makalah presentasi pancasila

24
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA KELOMPOK VI : ANGGUN EFENDI REYNALDI UMAIDI RINI INDRIANI SEPTINIA HASYA TIARA SURYANDARI J.P SYUDHI ISMANTO Jurusan : Ekonomi Manajemen Semester 1 Reguler TAHUN AJARAN 2013-2014

Upload: fendi

Post on 17-Feb-2016

263 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah pancasila

TRANSCRIPT

Page 1: makalah presentasi pancasila

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

KELOMPOK VI :ANGGUN EFENDI

REYNALDI UMAIDIRINI INDRIANI

SEPTINIA HASYATIARA SURYANDARI J.P

SYUDHI ISMANTO

Jurusan : Ekonomi Manajemen

Semester 1 Reguler

TAHUN AJARAN 2013-2014

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

MUHAMMADIYAH KALIANDA

Page 2: makalah presentasi pancasila

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agar kita mengetahui suatu paham kebangsaan secara fundamental diawali perintisan

Boedi Oetomo (1908), gerakan-gerakan pemuda seperti Jong Java dan sebagainya (1920),

Pemuda Indonesia (1925) kemudian disusul Sumpah Pemuda (1928).Sudah semenjak

lahirnya paham kebangsaan bukanlah cetusan tekad para pejuang bangsa, melainkan strategi

yang kelak menjadi ideologi perjuangan untuk merdeka.

Rumusan Masalah

Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka

membatasi masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya:

a.       Perkembangan Pancasila Sebagai Dasar Negara?

b.      Makna Revitalisasi Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia?

Tujuan Penulisan

Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

a.       Penulis ingin mengetahui Perkembangan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada hakikatnya,

Pancasila mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pandangan hidup dan sebagai dasar negara

oleh sebab itu penulis ingin menjabarkan keduanya.

b.      Perkembangan Pancasila Sebagai Dasar Negara

Page 3: makalah presentasi pancasila

BAB II

PEMBAHASAN

Sejak kelahirannya (1 Juni 1945) Pancasila adalah Dasar Falsafah Negara Kesatuan

Republik Indonesia, atau lebih dikenal sebagai Dasar Negara (Philosofische groundslag). Hal

ini, dapat diketahui pada saat Soekarno diminta ketua Dokuritsu zyunbi Tyoosakai untuk

berbicara di depan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia tanggal

1 Juni 1945, menegaskan bahwa beliau akan memaparkan dasar negara merdeka, sesuai

dengan permintaan ketua. Menurut Soekarno, pembicaraan-pembicaraan terdahulu belum

menyampaikan dasar Indonesia Merdeka. Bahkan Soekarno menyatakan :

Pada bagian pidato berikutnya, Soekarno menyatakan, bahwa Philosofische

Groundslag diatas mana kita mendirikan negara Indonesia, tidak lain adalah Waltanschauung.

Bahkan Soekarno lebih menegaskan lagi Waltanschauung yang kita harapkan tidak lain

adalah persatuan philosofische graoundslag. Untuk itu Soekarno menegaskan sebagai

berikut :

Apakah itu ? Pertama-tama, saudara-saudara, saya bertanya : apakah kita hendak

mendirikan Indonesia Merdeka untuk sesuatu orang, untuk sesuatu golongan ? Mendirikan

negara Indonesia Merdeka yang namanya saya Indonesia Merdeka, tetapi hanya untuk

mengagungkan satu orang, untuk memberi kekuasaan pada satu golongan yang kaya, untuk

memberi pada satu golongan bangsawan ? Apakah maksud kita begitu ? Sudah tentu ! Baik

saudara –saudara yang bernama kaum kebangsaan yang disini, maupun saudara-saudara yang

dinamakan kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan negara yang demikian itulah

kita punya tujuan. Kita hendak mendidikan suatu negara “semua buat semua” Bukan buat

satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan maupun golongan yang

kaya, tetapi “semau buat semua”. Inilah salah satu dasar pikiran yang akan saya kupas lagi.

Maka, yang selalu mendengung di salam saya punya jiwa, bukan saja didalam beberapa hari

didalam sidang Dokuritsu zyunbi Tyoosakai ini, akan tetapi sejak tahun 1981, 25 tahun lebih,

ialah : dasar pertama, yang baik dijadikan dasar buat negara Indonesia, ialah dasar

kebangsaan”. (sekretariat negara, 1995 : 71)

Page 4: makalah presentasi pancasila

Paparan berikut Soekarno menyatakan filosofische principe yang kedua adalah

internasionalisme. Pada saat menegaskan pengertian internasionalisme, Soekarno

menyatakan bahwa internasionalisme bukanlah berarti kosmopolitisme, yang menolak

adanya kebangsaan, bahkan beliau menegaskan :

“Internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar didalam buminya

nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman sarinya

internasionalisme. “Seraya mengutip ucapan Gandhi, beliau menegaskan my nasionalisme is

humanity. Pada saat menjelaskan prinsip dasar ketiga, Soekarno menyatakan bahwa negara

Indonesia adalah negara “Semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu”, oleh

karenanya saya yakin bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah

permusyawaratan perwakilan. Demikian berikutnya untuk prinsip dasar yang keempat

Soekarno mengusulkan prinsip kesejahteraan ialah prinsip tidak akan ada kemiskinan

didalam Indonesia merdeka. Prinsip dasar kelima adalah prinsip Indonesia merdeka dengan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada kesempatan itu, Soekarno menjelaskan :

Prinsip-prinsip filsafati Pancasila sejak awal kelahirannya diusulkan sebagai dasar

negara (philosofische grondslag, Weltanschauung) Republik Indonesia, yang kemudian diberi

status (kedudukan) yang tegas dan jelas dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945 (18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Perkembangan Pancasila Sebagai Dasar Negara

Generasi Soekarno-Hatta telah mampu menunjukkan keluasan dan kedalaman

wawasannya, dan dengan ketajaman intelektualnya telah berhasil merumuskan gagasan-

gagasan vital sebagaimana dicantumkan didalam pembukaan UUD 1945, dimana Pancasila

sebagai dasar negara ditegaskan dalam satu kesatuan integral dan integratif. Oleh karena itu

para tokoh menyatakan bahwa Pembukaan Undang-Undang 1945 merupakan sebuah

dokumen kemanusiaan yang terbesar dalam sejarah kontemporer setelah American

Declaration of Independent 1976. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 nyaris sempurna,

dengan nilai-nilai luhur yang bersifat universal, oleh karenanya Pancasila merupakan dasar

yang kekal dan abadi bagi kehidupan bangsa Indonesia.

Semenjak ditetapkan sebagai dasar negara (oleh PPKI 18 Agustus 1945), Pancasila

telah mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa Indonesia

(Koento Wibisono, 2001) memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai dasar negara

Page 5: makalah presentasi pancasila

dalam tiga tahap yaitu : (1) tahap 1945-1968 sebagai tahap politis, (2) tahap 1969-1994

sebagai tahap pembangunan ekonomi, dan (3) tahap 1995-2020 sebagai tahap repositioning

Pancasila. Penahapan ini memang tampak berbeda lazimnya para pakar hukum

ketatanegaraan melakukan penahapan perkembangan Pancasila Dasar Negara yaitu : (1)

1945-1949 masa Undang-Undang Dasar 1945 yang pertama ; (2) 1949-1950 masa konstitusi

RIS ; (3) 1950-1959 masa UUDS 1950 ; (4) 1959-1965 masa orde lama ; (5) 1966-1998 masa

orde baru dan (6) 1998-sekarang masa reformasi. Hal ini patut dipahami, karena adanya

perbedaan pendekatan, yaitu dari segi politik dan dari segi hukum.

Berdasarkan hal tersebut diatas perlunya reposisi Pancasila yaitu reposisi Pancasila

sebagai dasar negara yang mengandung makna Pancasila harus diletakkan dalam

keutuhannya dengan Pembukaan UUD 1945, dieksplorasikan pada dimensi-dimensi yang

melekat padanya yaitu :

Realitasnya bahwa nilai-nilai yang terkandung didalamnya dikonkritisasikan sebagai

ceminan kondisi obyektif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, suatu rangkaian

nilai-nilai yang bersifat “sein im sollen dan sollen im sein”

Idealitasnya bahwa idelisme yang terkandung didalamnya bukanlah sekedar utopi

tanpa makna, melainkan diobyektifitasikan sebagai akta kerja untuk membangkitkan gairah

dan optimisme para warga masyarakat guna melihat hari depan secara prospektif menuju hari

esok yang lebih baik.

Fleksibilitasnya dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai

dan mendeg dalam kebekuan dogmatis dan normatif, melainkan terbuka bagi tafsi-tafsir baru

untuk memenuhi kebutuhan zaman yang terus menerus berkembang, dengan demikian tanpa

kehilangan nilai hakikinya Pancasila menjadi tetap aktual, relevan serta fungsional sebagai

tiang-tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan jiwa semangat Bhinneka

Tunggal Ika.

Reposisi Pancasila sebagai dasar negara harus diarahkan pada pembinaan dan

pengembangan moral, sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan dasar dan arah untuk

mengatasi krisis dan disintegrasi. Moralitas Pancasila harus disertai penegakkan (supremasi)

hukum.

Peranan Pancasila Di Era Reformasi

Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan

Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi kerangka

berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar negara ia sebagai

Page 6: makalah presentasi pancasila

landasa kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini berarti, bahwa setiap gerak langkah bangsa

dan negara Indonesia harus selalu dilandasi oleh sila-sila yang terdapat dalam Pancasila.

Sebagai negara hukum setiap perbuatan, baik dari warga masyarakat maupun dari pejabat-

pejabat dan jabatan-jabatan harus berdasarkan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak

tertulis. Dalam kaitannya dalam pengembangan hukum, Pancasila harus menjadi

landasannya. Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan

dengan sila-sila Pancasila. Sekurang-kurangnya, substansi produk hukumnya tidak

bertentangan dengan sila-sila Pancasila.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang sosial politik

Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik mengandung arti

bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia merdeka di implementasikan

sbb :

a.       Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama, dan

ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.

b.       Mementingkan kepentingan rakyat / demokrasi dalam pemgambilan keputusan ;

c.       Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep

mempertahankan kesatuan ;

d.      Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan

yang adil dan beradab ;

e.       Tidak dapat tidak, nilai-nilai keadilan, kejujuran (yang menghasilkan) dan toleransi

bersumber pada nilai ke Tuhanan Yang Maha Esa.

Perkembangan Pancasila Sebagai Dasar Negara

Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia di kemudian hari melalui pembentukan

BPUPKI dan PPKI. Generasi Soekarno-Hatta menunjukan ketajaman intelektual dengan

merumuskan gagasan vital seperti yang tercantum di Pembukaan UUD 1045 dimana

Pancasila ditegaskan sebagai kesatuan integral dan integratif. Prof. Notonagoro sampai

menyatakan Pembukaan UUD 1945 adalah dokomen kemanusiaan terbesar setelah American

Declaratiom of Independence (1776).

Page 7: makalah presentasi pancasila

Isi Pembukaan UUD 1945 adalah nilai-nilai luhur yang universal sehingga Pancasila

di dalamnya merupakan dasar yang kekal dan abadi bagi kehidupan bangsa. Gagasan vital

yang menjadi isi Pancasila sebagai dasar negara merupakan jawaban kepribadian bangsa

sehingga dalam kualitas awalnya Pancasila merupakan dasar negara, tetapi dalam

perkembngannya menjadi ideologi dari berbagai kegiatan yang berimplikasi positif atau

negatif. Pancasila bertolak belakang dengan kapitalisme ataupun komunisme. Pancasila justru

merombak realitas keterbelakangan yang diwariskan Belanda dan Jepang untuk mewujudkan

masyarakat adil dan makmur. Pancasila sudah berkembang menjadi berbagai tahap semenjak

ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu :

1.      Tahun 1945-1948 merupakan tahap politis. Orientasi Pancasila diarahkan pada nation and

character building. Semangat perstuan dikobarkan demi keselamatan NKRI terutama untuk

menanggulangi ancaman dalam negeri dan luar negeri. Di dalam tahap dengan atmosfer

politis dominan, perlu upaya memugar Pancasila sebagai dasar negara secara ilmiah filsafati.

Pancasila mampu dijadikan pangkal sudut pandangan dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan yang dalam karya-karyanya ditunjukkan segi ontologik, epismologik dan

aksiologiknya sebagai raison d’etre bagi Pancasila (Notonagoro, 1950)

Resonansi Pancasila yang tidak bisa diubah siapapun tecantum pada Tap MPRS No.

XX/MPRS/1966. Dengan keberhasilan menjadikan “Pancasila sebagai asas tunggal”, maka

dapatlah dinyatakan bahwa persatuan dan kesatuan nasional sebagai suatu state building.

2.      Tahun 1969-1994 merupakan tahap pembangunan ekonomi sebagai upaya mengisi

kemerdekaan melalui Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I). Orientasinya diarahkan

pada ekonomi, tetapi cenderung ekonomi menjadi “ideologi”

Secara politis pada tahap ini bahaya yang dihadapi tidak sekedar bahaya latent sisa G

30S/PKI, tetapi efek PJP 1 yang menimbulkan ketidak merataan pembangunan dan sikap

konsumerisme. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial yang mengancam pada disintegrasi

bangsa. Distorsi di berbagai bidang kehidupan perlu diantisipasi dengan tepat tanpa perlu

mengorbankan persatuan dan kesatuan nasional. Tantangan memang trerarahkan oleh Orde

Baru, sejauh mana pelakasanaan “Pancasila secara murni dan konsekuen” harus ditunjukkan.

Komunisme telah runtuh karena adanya krisis ekonomi negara “ibu” yaitu Uni Sovyet

dan ditumpasnya harkat dan martaba tmanusia beserta hak-hak asasinya sehingga perlahan

komunisme membunuh dirinya sendiri. Negara-negara satelit mulai memisahkan diri untuk

mencoba paham demokrasi yang baru. Namun, kapitalisme yang dimotori Amerika Serikat

semakin meluas seolah menjadi penguasa tunggal. Oleh karena itu, Pancasila sebagai dasar

Page 8: makalah presentasi pancasila

negara tidak hanya sekedar dihantui oleh bahaya subversinya komunis, melainkan juga harus

berhadapan dengan gelombang aneksasinya kapitalisme.

3.       ahun 1995-2020 merupakan tahap “repostioning” Pancasila. Dunia kini sedang dihadapkan

pada gelombang perubahan yang cepat sebagai implikasi arus globalisasi.

Globalisasi sebagai suatu proses pada hakikatnaya telah berlangsung jauh sebelum

abad ke-20 sekarang, yaitu secara bertahap, berawal “embrionial” di abad 15 ditandai dengan

munculnya negara-negara kebangsaan, munculnya gagasan kebebasan individu yang dipacu

jiwa renaissance dan aufklarung.

Hakikat globalisasi sebagai suatu kenyataan subyektif menunjukkan suatu proses

dalam kesadran manusia yang melihat dirinya sebagai partisipan dalam masyarakat dunia

yang semakin menyatu, sedangkana kenyataan obyektif globlaisasi merupakan proses

menyempitnya ruang dan waktu, “menciutnya” dunia yang berkembang dalam kondisi penuh

paradoks. Menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat, keurgensian Pancasila sebagai

dasar negara semakin dibutuhkan. Pancasila dengan sifat keterbukaanya melalui tafsir-tafsir

baru kita jadikan pengawal dan pemandu kita dalam menghadapi situasi yang serba tidak

pasti. Pancasila mengandung komitmen-komitmen transeden yang memiliki “mitosnya”

tersendiri yaitu semua yang “mitis kharismatis” dan “irasional” yang akan tertangkap arti

bagi mereka yang sudah terbiasa berfikir secara teknis-positivistik dan pragmatis semata.

Makna Revitalisasi Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia

Nilai-nilai luhur yang telah dipupuk sejak pergerakan nasional kini telah tersapu oleh

kekuasaan Orde Lama dan Orde Baru. Orde Lama mengembangkan Pancasila sebagai dasar

negara tidak sebagai sesuatu substantif, melainkan di-instumentalisasi-kan sebagai alat politik

semata. Demikian pula di Orde Baru yang “berideologikan ekonomi”, Pancasila dijadikan

asas tunggal yang dimanipulasikan untuk KKN dan kroni-isme dengan mengatasnamakan

sebagai Mandatoris MPR.   Kini terjadi krisis politik dan ekonomi karena pembangunan

menghadapi jalan buntu. Krisis moral budaya juga timbul sebagai implikasi adanya krisis

ekonomi. Masyarakat telah kehilangan orientasi nilai dan arena kehidupan menjadi hambar,

kejam, gersang dalam kemiskinan budaya dan kekeringan piritual. Pancasila malah

diplesetkan menjadi suatu satire, ejekan dan sindiran dalam kehidupan yang penuh paradoks.

Pembukaan UUD 1945 dengan nilai-nilai luhurnya menjadi suatu kesatuan integral-

integratif dengan Pancasila sebagai dasar negara. Jika itu diletakkan kembali, maka kita akan

menemukan landasan berpijak yang sama, menyelamatkan persatuan dan kesatuan nasional

yang kini sedang mengalami disintegrasi. Revitalisasi Pancasila sebagai dasar negara

Page 9: makalah presentasi pancasila

mengandung makna bahwa Pancasila harus diletakkan utuh dengan pembukaan, di-

eksplorasi-kan dimensi-dimensi yang melekat padanya, yaitu :

Realitasnya: dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

dikonkretisasikan sebagai kondisi cerminan kondisi obyektif yang tumbuh dan berkembang

dlam masyarakat, suatu rangkaian nilai-nilai yang bersifat sein im sollen dan sollen im sein.

Idealitasnya: dalam arti bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah sekedar

utopi tanpa makna, melainkan diobjektivasikan sebagai “kata kerja” untuk membangkitkan

gairah dan optimisme para warga masyarakat guna melihat hari depan secara prospektif,

menuju hari esok lebih baik. Fleksibilitasnya: dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang

jadi yang sudah selesai dan mandeg dalam kebekuan oqmatis dan normatif, melainkan

terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk memenuhi kebutuhan zaman yang berkembang. Dengan

demikian tanpa kehilangan nilai hakikinya, Pancasila menjadi tetap aktual, relevan serta

fungsional sebagai tiang-tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan jiwa dan

semangat “Bhinneka tunggal Ika”

Revitalisasi Pancasila Pancasila sebagai dasar negara harus diarahkan pada

pembinaan moral, sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan sebagai dasar dan arah dalam

upaya mengatasi krisis dan disintegrasi. Moralitas juga memerlukan hukum karena keduanya

terdapat korelasi. Moralitas yang tidak didukung oleh hukum kondusif akan terjadi

penyimpangan, sebaliknya, ketentuan hukum disusun tanpa alasan moral akan melahirkan

sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

Arti Pentingnya Peran Pendidikan Tinggi

Dalam upaya merevitalisasi Pancasila sebagai dasar negara maka disiapkan tenaga

dosen yang mampu mengembangkan MKU Pancasila untuk mempersiapkan lahirnya

generasi sadar dan terdidik. Sadar dalam arti generasi yang hati nuraninya selalu merasa

terpanggil untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila, terdidik dalam arti

generasi yang mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan sebagai sarana pengabdian kepada bangsa dan negara. Dengan demikian akan

dimunculkan generasi yang mempunyai ide-ide segar dalam mengembangkan Pancasila.

Hanya dengan pendidikan bertahap dan berkelanjutan, generasi sadar dan terdidik

akan dibentuk, yaitu yang mengarah pada dua aspek. Pertama, pendidikan untuk memberikan

bekal pengetahuan dan pengalaman akademis, ketrampilan profesional, dan kedalaman

intelektual, kepatuhan kepada nilai-nilai (it is matter of having). Kedua, pendidikan untuk

membentuk jatidiri menjadi sarjana yang selalu komitmen dengan kepentingan bangsa (it is

Page 10: makalah presentasi pancasila

matter of being). Bangsa Indonesia dihadapkan pada perubahan, tetapi tetap harus menjaga

budaya-budaya lama. Sekuat-kuatnya tradisi ingin bertahan, setiap bangsa juga selalu

mendambakan kemajuan. Setiap bangsa mempunyai daya preservasi dan di satu pihak daya

progresi di lain pihak. Kita membutuhkan telaah-telaah yang kontekstual, inspiratif dan

evaluatif. Perevitalisasikan Pancasila sebagai dasar negara dalam format MKU, kita

berpedoman pada wawasan :

1.         Spiritual, untuk meletakkan landasan etik, moral, religius sebagai dasar dan arah

pengembangan profesi

2.         Akademis, menunjukkan bahwa MKU Pancasila adalah aspek being, tidak sekedar aspek

having

3.         Kebangsaan, menumbuhkan kesadaran nasionalisme

4.         Mondial, menyadarkan manusia dan bangsa harus siap menghadapi dialektikanya

perkembangan dalam mayaraka dunia yang “terbuka”.

Page 11: makalah presentasi pancasila

Sila – Sila Pancsila

1.     Sila Katuhanan Yang Maha Esa

Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manuasia percaya dan taqwa terhadap Tuhan YME sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2.     Sila kemanusian Yang Adil dan Beradab

Kemanusiaan yang adil dan beradab menunjang tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan –kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkanlah sikap hormat dan bekerja sama dengan bangsa –bangsa lain.

3.     Sila Persatuan Indonesia

Dengan sila persatuan Indonesia, manusia Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan bangsa.

4.     Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan

Manusia Indonesia menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil yang dipercayanya.

5.     Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatannya yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong.

Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.

Page 12: makalah presentasi pancasila

Butir-butir pengamalan PancasilaKetetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.

36 BUTIR-BUTIR PANCASILA/EKA PRASETIA PANCA KARSA

A.     SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

B.     SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.

2. Saling mencintai sesama manusia.3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.7. Berani membela kebenaran dan keadilan.8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena

itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

C.     SILA PERSATUAN INDONESIA

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka

Tunggal Ika.

D.     SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN

6. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.7. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.8. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan

bersama.

Page 13: makalah presentasi pancasila

9. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.10. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil

musyawarah.11. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.12. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada

Tuhan Yang Maha Esa.13. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan

keadilan.

E.     SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.

2. Bersikap adil.3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.4. Menghormati hak-hak orang lain.5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.7. Tidak bersifat boros.8. Tidak bergaya hidup mewah.9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.10. Suka bekerja keras.11. Menghargai hasil karya orang lain.12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila. Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.

Sila pertama

Bintang.

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Page 14: makalah presentasi pancasila

7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

Sila kedua

Rantai.

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.8. Berani membela kebenaran dan keadilan.9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Sila ketiga

Pohon Beringin.

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial.6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Sila keempat

Kepala Banteng

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan

bersama.

Page 15: makalah presentasi pancasila

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil

musyawarah.6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil

keputusan musyawarah.7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi

dan golongan.8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada

Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

Sila kelima

Padi Dan Kapas.

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.4. Menghormati hak orang lain.5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap

orang lain.7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya

hidup mewah.8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan

kepentingan umum.9. Suka bekerja keras.10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan

kesejahteraan bersama.11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan

berkeadilan sosial

Page 16: makalah presentasi pancasila

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kengaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.

 Saran-Saran

Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjungjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.

Page 17: makalah presentasi pancasila

DAFTAR PUSTAKA

1.     Srijanto Djarot, Drs., Waspodo Eling, BA, Mulyadi Drs. 1994 Tata Negara Sekolah Menngah Umum. Surakarta; PT. Pabelan.

2.     Pangeran Alhaj S.T.S Drs., Surya Partia Usman Drs., 1995. Materi Pokok Pendekatan Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud.

3.     NN. Tanpa Tahun. Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila. Sekretariat Negara Republik Indonesia Tap MPR No. II/MPR/1987.

4.    Buku Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, oleh Tim Dosen PKn IKIP PGRI Madiun

http://ridwanaz.com/akademik/kewarganegaraan/mengetahui-arti-atau-pengertian-pancasila/

1. http://mlebu.blogdetik.com/2010/04/16/makalah-pancasila/ 2. http://ridwanaz.com/akademik/kewarganegaraan/mengetahui-arti-atau-pengertian-

pancasila/3. http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila4. http://psp.ugm.ac.id/