makalah praktikum produksi ternak unggas

13
MAKALAH PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Produksi Ternak Unggas TINGKAH LAKU MAKAN

Upload: lioraadhita

Post on 09-Nov-2015

91 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

makalah praktikum produksi ternak unggas unpad. semoga dapat membantu tugas temen teman semua. makalah ini masih jauh dari kata semprna

TRANSCRIPT

MAKALAH PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Produksi Ternak UnggasTINGKAH LAKU MAKAN

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingkah laku makan pada unggas juga dipengaruh oleh bentuk mulut pada unggas. Bentuk paruh ayam berbeda dengan bentuk paruh itik , bentuk paruh itik berbeda dengan bentuk paruh pelikan atau unggas lainya seperti burung. Bentuk Paruh inilah mempengaruhi adaptasi dan juga tingkah laku makan pada unggas. IIISI2.1 Definisi Tingkah Laku Makan

Tingkah laku makan disebut juga ingestif behaviour, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan makan, merumput, menyusu, menjilati garam untuk memenuhi kebutuhan hidup . Tingkah laku makan dan minum merupakan bagian dari seluruh proses energi (baik lingkungan luar maupun dalam). Pada unggas yang termasuk karakteristik tingkah laku makan yaitu mengkonsumsi pakan, berapa rataan banyaknya konsumsi per ekor, rataan makan harian, rataan jumlah makanberdasarkan ukuran dan bentuk pakan, lama membau, lamamakan dan distribusi aktivitas mengkonsumsi pakan secara simultan. (Schulze et al. 2003)

Faktor yang mempengaruhi tingkah laku makan ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tingkah lakumakan, yaitu perbedaan kadar glukosa dalam sistem pembuluh darah arterial danvenous, serta peran hormonal. Pusat lapar berada pada hipotalamus bagian lateral, sedangkan pusat kenyang terdapat di hypotalamus bagian ventro-medial. Pusat lapar dan kenyang dipengaruhi oleh perubahan kadar glukosa dalam darah. Jumlah gerakan hewan meningkat, maka jumlah konsumsi pakan juga meningkat, hal ini dapat terjadi karena hewan/ternak berusaha untuk menyesuaikan kebutuhan energi yang keluar dan masuk (Wahju 1997).

Tingkah laku makan salah satunya dipengaruhi oleh lingkungan (temperatur, pakan dan manajemen). Temperatur tinggi akan terjadipengurangan keinginan untuk pengambilan pakan, tetapi sebaliknya konsumsi airminum meningkat (Larbier & Leclercq 1994), sedangkan pada suhu rendah hewan cenderung untuk mengkonsumsi pakan yang terus menerus (Wahju 1997). Faktor eksternal dalam tingkah laku makan adalah seluruh rangsangan dari luar sepertisuara, gerakan dan tanda-tanda lainnya. Tingkah laku makan pada unggas juga dipengaruh oleh bentuk mulut pada unggas. Bentuk paruh ayam berbeda dengan bentuk paruh itik , bentuk paruh itik berbeda dengan bentuk paruh pelikan atau unggas lainya seperti burung. Bentuk Paruh inilah mempengaruhi adaptasi dan juga tingkah laku makan pada unggas.

Mekanisme tingkah laku makan terjadi karenaadanya proses rangsangan pada saat melihat pakan yang diteruskan melalui nervousopticus ke otak. Rangsangan ini setelah diproses dalam otak kemudian akan merangsang lambung untuk mengeluarkan cairan asam, sehingga timbul rasa lapar (Kilgour & Dalton 1989).

Proses terjadinya tingkah laku makan antara lain, pertama-tama hewan melihat objek pakan yang menarik, kemudian terjadi proses pengambilan pakan sebagai akibat reaksi penurunan kadar glukosa di dalam darah dan akibat pembentukan cairan hormonal yang terjadi setelah ada rangsangan neural dari elemen-elemen syaraf didaerah hipotalamus bagian lateral.2.2 Tingkah Laku Makan Ayam dan Itik 2.2.1 Tingkah Laku Makan Ayam

Tingkah laku makan pada ayam telah dipelajari sejak ayam baru menetas atau yang biasa disebut DOC. Ayam memiliki bentuk paruh yang digunakan untuk mematuk sehingga anak ayam baru menetas akan mematuk segala objek yang ada disekitarnya karena bentuk paruhnya. Seiring dengan pertumbuhan lama kelamaan ayam bisa memilih objek yang harus dipatuk. Proses belajar anak ayam atau DOC dalam memilih makanan dilakukan kurang lebih 30 jam setelah menetas. Proses tersebut dipengaruhi oleh akrifitas cerebellum pada saat itulah kemampuan mengingat sangat tinggi. Setelah 30 jam kemampuan mengingat menurun. Ayam menggunakan indra pengelihatan dalam memilih makanan dari bentuk, warna karema indra penciuman ayam tidak perkembang dengan baik.

Pada ayam yang baru menetas tidak belajar minum tetapi hanya belajar makan dan mematuk. Pada DOC mula-mula mematuk serpihan ringan (dedak) yang meng-apung di atas air, dari pengalaman itu ayam belajar minum. Makan dan minum yang diberikan dalam waktu 24 jam setelah menetas, membuat DOC makin cepat belajar dan semakin baik. Pada ayam dewasa yang memiliki leher panjang tingkah laku makan dan minum diikut kepala yang mendongak ke atas. Hal tersebut bertujuan agar makanan dapat masuk kebagian kerongkongan dibantu dengan dorongan dari lidahnya. Begitu pula cara ayam dalam mendapatkan air untuk kehidupanya. Selain kebutuhan pakan ayam juga membutuhkan air yang besar. Untuk mendaptkan kebutuhan air yang sesuai cara mengkonsumsi air yang dilakukan ayam yaitu mematuk kemudian mendongakan kepalanya keatas agar air yang diperoleh masuk cukup banyak kedalam kerongkonganya. Pemberian tempat pakan dan tempat minum dalam kandang perlu diperhatikan agar tidak membuat ayam defisiensi zat makanan.Dalam Ingestive behavior juga terdapat periode gugup atau periode mencoba makanan yang ada. Apabila hal ini bila sering terjadi maka akan berpengaruh terhadap produksinya. Hal ini biasa terjadi pada pemberian pakan yang berubah-ubah. Di dalam koloninya nafsu makan atau rasa ayam meningkat bila melihat ayam lain makan. Atau bisa dikatakan ayam makan lebih banyak karena ada kompetitor atau ada suara feeding model.

Ingestif behavior juga dipengaruhi oleh jumlah ayam yang makan dalam suatu kelompok artinya hal tersebut dipengaruhi oleh adanya dominasi. Selain itu ingestif behavior juga dipengaruhi oleh rasa lapar, luas tempat pakan, dan bentuk pakan. Ayam lebih menyukai makanan berbentuk butiran. Kebutuhan luas tempat pakan bertambah seiring dengan bertambahnya umur dan tingkat dominasi. tingkat kesukaan unggas dalam mengkonsumsi pakan ditentukan oleh faktor fisiologis unggas, bentuk dan jenis pakan yang diberikan. (Larbier dan Leclercq 1994)

Sumber : google.com

Gambar 2.2.1.1 Tingkah laku makan dengan cara mematuk

2.2.2 Tingkah Laku Makan Itik

Tingkah laku makan pada itik telah terlihat sejak itik akan menetas. Dari mulai memecahkan kerabang telur dan ketika itik baru menetas (DOD) berusaha meraih sesuatu yang ada disekitarnya dengan paruhnya. Pada itik dewasa tingkah laku makan itik berbeda dengan tingkah laku makan pada ayam karena ada perbedaaan bentuk paruh kedua unggas tersebut. Ingestive behavior itik adalah menyodok nyodok makanan yang diberikan.

Larbier dan Leclercq (1994) menyatakan bahwa tingkat kesukaan unggas dalam mengkonsumsi pakan ditentukan oleh faktor fisiologis unggas, bentuk dan jenis pakan yang diberikan. Schulze et al. (2003) mengemukakan bahwa rataan konsumsi pakan, lama konsumsi pakan/hari, lama pergerakan menuju tempat air minum pada ayam bervariasi, tergantung pada kondisi lingkungan, kandang dan bentuk tempat pakan yang digunakan. Pakan berbentuk pellet atau pakan komersial pada umumnya lebih disukai itik dewasa. Kemudian disusul dedak dan ikan kering cincang, hal ini ditunjukkan dengan lebih banyak jumlah pakan yang dikonsumsi apabila diberikan pakan keduanya secara bersamaan. Pakan berbentuk pellet merupakan bentuk ideal untuk dikonsumsi unggas air, khususnya itik.

Sumber : google.com

Gambar 2.2.2.1 Tingkah laku menyodok makanan

Efisiensi penggunaan pakan, antara lain adalah perubahan tempat pakan dan air minum. Tingkah laku makan itik yaitu menyodok pakan yang akan dikonsumsinya membuat banyaknya pakan yang tercecer dan berserakan. Selain hal tersebut menurut Hardjosworo (2005) penempatan tempat air minum yang terpisah dari tempat pakan juga menyebabkan banyaknya pakan yang tercecer antara tempat minum dan pakan atau ke dalam tempat air minum itu sendiri.

Itik juga memiliki ingestive behavior yaitu kebiasaannya yang segera mencari air minum setelah makan. Hal tersebut sesuai dengan insting adpatasi lingkungan hidup secara alamiah yaitu di tempat tempat berair. pada umumnya pakan tercecer pada saat itik pindah dari tempat pakan ke tempat minum. Iskandar et al. (2000) menyatakan bahwa penyebab perbedaan tingkah laku makan pada itik jantan lokal adalah bentuk dan tempat pakan yang digunakan, sementara frekuensi pergerakan dipengaruhi oleh faktor umur dan kebiasaan itik untuk selalu mencari air. Hal ini menunjukkan bahwa unggas air sangat tergantung pada ketersediaan (kemudahan pencapaian) air, terutama untuk masuknya pakan kering ke dalam saluran pencernaannya (Rasyaf 1994). Menurut Prasetyo et al. (2005), itik sangat memerlukan bantuan air walaupun hanya sedikit untuk menelan pakan yang akan di mulutnya. Oleh karena itu, itik mempunyai kebiasaan langsung lari ke tempat air minum begitu ada pakan di dalam mulutnya.

Menurut Larbier dan Leclercq (1994) juga menyatakan bahwa konsumsi air minum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur unggas dan pakan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pakan yang banyak mengandung sodium atau potasium, serta temperatur lingkungan berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Pakan yang mengandung 0.25% sodium akan meningkatkan konsumsi air minum sebesar 10%.

Konsumsi pakan seiring dengan peningkatan umur itik. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku makan adalah tipe mulut, lingkungan sosial, sensor fisiologi dan hormon neural, kecermatan makan, laju pencernaan pakan di dalam usus, kandungan nutrien dan palatabilitas pakan (Ewing et al. 1995), stimulasi konsumsi pakan, pola konsumsi dan kebiasaan ternak mengkonsumsi pakan (Pingel 2005)III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan3.2 SaranDAFTAR PUSTAKA

Hardjosworo PS. 2005. Pengaruh penempatan air minum pada efisiensi penggunaan pakan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.Kilgour RD., Dalton. 1989. Livestock Behaviour a Practical Guide. Granada London,Sydney, New York Press.

Rasyaf M. 1994. Beternak Itik Komersial. Edisi kedua. Jogjakarta: Penerbit PT Kanisius

Schulze V et al. 2003. The influences of feeding behaviour on feed intake curveparameters and performance traits of station tested board. J Livestock Prod Sci82:105-116

Wahju J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Jogjakarta:Gadjah Mada University Press