manajemen ternak unggas,

37
LAPORAN AKHIR MANAJEMEN TERNAK UNGGAS OLEH : MUHAMMAD RAYHAN D1E009078 UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN

Upload: muhammad-rayhan

Post on 06-Aug-2015

994 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

PRAKTIKUM KANDANG MANAJEMEN TERNAKA UNGGAS

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

LAPORAN AKHIR

MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

OLEH :

MUHAMMAD RAYHAN

D1E009078

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PETERNKAN

PURWOKERTO

2012

Page 2: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

Oleh :

MUHAMMAD RAYHAND1E009078

Diterima dan disetujui

pada tanggal : ............................

Koordinator Asisten

Riecksa N TaufikNIM.D1E007009

Page 3: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Beakang

Perkembangan peternakan ayam boiler di Indonesia pada dasawarsa ini

sangat cepat. Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah, swasta maupun lembaga –

lembaga ilmiah. Pada umumnya ada tiga hal penting yang menentukan dalam

peternak ayam yaitu bibit unggul, pakan yang balans dan tata laksana pemeliharan

yang baik. Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras

unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya

produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya

ayam broiler baru popular di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang

kekuasaan mencanangkan penggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada

saat itu semakin kuat keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal

masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya (Jafendi. 1999).

Ternak unggas merupakan media yang efisien dalam mengubah protein

nabati dan bahan – bahan lain yang umumnya tidak sesuai dengan kelaziman

selera manusia menjadi daging atau telur. Ayam niaga pedaging merupakan ternak

yang sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi daging yapng disukai

masyarakat. Kelebihan lain yang dimiliki ayam niaga pedaging adalah lebih

membutuhkan waktu yang relative singkat yaitu sekitar 35-40 hari dibandingkan

dengan petelur, berdasarkan kelebihan tersebut maka tidaklah heran jika ayam

niaga pedaging sangat menjanjikan untuk dikembangkan sebagai usaha

peternakan.

Ayam broiler adalah ayam muda yang biasanya berumur 8 sampai 12

minggu, umur 8 sampai 14 minggu, umur kurang dari 6 minggu dengan tidak

membedakan jenis kelamin dan dagingnya empuk. Ayam broiler harus memenuhi

syarat-syarat pertumbuhan yang cepat, dada lebar dengan timbunan daging yang

baik serta pertumbuhan bulunya cepat, dikehendaki warna putih atau terang.

Selain itu ayam broiler juga mempunyai potensi yang besar untuk secara cepat

serta mengubah pakan menjadi daging secara efisien.

Page 4: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

Pemeliharaan ayam boiler hanya 5 sampai 6 minggu sudah dipanen, dengan

waktu pemeliharaan yang relative singkat dan menguntungkan, maka banyak

peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah

Indonesia. Perkembangan peternakan ayam di Indonesia saat ini sangatlah cepat,

hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah, swasta maupun lembaga-lembaga

ilmiah. Keberhasilan pemeliharaan yang pertama kali diperhatikan adalah ayam

broiler harus memenuhi syarat-syarat pertumbuhan yang cepat, dada leber dengan

timbunan daging yang baik serta pertumbuhan bulunya cepat, dikehendaki warna

putih atau terang. Selain itu ayam broiler juga memenuhi potensi yang besar untuk

secara cepat serta mengubah pakan menjadi daging secara efisien.

I.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum manajemen ternak unggas adalah :

1. Mengetahui tata laksana pemeliharaan ayam niaga pedaging dari periode awal

sampai finisher (panen) mulai dari kesehatan (sanitasi), pakan, minum,

vaksin, dan proses panen.

2. Cara-cara processing ayam dan langkah-langkah memperoleh karkas secara

benar.

3. Penilaian kualitas karkas yang benar dinilai dalam kelasnya, kondisi dan

kualitasnya.

Page 5: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

II. METODE

II.1 Materi

II.1.1 Alat

II.1.1.1 Pra Pemeliharaan

1. lap pel

2. kuas

3. sikat

4. ember

5. sapu lidi

6. bak ember

7. slang air

8. pacul

9. tempat sampah

10. mesin semprot

11. karung

II.1.1.2 Pemeliharaan

1. galon

2. feeder tray

3. feeder tub

4. gasolek

5. cimawar

6. semprot gendong

7. timbangan

8. bak ember

9. ember

10. gayung ukuran satu liter

11. lampu

12. tali penggantung pakan dan

minum

13. kandang pemeliharaan

14. tabung gas

15. sekat seng dan bambu

II.1.1.3 Praktikum Lab

1. nampan plastik

2. kantong plasti

3. pisau skalpel

4. gunting bedah

5. pisau

6. timbangan

Page 6: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

II.1.2 Bahan

II.1.2.1 Pra Pemeliharaan

1. Biodes

2. formalin

3. kapur gamping

4. tirai karung palstik

5. sekam

II.1.2.2 Pemeliharaan

1. Pre starter C201

2. Pakan Starter C201

3. vitamin dan antibiotik

4. Vaksin

5. sekam

6. air minum.

II.1.2.3 Praktikum Lab

Ayam broiler

II.2 Cara Kerja

II.2.1 Pra Pemeliharaan

1. pembersihan peralatan kandang,

2. pembersihan kandang,

3. pemasangan tirai,

4. pemasangan alas kandang,

5. penaburan sekam,

6. desinfeksi,

7. pemasangan indukan,

8. penyediaan keperluan pemeliharaan

Page 7: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

II.2.2 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi:

1. program biosecurity,

2. pemberian pakan dan air minum,

3. pencucian tempat air minum,

4. pemberian Vitamin dan antibiotik,

5. melakukan recording,

6. penimbangan pakan.

Kegiatan insidental meliputi: penerimaan DOC pada awal pemeliharaan

1. pemberian air gula

2. penghitungan DOC

3. Pengawasan DOC

4. Vaksinasi

5. penimbangan

6. panen

7. Culling

II.2.3 Praktikum Lab

1. Ayam disiapkan terlebih dahulu.

2. Ayam ditimbang untuk mengetahui bobot hidup.

3. Ayam dietanasi.

4. Ayam dicelup – celupkan kedalam air panas.

5. Bulunya dicabuti (dimasukkan kedalam plastic) hingga bersih.

6. Ayam dicuci supaya lebih bersih.

7. Ayam dipotong (pada bagian shank dan pangkal leher).

8. Ayam dibedah.

9. Diambil jeroannya kemudian ditimbang.

10. Karkas ditimbang.

11. Pemisahan bagian – bagian ayam.

Page 8: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

II.3 Waktu dan Tempat

1. Manajemen Pemeliharaan Ayam Boiler

Waktu : Pagi 05.30 – 07.00 dan Sore 16.00 -17.00 WIB

Tempat : Exfarm Fakultas Peternakan.

Tanggal : 20 Desember 2011

2. Processing

Waktu : 16.30 sampai dengan selesai

Tempat : Laboratorium Unggas.

Tanggal : 02 Desember 2008.

Page 9: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

III. KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Kegiatan

III.1.1 Processing

Bobot ayam hidup : 1,72 kg = 1720 gr

Bobot karkas : 1140 gr

Bobot darah : 60 gr

Bobot bulu : 80 gr

Bobot paha : 310 gr

Bobot dada : 360 gr

Bobot sayap : 110 gr

Bobot punggung : 250 gr

Perhitungan persentase darah, bulu dan bagian-bagian karkas

1. % darah = bobot darah

bobot ayam hidupx100 %

= 60

1720x100%

= 3,45 %

2. % bulu = bobot bulu

bobot ayam hidupx100 %

= 80

1720x100 %

= 4,65 %

3. % karkas = bobot karkas

bobot ayam hidupx100 %

= 11401720

x100%

= 60,28 %

4. % paha = bobot paha

bobot karkasx 100 %

= 3101140

x 100 %

Page 10: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

= 27,14 %

5. % dada = bobot dada

bobot karkasx 100 %

= 3601140

x 100%

= 31,58 %

6. % sayap = bobot sayapbobot karkas

x 100 %

= 110

1140x 100 %

= 9,65 %

7. % punggung = bobot punggung

bobot karkasx 100 %

= 2501140

x 100%

= 21,93 %

III.1.2 Pemeliharaan

1. Identifikasi DOC = Strain LH 500 dari PT. Malindo

2. PBBH = 900−160

21

= 35,24 gram

3. Pertambahan bobot mingguan

Minggu I : 123 gram

Minggu II : 413 gram

Minggu III : 863 gram

4. Pemberian pakan

Minggu I : 135,9 gram

Minggu II : 522,26 gram

Minggu III ; 1087,5 gram

5. Konsumsi pakan

Minggu I : 275 kg

Minggu II : 1050 kg

Page 11: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

Minggu III : 2150 kg

6. Ayam mati = 52 ekor

7. Indeks Produksi = PBB (kg ) x DH

FCR x Lama Pemeli haraanx100

Minggu I : 270

Minggu II : 274

Minggu III : 347

8. Pemberian vaksin 2 kali

1. Vaksin ND1 dengan tetes mata dan vaksin AI dengan injeksi

umur 4 hari

2. Vaksin Gumboro dengan air minum umur 15 hri

9. Obat-obat yang digunakan adalah Enoxan, Gallimune flu H5N9, Diluen,

Enoquyl, Grofas, Colimas, Supralit

III.2 Pembahasan

III.2.1 Processing

Prosesing adalah kegiatan dari ayam disembelih sampai menjadi bentuk

karkas. Pertama kita harus memilih ayam yang memiliki performans yang bagus

agar menghasilkan karkas yang maksimal. Prosesing yang dilakukan disini

menggunakan 1 ekor ayam. Langkah–langkah kegiatan prosesing adalah memilih

ayam, menimbang bobot hidup, menyembelih, menyabut bulu, pengeluaran organ

dalam, dan pembentukan karkas. Hal ini sesuai dengan pendapat Priyatno (1997),

yaitu langkah – langkah menyembelih ayam secara Islam adalah; proses

pencabutan bulu yang terdiri dari pencelupan ayam kedalam air panas, tahap

pencabutan bulu dan tahap pembersihan bulu; memotoing kepala; memotong kaki

(ceker); mengeluarkan isi rongga perut dan dada dengan menyobek kulit perut,

mengeluarkan isi rongga perut; mencuci karkas; mengemas produk.

Karkas ayam merupakan bagian tubuh tanpa bulu, darah, kepala, dan

organ dalam kecuali hati dan gizard. Besarnya bobot bulu pada ayam disebabkan

karena pertumbuhan bulu relatif lebih cepat dibandingkan pertumbuhan jaringan.

Page 12: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

Menurut data praktikum diperoleh bahwa hasil presentase karkas sebesar 60,28%.

Karkas yang diperoleh pada saat praktikum tidak sesuai dengan standarnya

(terlalu rendah), hal ini diperjelas dengan pendapat Rasyaf (2000), bahwa

presentase karkas ayam broiler adalah berkisar 66 – 77 %. Karkas adalah daging

ayam yang masih bersama kulit dan tulang – tulangnya yang diperoleh dari hasil

pemotongan, setelah dipisahkan dari kepala, kaki dan isi rongga perutnya.

Sebelum ayam dipotong, ayam sebaiknya tidak diberi makan selama lebih dari 3

Jam untuk memudahkan pembersihan perut (Winarno, 1993).

Penentuan kualitas ayam hidup menurut Sukardi (1986) terdapat enam

kriteria sebagai dasar penilaian bahwa ayam itu kondisinya baik atau buruk.

Adapun keenam kriteria tersebut adalah: kesehatan dan kelincahan, keadaan bulu,

konformasi, fleshing atau perdagingan, lapisan lemak dibawah kulit, bebas dari

kelainan-kelainan. Siregar dkk (1982) menyatakan bahwa karkas yang baik

terbentuk padat, tidak kurus, tidak terdapat kerusakan pada kulit ataupun

dagingnya. Sedangkan karkas yang kurang baik mempunyai daging yang kurus

pada bagian dada sehinggga kelihatan panjang dan kurus.

Menurut Soeparno (1992) kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh

faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat

mempengaruhi kualitas daging antara lain spesies, genetik, bangsa, tipe ternak,

jenis kelamin, umur, pakan dan stress. Factor setelah pemotongan yang

mempengeruhi kualitas daging antara lain meliputi metode pelayuan, stimulasi

listrik, metode pemasakan, ph karkas dan daging, metode penyimpanan, macam

otot daging dan lokasi pada suatu otot daging.

Soeparno (1994) menyatakan bahwa karkas dan non karkas yang

merupakan hasil dari pemotongan ternak dapat dimanfaatkan untuk berbagai

tujuan. Bagian non karkas (offal), terdiri dari bagian yang layak dan tidak layak

digunakan. Komponen-komponen yang layak digunakan dan diproses menjadi

produk lain yang bernilai ekonomis.

Berat daging unggas bervariasi dan tergantung jenis unggas, keturunan dan

persilangan. Ayam pedaging muda dengan pemeliharaan yang baik, beratnya

dapat mencapai 1,5 kg sampai 5 kg, karena unggas mempunyai bulu-bulu, maka

Page 13: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

hal ini menentukan pula beratnya. Daging yang dapat diperoleh setelah unggas

disembelih dan dihilangkan bulunya sekitar 80% sampai 90%, dan bagian yang

dapat dimakan rata- rata 40% sampai 60% saja (Artikel UGM. 2007).

Berdasarkan hasil praktikum bahwa berat badan 1,72 kg dan ayam yang

digunakan saat praktikum adalah ayam muda sesuai dengan pernyataan dari

artikel UGM.

III.2.2 Pemeliharaan

III.2.2.1 Kegiatan Rutin

Kegiatan pra-pemeliharaan terdiri dari mencuci kandang dilakukan selama

2 hari, pencucian menggunakan air bersih dan alat pel agar sisa-sisa feses maupun

sisa-sisa kotoran saat pemeliharaan sebelumnya dapat dihilangkan. Kandang anak

ayam dibersihkan dengan air bersih yang dicampur pembunuh kuman. Kemudian

dibiarkan beberapa saat dan tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang. Semua

peralatan, termasuk indukan tempat pakan, dan tempat minum distrerilkan

(Rasyaf, 1997). Menurut Jafendi (1999) kegiatan dalam pra pemeliharaan ini

peternak harus benar-benar melaksanakannya, karena menyangkut dengan

berhasil atau tidaknya suatu usaha beternak. Kegiatan pra pemeliharaan ini dapat

meliputi:

a. Membersihkan lingkungan kandang, jadi kebersihan selain kandang juga

harus memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar baik pada

ternak maupun pada manusianya.

b. Membersihkan bagian kandang itu sendiri, seperti pembersihan bagian langit-

langit kandang, dinding kandang, alas kandang dan halaman kandang.

c. Melakukan pengapuran pada seluruh bagian kandang baik yang ada didalam

kandang maupun pada sekitar luar kandang dan melakukan penyemprotan

desinfektan. Kegiatan ini dilakukan karena untuk mendapatkan kondisi

kandang yang bebas dari beberapa bibit penyakit dan memutus rantai

kehidupan bakteri yang ada pada masa pemeliharaan sebelumnya, sehingga

ayam yang dipelihara pada masa pemeliharaan selanjutnya tidak tertular dan

dapat berproduksi dengan sehat.

Page 14: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

d. Selain pembersihan kandang juga tidak kalah pentingnya dalam

membersihkan peralatan kandang yang digunakan dalam pemeliharaan.

Peralatan yang digunakan harus benar-benar steril atau sucihama,

pembersihan ini dapat menggunakan air bersih dan desinfektan, seperti

biocid, bromosep, antisep, lysol, medisep, formalin 40%, dan sebagainya.

e. Mempersiapkan semua perkandangan dan peralatan kandang yang akan

digunakan dalam pemeliharaan yang telah disucihamakan, seperti

mempersiapkan tempat pakan dan minum, penerangan berupa lampu dan

pemanas berupa induk buatan (brooder) contohnya gasolex, mempersiapkan

litter berupa sekam padi dengan ketebalan 7 cm sampai 10 cm, sekat atau

pagar pembatas (chick guard), pemasangan tirai, dan mempersiapkan pakan,

obat-obatan, vitamin, dll, yang penting yang dibutuhkan saat pemeliharaan

berlangsung.

Kegiatan pra pemeliharaan selain yang telah disebutkan ada suatu hal yang

tidak kalah pentingnya yaitu perhatian penting terhadap perkandangan. Kandang

berperan sangat penting dalam usaha peternakan ayam broiler, oleh karenanya

kandang memenuhi segala persyaratan yang dapat menjamin kesehatan serta

pertumbuhan pada ayam (Rasyaf. 1984).

Kandang ayam broiler biasa yang digunakan pada perternakan umum ada

lima sistem yaitu: litter yaitu bentuk lantai yang tidak berlubang. Bahan yang

digunakan biasanya yang mudah menyerap air seperti jerami dan serbuk gergaji;

wire yaitu laitai yang menggunakan kawat; slat, kombinasi wire dan litter,

kombinasi slat dan litter (Rasyaf. 1984). Berbeda dengan sistem kandang yang

digunakan praktikum di Exsfarm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal

Soedirman dengan menggunakan tipe kandang monitor (berlitter dan

panggung).Dengan alasan karena model seperti itu mudah sekali dibersihkan dan

kotoran langsung jatuh kebabawah sehingga bau amoniak tidak berpengaruh

terhadap ayam.

Kandang periode awal atau brooding house dapat berbentuk persegi atau

lingkaran dengan tinggi sekat (chick guard) sekitar 45 sampai 60 cm dengan

dinding sebagian tertutup. Kandang sebaiknya dibangun lebih tinggi, dan

Page 15: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

menghadap arah terbitnya matahari, dekat dengan sumber air, serta ditanami

pohon pelindung di sekitar kandang dan dijaga jangan sampai gundul serta

diusahakan tidak ada genangan air di sekitar kandang. Hal ini penting untuk

menghindari suhu yang terlalu panas dan menjaga agar udara tetap segar

sepanjang hari (Samosir. 2000).

Ketepatan pemberian pemanas (temperatur ruangan) dapat diketahui

dengan mengamati tingkah laku anak ayam apabila anak ayam bergrobol

menjauhi sumber pemanas dikarenakan temperatur terlalu tinggi; anak ayam

bergerombol mendekati sumber panas berarti temperatur kurang atau terlalu

rendah; dan anak ayam tenang, menyebar merata, gerakannya aktif berarti

temperatur sesuai dengan kebutuhan ayam (Rasyaf, 2008). Menurut Rasyaf

(1997) pada pemeliharaan anak ayam dengan menggunakan kandang yang luas

diperlukan adanya pelindung anak ayam (chik guard) atau sekat dengan jarak 60-

75 cm dari sumber pemanas dengan tinggi sekitar 45-60 cm.

Kegiatan terakhir adalah mengistirahatkan kandang selama 1-2 minggu.

Hal ini berkaitan dengan kemungkinan penularan penyakit atau sisa-sisa penyakit

yang masih ada di dalam kandang tersebut. Lama pengosongan kandang (1-2

minggu) erat kaitannya dengan perencanaan usaha aktivitas produksi ayam. Lama

pengosongan sebaiknya tidak kurang dari 7 hari (Rasyaf, 1997).

Pelaksanaan saat pra pemeliharaan akan menentukan keberhasilan dalam

pemeliharaan selanjutnya. Apabila persiapan kandang ini dilakukan dengan baik

maka kemungkinan besar pemeliharaan akan berhasil dengan pertumbuhan ayam

yang baik dan sehat, tetapi apabila perlakuan terhadap pra pemeliharaan dilakukan

dengan tidak benar, maka tahap pemeliharaan selanjutnya akan mengalami

kegagalan.

III.2.2.2 Kegiatan Insidential

Menurut Murtidjo (1992) pemeliharaan ayam broiler sesuai pada

prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua periode, yaitu:

Page 16: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

a. Periode awal atau starting period, yaitu pemeliharaan ayam mulai umur nol

sampai 3 atau 4 minggu, serta memerlukan pemeliharaan secara insentif atau

benar-benar diperhatikan.

b. Periode akhir atau finishing period, yaitu pemeliharaan ayam yang berumur

lebih daari 3 atau 4 minggu sampai pemanenan. Pada tatalaksan pemeliharaan

ayam broiler tidak lepas dari masalah-masalah perkandangan, pakan,

pencegahan penyakit serta hal-hal yang erat hubungannya dengan tatalaksana

pemeliharan ayam pada umumnya.

Menurut Abidin (2002), pemeliharaan ayam broiler diawali dengan

penerimaan DOC di peternakan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

penerimaan DOC, yaitu :

a. Pemanas yang sudah ada dinyalakan 1 – 2 jam sebelum DOC datang.

b. Pastikan temperatur brooder sudah memenuhi standar 33ºC

c. Alas koran harus dalam keadaan bersih, terdapat tiga lapis koran dan diangkat

satu lapis tiap hari (sampai hari ketiga)

d. Menyiapkan air minumdari larutan gula 2% (1kg gula merah dalam 10 liter air

minum) atau dapat menggunakan larutan sorbitol yaitu campuran antara larutan

gula dan antibiotik.

e. Penyiapan batu kerikil bersih dan diletakan dalam piringan galon air minum

ukuran 7 liter (2 galon). Bila galon yang diginakan ukuran 2 liter ,piringan

tidak perlu diberi kerikil.

f. Pada saat DOC tiba catat jumlahnya, jam kedatangan, kondisi DOC dan

kondisi boks, kemudian buka semua tutup boks dan biarkan sampai 15 menit

supaya DOC dapat menyesuaikan dengan lingkungan setempat.

g. Timbang sampel DOC,hitung jumlahnya dan masukan DOC ke dalam brooder

dengan hati-hati.

h. Biarkan DOC minum selama ± 2 jam, siapkan pakan yang telah diayak dan

ditaburkan tipis kedalam feeder tray.

i. Setelah 2 jam dan pastikan DOC telah minum semuanya, ganti air minum

dengan air vitamin anti stres.

Page 17: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

Setelah penerimaan DOC maka hal yang dilakukan yaitu pemberian pakan

dan minum secara berkala. Manajemen pakan yang harus dilakukan yaitu :

a. Pemberian pakan pada periode starter menggunakan pakan dengan kandungan

protein 21%. Kandungan protein tinggi ditujukan untuk memacu pertumbuhan

ayam yang optimal pada periode awal. Pemberian pakan dilakukan secara

bertahap (sedikit demi sedikit) pada umur awal (1 minggu). Pemberian pakan

starter dilakukan sampai dengan umur 21 hari.

b. Pakan pada periode finisher menggunakan pakan dengan kandungan protein

minimal 19%. Hal tersebut bertujuan untuk efisiensi pakan, karena pada

periode finisher laju pertumbuhan sudah mulai menurun. Penggantian pakan

dilakukan secara bertahap dari pakan starter : finisher, 75% : 25%, 50% : 50%,

25% : 75%, finisher total.

c. Pemakaian feeder tary (baki), dianjurkan satu tray untuk 70-80 ekor (1-3 hari)

sehingga masih tersedia tempat kosong untuk tidur ayam (beeding space).

d. Penambahan alas tabung pakan 10 kg sebanyak 10 buah dapat dilakukan pada

umur 3hari sehingga kapasitas feeder space untuk 50 ekor dan pada umur 5

hari (20 buah) dengan feeder space untuk 40 ekor.

e. Feeder tray yang digunakan harus dalam keadaan kering dan bersih. Jumlah

feeder tray sebaiknya dua kali yang diperlukan per kandangnya, sehingga

feeder tray sempat dibersihkan setiap hari dan dijemur di sinar matahari.

f. Feeder tray bisa dipakai sampai umur ±10 hari (asalkan jumlah pakan di

dalamnya tidak terlalu banyak/tidak tumpah (maksimal 300gr/tray).

g. Dibawah gasolek sebaiknya jangan diberi tempat pakan/ feeder tray karena

panas akan merusak nutrisi yang ada dalam pakan. Umur 9 – 10 hari,

penambahan seluruh alas tabung kuning dapat dilakukan sehingga feeder space

1:25 – 30 ekor. Umur 13 – 14 hari 50% tempat pakan tabung kuning bisa

digantung. Umur 15 – 16 hari tabung kuning digantung semua.

h. Tinggi tempat pakan setinggi tembolok yang diukur dari bibir atas tabung.

Prinsip pemberian pakan adalah full feed (pakan selalu tersedia setiap saat),

tetapi perlu diingat bahwa ayam lebih suka makan pada suhu optimum sesuai

dengan naluri ayam yaitu pagi hari (jam 05.00 – 08.00) dan sore hari (jam

Page 18: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

17.00-20.00). Jadi pada jam-jam tersebut harus lebih diperhatikan ketersediaan

pakannya.

Pemberian minum dilakukan dengan cara :

a. Pemberian air minum dapat menggunakan galon biasa, galon otomatis

(plasson) dan nipple. Air minum yang diberikan harus sesuai standar

kebutuhan harian (dibagi beberapa kali pemberian).

b. Kapasitas tempat minum (galon/plasson) 1:80-90 ekor (1-4 hari pertama).

Penambahan tempat minum dapat dilakukan umur 5-6 hari, menjadi 1:60 ekor.

c. Air minum harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, bersih, segar, layak

minum, diklorinasi (3 ppm) dan tempat minum terjangkau dengan mudah oleh

ayam. Klorinasi ini adalah untuk mencegah pencemaran dan penularan bibit

penyakit. Kualitas air minum sangat penting karena ayam minum 2 kali jumlah

pakan yang dikonsumsinya.

d. Pemberian antibiotik umur 1-3 hari sebaiknya dapat habis dalam 4-6 jam.

Karena konsumsi minum untuk 4-6 jam relatif masih sangat sedikit, sebaiknya

dituang langsung ke plasson (sadle conector ditutup). Tetapi vitamin yang

diberikan 6-12 jam dapat dicampur ke dalam tangki kandang.

e. Sangatlah penting bahwa air minum tersedia setiap saat untuk broiler karena

kekurangan pasokan air minum baik dalam jumlah penyebaran serta tempat air

minum dan konsumsinya dapat mengurangi laju pertumbuhan.

f. Tempat air minum harus selalu diperiksa ketinggianya setiap hari dan

disesuaikan agara tepi tempat air minum sejajar dengan tembolok ayam broiler

sejak hari ke-18 dan seterusnya. Ketinggian nipple disesuaikan secara sentral

menggunakan kerekan sehingga ayam dapat minum dengan mendongakan

kepalanya 45º terhadap nipple.

g. Pada temperatur normal, konsumsi air minum ayam adalah 1,6-1,8 kali dari

konsumsi pakan. Faktor ini sebaiknya digunakan sebagai pedoman, sehingga

penyimpangan konsumsi yang berkaitan dengan kualitas pakan, temperatur dan

kesehatan ayam dapat segera diketahui.

Tempat pakan dan air minum dibersihkan terlebih dahulu sebelum

diberikan pakan atau minum. Pembersihan tempat pakan dan air minum di Ex-

Page 19: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

Farm dilakukan dua kali dalam sehari. Kegiatan rutin pada pagi hari dimulai

pukul 06.00 WIB, sedangkan pada sore harinya pada pukul 16.00 WIB. Tempat

air minum di cuci dengan air bersih kemudian dibilas dengan air bersih dan

Tempat pakan dibersihkan dari kotoran dan sekam dengan cara diayak atau

dibersihkan dengan tangan. Dalam melakukan pengayakkan diusahakan jangan

banyak membuang pakan

Tempat minum atau galon dibersihkan terutama pada bagian dalam leher

galon dengan menggunakan air untuk mengangkat kotoran dan mikroba atau

mikroorganisme yang masih menempel. Kemungkinan terserang penyakit kecil

oleh karenanya tempat air minum diusahakan tetap bersih. Air yang digunakan

untuk membilas galon tidak di campur dengan desinfektan. Hal tersebut tidak

sesuai dengan pernyataan North (1990) semua sarana dan pemeliharaan unggas

harus selalu dalam keadaan bersih, tidak hanya membersihkan alat-alat kandang

dan membuang limbah dari dalam kandang, tetapi juga ditunjang dengan

penggunaan desinfektan tertentu untuk mencegah mikroorganisme patogen.

Pemberian pakan saat praktikum dilakukan secara bertahap. Minggu

pertama setiap 2 jam sekali, minggu kedua 4 jam sekali serta minggu ketiga dan

keempat 6 jam sekali. Maksud dari cara bertahap ini untuk membantu

pertumbuhan organ dan tubuh broiler agar sempurna dan mencegah penimbunan

lemak yang berlebihan. Air minum yang diberikan pada ayam biasanya dicampur

dengan antibiotik dan vitamin. Misalnya saja saat praktikum antibiotik yang

diberikan yaitu doxterin, sulfamonothoxin, dan cyprogrin. Sedangkan vitamin

yang diberikan misalnya agriminovit, minovit dan supralit. Pemberian

sulfamonothoxin ditujukan untuk pencegahan penyakit malaria pada ayam dan

cyprogrin untuk mencegah penyakit SNOT ( coryza ). Pakan merupakan salah

satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha Peternakan. Oleh karena itu,

pemberian pakan pada ayam broiler harus benar-benar diperhatikan, karena 60%

sampai 80% biaya produksi merupakan biaya pakan (Rasyaf, 1984). Tujuan utama

pemberian pakan pada ayam niaga pedaging adalah menjamin pertambahan bobot

badan selama pertumbuhan dan penggemukan.

Page 20: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

Kekurangan protein dari ransum dapat mengakibatkan pertumbuhan ayam

niaga pedaging (broiler) terhambat, menambah sensitifitas ayam terhadap

aflatoxin dan mengurangi efisiensi ransum (Rasyaf, 1984). Pakan yang diberikan

adalah pakan ayam periode starter C201 pakan jadi. Alasan penggunaan pakan

jadi ini adalah karena praktis. Pakan jadi yang digunakan tersebut adalah C201.

Murtidjo (1992) menyatakan bahwa bahan baku makanan yang digunakan

untuk menyusun makanan ternak unggas, adalah bahan baku makanan yang

mengandung zat-zat makanan yang bisa memenuhi kebutuhan ternak unggas yang

mengkonsumsi. Dari sifat fisik, kimia dan biologisnya. Setiap bahan baku

makanan ternak unggas secara umum harus bisa diperoleh zat-zat makanan yang

diklasifikasikan menjadi 6 golongan, yakni: air, karbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral.

Tata letak tempat minum dan pakan hendaknya berselang-seling, sehingga

menyebar merata sesuai dengan luasan kandang dan memudahkan ayam untuk

mendapatkan minum dan pakan tanpa harus berebut. Manfaat yang diperoleh dari

penataan tempat tersebut adalah untuk menghindari ayam menjadi stress dan

kanibal. Tempat pakan di Ex-Farm II diletakkan pada jarak 2 m. Jumlah tempat

minum dan pakan selama pemeliharaan ayam periode awal adalah 40 buah. air

minum diberikan secara ad-libitum. Anggorodi (1995) menyatakan bahwa jumlah

kandungan air tubuh ayam umur satu minggu adalah sekitar 85%, sehingga dapat

dilihat betapa pentingnya air terutama untuk periode awal. Persediaan air yang

bersih dan dingin harus cukup agar terjadi pertumbuhan optimum dan menyatakan

bahwa ayam membutuhkan air yang bersih dan dingin untuk pertumbuhan,

produksi dan efisiensi penggunaan pakan. Kekurangan hanya untuk satu hari saja

dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan menurunkan kecepatan pertumbuhan

ayam broiler. Pakan yang diproduksi oleh PT Charoen Pokphand Jaya Farm

mengandung air maksimal 13%. Anggorodi (1995), menyatakan bahwa ransum

komersial bagi unggas mengandung lebih kurang 10% air, dengan mengkonsumsi

ransum 2,0 sampai 2,5 gram air untuk setiap gram ransum yang dimakan selama

masa pertumbuhan.

Page 21: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

Tatacara pemeliharaan yang tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan

kondisi dan kesehatan ayam. Ayam yang kurang sehat dapat di beri vitamin atau

obat-obatan. Untuk mencegah terjadinya penyakit pada ayam, dapat dilakukan

program vaksinasi. Vaksinasi yaitu memasukkan vaksin ke dalam tubuh termak

dan merupakan suatu usaha dengan tujuan melindungi ternak terhadap serangan

penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bibit penyakit yang telah dilumpuhkan

atau dilemahkan keganasannya atau virulensinya yang dimasukkan pada tubuh

ayam yang sehat (Prabowo. 2002).

Jenis vaksin ada yang aktif dan inaktif. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan pada pelaksanaan vaksinasi, meliputi: ayam harus sehat, jumlah dan

umur ayam yang diketahui secara pasti, vaksin harus dalam kondisi baik,

melakukan vaksinasi pada pagi hari dan lakukan dengan cepat, bekas botol vaksin

dan spuit plastik yang dipakai dimusnahkan, penyimpanan vaksin dengan baik.

Adapun cara pemberian vaksin yaitu melalui tetes mata atau tetes hidung, melalui

pencampuran air minum, secara parental atau injeki (intramuscular dan subcutan),

tusuk sayap, dan sprayer atau penyemprotan (Prabowo. 2002). Sauvani (2007)

mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam vaksinasi

yaitu jenis vaksin, metode vaksin, jadwal vaksin, dosis vaksin, waktu pemberian

vaksin dan cara penyimpanan vaksin tersebut.

Vaksinasi yang dilakukan pada praktikum pemeliharaan ayam broiler di

Exfarm dilakukan pada ayam umur 4 hari dengan pemberian vaksin aktif berupa

vaksin ND, yaitu dengan tetes mata dan injeksi secara subkutan di bagian kepala

ayam, pemberian vaksin hindari dari kontak langsung sinar matahari, kemudian

pada umur 12 dilakukan vaksinasi ND dengan cara tetes mata. Pemberian vaksin

melalui air minum sebaiknya ayam dipuaskan minum terlebih dahulu selama 2

jam, agar vaksin yang diberikan nantinya habis terminum oleh ayam yang

kondisinya haus. Vaksin yang diberikan tidak boleh tercecer, karena dapat

menimbulkan penyakit sesuai dengan jenis vaksinnya. Pemeliharaan ayam yang

telah melakukan program vaksinasi maka kemungkinan terserangnya bibit

penyakit tertentu akan terhindari, atau pun mengurangi terserangnya bibit

penyakit tersebut (Prabowo. 2002).

Page 22: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

Vaksin ND 1 biasanya dilakukan pada minggu pertama. Pada saat

praktikum, vaksin ND1 diberikan saat ayam berumur 4 hari dengan cara tetes

mata dan subcutan, sebenarnya vaksin ini dapat dilakukan juga dengan cara

intramuskular. ND 1 bersifat aktif atau kill. Setelah broiler berusia 11 hari maka

divaksin IBD atau gumboro. Metode vaksin yaitu dengan drink water ( DW ),

karena vaksin bersifat inaktif. Pada metode DW ini vaksin dilarutkan bersama

dengan air yang telah dicampur dengan susu skim.

Vaksin dengan metode DW biasanya disimpan dalam tempat yang dingin

(kulkas atau dengan es batu). Tujuan dari penyimpanan seperti ini adalah agar

vaksin tidak mati karena suhu lingkungan yang lebih tinggi sehingga vaksin

diinaktifkan terlebih dahulu. Penggunaan susu skim selain untuk media

pertumbuhan vaksin juga berfungsi untuk membantu menguatkan daya tahan

ayam ( Alferd, 2005 ). Saat praktikum, ternyata ayam yang telah divaksin ND 1

dan IBD mengalami kelumpuhan sebagian ( tidak bisa berjalan ) bahkan ada yang

mati. Menurut Alferd (2005) Kelumpuhan pada ayam setelah vaksinasi umumnya

merupakan reaksi post vaksinal akibat pengaruh vaksin yang cukup keras,atau

pada saat di vaksin terdapat sejumlah ayam yang kondisinya lemah. Untuk

menghindari hal itu sebaiknya pastikan ayam benar- benar sehat saat divaksin dan

jangan mengganti- ganti vaksin dengan konsentrasi atau jenis yang lain.

Kegiatan insidental berikutnya adalah melakukan bedah bangkai terhadap

ayam yang mati untuk mengetahui jenis penyakit yang telah menyerang. Selain

itu kegiatan insidental berikutnya adalah melakukan diskusi. Diskusi dilakukan

tiap minggu sekali, diskusi tersebut mengenai evaluasi keseluruhan kegiatan di

kandang sampai dengan perhitungan hasil pemeliharaan meliputi, perhitungan

jumlah anak ayam yang mati, sisa ayam, deplesi, konsumsi pakan, pakan rata-rata,

PBB, BB, FCR, dan IP.

Selain melakukan kegiatan diatas, kegiatan pasca pemeliharaan yang

lainnya yaitua menghitung hasil pemeliharaan berdasarkan catatan rekording. Hal-

hal yang dihitung yaitu deflesi, FCR, efisiensi pakan dan indeks produksi.

Manfaat yang dapat diambil dari perhitungan ini adalah untuk mengetahui tingkat

pertumbuhan ternak dan mengetahui kemajuan suatu usaha peternakan (laba rugi).

Page 23: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

a. Menghitung deflesi ( tingkat kematian )

Deflesi adalah presentasi kematian ayam yang dipelihara dengan jumlah

ayam yang masuk. Deflesi dapat dihitung dengan rumus :

¿ jumlah ayammatitotalayam masuk

× 100 %

Semakin tinggi nilai deflesi, maka angka kematian ayam tinggi pula

sehingga jumlah ayam yang hidup semakin sedikit. Angka deflesi yang tinggi bisa

diakibatkan penyakit maupun manajemen yang tidak sesuai.

b. Menghitung Feed Consumption Ratio ( FCR )

Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion

Ratio). Nilai FCR dapat dihitung dengan rumus :

¿ pakanrata−rataBB rata−rata

Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih

efisien dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi (Prabowo,

2007). Misalnya FCR 1 ini berarti untuk menghasilkan kenaikan berat badan 1kg

dibutuhkan pakan sebanyak 1 kg/ ekor.

c. Menghitung efisiensi pakan

Efisiensi pakan yaitu banyaknya pakan yang diperlukan untuk

menghasilkan produksi. Rumusnya terbalik dengan rumus FCR, yaitu :

¿ bobot rata−ratapakanrata−rata

×100 %

Beda halnya dengan FCR semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka akan

semakin bagus, karena dengan pakan yang sedikit dapat menghasilkan produksi

daging yang tinggi.

d. Menghitung indeks produksi ( IP )

Indeks produksi merupakan suatu angka yang menunjukan tingkat

kemajuan produksi ayam, semakin tinggi IP maka hal ini berarti produksi ayam

semakin bagus dan sebaliknya. Biasanya standar IP tiap perusahaan berbeda- beda

, namun pada intinya IP diatas 300 sudah menunjukan produksi yang baik.

IP=BB (kg )× sisa ayam hidup(100−deplesi)

FCR×lama pemeliharaan×100%

Page 24: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

Berdasarkan hasil perhitungan saat praktikum diperoleh data produksi

yaitu bobot ayam akhir 900 gr dan IP 297. IP rendah dikarenakan FCR yang

tinggi. Ini diakibatkan karena pemberian pakan yang tidak dikehendaki.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

1. Penyembelihan ayam saat praktikum dilakukan dengan metode Kosher,

yaitu memotong ketiga urat yang terletak di leher, meliputi saluran

makanan, saluran pernapasa dan pembuluh darah yang tebal di kanan kiri

dan arteri sampai putus.

2. Parting merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut karkas yang

dipotong-potong menjadi beberapa bagian.

3. Karkas dipotong menjadi 9 bagian yang terdiri dari 2 paha atas, 2 sayap, 2

dada tulang dan 1 dada tengah/isi.

4. Berat karkas utuh pada ayam 70% dari bobot badan.

5. Kegiatan pra-pemeliharaan dilakukan untuk mempersiapkan seluruh

kandang maupun peralatan yang akan dipakai dalam proses pemeliharaan.

6. Kegiatan yang dilakukan pada pra-pemeliharaan, antara lain pembersihan

lingkungan kandang, pengapuran, pensucihamaan kandang dan

peralatannya, penutupan tirai, fumigasi, pengistirahatan kandang,

persiapan brooder dan sekam serta pakan dan obat-obatan

7. Masa pemeliharaan ayam broiler terdiri dari masa pemeliharaan awal

(starter) dan masa pemeliharaan akhir (finisher).

8. Pemberian pakan tidak diukur, apabila ada tempat pakan yang habis maka

diisi pakan

9. Tempat air minum berbentuk galon

10. Sistem atap kandang yang digunakan merupakan sistem atap monitor

karena tipe ini mendukung kelancaran sirkulasi udara dari luar kandang ke

dalam kandang.

11. Vaksinasi ND I dilakukan dengan menggunakan metode injekdi sub cutan

dan tetes mata sedangkan vaksinasi ND II dan gumboro dilaksanakan

Page 25: MANAJEMEN TERNAK UNGGAS,

dengan metode pencampuran dalam air minum.

12. Indeks produksi ayam dipengaruhi oleh bobot badan, mortalitas, konversi

pakan dan lama pemeliharaan.

4.2. Saran

1. Praktikum lebih dikonsep lagi dengan benar dan serius.

2. Adanya konfirmasi antar asisten dan dosen pengampu.

3. Konfirmasi antara sisten dan koordinator kelompok.

4. Diperjelas lagi tentang praktikum manajemen ternak unggas dari mulai

kegiatan praktikum hingga laporan akhir.