makalah presentasi pelaporan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem Keuangan Islam merupakan bagian dari konsep yang lebih luas
tentang ekonomi Islam. Sistem keuangan Islam bukan sekedar transaksi
komersial, tetapi harus sudah sampai kepada lembaga keuangan untuk dapat
mengimbangi tuntutan zaman. Bentuk sistem keuangan atau lembaga keuangan
yang sesuai dengan prinsip Islam ádalah terbebas dari unsur riba. Kontrak
keuangan yang dapat dikembangkan dan dapat menggantikan sistem riba adalah
mekanisme syirkah yaitu : musyarakah dan mudharabah (bagi hasil).
Perkembangan industri perbankan dan keuangan syariah dalam satu
dasawarsa belakangan ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, seperti
perbankan syariah, asuransi syariah, pasar modalsyariah, reksadana syariah,
obligasi syariah, pegadaian syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT). Demikian
pula di sektor riil, seperti Hotel Syariah,Multi Level Marketing Syariah, dsb.
Maka seiring berkembangnya entitas syariah di Indonesia, maka muncul
juga permintaan akan standar akuntansi syariah yang relevan di terapkan dalam
suatu entitas syariah. pada dasarnya standar akuntansi merupakan pengumuman
atau ketentuan resmi yang dikeluarkan badan berwenang di lingkungan tertentu
tentang pedoman umum yang dapat digunakan manajemen untuk menghasilkan
laporan keuangan. Dengan adanya standar akuntansi syariah, laporan keuangan
diharapkan dapat menyajikan informasi yang relevan dan dapat dipercaya
kebenarannya. Standar akuntansi juga digunakan oleh pemakai laporan keuangan
1
seperti investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum sebagai acuan untuk
memahami dan menganalisis laporan keuangan sehingga memungkinkan mereka
untuk mengambil keputusan yang benar. Dengan demikian, standar akuntansi
memiliki peranan penting bagi pihak penyusun dan pemakai laporan keuangan
sehingga timbul keseragaman atau kesamaan interpretasi atas informasi yang
terdapat dalam laporan keuangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui apa itu akuntansi syariah?
2. Menjelaskan perbedaan akauntansi syariah dan akuntansi
konvensional?
3. Apa saja jenis entitas syariah yang ada di Indonesia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akuntansi Syariah
Akuntansi syariah adalah suatu proses yang dilakukan dengan berbagai
tahap mulai pengumpulan, penganalisaan, pencatatan dan lain sebagainya, yang
berupa transaksi-transaksi mu’amalah yang didasarkan pada ketentuan ajaran
Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Hadits. Dasar-dasar akuntansi syariah
adalah syari’at Islam yang diimplementasikan di kalangan masyarakat muslim
yang prosesnya ditangani oleh para akuntan yang mengkombinasikan kemampuan
dan kecakapan dengan kejujuran bekerja.
2.1.1 Perbedaan Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional
Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional
terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
1. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi;
2. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun
pembukuan keuangan;
3. Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal;
4. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang;
5. Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income
dengan biaya (cost)
6. Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan;
7. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.
3
· Sedangkan perbedaannya, menurut Husein Syahatah, dalam buku Pokok-
Pokok Pikiran Akuntansi Islam, antara lain, terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
1. Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai
atau harga untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat ini apa
yang dimaksud dengan modal pokok (kapital) belum ditentukan.
Sedangkan konsep Islam menerapkan konsep penilaian berdasarkan nilai
tukar yang berlaku, dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi
kemampuan produksi di masa yang akan datang dalam ruang lingkup
perusahaan yang kontinuitas.
2. Modal dalam konsep akuntansi konvensional terbagi menjadi dua bagian,
yaitu modal tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar),
sedangkan di dalam konsep Islam barang-barang pokok dibagi menjadi
harta berupa uang (cash) dan harta berupa barang (stock), selanjutnya
barang dibagi menjadi barang milik dan barang dagang.
3. Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang
sama kedudukannya, bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya
sebagai perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga, atau
sebagi sumber harga atau nilai.
4. Konsep konvensional mempraktekan teori pencadangan dan ketelitian dari
menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta
mengenyampingkan laba yang bersifat mungkin, sedangkan konsep Islam
sangat memperhatikan hal itu dengan cara penentuan nilai atau harga
dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan
untuk kemungkinan bahaya dan resiko.
4
5. Konsep konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba
dagang, modal pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram,
sedangkan dalam konsep Islam dibedakan antara laba dari aktivitas pokok
dan laba yang berasal dari kapital (modal pokok) dengan yang berasal dari
transaksi, juga wajib menjelaskan pendapatan dari sumber yang haram jika
ada, dan berusaha menghindari serta menyalurkan pada tempat-tempat
yang telah ditentukan oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram
tidak boleh dibagi untuk mitra usaha atau dicampurkan pada pokok modal.
6. Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika
adanya jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu
akan ada ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai barang,
baik yang telah terjual maupun yang belum. Akan tetapi, jual beli adalah
suatu keharusan untuk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi
sebelum nyata laba itu diperoleh.
2.1.2 Komponen Laporan Keuangan Syariah dengan Laporan Keuangan
Konvensioanal
Akuntansi Konvensional Akuntansi Syariah
Laporan keuangan lengkap terdiri
dari komponen-komponen
berikut ini:
a. laporan posisi keuangan
(neraca) pada akhir periode;
b. laporan laba rugi
komprehensif laba rugi dan
Laporan keuangan yang lengkap
terdiri dari
komponen-komponen berikut ini:
a. Neraca;
b. Laporan Laba Rugi;
c. Laporan Arus Kas;
d. Laporan Perubahan Ekuitas;
5
penghasilan komprehensif
lain selama periode;
c. laporan perubahan ekuitas
selama periode;
d. laporan arus kas selama
periode;
e. catatan atas laporan
keuangan, berisi ringkasan
kebijakan akuntansi penting
dan informasi penjelasan
f. laporan posisi keuangan
pada awal periode
komparatif sebelumnya yang
disajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan
akuntansi secara retrospektif
atau membuat penyajian
kembali pos-pos laporan
keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos
dalam laporan keuangannya
sesuai dengan paragraf
e. Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Zakat;
f. Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Kebajikan;
g. Catatan atas Laporan
Keuangan.
Sumber: PSAK 1 dan PSAK 101
6
2.2 Jenis Entitas Syariah yang Ada Di Indonesia
2.2.1 Bank Syariah
2.2.1.1 Pengertian Bank Syariah
Bank syariah atau bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariat Islam yaitu mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-qur’an
dan Hadist. Dalam tata cara bermuamalat dijauhi praktek-praktek yang
dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba. Falsafah dasar beroperasinya bank
syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya adalah efesiensi, keadilan,
dan kebersamaan.
Munculnya bank syariah dalam sistem perbankan nasional merupakan
respons atas pemahaman para ulama serta pemikir ekonomi yang menyatakan
bahwa tingkat bunga (interest rate) adalah riba yang tidak sesuai dengan prinsip
muamalah dalam Islam.Keberadaannya mulai dikenal sejak tahun 1992 tentang
perbankan. Undang-undang tersebut kemudian disempurnakan lagi menjadi
undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang merupakan dasar adanya dual banking
system, dimana bank-bank konvensional boleh membuka cabang syariah atau
mengkonversi total menjadi bank syariah. Seiring dengan perkembangan bank
syariah yang semakin meningkat, maka dikeluarkan Undang-undang No. 21
Tahun 2008 yang menunjukkan perkuatan posisi bank syariah dalam sistem
perbankan nasional sekaligus menjadi landasan hukum yang kuat bagi bank
syariah.Pengertian bank syariah dalam UU No. 21 Tahun 2008 pasal 1 butir 7.
Adalah:
7
“ Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.”
Sedangkan Djazuli dan Janwari (2009) menyatakan bahwa : “Bank
Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
operasionalnya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.”
2.2.1.2 Falsafah Operasional Bank Syariah
Kerangka dasar sistem perbankan Islam adalah satu aturan dan hukum,
yang secara bersama disebut sebagai syariah.Syariah merupakan aturan yan
diturunkan dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad. Kegiatah bank syariah
merupakan implementasi dari prinsip ekonomi Islam dengan karakteristik sebagai
berikut:
1. Menjauhkan dari unsur riba
Larangan ini dimulai dari adanya pelarangan yang tegas terhadap
riba.Riba menurut istilah bahasa Arab berarti tambahan, peningkatan,
ekspansi, atau pertumbuhan.Menurut istilah teknis, riba berarti
pengambilan tambahan (premium) sebagai syarat yang harus dibayarkan
oleh peminjam kepada pemberi pinjaman selain pinjaman pokok
(Mudrajat dan Suhardjono 2005).
2. Berbagi hasil dan risiko
Fatwa MUI tentang larangan riba mendorong para pemilik dana
menjadi investor. Sehingga konsep investor ini merupakan pengganti
8
konsep kreditur dalam kerangka perbankan konvensional. Penyedia modal
dan usahawan berbagi risiko bisnis, demikian pula mereka akan berbagi
keuntungan ketika mendapatkan laba. Sebagaimana tercantum dalam Al-
Qur’an di Surat Al-Baqarah : 275 dan An-Nisaa : 29, maka setiap transaksi
kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan
perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara
uanga dengan barang, sehingga dapat dihindari adanya penyalahgunaan
kredit, spekulasi, dan inflasi.
3. Prinsip keadilan sosial, persamaan, dan hak milik
Islam memperbolehkan pendapatan dari laba tetapi melarang
pembebanan bunga.Laba menandakan kesuksesan wirausaha dalam
mencipatakan penambahan kekayaan.Sedangkan bunga, adalah suatu
biaya yang dibebankan kepada peminjamnya tanpa mempedulikan
bagaimana dengan hasil aktivitas bisnis apakah untung dan rugi. Keadilan
social dalam pandangan Islam menuntut pemilik dana dan penggunan dana
untuk berbagi atas keuntungan, demikian juga bila terjadi kerugian. Islam
memberikan panduan bahwa proses akumulasi kekayaan dan distribusi
ekonomi terbentuk secara fair dan benar.
2.2.1.3 Tujuan Bank Syariah
Bank Syariah memiliki tujuan yang lebih luas dibandingkan dengan bank
konvensional, hal ini terkait dengan keberadaannya sebagai institusi komersial
serta kewajiban moral yang disandangnya. Sudarsono (2008) menyebutkan selain
bertujuan meraih keuntungan sebagaimana layaknya bank konvensional pada
umumnya, bank syariah juga bertujuan sebagai berikut:
9
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi untuk bermu’amalah secara Islam,
khususnya mu’amalah yang berhubungan dengan perbankan agar
terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha lain yang
mengandung unsur gharar (tipuan).
2. Untuk memciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi. Hal ini
dilakukan dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan
investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara
pemilik modal dengan pihak yang membutuhan dana,
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat. Hal ini dilakukan dengan
jalan membuka peluang usaha yang lebih besar terutama bagi
kelompok miskin yang diarahkan pada kegiatan usaha yang produktif,
menuju terciptanya kemadirian berusaha (berwirausaha)
4. Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan) masalah
kemiskinan yang pada umumnya merupakan program utama dari
negara-negara yang sedang berkembang.
5. Untuk menjaga kestabilan ekonomi atau moneter pemerintah.
6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank
konvensional yang menyebabkan umat Islam di bawah kekuasaan
bank, sehingga umat Islam tidak bisa melaksanakan ajaran agamanya
secara penuh terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomian.
2.2.1.4 Ciri-ciri Bank Syariah
Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional,
adapun ciri-ciri bank syariah menurut (Sudarsono: 2008) adalah sebagai berikut :
10
1. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian
diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan
dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar-menawar dalam batas
wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai
dengan kesepakatan dalam kontrak.
2. Penggunaan presentase dalam hal kewajiban untuk melakukakan
pembayaran selalu dihindari, karena persentase bersifat melekat pada sisa
utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir.
3. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang
diterapkan di muka karena pada hakekatnya yang mengetahui tentang
ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah semata.
4. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan (wadiah) sedangkan bagi bank
dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada
proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip
syariah sehingga pada penyimpanan tudak dijanjikan imbalan yang pasti.
5. Dewan Pengawas Syariah bertugas untuk mengawasi operasionalisasi
bank dari sudut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank Islam
harus menguasai dasar-dasar muamalah Islam.
6. Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak
pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana juga mempunyai
fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan
11
bertanggung jawaban atas keamanan dana yang disimpan dan siap
sewaktu-waktu apabila dana diambil pemiliknya.
Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional sangat signifikan,
uraian Wibowo dan Widodo (2005) menjelaskan secara lengkap perbedaan itu
untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 2.1
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank Syariah Bank Konvensional
1) Berdasarkan margin
keuntungan
2) Profit dan fallah oriented
3) Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan
kemitraan
4) Users or real funds
5) Investasi pada bidang yang
halal
6) Operasional harus sesuai
dengan arahan Dewan
Pengawas Syariah
1) Memakai perangkat bunga
2) Profit oriented
3) Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan
debitur-kreditur
4) Creator of money supply
5) Tidak membedakan
investasi yang halal dan
haram
6) Tidak memiliki Dewan
pengawas Syariah
12
2.2.1.5 Prinsip-prinsip dasar perbankan syari’ah
Sebagaimana pada bank konvensional penghimpunan dan penyaluran dana
di bank syariah dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dengan prinsip-prinsip
dasar dasar seperti yang dipaparkan Antonio (2001):
1. Prinsip titipan atau simpanan (Al-Wadi’ah)
Al-Wadi’ah yaitu titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si
penitip menghendaki. Akad wadi’ah terbagi menjadi 2 yaitu:
1) Wadi’ah yad al-amanah (tangan amanah)
2) Wadi’ah dhamanah (tangan penanggung)
2. Prinsip Bagi Hasil (profit-sharing), terdapat beberapa produk bagi hasil
yang disediakan oleh bank syariah diantaranya:
A. Al-Musyarakah (Partnership, project financing participation)
Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
Al-Musyarakah ada dua jenis: musyarakah pemilikan dan
musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena
warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan
satu asset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan musyarakah akad
(kontrak) tercipta dengan cara kesepakatan di mana dua orang atau
13
lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal
musyarakah, dan mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan
kerugian.
B. Al-Mudharabah (trust financing, trust invesment)
Mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau
berjalan. Secara teknis Al-mudharabah adalah akad kerjasama usaha
antara dua pihak dimana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan
seluruh modal sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah di bagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung
oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya si pengelola itu diakibatkan karena kecurangan
atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggungjawab atas
kerugian tersebut.
C. Al-Muzara’ah (harvest-yield profit sharing)
Al-muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara
pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan
lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara
dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen.
D. Al-Musaqah
Al-musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah di
mana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan
14
pemeliharaan, sebagai imbalan si penggarap berhak atas nisbah
tertentu dari hasil panen.
Ibnu Umar berkata bahwa Rasullulah SAW. Pernah memberikan
tanah dan tanaman kurma di Khaibar kepada Yahudi Khaibar untuk
dipelihara dengan mempergunakan peralatan dan dana mereka.
Sebagai imbalan, mereka memperoleh persentase tertentu dari hasil
panen.
3. Jual beli (sale and purchase)
Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam
fiqih muamallah islamiah terbilang sangat banyak.Jumlahnya bisa
mencapai belasan jika tidak puluhan.Dari sekian banyak itu, ada tiga jenis
jual-beli yang telah dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam
pembiayaan modal kerja dan invesatasi dalam perbankan syariah, yaitu ba’i
al-murabahah, ba’i as-salam, dan ba’i al-istishna.
1) Ba’i Al-Murabahah
Ba’i al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam ba’i al-murabahah, penjual
harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu
tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
2) Ba’i As-Salam (in-front payment sale)
Dalam pengertian yang sederhana ba’i as-salam berarti pembelian
barang yang diserahkan di kemudian hari sedangkan pembayaran di muka.
15
berkontrak harus menunjuk tempat yang disepakati di mana barang harus
diserahkan. Jika kedua pihak yang berkontrak tidak menentukan tempat
pengiriman.
3) Ba’i Al-Istishna’ (purchase by order or manufacture)
Transaksi ba’i al-istishna’ merupakan kontrak penjualan antara
pembeli dan pembuat barang.Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima
pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain
untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah
disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak
bersepakat atas harga serta sistem pembayaran: apakah pembayaran
dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu
yang akan datang.
4. Sewa (operational lease and financial lease)
1) Al-Ijarah (operational lease)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri. Menurut Dewan
Syariah Nasional (DSN), ijarah adalah akan pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu jasa atau barang dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa atau upah tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
barang tersebut.
16
2) Al-ijarah Al-Muntahia bit-tamlik (financial lease with purchase option)
Transaksi yang disebut dengan al-ijarah al-muntahia bit-tamlik adalah
sejenis pepaduan antara kontrak jual-beli dan sewa atau lebih tepatnya akad
sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa.Sifat
pemindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa.
5. Jasa (fee based service)
1) Al-Wakalah (deputyship)
Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau
pemberian mandat. Sedangkan secara istilah dapat didefinisikan sebagai
pelimpahan kekusaan oleh seseorang kepada orang lain dalm hal-hal yang
dapat diwakilkan. Islam mensyariatkan wakalah karena manusia
membutuhkannya, tidak setiap orang mempunyai kemampuan dan
kesempatan untuk menyelesaikan semua urusannya sendiri. Pada suatu
kesempatan, seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada orang
lain untuk mewakili dirinya.
2) Al-Kafalah (guaranty)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan
tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung
jawab orang lain sebagai penjamin.
3) Al-Hawalah (transfer service)
Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para
17
ulama, hal ini merupakan pemindahan beban utang dari muhil (orang
yang berutang) menjadi tanggungan muhal’alaih atau orang yang
berkewajiban membayar utang.
4) Ar-Rahn (mortage)
Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.Barang yang ditahan
tersebut memiliki nilai ekonomis.
5) Al-Qardh(soft and benevolent)
Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan.
2.3 Asuransi Syariah
Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah
usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang
melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko /bahaya tertentu melalui akad yang sesuai
dengan syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan
/anggota/peserta mendonasikan/menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi
yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami
oleh sebagian partisipan/anggota/peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas
pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta investasi dari
dana-dana/kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
18
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong
menolong atau saling membantu . Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
Asuransi ta'awun prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran
terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan
bencana yang dialami peserta.
2.3.1 Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional
1. Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong menolong).
Dimana nasabah yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah
mengalami kesulitan. Sedangkan akad asuransi konvensional bersifat
tadabuli (jual beli antara nasabah dengan perusahaan).
2. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah
(premi) diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil
(mudharabah).Sedangkan pada asuransi konvensional investasi dana
dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.
3. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah.
Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya.
Sedangkan pada asuransi konvensional, premi menjadi milik
perusahaan dan perusahaanlah yang memiliki otoritas penuh untuk
menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.
4. Bila ada peserta yang terkena musibah untuk pembayaran klaim
nasabah dana diambilkan dari rekening tabarru’(dana sosial) seluruh
peserta yang sudah diikhlaskan untuk keperluan tolong menolong.
Sedangkan dalam asuransi konvensional dana pembayaran klaim
diambil dari rekening milik perusahaan.
19
5. Keuntungan investasi di bagi dua antara nasabah selaku pemilik dana
dengan perusahaan selaku pengelola dengan prinsip bagi hasil.
Sedangkan dalam asuransi konvensional keuntungan sepenuhnya
menjadi milik perusahaan. Jika tidak ada klaim nasabah tak
memperoleh apa-apa.
6. Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah
yang merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam
mengawasi manajemen produk serta kebijakan investasi supaya
senantiasa sejalan dengan syariat Islam.
2.3.2 Produk Asuransi Syariah
1. Takaful dana pendidikan (fulnadi)
Fulnadi adalah program asuransi untuk perseorangan yang bertujuan
untuk menyediakan dana pendidikan untuk putra-putri peserta sampai
pendidikan tingkat sarjana dengan manfaat proteksi atas resiko
meninggal.
2. Takaful asuransi jiwa murni (Al-Khairat)
Takaful Al-Khairat adalah suatu bentuk perlindungan yang manfaat
proteksinya diperuntukkan bagi ahli waris apabila pemegang polis
ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian.
3. Asuransi jiwa kesehatan (takaful falah)
Adalah produk Asuransi Takaful Keluarga yang dirancang secara
khusus bagi peserta yang menginginkan manfaat asuransi secara
menyeluruh, ketika peserta mengalami musibah meninggal baik
karena sakit ataupun kecelakaan.
20
4. Asuransi kesehatan group/kumpulan (fulmedicare)
Adalah Program Asuransi Kesehatan yang memberikan manfaat
pelayanan kesehatan bagi peserta yang mengalami sakit karena resiko
penyakit atau kecelakaan.
5. Asuransi kesehatan keluarga (family care)
Takaful Family Care adalah program asuransi kesehatan yang khusus
diperuntukkan bagi keluarga. Jumlah minimal peserta adalah 2 orang.
6. Asuransi mobil (tafakul abror)
Produk Takaful yang menggantikan kerugian atas kendaraan
bermotor yang disebabkan musibah kecelakaan, pencurian serta
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga.
7. Asuransi perlindungan rumah (tafakul baituna)
Merupakan paket istimewa dari Takaful yang melindungi rumah dari
risiko kebakaran yang dilengkapi dengan perangkat perlindungan
ekstra.
2.4 Pegadaian Syariah
Gadai dalam fiqh disebut Rahn, yang menurut bahasa adalah tetap, kekal,
dan jaminan. Menurut beberapa mazhab, Rahn berarti perjanjian penyerahan harta
oleh pemiliknya dijadikan sebagai pembayar hak piutang tersebut, baik
seluruhnya maupun sebagian. Penyerahan jaminan tersebut tidak harus bersifat
actual (berwujud), namun yang terlebih penting penyerahan itu bersifat legal
misalnya berupa penyerahan sertifikat atau surat bukti kepemilikan yang sah suatu
harta jaminan. Menurut mahab Syafi’i dan Hambali, harta yang dijadikan jaminan
tersebut tidak termasuk manfaatnya.
21
Gadai syariah adalah produk jasa berupa pemberian pinjaman
menggunakan sistem gadai dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip syariat
Islam, yaitu antara lain tidak menentukan tarif jasa dari besarnya uang pinjaman.
Perusahaan Umum Pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di
Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan
lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke
masyarakat atas dasar hukum gadai seperti dimaksud dalm Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata pasal 1150 di atas. Tugas pokoknya adalah memberikan pinjaman
kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh
kegiatan lembaga keuangan informal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan
dana mendesak dari masyarakat.
2.4.1 Teknik Transaksi Pegadaian Syariah
Pada dasarnya Pegadaian Syariah berjalan atas dua akad transaksi syariah,
yaitu:
1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak
yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh
atau sebagian piutangnya.
2. Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau
jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barangnya sendiri.
Dari landasan Syariah tersebut maka mekanisme operasional Pegadaian
Syariah dapat digambarkan sebagai berikut : Melalui akad rahn, nasabah
22
menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian menyimpan dan
merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian. Akibat yang timbul
dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai
investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses
kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa
kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Pegadaian Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa
tempat yang dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang
diperhitungkan dari uang pinjaman.. Sehingga di sini dapat dikatakan proses
pinjam meminjam uang hanya sebagai “lipstick” yang akan menarik minat
konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian.
2.4.2 Produk-Produk yang Dikembangkan
1. Ar-rahn (gadai syariah) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan
pada prinsip-prinsip syariah, dimana nasabah hanya akan dipungut
biaya asministrasi dan ijaroh (biaya jasa simpan dan pemeliharaan
barang jaminan).
2. Mulia (murabahah logam mulia untuk investasi abadi) adalah
penjualan logam mulia oleh pegadaian kepada masyarakat secara
tunai, dan agunan dengan jangka waktu fleksibel.
3. Penaksirannilai barang Jasa ini diberikan bagi mereka yang
menginginkan informasi tentang taksiran barang yang berupa emas,
perak dan berlian. Biaya yang dikenakan adalah ongkos penaksiran
barang.
23
4. Penitipan barang (ijaroh) Barang yang dapat dititipkan antara lain :
sertifikat motor, tanah, ijazah. Pegadaian akan mengenakan biaya
penitipan bagi nasabahnya Ar-Ruum atau gadai untuk pembiayaan
usaha kelompok mikro kecil dan menengah (UMKM)
Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari
teknik transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional,
yaitu :
1. Di Pegadaian konvensional, tambahan yang harus dibayar oleh
nasabah yang disebut sebagai sewa modal, dihitung dari nilai
pinjaman.
2. Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian :
hutang piutang dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari
aspek hukum konvensional, keberadaan barang jaminan dalam gadai
bersifat acessoir, sehingga Pegadaian konvensional bisa tidak
melakukan penahanan barang jaminan atau dengan kata lain
melakukan praktik fidusia. Berbeda dengan Pegadaian syariah yang
mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk
membenarkan penarikan bea jasa simpan.
2.5 Pasar Modal Syariah
Pasar Modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan
terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain.
24
2.5.1 Produk Pasar Modal Syariah
1. Saham Syariah
Saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan
penyertaan modal kedalam suatu perusahaan. Sementara dalam prinsip
syariah, penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang
tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba,
memproduksi barang yang diharamkan seperti bir, dan Di Indonesia,
prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam
bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa
pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinisp syariah.
Dalam hal ini, di Bursa Efek Indonesia terdapat Jakarta Islamic Indeks
(JII) yang merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang
ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapkan oleh
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan PT Danareksa
Invesment Management (DIM). Jakarta Islamic Index dimaksudkan
untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark) untuk mengukur
kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui index
ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk
mengembangkan investasi dalam modal secara syariah. Jakarta Islamic
Index terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang
sesuai dengan Syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam
Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT
Danareksa Invesment Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah
25
adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan
syariah seperti:
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk
perbankan dan asuransi
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat.
Selain kriteria diatas, dalam proses pemilihan saham yang masuk
JII Bursa Efek Indonesia melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga
mempertimbangkan aspeklikuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu:
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3
bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahun berakhir yang meiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva
maksimal sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-
rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu
tahun terakhir.
26
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-
rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan
komponen index pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya.
Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara
terus menerus berdasarkan data-data publik yang Sesuai dengan Fatwa
Dewan Syari’ah Nasional No: 32/DSN-MUI/IX/2002.
2. Obligasi Syariah
Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada
pemegang Obligasi Syari’ah yang mewajibkan Emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syari’ah berupa
bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat
jatuh tempo". Tidak semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah.
Untuk menerbitkan Obligasi Syariah, beberapa persyaratan berikut
harus dipenuhi:
1) Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan
dengan substansi Fatwa No: 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tsb
menjelaskan bahwa jenis kegiatan usaha yg bertentangan
dengan syariah Islam diantaranya:
(i) usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang;
(ii) usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk
perbankan dan asuransi konvensional;
27
(iii) usaha yg memproduksi, mendistribusi, serta
memperdagangkan makanan dan minuman haram; (iv)
usaha
yg memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan
barang2 ataupun jasa yg merusak moral dan bersifat
mudarat.
2) Peringkat investment grade:
(i) memiliki fundamental usaha yg kuat;
(ii) memiliki fundamental keuangan yg kuat; (iii) memiliki
citra yg baik bagi publik.
3) Keuntungan tambahan jika termasuk dalam komponen JII.
Di Indonesia terdapat 2 skema obligasi syariah yaitu obligasi
syariah mudharabah dan obligasi syariah ijarah.
Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang
diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui
pendapatan emiten. Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah
yang menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah)
bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi
diterbitkan.
3. Reksa Dana Syariah
Reksa Dana Syariah merupakan Reksa Dana yang
mengalokasikan seluruh dana/portofolio kedalam instrument syariah
28
seperti saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Indeks
(JII), obligasi syariah, dan berbagai instrument keuangan syariah
lainnya.
Pangsa pasar reksa dana syariah saat ini makin menunjukkan
pertumbuhan yang menjanjikan. Sejak dari kegiatan perbankan dan
investasi syariah yang baru muncul beberapa tahun belakangan,
pertumbuhan reksa dana syariah terus mengalamikenaikan. jumlah
tersebut diproyeksi akan terus meningkat dengan makin banyaknya
investor yang kini mulai melirik berinvestasi di reksa dana syariah
yang dianggap lebih menguntungkan.
4. Sukuk
Sukuk berasal dari bahasa Arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk
(jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note. Dalam
pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti (claim)
kepemilikan.Sementara itu, menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia
No 32/DSN-MUI/IX/2002
sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi
syariah. Sukuk mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. ]
Sedangkan menurut Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institutions (AAOIFI) berpendapat lain mengenai
arti sukuk. Menurut organisasi tersebut, sukuk adalah sebagai
29
sertifikat dari suatu nilai yang direpresentasikan setelah penutupan
pendaftaran, bukti terima nilai sertifikat, dan menggunakannya sesuai
rencana. Sama halnya dengan bagian dan kepemilikan atas aset yang
jelas, barang, atau jasa, atau modal dari suatu proyek tertentu atau
modal dari suatu aktivitas inventasi tertentu. Sukuk ritel negara
merupakan sukuk yang dikeluarkan oleh pemerintah dan ditujukan
bagi individu warga negara Indonesia. Meski sukuk memiliki
pengertian yang sama dengan obligasi konvensional, tetapi sukuk
memiliki perbedaan mendasar. Jika obligasi konvensional tidak
mengharuskan adanya aset yang menjamin (underlying asset), sukuk
harus memiliki underlying asset yang jelas sebagai
penjamin.Instrumen ini pun dijamin oleh pemerintah dan bebas risiko
gagal bayar atau tidak dibayar pemerintah. Sukuk ritel mulai
ditawarkan pada 30 Januari hingga 20 Februari 2009 dengan harga Rp
1 juta per unit. Individu dapat membeli sukuk ritel tersebut minimal Rp
5 juta melalui 13 agen penjualan yang ditunjuk oleh pemerintah. Di
antaranya adalah Bank Syariah Mandiri, Bank Mandiri, BNI Sekuritas,
CIMB-GK Securities Indonesia, Citibank, HSBC, Reliance Sekuritas,
Trimegah Securities, Andalan Artha Advisindo Sekuritas, Anugerah
Securindo Indah, Bahana Sekuritas, Danareksa Sekuritas, dan Bank
Internasional Indonesia.
30
2.6 Koperasi Syariah
Koperasi Syariah merupakan sebuah konversi dari koperasi konvensional
melalui pendekatan yang sesuai dengan syariat Islam dan peneladanan ekonomi
yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya.
Konsep pendirian Koperasi Syariah menggunakan konsep Syirkah
Mufawadhoh yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua
orang atau lebih, masing-masing memberikan kontribusi dana dalam porsi yang
sama besar dan berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama pula. Masing-
masing partner saling menanggung satu sama lain dalam hak dan kewajiban. Dan
tidak diperkenankan salah seorang memasukan modal yang lebih besar dan
memperoleh keuntungan yang lebih besar pula dibanding dengan partner lainnya.
Azas usaha Koperasi Syariah berdasarkan konsep gotong royong, dan tidak
dimonopoli oleh salah seorang pemilik modal. Begitu pula dalam hal keuntungan
yang diperoleh maupun kerugian yang diderita harus dibagi secara sama dan
proporsional.
Penekanan manajemen usaha dilakukan secara musyawarah (Syuro)
sesama anggota dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dengan melibatkan
seluruhnya potensi anggota yang dimilikinya. Kelahiran Koperasi Syariah di
Indonesia dilandasi oleh Kepututsan Menteri (Kepmen) Nomor
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
31
2.6.1 Usaha Koperasi Syariah
Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan
bermanfaat (thayyib) serta menguntungkan dengan sistem bagi hasil, dan tidak
riba, perjudian (masyir) serta ketidakjelasan.Untuk menjalankan fungsi perannya,
koperasi syariah menjalankan usaha sebagaimana tersebut dalam sertifikasi usaha
koperasi.
Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus dinyatakan sah
berdasarkan fatwa dan ketentuan dewan syariah nasional majelis ulama
Indonesia.Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.6.2 Tujuan dan Peran Koperasi Syariah
Koperasi syariah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan
perekonomian yang berkeadilan sesuai prinsip islam.
Koperasi syariah mempunyai fungsi dan peran, diantaranya :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan,
kesejahteraan sosial ekonominya.
2. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih
amanah, professional (fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di
dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi islam.
32
3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
4. Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana,
sehingga tercapai optimalisasi pemanfaatan harta.
5. Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama
melakukan kontrol terhadap koperasi secara efektif.
6. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.
7. Menumbuhkan kembangkan usaha-usaha produktif anggota.
33
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Akuntansi syariah adalah suatu proses yang dilakukan dengan berbagai
tahap mulai pengumpulan, penganalisaan, pencatatan dan lain sebagainya, yang
berupa transaksi-transaksi mu’amalah yang didasarkan pada ketentuan ajaran
Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Hadits. Dasar-dasar akuntansi syariah
adalah syari’at Islam yang diimplementasikan di kalangan masyarakat muslim
yang prosesnya ditangani oleh para akuntan yang mengkombinasikan kemampuan
dan kecakapan dengan kejujuran bekerja.
Bank syariah atau bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariat Islam yaitu mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-qur’an
dan Hadist. Daam tata cara bermuamalat dijauhi praktek-praktek yang
dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba. Falsafah dasar beroperasinya bank
syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya adalah efesiensi, keadilan,
dan kebersamaan.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para
partisipan/anggota/peserta mendonasikan/menghibahkan sebagian atau seluruh
kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang
dialami oleh sebagian partisipan/anggota/peserta.
Gadai syariah adalah produk jasa berupa pemberian pinjaman
menggunakan sistem gadai dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip syariat
Islam, yaitu antara lain tidak menentukan tarif jasa dari besarnya uang pinjaman.
34
Pasar Modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan
terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain.
Koperasi Syariah merupakan sebuah konversi dari koperasi konvensional
melalui pendekatan yang sesuai dengan syariat Islam dan peneladanan ekonomi
yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya.
3.2 Saran
Di Indonesia perkembangan entitas berbasis syariah sedang sangat maju,
mulai dari perbankan, asuransi, pasar modal dan lain sebagainya. Maka sebaiknya
Indonesia dan para akuntan ikut mendukung perkembangan ini.
35