agar permukaan kornea tetap licin. Permukaan kornea yang licin berperan penting

dalam terbentuknya penglihatan yang jelas 1

2. Membrana Bowman

Membrana Bowman merupakan lapisan superfisial pada stroma, yang berfungsi

sebagai barier terhadap stroma. Kepadatan lapisan Bowman menghalangi penyebaran infeksi

ke dalam stroma yang lebih dalam. Lapisan ini tidak dapat beregenerasi sehingga bila terjadi

trauma akan diganti dengan jaringan parut 1

11 | P a g e

Page 12: Case Sulit Leukoma

3. Stroma

Stroma tersusun atas matriks ekstraselular seperti kolagen  dan proteoglikan. Matriks

ekstraselular ini memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi kornea.  Stroma terdiri

atas kolagen yang diproduksi oleh keratosit dan lamella kolagen. Karena ukuran dan

bentuknya seragam menghasilkan keteraturan yang membuat kornea menjadi transparan. 

Serat-serat kolagen tersusun seperti lattice (kisi¬-kisi), pola ini berfungsi untuk mengurangi

hamburan cahaya (Edelhauser H. F, 2005; Liesegang T. J., 2008-2009).

Transparansi juga tergantung kandungan air pada stroma yaitu 70%. Proteoglikan

yang merupakan substansi dasar stroma, memberi sifat hidrofilik pada stroma. Hidrasi sangat

dikontrol oleh barier epitel dan endotel serta pompa endotel 2

4. Membrana Descemet

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea

dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya. Membrana Descemet bersifat

elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 μm. Membran ini lebih

resisten terhadap trauma dan penyakit, dari pada bagian lain dari kornea 2

5. Endotel

Lapisa in merupakan lapisan kornea yang paling dalam, tersusun dari epitel selapis

gepeng atau kuboid rendah. Berasal dari mesotelium, bentuk heksagonal, besar 20-40 μm.

Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden. Sel-sel

ini mensintesa protein yang mungkin diperlukan untuk memelihara membran Descement.

Sel-sel ini mempunyai banyak vesikel dan dinding selnya mempunyai pompa Natrium yang

akan mengeluarkan kelebihan ion-ion natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion0ion

klorida dan air akan mengikuti secara pasif. Kelebihan cairan di stroma akan diserap oleh

endotel sehingga stroma dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi, suatu faktor yang

diperlukan untuk mempertahankan kualitas refraksi kornea.

Dua faktor yang berkontribusi dalam mencegah edema stroma dan mempertahankan

kandungan air tetap pada 70% adalah fungsi barier dan pompa endotel. Fungsi barier endotel

diperankan oleh adanya tight junction diantara sel-sel endotel 2

Pompa endotel

Stroma kornea memiliki konsentrasi Na+ 134 mEq/L sedangkan humor aquous 143

mEq/L. Perbedaan osmolaritas tersebut menyebabkan air berpindah dari stroma ke humor

12 | P a g e

Page 13: Case Sulit Leukoma

aquous melalui osmosis. Mekanisme ini diatur oleh pompa metabolik aktif sel-sel endotel.

Pompa metabolik ini dikontrol oleh Na+ / K+ ATPase yang terletak di lateral membrane.

Dalam menjalankan fungsinya pompa endotel tergantung pada oksigen, glukosa,

metabolisme karbohidrat dan adenosine triphosphatase.  Keseimbangan antara fungsi barier

dan pompa endotel akan mempertahankan keadaan deturgesensi kornea 3

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik

terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus

berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman

melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara.

Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan

(Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, 2002).

Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan

air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir.

Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan

deturgensinya 3

Fisiologi Kornea

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya

menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan

deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi relative jaringan kornea dipertahankan oleh

pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih

penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada

endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan

edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya

menyebabkan edema lokal stroma kornea sesaat yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu

telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea akan mengkibatkan film air

mata akan menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang

menarik air dari stroma kornea superfisialis untuk mempertahankan keadaan dehidrasi 4

13 | P a g e

Page 14: Case Sulit Leukoma

Sikatrik Kornea 5

Jenis-Jenis Sikatrik Kornea

Penyembuhan luka pada kornea berupa jaringan parut, baik akibat radang ,maupun trauma

• Jenis :

– Nebula

• Penyembuhan akibat

keratitis superfisialis 

• Kerusakan kornea pada m.Bowman

sampai 1/3 stroma

• Pada pemeriksaan, terlihat kabut di

kornea, hanya dapat dilihat di kamar

gelap dengan Slit-lamp dan bantuan kaca pembesar

– Makula

• Penyembuhan akibat ulkus kornea

• Kerusakan kornea pada 1/3 stroma sampai 2/3 ketebalan stroma

• Pada pemeriksaan, putih di kornea, dapat dilihat di kamar

gelap dengan slit-lamp tanpa bantuan kaca pembesar

– Leukoma

• Penyembuhan akibat ulkus kornea

• Kerusakan kornea lebih dari 2/3

ketebalan stroma

• Kornea tampak putih, dari jauh sudah

kelihatan

Apabila ulkus kornea sampai ke endotel akan

mengakibatkan perforasi, dengan tanda :

o Iris prolaps

o COA dangkal

o TIO menurun

kemudian sembuh menjadi leukoma adheren (leukoma disertai sinekia anterior)

14 | P a g e

Page 15: Case Sulit Leukoma

Patogenesis Leukoma

Selama stadium awal, epitel dan stroma di area yang terinfeksi atau terkena trauma

akan membengkak dan nekrosis. Sel inflamasi akut (terutama neutrofil) akan mengelilingi

ulkus awal ini dan menyebabkan nekrosis lamella stroma. Pada beberapa inflamasi yang lebih

berat, ulkus yang dalam dan abses stroma yang lebih dalam dapat bergabung sehingga

menyebabkan kornea menipis dan mengelupaskan stroma yang terinfeksi. 6

Sejalan dengan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, respon imun seluler

dan humoral digabung dengan terapi antibacterial maka akan terjadi hambatan replikasi

bakteri. Mengikuti proses ini akan terjadi fagositosis organism dan penyerapan debris tanpa

destruksi selanjutnya dari kolagen stroma. Selama stase ini, garis batas terlihat pada epitel

ulkus dan infiltrate stroma berkonsolidasi dan tepinya tumpul. Vaskularisasi kornea bisa

terjadi jika keratitis menjadi kronis. Pada stase penyembuhan, epithelium berganti mulai dari

area tengah ulserasi dan stroma yang nekrosis diganti dengan jaringan parut yang diproduksi

fibroblast. Fibroblast adalah bentuk lain dari histiosit dan keratosit. Daerah kornea yang

menipis diganti dengan jaringan fibrous. Pertumbuhan pembuluh darah baru langsung di area

ulserasi akan mendistribusikan komponen imun seluler dan humoral untuk penyembuhan

lebih lanjut. Lapisan Bowman tidak beregenerasi tetapi diganti dengan jaringan fibrous.

Epitel baru akan mengganti dasar yang ireguler dan vaskularisasi sedikit demi sedikit

menghilang. 6

Pada beberapa ulkus yang berat, keratolisis stroma dapat berkembang menjadi

perforasi kornea. Pembuluh darah uvea dapat berperan pada perforasi yang nantinya akan

menyebabkan sikatrik kornea. Sikatrik yang terjadi setelah keratitis sembuh dapat tipis atau

tebal. Sikatrik yang tipis sekali yang hanya dapat dilihat dengan slit lamp disebut nebula.

Sedangkan sikatrik yang agak tebal dan dapat kita lihat menggunakan senter disebut makula.

Sikatrik yang tebal sekali disebut leukoma. Nebula yang difuse, yang terdapat pada daerah

pupil lebih mengganggu daripada leukoma yang kecil yang tidak menutupi daerah pupil. Hal

ini disebabkan karena leukoma menghambat semua cahaya yang masuk, sedangkan nebula

membias secara ireguler, sehingga cahaya yang jatuh di retina juga terpencar dan gambaran

akan menjadi kabur sekali. 6

15 | P a g e

Page 16: Case Sulit Leukoma

MANIFESTASI KLINIS 6

Gejala klinis secara umum dapat berupa :

Gejala Subjektif

Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva

Sekret mukopurulen

Merasa ada benda asing di mata

Pandangan kabur

Mata berair

Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus

Silau

Nyeri

Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer

kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.

Gejala Objektif

Injeksi siliar

Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat

Hipopion

16 | P a g e

Agen penyebab

Cedera kornea

Mulai dari epitel

Sampai ke lapisan endotel

Inflamasi NyeriKerusakan

kornea (ulserasi)

Sikatrik kornea

Page 17: Case Sulit Leukoma

Penatalaksanaan

Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea

yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :

1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita

2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Pencegahan 7

Pencegahan dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli mata setiap ada

keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali

timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.

Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata

Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup

sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah

Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat

lensa tersebut.

KOMPLIKASI 7

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis

Prolaps iris

Katarak

Glaukoma sekunder

17 | P a g e

Page 18: Case Sulit Leukoma

PROGNOSIS 7

Prognosis tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat

pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul.

Leukoma memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat

avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta

timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.

DAFTAR PUSTAKA

1. Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea, part 1, Section 8,

American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009 P.179-92

2. Boles, SF, MD. Lens Complication & Management QEI Winter 2009 Newsletter.

Citied on August 9 th, 2011

3. Eva PR, Biswell R. Cornea In Vaughn D, Asbury T, eds. General Ophtalmology 17th

ed. USA Appleton Lange; 2008. p. 126-49

4. Lange Gerhard K.Ophtalmology. 2000. New York: Thieme. P. 117-44

5. Mills TJ, Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis in Emergency Medicine.

    Citied on August 9, 2011. Avaible from: http://www.emedicine.com/emerg/topic

115.htm

6. Wong, Tien Yin, The Cornea in The Ophthalmology Examination Review. Singapore,

World Scientific 2001 : 89 – 90

7. Vaughan, Daniel G, MD, Asbury, Taylor, MD, dan Riordan-Eva, Paul, FRCS,

FRCOphth. Editor; Diana Susanto. Oftalmologi Umum. EGC. Jakarta. 2009. hal; 12

dan 212-229.

18 | P a g e