makalah obesitas anak

22
MAKALAH LAPORAN PENDAHULUAN OBESITAS PADA ANAK Disusun oleh : Kelompok 1 1. ANSEL MUSA K 2. CAHYO ARDIANSYAH 3. DANI EKO S 4. DWI INTAN SARI 5. ERLINA KURNIAWATI 6. ERYN MEGAWATI 7.  NIZARUL UMAM 8. PRIYO DWI S 9. WAWAN EKO 10. YUHANES SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG 2013 / 2014

Upload: agung-dekdiono

Post on 16-Oct-2015

1.371 views

Category:

Documents


230 download

TRANSCRIPT

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN

OBESITAS PADA ANAK

Disusun oleh :

Kelompok 11. ANSEL MUSA K2. CAHYO ARDIANSYAH3. DANI EKO S4. DWI INTAN SARI5. ERLINA KURNIAWATI6. ERYN MEGAWATI7. NIZARUL UMAM8. PRIYO DWI S9. WAWAN EKO10. YUHANES

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG

2013 / 2014

1.1. Latar Belakang

Obesitas merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Tetapi masih banyak pendapat di masyarakat yang mengira bahwa anak yang gemuk adalah sehat. Sehingga banyak ibu yang merasa bangga kalau anaknya sangat gemuk, dan di satu pihak ada ibu yang kecewa kalu melihat anaknya tidak segemuk anak tetangganya. Sebenarnya kekecewaan tersebut tidak beralasan, asalkan grafik pertumbuhan anak pada KMS sudah menunjukkan kenaikan yang kontinu setiap bulan sesuai lengkungan grafik pada KMS dan berada pada pita warna hijau, maka anak tersebut pasti sehat. Lebih-lebih kalau anak itu menunjukkan perkembangan mental yang normal, artinya perkembangan motorik, bahasa, intelektual, emosional dan social sesuai dengan umurnya, maka anak tersebut walaupun tidak terlalu gemuk, tetapi secara fisik, social maupun mental adalah sehat.

Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya. Dari berbagai tulisan mengenai obesitas pada anak, ternyata banyak masalah yang dihadapai anak yang obesitas ini. Lebih-lebih kalau obesitas pada masa anak-anak berlanjut sampai dewasa. Bahkan ada seorang ahli yang mengatakan, bahwa makin panjang ikat pinggang seseorang, maka akan makin pendek umurnya. Dengan perkataan lain, makin gemuk seseorang akan semakin banyak penyakitnya, sehingga jarang yang mencapai umur panjang.

Angka kejadian obesitas pada anak di Negara-negara maju terus bertambah. Menurut Weil BW 1991, angka kejadian di Amerika meningkat 40% (dari 15% menjadi 21%). Sedangkan angka kejadian di Indonesia masih belum ada data-datanya. Tetapi dari pengamatan sehari-hari mulai banyak ditemukan kasus obesitas pada anak.

1.2.Tujuan

Tujuan dalam menyusun makalah ini diantaranya ialah :

A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui laporan pendahuluan obesitas pada anak

B. Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi peradangan obesitas pada anak

2. Mengetahui tanda dan gejala p obesitas pada anak

3. Mengetahui patofisiologis obesitas pada anak

4. Mengetahui manifestasi klinik obesitas pada anak

5. Mengetahui pemeriksaan penunjang obesitas pada anak

6. Mengetahui penatalaksanaan obesitas pada anak

7. Melatih mahasiswa dalam menyusun askep

1.3 Manfaat

Diharapkan mahasiswa mendapatkan manfaat dari adanya makalah ini diantaranya :

A. Manfaat bagi mahasiswa

1. Mahasiswa akan semakin terlatih menyusun askep.

2. Mahasiswa memahami obesitas pada anak

3. Mahasiswa akan semakin faham tentang gangguan obesitas pada anak

B. Manfaat Bagi Institusi

1. Menambah kepustakaan kampus STIKes Hutama Abdi Husada

2. Menambah bahan bacaan bagi mahasiswa maupun dosen

3. Manambah pengetahuan

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Definisi

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. (www.medicastore.com)

Obesitas merupakan keadaaan Indeks Massa Tubuh (IMT) anak yang berada diatas persentil ke 95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai jenis kelaminnya. (Institute of medicine (IOM) di AS)

Obesitas atau kegemukan diartikan sebagai penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. (Vivi Juhanita S.,Gizi.Net)

Obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. (Arief Mansjoer, dkk)

2.2. Etiologi

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori yang lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh / pemasukan makan yang berlebihan ke dalam tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa factor:

1. Masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh

a. Pada Bayi

Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan oleh ibunya, bahwa setiap kali minum harus habis.

Kebiasaan untuk memberikan minuman / atau makanan setiap kali menangis.

Pemberian makanan tambahan tinggi kalori pada usia yang terlalu dini.

Jenis susu yang diberikan osmolaritasnya tinggi (terlalu kental, terlalu manis, kalorinya tinggi), sehingga bayi selalu haus / minta minum.

b. Faktor Psikis

Apa yang ada di dalam pikiran sesorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang

menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.

Ada dua pola makan abnormal yaitu: makan dalam jumlah yang sangat banyak

(binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua polamakan ini biasanya dipicu oleh stress dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah yang sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.

c. Gaya hidup masa kini

Kecenderungan anak-anak sekarang suka makanan fast food yang berkalori tinggi seperti : Hamburger, Pizza, Ayam goreng dengan kentang goreng, ice cream, aneka makan mie, dll.

2. Penggunaan kalori yang kurang

Berkurangnnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas fisiknya, seharian nonton TV, dll. Lebih-lebih kalau nonton TV sambil tidak berhenti makan, maka cenderungan menjadi obesitas akan menjadi besar.

3. Faktor lingkungan

Gen merupakan factor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku / pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktifitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktifitasnya.

4. Faktor kesehatan

Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

Sindroma yang diwariskan, contohnya: sindroma cushing, sindroma prader-willi

Hormonal

Kelenjar pituitary dan fungsi hipotalamus.

Penyebab yang jarang dari obesitas adalah fungsi hipotalamus yang abnormal. Sehingga terjadi hiperfagia (nafsu makan yang berlebihan) karena gangguan pada pusat kenyang di otak.

Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan seperti : lesi-lesi hipotalamus, hipofisis, dan lesi otak yang lain.

5. Factor perkembangan

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak bisa memiliki sel lemak sampai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.

6. Aktivitas fisik

Kurang aktifitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktifitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

Untuk terjadinya obesitas tidak hanya tergantung dari berbagai macam penyebab yang telah disebutkan di atas, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi lainnya misalnya :

1. Herediter (faktor keturunan)

Kecenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu. Kalau salah satu orang tuanya obesitas, maka anaknya mempunyai resiko 40% menjadi obesitas, sedangkan kalau kedua orang tuanya obesitas, maka resiko menjadi 80%.

2. Suku / Bangsa

Pada suku / bangsa tertentu kadang-kadang terlihat banyak anggotanya yang menderita obesitas.

3. Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi yang sehat adalah yang bayi yang gemuk. 4. Anak cacat, anak aktifitasnya kurang karena problem fisik/ cara mengasuh.

5. Umur orang tua yang sudah lanjut baru punya anak, anak tunggal, anak mahal, anak dari orang tua tunggal, dll.

6. Meningkatnya keadaan social ekonomi seseorang.

Orang tua yang dulunya berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka mereka cenderung memberikan makanan sebanyak-banyaknya pada anak-anaknya. Atau keluarga yang migrasi dari Negara berkembang ke Negara yang maju atau kaya.

7. Obat-obatan

Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.

2.3. Patofisiologi

Terjadinya obesitas menurut jumlah sel lemak, adalah sebagai berikut :

1. Jumlah sel lemak normal, tetapi terjadi hipertrofi / pembesaran.

2. Jumlah sel lemak meningkat / hiperplasi dan juga terjadi hipertrofi.

Penambahan dan pembesaran jumlah sel lemak paling cepat pada masa anak-anak dan mencapai puncaknya pada masa meningkat dewasa. Setelah masa dewasa tidak akan terjadi penambahan jumlah sel, tetapi hanya terjadi pembesaran sel. Obesitas yang terjadi pada masa anak selain hiperplasi juga terjadi hipertrofi. Sedangkan obesitas yang terjadi setelah masa dewasa pada umumnya hanya terjadi hipertrofi pada sel lemak.

Obesitas pada anak terjadi kalau intake kalori berlebihan, terutama pada tahun pertama kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah sel terus berlanjut sampai dewasa, setelah itu terjadi pembesaran sel saja. Sehingga kalau terjadi penurunan berat badan setelah masa dewasa, bukan karena jumlah sel lemaknya yang berkurang tetapi besarnya sel yang berkurang.

Disamping itu, pada penderita obesitas juga menjadi resisten terhadap hormone insulin, sehingga kadar insulin dalam peredaran darah akan meningkat. Insulin berfungsi untuk menurunkan lipolisis dan meningkatkan pembentukan jaringan lemak.

Masukan energiPenggunaanFaktor kesehatanFaktor predisposisi

yang melebihikalori yangdan lingkungan

dari kebutuhankurang dan

tubuhFaktor

perkembangan

Pembesaran dan penambahan jumlah sel lemak

Obesitas

PemasukanBerat badan meningkatPenimbunan lemak

makanan yangberlebihan di

berlebihan kebawah diafragma

dalam tubuhdan di dalam

dinding dada

Perubahn

Keterbatasan

Penampilan

Aktifitas fisik

Intoleransi

Menekan Paru -

Aktivitas

paru

Perubahan Nutrisi

Koping IndividuGangguan Harga

Lebih dari Kebutuhan

Tidak EfektifDiri

Tubuh

Pola Napas Tidak

Efektif

2.4. Manifestasi Klinik

Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering pada tahun pertama kehidupan, usia 5 6 tahun dan pada masa remaja.

Gejala obesitas antara lain :

1. Anak dengan obesitas lebih berat dari anak seusianya (terlihat sangat gemuk).

2. Pertumbuhan tulangnya lebih cepat matang dan lebih berkembang. Anak yang obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi badan yang lebih pendek dari usia sebayana.

3. Bentuk muka anak tidak proporsional, hidung dan mulut terlihat kecil, dagu ganda (double chin).

4. Terdapat timbunan lemak pada daerah payudara adipositas (buah dada seolah-olah berkembang) yang biasanya terjadi pada anak laki-laki.

5. Penis pada anak laki-laki terlihat kecil, oleh karena sebagian organ tersebut tersembunyi dalam jaringan lemak pubis.

6. Paha dan lengan atas besar, jari-jari tangan relative kecil dan runcing.

7. Perut menggantung dan sering disertai strie.

8. Sering terjadi gangguan psikologis, baik sebagai penyebab ataupun sebagai akibat dari obesitasnya.

9. Anak lebih cepat mencapai masa pubertas.

10. Terjadi gangguan pernafasan dan sesak nafas.

Penimbunan lemak yang berlebihan di dalam diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas meskipun penderita hanya melakukan aktifitas ringan. Biasanya terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu) sehingga pada siang hari penderitanya sering merasa ngantuk.

2.5. Komplikasi

Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada

masa bayi maupun masa dewasa, antara lain :

1. Terhadap kesehatan

Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila obesitas masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas maupun mortalitasnya akan meningkat. Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas dengan berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut, dikaitkan dengan menurunnya respons imunologik sel T dan aktivitas sel polimorfonuklear.

2. Saluran pernafasan

Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertrofi tonsil dan adenoid akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mangakibatkan anoksia dan saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby Puffer. Obstruksi kronis saluran pernapasan dengan hipertrofi tonsil dan adenoid, dapat mengakibatkan gangguan tidur, gejala jantung dan kadar oksigen dalam darah yang abnormal. Keluhan lainnya adalah nafas yang pendek.

3. Kulit

Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah / panas, sering disertai miliaria, maupun jamur pada lipatan kulit.

4. Ortopedi

Anak yang obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi seperti Legg-Perthee disease, genu valgum, slipped femoral capital epiphyses, tibia vara, dll.

5. Efek psikologis

Kurang percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan depresi. Karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman sebayanya, juga sulit mendapatkan pacar karena merasa potongan tubuhnya jelek,

tidak modis, merasa rendah diri sehingga mengisolasi dari pergaulan teman-temannya.

Gangguan kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu dengan melampiaskan stress yang dialaminya kemakanan.

6. Bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai masa dewasa, dapat mengakibatkan :

Hipertensi pada masa adolensi.

Hiperlipidemia, ateroskerosis, penyakit jantung koroner, hipertensi maligna pada dewasa.

Diabetes.

Sindrom Pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas dewasa, yaitu gangguan pada jantung dan pernapasan, hipoventilasi. Dengan manifestasi polisitemia, hipoksemia, sianosis, pembesaran jantung, gagal jantung kongestif, dan somnolen. Kita harus berhati-hati pada pemberian oksigen konsentrasi tinggi pada anak ini. Usaha pengurusan badan sangat penting kalau terjadi komplikasi ini.

Maturitas seksual lebih awal, menstruasi sering tidak teratur.

2.6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Keperawatan

Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas dewasa, karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat tersebut dan tidak boleh diit terlalu ketat. Sehingga pengaturan diitnya harus dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan. Olah raga atau aktifitas tubuh yang teratur sangat penting dalam upaya penatalaksanaan obesitas pada anak.

Pada prinsipnya, pengobatan pada anak dengan obesitas adalah sebagai berikut:

1. Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun factor kejiwaan.

2. Motivasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya pengurusan badan. Sedangkan orang tua atau bayi anak yang obesitas harus dimotivasi tentang pentingnya memperlambat kenaikan berat badan bayi atau anaknya.

3. Memberikan diit rendah kalori yang seimbang untuk memperlambat kenaikan berat badan.

4. Menganjurkan penderita untuk olah raga yang teratur atau anak bermain secara

aktif sehingga banyak energi yang digunakan.

Baik terapi diet maupun psikoterapi harus diberikan kepada seluruh keluarga sehinga seolah-olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut.

Cara pengaturan diitnya adalah sebagai berikut :

1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi untuk menurunkan berat badannya seperti pada obesitas dewasa tetapi memperlambat kecepatan kenaikan berat badannya. Bayi diberikan diit sesuai dengan kebutuhan normal untuk pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg.BB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan dan 90 kkal/kg.BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Susu botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara diselingi dengan air tawar. Tidak dianjurkan memberikan susu yang diencerkan, susu rendah / lemak. Disamping itu kita anjurkan pada ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan melakukan aktifitas.

2. Pada anak pra sekolah yang mengalami obesitas, kenaikan berat badannya harus diperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kg.BB perhari. Atau bisa juga dari makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang mengandung kalori tinggi. Selain itu kita harus mendorong anak untuk melakukan aktifitas fisik dan mencegah menonton tv berlebihan.

3. Pada anak usia sekolah (pra pubertas) yang obesitas, kita berusaha mempertahankan berat badan anak dan menaikkan tinggi badannya. Diet yang diberikan sekitar 1200 kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kg.BB perhari. Mendorong anak melakukan aktifitas fisik secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok. Hindari menonton tv terlalu lama dan makan makanan yang berkalori tinggi.

4. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai berat badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet yang diberikan sekitar 850 kkal/hari, atau kalau ingin menurunkan berat badan 500 gram/minggu, kurangi kalorinya 500 kkal/hari. Selain itu dorong untuk melakukan aktifitas, baik sendiri-

sendiri maupun berkelompok. Mendorong anak agar mau melakukan interaksi dengan teman-temannya.

b. Penatalaksanaan Medis

Terapi pengobatan

Ada 2 jenis utama obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi obesitas:

1. Obat anti obesitas yang mengurangi nafsu makan, obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kadar neurotransmitter pada persambungan diantara ujung-ujung syaraf di otak ( sinaps ). Macam-macam obat anti obesitas :

Fenfluramin ( fen ) dan deksfenfluramin, kedua obat ini menekan nafsu makan terutama dengan meningkatkan pelepasan serotonin oleh sel-sel syaraf. Efek dari fen dapat menyebabkan hipertensi pulmoner dan efek dari deksfen menyebabkan katup jantung.

Fentermin, menekan nafsu makan dengan menyebabkan pelepasan norepinefrin oleh sel-sel syaraf.

2. Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, antara lain : orlistat (menghalangi penyerapan lemak di usus).

2.7. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN OBESITAS

A. PENGKAJIAN1. Anamnesis Saat mulainya timbul obesitas : prenatal, early adiposity rebound remaja Riwayat tumbuh kembang ( mendukung obesitas endogenous ) Adanya keluhan : ngorok (snoring), restless sleep, nyeri pinggul Riwayat gaya hidup :a) Pola makan / kebiasaan makanb) Pola aktifitas fisik : sering menonton televisi Riwayat keluarga dengan obesitas (factor genetic), yang disertai dengan resiko seperti penyakit kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia, hiperstensi dan diabetes mellitus tipe II.2. Pemeriksaan fisik : Adanya gejala klinis obesitas seperti diatas.3. Pemeriksaan penunjang : analisis diet, laboratoris, radiologis, ekokardiografi dan tes fungsiparu (jika ada tanda-tanda kelainan).4. Pemeriksaan antropometri : Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal (BBI). BBI adalah berat badan menurut tinggi badan ideal. Disebut obesitas bila BB > 120 % BB ideal.Body Mass Index = BMISebagai bagian dari perawatan anak sehat, dokter akan menghitung index massa tubuh ( Body Mass Index =BMI ) dan menentukan dimana posisinya pada tabel pertumbuhan sesuai usia. Indeks masa tubuh menunjukkan bila anak mengalami kelebihan berat untuk usia tinggi badannya.Untuk menghitung index massa tubuh anak, bagi beratnya dengan tinggi badannya yang dipangkat 2, atau BB/TB2 = kg/meter2.Cara yang lebih mudah untuk mendapatkan indeks masa tubuh adalah dengan menggunakan kalkulator indeks massa tubuh. Bila telah dikeahui indeks masa tubuh anak, kemudian diplot ke tabel indeks masa tubuh yang sudah baku.Dengan menggunakan tabel pertumbuhan dokter dapat menentukan anak artinya bagaimana perkemmbangan anak tersebut dibandingkan dengan anak lain dengan usia dan jenis kelamin yang sama.Perhiungan dalam tabel pertumbuhan ini, dibuat oleh pusat pengendalian dan pencegahan penyakit di Amerika. Anak akan dimasukkan dalam salah satu kategori berikut: BMI berdasarkan usia dibawah persentil 5 : kekurangan berat BMI berdasarkan usia antara persentil 5-85 : berat normal BMI berdasarkan usia antara persentil 85-95 : memiliki resiko kelebihan berat BMI berdasarkan usia diatas persentil 95 : kelebihan beratBMI bukanlah pengukuran lemak tubuh yang paling sempurna karena ada beberapa keadaan dimana peghitungan BMI dapat menimbulkan kesan yang salah. Contohnya, orang yang sangat berotot seringkali memiliki angka BMI yang tinggi walaupun tidak mengalami kelebihan berat (karena otot tambahan dapat menambah berat badan seseorang tapi tidak menambah lemak). Sebagai tambahan, BMI seringkali sulit untuk dijelaskan masa pubertas dimana seorang anak mengalami periode pertumbuhan yang sangat cepat.2.8. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfungsi pola makan, factor herediter

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obesitas

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup monoton, fisik yang besar

4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak adanya atau kurang olah raga, gizi buruk, kerentanan individu

5. Gangguan harga diri berhubungan dengan persepsi penampilan fisik, internalisasi umpan balik negativ

2.8. Intervensi

Diagnosa keperawatan 1

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi seimbang dan BB ideal.

Kriteria hasil:

1. Pasien akan mendekati berat badan ideal

2. Mengalami asupan yang adekuat, tetapi tidak berlebihan, menyangkut kaori, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, besi dan kalsium

3. Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu

Intervensi :

1. Kaji pola makan klien

R/ : Mengetahui segala sesuatu yang dimakan, termasuk waktu jumlah yang dimakan, dimanan makanan tersebut dikonsumsi, aktivitas yang dilakukan selama makan, perasaan pada waktu makan, dan sebagainya

2. Kaji lingkungan makan

R/ : untuk menentukan kemungkinan efek pada obesitan ( dimanan, dengan siapa, aktivitas saat makan )

3. Ajarkan kepada pasien atau keluarga tentang pemilihan makanan yang tepat

R/ : untuk mengendalikan jumlah lemak dna kalori yang dikandung oleh suatu makanan

4. Bantu dengan menyesuaikan diet terhadap gaya hidup dan tingkat aktivitas R/ : untuk mengetahui jangkauan aktivitas dan mobilitas klien

5. Timbang berat badan pasien dalam interval yang tepatR/ : Mengetahui perubahan berat badan klien

6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentuknan diit yang sesuai untuk pasien R/ : Memberikan nutrisi yang tepat dan seimbang

Diagnosa keperawatan 2

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas pasien dapat adekuatKriteria hasil : Pasien atau keluarga akan

1. Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas

2. Frekuensi respirasi dalam batas normal

UsiaFrekuensi nafas per menit

BBL

35 40

0 1 th30 50

1 3 th25 32

4 11 th20 30

12 18 th16 19

3. Tidak ada nafas pendek

Intervensi :

1. Kaji pola nafas

R/ : Mengetahui adanya kelainan sistem pernapasan

2. Berikan oksigenasi

R/ : Mencukupi kebutuhan oksigen yang adekuat

3. Pantau respirasi yang berbunyi seperti mendengkur

R/ : mendengkur merupakan tanda adanya obstruksi jalan napas

4. Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernafasan seperti posisi semi fowler R/ : posisi semi fowler memberi kelonggaran jalan napas

5. Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas dan tersengal-sengal R/ : kecemasan memperburuk keadaan saluran napas klien.

Diagnosa keperawatan 3

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat beraktifitas dengan normalKriteria hasil:

1. Pasien akan meningkatkan aktivitas fisik

2. Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas

3. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat

Intervensi :

1. Kaji pola aktivitas dan minat pasien untuk meningkatkan aktivitas R/ : Mengetahui aktivitas yang perlu dan yyang tidak perlu dilakukan

2. Motivasi aktivitas rutin seperti berjalan, naik tangga, dan sebagainya R/ : Mendorong klien memulai olahraga kecil tapi bermanfaat

3. Rencanakan aktivitas dengan pasien atau keluarga yang meningkatkan kemandirian dan daya tahan, misalnya:

R/ : motivasi tujuan yang sederhana dan realities dapat dicapai oleh pasien yang meningkatkan kemandirian dan daya tahan

4. Motivasi aktivitas yang menekankan perbaikan diri bukan kompetisi untuk menghindari rasa gagal dan perasaan ditolak

R/ : Mendorong klien memahami kebutuhan aktivitas bagi dirinya

5. Anjurkan keluarga pasien untuk membantu aktivitas pasien dalam meningkatkan kemandirian dan daya tahan serta mengajarkan kepada keluarga mengenai aktivitas pasien

R/ : Motivasi keluarga meningkatkat percaya diri klien

Diagnosa keperawatan 4

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan koping individu kembali efektif

Kriteria hasil:

1. mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan koping yang efektif

2. menggunakan pernyataan verbal dan nonverbal yang sesuai dengan situasi

3. melaporkan penurunan perasaan negative

Intervensi :

1. Nilai kesesuaian pasien terhadap gambaran diri dan dampak dari situasi kehidupan pasien terhadap peran dan hubungannya dengan orang lain

R/ : Mengajarkan klien untuk menerima keadaan dirinya

2. Berikan informasi - informasi factual yang terkait dengan penyakit kepada pasien maupun keluarga

R/ : Mengurangi kecemasan klien terhadap penyakitnya

3. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan dan ciptakan suasana penerimaan R/ : Memudahkan klien dalam mengekspresikan perasaannya

4. Turunkan rangsangan lingkungan yang dapat disalah artikan sebagai suatu ancaman R/ : mendorong kenyamanan diri klien secara optimal

5. Dukung pengungkapan secara verbal tentang perasaan, persepsi dan ketakutan R/ : Mengurangi ansietas klien

Diagnosa keperawatan 5

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan harga diri meningkat.

Kriteria hasil:

1. Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal

2. Menerima kritikan dari orang lain

3. Menceritakan keberhasilan dalam sekolah atau kelompok social

Intervensi :

1. Tentukan rasa percaya diri pasien dalam penilaian diri R/ : mengetahui tingkat percaya diri klien

2. Ajarkan orang tua akan pentingnya ketertarikan dan dukungannya terhadap perkembangan konsep diri yang positif pada anak

R/ : membantu menghilangkan kelainan perkembangan pada anak

3. Hindari tindakan yang dapat melemahkan pasien

R/ : menghindari terjadinya penurunan percaya diri klien

Kaji pencapaian keberhasilan sebelumnya R/ : Mengoptimalkan potensi yang telah ada

5. Berikan penghargaan atau pujian terhadap perkembangan pasien dalam pencapaian R/ : memenuhi kebutuhan aktualisasi diri klien

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.Obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Etiologinya yaitu masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh, penggunaan kalori yang kurang, faktor lingkungan, faktor kesehatan, factor perkembangan, aktivitas fisik.

Gejala obesitas antara lain : tubuh terlihat sangat gemuk, pertumbuhan tulangnya lebih cepat matang, bentuk muka anak tidak proporsional, Terdapat timbunan lemak pada daerah payudara, penis terlihat kecil, paha dan lengan atas besar dan lain lain.

Penatalaksanaannya dengan memperbaiki factor penyebab, memotivasi penderita, memberikan diit rendah kalori yang seimbang, menganjurkan penderita untuk olah raga yang teratur dan obat obatan.

3.2. Saran

Agar mahasiswa mampu memahami melaksanakan asuhan keperawatan tentang obesitas pada anak , maka harus mengetahui dan memahami tentang materi lebih lanjut dan mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.

Pudjiad, Solihin. 1990. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta : FKUI. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC danKriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC.

http : // www.medicastore.com. http : // www.depkes.go.id. http : // www.farmacia.com. http : // www.gizi.net.