makalah pendanaan kesehatan.docx

30
1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak dan investasi. Setiap warga negara berhak atas kesehatannya termasuk masyarakat miskin, untuk itu diperlukan suatu sistem yang mengatur pelaksanaan bagi upaya pemenuhan hak warga negara untuk tetap hidup sehat. Kualitas kesehatan masyarakat Indonesia selama ini tergolong rendah, selama ini masyarakat terutama masyarakat miskin cenderung kurang memperhatikan kesehatan mereka. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya tingkat pemahaman mereka akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan, padahal kesadaran rakyat tentang pemeliharaan dan perlindungan kesehatan sangatlah penting untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Disisi lain, rendahnya derajat kesehatan masyarakat dapat pula disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena mahalnya biaya pelayanan yang harus dibayar.

Upload: kania-anna-kanna

Post on 07-Aug-2015

312 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

1

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak dan investasi. Setiap warga negara

berhak atas kesehatannya termasuk masyarakat miskin, untuk itu

diperlukan suatu sistem yang mengatur pelaksanaan bagi upaya

pemenuhan hak warga negara untuk tetap hidup sehat. Kualitas

kesehatan masyarakat Indonesia selama ini tergolong rendah, selama

ini masyarakat terutama masyarakat miskin cenderung kurang

memperhatikan kesehatan mereka. Hal ini dapat disebabkan karena

rendahnya tingkat pemahaman mereka akan pentingnya kesehatan

dalam kehidupan, padahal kesadaran rakyat tentang pemeliharaan

dan perlindungan kesehatan sangatlah penting untuk mencapai derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya. Disisi lain, rendahnya derajat

kesehatan masyarakat dapat pula disebabkan oleh ketidakmampuan

mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena mahalnya

biaya pelayanan yang harus dibayar.

Tingkat kemiskinan menyebabkan masyarakat miskin tidak

mampu memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang

tergolong mahal. Jika tidak segera diatasi, kondisi tersebut akan

memperparah kondisi kesehatan masyarakat Indonesia, karena krisis

ekonomi telah meningkatkan jumlah masyarakat miskin dan

mengakibatkan naiknya biaya pelayanan kesehatan, sehingga

semakin menekan akses mereka karena biaya yang semakin tak

terjangkau.

Page 2: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

2

Mengingat kesehatan merupakan aspek penting dalam

kehidupan masyarakat, maka pemerintah harus menciptakan suatu

pembangunan kesehatan yang memadai sebagai upaya perbaikan

terhadap buruknya tingkat kesehatan selama ini. Dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)

pada Pasal 28H, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak dasar

setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan

pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin, dalam

implementasinya dilaksanakan secara bertahap sesuai kemampuan

keuangan pemerintah dan pemerintah daerah.

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan disebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia

dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai

dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Pancasila dan UUD 1945, setiap hal yang menyebabkan terjadinya

gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan

kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya

peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi

pembangunan negara, dan upaya pembangunan harus dilandasi

dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus

memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab

semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat.

Berdasarkan UUD 1945 Pasal 28H dan Undang-Undang Nomor

36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tersebut mengisyaratkan bahwa

setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh

perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggung jawab

mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk

bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Upaya mewujudkan hak

tersebut pemerintah harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Page 3: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

3

yang merata, adil dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

Untuk itu pemerintah perlu melakukan upaya-upaya untuk menjamin

akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan.

Sebagaimana amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal 34 ayat

2 yang menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan

Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan dimasukkannya Sistem

Jaminan Sosial dalam perubahan UUD 1945, dan terbitnya UU Nomor

40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),

menjadi suatu bukti yang kuat bahwa pemerintah dan pemangku

kepentingan terkait harus memiliki komitmen yang besar untuk

mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya. Karena

melalui SJSN sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial pada

hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Berdasarkan konstitusi dan undang-undang tersebut, pemerintah

melakukan upaya-upaya pendanaan kesehatan untuk menjamin akses

penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, diantaranya adalah

Program Jaringan Pengaman Sosial Kesehatan (JPS-BK) tahun 1998-

2000, Program Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDSE) tahun

2001, dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar

Minyak (PKPS-BBM) tahun 2002-2004. Pada awal tahun 2005, melalui

Keputusan Menteri Kesehatan 1241/Menkes/XI/04 pemerintah

menetapkan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Miskin (JPKMM) melalui pihak ketiga, yaitu, PT Askes (persero)

Program ini lebih dikenal sebagai program Asuransi Kesehatan

Masyarakat Miskin (Askeskin). Program Askeskin merupakan

kelanjutan dari PKPS-BBM yang telah dilaksanakan sebelumnya,

dimana pembiayaannya didanai dari subsidi BBM yang telah dikurangi

pemerintah untuk dialihkan menjadi subsidi di bidang kesehatan.

Page 4: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

4

Program Askeskin (2005-2007) kemudian berubah nama menjadi

program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sejak tahun

2008 sampai dengan sekarang. JPKMM/Askeskin, maupun Jamkesmas

kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu melaksanakan

penjaminan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan

tidak mampu dengan menggunakan prinsip asuransi kesehatan sosial.

Pelaksanaan program Jamkesmas mengikuti prinsip-prinsip

penyelenggaraan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/Menkes/Per/V/2011 tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, yaitu

dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata

peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin, menyeluruh

(komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang cost

effective dan rasional, pelayanan terstruktur, berjenjang dengan

portabilitas dan ekuitas, serta efisien, transparan dan akuntabel. Pada

Jamkesmas sebagai identitas warga miskin, puskesmas mengeluarkan

kartu sehat agar warga miskin dapat mendapatkan pelayanan

kesehatan gratis di puskesmas dan jajarannya, serta RSUD.

Status kesehatan penduduk Indonesia setelah pembangunan

kesehatan selama tiga dekade yang lalu mengalami kemajuan yang

cukup pesat. Namun, masih jauh tertinggal bila dibandingkan dengan

status Kesehatan Dunia. Menurut World Health Organization tahun

2010 kinerja system kesehatan Indonesia menduduki peringkat ke-92

yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan system kesehatan

Negara tetangga seperti Malaysia pada urutan ke-49, Thailand urutan

ke-47, dan Filipina urutan ke-60. Secara kasar laporan tersebut

menunjukkan bahwa pendanaan kesehatan di Indonesia menurut nilai

tukar yang berlaku tahun 2010 mencapai US$19 per kapita per tahun.

Page 5: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

5

Sementara Negara-negara tetangga seperti Filipina, Malaysia, dan

Thailand menghabiskan dana berturut-turut sebesar US$ 41, US$ 111,

dan US$ 134 per kapita per tahun.

Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, yaitu hanya

rata-rata 2,2% dari (GDP), masih jauh dari anjuran WHO yakni paling

sedikit 5% dari GDP per tahun. Sementara dari total pembiayaan yang

dibutuhkan pemerintah hanya mampu membiayai 30% saja selebihnya

berasal dari swasta. Pengalokasian anggaran kesehatan dari pusat ke

daerah, dengan adanya kebijakan desentralisasi melalui Dana Alokasi

Umum (DAU) yang berbasis pada formula yang ditetapkan berdasarkan

pada potensi penerimaan dan kebutuhan fiscal oleh suatu daerah.

Dalam formula ini pembagian alokasi anggaran tidak hanya ke provinsi

tetapi sampai ke sekitar 400-an kabupaten/kota di Indonesia. Hal ini

merupakan perkembangan baru untuk fungsi pemerintahan daerah di

sektor kesehatan, yaitu harus merencanakan dan menganggarkan

program kesehatan dan bersaing dengan sektor lain untuk

mendapatkannya.

Kecilnya alokasi dana untuk sektor kesehatan menunjukkan

kecilnya perhatian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat

termasuk kesehatan masyarakat miskin. Sistem pembiayaan program

pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin di era desentralisasi,

dapat mendorong peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat

kearah positif dan negative sekaligus. Mengapa demikian? Karena

dalam kerangka desentralisasi, pemerintah pusat telah memberikan

kewenangan pada pemerintah daerah tingkat I dan II untuk

menjabarkan kebijakan tersebut. Termasuk mendapat kewenangan

untuk mengalokasikan anggaran, merencanakan dan melaksanakan

Page 6: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

6

program pembangunan kesehatan. Pemerintah Pusat hanya sebagai

regulator penentu arah kebijakan. Permasalahnya adalah kemampuan

pemerintah daerah tidak sama antara satu daerah dengan daerah

lainya. Sehingga dalam mengalokasikan anggaran kesehatan

bervariasi antar propinsi/kabupaten/kota tergantung kekuatan

pembiayaan daerahnya masing-masing. Dampaknya daerah yang

sumber PAD-nya

kecil, kesulitan untuk membiayai pelayanan kesehatan untuk

masyarakat miskin di daerahnya. Pada akhirnya akan mempengaruhi

peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Pendanaan kesehatan di Indonesia untuk tahun 2013 menurut

Dewan Perwakilan Rakyat hanya Rp 25 triliun untuk 96,4 juta rakyat

miskin, dimana DPR sangat menyesalkan kecilnya pendanaan untuk

kesehatan. Dana tersebut juga sebagai dana awal yang disiapkan

pemerintah untuk program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) kesehatan. Anggota Komisi XI DPR, Okky Asokawati,

menyatakan bahwa dana tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan nilai

subsidi yang Rp163 triliun. Padahal, tidak semua orang miskin bisa

menikmati subsidi. Dana tersebut masih sangat kurang untuk

kesehatan rakyat miskin ketika aturan BPJS mulai diimplementasikan.

Dana Rp 25 triliun ini hanya sekitar 2 persen dari APBN. Sedangkan

kebutuhan mencapai 5 persen dari APBN.

Mengingat pentingnya kesehatan bagi masyarakat dan

kurangnya pendanaan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah untuk

masyarakat pada Jamkesmas, oleh karena itu perlu dilakukan studi

kasus dan analisa mengenai pendanaan kesehatan di Indonesia pada

Jamkesmas dan cara mobilisasi dana tersebut.

Page 7: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

7

1.2 Tujuan Penulisan

1. Menganalisa pendanaan kesehatan bagi masyarakat Indonesia

pada Jamkesmas.

2. Mengembangkan berbagai alternative pendanaan kesehatan

yang dapat diterapkan di Indonesia dalam rangka meningkatkat

keadilan pendanaan kesehatan.

3. Mengidentifikasi berbagai sumber dana yang dapat dimobilisasi,

baik dari pemerintah maupun dari masyarakat.

4. Menganalisis berbagai alternatif sistem pendanaan kesehatan

yang menjamin efisiensi, termasuk kekuatan, kelemahan dan

system pelayanan.

Page 8: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

8

Bab II

Permasalahan

1. Pelayanan kesehatan saat ini khususnya pada jamkesmas

menghadapi masalah rendahnya sumber pendanaan dari

masyarakat maupun pemerintah.

2. Mobilisai sumber pendanaan kesehatan dari masyarakat masih

terbatas. Hasil Susenas melaporkan jumlah masyarakat yang

tercakup Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) masih rendah

(20%)

3. Sumber pendanaan kesehatan dari pemerintah relatife kecil (30%)

masih ditandai oleh subsidi ke semua lini sehingga kurang terarah

untuk menopang pengembangan jaringan kesehatan bagi penduduk

daerah terpencil dan penduduk miskin.

4. Adanya ketidaktepatan pemberian kartu jamkesmas, dimana banyak

masyarakat mampu yang menerima hjamkesmas dan banyak pula

masyarakat miskin yang tidak menerima jamkesmas.

Page 9: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

9

Bab III

Tinjauan Pustaka

4.1 Prinsip dasar Pendanaan Kesehatan

Pendanaan kesehatan merupakan kunci utama dalam suatu

system kesehatan. Pendanaan kesehatan yang adil dan merata adalah

pendanaan kesehatan dimana seseorang mampu mendapatkan

pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya dan

membayar pelayanan tersebut sesuai dengan kemampuannya

membayar (Handbook of Health Economies, VolII).

Dalam http://www.jpkm-online.net, penyelenggaraan

Subsistem Pembiayaan Kesehatan mengacu pada prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1.Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola

secara berdaya-guna, adil dan berkelanjutan yang didukung oleh

transparansi dan akuntabilitas.

2.Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat

rentan dan keluarga miskin.

3.Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan

perorangan yang terorganisir, adil, berhasilguna dan berdaya-guna

melalui jaminan pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip

solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela, yang

dilaksanakan secara bertahap.

4.Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan

diupayakan melalui penghimpunan secara aktif dana sosial untuk

Page 10: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

10

kesehatan (misal: dana sehat) atau memanfaatkan dana

masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial keagamaan)

untuk kepentingan kesehatan.

5.Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan

pembiayaan kesehatan di daerah merupakan tanggung jawab

pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan pelayanan

kesehatan, Pemerintah menyediakan dana perimbangan

(maching grant) bagi daerah yang kurang mampu.

3.2 Sumber Pendanaan Kesehatan

Secara umum sumber biaya kesehatan dibedakan atas dua

macam, yaitu:

1. Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah Tergantung dari

bentuk pemerintahan yang dianut, ada negara yang bersumber

biaya kesehatannya sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah.

Maka negara seperti ini tidak temukan pelayanan kesehatan

swasta, sehingga seluruh pelayanan kesehatan diselenggarakan

oleh pemerintah dan pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan

secara cuma-cuma. Sistem pendanaan kesehatan pemerintah

dapat dibagi menjadi dua menurut sumber datanya. Pertama,

sumber pendanaan pemerintah pusat sumber datanya adalah

Undang-Undang Perhitungan Anggaran Negara (PAN) dan

Undang-Undang APBN. Kedua, pendanaan pemerintah daerah

provinsi maupun kabupaten dan kota sumber datanya adalah

laporan perhitungan APBD yang disampaikan daerah kepada

Direktorat Jenderal Pertimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Departemen Keuangan.

Page 11: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

11

2. Sebagian ditanggung oleh masyarakat Suatu negara yang

melibatkan masyarakat sebagai sumber dari pembiayaan

kesehatan di mana masyarakat diajak untuk berperan serta dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan ataupun pada waktu

memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan, maka akan ditemukan

pelayanan kesehatan swasta dan tentunya pelayanan kesehatan

tersebut tidaklah cuma-cuma, karena masyarakat diharuskan

membayar pelayanan kesehatan yang memanfaatkannya.

3.3 Unsur-Unsur Sistem Pendanaan Kesehatan

Menurut Kebijakan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang

terdapat dalam http://perpustakaan.depkes.go.id, subsistem

pembiayaan kesehatan terdiri dari tiga unsur utama, yakni penggalian

dana, alokasi dana, dan pembelanjaan.

1. Penggalian dana adalah kegiatan menghimpuna dana yang

diperlukan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan dan atau

pemeliharaan kesehatan. Terdapat dua jenis penggalian dana,

yaitu:

a. Penggalian dana untuk UKM

Sumber dana untuk UKM (Unit Kesehatan masyarakat) terutama

berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah, melalui

pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman, serta

berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya

kesehatan masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber

dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip publik-private

partnership yang didukung dengan pemberian sentif, misalnya

keringanan pajak untuk setiap dana yang disumbangkan.

Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh

masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan

Page 12: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

12

masyarakat misalnya dalam bentuk dana sehat, atau dilakukan

secara pasif, yakni menambahkan aspek kesehatan dalam

rencana pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul

dimasyarakam, misalnya dana sosial keagamaan.

b. Penggalian dana untuk UKP

Sumber dana untuk UKP (Unit Kesehatan Perorangan) berasal

dari masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi

masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber dananya

berasal dari pemerintah melalui mekanisme jaminan

pemeliharaan kesehatan wajib.

2. Alokasi dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang

telah berhasil dihimpun, baik yang bersumber dari pemerintah,

masyarakat, maupun swasta. Terdapat dua jenis pengalokasian

dana:

a. Alokasi dana dari pemerintah

Alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk UKM dan UKP

dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan dan

belanja, baik pusat maupun daerah, sekurang-kurangnya 5%

dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan belanja

setiap tahunnya.

b. Alokasi dana dari masyarakat

Alokasi dana yang berasal dari masyarakat untuk UKM

dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan

kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui

kepesertaan dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan

wajib dan atau sukarela.

3. Pembelanjaan adalah pemakaian dana yang telah dialokasikan

dalam anggaran pendapatan dan belanja sesuai dengan

peruntukannya dana atau dilakukan melalui jaminan pemeliharaan

Page 13: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

13

kesehatan wajib atau sukarela. Pembiayaan kesehatan dari

pemerintah dan publik-private partnership digunakan untuk

membiayai UKM. Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari

Dana Sehat dan Dana Sosial Keagamaan digunakan untuk

membiayai UKM dan UKP.Pembelanjaan untuk pemeliharaan

kesehatan masyarakat rentan dan kesehatan keluarga miskin

dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib.

Sedangkan pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan keluarga

mampu dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

wajib dan atau sukarela. Di masa mendatang, biaya kesehatan dari

pemerintah secara bertahap digunakan seluruhnya untuk

pembiayaan UKM dan jaminan pemeliharaan kesehatan

masyarakat rentan dan keluarga miskin.

3.4 Sistem Pendanaan Kesehatan pada Jamkesmas

Pendanaan Jamkesmas merupakan jenis belanja bantuan sosial

bersumber dari APBN Kementerian Kesehatan. Dana belanja bantuan

sosial adalah dana yang dimaksudkan untuk mendorong pencapaian

program dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta

Jamkesmas serta bukan bagian dari dana yang ditransfer ke

Pemerintah Kabupaten/Kota sehingga pengaturannya tidak melalui

mekanisme APBD, dan dengan demikian tidak langsung menjadi

pendapatan daerah. Dana Jamkesmas dan Jampersal terintegrasi

secara utuh menjadi satu kesatuan. Dana Jamkesmas dan Jampersal

untuk pelayanan kesehatan dasar disalurkan langsung dari rekening

kas negara ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui bank. Dana

Jamkesmas dan Jampersal untuk pelayanan kesehatan lanjutan

disalurkan langsung dari rekening kas negara ke rumah

sakit/balkesmas melalui bank. Pembayaran biaya pelayanan kesehatan

Page 14: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

14

dasar dan jaminan persalinan di Faskes tingkat pertama dibayar

dengan pola klaim. Pertanggungjawaban untuk seluruh Faskes lanjutan

menggunakan pola pembayaran dengan INA-CBGs. Peserta tidak

boleh dikenakan urun biaya dengan alasan apapun.

Dana Pelayanan Jamkesmas bersumber dari APBN sektor

Kesehatan dan APBD. Pemerintah daerah melalui APBD berkontribusi

dalam menunjang dan melengkapi pembiayaan pelayanan kesehatan

bagi masyarakat miskin dan tidak mampu di daerah masing- masing

meliputi antara lain:

1) masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak masuk dalam

pertanggungan kepesertaan Jamkesmas.

2) biaya transportasi rujukan dari rumah sakit yang merujuk ke

pelayanan kesehatan lanjutan serta biaya pemulangan pasien

menjadi tanggung jawab Pemda asal pasien.

3) biaya transportasi petugas pendamping pasien yang dirujuk.

4) dukungan biaya operasional manajemen Tim Koordinasi dan Tim

Pengelola Jamkesmas Provinsi/Kabupaten/Kota.

5) biaya lain-lain di luar pelayanan kesehatan, sesuai dengan

spesifik daerah dapat dilakukan oleh daerahnya.

Adapun dana Operasional Manajemen Tim Pengelola di Provinsi

bersumber dari APBN melalui dana dekonsentrasi, sedangkan untuk

Tim Pengelola Kabupaten/Kota bersumber dari APBN melalui dana

dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Besaran alokasi dana pelayanan

Jamkesmas di pelayanan dasar untuk setiap kabupaten/kota dan

pelayanan rujukan untuk rumah sakit/balkesmas ditetapkan

berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan.

Lingkup Pendanaan Pendanaan Jamkesmas terdiri dari:

1) Dana Pelayanan Kesehatan, adalah dana yang langsung

diperuntukkan untuk pelayanan kesehatan di Faskes Tingkat

Page 15: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

15

Pertama dan Faskes Tingkat Lanjutan. Dana Pelayanan

Kesehatan bagi peserta Jamkesmas meliputi seluruh pelayanan

kesehatan di:

(a) puskesmas dan jaringannya untuk pelayanan kesehatan

dasar.

(b) rumah sakit pemerintah/swasta termasuk RS khusus,

TNI/POLRI, balkesmas untuk pelayanan kesehatan rujukan.

2) Dana Operasional Manajemen, adalah dana yang diperuntukkan

untuk operasional manajemen Tim Pengelola dan Tim Koordinasi

Jamkesmas dan BOK Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dalam

menunjang program Jamkesmas.

3.5 Masyarakat yang berhak mendapatkan Jamkesmas

Page 16: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

16

Bab IV

Pembahasan

4.1 Masalah Pendanaan Kesehatan Masyarakat Pada Jamkesmas

1. Rendahnya Dana untuk Pelayanan kesehatan pada jamkesmas

Kecilnya alokasi dana untuk sektor kesehatan menunjukkan

kecilnya perhatian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat

termasuk kesehatan masyarakat miskin. Sistem pembiayaan program

pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin di era desentralisasi,

dapat mendorong peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat

kearah positif dan negative sekaligus. Mengapa demikian? Karena

dalam kerangka desentralisasi, pemerintah pusat telah memberikan

kewenangan pada pemerintah daerah tingkat I dan II untuk

menjabarkan kebijakan tersebut. Termasuk mendapat kewenangan

untuk mengalokasikan anggaran, merencanakan dan melaksanakan

program pembangunan kesehatan. Pemerintah Pusat hanya sebagai

regulator penentu arah kebijakan. Permasalahnya adalah

kemampuan pemerintah daerah tidak sama antara satu daerah

dengan daerah lainya. Sehingga dalam mengalokasikan anggaran

kesehatan bervariasi antar propinsi/kabupaten/kota tergantung

kekuatan pembiayaan daerahnya masing-masing. Dampaknya daerah

yang sumber PAD-nya kecil, kesulitan untuk membiayai pelayanan

kesehatan untuk masyarakat miskin di daerahnya. Pada akhirnya

akan mempengaruhi peningkatan derajat kesehatan masyarakat

secara keseluruhan.

Page 17: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

17

2. Ketidaktepatan Sasaran Jamkesmas

Prediksi membengkaknya jumlah penduduk miskin setiap tahunnya mudah

dipahami karena ketidakpastian ekonomi, seperti kenaikan harga bahan bakar

minyak (BBM) dan bahan pangan yang akan membuat masyarakat yang berada

dalam kelompok miskin terpuruk dalam katogeri kemiskinan absolut, yakni kelompok

masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Program JPKMM, dalam

penetapan sasarannya menggunakan definisi kemiskinan BPS, dimana BPS spesifik

untuk melihat miskin dari sudut pandang ekonomi. Sedangkan Depkes sendiri

mempunyai definisi yang berbeda untuk melihat kemiskinan, dengan lebih melihat

miskin dari sudut pandang kemampuan akses terhadap pelayanan kesehatan.

Perbedaan ini sangat berpengaruh pada perbedaan besaran penduduk miskin.

Perbedaan yang cukup besar ini akan berakibat fatal dalam kebijakan dan

pendanaan penduduk miskin jika pemerintah salah menafsirkan data tersebut.

Sebagai contoh adalah bila suatu keluarga diindikasikan tidak miskin menurut versi

BPS (karena penghasilannya sedikit diatas ketentuan kriteria miskin BPS), maka bila

keluarga tersebut sakit dan harus dirawat inap di rumah sakit, pasien tersebut sudah

dipastikan tidak akan sanggup membayar biaya pengobatan dan membatalkan

perawatannnya karena tidak ada jaminan bebas biaya. Kondisi seperti ini tentunya

akan menghambat realisasi pencapaian target pemerintah dalam mewujudkan

peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin. Setelah ditetapkan sasaran

masyarakat miskin, permasalahan lain adalah keterlambatan distribusi, pengawasan

distribusi yang lemah, adanya non-gakin yang meminta kartu sehat/askeskin,

penyalahgunaan kartu sehat pada saat berobat oleh non-gakin. Menurut penelitian

Litbangkes dan Bappenas (2001), 20 % kartu sehat yang salah sasaran. Semua

permasalahan di atas akan berdampak pada inefisiensi penggunaan dana, untuk

menanggulanginya perlu ditingkatkan kualitas koordinasi dari pihak-pihak yang

terkait, perlu adanya sanksi-sanksi tegas bagi nongakin yang meminta kartu

sehat/askeskin, serta perlu dibuat kebijakan yang mengatur besarnya kewajiban

daerah (kabupaten/kota) dalam mengalokasikan biaya untuk rakyat miskin di

daerahnya, dan perlu dibuat kepastian yang jelas mengenai definisi miskin agar tidak

berbeda definisi miskin yang diberikan pusat dan daerah.

Page 18: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

18

3. Keterlambatan Penyaluran Dana

Penyaluran dana kesehatan jamkesmas dari pusat ke puskesmas sering

terlambat sehingga mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan. Hal tersebut

juga disebabkan oleh lemahnya pengawasan penyaluran dana.

4.2 Alternatif Pendanaan Kesehatan Jamkesmas dan cara

Mobilisasinya

Bab V

Penutup

5.1 Kesimpulan

Pemerintah menyadari bahwa masyarakat, terutama masyarakat

miskin, sulit untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Kondisi

tersebut semakin memburuk karena mahalnya biaya kesehatan,

akibatnya pada kelompok masyarakat tertentu sulit mendapatkan akses

Page 19: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

19

pelayanan kesehatan. Untuk memenuhi hak rakyat atas kesehatan,

pemerintah mengalokasikan dana bantuan sosial sektor kesehatan

yang digunakan sebagai pembiayaan bagi masyarakat, khususnya

masyarakat miskin, bantuan sosial tersebut direalisasikan dalam bentuk

Jamkesmas yang penyelengaraannya dalam skema asuransi sosial.

Namun pelaksanaan Jamkesmas banyak mengalami masalah pada

pendanaannya.

5.2 Solusi Mengatasi Masalah Pendanaan Kesehatan Bagi

Masyarakat pada Jamkesmas

1. Perlunya kebijakan yang mengatur tentang besarnya kewajiban

daerah (kabupaten/kota) dalam mengalokasikan biaya kesehatan

untuk rakyat miskin di daerahnya. Besarnya alokasi biaya akan

berbeda tiap daerah. Mekanisme ini perlu diatur agar daerah kaya

tidak mendapat porsi yang besar dari pusat.

2. Perlu dibentuknya suatu badan khusus yang mengelola pendanaan

kesehatan masyarakat miskin secara professional. Badan terse

3. Perlu pengecekan ulang mengenai status warga apakah

tergolong warga miskin yang berhak mendapat jamkesmas atau

tidak.

4. Perlunya pendevinisian warga miskin yang jelas agar tidak terjadi

salah sasaran pemberian jamkesmas.

Page 20: Makalah Pendanaan Kesehatan.docx

20

Pustaka

Mahlil. 2000. Analisis Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat.

Tesis, FKMUI, Depok.

Thabrany, H. dan Pujianto. 2008. Asuransi Kesehatan dan Akses

Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta : UGM.

WHO. World Health Report. 2012