case sulit yani

41
KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus: Sabtu, 1 Desember 2012 SMF ILMU PENYAKIT MATA Rumah Sakit Mata“Dr. Yap” Nama : Yani Hartiwi NIM : 11-2011-237 Dr. Pembimbing : dr. Enni Cahyani P. Sp. M, M.Kes Fak. Kedokteran : UKRIDA STATUS PASIEN I. IDENTITAS Nama : An. D Umur : 10 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : Pelajar Alamat : Jl. Lesanpura Purwokerto II. ANAMNESIS Dilakukan Autoanamnesis dan Alloanamnesis pada tanggal 27 November 2012 1

Upload: yani-hartiwi

Post on 02-Jan-2016

85 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

case mata

TRANSCRIPT

Page 1: Case Sulit Yani

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus: Sabtu, 1 Desember 2012

SMF ILMU PENYAKIT MATA

Rumah Sakit Mata“Dr. Yap”

Nama : Yani Hartiwi

NIM : 11-2011-237

Dr. Pembimbing : dr. Enni Cahyani P. Sp. M, M.Kes

Fak. Kedokteran : UKRIDA

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : An. D

Umur : 10 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jl. Lesanpura Purwokerto

II. ANAMNESIS

Dilakukan Autoanamnesis dan Alloanamnesis pada tanggal 27 November 2012

Keluhan Utama:

Mata kiri buram seperti ada yang menutupi dibagian tengah sejak satu tahun SMRS.

1

Page 2: Case Sulit Yani

Keluhan tambahan:

Tidak ada

Riwayat Penyakit Sekarang:

Satu tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan pandangan kabur.

Mata kiri buram seperti ada tirai yang menutupi bagian tengah. Pasien menyangkal

adanya mata merah, nyeri pada mata, air mata berlebihan, kotoran mata berlebih, rasa

berpasir pada mata, gatal pada mata, pusing, mual, muntah, melihat kilatan-kilatan

cahaya, dan distorsi bentuk. Ibu pasien memberi tahu bahwa dua tahun yang lalu pasien

pernah terkena bola kaki dua kali di mata kirinya. Pada awalnya pasien tidak mengelukan

apa-apa, mata tidak merah, keluar air, tidak terasa pusing, dan tidak mual muntah. Setelah

beberapa hari pasien memberitahu bahwa pasien melihat adanya kilatan-kilatan cahaya.

Pasien tidak pernah mengeluh penglihatan kabur sebelumnya. Karena keluhannya

bertambah berat dan mengganggu aktivitas sehari-hari, maka keluarga pasien membawa

pasien ke dokter mata di Purwokerto. Dokter menyarankan paisen untuk segera dioperasi.

Pasien dirujuk ke Rumah Sakit Mata “Dr. Yap” Yogyakarta.

Riwayat Penyakit Dahulu

a. Umum

- DM : tidak ada

- Asma : ada

- Maag : tidak ada

- Alergi obat : tidak ada

b. Mata

- Riwayat penggunaan kaca mata : (-)

- Riwayat operasi mata : (-)

- Riwayat trauma mata : (-)

2

Page 3: Case Sulit Yani

Riwayat Penyakit Keluarga:

Di anggota keluarga tidak pernah menderita hal serupa. Ayah pasien menderita asma.

Tidak ada yang menderita diabetes melitus dan hipertensi.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 98 x/menit

Respirasi : 16 x/menit

Suhu : 36,3 0C

Kepala : Normocephali

Mulut : Tidak dilakukan

THT : Tidak dilakukan

Jantung : Tidak dilakukan

Paru : Tidak dilakukan

Abdomen : Tidak dilakukan

Ekstremitas : Tidak dilakukan

KGB : Tidak dilakukan

B. STATUS OFTALMOLOGIKUS

KETERANGAN OD OS

1. VISUS

Aksis Visus 6/9 3/60

Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Addisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Distansia Pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan

3

Page 4: Case Sulit Yani

Kacamata Lama Tidak ada Tidak ada

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada

Enoftalmos Tidak ada Tidak ada

Deviasi Tidak ada Tidak ada

Gerakan Bola Mata Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

3. SUPERSILIA

Warna Hitam Hitam

Simetris Simetris Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Entropion Tidak ada Tidak ada

Blefarospasme Tidakada Tidak ada

Trikiasis Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Fissura palpebra Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4

Page 5: Case Sulit Yani

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Hordeolum Tidak ada Tidak ada

Kalazion Tidak ada Tidak ada

5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR

Hiperemis Tidak ada Tidak ada

Folikel Tidak ada Tidak ada

Papil Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Anemis Tidak ada Tidak ada

Kemosis Tidak ada Tidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI

Sekret Tidak ada Tidak ada

Injeksi Konjungtiva Tidak ada Tidak ada

Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada

Injeksi Subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada

Pterigium Tidak ada Tidak ada

Pinguekula Tidak ada Tidak ada

Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada

Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada

5

Page 6: Case Sulit Yani

7. SISTEM LAKRIMALIS

Punctum Lakrimalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8. SKLERA

Warna Putih Putih

Ikterik Tidak Ada Tidak ada

Nyeri Tekan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

9. KORNEA

Kejernihan Jernih Jernih

Permukaan Licin Licin

Ukuran 11 mm 11 mm

Sensibilitas (+) (+)

Infiltrat Tidak ada Tidak ada

Keratik Presipitat Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Ulkus Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

Arkus Senilis Tidak ada Tidak ada

6

Page 7: Case Sulit Yani

Edema Tidak ada Tidak ada

Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

10. BILIK MATA DEPAN

Kedalaman Dalam Dalam

Kejernihan Jernih Jernih

Hifema Tidak ada Tidak ada

Hipopion Tidak ada Tidak ada

Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan

11. IRIS

Warna Coklat Coklat

Kripte Ada Ada

Sinekia Tidak ada Tidak ada

Koloboma Tidak ada Tidak ada

12. PUPIL

Letak Ditengah Ditengah

Bentuk Bulat Bulat

7

Page 8: Case Sulit Yani

Ukuran 3 mm 3 mm

Refleks Cahaya

LangsungPositif Positif

Refleks Cahaya Tak

LangsungPositif Positif

13. LENSA

Kejernihan Jernih Jernih

Letak Di tengah Di tengah

Shadow Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan

14. BADAN KACA

Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

15. FUNDUS OKULI

Batas Tegas Sulit dinilai

Refleks fundus Positif Sulit dinilai

Rasio Arteri :Vena 3 : 1 Sulit dinilai

C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Warna Merah kekuningan

Tampak membran abu-abu merah

merah muda yang menutupi gambaran

vaskuler koroid

8

Page 9: Case Sulit Yani

Eksudat Tidak ada Tidak ada

Perdarahan Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Ablasio Tidak ada ada

16. PALPASI

Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada

Massa Tumor Tidak ada Tidak ada

Tensi Okuli 16 11

Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

17. KAMPUS VISI

Tes Konfrontasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 2 7 November 2012

9

Page 10: Case Sulit Yani

HEMATOLOGI

Hematologi Rutin

Hematologi Lengkap

Hemoglobin : 13,0 g/dl

Eritrosit : 4.62 x 106 / uL

Hematokrit : 41,6 %

MCV : 90,0 fL

MCH : 28,2 pg

MCHC : 31,3 g/dL

RDW : 11.4 %

Leukosit : 6400 / uL

Hitung jenis

Eosinofil : 3 %

Basofil : 0 %

Neutrofil batang : 0 %

Neutrofil segmen : 33 %

Limfosit : 60 %

Monosit : 4 %

Trombosit : 243 000 / uL

Faal Hemostasis

Protrombin Time (PT)

Pasien : 12.2 detik

Kontrol : 12.5 detik

APTT

Pasien : 29.4 detik

Kontrol : 29.7 detik

KIMIA KLINIK

10

Page 11: Case Sulit Yani

Fungsi Hati

SGOT : 25.2 U/L

SGPT : 25.6 U/L

HbsAg : (-)

Fungsi Ginjal

Ureum : 25.2 mg/dl

Serum Kreatinin : 1.05 mg/dl

Elektrolit

Panel Elektrolit

Natrium : 141 mEq/L

Kalium : 4.6 mEq/L

Chlorida : 99.8 mEq/L

V. RESUME

Satu tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan pandangan kabur.

Mata kiri buram seperti ada tirai yang menutupi bagian tengah. Ibu pasien memberi tahu

bahwa dua tahun yang lalu pasien pernah terkena bola kaki dua kali di mata kirinya. Pada

awalnya pasien tidak mengelukan apa-apa, namun setelah beberapa hari pasien

memberitahu bahwa pasien melihat adanya kilatan-kilatan cahaya. Karena keluhannya

bertambah berat dan mengganggu aktivitas sehari-hari, maka keluarga pasien membawa

pasien ke dokter mata di Purwokerto. Dokter menyarankan paisen untuk segera dioperasi.

Pasien dirujuk ke Rumah Sakit Mata “Dr. Yap” Yogyakarta.

Dari pemeriksaan fisik mata :

11

Page 12: Case Sulit Yani

OD

- Visus 6/9 (perbaikan dengan pinhole), pupil bulat, refleks cahaya (+), hitam dan

terletak di sentral, lensa jernih, refleks fundus (+), retina dalam keadaan baik.

OS

- Visus 3/60, pupil bulat, refleks cahaya (+), hitam dan terletak di sentral, lensa

jernih, refleks fundus sulit dinilai, tampak membran abu-abu merah merah muda

yang menutupi gambaran vaskuler koroid.

VI. DIAGNOSIS KERJA

OS Ablasio Retina Rhegmatogenosa

Dasar:

Dari anamnesis : Mata kiri buram seperti ada tirai yang menutupi bagian tengah. Ibu

pasien memberi tahu bahwa dua tahun yang lalu pasien pernah terkena bola kaki dua

kali di mata kirinya. Ada riwayat fotopsia.

Dari pemeriksaan fisik mata : Refleks fundus sulit dinilai. Tampak membran abu-abu

merah merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid

VII. DIAGNOSIS BANDING

(-)

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

- Ofhtalmoskopi indirek

- USG B-SCAN

IX. PENATALAKSANAAN

Operasi Scleral Buckle

IX. PROGNOSIS

12

Page 13: Case Sulit Yani

OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)

Ad Vitam : Bonam Malam

Ad Fungsionam : Bonam Dubia ad malam

Ad Sanationam : Bonam Dubia ad malam

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN

13

Page 14: Case Sulit Yani

Istilah “ablasio retina” (retinal detachment) menandakan pemisahan retina yaitu

fotoreseptor dan lapisan bagian dalam, dari epitel pigmen retina dibawahnya. Terdapat tiga jenis

utama : ablasio regmatogenosa, ablasio traksi dan ablasio serosa atau hemoragik.

Ablasio retina merupakan suatu keadaan dimana terpisahnya sel kerucut dan sel batang

retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan

membrana Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu

perlekatan structural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang

potensial untuk lepas secara embriologis.

Bentuk tersering dari ketiga jenis ablasio retina adalah ablasio retina regmatogenosa.

Menurut penelitian, di Amerika Serikat insiden ablasio retina 1 dalam 15.000 populasi dengan

prevalensi 0,3%. Sedangkan insiden per tahun kira-kira 1 diantara 10.000 orang dan lebih sering

terjadi pada usia lanjut kira-kira umur 40-70 tahun. Pasien dengan miopia yang tinggi (>6D)

memiliki 5% kemungkinan resiko terjadinya ablasio retina, afakia sekitar 2%, komplikasi

ekstraksi katarak dengan hilangnya vitreus dapat meningkatkan angka kejadian ablasio hingga

10%.

ANATOMI RETINA

Retina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan terdiri atas

beberapa lapis yang melapisi bagian dalam dua pertiga belakang bola mata. Retina membentang

ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan berakhir di tepi ora serrata.

14

Page 15: Case Sulit Yani

Gambar 1. Anatomi retina

Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi dalamnya adalah sebagai berikut:

1. Membran limitans interna, merupakan membran hialin antara retina dan vitreous.

2. Lapisan serabut saraf, merupakan akson-akson sel ganglion menuju saraf ke arah saraf

optic.

3. Lapisan sel ganglion, merupakan badan sel dari neuron kedua.

4. Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapisan aseluler tempat sinaps sel bipolar, sel

amakrin dengan sel ganglion.

5. Lapisan inti dalam, merupakan badan sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller.

6. Lapisan pleksiform luar, merupakan tempat sinaps sel fotoresptor dengan sel bipolar dan

sel horizontal.

7. Lapisan inti luar, merupakan lapisan inti sel kerucut dan sel batang.

8. Membran limitans eksterna, merupakan membran ilusi.

9. Lapisan fotoreseptor, terdiri dari sel batang dan kerucut.

10. Lapisan epitel pigmen retina, merupakan batas antara retina dan koroid

Gambar 2. Lapisan retina

Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral

masuk retina melalui papil saraf optic yang akan memberikan nutrisi dalam retina. Lapisan luar

retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.

15

Page 16: Case Sulit Yani

Gambar 3. Gambaran retina normal

FISIOLOGI RETINA

Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi

sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu transducer yang

efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya

menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus

dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan

yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di

fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan

serat saraf keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling tajam. Macula terutama

digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina

lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk

penglihatan perifer dan malam (skotopik).

Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskuler pada retina

sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mencetuskan proses

penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung rodopsin, yang merupakan suatu

pigmen penglihatan fotosensitif yang terbentuk sewaktu molekul protein opsin bergabung

dengan 11-sis-retinal. Sewaktu foton cahaya diserap oleh rodopsin, 11-sis-retinal segera

mengalami isomerisasi menjadi bentuk all-trans. Rodopsin adalah suatu glikolipid membran

yang separuhnya terbenam di lempeng membran lapis ganda pada segmen paling luar

fotoreseptor.

16

Page 17: Case Sulit Yani

Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor sel batang. Pada bentuk

penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat bermacam-macam nuansa abu-abu, tetapi warna tidak

dapat dibedakan.

Penglihatan siang hari terutama diperantarai oleh fotoreseptor kerucut, jika senja hari

diperantarai oleh kombinasi sel kerucut dan batang, dan penglihatan malam oleh fotoreseptor

batang.

DEFINISI ABLASIO RETINA

Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel

epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membrane

Bruch.

ETIOLOGI

1. Robekan retina

2. Tarikan dari jaringan di badan kaca

3. Desakan tumor, cairan, nanah ataupun darah.

KLSIFIKASI

Terdapat tiga jenis utama : ablasio regmatogenosa, ablasio traksi dan ablasio serosa atau

hemoragik.

1. Ablasio Retina Regmatogenosa

Merupakan bentuk tersering dari ablasio retina. Pada ablasio retina regmatogenosa

dimana ablasi terjadi akibat adanya robekan di retina sehingga cairan masuk ke belakang

antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair

(fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina

sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.

17

Page 18: Case Sulit Yani

Mata yang berisiko untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan myopia

tinggi, pascaretinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer, 50%

ablasi yang timbul pada afakia.

Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang

kadang-kadang terlihat sebagai tirai yang menutup, terdapatnya ada riwayat pijaran api

(fotopsia) pada lapangan penglihatan.

Letak pemutusan retina bervariasi sesuai dengan jenis : Robekan tapal kuda sering

terjadi pada kuadran superotemporal, lubang atrofi di kuadran temporal,dan dialysis

retina di kuadran inferotemporal. Apabila terdapat robekan retina multipel maka defek

biasanya terletak 90 satu sama lain.

Gambar 4. Robekan tapal kuda

Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat

dengan pembuluh darah diatasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.

2. Ablasio Retina Traksi

Merupakan jenis tersering kedua, dan terutama disebabkan oleh retinopati diabetes

proliferatif, vitreoretinopati proliferatif, retinopati pada prematuritas, atau trauma mata.

Ablasio retina karena traksi khas memiliki permukaan yang lebih konkaf dan cenderung

lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora seratta. Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina

akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina, dan

penglihatan turun tanpa rasa sakit.

18

Page 19: Case Sulit Yani

Gambar 6. Ablasio retina traksi

3. Ablasio Retina Serosa Atau Hemoragik (Ablasio Retina Eksudatif)

Ablasio ini adalah hasil dari penimbunan cairan dibawah retina sensorik, dan

terutama disebabkan oleh penyakit epitel pigmen retina dan koroid. Penyakit

degenerative, inflamasi, dan infeksi yang terbatas pada macula termasuk neovaskularisasi

subretina yang disebabkan oleh berbagai macam hal, mungkin berkaitan dengan ablasio

retina jenis ini.

Gambar 7. Ablasio retina serosa

DIAGNOSIS

Tabel 1. Gambaran Diagnosis Dari Tiga Tipe Ablasio Retina

Regmatogenus Traksi Eksudatif

Riwayat penyakit Afakia, myopia, Diabetes, Factor-faktor sistemik

19

Page 20: Case Sulit Yani

trauma tumpul, photopsia, floaters, gangguan lapangan pandang yang progresif, dengan keadaan umum baik.

premature,trauma tembus, penyakit sel sabit, oklusi vena.

seperti hipertensi maligna, eklampsia, gagal ginjal.

Kerusakan retina Terjadi pada 90-95 % kasus

Kerusakan primer tidak ada

Tidak ada

Perluasan ablasi Meluas dari oral ke discus, batas dan permukaan cembung tergantung gravitasi

Tidak meluas menuju ora, dapat sentral atau perifer

Tergantung volume dan gravitasi, perluasan menuju oral bervariasi, dapat sentral atau perifer

Pergerakan retina Bergelombang atau terlipat

Retina tegang, batas dan permukaan cekung, Meningkat pada titik tarikan

Smoothly elevated bullae, biasanya tanpa lipatan

Bukti kronis Terdapat garis pembatas, makrosis intra retinal, atropik retina

Garis pembatas Tidak ada

Pigmen pada vitreous Terlihat pada 70 % kasus

Terlihat pada kasus trauma

Tidak ada

Perubahan vitreous Sineretik, PVD, tarikan pada lapisan yang robek

Penarikan vitreoretinal

Tidak ada, kecuali pada uveitis

Cairan sub retinal Jernih Jernih atau tidak ada perpindahan

Dapat keruh dan berpindah secara cepat tergantung pada perubahan posisi kepala.

Massa koroid Tidak ada Tidak ada Bisa ada

Tekanan intraocular Rendah Normal Bervariasi

Transluminasi Normal Normal Transluminasi terblok

20

Page 21: Case Sulit Yani

apabila ditemukan lesi pigmen koroid

Keaadan yang menyebabkan ablasio

Robeknya retina Retinopati diabetikum proliferative, post traumatis vitreous traction

Uveitis, metastasis tumor, melanoma maligna, retinoblastoma, hemangioma koroid, makulopati eksudatif senilis, ablasi eksudatif post cryotherapi atau dyathermi.

Pemeriksaan:

1. Pemeriksaan tajam penglihatan

2. Pemeriksaan lapangan pandang

3. Memeriksa apakah ada tanda-tanda trauma

4. Periksa reaksi pupil. Dilatasi pupil yang menetap mengindikasikan adanya trauma.

5. Pemeriksaan slit lamp; anterior segmen biasanya normal, pemeriksaan vitreous untuk

mencari tanda pigmen atau “tobacco dust”, ini merupakan patognomonis dari ablasio

retina pada 75 % kasus.

6. Periksa tekanan bola mata.

7. Pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop (pupil harus dalam keadaan berdilatasi)

PENATALAKSAAN

Non Bedah

1. Fotokoagulasi laser

Prinsip penggunaan sinar laser dalam penanganan kelainan retina adalah

diserapnya cahaya yang berasal dari sinar laser dengan panjang gelombang tertentu

oleh pigmen-pigmen yang terdapat pada retina yang kemudian diubah menjadi panas.

Penyerapan panas paling banyak terjadi pada lapisan epitel pigmen retina yang

21

Page 22: Case Sulit Yani

mengandung banyak pigmen melanin. Kenaikan suhu sebesar 10 – 200C, sudah dapat

menimbulkan koagulasi protein jaringan retina. Pigmen-pigmen pada retina yang dapat

menyerap energi cahaya yang berasal dari sinar laser adalah; melanin, hemoglobin,

serta xantofil yang terdapat pada makula. Masing-masing pigmen tersebut mempunyai

sensitifitas yang berbeda-beda untuk laser dengan panjang gelombang yang berbeda.

Aplikasi sinar laser dapat melalui slit lamp, endovitreal probe, atau oftalmoskop

indirek.

Kombinasi panas yang tinggi dan gelembung kejut yang dihasilkan oleh laser ini

dapat digunakan untuk mengiris struktur halus di dalam mata. Kegunaan alat ini pada

segmen posterior mata adalah untuk meniris atau memotong membran intraokuler,

tarikan vitrous dan untuk mengatasi perdarahan premakula. Terapi laser ini tidak

efektif bila terdapat perdarahan vitreous atau kekeruhan vitreous. Lensa kontak yang

khusus dan pupil yang maksimal diperlakukan untuk tindakan ini.

2. Injeksi intravitreal

Injeksi intravitreal mempunyai keunggulan dibandingkan beberapa cara aplikasi

obat yang lain, diantaranya adalah kemampuannya untuk mencapai efek terapetik yang

diinginkan dengan efek toksik sistematik yang sangan minimal. Disamping manfaatnya

yang telah banyak dilaporkan, injeksi intra vitreal juga menimbulkan risiko terjadinya

beberapa efek samping dan komplikasi, diantaranya yang paling berat adalah terjadinya

infeksi atau endoftalmitis

Vitreous merupakan suatu jelly hidrofilik yang terdiri dari 99% air dan 1%

kolagen dan asam hialuronat. Walaupun telah banyak penelitian baik pada binatang

maupun pada manumur, tetapi farmakokinetika obat yang disuntikan intravitreal masih

belum banyak diketahui.

Obat yang disuntikan kedalam rongga vitreous akan bergerak atau berpindah

tempat ke plasma melalui segmen depan mata (melewati kamera okuli posterior) route

anterior, serta retina (route posterior) dengan menembus sawar darah-retina. Distribusi

dan eliminasi obat yang disuntikan intravitreal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain adalah (1) adanya perubahan anatomis maupun fisiologis mata, serta (2) besarnya

(berat molekul) obat yang disuntikkan. Vitrektomi, afakia, atau pseudafakia telah

22

Page 23: Case Sulit Yani

terbukti meningkatkan distribusi dan clearance obat dari rongga vitreus. Adanya infeksi

atau peradangan (misalnya endoftalmitis) juga akan meningkatkan klirens obat.

Obat-obat yang diberikan secara intravitreal antara lain; (1) kortikosteroid, (2)

antibiotika dan anti virus, dan (3) obat-obatan anti VEGF. Triamcinolone acetatonide

merupakan kortikosteroid yang sering digunakan secara intravitreal, dan telah

dilaporkan digunakan pada penanganan; (1) edem makula dan eksudat keras yang padat

pada retinopati diabetikum, (2) edem makula pada oklusi vena retina baik sentral

maupun cabangnya, (3) edem makula pada uveitis, (4) edem makula kistoid pasca

bedah katarak, (5) neovaskularisasi koroid pada degenerasi makula terkait umur, (6)

penyakit Eale, serta (7) sebagai terapi tambahan pada endoftalmitis pasca bedah.

Mekanisme kerja triamcinolone acetonide diduga antara lain adalah sebagai

antiinflamasi, penghambat VEGF, pemacu proses difusi, serta memperbaiki fungsi

sawar darah-retina melalui penurunan permeabilitas kapiler. Injeksi antibiotika

intravitreal merupakan pilihan penanganan terhadap endoftalmitis pasca bedah dengan

ketajaman penglihatan yang masih 1/300 atau lebih baik dari itu, serta untuk

pencegahan endoftalmitis pada trauma tembus mata, terutama yang disertai dengan

retensi benda asing intraokuler. Obat-obatan antivirus juga dapat diberikan secara

intravitreal untuk penanganan infeksi virus pada retina, misalnya korioretinitis

cytomegalo virus dan penderita HIV. Obat-obatan anti VEGF seperti rhanibizumab,

pegabtanip, dan bevacizumab diberikan intravitreal untuk menangani neovaskularisasi

baik pada koroid maupun retina, untuk kasus-kasus AMD, retinopati diabetika; serta

edem makula karena kelainan vaskular retina.

3. Terapi fotodinamik (photodinamic therapy, PDT)

Terapi fotodinamik merupakan suatu terapi yang relatif selektif untuk menangani

neovaskularisasi koroid atau beberapa kelainan neoplastik. Terapi ini melibatkan bahan

tertentu yang diaktivasi oleh cahaya yang menimbulkan molekul oksigen yang terkait

oleh jaringan sehingga menyebabkan kerusakan oksidatif pada jaringan target tersebut.

Bahan tersebut dinamakan photosensitizer. Pada tahap pertama, disuntikan

photosensitizer secara intavena, kemudian ditunggu beberapa saat agar bahan dapat

terakumulasi dan berikatan secara spesifik dengan jaringan target. Pada tahap kedua

dilakukan penyinaran sinar dengan panjang gelombang tertentu. Reaksi antara sinar

23

Page 24: Case Sulit Yani

dengan bahan photosensitizer akan menghasilkan molekul oksigen singlet dan hidroxyl

yang menyebabkan kerusakan oksidatif pada jaringan target.

Bedah

1. Scleral buckling

Untuk bertahun-tahun, scleral buckling telah menjadi perawatan standar untuk

retina-retina yang terlepas (detached retinas). Operasi dilaksanakan di dalam suatu

ruang operasi rumah sakit dengan pembiusan umum atau lokal. Beberapa pasien tinggal

semalam dirumah sakit (inpatient), dimana yang lainnya pulang kerumah pada hari yang

sama (outpatient). Ahli bedah mengidentifikasi lubang-lubang atau robekan-robekan

melalui operating microscope atau suatu lampu kepala yang difokuskan (indirect

ophthalmoscope). Lubang atau robekan kemudian disegel/ditutup,

dengan diathermy (suatu aliran listrik yang memanaskan jaringan), sebuah cryoprobe

(freezing), atau sebuah laser. Ini berakibat pada jaringan parut yang kemudian terbentuk

sekitar robekan retina untuk memelihara itu tertutup secara permanen, sehingga cairan

tidak dapat lagi melewati dan dibelakang retina. Sebuah scleral buckle, yang terbuat dari

silikon, plastik, atau spons, kemudian dijahit pada dinding luar mata (sclera). Buckle

adalah seperti suatu cinch yang ketat atau sabuk sekitar mata. Aplikasi ini menekan

mata sehingga lubang atau robekan pada retina ditekan pada dinding luar sclera mata,

yang telah ditekuk oleh buckle. Buckle dapat ditinggalkan pada tempatnya secara

permanen. Dia biasanya tidak terlihat karena buckle diletakkan setengah jalan sekitar

belakang mata (posteriorly) dan tertutup oleh conjunctiva (penutup luar yang bening

dari mata), yang dengan hati-hati dijahit diatasnya. Menekan mata dengan buckle juga

mengurangi kemungkinan penarikan kemudian hari oleh vitreous pada retina.

Sebuah sayatan kecil pada sclera mengizinkan ahli bedah untuk mengalirkan

beberapa cairan yang telah melaluinya dan berada dibelakang retina. Pengangkatan

cairan ini mengizinkan retina untuk merata pada dinding belakang mata. Sebuah

gelembung gas atau udara dapat ditempatkan kedalam rongga vitreous untuk membantu

mempertahankan lubang atau robekan pada posisi yang sesuai pada scleral buckle

hingga luka parut telah terjadi. Prosedur ini dapat memerlukan posisi khusus dari kepala

pasien (seperti melihat kebawah) sehingga gelembung dapat naik dan menutup retakan

24

Page 25: Case Sulit Yani

pada retina lebih baik. Pasien mungkin harus berjalan, makan, dan tidur dengan kepala

menghadap kebawah untuk dua sampai empat minggu untuk mencapai hasil yang

diinginkan.

Prosedur skelera buckling telah terbukti efektif untuk menangani kasus ablasi

retina rhegmatogen. Identasi skelera yang diakibatkan oleh buckle yang dipasang akan

mendekatkan retina sensorik dari lapisan pigmen retina dan mengendorkan tarikan

vitreous pada robekan. Apabila robekan retina telah menutup, maka cairan subretina

akan diabsorbsi, tapi kadang kala diperluakan drainase apabila retina amat menonjol

(cairan subretina cukup banyak). Penutupan robekan retina dilakukan dengan

melekatkan kembali retina sensoris pada epitel pigmen retina dengan menimbulkan

trauma termal baik panas maupun dingin dengan menggunakan kriopeksi, diatermi atau

fotokoagulasi. Identasi sklera dapat dilakukan dengan pemasangan eksoplant, implan

atau pemasangan circumferential buckle yang terbuat dari silikon mengelilingi bola

mata. Pemsangan eksoplant memungkinkan terjadinya identasi sklera tanpa harus

dilakukan diseksi sklera sehingga cara ini merupakan cara yang banyak dipakai.

Eksoplant dapat berupa busa silikon atau silikon padat yang tersedia dalam berbagai

bentuk dan ukuran. Eksoplant dapat dieratkan pada sklera dengan jahitan sklera.

Gambar 7. Skleral buckling

25

Page 26: Case Sulit Yani

2. Pneumatic retinopexy

Pneumatic retinopexy adalah sebuah metode yang lebih baru untuk memperbaiki

retinal detachments. Ia biasanya dilaksanakan pada basis seorang pasien luar dibawah

pembiusan lokal. Sekali lagi, laser atau cryotherapy digunakan untuk menutup lubang

atau robekan. Ahli bedah kemudian menyuntikan sebuah gelembung gas secara

langsung kedalam rongga vitreous mata untuk mendorong retina yang terlepas pada

belakang dinding luar mata (sclera). Gelembung gas pada awalnya mengembang dan

kemudian menghilang melalui waktu dua sampai enam minggu. Memposisikan kepala

dengan benar dalam periode waktu setelah operasi adalah kritis untuk keberhasilan.

Meskipun perawatan ini tidak sesuai untuk perbaikan dari banyak retinal detachments,

ia adalah mudah dan lebih murah dari pada scleral buckling. Lebih jauh, jika pneumatic

retinopexy tidak sukses, scleral buckling tetap masih dapat dilaksanakan.

Prosedur pneumoretinopaksi diindikasikan untuk robekan yang letaknya di superior

antara jam 8 dan jam 4, robekan (kelompok robekan tidak boleh lebih dari 1 jam) dan

tidak terdapat proliferatif vitretinopati yang berat. Teknik ini ditunjukkan untuk ablasio

retina dengan optik pit, robekan makula, robekan yang sangat posterior dan tidak

teratur. Filtering bleb, sklera yang sangat tipis, konjungtiva dengan sikatrik berat,

kebutuhan untuk menjaga emetropia, kebutuhabn untuk menghindarkan problem

kosmetik seperti ptosis, enofhalmos, atau strabismus. Teknik operasi ini dilakukan

dengan krioterapi transkonjungtiva dan injeksi gas dan posisi pasien pasca operasi yang

disesuaikan sehingga gelembung gas dapat menutup robekan. Pembentukan sikatrik

pada robekan dapat juga dilakukan dengan menggunakan fotokoagulasi laser setelah

retina menempel. Gas yang dapat digunakan adalah gas perfluorokarbon atau

sulfuhexafluorid. Pasien dengan gelembung gas intraokuler lebih dari 10 % ruang

vitreus tidak boleh naik pesawat terbang karena tekanan atmosfir yang turun dapat

menyebabkan ekspansi gelembung gas dengan peningkatan tekanan intraokuler.

3. Pneumatic displacement

Pneumatic dispalcement adalah tindakan penyuntikan gas murni intravitreal melalui

pars plana dan dilanjutkan dengan posisi face down. Tindakan ini dilakukan untuk

memindahkan perdarahan di bawah makuola yang disebabkan oleh makulopati

26

Page 27: Case Sulit Yani

serosanguinosa untyuk menghindarkan penurunan visus permanen akibat kerusakan

makula. Keberhasilan teknik ini tergantung pada ukuran perdarahan submakula (lebih

dari 2 diameter diskus optikus) dan lamanya perdarahan (kurang dari perdarahan 18

hari). Perdarahan yang tebal dan luas mempermudah terjadinya migrasi darah ke dalam

vitreus. Bila terjadi perdarahan vitreus yang cukup tebal dapat dilakukan operasi

vitrektomi.

Operasi vitrektomi dapat dilakukan untuk membuang vitreus yang keruh,

menghilangkan traksi pada retina, mengupas jaringa ikat dari permukaan retina, dan

pengambilan benda asing intraokuler. Vitrektomi dilakukan dengan menggunakan alat

pemotong vitreous, lampu fiber optic dan cairan infus yang dimasukkan melalui

sklerotomi. Penggunaan temponade gas pasca operasi (gas SF6, C3F8 dan minyak

silikon), penggunaan endolaser dan indirek laser, cairan perfluorocarbon, skleral buckle

dan alat untuk membantu visualisasi lapangan operasi dapat membantu keberhasilan

operasi ini.

Gambar 8. Retinopeksi pneumatic

4. Pars Plana Vitrektomi

27

Page 28: Case Sulit Yani

Dibawah mikroskop, badan vitreus dan semua komponen penarikan epiretinal dan

subretinal dikeluarkan. Lalu retina dilekatkan kembali dengan cairan perfluorocarbon.

Defek pada retina ditutup dengan endolaser atau aplikasi eksokrio.

Keuntungan PPV:

1. Dapat menentukan lokasi defek secara tepat

2. Dapat mengeliminasi media yang mengalami kekeruhan karena teknik ini dapat

dikombinasikan dengan ekstraksi katarak.

3. Dapat langsung menghilangkan penarikan dari vitreous.

Kerugian PPV:

1. Membutuhkan tim yang berpengalaman dan peralatan yang mahal.

2. Dapat menyebabkan katarak.

3. Kemungkinan diperlukan operasi kedua untuk mengeluarkan silicon oil

4. Perlu follow up segera (terjadinya reaksi fibrin pada kamera okuli anterior yang

dapat meningkatkan tekanan intraokuler.

Gambar 9. Vitrektomi

KOMPLIKASI

28

Page 29: Case Sulit Yani

Komplikasi setelah operasi dapat terjadi awal dan lambat. Komplikasi awal terjadi dalam

beberapa hari setelah operasi, komplikasi lambat terjadi dalam beberapa minggu, bulan, atau

tahun. Komplikasi awal misalnya selilitis orbita yang akut, ablasio koroid, vitritis,

endofthalmitis. Komplikasi lambat misalnya eksplan yang terpapar, infeksi eksplant, makulopati,

ketidakseimbangan otot-otot ekstraokuler, dan ptosis.

PROGNOSIS

Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio, diagnosisnya

dan tindakan bedah yang dilakukan. Terapi yang cepat memberikan prognosis yang lebih baik.

Prognosis lebih buruk bila mengenai makula atau jika telah berlangsung lama. Jika makula

melekat dan pembedahan berhasil melekatkan kembali retina perifer, maka hasil penglihatan

sangat baik dan robekan yang lebih luas pada vitreus dapat dicegah. Jika makula lepas lebih dari

24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih

sepenuhnya. Namun, bagian penting dari penglihatan dapat kembali pulih dalam beberapa bulan.

Menurut Wijana (1993), prognosis dari ablasio retina adalah sebagai berikut:

1. Baik sekali, bila pertama kali operasi berhasil, yaitu 50-60 %.

2. Bila operasi pertama tak berhasil, diulang lagi dua kali, prognosisnya 15 %.

3. Operasi yang berulang kali atau ablasio retina yang lama, prognosis buruk sekali.

4. Pada miopia tinggi, karena ada degenerasi retina, maka prognosis buruk.

29

Page 30: Case Sulit Yani

BAB 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Suhardjo, SU, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata, Yogyakarta; Bagian Ilmu Penyakit Mata,

fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2007. h 133-145

2. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; Edisi ke-3;2010. h 183-186

3. Gunawan.W. Oftalmologi Pediatri Dalam Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata

Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. 2007. 273-6.

4. Dorland. Kamus Saku Kedokteran Dorland ed 25. Alih Bahasa. Kumala P 1998. Jakarta

EGC.

5. Faiz Omar, Moffat David. Anantomi at a Glance. Jakarta : Erlangga;2004. h 151.

6. Ablasio Retina. Diunduh dari http://ayhks/2009/ablasio-retina.html. 28 November 2012.

30