dasar produksi ternak unggas
TRANSCRIPT
DASAR PRODUKSI TERNAK UNGGAS
Oleh
Niken Ulupi
DEPARTEMEN ILMU PRODUKDI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
DASAR PRODUKSI TERNAK UNGGAS
Oleh
Niken Ulupi
Faktor-faktor yang mendasari tingginya produktivitas ternak unggas dapat
dikelompokkan sebagai faktor luar (eksterna) dan faktor dalam (interna). Faktor luar
dapat berupa kondisi lingkungan dimana unggas dipelihara maupun kondisi pakan
yang diberikan dan manajemen pemeliharaan. Sementara faktor dalam berasal dari
kondisi ternak unggas itu sendiri. Sebagian besar faktor interna disumbangkan oleh
mutu genetik unggas dan berfungsinya organ penyusun tubuh. Pengaruh kedua faktor
tersebut terhadap capaian produksi tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan.
Sebagai contoh, kecepatan pertumbuhan unggas akan maksimal bila secara genetik
memungkinkan, pakan serta lingkungan pemeliharaan sesuai kebutuhan dan ternak
tersebut dimanage dengan baik.
Secara genetik, unggas ada yang memiliki kemampuan produksi telur tinggi,
produksi daging yang tinggi atau yang termasuk tipe dwi guna, yaitu dapat sebagai
penghasil daging sekaligus penghasil telur. Ketiga tipe unggas/ayam tersebut
membutuhkan jenis pakan, lingkungan dan manajemen pemeliharaan yang berbeda.
Untuk lebih memahami jenis-jenis ayam tersebut, dalam tulisan ini akan diuraikan
terlebih dahulu asal-usul ayam domestik, baru kemudian dijelaskan fungsi biologis
dari beberapa organ penting penyusun tubuh.
ASAL USUL UNGGAS DOMESTIK
Pengertian Unggas
Yang dimaksud dengan unggas adalah sebagian dari bangsa burung yang telah
mengalami proses domestikasi dan mempunyai manfaat bagi manusia terutama
sebagai sumber pangan, yaitu telur dan dagingnya. Sebagai bahan pangan, kualitas
protein dari telur maupun daging unggas tak diragukan lagi, hal tersebut dapat dilihat
dari nilai NPU (Net protein Utilitation) dari telur dan daging masing-masing sebesar
96% dan 78%. Selain sebagai sumber pangan, unggas dapat bermanfaat sebagai
hiasan, penghasil pupuk, tepung darah maupun tepung bulu. Beberapa contoh unggas
penghasil pangan antara lain adalah ayam, itik, entog, dan burung puyuh, sedangkan
contoh yang termasuk unggas hias ialah ayam kate dan ayam pelung.
Dari pengertian unggas diatas, ada kata domestikasi. Apakah yang dimaksud
dengan domestikasi? Domestikasi adalah suatu proses penjinakan yang berlangsung
dalam waktu lama melalui banyak generasi. Dalam proses domestikasi terjadi
beberapa perubahan mendasar, yaitu perubahan tingkah laku, perubahan seluler,
perubahan hormonal dan pada akhirnya mengalami perubahan produktivitas,
sehingga unggas yang sudah terdomestikasi memiliki ciri dapat berproduksi dan
berkembang biak dengan baik pada lingkungan yang ada.
Klasifikasi Zoologis Unggas
Unggas dalam susunan klasifikasi zoologis termasuk dalam kelas Aves.
Beberapa unggas yang sudah sangat dikenal, berada dalam ordo yang berbeda-beda.
Ayam, puyuh dan kalkun termasuk ordo Galliformes, sedangkan angsa, entog dan itik
termasuk dalam ordo Anseriformes. Ayam dan puyuh dalam klasifikasi tersebut
berjarak dekat karena berada dalam satu famili yaitu Phasianidae. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Klasifikasi Zoologis Ternak Unggas.
Ordo Famili Genus Spesies Nama
Galliformes Phasianidae
Meleagrididae
Gallus
Coturnix
Meleagris
domesticus
coturnix
gallopavo
Ayam
Puyuh
Kalkun
Columbiformes Columbidae Columba livia merpati
Anseriformes Antidae Anser
Cairina
Anas
anser
moschata
plathyrhynchos
Angsa
Entog
Itik
Kedekatan hubungan tersebut memberikan gambaran bahwa kedua spesies
ternak unggas ini mempunyai beberapa sifat yang serupa dalam budidayanya. Sebagai
contoh, baik ayam maupun puyuh sama-sama peka terhadap serangan penyakit tetelo
(ND), sehingga dalam budidaya kedua ternak tersebut perlu diberi perlakuan
vaksinasi ND.
Ayam termasuk dalam genus Gallus dan spesies domesticus. Saat ini
diperkirakan ada 8600 spesies ayam (Gallus domesticus). Gallus domesticus ini
berasal dari spesies Gallus atau ayam hutan liar. Ada empat macam spesies Gallus,
yaitu Gallus gallus (berasal dari hutan di Cina, Burma, India dan Indonesia), Gallus
lafayettii (berasal dari hutan di Srilangka), Gallus sonnerattii ((berasal dari hutan di
India) dan Gallus varius (berasal dari hutan di Indonesia).
Asal-usul Ayam Domestik
Ayam domestik yang begitu banyak ragamnya diklasifikasikan kedalam kelas
ayam, bangsa, varietas dan strain ayam. Kelas ayam adalah sekelompok ayam yang
berkembang diwilayah geografis tertentu dan mempunyai sifat yang menurun dari
generasi ke generasi beikutnya. Empat kelas ayam yang ditetapkan ialah kelas
Amerika, Inggris, Mediteran dan kelas Asia. Masing-masing kelas terdiri dari
beberapa bangsa ayam.
Bangsa ayam adalah sekelompok ayam dalam kelas tertentu yang mempunyai
persamaan secara anatomis, morfologis maupun fisiologis, dan sifat tersebut
diturunkan ke generasi berikutnya. Bangsa-bangsa ayam yang terkenal dari kelas
Amerika ialah New Hamshire, Rhode Island Red, Wyandote dan Plymouth Rock.
Bangsa ayam dari kelas Amerika ini dapat dikelompokkan sebagai tipe dwiguna.
Bangsa ayam dari kelas Inggris yang terkenal ialah Cornish. Bangsa Cornish
merupakan nenek moyang dari ayam penghasil daging saat ini. Dari kelas Mediteran,
yang terkenal ialah bangsa Leghorn. Ayam ini merupakan penghasil telur
berkerabang putih yang sangat produktif, sedangkan dari kelas Asia dikenal bangsa
Brahma, Cochin dan Langshan.
Varietas ayam adalah sekelompok ayam dalam satu bangsa tertentu yang
mempunyai perbedaan dalam hal bentuk jengger dan warna bulu. Beberapa bentuk
jengger ayam antara lain ialah strawberry, rose, pea, helmet, single, redcup, leaf,
bentuk V dan horn, seperti dapat dilihat pada Gambar 1.
Adapun strain ayam adalah hasil silang dalam (inbreeding) berturut-turut
dalam beberapa generasi dari beberapa varietas untuk memperoleh tujuan tertentu.
Hasil persilangan yang demikian ini selanjutnya disebut dengan galur murni, sehingga
saat ini dikenal ada strain yang tahan terhadap penyakit tertentu atau ada strain ayam
yang mempunyai bagian dada atau paha yang besar, ada strain ayam dengan
kecepatan petumbuhan yang tinggi, dan lain-lain.
Gambar 1. Beberapa Bentuk Jengger Ayam
Berasal dari beberapa varietas ayam dengan keunggulan sifat masing-masing,
melalui proses persilangan dalam (inbreeding), dewasa ini dibentuk banyak sekali
galur murni yang masing-masing memiliki kelebihan. Setinggi apapun potensi yang
dimiliki oleh seekor ayam, bila tidak didukung oleh faktor yang lain yang
memungkinkan berfungsinya secara optimal organ-organ penting dalam tubuh, maka
performa yang diharapkan sulit dapat dicapai.
BIOLOGI FUNGSIONAL TERNAK UNGGAS
Tercapainya performa unggas sesuai dengan potensinya tidak terlepas dari
berfungsi atau tidaknya beberapa organ penting penyusun tubuh. Berfungsinya organ
tersebut tentu saja dibutuhkan keterkaitan dengan faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhinya. Tujuan dari bahasan ini adalah agar mahasiswa mengetahui
fungsi beberapa organ penting dan dampaknya bila salah satu organ tersebut tidak
berfungsi dengan baik, sehingga kedepannya, dalam setiap kegiatan/praktik budidaya
selalu diupayakan mengarah pada hal ini.
Sebagai pendahuluan, akan diuraikan beberapa ciri khas dari ternak unggas.
Unggas termasuk ternak yang berbadan relatif kecil. Rangka dalam tubuh unggas
tersusun dari tulang-tulang yang kecil, ringan terapi cukup kuat. Beberapa unggas
memiliki temperamen yang lincah dan cenderung mudah terkejut. Meskipun bertubuh
kecil, unggas memiliki syaraf yang tersusun sempurna, dilengkapi dengan indra
penglihatan dan pendengaran yang tajam. Unggas dapat memilih makanannya dengan
hati-hati. Proses pencernaan pakan berlangsung dengan sempurna dengan waktu yang
relatif singkat (sekitar 15 jam). Ciri terpenting adalah bahwa unggas ini merupakan
salah satu ternak dengan suhu interna yang tinggi, sekitar 105-109oF (41-43
oC).
Dengan suhu tubuh tinggi, maka keharusan bagi peternak menyediakan lingkungan
pemeliharaan dengan suhu rendah, agar organ-organ penting dapat berfungsi normal.
Organ Penutup Tubuh Unggas
Sebagai organ penutup tubuh dari unggas terluar ialah bulu yang tumbuh dan
menempel pada kulit. Fungsi bulu terutama adalah sebagai insulator, yaitu untuk
memelihara panas tubuh. Selain itu, bulu juga berfungsi sebagai pelindung tubuh
terhadap benturan dari luar. Bulu pada bagian sayap juga membantu unggas untuk
terbang. Komponen terbesar dari bulu adalah protein, oleh sebab itu untuk
pertumbuhan bulu dibutuhkan protein yang cukup dalam pakan yang diberikan.
Disamping hal tersebut kecepatan pertumbuhan bulu ini juga membutuhkan
lingkungan dengan kelembaban udara relatif tinggi dan didukung dengan
berfungsinya kelenjar endokrin tertentu untuk menghasilkan hormon thyroxin.
Kulit unggas tipis dan tidak mempunyai kelenjar keringat. Kulit pada bagian
pangkal ekor mempunyai kelenjar uropigial, yang berfungsi menghasilkan minyak
untuk meminyaki bulunya. Kulit unggas terdiri dari dua lapisan, bagian luar disebut
epidermis dan bagian dalam disebut indodermis. Warna kulit unggas dipengaruhi
oleh pigmen lipochrom dan melanin.
Rangka Unggas
Rangka pada unggas tersusun dari tulang-tulang kecil dan dihubungkan
dengan sendi yang kuat. Fungsi rangka pada unggas antara lain adalah untuk
melekatnya urat daging. Rangka juga berfungsi melindungi organ penting bagian
dalam tubuh, termasuk sumsum tulang dan ruang udara di dalam tulang.
Tulang-tulang ini dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu tulang biasa, tulang
pneumatik dan tulang meduler. Tulang biasa adalah jenis tulang yang didalamnya
berisi sumsum tulang. Tulang pneumatik adalah beberapa tulang yang didalamnya
berisi udara, berfungsi meringankan tubuh saat terbang. Termasuk tulang jenis ini
antara lain ialah tulang humerus, radius, ulna, dan metacarpus. Adapun tulang
meduler adalah jenis tulang yang didalamnya berisi kalsium, sebagai cadangan untuk
kerabang pada proses pembentukan telur. Tulang meduler ini terbentuk beberapa
minggu sebelum ayam betina bertelur. Contoh tulang meduler adalah tulang tibia dan
metatarsus pada ayam betina. Jika disimpulkan maka ketiga jenis tulang tersebut
dimiliki oleh ayam betina yang siap bertelur, sementara pada ayam jantan, jenis
tulang yang dimiliki hanya tulang biasa dan tulang pneumatik. Gambar 2 berikut
adalah gambar rangka pada unggas.
Urat Daging Unggas
Urat daging pada ternak unggas dilengkapi dengan syaraf dan pembuluh
darah, sehingga bila terjadi kerusakan syaraf, urat daging tersebut akan mengalami
kelumpuhan. Pigmen pada urat daging adalah myoglobin. Konsentrasi pigmen
berbeda pada urat daging bagian dada dan paha. Perbedaan tersebut menyebabkan
daging bagian dada disebut light meat dan urat daging bagian paha disebut dark meat.
Gambar 2. Rangka Unggas
Fungsi urat daging adalah sebagai penutup tulang dan membentuk tubuh,
menghasilkan panas tubuh serta menggerakkan tubuh. Beberapa contoh urat daging
pada unggas ialah urat daging dada (muscullus pectoralis), berfungsi mengangkat dan
menurunkan sayap. Urat daging pada kaki (muscullus pectineus), memungkinkan
ayam dapat tidur dalam keadaan berdiri. Kulit pada unggas juga terdapat urat daging,
yaitu muscullus dermal, yang berfungsi dapat menggerakkan bulu.
Sistem Pencernaan Unggas
Organ yang berperanan dalam sistem pencernaan unggas, dikatagorikan
sebagai organ utama pencernaan dan organ pembantu pencernaan. Sebagai organ
utama pencernaan dimulai dari :
1. Mulut, pada ternak unggas tidak mempunyai bibir dan gigi, tetapi dilengkapi
dengan paruh,dan lidah yang dapat digunakan unggas untuk mengambil air
minum. Di dalam mulut ini banyak terdapat kelenjar ludah.
2. Esophagus, merupakan saluran yang sangat elastis. Menghubungkan antara
pharink dengan saluran pencernaan selanjutnya, crop dan proventrikulus.
3. Crop (tembolok), adalah tempat menyimpan makanan sementara. Dinding
tembolok ini akan menghasilkan cairan yang dapat melunakkan pakan.
4. Proventrikulus, menghasilkan enzim pepsin dan HCl. Pepsin berfungsi untuk
membantu mencerna protein.
5. Gizzard (perut otot), di dalam saluran ini terjadi pencernaan secara fisik.
Butiran-butiran pakan dihancurkan, karena dinding gizzard ini terdiri dari
urat daging yang sangat tebal, berwarna merah serta dilapisi dengan
epithelium yang juga sangat tebal.
6. Usus halus, pada unggas terbagi menjadi tiga bagian yaitu lipatan duodenum,
yeyenum dan ileum. Ke dalam lipatan duodenum ini dimasukkan enzim
amylase, tripsin dan lipase yang diproduksi oleh pancreas yang berfungsi
membantu proses pencernaan karbohidrat, protein dan lemak.
7. Caecum, berupa dua kantong buntu, yang terletak pada batas antara usus
halus dan usus besar atau rektum.
8. Rektum, berfungsi sebagai tempat menyimpan sementara dan penyerapan air
dari sisa metabolisme pakan, sebelum dikeluarkan dari dalam tubuh.
9. Kloaka, didalamnya terdapat tiga saluran. Yang berhubungan dengan
pencernaan, untuk mengeluarkan feses. Yang berhubungan dengan organ
reproduksi, untuk mengeluarkan telur dan yang berhubungan dengan system
urinari, untuk mengeluarkan urin. Pada unggas urin dan feses keluar bersama,
keduanya disebut ekskreta. Lubang akhir dari kloaka ini disebut vent.
Adapun organ pembantu dalam sitem pencernaan terdiri dari hati, pancreas
dan limpa. Hati antara lain berfungsi untuk menyimpan glikogen dan menghasilkan
cairan empedu. Hati juga merupakan tempat membersihkan zat makanan sebelum
masuk ke dalam sistem peredaran darah. Selain hal tersebut, hati merupakan tempat
mengubah sisa metabolisme protein menjadi asam urat, yang kemudian dikeluarkan
melalui ginjal.
Pankreas unggas terletak pada lipatan duodenum. Sebagai organ pembantu
pencernaan, pancreas berfungsi menghasilkan enzim amylase, tripsin dan lipase dan
menyalurkannya ke duodenum. Limpa juga berfungsi sebagai organ pembantu
pencernaan yang terletak antara hati, gizzard dan proventrikulus, diduga sebagai
tempat penyimpanan zat besi. Keseluruhan organ dalam sistem pencernaan dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3. Organ Sistem Pencernaan.
Sistem Pernafasan Unggas
Sistem pernafasan pada ternak unggas berfungsi dalam menyediakan oksigen,
mengeluarkan karbondioksida dan mengurangi panas tubuh melalui penguapan air
yang disebut dengan panting. Organ sistem pencernaan dimulai dari lubang hidung,
glotis, larynk, trachea (merupakan cincin-cincin tulang rawan), syrink (merupakan
katup fleksibel, bila udara didorong dari paru-paru, maka katub ini akan bergetar dan
menghasilkan suara), bronchi, paru-paru (disini terjadi pertukaran CO2 dari darah
dengan O2 dari udara) dan kantong udara.
Fungsi kantong udara adalah merupakan penghubung antara paru-paru dengan
ruang udara di dalam beberapa tulang. Kantong udara juga dapat meringankan tubuh
dan membantu sistem pernafasan. Selain hal tersebut, di dalam kantong udara
memungkinkan terjadinya difusi air dari darah kemudian dikeluarkan melalui paru-
paru dalam bentuk uap air. Terdapat sembilan kantong udara pada unggas, yaitu
kantong udara interclavicullaris, abdominalis (sepasang), anterior thoracalis
(sepasang), posterior thoracalis (sepasang) dan kantong udara cevicalis (sepasang).
Adapun mekanisme pernafasan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pada saat urat daging perut mengendor, bagian belakang tulang dada
mengarah ke bawah, pada kejadian ini udara dihisap melalui paru-paru masuk
ke dalam kantong udara.
2. Pada saat urat daging perut menegang kembali, tulang dada bagian belakang
mengarah keatas, pada saat ini udara didorong keluar dari kantong udara
abdominallis melalui paru-paru.
Sistem Peredaran Darah Unggas
Fungsi sistem peredaran darah unggas adalah membawa zat makanan dan sisa
metabolisme pakan, CO2 dan O2, air dan hormon dari sel tubuh atau nenuju sel
tubuh. Membantu mengatur suhu tubuh, dan melindungi tubuh terhadap penyakit.
Organ yang berperan dalam sistem peredaran adalah jantung, arteri, kapiler dan vena.
Fungsi masing-masing organ tersebut adalah sebagai berikut :
1. Jantung, terdiri dari 2 ventrikel dan 2 atrium, masing-masing kiri dan kanan.
Jantung menerima darah kotor dari vena di kepala dan tubuh. Darah tersebut
dipompa ke paru-paru. Di dalam paru-paru, terjadi pertukaran CO2 dan O2.
Darah bersih dari paru-paru kembali ke jantung. Darah bersih ini kemudian
dipompa lewat aorta ke seluruh tubuh.
2. Arteri, merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung,
misalnya arteri pulmonalis (membawa darah ke paru-paru), arteri carotis
(membawa darah ke kepala), arteribranchialis (membawa darah ke sayap).
3. Kapiler, merupakan pembuluh darah terkecil yang menghubungkan antara
vena dan arteri. Di dalam kapiler ini terjadi pertukaran CO2 dan O2.
4. Vena, merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung,
misalnya : vena jugularis (membawa darah dari kepala), vena postcava
(membawa darah dari tubuh) dan vena branchialis (membawa darah dari
sayap menuju jantung).
Gambar berikut disajikan agar lebih mudah dalam memahai uraian diatas.
Gambar 4. Mekanisme Sistem Peredaran.
Sistem Reproduksi dan Pembentukan Telur
Organ pada sistem reproduksi unggas jantan adalah testis (berfungsi
memproduksi spermatozoa), vas deferens (berfungsi menyalurkan sperma), vesikel
seminalis (menghasilkan cairan semen) dan kloaka (lubang tempat keluarnya sperma
dari tubuh ayam jantan), dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 5. Organ Reproduksi Ayam Jantan.
Adapun pada unggas betina, organ reproduksinya terdiri dari ovarium dan
oviduct. Ovarium berfungsi menghasilkan sel telur, sedangkan oviduct adalah saluran
reproduksi ayam betina. Oviduct ini terdiri dari beberapa bagian yang berbeda
fungsinya dalam proses pembentukan telur.
Bagian oviduct secara berurutan dapat dilihat pada gambar dibawah :
Gambar 6. Ovari dan Oviduct Unggas Betina
Fungsi dari bagian-bagian saluran reproduksi unggas betina ini berkaitan
langsung dengan proses pembentukan telur yang secara ringkas diuraikan sebagai
berikut :
1. Semenjak anak ayam menetas, terdapat dua organ reproduksi. Selanjutnya
yang berkembang dan berfungsi pada umumnya adalah bagian kiri.
2. Pada saat unggas betina beumur sekitar 5-6 bulan, organ reproduksi
mengalami pematangan, yang kemudian ditandai dengan masak kelamin.
3. Sel telur (ovum) diproduksi oleh ovary. Setelah sekitar 9-10 hari, maka ovum
tersebut siap diovulasikan. Proses pembesaran dan pematangan ovum ini atas
peran dari hormon FSH (Folicle Stimulating Hormon), sedangkan proses
ovulasi terjadi karena peran dari hormon LH (Lutheneizing Hormon). Ovulasi
adalah proses lepasnya ovum dari ovarium. Ovulasi ini terjadi di daerah
stigma, yaitu bagian dari sel telur yang tidak terdapat pembuluh darah.
4. Pada saat ovulasi, ovum ditangkap oleh infundibulum. Infundibulum adalah
bagian paling atas dari oviduct yang bentuknya seperti corong. Panjang
infundibulum 9 cm, dan ovum berada disini sekitar 15-30 menit.
5. Dari infundibulum, ovum bergerak secara peristaltik menuju magnum.
Panjang magnum sekitar 33 cm dan berada di magnum sekitar 3 jam. Sel-sel
pada dinding magnum memproduksi putih telur kental (albumen).
6. Selanjutnya bergerak ke isthmus, yang panjangnya sekitar 1 cm dan selama
1,25-1,50 jam berada di isthmus. Disini diberi tambahan dua selaput telur dan
garam-garam mineral. Disamping itu juga terjadi plumping fluid, yaitu
penambahan air untuk mengencangkan isi telur.
7. Penambahan kerabang terjadi di bagian uterus, panjangnya 10-12 cm. Proses
pembentukan kerabang antara 18-20 jam. Setelah kerabang telur terbentuk,
maka diberi tambahan selaput lilin yang disebut kutikula.
8. Selanjutnya telur menuju vagina yang panjangnya sekitar 12 cm dan hanya
beberapa saat disini. Di vagina terjadi oviposition, selanjutnya di keluarkan
melalui kloaka.
9. Sekitar 15-40 menit setelah telur dikeluarkan dari tubuh induk, terjadi ovulasi
ovum berikutnya.
Sistem Hormonal
Organ pada unggas yang berperan dalam sistem hormonal adalah kelenjar
endokrin. Kelenjar endokrin ini tidak mempunyai saluran khusus, sehingga zat yang
disekresikannya langsung masuk pembuluh darah. Zat tersebut dinamakan hormon
dan secara umum berfungsi sebagai perangsang aktifitas tubuh. Kerja dari hormon ini
sangat spesifik, dan dperlukan oleh tubuh hanya dalam jumlah sedikit.
Beberapa organ yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin dan hormon yang
diproduksi serta fungsinya diuraikan sebagai berikut :
1. Hipofisa, disebut sebagai master of endocrine, karena beberapa hormon yang
diproduksi berfungsi untuk mengaktifkan kelenjar endokrin yang lain seperti
tyrotropin (mengaktifkan kelenjar thyroid), gonadotropin (FSH dan LH, yang
mengaktifkan testis dan ovary untuk menghasilkan hormone estrogen dan
androgen), dan adrenotropin (mengaktifkan kelenjar adrenal), ketiganya
diproduksi oleh hypofisa bagian anterior. Selain hormon tersebut, hipofisa
anterior juga menghasilkan hormon somatotropin (berfungsi menggertak
pertumbuhan) dan hormon prolaktin (berfungsi sebagai broodiness). Hipofisa
posterior menghasilkan hormon oxytocin yang berfungsi dalam oviposition.
2. Paratyroid, memproduksi parathormon yang berfungsi meningkatkan kadar
Ca dalam darah.
3. Thyroid, menghasilkan thyroxin yang berfungsi dalam pertumbuhan bulu,
meliputi pigmentasi, struktur bulu dan proses moulting.
4. Thymus, menghasilkan hormon thymic, berfungsi sebagai lymphositosis yaitu
pematangan sel lymphosit (sel T) untuk kekebalan tubuh.
5. Pankreas, menghasilkan hormon insulin dan glucagon, yang fungsinya adalah
mengontrol kadar gula dalam darah. Insulin menurunkan, sedangkan glucagon
meningkatkan.
6. Adrenal, menghasilkan hormon adrenalin (fearhormon), yang berfungsi
mengatur metabolisme karbohidrat dan meningkatkan denyut jantung pada
saat stres.
7. Bursa fabrisius, menghasilkan bursalhormon, yang berfungsi mengatur
pematangan sel lymphosit (sel B) untuk pembentukan antibodi.
Dari segi budidaya, sangat penting mengatur cahaya untuk merangsang
sekresi hormon, agar pertumbuhan, kesehatan dan produksi telur dapat dicapai sesuai
dengan potensi genetik yang dimiliki unggas.
Sistem Ketahanan Tubuh Unggas
Pentingnya mempelajari sistem kekebalan tubuh ini adalah untuk menghindari
semua praktik atau kegiatan yang menyebabkan melemahnya daya tahan tubuh
unggas, sehingga ternak yang dipelihara mudah sakit dan produktivitas tinggi yang
diharapkan tidak tercapai. Penyebab sakit pada ternak adalah karena terinfeksi
mikroorganisme pathogen atau penyebab yang non infectious (stress, manajemen
tidak baik, defisiensi nutrisi). Meskipun demikian, tidak semua ternak menjadi sakit
karena terinfeksi mokroorganisme pathogen ataupun karena hal lain. Hal tersebut
tergantung pada seberapa tinggi sistem ketahanan tubuhnya.
Mekanisme ketahanan tubuh pada unggas dapat terjadi secara fisik maupun
sistem imonological. Pada mekanisme secara fisik, yang berperanan adalah kulit,
asam dalam proventrikulus dan mucus serta silia pada saluran pernafasan. Yang
berperanan dalam mekanisme ketahanan tubuh dengan sistem imonological adalah
bursa fabrisius, thymus dan sel-sel lymphoid dalam saluran pencernaan.
Kemampuan tubuh untuk bertahan dan menanggulangi infeksi suatu penyakit
disebut dengan istilah kekebalan (immunity). Yang berperanan dalam immunitas
adalah sel darah putih lymphocytes yang terdapat dalam darah, saluran getah bening
yang menghubungkan kelenjar-kelenjar getah bening dan tenunan lymphoid perifer
(limfa dan tenunan lymphoid yang terdapat pada usus).
Pada ternak dewasa, tenunan lymphoid perifer ini terdapat campuran sel T dan
sel B. Zat kebal yang dihasilkan sel B adalah antibodi, sedangkan yang dihasilkan sel
T adalah limphokines yang merupakan cell mediated.
Unggas memperoleh kekebalan bisa dengan aktif maupun pasif, bisa secara
alami maupun buatan. Anak ayam/unggas yang baru menetas memperoleh kekebalan
alami secara pasif dari induknya yang disebut dengan maternal immunity. Upaya agar
ayam memperoleh kekebalan secara aktif, maka pada kegiatan budidaya dilakukan
vaksinasi. Vaksin adalah bibit penyakit yang dimasukkan kedalam tubuh ternak. Ada
dua jenis vaksin yaitu lived, artinya bibit penyakit yang dimasukkan ke dalam tubuh
dalam kondisi hidup, tetapi dilemahkan dan killed adalah bibit penyakit yang
dimasukkan ke dalam tubuh sudah dimatikan.
PENENTUAN KARAKTER TERNAK
Sebagai bagian akhir dari bahasan materi Dasar Produksi Ternak Unggas
adalah mengenai penentuan karakter ternak. Fungsi fisiologis organ penting dalam
tubuh yang normal dapat dilihat dari tampilan ternaknya. Melalui praktik langsung,
maka mahasiswa dapat memprediksi bagaimana fungsi organ tubuh unggas dari ciri-
ciri atau karakter tertentu yang ada, sehingga dapat menentukan apakah seekor
unggas itu sehat? Apakah unggas tersebut produktivitasnya tinggi? Apakah seekor
unggas jantan mampu berfungsi sebagai pejantan yang baik?
Seekor ayam dikatakan sehat, bila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Kondisi bagian kepala, mata bersinar cerah. Jengger dan pial berwarna merah,
lunak dan mengkilat.
2. Konformasi tubuh, tidak ada cacat.
3. Kondisi bulu, dari bulu kepala sampai bulu kaki, bersih dan mengkilat.
Untuk menilai produktivitas petelur, bisa dibedakan tampilan antara unggas
yang berproduksi tinggi dan yang rendah. Beberapa kriteria yang membedakan dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Karakter Penentu Produktivitas Petelur.
Karakter Tinggi Rendah
Jengger Besar, merah,halus/licin Kecil, kusam, kasar
Vent Besar, oval, lembab Kecil, kering
Tulang pubis Jarak ≥ 2 jari Jarak < 2 jari
Tulang dada Jarak ≥ 3 jari dengan tulang pubis Jarak < 3 jari dari tulang pubis
Shank/ceker Warna pucat Warna kuning
Karakter penentu vigoritas pejantan dapat dilihat dari tingkah laku dan
konformasi tubuhnya. Seekor pejantan yang berkualitas, sering kali terlihat aktif dan
agresif serta bersuara ribut dengan konformasi tubuh yang tegap dan tidak terdapat
bagian tubuh yang cacat.
Ayam broiler pada periode finisher yang siap dipanen ataupun ayam dewasa
dapat dibedakan mana yang jantan dan betina. Hormon yang dihasilkan kelenjar
endokrin dapat terlihat pada ciri penentu. Bila testis dan ovary sebagai kelenjar
endokrin berfungsi dengan baik, maka ayam jantan dan betina mudah untuk
dibedakan berdasarkan ciri-cirinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3
berikut ini :
Tabel 3. Karakter Penentu Jenis Kelamin Unggas.
Karakter Jantan Betina
Jengger Besar, merah Kecil, agak pucat
Konformasi tubuh Tinggi, besar Lebih rendah & kecil
Kulit Kasar Halus
Bentuk bulu Panjang dan lancip Lebih pendek & bulat
Ukuran tulang Panjang Lebih pendek
Adapun menentukan jenis kelamin anak ayam umur sehari atau day old
chicken (doc) dapat berdasarkan bentuk genital unggas melalui metode vent sexing
atau berdasarkan kecepatan tumbuh bulu sayap primernya, yaitu dengan metode
autosex. Ada sembilan bentuk genital baik pada ayam jantan maupun betina umur
sehari. Pada ayam jantan bentuknya agak bulat, sedangkan pada ayam betina sedikit
pipih. Yang mudah dilakukan adalah membedakan berdasarkan metode autosex. Pada
ayam betina bulu sayap primer lebih panjang dari bulu penutup sedangkan pada anak
ayam jantan, bulu sayap primer sama panjang atau lebih pendek dari bulu penutup,
seperti terlihat pada gambar berikut :
Gambar 7. Bulu Sayap Primer Pada Anak Ayam Umur Sehari