249508304 makalah diskusi ilmu ternak unggas
DESCRIPTION
makalah ilmu ternak unggasTRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur semua
organisme makhluk hidup. Sedangkan histologi berasal dari kata histon, yang
artinya kumpulan beberapa sel yang mempunyai satu atau lebih kekhususan
fungsi yang membentuk jaringan. Jadi histologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang jaringan tubuh.
Anatomi dan histologi ternak ini adalah ilmu yang mempelajari tentang
berbagai jenis jaringan pada ternak. Sedangkan defenisi anatomi adalah ilmu yang
mempelajari bentuk dan struktur organisme atau (makhluk hidup) agar mahasiswa
lebih memahami lebih dari ilmu anatomi dan histologi ternak pencernaan mulai
makanan masuk dengan cara diambil dengan paruh dan ditelan dibantu oleh
kelenjar saliva yang menghasilkan mukosa dan dengan cara menengadah
memanfaatkan gaya gravitasi, kemudian masuk ke eshopagus, crop,
proventriculus, gizzard, small intestine, caeca, large intestine, cloaca. Kemudian
perkembangbiakan ayam sendiri didukung oleh organ reproduksi yang terdiri dari
Ovarium dan Oviduk .
Data yang tersedia memperlihatkan bahwa konsumsi daging per kapita per
tahun pada 1982 baru mencapai 4 kg atau 66,7% dari sasaran. Walaupun tingkat
konsumsi daging tidak hanya ditentukan oleh tingkat produksinya saja, tetapi jika
dikaitkan dengan data pertumbuhan populasi ternak, diperoleh petunjuk bahwa
tingkat produksi daging belum dapat memenuhi kebutuhan minimal. Dengan
demikian, diperlukan usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak. Usaha
peternakan ayam di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini
dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu
diperhatikan beberapa hal yang menyangkut pemeliharaan ayam termasuk
mengetahui fisiologi pencernaan serta fisiologi reproduksinya.
Unggas terdiri atas berbagai macam organ dengan berbagai macam
peranan dalam mencukupi kebutuhan kehidupan secara normal. Fungsi dan sistem
organ ayam piaraan pada dewasa ini masih mirip dengan ayam hutan walaupun
2
sejak tahun 2000 sebelum masehi telah dilakukan proses budidaya dan rekayasa
genetik. Beberapa organ tubuh ayam bergabung dan membentuk suatu sistem
yang memiliki fungsi dan peranan tertentu serta terbagi dalam beberapa kelompok
organ yang memiliki mekanisme kerja yang serasi. Kumpulan dari kelompok
beberapa organ ini akan melaksanakan fungsinya masing-masing dan
memungkinkan individu tumbuh dan berkembang biak secara alami.
I.2. Perumusan Masalah
1) Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem body covering unggas?
2) Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem kerangka unggas?
3) Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem pencernaan unggas?
4) Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem respirasi unggas?
5) Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem sirkulasi unggas?
6) Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem ekskresi unggas?
7) Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem reproduksi unggas?
I.3. Tujuan
1) Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem body covering unggas?
2) Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem kerangka unggas?
3) Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pencernaan unggas?
4) Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem respirasi unggas?
5) Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem sirkulasi unggas?
6) Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem ekskresi unggas?
7) Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi unggas?
I.4. Manfaat
1) Memahami sistem anatomi dan fisiologi ternak unggas
2) Sebagai ilmu dasar untuk mempelajari mata kuliah manajemen ternak unggas
pada semester berikutnya.
3) Mampu menerapkan usaha peternakan unggas nantinya.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Fadilah (2005) Kulit dan bulu unggas secara bersamaan
membentuk organ pelindung tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari
pengaruh luar yang buruk. Fungsi kedua organ tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Melindungi tubuh dari luka.
2. Memelihara temperatur tubuh supaya tetap konstan.
3. Sebagai sarana untuk terbang.
4. Sebagai reseptor bagi rangsangan dari lingkungan luar.
Menurut Esminger (1991) Secara histologi, kulit ayam terdiri dari
dua lapisan jaringan, yaitu epidermis dan dermis.
1. Epidermis (outerlayer) adalah lapisan luar, merupakan epitel dari kulit yang
secara embrional berasal dari lapisan ektodermal. Epidermis ini terdiri dari
epitel pipih dan ketebalannya tergantung pada letaknya pada tubuh. Bulu, paruh,
kuku, dan sisik merupakan perkembangan lapisan epidermis.
2. Dermis (innerlayer) merupakan bagian utama dari kulit, yang terdiri atas
jaringan ikat dan banyak mengandung serabut kolagen. Secara embriologis,
dermis ini berasal messodermal. Perkembangan dermis ini membentuk jengger,
cuping, dan pial.
Tubuh ayam hampir seluruhnya tertutup oleh bulu. Hal ini menjadikannya
berbeda dengan jenis ternak vertebrate lainnya. Bulu tersusun dari protein
yang disebut keratin (Sarwono, 1993). Bulu merupakan pertumbuhan ke arah
luar dari dermis yang membentuk bulu penutup tubuh (plumae). menetas, tubuh
anak ayam tertutup bulu kapas atau feather. Selanjutnya, bulu segera berganti
dengan bulu lebih keras, disebut bulu dewasa. Fungsi bulu bagi ternak unggas
sebagai berikut: Sebagai isolator, menjaga panas tubuh, melindungi tubuh dari
luka dan infeksi karena benturan langsung dengan benda keras atau tajam, sebagai
sarana untuk terbang, bertindak sebagai reseptor terhadap rangsangan dari luar,
sebagai perhiasan untuk memikat lawan jenis (secundary sex
4
feather), pada pemanfaatan praktis dapat digunakan untuk deteksi kondisi
kesehatan dan menduga kemampuan bertelur (Ismudiono, dkk, 2010).
Kepala unggas kecil apabila dibandingkan dengan tubuh, lehernya panjang
fleksibel, tulangnya bertautan kuat satu sama lain. Kepala dan leher dapat
digerakkan dengan bebas untuk keperluan makan, merawat bulu, keperluaan
pertahanan dan juga untuk keperluan yang lain. Kerangka unggas berfungsi juga
membentuk kekuatan kerja untuk menyokong tubuh, tempat pertautan otot,
melindungi organ-organ vital, tempat diproduksi sel darah putih pada sumsum,
membantu pernapasan, dan meringankan tubuh saat terbang (North, 1978).
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ asesori
dimana saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan dunia luar
dengan dunia dalam tubuh hewan, yaitu proses metabolik di dalam tubuh. Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, esophagus (kerongkongan), crop (tembolok),
proventriculus (perut kecil), gizzard (empedal), duodenum, usus halus, caeca,
rectum, cloaca, dan vent. Sedangkan organ asesori terdiri dari pankreas dan hati.
Setiap bagian alat pencernaan masing-masing memiliki fungsi yang berbeda
(Fadilah, 2005).
Sistem respirasi pada ayam terdiri dari nasal, larynx, trachea (windpipe),
syrinx (voice box), bronchi, paru-paru, kantong udara dan udara tertentu pada
tulang. Fungsi alat pernapasan ini adalah sebagai tempat pertukaran udara yang
masuk dan keluar dari tubuh ayam. Dengan kata lain, berfungsi sebagai tempat
pertukaran antara oksigen yang masuk kedalam tubuh dan karbondioksida yang
dikeluarkan dari tubuh unggas (Fadilah, 2005). Paru-paru pada unggas berperan
sebagai tempat berlangsungnya pertukaran gas di dalam darah. Paru-paru ayam
relatif lebih kecil secara proporsional dengan ukuran tubuhnya, paru-paru tersebut
mengembang dan berkontraksi hanya sedikit dan tidak terdapat diafragma sejati.
Sistem reproduksi ayam jantan terdiri dari dua testis yang memiliki
epididimis dan vas deferens yang menuju ke alat kopulasi (copulatory) (Fadilah,
2005). Testis ayam jantan terletak di rongga badan dekat tulang belakang, melekat
pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan dibatasi oleh ligamentum
5
mesorchium, berdekatan dengan aorta dan vena cava, atau di belakang paru-paru
bagian depan dari ginjal (Yuwanta, 2004).
Sistem reproduksi ayam betina terdiri dari satu ovarium dan satu oviduk.
Walaupun organ reproduksi merupakan tempat produksi sel-sel benih (germinal
cells), organ tersebut juga merupakan kelenjar endokrin (Gunawan, 2004). Pada
ayam betina terdapat sebuah ovarium yang terletak pada rongga badan sebelah
kiri. Pada saat perkembangan embrionik, terdapat dua ovarium yaitu ovarium
kanan dan ovarium kiri (Fadilah, 2005). Tetapi pada perkembangan selanjutnya
mengalami regresi sehingga pada saat menetas hanya dijumpai sebuah ovarium
kiri, sedangkan yang kanan rudimenter.
Menurut fungsinya saluran telur dibagi menjadi 5 bagian
yaitu infundibulum adalah corong pada ujung oviduct yang berfungsi menangkap
sel telur saat diovulasikan oleh ovarium, magnum yang menghasilkan albumin
kental, panjang magnum sekitar 33 cm, isthmus yang mengeluarkan selaput
kerabang, uterus atau kelenjar kerabang berfungsi untuk tempat pembentukan
cangkang dan tempat pigmentasi cangkang, vagina yang merupakan organ
kopulasi betina dengan panjang 15 cm dan kloaka (Fadilah, 2003). Organ-organ
urinasi unggas yaitu ginjal, ureter dan kloaka. Sistem ekskresi pada unggas terdiri
dari dua buah ginjal yang bentuknya relatif besar memanjang yang berlokasi di
belakang paru-paru dan menempel pada tulang punggung dimana masing-masing
ginjal terdiri dari tiga lobus yang tampak dengan jelas (Gunawan, 2004).
6
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. Hasil
III.1.1. Body Covering
III.1.2.Sistem Kerangka
7
III.1.3.Sistem Pencernaan
III.1.4.Sistem Respirasi
8
III.1.5.Sistem Sirkulasi
III.1.6.Sistem Ekskresi
9
III.1.7.Sistem Reproduksi
III.2. Pembahasan
III.2.1.Body Covering
Body covering merupakan bagian tubuh atau bagian luar penutup tubuh
yang memiliki fungsi untuk menutup tubuh dan melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan yang merugikan. Unggas dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu ratitae
dan carinatae. Ratitae adalah bangsa burung pelari yang memiliki sayap
rudimenter, dan tulang dada pipih, contoh octrich dan burung kiwi. Sedangkan
carinatae adalah burung yang dapat terbang, sayapnya berkembang dengan baik,
dan tulang dada luas, contoh: bangsa-bangsa burung yang ada sekarang (Yuwanta,
2004).
Body covering dikelompokkan menjadi dua yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis merupakan bagian dari tubuh unggas paling luar yang bila dipotong
tidak akan berdarah karena memang tidak dialiri darah. Bagian – bagian dari
kelompok epidermis adalah:
1) Bulu (feather)
10
Bulu adalah suatu struktur epidermis yang membentuk penutup luar.
Berdasarkan strukturnya, bentuk bulu unggas ada 3 macam yaitu :
1. Tipe Plumae (cover feather)
Bulu plumae merupakan bulu penutup bagian luar yang membentuk vigor
unggas. Bulu plumae terdiri dari Calamus (tangkai bulu melekat pada folikel),
rachis (Shaft), dan vexillum (bendera dikanan kiris rachis). Bulu tipe plumae
bendera bulu tumbuh sempurna, bendera bulu mengandung flexillum.
2. Tipe Plumulae
Bentuk bulu seperti plumae tapi lebih halus, bendera bulu tumbuh tidak
sempurna, bulu plumae terdapat pada ayam dewasa yang letaknya di bagian
bawah bulu plumae.
3. Tipe Filoplumae
Bulu filoplumae merupakan bulu halus yang terletak diseluruh permukaan
tubuh, bendera bulu tumbuh tidak sempurna lagi, terdapat di antara bulu plumae
dan plumulae .
Bulu tidak tumbuh di semua permukaan kulit, yaitu pada muka dan shank.
Pada unggas yang baru menetas, tubuhnya tertutup oleh bulu kapas yang disebut
dengan down feather. Selanjutnya bulu akan berganti menjadi bulu yang keras
yang disebut dengan pterilae, yaitu bulu pada bagian kepala, leher, dada,
punggung, ekor, bahu, sayap, perut, paha, dan kaki (Yuwanta, 2004). Fungsi bulu
adalah melindungi tubuh dari kerusakan fisik, mengatur dan menjaga stabilitas
tubuh, sarana untuk terbang dan merupakan daya tarik bagi lawan jenis serta
untuk menduga kemampuan bertelur.
2) Paruh (beak)
Paruh pada unggas berfungsi untuk merobek, mematuk dan mengambil
makanan.
1. Cutting / pemotong à Ayam
2. Sieving / menyosor à Itik
3. Probing à Bangau
3) Kuku (nail)
11
Tipe kuku pada unggas berbeda-beda, sesuai dengan bentuk dan
kegunaannya antara lain:
1. Tipe padling (berfungsi untuk mencakar-cakar tanah, berukuran kecil tetapi
kuat).
2. Tipe swimming (tumbuh tidak terlalu baik, antara jari-jari terdapat selaput yang
berfungsi untuk beradaptasi dengan air).
3. Tipe bertengger (berukuran panjang dan kuat, berfungsi untuk bertengger atau
hinggap didahan).
4. Tipe mencengkram (kuku tumbuh dengan kuat, melengkung, dan tajam,
berfungsi untuk mencabik-cabik mangsanya).
4) Sisik (scale)
Sisik pada unggas berfungsi untuk melindungi bagian kaki pada unggas,
selain itu para pesuka ayam aduan, sisik dapat dijadikan penilaian untuk
mengetahui model pukulan ayam tersebut dalam bertanding.
Dermis / innerlayer merupakan bagian tubuh hewan yang bila dipotong
akan berdarah karena dialiri darah. Yang termasuk kelompok dermis adalah :
1. Jengger (comb)
2. Gelambir (pial)
3. Cuping telinga (ear lobe)
Beberapa bagian tubuh terdapat bagian kulit yang tanpa bulu, antara lain
jengger, gelambir, cuping, paruh, dan kuku. Jengger dan gelambir bersifat sensitif
terhadap hormon sex sehingga dapat dijadikan indikator karakteristik
secundary sex, sebagai accesory sexual epidermal. Organ ini merupakan kulit
yang menjulur ke bagian luar. Pada ayam, umumnya dermis kaya akan pembuluh
darah sehingga organ ini berwarna merah. Hormon sex jantan mengakibatkan
jengger dan pial yang membesar dan tebal serta berwarna merah. Jengger
terdapat pada bagian atas kepala. Jengger ayam jantan lebih besar daripada
ayam betina. Beberapa bentuk jengger yaitu single comb, pea comb , strawberry
comb, cushion comb, walnut, buttercup comb, V-shaped comb, rose comb.
Sepasang pial terdapat pada bagian kedua sisi rahang bawah di bagian
basal paruh. Cuping telinga bersifat berdaging tebal yang terletak di bagian
12
bawah telinga. Warnanya bervariasi sesuai dengan masing-masing bangsa ayam.
Ukuran serta tekstur jengger dan pial dalam beberapa memiliki peranan dalam
seleksi bibit untuk menentukan produktivitas seekor ayam betina. Hal tersebut
dikarenakan kondisi organ ini dapat dijadikan indikasi produktifitas seekor ayam
betina. Ayam betina yang sedang bertelur menunjukkan jengger yang merah dan
menebal serta lunak dan hangat, sedangkan ayam betina yang produksi
menunjukkan jengger yang tipis, kering, dan jengger yang tumbuh dan
berkembang dengan menunjukkan kinerja produksi dan reproduksi yang baik
dibandingkan ayam yang memiliki jengger kecil (Iriyanti, dkk, 2013).
III.2.2.Sistem Kerangka
Kerangka merupakan kumpulan dari berbagai macam tulang untuk
menopang tubuh dan untuk pelekatan otot. Kerangka unggas ringan, berisi udara
dan anggota gerak sedemikian rupa disesuaikan dengan kepentingan untuk
berjalan, bergerak cepat dan terbang. Menurut North (1978) kerangka unggas
berfungsi juga membentuk kekuatan kerja untuk menyokong tubuh, tempat
pertautan otot, melindungi organ-organ vital, tempat diproduksi sel darah putih
pada sumsum, membantu pernapasan, dan meringankan tubuh saat terbang.
Susunan tulang unggas terdiri atas cranialis, cervicalis, thoracalis,
lumbalis, dan cocygeae. Selain itu ada juga extremitas anterior dan extremitas
posterior. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) bahwa susunan tulang
ayam terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:
1. Vertebrae Cervicalis atau tulang leher (13-14 ruas) yang berguna untuk
menggerakan leher.
2. Vertebrae Columnis atau Dorsalis atau tulang punggung (7 ruas)
3. Vertebrae Pygostyle dan Urostylus yaitu ekor yang membentuk cocygeae (4
ruas)
4. Tulang rusuk sebanyak 7 buah
5. Tulang sayap terdapat tiga jari, tetapi hanya satu yang berkembang
6. Tulang pubis, yang terdiri atas vertebrae sacral dan lumbal masing-masing 7
buah yang menyebabkan tulang ini menjadi elastis saat terjadi peneluran.
13
Tulang berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi empat macam yaitu
tulang panjang / long bone, tulang pendek / short bone, tulang berbagai bentuk /
irreguler bone, dan tulang pipih / flat bone. Fungsi tulang antara lain adalah
memberi bentuk tubuh, pertautan otot, melindungi organ vital, seperti otot,
jantung dan paru-paru, tempat menyimpan sumsum tulang sebagai sebagai sel
darah merah, sel darah putih, kalsium dan NaCl, serta membantu untuk terbang.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Yuwanta, 2004) bahwa kerangka unggas
memiliki fungsi sebagai tempat pertautan otot sehingga membentuk tubuh,
melindungi organ bagian dalam, tempat pembentukan sel darah merah dan sel
darah putih dan bernafas saat terbang untuk meringankan tubuh. Arlina dan
Subekti (2011) juga menambahkan bahwa tulang juga merupakan jaringan
penghubung atau jaringan pengikat yang special.
III.2.3.Sistem Pencernaan
Pencernaan merupakan serangkaian proses yang terjadi didalam saluran
pencernaan yaitu memecah bahan makanan menjadi bagian atau pertikel yang
lebih kecil, dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana hingga larut dan
dapat diabsorpsi lewat dinding saluran pencernaan untuk memasuki sisitem
peredaran darah atau getah bening, selanjutnya diedarkan keseluruh tubuh.
Menurut Yuwanta (2004) Pencernaan adalah proses perubahan secara fisik dan
kimiawi yang dialami oleh pakan (ransum) di dalam saluran pencernaan ternak.
Unggas mengambil makanannya dengan paruh dan kemudian terus
ditelan. Makanan tersebut disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan
dicampur dengan getah pencernaan proventrikulus dan kemudian digiling dalam
empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas.
Fungsi utama alat tersebut adalah untuk memperkecil ukuran partikel-partikel
makanan.
Mulut ayam tidak memiliki lidah, pipi, dan gigi. Langit-langitnya lunak,
tetapi memiliki rahang atas dan bawah yang menulang untuk menutup mulut.
Mulut memiliki fungsi untuk minum dan memasukan makanan, menghasilkan air
liur (enzim pengurai makanan), dan mempermudah makanan masuk ke
14
kerongkongan (Fadilah, 2003). Kerongkongan atau esophagus berupa pipa tempat
pakan melalui saluran ini bagian belakang mulut (pharynx) ke proventriculus
(Yuwanta, 2004). Kerongkongan berfungsi untuk menyalurkan makanan ke
tembolok. Sebelum kerongkongan memasuki rongga tubuh, ada bagian yang
melebar di salah satu sisinya menjadi kantong yang dikenal sebagai crop atau
tembolok. Tembolok memiliki fungsi sebagai penampungan sementara makanan
yang dikonsumsi oleh unggas (Fadilah, 2005).
Proventriculus merupakan pelebaran dari kerongkongan sebelum
berhubungan dengan gizzard (empedal). Pakan berlalu cepat melalui
proventriculus (Sarwono, 1993). Proventriculus berfungsi sebagai penghasil
pepsin yaitu enzim pengurai protein dan penghasil asam lambung (hydrochloric
acid) (Fadilah, 2005).
Gizzard atau empedal seringkali juga disebut muscular stomach (perut
otot). Lokasinya berada diantara ventriculus dan bagian usus halus. Gizzard
memiliki otot yang kuat dan permukaan yang tebal, berfungsi sebagai pemecah
makanan menjadi bagian-bagian atau partikel yang lebih kecil (Fadilah, 2005).
Menurut Yuwanta (2004), panjang alat pencernaan pada ayam sekitar 245-
255 cm, tergantung pada umur dan jenis ayam. Prinsip pencernaan pada ayam ada
tiga macam, yaitu pencernaan secara mekanik (fisik), pencernaan secara kima
(enzimatik), dan pencernaan secara mikrobiologik. Secara umum pencernaan pada
unggas meliputi aspek digesti, absorpsi, dan metabolisme.
Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan
dan absorpsi produk pencernaan. Berbagai enzim yang masuk ke dalam saluran
pencernaan ini berfungsi mempecepat dan mengefisiensikan pemecahan
karbohidrat, protein, dan lemak untuk mempermudah proses absorpsi. Pada
bagian usus halus terdapat pankreas yang menghasilkan enzim amilase, lipase,
dan tripsin. Enzim tersebut dan enzim-enzim lain yang dihasilkan dinding usus
halus berfungsi untuk menguraikan protein dan gula. Hasilnya akan diserap usus
halus untulk di distribusikan ke seluruh tubuh. Usus halus ayam dewasa memiliki
panjang sekitar 1,5 meter (Fadilah, 2003).
15
Menurut Yuwanta (2004) Ileum mempunyai banyak fili-fili untuk
memperluas bidang penyerapan. Batas antara jejenum dengan ileum berupa
tonjolan kecil yakni micelle diverticum. Ileum merupakan kelanjutan
dari duodenum yang fungsinya sama dengan duodenum. Pencernaan dan
penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan oleh duodenum dilanjutkan
sampai tinggal bahan yang tidak dapat dicerna.
Diantara usus halus dan usus besar, terdapat dua kantong yang disebut
sebagai caeca (usus buntu). Dalam keadaan normal, panjang setiap caeca sekitar
6 inci atau 15 cm (Srigandono, 1997). Fungsi caeca ini belum diketahui secara
pasti (Fadilah, 2005). Pada caeca hanya sedikit air yang diserap, sedikit
karbohidrat dan protein dicerna berkat bantuan beberapa bakteri.
Salah satu bagian dari usus besar adalah rectum. Pada ayam dewasa
panjangnya sekitar 10 cm dengan diameter sekitar dua kali usus halus. Bentuknya
melebar dan terdapat pada bagian akhir usus halus ke kloaka (Blakely and Bade,
1991). Usus besar berfungsi sebagai penambah kandungan air dalam sel tubuh dan
menjaga keseimbangan air dalam tubuh ayam (Anggorodi, 1995).
Kloaka memiliki bentuk yang bulat dan berada pada akhir saluran
pencernaan. Kloaka berarti common sewer atau saluran umum tempat saluran
pencernaan dan reproduksi bermuara (Blakely and Bade, 1991). Kloaka berfungsi
sebagai lubang pengeluaran sisa pencernaan (Fadilah, 2005). Kloaka merupakan
tempat keluarnya ekskreta karena urodeum dan cuprodeum terletak berhimpitan.
Urodeum merupakan saluran urine, cuprodeum merupakan saluran pencernaan,
sedangkan protodeum merupakan saluran pembuangan sehingga berhubungan
dengan anus serta tempat keluarnya ekskreta (Neil, 1991).
III.2.4.Sistem Respirasi
Macam respirasi pada unggas dikenal ada dua macam,
yaitu secara anatomis dan fisiologis. Secara anatomis, respirasi
merupakan pernafasan perut dan pernafasan dada, sedangkan
pernafasan secara fisiologis adalah inspirasi dan ekspirasi.
Mekanisme pernapasan:
16
1). Secara anatomis
a. Pada waktu otot abdominalis relaksasi dan bagian belakang
sternum turun, maka udara diserap melalui paru – paru ke
dalam kantong udara abnominalis akibat tekanan rendah
pada primary bronchi.
b. Pada waktu otot abdominalis berkontraksi, belakang sternum
naik, tekanan udara naik dan udsara yang mengandung CO2
dipompa ke luar.
2). Secara Fisiologis
Secara fisiologis respirasi ini berhubungan dengan sistem
sirkulasi, terutama sirkulasi darah, karena itu sering dikenal
dengan cardiorespiratory system. Dalam sistem ini udara (O2)
yang dihisap melalui inspirasi yang masuk melalui pulmo akan
diikat oleh Hb di dalam kapiler darah menjadi HbO2. HbO2 ini
kemudian dikirim ke Cor lewat vena pulmonalis, dan oleh Cor
darah yang mengandung O2 tadi dipompakan ke seluruh tubuh.
Dari seluruh tubuh darah yang mengandung CO2 dan air akan
dikeluarkan dari Cor ke pulmo lewat arteri pulmonalis, dan oleh
pulmo CO2 dan air dalam bentuk uap dihembuskan memlalui
ekspirasi. Moreng (1985) menyatakan bahwa, frekuensi pernafasan
pada unggas adalah sebagai berikut:
a. Ayam rata – rata angka respirasi 36 kali / menit (betina), 30
kali / menit (jantan), dengan jumlah H2O sebanyak 4 liter tiap
100 ekor.
b. Angsa: 17 kali / menit (kisaran 12 – 22 kali / menit).
c. Itik : 65 kali / menit (kisaran 60 – 70 kali / menit).
d. Merpati: 28 kali / menit (kisaran 24 – 32 kali / menit).
Menurut Winter dan Funk (1960) sistem pernapasan pada
unggas sangat berbeda dengan pernafasan pada mamalia.
Sistem pernapasan pada unggas menurut Avery (1961) terdiri dari:
17
1)Cavum nasalis (lubang hidung)
Ada sepasang, lonjong dan sempit yaitu nares anteriores
dan nares posteriores. Nares anteriores merupakan saluran /
lubang yang terletak dibagian lateral mandibulla sebelah atas,
sedangkan nares posteriors terletak di palatum / langit – langit
dalam rongga mulut.
2)Pharynx
Letaknya disebelah belakang dasar mulut, dimana udara
yang masuk lewat cavum nasalis akan menuju pharynx dan
selanjutnya menuju trachea.
3)Glottis
Merupakan celah yang sempit terletak pada dasar pharynx
menuju ke larynx cranial.
4)Larynx
Tersusun atas kerangka cartilago / tulang rawan pada
dasar dari pharynx. Valvula terletak pada ujung muka trachea.
Pada larynx tidak dijumpai adanya epiglottis. Larynx tertutup
pada waktu minum ataupun makan.
5)Trachea
Merupakan suatu pipa panjang yang tersusun dari
rangkaian cincin tulang rawan dan menghubungkan larynx
dengan syrinx. Pada ayam 100-130 buah, yang berakhir pada
bifurcation trachealis.
6)Syrinx atau voice box
Sebagai rongga udara yang menyempit yang terletak
dibagian caudal trachea, kecuali pada itik berbentuk bola
sebesar kacang tanah. Pada syrinx terdapat valvula / klep yang
fleksibel dan dapat bergetar pada saat unggas bersuara. Syrinx
ini merupakan bagian dari tractus respiratorius yang mampu
18
menghasilkan suara, sedangkan bagian atas larynx hanya
bekerja memodulasikan suara tersebut.
7)Bronchi
Merupakan dua buah percabangan trachea yang
menghubungkan syrinx dengan paru – paru / pulmo, bronchi
terdapat diluar ataupun didalam pulmo, berhubungan dengan
saccus respiratorius.
8)Paru – paru atau pulmo
Dibentuk oleh ranifikasi dari bronchi, melebar dibagian
terminal berwarna merah muda, kecil bila dibandingkan dengan
ruang thorax. Pulmo melekat pada columna vertebralis dan
merupakan masa yang berongga–rongga. Bagian ventralnya
basa ditutupi oleh pleura dan diafragma dan sebagian besar
berotot rudimenter. Pulmo dipenuhi cabang–cabang yang yang
merupakan saluran halus yang dilengkapi dengan selaput,
selaput ini penuh dengan pembuluh darah yang akan mengatur
masuknya oksigen ke dalam pulmo dan karbon dioksida keluar
dari pulmo. Bronchi menembus paru–paru yang berhubungan
dengan saccus abdominalis dan kantong udara yang lain. Bronchi
dalam paru–paru (primary bronchi) bercabang menjadi primary
bronchi kearah dorsal abdomen, demikian juga tertiary bronchi.
Tertiary bronchi merupakan pusat alveoli yang dikelilingi
pembuluh darah dan kapiler darah.
9)Saccus respiratorius / Air sacc atau kantong udara
Avery (1961) menyatakan bahwa, fungsi saccus respiratorius
adalah: menaikkan kapasitas sistem pernapasan, meringankan
bobot tubuh, mengatur suhu tubuh, memungkinkan terjadinya
difusi air dari darah dan mengeluarkanya dari paru – paru dalam
bentuk uap, mengurangi Specific Gravity (BJ). Menurut Moreng
(1985) bahwa saccus respiratorius yang disebut juga sebagai
19
paru–paru tambahan jumlahnya 4 pasang, dan satu kantong
udara tunggal. Kantong–kantong udara tersebut terdiri dari :
1). Saccus abdominalis
Saccus ini memenuhi organ–organ dalam perut dan dinding
tubuh, menghubungkan paru–paru dan rongga–rongga dalam
tulang–tulang kaki. Saccus abdominalis jumlahnya sepasang
(pars sinister dan pars dexter)
2). Saccus interclavicularis
Saccus ini hanya memiliki satu buah kantong udara
tunggal menghubungkan pulmo bagian depan dengan tulang dan
sayap, terletak di lateral jantung.
3). Saccus thoracicae
Terletak pada rongga dalam, tepatnya di ventral paru –
paru, lateral jantung sampai dengan rib terakhir. Jumlahnya
sepasang, yaitu terdiri dari Saccus thoracicae cranialis dan
Saccus thoracicae caudalis, dan hanya berhubungan dengan
paru – paru.
4). Saccus cervicalis
Saccus ini terletak dekat dengan saccus interclavicularis
tepatnya di dorsal trachea dan esophagus, dan menghubungkan
paru – paru dengan vertebrae cervicalis.
III.2.5. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi pada unggas dibagi menjadi dua, yaitu:
sistem sirkulasi darah dan sistem sirkulasi limpa.
1)Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darah pada unggas didukung oleh darah,
jantung dan pembuluh darah.
a. Darah
20
Berbicara mengenai sistem sirkulasi, tak lepas dari peran darah
didalamnya, darah mempunyai fungsi-fungsi yang sangat penting bagi sistem
sirkulasi. Menurut Nesheim et al (1979) Fungsi-fungsi tersebut yaitu:
1. Mengedarkan O2 dan mengeluarkan CO2 dari sel tubuh,
2. Media absorbsi nutrisi dari saluran pencernaan dan mengedarkannya ke
seluruh tubuh,
3. Media transport pembuangan sisa metabolisme tubuh,
4. Media transport hormone dari kelenjar endokrin menuju organ reseptor,
5. Mangatur keseimbangan cairan tubuh dan melawan bibit penyakit yang masuk
ke dalam tubuh
Darah unggas berisi sekitar 2,5 sampai 3,5 juta sel darah merah per
milimeter kubik dan 15 sampai 35 ribu per milimeter kubik sel darah putih,
tergantung pada umur dan jenis kelamin. Darah unggas jantan dewasa memiliki
500.000 sel darah merah lebih banyak dibanding betina. Sel darah merah unggas
mengandung nukleus dan hemoglobin. Hemoglobin ini berfungsi untuk membawa
oksigen pada darah. Hemoglobin terdapat sekitar 30% dari total darah pada ayam
muda dan ayam petelur dan pada jantan sekitar 40% (Akoso, 1993).
b. Jantung
kerja jantung beserta dengan salurannya baik pembuluh
darah vena, pembuluh darah arteri pembuluh darah kapiler dan
pembuluh darah nadi. Unggas mempunyai jantung yang berbeda
dengan yang lainnya, yaitu mempunyai empat ruang,
dua ventrikel dan dua atrium. Pembagian ruang tersebut
bertujuan untuk mengefektifkan kerja jantung sehingga akan
terjadi sirkulasi O2 dan CO2 dari kantung udara dengan tingkat
metabolisme yang tinggi.
Unggas tipe ringan dewasa, misal ayam petelur White
Leghorn mempunyai denyut jantung 350 kali per menit, ayam breed besar
seperti Rhode Island Red mempunyai denyut jantung 250 kali per menit dan DOC
mempunyai kisaran 300 sampai 560 kali per menit. Ayam mempunyai tekanan
21
darah sistol 75 sampai 175 mm Hg dan diastol 140 sampai 160 mm Hg
(Nesheim et al., 1979).
Gambar 1. Skema peredaran darah arteri pada unggas
(Radiopoetro, 1991)
Gambar 2. Skema peredaran darah vena pada unggas
(Radiopoetro, 1991)
2) Sistem Peredaran Limpa
Limpa merupakan organ yang penting pada sistem sirkulasi darah. Organ
ini terletak pada rongga perut berdekatan dengan empedal. Limpa berbentuk
lonjong, berwarna merah coklat dan kenyal. Di dalam limpa, sel darah merah dan
sel darah putih dibentuk dan limpa bertindak sebagai penyimpan sel darah merah
(Nesheim et al., 1979). Organ ini penting bagi tubuh karena peranannya dalam
membentuk sel yang bertanggung jawab terhadap produksi antibodi atau terhadap
reaksi immunoglobin yang lain. Fungsi limpa antara lain mengambil kelebihan
22
cairan jaringan dan mengembalikannya ke darah serta membantu
mempertahankan tubuh dari penyakit (Akoso, 1993).
III.2.6.Sistem Ekskresi
Ekskresi air dan sisa metabolik sebagian besar tedadi
melalui ginjal. Sistem ekskresi pads unggas terdiri dari dua buah
ginjal yang bentuknya relatif besar-memanjang, berlokasi
di belakang paru-paru, dan menempel pada tulang punggung.
Masing-masing ginjal terdiri dari tiga lobus yang tampak dengan
jelas. Ginjal terdiri dari banyak tubulus kecil atau nephron yang
menjadi unit fungsional utama dari ginjal (Radiopoetro, 1991).
Fungsi utama ginjal adalah memproduksi urine,
melalui proses sebagai berikut.
1)Filtrasi darah sehingga air dan limbah
metabolisms diekskresikan.
2)Reabsorpsi beberapa nutrien (misalnya glukosa dan elektrolit)
yang kemungkinan digunakan kembali.
Sistem urinaria ayam maupun itik terdiri atas sepasang ginjal
yang berbentuk panjang yang menempel rapat pada tulang
punggung dan tulang rusuk serta melekat pada selaput rongga
perut (peritonium). Air kencing keluar dari tubuh melalui cloaca
bersama feses dan keliahatan sebagai masa putih diatas feses
tersebut (Yuwanta, 2004). Ureter adalah saluran muscular yang
mengalirkan urine dari dinding ginjal menuju ke blader (kantong
kencing). Kloaka merupakan suatu tabung yang berhubungan
dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi
(Rasyaf, 1997). Dengan demikian, sel dan protein darah disaring
keluar dari darah, sedangkan filtrat melewati tubula ginjal. Air
dan zat-zat tertentu untuk tubuh sebagian besar
diabsobsi kembali, sedangkan sisa-sisa produk yang harus
dibuang diekskresikan melalui urine.
23
Ginjal memiliki peran kunci dalam pengaturan
keseimbangan asam-basa dan mempertahankan keseimbangan
osmotik cairan tubuh. Suatu saluran, yaitu ureter
menghubungkan masing-masing ginjal dengan kloaka. Urine
pada unggas terutama tersusun atas asam urat yang bercampur
dengan feses pada kloaka dan keluar sebagai kotoran berupa
material berwarna putih seperti pasta (Ensminger, 1992).
III.2.7. Sistem Reproduksi
a. Reproduksi Unggas Jantan
Sistem reproduksi unggas jantan terdiri dari dua testis bentuknya elips dan
berwarna terang, dan menghasilkan sperma yang masing-masing mempunyai
sebuah saluran sperma yang bernama vas defferens serta sebuah kloaka yang
menjadi muara dari sistem reproduksi tersebut. Alat reproduksi unggas jantan
terdiri atas alat kelamin pokok dan alat kelamin pelengkap. Menurut Frandson
(1992) alat kelamin pokok adalah organ yang langsung membentuk spermatozoa
yaitu testis. Alat kelamin pelengkap terdiri atas salurantestis yang menuju kloaka
yaitu epididymis,vas defferens, dan papillae.
Testis pada unggas berbentuk bulat seperti kacang, terletak ventral dari
lobus anterior ginjal. Ukuran testis tidak selalu konstan, karena menjadi besar
pada saat musim kawin. Bagian kiri sering lebih besar dari bagian kanan. Pinggir
medial testis sedikit konkaf dan mempunyai penjuluran kecil pipih yang dianggap
sama seperti epididimis pada mammalia. Dari situlah keluar saluran vas defferens
yang secara bergelombang-gelombang lateral terhadap ureter masuk ke dalam
kloaka. Hal ini seuai dengan pernyataan Sarwono (1993) bahwa unggas jantan
berbeda dari ternak piaraan lainnya, karena testis tidak turun dalam skrotum tetapi
tetap dalam rongga badan. Testis menghasilkan sperma untuk membuahi telur
yang berasal dari hewan betina. Testis yang berbentuk bulat kacang tersebut
besarnya berbeda-beda menurut umur dan besar unggas. Permukaan testis
diselaputi oleh suatu jaringan fibrosa yang kuat yang diteruskan kedalam testis
membentuk kerangka penunjang tenunan testis.
24
Masing-masing vas defferens menuju papillae yang berfungsi sebagai
organ cadangan yang mengalami rudimenter. Papillae ini terletak di bagian
tengah dari kloaka. Menurut Srigandono (1997) unggas air memiliki alat kopulasi
yang nampak jelas, penis yang berbentuk spiral dan bengkok, terdiri dari tenunan
fibrosa dan terletak pada dinding ventral kloaka, mempunyai suatu legok, dan
semen testis pada unggas berbentuk bulat seperti kacang, terletak ventral dari
lobus anterior ginjal. Khusus pada itik, spermanya mampu bertahan hidup 5-6
hari didalam saluran genetika itik betina.
b. Sistem Reproduksi Betina
Sistem reproduksi unggas betina terdiri dari alat kelamin primer dan alat
kelamin sekunder. Alat kelamin primer adalah ovarium dan alat kelamin sekunder
adalah oviduct atau saluran telur. Unggas betina secara normal hanya memiliki
ovarium dan oviduct sebelah kiri yang berkembang sempurna. Menurut Sarwono
(1993) Ovarium merupakan bagian alat kelamin primer yang berfungsi sebagai
alat pembentuk telur.
Berdasarkan hasil pengamatan, system reproduksi ayam betina terdiri atas
ovarium, oviduk, uterus, vagina dan kloaka. Menurut Blakely dan Blade (1991)
ovarium terletak pada tulang belakang dan dikelilingi oleh alat-alat lainnya,
sehingga ia tertutup dalam suatu kantung ovarium. Jalan satu-satunya untuk
keluar adalah oviduct. Oviduct digantung oleh dua lapis lipatan peritoneum yang
membentuk ligamen-ligamen oviduct. Oviduct terdiri dari 5 bagian, yaitu
infundibulum, magnum, isthmus, uterus dan vagina. Infundibulum berfungsi
sebagai corong yang terdapat pada bagian ujung oviduct, di tempat inilah terjadi
pembuahan. Magnum terletak di bagian bawah funnel, panjangnya 33 cm. Vagina
merupakan tempat penyimpanan telur sementara waktu, sebelum telur dikeluarkan
dari dalam tubuh. Tugas uterus adalah menyempurnakan pembentukan telur, dari
uterus telur keluar menuju vagina dan kemudian kloaka (Hunter, 1995).
25
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1. Kesimpulan
1) Body covering unggas dibagi menjadi dermis dan epidermis.
2) Sistem kerangka unggas dibagi menjadi cranium, cervicalis, lumbalis,
thoracalis, dan cocygeae.
3) Sistem pencernaan unggas terdiri atas mulut, esophagus, crop, proventriculus,
ventriculus, usus halus, usus besar dan kloaka.
4) Sistem respirasi unggas terdiri atas hidung (nasal), glottis, larynx, trachea,
syrinx, bronchus, dan paru-paru.
5) Sistem sirkulasi unggas terdiri atas jantung, darah, dan pembuluh darah.
6) Sistem ekskresi unggas terdiri atas dua buah ginjal, kulit dan paru-paru.
7) Testis merupakan organ reproduksi primer pada unggas jantan, sedangkan
ovarium merupakan organ reproduksi primer pada unggas betina.
IV.2. Saran
1) Persiapan peralatan dalam praktikum diharapkan lebih baik lagi.
2) Praktikan sebaiknya tidak banyak bercanda agar tercipta suasana yang
kodusif.
26
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Penerbit kanisius. Yogyakarta.
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka. Jakarta.
Arlina, Firda dan Subekti, Kusniadi. 2011. “Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan”. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Vol. 14. No. 2.
Avery, T. B. and A. E. Crossle. 1961. Poultry husbandry Second edition. Burgess.
Publishing company. Minnesota.
Blakely, J dan D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science. 2 n d Ed . The Interstate Printers and Publishers Inc. Denville. Illinois.
Fadilah. R. 2003. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Depok.
________. 2005. Aneka Penyakit Pada Ayam Dan Cara Mengatasinya. Agromedia Pustaka. Depok.
Frandson. 1992. Anatomi Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Gunawan dan Sihombing, D. T. H. 2004. “Pengaruh Suhu Lingkungan Tinggi Terhadap Kondisi Fisiologis Produktivitas Ayam Buras”. Wartazoa. Vol. 14. No. 1.
Hunter, R. H. F. 1995. Fisiologi dan Teknologi dan Reproduksi Hewan Domestik. ITB. Bandung.
Ismudiono, dkk. 2010. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya.
27
Iriyanti, Ning, dkk. 2013. “Penggunaan Berbagai Jenis Probiotik dalam Ransum Terhadap Produksi dan Bobot Telur Ayam Arab”. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol. 1. No. 1. Hal: 338-346.
Moreng, R. E. 1985. Poultry science and production. Reston publishing company Inc. Restorn. Virginia.
Neil, A. C. 1991. Biology 2nd edition. The Benjamin Coming Publishing Company Inc. Pec Wood City.
Nesheim, et al. 1972. Poultry Production. 12th ed. Lea and Febiger. Philadelphia.
North, M. O. 1978. Commercial Chicken Production Manual. 3rd ed. AVI pub. co. inc. Wetsport.
Radiopoetro. 1991. Zoologi. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Rasyaf, M. 1997. Penyajian Pakan Ayam Petelur. Kanisius. Jakarta.
Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Winter, A. R. dan E. M. Funk, 1960. Poultry Science and Practice. 5th ed. J. B. Lippincott Co. New York.
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yokyakarta.
28