laporan praktikum ilmu ternak unggas ugm
DESCRIPTION
Penjelasan mengenai saluran reproduksi dan pencernaan pada ayam baik jantan maupun betina. Dilakukan dengan pembedahan dan pengamatan organ dalam. Saluran pencernaan (mulut, oesophagus, crop, proventrikulus, ventrikulus, gizzard, dll). Saluran reproduksi (ovarium, oviduct, dll).TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Latar belakang
Latar belakang dilakukanya praktikum ini adalah untuk
mendapatkan data tentang ternak ungags di dalam lingkungan sehari-hari.
Unggas adalah salah satu sumber protein hewani yang besar dan banyak.
Protein hewani berfungsi dalam membangun jaringan tubuh, mengganti
sel-sel jaringan yang rusak, serta dapat menghasilkan energi untuk
aktivitas kehidupan manusia.
Negara Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang.
Seiring dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, maka
meningkat pula kebutuhan akan protein hewani. Masyarakat semakin
menyadari pentingnya protein hewani bagipertumbuhan jaringan tubuh.
Salah satu sumber protein asal hewani adlah daging dan telur
ayam. Ditinjau dari nilai gizinya, telur ayam tidak kalah dibandingkan
dengan daging dari ternak lain. Selain itu telur ayam mudah didapatkan
dan harganya relatif lebih murah.
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ilmu ternak unggas tentang sistem digesti
dan sistem reproduksi unggas adalah untuk mengetahui struktur, fungsi-
fungsi dan ukuran dari masing-masing organ serta mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi dalam proses tersebut.
Manfaat praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kinerja setiap
bagian organ reproduksi dan prosesnya, lalu kita paham apa yang harus
dilakukan terhadap ternak. Manfaat lainnya adalah kita dapat mengetahui
alur pendigestian pakan oleh ternak unggas dan pada proses disetiap
bagian organ pencernaan unggas, pencernaan seperti apa yang terjadi,
serta pakan apa yang dibutuhkan unggas untuk meningkatkan produksi.
1
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah pisau
scapel, mata scapel nomor 10, meteran, gunting, kaca, plastik dan
timbangan digital.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
seekor ayam dengan jenis ayam layer betina afkir, umur lebih dari 72
minggu dengan berat ayam A 1638 gram seekor ayam B 1418 gram dan
bebek jantan.
Metode
Ayam layer betina afkir yang telah dipotong, kemudian dibedah dan
dikeluarkan semua organ pencernaan dan reproduksinya (tidak boleh
putus). Organ pencernaan dan reproduksinya diletakan diatas plastik
sebagai alas secara utuh dan digambar. Kemudian diukur panjang
perbagian, dipotong perbagian, kotorannya dikeluarkan, dicuci lalu
ditimbang dan dicatat berat masing masing organnya.
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Digesti
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan maka diperoleh data
sistem digesti sebagai berikut:
Tabel 1. Sistem Digesti Ayam
Parameterayam A ayam B
Panjang (cm)
Berat (g) Panjang (cm)
Berat (g)
Oesophagus 13 13 10 3Crop - - 13 8Proventrikulus 4,5 6 7 13Ventikulus 10 51 7 32Usus halus 128 38* Duodenum 26 8 14 10* Jejenum 58 13 62 14* Ileum 48 13 52 14Coecum 17 11 29 8Usus besar 14 7 7 2Kloaka 4 4 2 8
Sistem digesti
Sistem digesti ayam terdiri atas organ-organ yang menyusun
digesti dan memiliki fungsi yang khusus. Organ yang menyusun sistem
digesti dari pakan masuk sampai keluar sebagai ekskreta antara lain
paruh, oesophagus, crop, proventriculus, gizzard, usus halus yang terdiri
atas duodenum, jejunum, dan ileum, coecum, usus besar, dan kloaka.
Mulut. Pakan masuk ke dalam mulut ayam masih dalam keadaan
utuh, kemudian dengan tekanan lidah masuk ke dalam rongga pharynk
dan turun ke oesophagus oleh gaya gravitasi. Mulut menghasilkan saliva
yang mengandung amilase dan maltase saliva (Yuwanta, 2004). Saliva
mulut juga digunakan untuk membasahi pakan agar mudah ditelan.
Produksi saliva 7-30 ml/hari tergantung jenis pakan. Sekresi saliva dipacu
3
oleh syaraf parasimpatik (Yuwanta, 2004). Panjang organ mulut dan
tenggorokan ayam berusia 10 bulan adalah sekitar 5 cm (Anonim, 2013)
Gambar 1. Mulut Ayam
Oesophagus. Oesophagus atau kerongkongan berupa pipa tempat
pakan melalui saluran ini dari bagian belakang mulut (pharynk) ke
proventrikulus. Oesophagus menghasilkan mukosa yang berfungsi
membantu melicinkan pakan menuju tembolok. Menurut Yuwanta (2000),
oesophagus menghasilkan mukosa yang berfungsi membantu melicinkan
pakan, menuju tembolok. Pada praktikum ini diperoleh hasil ayam A
memiliki panjang oeshopagus 13 cm dengan berat 13 gram, sedangkan
pada ayam B memiliki panjang oeshopagus 10 cm dengan berat 3 gram.
Panjang oeshopagus pada ayam jantan yang berumur 10 minggu adalah
31 cm (anonim, 2013).
Gambar 2. Oeshopagus
Tembolok (crop). Tembolok berfungsi untuk menyimpan pakan
sementara yang terletak di daerah oesophagus. Pada tembolok terdapat
syaraf yang berhubungan dengan pusat kenyang-lapar di hipotalamus
sehingga banyak sedikitnya pakan yang terdapat dalam tembolok akan
memberikan respon pada syaraf untuk makan atau menghentikan makan.
4
Daya simpan tembolok ini maksimal adalah 250 gram. Tembolok terdapat
syaraf yang berhubungan dengan hypothalamus, sehingga banyak
sedikitnya pakan yang terdapat dalam tembolok akan memberikan respon
pada syaraf untuk makan atau menghentikan makan (Yuwanta, 2000).
Menurut Neil (1999) kisaran panjang normal crop yaitu 7 sampai 10 cm
dan beratnya 8 sampai 12 gram, sedangkan berdasarkan praktikum
diperoleh berat crop untuk ayam A 12 gram dan ayam B adalah 8 gram.
Untuk panjang tidak diukur. Perbedaan terjadi karena umur ayam yang
digunakan dalam praktikum berbeda tetapi masih dalam kisaran
normalnya.
.
Gambar 3. Tembolok (crop)
Proventrikulus. Proventrikulus adalah suatu pelebaran dari
kerongkongan sebelum berhubungan dengan gizzard (empedal). Kadang-
kadang disebut glandula stomach atau true stomach. Proventrikulus
mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak.
Menurut Moran dalam Yuwanta (2000) menyatakan bahwa pada keadaan
tidak makan, sekresi glandula perut ini 5 sampai 20 ml/jam dan mampu
mencapai 40 ml ketika ada pakan. Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh panjang dan berat proventrikulus berturut turut adalah 4,5 cm
dan 6 gram untuk ayam A serta 7 cm dan 13 gram untuk ayam B. Panjang
normal proventriculus sekitar 6 cm dan beratnya 7.5 gram sampai 10 gram
(Neil, 1999). Faktor yang mempengaruhi panjang dan berat proventrikulus
adalah umur ayam, jenis kelamin ayam, jenis pakan dan jumlah pakan
yang dimakan.
5
Gambar 4. Proventrikulus
Empedal (gizzard). Empedal disebut juga perut muskular yang
merupakan kepanjangan dari proventrikulus. Fungsi utama empedal
adalah memecah atau melumatkan pakan dan mencampurnya dengan air
menjadi pasta yang dinamakan chymne. Pada unggas yang hidup secara
berkeliaran, empedalnya lebih kuat daripada ayam yang dipelihara. Pada
empedal disekresikan coilin yang befungsi melindungi permukaan
empedal terhadap kerusakan yang mungkin disebabkan oleh pakan atau
zat lain yang tertelan (Yuwanta, 2004). Menurut Yuwanta (2000), ukuran
dan kekuatan empedal tergantung oleh kebiasaan makan dari ayam
tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan berat gizzard yaitu 51
gram untuk ayam A dan 32 gram untuk ayam B. Gizzard yang normal
berbentuk oval, memiliki panjang 5 sampai 7.5 cm dan beratnya 25
sampai 30 gram (Yuwanta, 2004). Panjang Gizzard pada praktikum tidak
dihitung. Berat kedua gizzard dari kedua unggas tersebut berada di
kisaran tidak normal, karena melebihi berat kedua gizzard melebihi
kisaran normal yang terdapat pada literatur. Faktor yang mempengaruhi
berat gizzard adalah jumlah grit yang dimakan, umur ayam, jumlah pakan
yang dimakan.
Gambar 5. Gizard
6
Usus halus (small intestine). Usus halus terbagi dalam tiga
bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Menurut Yuwanta (2000),
duodenum terdapat pada bagian yang paling atas dari usus halus. Pada
bagian ini terjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses hidariolisis
dari nutrien kasar berupa pati, lemak, dan protein. Duodenum merupakan
tempet sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati. Di
duodenum banyak disekresikan getah empedu maka sifat cairannya
adalah asam (pH 6). Berdasarkan hasil praktikum diperoleh panjang dan
berat duodenum berturut turut adalah 26 cm dan 8 gram untuk ayam A
serta 14 cm dan 10 gram untuk ayam B. Panjang dari duodenum menurut
Yuwanta (2000) adalah sekitar 24 cm. Sehingga pada ayam A tidak terlalu
jauh berbeda dengan kisaran normal sedangkan pada ayam B berada
kurang dari kisaran normal. Faktor yang mempengaruhi perbedaan dari
kedua ayam kemungkinan yang terjadi adalah error pada timbangan,
umur ayam, jenis kelamin ayam.
Gambar 6. Usus halus dan duodenum
Jejenum dan ileum merupakan kelanjutan dari duodenum, yang
fungsinya sam dengan duodenum. Penyerapan makanan yang belum
diselesaikan pada duodenum dilanjutkan sampai tinggal bahan yang tidak
dapat tercerna (Yuwanta, 2000). berdasarkan hasil pengamatan
ditunjukkan bahwa ayam A memiliki panjang jejenum 58 cm dengan berat
13 gram sedangkan ayam B memiliki panjang jejenum 62 cm dan berat 14
7
gram. Faktor yang mempengaruhi perbedaan kedua ayam adalah jenis
ayam, umur ayam dan jenis pakan. Sedangkan pada ileum Hasil
pengamatan pada ayam A panjang dan berat ileum ialah 48 cm dan 13
gram, sedangkan pada ayam B panjang dan berat ileum adalah 52 cm
dan 14 gram. Faktor yang mempengaruhi panjang dan berat ileum adalah
umur ayam, jenis kelamin.
Gambar 7. Jejenum dan ileum
Sekum. Terdiri atas dua ceca atau saluran buntu. Beberapa nutrien
yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh mikrobia sekum, tetapi
jumlah dan penyerapannya kecil sekali. Pada sekum terjadi digesti serat
kasar yang dilakukan oleh bakteri pencerna serat kasar. Kemampuan
mencerna serat kasar pada bangsa itik lebih besar daripada ayam
(Yuwanta, 2004). Berdasarkan hasil pengamatan di dapatkan panjang
caecum 17 cm dan caecum 34 cm dengan berat 11 gram untuk ayam A
sedangkan panjang caecum dan berat caecum untuk ayam B yaitu 29 cm
dan 8 gram. Menurut Yuwanta (2004) panjang sekum adalah 20 cm.
Sehingga pada ayam A mempunyai panjang dibawah kisaran normal
sedangkan pada ayam B berada diatas kisaran normal. Kemampuan
mencerna serat kasar pada bangsa itik lebih besar dibandingkan dengan
ayam, sehingga sekum itik lebih berkembang daripada ayam.
8
Gambar 8. coecum
Usus besar (rektum). Pada bagian ini terjadi perombakan partikel
pakan yang tidk tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses. Pada
bagian ini juga bermuara ureter dari ginjal untuk membuang urin yng
bercamur dengan feses sehingga feses unggas dinamakan ekskreta
(Yuwanta, 2000). Berdasarkan hasil praktikum didapat panjang dan berat
usus besar berturut turut yaitu 14 cm dan 7 gram untuk ayam A
sedangkan untuk ayam B yaitu 7 cm dan 2 gram. Menurut Wihandoyo et
al (2008), panjang usus besar yaitu 7 cm. Sehingga pada ayam A berada
diatas kisaran normal sedangkan pada ayam B panjangnya sesuai
kiasaran normal. Faktor yang mempengaruhi perbedaan pada usus besar
adalah jumlah pakan yang dikonsumsi, umur ayam. Sesuai dengan teori
yang ada, rata-rata panjang usus besar hingga kloaka adalah sekitar 15
cm (anonim,2013)
Gambar 9. Usus besar
Kloaka. Kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena
urodeum dan cuprodeum terletak berhimpitan (Yuwanta, 2004). Kloaka
merupakan bagian berbentuk bulat pada akhir saluran pencernaan. Rata-
9
rata waktu yang dibutuhkan untuk lintas pakan di dalam saluran
pencernaan unggas adalah kurang lebih 4 jam. Berdasarkan pengamatan
diperoleh panjang dan berat kloaka adalah 4 cm dan 4 gram untuk ayam
A sedangkan 2 cm dan 8 gram untuk ayam B. Menurut Neil (1999), berat
dari coecum seekor unggas yaitu sekitar 6 sampai 8 gram. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan tersebut adalah ukuran telur yang keluar dari
kloaka, umur ayam.
Gambar 10. Kloaka
Kelenjar tambahan
Pada praktikum ini kelenjar tambahan tidak dilakukan pengukuran,
dikarenakan organ kelenjar tambahan tersebut rusak saat dilakukan
pembedahan.
Pankreas. Pankreas mensekresikan getah pankreas (pancreatic
juices) yang berfungsi dalam pencernaan pati, lemak dan protein serta
mensekresikan insulin, pankreas memiliki dua fungsi yang semuanya
berhubungan dengan penggunaan energi ransum, yaitu eksokrin,
berperan mensuplai enzim yang mencerna karbohidrat, protein dan lemak
ke dalam usus halus. Endokrin, berfungsi menggunakan dan mengatur
nutrien yang berupa energi untuk diserap dalam tubuh untuk proses dasar
pencernaan (Yuwanta, 2000).
10
Gambar 11. Pankreas
Hati. Hati dalam proses pencernaan berfungsi untuk
mensekresikan getah empedu yang dibawa ke dalam dupdenu. Fungsi
dari getah empedu ini untuk menetralkan asam lambung (HCl),
membentuk sabun terlarut dengan lemak bebas. Kedua fungsi tersebut
memebantu dalam absorbsi dan translokasi asam lemak. (Yuwanta,
2000). Warna kehijauan empedu disebabkan karena produk akhir
destruksi sel darah merah, yaitu biliverdin dan bilirubin. Volume empedu
tergantung pada aliran darah, status nutrisi unggas, tipe pakan yang
dikonsumsi, dan sirkulasi empedu enterohepatic (Suprijatna et al., 2005).
Gambar 12. Hati
Limfa. Limfa berfungsi memecah sel darah merah dan sel darah
putih (Yuwanta, 2000). Limfa berfungsi mensekresikan getah bening bila
terjadi luka pada ayam, namun lebih jelasnya fungsi limfa belum diketahui
hanya diduga sebagai tempat untuk memecah sel darah merah dan
menyimpan Fe dalam darah. Faktor yang mempengaruhi berat pankreas
adalah jenis pakan yang dimakan, kesehatan tubuh ternak dan umur
ayam itu sendiri.
11
Gambar 15. Limfa
Sistem Reproduksi Ayam Jantan
Alat reproduksi ayam jantan terbagi dalam 3 bagian utama yaitu
testis, saluran deferens, dan kloaka (Yuwanta, 2004).
Testis. Testis terletak di rongga badan dekat dengan tulang
belakang melekat pada bagian dorsal bagian abdomen dan dibatasioleh
ligamentum meshorchium dan berdekatan dengan aorta dan vena cava.
Meskipundekat dengan rongga udara tetapi temperature testis selalu 41
sampai 43°c, karena spermatogenesis akan terjadi pada suhu tersebut.
Besar testis tergantung umur, strain dan musim (Wihandoyo, 2008).
Testis ayam berbentuk biji buah buncis dengan warna putih krem
tetis terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan albugin yang
lunak. Bagian dalam testis terdiri dari tubuli seminimatoferi matogenesis,
dan jaringan intertial yang terdiri dari atas sel glandular yang merupakan
tempat sekresinya hormon androgen, testosteron, dan steroid (Yuwanta,
2004).
Gambar 16. Testis
12
Vas deferens. Saluran deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian atas yang merupakan muara sperma dari testis, serta bagian
bawah yang merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan
dinamakan saluran deferens. Saluran deferens akhirnya bermuara
dikloaka pada daerah proktodeum yang bersebelahan dengan urodeum
dan kuprodeum. Sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan
sebelum diejakulasikan didalam saluran deferens. Pemasakan dan
penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran deferens
(Yuwanta, 2004).
Kloaka. Alat kopulasi pada ayam berupa papilla (penis) yang
mengalami rudimenter, kecuali pada itik berbentuk spiral dengan panjang
12 sampai 18 cm. pada papilla juga diproduksi cairan transparan yang
bercampur dengan sperma saat terjadinya kopulasi (Wihandoyo, 2008).
Sistem Reproduksi Ayam Betina
Berdasarkan praktikum yang sudah dilkukan maka diperoleh data
sistem reproduksi sebagai berikut
Tabel 2. Data Reproduksi Ayam Betina B
ParameterAyam A Ayam B
Panjang (cm)
Berat( gr )
Panjang(cm)
Berat(gr)
Ovarium + Ovum
- 26 - 18
Infundibulum 9 3 10 8Magnum 11 9 18 13Istmus 6 7 13 5Uterus 10 9 7 18Vagina 7 14 2 1
Sistem reproduksi ayam betina terdiri atas dua bagian utama, yakni
ovarium dan oviduk. Ovarium terbagi dua bagian yaitu cortex pada bagian
luar dan medula pada bagian ligamentum messo ovariium. Proses
pembentukan ovum dinamakan vilogeni yang merupakan sintesa asam
13
lemak di hati yang dikontrol oleh hormon estrogen, kemudian oleh darah
diakumulasikan di ovarium sebagai ovum (Yuwanta, 2000).
Ovarium dan ovum. Menurut Wihandoyo et al (2008), Berat
ovarium unggas dewasa adalah antara 40 sampai 60 gram. Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh berat ovarium+ovum adalah 26 gram untuk
ayam A dan 18 gram untuk ayam B. hasil yang diperoleh dalam praktikum
masih lebih rendah dibandingkan kisaran normalnya. Faktor yang
mempengaruhi berat pankreas adalah jenis pakan yang dimakan,
kesehatan tubuh ternak dan umur ayam itu sendiri. Perbedaan tersebut
dapat disebabkan oleh umur folikel yang masih muda atau baru saja
terjadi ovulasi sehingga beratnya menurun. Folikel sudah berada di
ovarium sejak induk masih dalam bentuk embrio.
Gambar 17. Ovarium
Infundibulum. Infundibulum berfungsi untuk menangkap ovum
yang diovulasikan dan merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Folikel
melewati infundibulum selama 15-30 menit. Menurut Yuwanta (2000),
panjang infundibulum adalah 9 cm. Berdasarkan praktikum panjang dan
berat infundibulum yaitu 9 cm dan 3 gram untuk ayam A sedangkan 10 cm
dan 8 gram untuk ayam B. berdasarkan hasil praktikum, maka hasil yang
diperoleh tidak jauh berbeda dengan literature sehingga masih dalam
kisaran normal. Faktor yang mempengaruhi berat pankreas adalah jenis
pakan yang dimakan, kesehatan tubuh ternak dan umur ayam itu sendiri
serta besarnya telur.
14
Gambar 18. Infundibulum
Magnum. Magnum merupakan bagian terpanjang dari oviduk yang
merupakan tempat terjadinya sintesis albumen kental dan cair. Proses
sintesis albumen di magnum berlangsung selama 3 jam (Kartasudjana
dan Suprijatna, 2006). Menurut Yuwanta (2000), panjang magnum adalah
33 cm. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh panjang dan berat magnum
adalah 11 cm dan 9 gram untuk ayam A sedangkan 9 cm dan 18 gram
untuk ayam B. Hasil yang diperoleh dalam praktikum masih berada
dibawah kisaran normal. Faktor yang mempengaruhi berat pankreas
adalah jenis pakan yang dimakan, kesehatan tubuh ternak dan umur
ayam itu sendiri serta besarnya telur.
Gambar 19. Magnum
Isthmus. Isthmus berfungsi untuk mensekresikan telur beserta
kerabang tipis. Proses pembentukan kerabang tipis ini berlangsung
selama 1,5 sampai 2 jam. Menurut Yuwanta (2004), isthmus memiliki
panjang sekitar 10 cm. Hal ini berarti panjang isthmus kedua ayam masih
sesuai dengan kisaran normal. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh
panjang dan berat isthmus adalah 16 m dan 7 gram untuk ayam A
sedangkan untuk ayam B yaitu 13 cm dan 15 gram. Faktor yang
15
mempengaruhi berat pankreas adalah jenis pakan yang dimakan,
kesehatan tubuh ternak dan umur ayam itu sendiri serta besarnya telur.
Gambar 20. Isthmus
Uterus. Uterus berfungsi untuk pembentukan kerabang telur
sehingga prosesnya paling lama yakni 21 jam. Menurut Yuwanta (2004),
panjang uterus adalah sekitar 10 cm. Berdasarkan hasil praktikum
diperoleh panjang dan berat uterus yaitu 10 cm dan 9 gram untuk ayam A
dan 7 cm dan 18 gram untuk ayam B. Faktor yang mempengaruhi berat
pankreas adalah jenis pakan yang dimakan, kesehatan tubuh ternak dan
umur ayam itu sendiri serta besarnya telur.
Gambar 21. Uterus
Vagina. Vagina merupakan tempat keluar telur hasil pembentukan
telur oleh organ reproduksi. Telur sangat singkat melewati vagina yaitu
hanya 5 menit. Panjang vagina adalah sekitar 10 cm (Yuwanta, 2004).
Berdasarkan hasil pengamatan didapat panjang dan berat vagina berturut
turut adalah 7 cm dan 14 gram untuk ayam A sedangkan 2 cm dan 1 gram
untuk ayam B. Faktor yang mempengaruhi berat pankreas adalah jenis
16
pakan yang dimakan, kesehatan tubuh ternak dan umur ayam itu sendiri
serta besarnya telur.
Gambar 22. Vagina
17
KESIMPULAN
Sistem digesti ternak unggas terdiri atas mulut, oesophagus, crop,
proventiculus, gizzard, small instetinum, coecum, large intestinum dan
kloaka. Adapun organ tambahan terdiri atas hati, limfa dan pancreas.
Sistem reproduksi ayam atau unggas yang berkembang baik
adalah sebelah kiri, sedangkan organ sebelah kanan mengalami
rudimeter. Alat reproduksi unggas betina terdiri dari ovarium, infudibulum,
magnum, isthmus, uterus dan vagina.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ayam
digunakan sebagai bahan praktikum dalam keadaan normal/tidak normal.
18
Daftar pustaka
Anonim. 2013. Sistem Digesti pada Unggas. Available at http://www.pertanian.uns.ac.id. Diakses pada 8 Oktober 2013.
Neil, A.C. 1999. Biology 2nd Edition. The Benjamin Coming Publishing. Company inc. Pec Wood City.
Kartasudjana,Ruhyat dan Suprijatna,Edjeng.2006.Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya.Jakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wihandoyo et al. 2008. Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Yuwanta, T. 2000. Dasar Ternak Unggas. Cetakan Pertama. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
19