makalah psi

Upload: muktia-amalina

Post on 16-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jatuhnya daulah bani umayyah

TRANSCRIPT

Teori-teori Tentang Jatuhnya Daulat Bani Umayyah dan Bangkitnya Daulat Bani AbbasiyyahMAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pengantar Studi IslamDosen Pengampu : Sugiyanto, M.A

Disusun oleh :Ummu Habibah

(113411076)Wachidatun Nimah

(113411077)Yaqutun Nafisah

(113411078)Amalina Mutabiah

(113411079)FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2013Teori-teori Tentang Jatuhnya Daulat Bani Umayyah dan Bangkitnya Daulat Bani AbbasiyyahI. PENDAHULUANBanyak sejarawan yang menilai bahwa kebangkitan Daulat Bani Abbasiyyah marupakan suatu revolusi dalam arti kata yang sebenarnya. Richard Frye menyatakan bahwa ciri-ciri yang menyertai kebangkitan Daulat Bani Abbasiyyah ketika itu sama dengan ciri-ciri yang menyertai revolusi di berbagai negara di dunia modern sekarang. Frye menggunakan teori anatomi revolusi yang dikembangkan oleh Crane Brinton yang menyatakan bahwa empat buah revolusi yang diamatinya mempunyai sedikitnya empat persamaan.

Dengan menerapkan keempat ciri revolusi yang ditawarkan oleh Brinton tersebut maka Richard Frye berpendapat bahwa keempat ciri itu teryata didapati pada kebangkitan Daulat Bani Abbasiyyah. Seorang orientalis terkenal bernama Bernard lewis mengataka bahwa pergantian Daulat Bani Umayyah oleh Daulat Bani Abbasiyyah adalah lebih dari sekedar pergantian dinasti, melainkan suatu revolusi yang mempunyai arti penting sebagai titik balik dalam sejarah Islam sebagaimana pentingnya revolusi Prancis dan Rusia. Masa pemerintahan Daulat Bani Abbasiyyah sering disebut sebagai zaman keemasan dalam Islam karena pada masa itu perkembangan pemikiran ke-Islaman mencapai puncaknya.II. RUMUSAN MASALAH

A. Apa sajakah teori-teori tentang kebangkitan Abbasiyyah?B. Bagaimanakah sejarah Bani Abbasiyyah dan Syiah?C. Bagaimanakah sejarah Bani Abbasiyyah dan Khurasan?D. Bagaimanakah sejarah Bani Abbasiyyah dan Gerakan terbuka?E. Bagaimanakah Bani Abbasiyyah Mencari Calon Khalifah?F. Bagaimana gerakan Abbasiyyah mengadakan pembersihan ke dalam?III. PEMBAHASANA. Teori-teori tentang kebangkitan Bani Abbasiyyah

Sedikitnya ada empat teori mengenai hal ini. Masing-masing teori menerapkan aspek tertentu dalam penjelasannya.

1. Teori faksionalisme rasial atau teori pengelompokan kebangsaan. Teori ini mengatakan Daulat Bani Umayyah pada dasarnya adalah Kerajaan Arab yang mementingkan kepentingan orang-orang Arab dan melalaian kepentingan non-Arab meskipun yang disebut terakhir ini sudah memeluk Islam.2. Teori faksionalisme sekarian atau teori pengelompokan golongan atas dasar paham keagamaan. Teori ini menerangkan bahwa kaum syiah selamanya adalah lawan dari Bani Umayyah yang dianggapnya telah merampas kekuasaan dari tangan Ali bin Abi Thalib.3. Teori faksionalisme kesukuan. Persaingan sntarsuku Arab ala zaman Jahiliyyah sebenarnya masih terus berlangsungatau hidup kembali pada masa pemerintahan Bani Umayyah.4. Teori yang menekankan kepada ketidakadilan ekonomi dan disparitas regional. Teori ini mengatakan bahwa orang Arab dari Syiria mendapat perlakuan khusus dan mendapat keuntungan-keuntungan tertentu dari Daulat Bani Abbasiyyah, sedangkan orang-orang Arab dari sebelah timur khususnya Irak yang tinggal di wilayah Khurasan tidak.B. Sejarah Bani Abbasiyyah dan SyiahDulat Bani Abbasiyah dan Syiah mempunyai sejarah yang panjang dalam pergerakannya. Sampai tahap ini gerakan Bani Abbasiyyah masih bersifat di bawah tanah dan slogan yang ditemukan pun belum lagi menggunakan bendera Bani Abbasiyyah tetapi bendera Ahlul Bait atau al-Rida Muhammad. Suksesnya di Kufah dalam merekrut pendukung adaah karena di sana banyak keturunan para pendukung pemberontakan Al-Mukhtar yang membawa nama Imam Muhammad bin Hanafiyah.C. Sejarah Bani Abbasiyah dan KhurasanLatar belakang sosial politik yang terjadi di wilayah khurasan jauh sebelum Bani Abbasiyah masuk kesana. Khurasan adalah suatu wilayah yang terletak di Iran Timur sekarang dan ketika itu merupakan wilayah Islam paling timur. Ibukota Khurasan adalah Merv. Sumber-sumber umumnya mengatakan bahwa penaklukan Khurasan oleh Islam dimulai pada masa pemerintahan khalifah Usman bin Affan dibawah kepemimpinan seorang jendral bernama Abdullah bin Amir yang juga erangkap sebagai gubernur Basrah dari tahun 29-35 H/ 649-655 M. Tetapi ada juga yang mengatakan penaklukan itu telah dimulai pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khatab segera setelah selesai perang Qadisiah (637 M), sedangkan Tabari menyebutkan setahun setelah perang Nihavand yakni tahun 22 H/643 M.Ketika Abdullah bin Amir meninggalkan Khurasan untuk kembali ke Basrah, sebagian tentaranya ditinggalkannya di Khurasan untuk menjaga keamanan di wilayah baru itu. Mereka ini terdiri dari suku lainnya yaitu Tamim, Azd, dan Khuzaa. Ketika Muawiyah berhasil menduduki jabatan sebagai khalifah pertama dari Bani Umayah pada tahun 661 M/ 41 H., Abdullah bin Amir dikukuhkan kembali sebagai gubernur Basrah yang wilayahnya meliputi Sistan dan Khurasan. Dengan ini keamanan dan ketertiban dapat dikendalikan. Pada tahun 45 H/665 M Khurasan pernah dibagi menjadi empat distrik yaitu Merv, Nisapur, Mervrudh, dan Harat, tetapi segera dipersatukan kembali karena ternyata mengundang permusuhan antar suku Arab yang menguasai distrik-distrik tersebut.Pada tahun 45 H/ 665 M Ziyad bin Abi Sufyan diangkat sebagai gubernur Basrah yang sekali lagi mencakup wilayah Khurasan, bahkan juga ditambah dengan kota militer Kufah. Ziyad sendiri meninggal pada tahun 53 H/ 673 M, tetapi kebijaksanaanya itu disetujui oleh khalifah Muawiyah yang setelah menduduki jabatan khalifah menetapkan Khurasan sebagai propinsi yang berdiri sendiri dan sebagai gubernurnya ditunjuk anak Ziyad yang bernama Ubaidullah. Pada tahun 675 M beliau diindahkan menjadi gubernur di Basrah.Demikianlah gubernur berganti gubernur di Khurasan sampai akhirnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/ 685-705 M). Khurasan digabungkan kembali menjadi bagian dari propinsi Irak yang gubernurnya ketika itu adalah Al-Hajjaj. Alasan utama dari pengagabungan ini adalah Khurasan selalu menjadi huru-hara dan ketidakpuasan orang-orang Arab terhadap kebijakan pemerintah pusat di Damaskus. Dalam hal ini Al-Hajjaj dianggap orang yang kuat yang mampu mengatasi masalah ini. Dua langkah pokok yang diambil oleh Al-Hajjaj yakni:

1. Melucuti senjata (demiliterisasi) dan fungsi personil tentara yang berada di dua kota militer di Basrah dan di Kufah.2. Mendatangkan tentara dari Damaskus yang personilnya sepenuhnya adalah orang-orang Syiria.Dengan demikian, sebuah pola pertentangan baru pun muncul yaitu antara orang-orang Arab Syiria dan Irak. Pola pertentangan ini yang nantinya akan ikut membumbui keberhasilan gerakan Bani Abbasiyah. Tentang penduduk pribumi, orang-orang Iran di Khurasan posisi dan struktur sosial mereka tidak banyak yang berubah setelah pendudukan Islam.Sejarah mencatat bahwa pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan, hidup seorang ulama besar bernama Hasan Al-Basri yang meskipun loyal terhadap pemerintahan Bani Umayyah tetapi secara positif juga kritis terhadap kepincangan-kepincangan yang terjadi. Hasan Basri mengatakan bahwa Islam harus lebih dari sekedar penakluk negeri, tetapi dari itu harus mampu menawarkan keadilan kepada rakyat yang ditaklukkan.Pikiran pemuka-pemuka agama seperti Hasan Basri ini telah menggalakkan spesialisasi dalam studi-studi ke-Islaman, sehingga lalu bermunculan ahli-ahli ilmu fikih. Sejarawan terkemuka, Hodgson, mengatakan bahwa perkembangan intelektual Islam ini mempunyai dampak pentingbagi lahirnya cita-cita Bani Abbasiyah untuk mengembalikan ajaran Islam agar dijunjung oleh pemerintah, dan untuk mengembalikan kekuasaan pemerintah kepada Ahlul Bait, kepada keluaraga dan keturunan Nabi Muhammad SAW.Sejarah juga mencatat bahwa berkat lobi para pemuka agama inilah maka khalifah Sulaiman (memerintah 715-717 M) menetapkan Umar bin Abdul Aziz, sebagai penggantinya meskipun ayah Sulaiman, Abdul Malik bin Marwan, sebelumnya telah menetapkan orang lain sebagai penggantinya. Diantara kebijakan khalifah Abdul Malik bin Marwan ialah: mengajak masyarakat di daerah-daerah penaklukkan supaya memeluk Islam, sekali memeluk Islam mereka akan dibebaskan membayar pajak kepala (jizyah) yang diwajibkan kepada zimmi, Para pengelola tanah Kharaj juga dibebaskan dari membayar pajak diatas pajak tanah biasa. Namun sayang pemerintahan Umar bin Abdul Aziz terlalu singkat hanya tiga tahun (717-720 M.) Sehingga praktis segala kebijaksanaannya belum dapat terlaksana. Kemudian kepemimpinan diambil alih oleh Yazid bin Abdul Malik, namun semua kebijaksanaan sebelumnya dicabut olehnya.Telah disebutkan didepan bahwasanya Bani Abbasiyah dan sekaligus imam Syiah Hashimiah, Muhammad bin Ali melalui Maisarah membentuk komite 12 dan 70 di Khurasan. Selain itu Bani Abbasiyah juga membentuk komite wakil yang terdiri dari 12 orang pula. Adapun fungsi komite wakil ini adalah membantu Komite 12 yang telah disebutkan diatas, sedangkan komite 70 adalah sebagai mata rantai antara pimpinan gerakan propaganda Bani Abbasiyah dengan masyarakat luas.Dengan oganisasinya yang bersusun-susun dan mekanisnya yang demikian itu jelas bahwa Bani Abbasiyah telah memutuskan Khurasan sebagai ajang kegiatan propagandanya. Para sejarawan bertanya kenapa yang dipilih adalah Khurasan dan bukan propinsi lainnya. Menurut berbagai kronikel yang dikutip oleh Farouk Omar, daerah-daerah lain tidak dipilih oleh imam Muhammad bin Ali sebagai pusat propaganda Bani Abbasiyah karena berbagai alasan. Diantaranya, Kufah tidak dipilih karena dalam pandangan Muhammad bin Ali orang-orangnya hanya mau mengikuti Ali bin Abi Thalib dan keturunanannya. Basrah tidak dipilih karena penduduknya banyak yang simpati kepada khalifah Usman bin Affan yang juga seketurunan dengan Bani Umayyah. Jazirah Arab, Damaskus, Mekkah, Medinah, Mesir, Afrika juga dianggap memiliki beberapa factor yang menurut Muhammad bin Ali tidak memungkinkan untuk menjadikannya sebagai tempat propaganda. Karena itu satu-satunya daerah yang tinggal dan dapat dipertimbangkan untuk dipilih sebagai pusat kegiatan propaganda Bani Abbasiyah adalah Khurasan yang terletak jauh disebelah timur.Selain letak geografis, Khurasan juga memiliki beberapa factor sosial yang menguntungkan bagi gerakan. Masyarakat Khurasan tidak anti gerakan Arab, bahkan memiliki sejumlah besar penduduk berkebangsaan Arab. Masyarakat Khurasan juga mempunyai kekecewaan-kekecewaan politik terhadap pemerintah Bani Umayyah karena kebijaksanaanya d alam soal pajak Kharaj yang dianggap memberatkan masyarakat. Dan sejarawan menganggap keputusan untuk menjadikan Khurasan sebagai pusat propaganda akan mengantarkan kepada kemenangan.D. Sejarah Bani Abbasiyah dan Gerakan terbuka

Imam Muhammad bin Ali meninggal pada tahun 125 H/742 M. sebelum meninggal ia menunjuk anaknya bernama Ibrahim sebagai penggantinya. Dengan mengutip dari manuskip Al-Akhbar Al-Abbas, Farouk Omar mengatakan bahwa segera setelah Ibrahim bin Muhammad memulai kegiatannya sebagai imam, tokoh komite 12 Sulaiman Al-Khuyzai datang menemuinya dan meminta supaya gerakan Bani Abbasiyah segera diproklamasikan dan pemberontakan terbuka dimulai. Sulaiman berkata Berapa lama lagi burung liar (Bani Umayyah)itu harus memakan daging keluargamu? kemudian Ibrahim bin Muhammad mengirim Abu Muslim al-Khurasani ke Khurasan.Asal-usul Abu Muslim ini tidak jelas bagi para sejarawan. Ketidakjelasan itu nampaknya karena kemaunnya sendiri untuk menyembunyikan asal-usulnya. Ketika ia ditanya mengenai keluarganya, ia hanya menjawab bahwa ia orang Islam dan tidak mempunyai suku maupun qabilah. Tetapi dari berbagai sumber termasuk keterangan termasuk dari Baladhuri dalam kitab Al-Ansab dapat disimpulkan bahwa Abu Muslim asalnya adalah seorang Maula/Mawali Bani Ijil di Isbahan atau Harat, yang ketika orang tuanya dipenjarakan di Kufah. Abu Muslim diserahkan pada para propagandis Bani Abbasiyah, kemudian disewrahkan pada Ibrahim dan diperkenalkan dengan gerakan Bani Abbasiyah. Namun ada pula yang mengatakan bahwa Abu Muslim adalah seorang budak yang dibeli oleh ibrahim di Makkah seharga 700 dirham.Abu Muslim dikirim ke Khurasan pada tahun 128 H/746 M. Awalnya ia ditolak oleh Sulaiman al-khuzai karena dianggap masih terlalu muda. Tetapi ia sangat cerdik, ia menunjukkan surat penugasannya dari Ibrahim, maka ia diperlakukan seperti wakil Ibrahim bin Muhammad. Pada tanggal 25 Ramadhan 129 H/juni 747 M, Abu Muslim secara terbuka mengumumkan secara terbuka gerakannya yang dilakukan dari perkampungan Bani Khuzai.Gerakan yang diproklamasikan oleh Abu Muslim itu tidak menyebut nama Bani Abbasiyah melainkan al-Rida min al-Bait dengan bendera hitam yang melambangkan suasana berkabung dalam arti gerakan masyarakat tertindas. Warna hitam itu adalah mengikut kebiasaan Nabi Muhammad. Sedangkan tujuan proklamasi itu untuk menegakkan kitabullah dan sunah Rasulullah.Pertentangan suku Muadariyah dan Yamaniyah telah berlangsung sejak jaman jahiliyah lampau. Sebelum Islam datang sebenarnya terdapat beberapa suku (Mudariyah, Rabiah, Nizari, dan Qays) yang sama-sama menunjuk kepada Arab utara. Pada masa Nabi, Abu BAkar, dan Umar telah dapat dikendalikan. Pada masa pemerintahan bani Umayyah, pertentangan kedua suku itu semakin menjadi-jadi, karena setiap kholifah Bani Umayyah ternyata menyandarkan dukungan politiknya kepada salah satu dari kedua suku besar itu. Contohnya, pendiri dan kholifah pertama Bani Umayyah mengandalkan tentara pada suku Yamaniyah dan pada masa pemerintahan Yazid II (720-724 M) memihak kepada Mudariyah.Di khurasan bertentangan assabiyah (kesukuan) itu terjadi antara Nasr bin Sayyar di pihak Mudariyah dan Jadi al-Kirmani dipihak Yamaniyah. Nasr bin Sayyar harus menghadapi Sulaiman al-Khuzai dan Abu Muslim yaitu pendukung al-Kirmani . Akhirnya Nasr bin Sayyar melarikan diri dari Merv ke nishapur. Meskipun Nasr bin Sayyar telah pergi, Abu Muslim tetap menjaga aliansinya al-Kirmani dan tetap mengabdi kepada gerakan Abbasiyah. Dalam sebuah perjalanan Qahtaba berhasil mengalahkan sekutu al-Kirmani bersama Shaiban bin Salamdi Sarakh. Mendengar perkembangan di Khurasan pemerintah pusat mengirimkan tentara sejumlah 10.000 oarang di bawah pimpinan Nubata bin Hamzala. Ternyata mereka dikalahkan oleh Qahtaba di Jurjan pada Agustus 748 M/ 130 H. Pada Maret 749 M/ Rajab 131 H Bani Umayyah dikalah kan oleh pasukan Qahtaba. Pada tanggal 14 Muharam 132 H/ 2 September 749 M Qahtaba berhasil menaklukan Nihawand dan menguasai Kufah, Abu SaLama diangkat sebagai menteri ahlu bait. Dan memimpin semua kegiatan.Sementara itu Abu Muslim terus berusaha memperkuat posisinya di Khurasan. Ia mengirimkan pasukan ke berbagai daerah kecil untuk dikuasainya. Namun saat ia memerintahkan Uthman al-Kirmani menyerang Balkh ternyata tidak berhasil. Akhirnya ia memerintahkan Abu Dawud Balkh dapat direbut kembali. Itu yang membuat Abu Muslim mengakhiri persekutuannya dengan al-Kirmani.E. Bani Abbasiyyah Mencari Calon Khalifah

Semasa Abu Muslim masih sibuk dengan pengamanan Khurasan, ia menunjuk Abu Jahm bin Atiyya sebagai penghubung politiknya dengan kekuatan gerakan yang menguasi Kufah yang berada di tangan Abu Salama dengan gelar Wazir Alu Muhammad (menteri ahlul bait). Ia saat itu bertindak sebagai kepala pemerintahan sementara yang mengurus soal administrasi dan militer namun tidak mengurusi masalah keagamaan. Orang-orang yang memiliki keyakinan bahwa pemimpin juga harus memiliki otoritas keagamaan lantas menunjuk Ibrahim bin Muhammad sebagai Khalifah. Namun rencana itu tercium oleh pemerintahan Bani Umayyah sehingga imam Ibrahim bin Muhammad ditahan di Harat dan meinggal di penjara pada bulan Muharram 132 H/ Agustus 749.Beberapa sumber menyatakan bahwa sebelum meninggal dunia, Ibrahim sempat memberikan wasiat agar jabatan imam digantikan oleh saudaranya Abul Abbasa Abdullah bin Muhammad, tetapi ada sumber lain yang menyangkal sehingga sempat terjadi kefakuman imam. Abu Salama, merupakan salah satu yang tidak percaya wasiat itu. Ia memandang Abull Abbas bukalah orang yang tepat untuk menduduki jabatan itu untuk kalangan ahlul bait.Abu Muslim yang berada di Khurasan segera berangkat menuju Kufah untuk bergabung dengan kekuatan lain gerakan lainnya yaitu Abu Salaman. Melalui Abu Jahm bin Atiyya, ia segera memahami keadaan Kufah. Bagi Abu Muslim yang akan menjadi Khalifah harus memahami aspirasi orang-orang Khurasan, yaitu Ahlul Bait dari Humaima. Disinilah ia merasa tidak sependapat dengan langkah-langkah Abu Salama yang menghubungi para tokoh Ahlul Bait di Hijaz.Kesimpang-siuran dalam pemilihan Amirul Mukminin ini dikarenakan Bani Abbasiyah selama ini tidak pernah muncul ke permukaan sehingga masing-masing kelompok merasa gerakan itu milik mereka. orang-orang Syiah beranggapan bahwa gerakan itu untuk mengembalikan kekuasaan katurunan Ali bun Abi Thalib, orang-orang khurasan merasa gerakan itu milik mereka karena dari sanalah dimulai, tapi orang-orang Bani Abbasiyah juga meras bawa gerakan milik mereka karena merekalah yang menjadi otak gerakan sejak awal mula. Para sejarawan berpendapat bahwa inilah yang menjadi keberhasilan, karena dengan cara demikian dapat merangkul banyak kelompok dalam masyarakat.Setelah dua bulan tidak ditemukan titik kesepakatan mengenai siapa yang akan menjadi pemimpin mereka, akhirnya Abu Muslim memutuskan orang yang tepat menjadi Amirul Mukminin adalah Abdul Abbas Abdullah bin Muhammad, saudara Imam ibrahim bin Muhammad. Abdul abbas menerima keputusan itu dan tetap menjadikan Abu Salama sbegai wazir, inilah tradisi baru dalam sisterm pemerintahan, yaitu adanya wazir selain Khalifah. Maka pada tanggal 12 Rabiul Akhir 132 H// 28 November 749 M, Abdul Abbas dibwa ke Kuffah dan secara resmi di umumkan sebagai Kahalifah pertama Bani Abbasiyah.Langkah pertama khalifah Abu Abbas adalah mengirim tentara ke Damaskus untuk menghadapi tentara khalifah Marwan bin Muhammmad. Pertempuran antara pasukan Abbasiyah dan Marwan terjadi di tepi sungai zab bulan Jumadil akhir 132 H/ Januari 750 M. Pada pertempuran ini pasukan Marwan mengalami kekalahan karena adanya petentangan antar suku, yaitu Qays dan Khuzaah. Suku Qays enggan bertempur, sementara ada pasukan lain ada yang memilih mundur sebelum bertempur karena mendengar kekuatan Abbasiyah yang tak terkalahkan.Dalam pertempuran ini, Marwan terdesak dan lari ke Damaskus untuk mencari perlindungan. Namun karena Damaskus bukan lagi daerah kekuasaanya ia pun lari ke berbagai tempat untuk menghindari tentara Abbasiyah. Ketika di Busiri, tentara Abbasiyah berhasil menemukan Marwan dan pengwalnya di gereja. Dalam pertempuran itu Marwan bin Muhammada terbunuh. Dengan kejadian ini, maka berakhirlah kekuasaan Bani Umayyah, dan tegakalah kekuasaan Bani Abbasiyah setelah perjuangan di bawah tanah selama lima puluh tahun.F. Gerakan Abbasiyah Mengadakan Pembersihan Ke DalamMasa pemerintahan Kahalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas As-Syaffah (132-137H/749-754M) sebagian besar dipakai untuk membersihkan sisa-sisa Bani Umayyah di seluruh negeri. Beliau mengirim pasukan ke Makkah dan Madinah yang di pimpin oleh Daud bin Ali, ke Basrah dipimpin Sulaiman bin Ali, dan ke Hirah dipimpin Khalifah Abdul Abbas Sendiri.Selain itu, khalifah Abdul Abbas juga mengadakan konsolidasi ke dalam. Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa beliau menghukum mati wazirnya, Abu salama karena dia adalah orang yang dahulu menghalangi pengangkatannya. Namun dalam sumber lain disebutkan bahwa Abu salama meninggal karena dibunuh oleh komplotan Abu Muslim. Kemudian sebagai gantinya beliau mengakat Abu Jahm bin atiyya.Setelah Abdul Abbas meinggal, jabatan Khalifah digantikan oleh saudaranya, Abu Jafar bin Al-Mansur (754-775M). Pamannya, Abdullah bin Ali tidak setuju dengan pengangkatan itu karena merasa peran Al-Mansur amat kecil, yaitu hanya terbatas pada penaklukan kota wasit yang saat itu masih dikuasai Bani Umayyah. Kemudian Abdullah bin Ali memprokalmirkan diri menjadi Khalifah. Al-Mansur yang tidak menyukainya kemudian berkolaborasi dengan Abu muslim yang didukung tentara dari Khurasan. Beberapa pendukung Abdullah bin ali berbalik menyerangnya. Kemudaian Abdulllah bin Ali lari ke Basrah mencari perlindungan di rumah saudaranya, Sulaiman bin Ali. Tahun 147 H, Abdullah bin Ali ditahan dan meninggal dalam tahanan.Kerjasama antara Al-mansur dan Abu Muslim tidak berlangsung lama. Hal itu bermula karena pada suatu ketika Al-mansur mengirimkan Yaqtim bin Musa untuk mengwasi pelaksanaan pembagian harta rampasan perang yang diperoleh dari Abdullah bin Ali. Abu Muslim merasa keberatan diawasi karena merasa ini merupakan hal kecil dan bukanalah kewenangan Khalifah. Kemudian Abu muslim juga banyak melakuakan hal yang tidak disukai Khalifah. Abu Muslim juga dituduh membujuk Isa bin Musa untuk memberontak Al-mansur. Ketika berangkat haji, abu muslim juga tidak berpamitan pada khalifah. Juga, abu muslim pernah memanggil Khalifah al-mansur dengan namanya saja yaitu Abdullah. Hal ini membuat Khalifah marah dan ingin menyingkirkan Abu Muslim.Atas kejadian ini kemudian Al-mansur melancarkan berbagai manuver. Pertama, Al-mansur mengatakan melalui surat kepada Abu muslim bahwa soal pembagian harta rampasan tidak menjadi masalah lagi, bahkan ia hendak menambah bonus dua kali lipat pada tentara yang ikut menumpas pemberontakan Abdullah bin Ali. Kedua, Al-mansur menawarkan kepada Abu Muslim jabatan gubernur di wilayah Syiria dan Mesir. Abu Muslim menolak semua itu karena menggap Khalifah kurang menghargai dirinya. Ia dan tentaranya bertekad untuk kembali ke Khurasan menjadi Gubernur atau mendirikan daulat sendiri.Tetapi berkat berbagai tawaran manis Al-mansur dan alasan adanya pembicaraan penting, Abu Muslim kembali ke istana seorang diri. Pada saat itulah setelah berbicara beberapa saat Khalifah memerintahkan pengawalnya untuk membunuh abu muslim dan membuang mayatnya ke sungai Tigris. Sejak abu muslim meninggal, Al-mansur lebih dekat pada penghubung politik Abu Muslim yaitu Abu Jahm bin Atiyya. Namun Al-mansur juga tidak menyukainya karena suatu ketika Abu Atiyya pernah memebuat surat kepada Abu Muslim yang isinya menjelek-jelekkan pemerintahan Al-Mansur. Menurut riwayat, Abu Jahm bin Atiyya mati diracun atas printah Al-mansur tidak lama setelah kematian Abu Muslim.Demikianlah revolusi Abbbasiyah telah mengadakan pembersihan ke dalam tidak lama setelah gerakan itu mencapai tujuannya. Bani Abbasiyah juga melakukan langkah-langkah langkah yang menjauhkan dirinya dari kaum Syiah yang dulu mendunkungnya. Dengan demikian Bani Abbasiyah kini ingin tegak mandiri, lepas dari pengaruh orang Syiah dan orang Khurasan yang dulu menjadi tulang punggungnya.IV. KESIMPULANDari pembahasan diatas Nampak bahwa memahami sejarah gerakan kebangitan Daulat Abbasiyyah tidaklah dapat dilakukan dengan sederhana, dengan hanya menerapkan salah satu teori. Proses sosial itu telah berlansung demikian kompleknya, sehingga penerapan teori satu hanya berarti jika dilengkapi dengan teori lainnya. Teori faksionalisme, teori faksionalisme sectarian, dan teori faksionalisme kesukuan hanya bisa diterapkan ketika ketiganya dikombinasikan. Tetapi ketiga teori itu pun baru mampu memberikan pengertian yang lengkap setelah teori keempat tentang ketidakadilan ekonomi dan disparitas regional ditampilkan ke permukaan. Demikianalah bangkitnya Daulat Bani Abbasiyyah telah menjadi salah satu topik perdebatan para peminat sejarah Islam.V. PENUTUPDemikian makalah yang dapat kami selesaikan. Namun, dalam makalah ini kami sadar masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.Daftar PustakaMudzhar, Atho. Pendekatan Studi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

11