makalah surveilans obesitas

36
TUGAS SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................... ....................................................... 1 Daftar Isi .......................................................... ............................................................ 2 BAB I : Pendahuluan I.1. Latar Belakang ................................................... .............................................. 4 I.2. Rumusan Masalah..................................................... ......................................... 5 1

Upload: dwiresti-wajma

Post on 08-Jul-2016

268 views

Category:

Documents


57 download

DESCRIPTION

surveilan

TRANSCRIPT

Page 1: makalah surveilans obesitas

TUGAS

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... 1

Daftar Isi ...................................................................................................................... 2

BAB I : Pendahuluan

I.1. Latar Belakang ................................................................................................. 4

I.2. Rumusan Masalah.............................................................................................. 5

I.3. Tujuan........... . .................................................................................................. 6

BAB II : Pembahasan

II.1. Defenisi Obesitas............................................................................................ 7

II.2. Penentuan Obesitas.............. ............................................................................ 7

II.3. Tipe-tipe Obeseitas......................................................................................... 7

II.4. Resiko Obesitas................................... ........................................................... 8

II.5. Faktor yang Menyebabkan Obesitas Secara Langsung.................................... 10

II.6. Faktor yang Menyebabkan Obesitas Secara Tidak Langsung........................... 12

II.7. Transisi Epidemiologi Gizi............................................................................... 14

1

Page 2: makalah surveilans obesitas

II.8. Surveilans Gizi.................................... ........................................................... 15

II.9.Tujuan Surveilans Gizi......................... ........................................................... 16

II.10. Kegiatan Surveilans Gizi............................................................................... 17

II.11. Indikator yang Digunakan Dalam Surveilans GIzi.......................................... 18

II.12. Sumber Data Surveilans Gizi.......................................................................... 18

II.13. Penanganan Pada Penderita Obes.................................................................... 20

Bab III : Penutup

III.1. Kesimpulan ................................................................................................... 23

III.2. Saran............................................................................................................... 23

Daftar Pustaka............................................................................................................. 24

2

Page 3: makalah surveilans obesitas

BAB I

PENDAHULUAN

SURVEILANS OBESITAS

I.1. LATAR BELAKANG

Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah

gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi lebih.

Kelebihan gizi yang menimbulkan obesitas dapat terjadi baik pada anak-anak hingga usia

dewasa. Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk

dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik,

perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan. Jika keadaan ini berlangsung terus

menerus (positive energy balance) dalam jangka waktu cukup lama, maka dampaknya adalah

terjadinya obesitas. Obesitas merupakan keadaan indeks massa tubuh (IMT) anak yang

berada di atas persentil ke-95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai jenis kelaminnya.

Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO

menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas sudah

merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani. Prevalensi obesitas pada

anak meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang

berkembang. Disamping itu, obesitas pada anak berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa

dewasa dan berpotensi menderita penyakit metabolik dan penyakit degeneratif dikemudian

hari (Wildanul, 2012). Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering

3

Page 4: makalah surveilans obesitas

ditemukan di berbagai negara. Prevalensi overweight dan obes pada anak di dunia meningkat

dari 4,2% di tahun 1990 menjadi 6,7% di tahun 2010, dan diperkirakan akan mencapai 9,1%

di tahun 2020. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan

prevalensi obesitas pada (1) anak balita di tahun 2007, 2010, dan 2013 berdasarkan berat

badan menurut tinggi badan lebih dari Z score menggunakan baku antropometri anak balita

WHO 2005 berturut-turut 12,2%, 14,0%, dan 11,9%, serta (2) anak berusia 5-12, 13-15, dan

16-18 tahun berturut turut 8,8%, 2,5%, dan 1,6% berdasarkan indeks massa tubuh menurut

umur lebih dari Z score menggunakan baku antropometri WHO 2007 untuk anak berumur 5-

18 tahun.

Berdasarkan data yang ditemukan pada Riskesdas 2013, beberapa penelitian yang

telah dilakukan mengenai prevalensi anak dan remaja obes serta komorbiditas yang

menyertai di Indonesia, dan kecenderungan anak obes menjadi dewasa obes yang diperberat

dengan kejadian obesitas pada orangtua, maka Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

menganggap perlu dibuat rekomendasi diagnosis, tata laksana, dan pencegahan obesitas pada

anak dan remaja. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuandokter spesialis anak

dalam mendeteksi, mengelola, serta mencegah obesitas dan komorbiditas yang menyertainya.

Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai oleh penimbunan

jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan. Obesitas terjadi karena adanya

ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Sedangkan menurut

Dariyo (2004) yang dimaksud dengan obesitas adalah kelebihan berat badan dari ukuran

normal sebenarnya. Menurut Papalia Olds, Feldma dan Rice (dalam Galih Tri Utomo 2012)

ada tiga penyebab obesitas yakni, faktor fisiologis, faktor psikologis dan faktor kecelakaan.

Faktor fisiologis adalah faktor yang muncul dari berbagai variabel, baik yang bersifat

herediter maupun non herediter. Dilihat dari faktor-faktor yang menyebabkan obesitas, dari

faktor-faktor tersebut salah satunya adalah pola makan atau jenis makanan yang dikonsumsi

danjenis kegiatan yang dilakukan.

Makalah ini akan membahas tentang obesitas, tipe-tipe obesitas, resiko dari obesitas,

faktor yang menyebabkan obesitas secara langsung dan tidak langsung, transisi epidemiologi

gizi, surveilans gizi, tujuan surveilans gizi, indikator yang digunakan dalam surveilans gizi,

sumber data dalam surveilans gizi, dan penanganan pada penderita obes.

I.2. RUMUSAN MASALAH

4

Page 5: makalah surveilans obesitas

1. Apa defenisi obesitas?

2. Penentuan obesitas

3. Tipe-tipe obesitas

4. Apa resiko dari obesitas?

5. Faktor yang menyebabkan obesitas secara langsung dan tidak langsung

6. Transisi epidemiologi gizi

7. Surveilans gizi dan tujuannya

8. Indikator yang digunakan dalam surveilans gizi

9. Sumber data surveilans gizi

10. Penanganan pada penderita obesitas

I.3. TUJUAN PENULISAN

Adapun makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Surveilans

Epidemiologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan informasi tentang

obesitas, tipe-tipe obesitas, resiko dari obesitas, faktor yang menyebabkan obesitas secara

langsung dan tidak langsung, transisi epidemiologi gizi, surveilans gizi, tujuan surveilans

gizi, indikator yang digunakan dalam surveilans gizi, sumber data dalam surveilans gizi, dan

penanganan pada penderita obes. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pembaca

tentang obesitas.

5

Page 6: makalah surveilans obesitas

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. DEFENISI OBESITAS

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam

jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam

jaringan organnya (Misnadierly, 2007). Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan

ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga

terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).Terjadinya

obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas atau

latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007). Dengan demikian tiap orang perlu

memperhatikan banyaknya masukan makanan (disesuaikan dengan kebutuhan tenaga sehari

-hari) dan aktivitas fisik yang dilakukan. Perhatian lebih besar mengenai kedua hal ini

terutama diperlukan bagi mereka yang kebetulan berasal dari keluarga obesitas, berjenis

kelamin wanita, pekerjaan banyak duduk, tidak senang melakukan olahraga, serta

emosionalnya labil.

Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obes) yang

disebabkan penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh)

secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang

lebih berat dibandingkan berat idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak di

tubuhnya.

6

Page 7: makalah surveilans obesitas

II.2. PENENTUAN OBESITAS

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan

lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi

dengan kwadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman,2007).

Rumus menentukan IMT : IMT = BB / TB²

II.3. TIPE-TIPE OBESITAS

Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan Dalam beberapa tipe (Purwati,

2001) yaitu :

1) Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak

dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran sel normal

terjadi pada masa anak-anak. Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa

anak-anak akan lebih sulit.

2) Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan

ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk

menurunkan berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.

3) Tipe Hiperplastik dan Hipertropikkegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel

melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak -anak dan terus berlangsung

sampai setelah dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang

paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit

degeneratif.

Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas yaitu:

a). Tipe buah apel (Adroid), pada tipe ini ditandai dengan pertumbuhanlemak yang berlebih

dibagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Tipe ini pada

umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak yang menumpuk adalah

lemak jenuh.

b). Tipe buah pear (Genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian bawah, yaitu

sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe ini banyak diderita oleh perempuan. Jenis

timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh.

II.4. RESIKO OBESITAS

7

Page 8: makalah surveilans obesitas

Dari segi fisik, orang yang mengalami obesitas akan mengalami rendah diri dan merasa

kurang percaya diri. Sehingga seringkali akan mengalami tekanan, baik dari dirinya sendiri

maupun dari lingkungannya ( Purwati, 2001). Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat

badan idial, akan menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi

organ tubuh (Misnadierly, 2007). Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang

penyakit degeneratif. Penyakit –penyakit tersebut antara lain :

a)Hipertensi

Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap Penyakit hipertensi.

Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 20 –39 tahun orang obesitas

mempunyai resiko dua kali lebih besar terserang hipertensi dibandingkan dengan orang yang

mempunyai berat Badan normal (Wirakusumah, 1994).

b) Jantung koroner

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah

koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar 88 %

mendapat resiko terserang penyakit jantung koroner. Meningkatnya factor resiko penyakit

jantung koroner sejalan dengan terjadinya penambahan berat badan seseorang. Penelitian lain

juga menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 -40 tahun ternyata berpengaruh lebih

besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih

tua (Purwati, 2010).

c) Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak selalu timbul

jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita diabetes mellitus tipe

serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes mempunyai

kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan bagi penderita diabetes yang

ingin menurunkan berat badan sebaiknya dilakukan dengan mengurangi konsumsi bahan

makanan sumber lemak dan lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat (Purwati,

2001)

d) Gout

Penderita obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi yang lebih serius

jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya ideal. Penderita obesitas yang juga

menderita gout harus menurunkan berat badannya secara perlahan-lahan (Purwati, 2001)

e) Batu Empedu

8

Page 9: makalah surveilans obesitas

Penderita obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih tinggi karena ketika tubuh

mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak tubuh, cairan empedu lebih banyak

diproduksi didalam hati dan disimpan dalam kantong empedu. Penyakit batu empedu lebih

sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel. Penurunan berat badan tidak akan

mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya membantu dalam pencegahannya. Sedangkan

untuk mengobati batu empedu harus menggunakan sinar ultrasonic maupun melalui

pembedahan (Andrianto, 1990).

f) Kanker

Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan obesitas akan beresiko terkena

kanker usus besar, rectum, dan kelenjar prostate. Sedangkan pada wanita akan beresiko

terkena kanker rahim dan kanker payudara.

Untuk mengurangi resiko tersebut konsumsi lemak total harus dikurangi. Pengurangan lemak

dalam makanan sebanyak 20 –25 % perkilo kalori merupakan pencegahan terhadap resiko

penyakit kanker payudara (Purwati, 2001).

II.5. FAKTOR YANG MENYEBABKAN OBESITAS SECARA LANGSUNG

a. Genetik

Yang dimaksud factor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya.

Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab kegemukan.

Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa factor genetic merupakan

factor penguat terjadinya kegemukan (Purwati, 2001). Menurut penelitian , anak-anak dari

orang tua yang mempunyai berat badan normal ternyata mempunyai 10 % resiko kegemukan.

Bila salah satu orang tuanya menderita kegemukan , maka peluang itu meningkat menjadi 40

–50 %. Dan bila kedua orang tuanya menderita kegemukan maka peluang factor keturunan

menjadi 70–80% (Purwati, 2001).

b. Hormonal

Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormone tiroid didalam tubuhnya akan

menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang. Terlebih

lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme basal tubuh, sehingga mempunyai

kecenderungan untuk meningkat berat badannya (Wirakusumah, 1997).Selain hormon tiroid

hormone insulin juga dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini dikarenakan hormone insulin

mempunyai peranan dalam menyalurkan energi kedalam sel-sel tubuh. Orang yang

mengalami peningkatan hormone insulin, maka timbunan lemak didalam tubuhnyapun akan

9

Page 10: makalah surveilans obesitas

meningkat. Hormon lainnya yang berpengaruh adalah hormone leptin yang dihasilkan oleh

kelenjar pituitary, sebab hormone ini berfungsi sebagai pengatur metabolisme dan nafsu

makan serta fungsi hipotalmus yang abnormal, yang menyebabkan hiperfagia (Purwati,

2001).

c. Obat-obatan

Saat ini sudah terdapat beberapa obat yang dapat merangsang pusat lapar didalam tubuh.

Dengan demikian orang yang mengkonsumsi obat-obatan tersebut, nafsu makannya akan

meningkat, apalagi jika dikonsumsi dalam waktu yang relative lama, seperti dalam keadaan

penyembuhan suatu penyakit, maka hal ini akan memicu terjadinya kegemukan (Purwati,

2001).

d.Asupan makan

Asupan makanan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi seseorang. Asupan Energi

yang berlebih secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (over

weight), dan obesitas. Makanan dengan kepadatan Energi yang tinggi (banyak mengandung

lemak dan gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan

sebagian besar keseimbangan energi yang positip ini (Gibney, 2009) Perlu diyakini bahwa

obesitas hanya mungkin terjadi jika terdapat kelebihan makanan dalam tubuh, terutama bahan

makanan sumber energi. Dan kelebihan makanan itu sering tidak disadari oleh penderita

obesitas (Moehyi, 1997). Ada tiga hal yang mempengaruhi asupan makan, yaitu kebiasaan

makan, pengetahuan, dan ketersediaan makanan dalam keluarga. Kebiasaan makan berkaitan

dengan makanan menurut tradisi setempat, meliputi hal-hal bagaimana makanan diperoleh,

apa yang dipilih, bagaimana menyiapkan, siapa yang memakan, dan seberapa banyak yang

dimakan. Ketersediaan pangan juga mempengaruhi asupan makan, semakin baik ketersediaan

pangan suatu keluarga, memungkinkan terpenuhinya seluruh kebutuhan zat gizi (Soekirman,

2000). Ketersediaan pangan sangat dipengaruhi oleh pemberdayaan keluarga dan

pemanfaatan sumberdaya masyarakat. Sedangkan kedua hal tersebut sangat dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan dan kemiskinan. Kecukupan gizi menurut Recommended dietary

Allowanie (RDA) tahun 1989 adalah banyaknya zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan

mencakup hampir semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,

aktifitas, berat badan, tinggi badan, genetic, dan keadaan hamil dan menyusui. Kecukupan

gizi yang dianjurkan berbeda dengan kebutuhan gizi (Karyadi, 1996). Kebutuhan energi total

untuk orang dewasa diperlukan untuk metabolisme basal, aktivitas fisik, dan efek makanan

10

Page 11: makalah surveilans obesitas

atau pengaruh dinamik khusus (SDA). Kebutuhan energi terbesar diperlukan untuk

metabolisme basal (Almatsier, 2005). Angka kecukupan protein (AKP) orang dewasa

menurut hasil penelitian keseimbangan nitrogen yaitu 0,75 gr/kg berat badan, berupa protein

patokan tinggi yaitu protein telur. Angka ini dinamakan safe level of intake atau taraf asupan

terjamin (Almatsier, 2005).

e.Aktivitas Fisik

Obesitas juga dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi juga

dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi. Beberapa hal

yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya berbagai fasilitas yang

memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas fisik menurun. Faktor lainnya

adalah adanya kemajuan teknologi diberbagai bidang kehidupan yang mendorong masyarakat

untuk menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat. Hal ini

menjadikan jumlah penduduk yang melakukan pekerjaan fisik sangat terbatas menjadi

semakin banyak, sehingga obesitas menjadi lebih merupakan masalah kesehatan (Moehyi,

1997).

II.6. FAKTOR YANG MENYEBABKAN OBESITAS SECARA TIDAK LANGSUNG

a. Pengetahuan gizi.

Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam menggunakan pangan dengan baik

sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang cukup Pengetahuan ibu dipengaruhi oleh

pendidikannya.Tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki sangat

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dengan berbekal pendidikan yang cukup, seseorang

akan lebih banyak memperoleh informasi dalam menentukan pola makan bagi dirinya

maupun keluarganya . Menurut Notoatmojo (1993), Pengetahuan merupakan hasil tahu dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan

diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain. Pengetahuan ibu tentang

kesehatan dan gizi mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikannya. Pengetahuan

tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal, namun juga dari informasi orang lain,

media massa atau dari hasil pengalaman orang lain.

b. Pengaturan Makan

Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat gizi tenaga, zat pembangun,

dan zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam waktu satu hari sesuai dengan kecukupan

11

Page 12: makalah surveilans obesitas

tubuhnya (Departemen Kesehatan RI, 1996). Makanan sumber karbohidrat kompleks

merupakan sumber energi utama. Bahan makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-

padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong ubi jalar dan kentang), dan bahan

makanan lain yang mengandung banyak karbohidrat seperti pisang dan sagu. Gula tidak

mengenyangkan tetapi cenderung dikonsumsi berlebih, konsumsi gula berlebihan

menyebabkan kegemukan. Oleh karena itu konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari

jumlah kecukupan energi atau 3-4 sendok makan setiap harinya. Konsumsi zat tenaga yang

melebihi kecukupan dapat mengakibatkan kenaikan berat badan, bila keadaan ini berlanjut

akan menyebabkan obesitas yang biasanya disertai dengan gangguan kesehatan lainnya.

Berat badan merupakan petunjuk utama apakah seseorang kekurangan atau kelebihan energi

dari makanan (Karyadi, 1996). Obesitas dapat terjadi jika konsumsi makanan dalam tubuh

melebihi kebutuhan, dan penggunaan energi yang rendah (Wirakusumah, 1997).

Beberapa penyebab yang menjadikan seseorang makan melebihi kebutuhan adalah :

1)Makan berlebih

Tidak bisa mengendalikan nafsu makan merupakan kebiasaan merupakan kebiasaan buruk,

baik dilakukan dirumah, restoran, saat pesta, maupun pada pertemuan-pertemuan. Apabila

sudah merasa kenyang, janganlah sekali-kali menambah porsi makanan meskipun makanan

yang tersedia sangat lezat. Faktor ini sangat berhubungan erat dengan rasa lapar dan nafsu

makan. Begitu juga saat terjadi stress (rasa takut, cemas), beberapa orang dalam

menghadapinya akan mengalihkan perhatiaannya pada makanan.

2)Kebiasaan mengemil makanan ringan

Mengemil adalah kebiasaan makan yang dilakukan di luar waktu makan, dan makanan yang

dikonsumsi berupa makanan kecil yang rasanya gurih, manis manis dan biasanya digoreng.

Bila kebiasaan ini tidak dikontrol akan dapat menyebabkan kegemukan, karena jenis

makanan tersebut termasuk tinggi kalori. Namun jika rasa lapar sulit untuk ditahan, maka

makanlah makanan yang rendah kalori dan tinggi serat seperti sayuran dan buah-buahan.

3)Suka makan tergesa-gesa

Makan secara terburu-buru akan menyebabkan efek kurang menguntungkan bagi pencernaan,

selain dapat mengakibatkan rasa lapar kembali. Begitu pula dengan kebiasaan mengunyah

makanan yang kurang halus. Padahal makan dengan tidak terburu-buru dan mengunyah

makanan yang halus akan memelihara kesehatan gigi dan gusi.

12

Page 13: makalah surveilans obesitas

4)Salah memilih dan mengolah makanan

Faktor ini biasanya disebabkan karena ketidaktahuan. Tetapi banyak juga orang yang

memilih makanan hanya karena prestise semata. Misalnya, banyak orang yang lebih memilih

makanan yang cepat saji, padahal makanan tersebut banyak mengandung lemak, kalori dan

gula yang berlebih, sedangkan kandungan seratnya rendah. Selain makanan tersebut,

masyarakat juga menyukai makanan goreng-gorengan ataupun yang bersantan. Padahal

minyak dan santan selain tinggi kalori, juga merupakan lemak yang mengandung ikatan

jenuh sehingga sulit untuk dipecah menjadi bahan bakar. Oleh karena itu, biasakanlah

memasak dengan cara membakar, merebus, mengukus, memanggang dan mengetim.

II.7. TRANSISI EPIDEMIOLOGI GIZI

Kesehatan adalah kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk memperoleh tubuh yang

sehat diperlukan makanan yang sehat dan bergizi. Makanan sehat dan bergizi akan

memberikan zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan fungsi tubuh dengan normal.

Pemilihan bahan makanan dan makanan yang tidak baik mengakibatkan tubuh kekurangan

zat-zat gizi esensial tertentu. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam tubuh ini akan memberikan

status gizi seseorang yaitu gizi baik/optimal, gizi kurang dan gizi lebih (arali, 2008).

Menurut Mariani (2011), Gizi baik/optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat

gizi dan digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan

otak, kemampuan untuk bekerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

Sedangkan gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi

esensial, hal ini dapat menyebabkan menurunnya pertahanan tubuh terhadap penyakit infeski

seperti diare. Sebaliknya gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah

berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis atau dapat membahayakan kesehatan. Gizi

lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energy yang dikonsumsi disimpan

dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan satu factor resiko terjadinya

berbagai penyakit degenerative seperti hipertensi, DM, jantng koroner, penyakit hati dan

kantong empedu.

Di Indonesia terdapat dua masalah gizi yang umumnya terjadi dimasyarakat yaitu

masih banyaknya masyarakat yang mengalami gizi kurang dan terjadinya peningkatan

masyarakat dengan gizi lebih. Gaya hidup masyarakat yang berubah membuat permasalahan

gizi mengalami perubahan baik dari segi bentuknya maupun akibat penyakit yang akan

13

Page 14: makalah surveilans obesitas

ditimbulkan. Transisi epidemiologi gizi ini membuat beberapa masyarakat mengalami gizi

lebih (over nutrition).

Disamping itu, jumlah orang yang mengalami gizi lebih juga semakin meningkat. Hal

ini dapat dilihat dari jumlah kasus penyakit degenerative. Penyakit degenerative adalah istilah

medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel

tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Penyakit yang masuk dalam kelompok

ini antara lain diabetes melitus, stroke, jantung koroner, kardiovaskular, obesitas,

dislipidemia dan sebagainya.

World Health Organization (WHO) menyatakan akan ada satu miliar orang di dunia,

khususnya di wilayah perkotaan yang di bayangi akan menderita obesitas atau kegemukan.

Jumlah ini juga di prediksi oleh WHO tetap akan meningkat pada 2015 mendatang dengan

jumlah penderita obesitas sebanyak 1,5 miliar orang. Hal ini di anggap wajar terjadi, pasalnya

masyarakat perkotaan yang hidup di bawah tuntutan ekonomi di paksa melupakan gaya hidup

yang sehat.

Kepadatan rutinitas merupakan satu faktor utama pergeseran masyarakat untuk

berolah raga dan makan makanan yang sehat (Pusat Promosi Kesehatan Departemen

Kesehatan, 2009). Menurut WHO, penyakit degenerative menjadi pembunuh manusia

terbesar. Angka kematian tertinggi ada di negara-negara dengan pendapatan nasional rendah

ataupun tinggi.

II.8. SURVEILANS GIZI

Surveilans gizi merupakan salah satu bagian dari surveilans epidemiologi masalah

kesehatan. Menurut Depkes RI (2008) Surveilans gizi adalah proses pengamatan berbagai

masalah yang berkaitan dengan upaya perbaikan gizi masyarakat secara terus-menerus

baikpada situasi normal maupun darurat dan informasi yang dihasilkan dapat digunakan

untuk pengambilan keputusan dalam rangka mencegah memburuknya status gizi masyarakat,

menentukan intervensi yang diperlukan, manajemen program, dan evaluasi dari program

yang sedang dan telah dilaksanakan.

Sedangkan menurut NAS (National Academy of Science) dalam Adi dan Mukono

(2000) surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan terhadap status gizi yang bertujuan agar

pengambilan keputusan dalam penentuan kebijakan dan program dapat terarah kepada

perbaikan gizi masyarakat golongan miskin. Informasi harus dikumpulkan secara teratur dan

14

Page 15: makalah surveilans obesitas

harus digunakan oleh para penentu kebijakan dan perencana program. Institusi yangterlibat

harus mempunyai hubungan yang erat dengan mekanisme perencanaan dan intervensi.

Surveilans gizi berbeda dengan surveilans penyakit pada umumnya. Meskipun antara

keduanya memiliki kesamaan dalam hal kegiatan mengumpulkan informasi untuk kebijakan

program dan tindakan, tetapi terdapat beberapa perbedaan yang menjadi ciri tersendiri dari

surveilans gizi. Beberapa perbedaan tersebut antara lain (Adi dan Mukono 2000):

1. Masalah yang dihadapi oleh kegiatan surveilans gizi lebih rumit dari surveilans penyakit.

Hal ini disebabkan masalah gizi mempunyai penyebab yang multi faktor dan sangat erat

kaitannya dengan masalah kemiskinan.

2. Identifikasi gejala dan cara penanggulangan masalah gizi lebih sulit dari pada masalah

penyakit

3. Dalam penanganan masalah gizi jauh lebih sulit dibandingkan dengan masalah penyakit

karena dalam penggulangan masalah gizi melibatkan lintas sektor yang lebih luas.

Syarat pertama dari kegiatan surveilans adalah pengumpulan informasi secara teratur.

Dengan demikian, suatu pengkajian yang tidak didasarkan atau dikaitkan dengan data yang

dikumpulkan secara periodik tidak disebut sebagai suatu surveilans. Syarat kedua adalah data

yang dikumpulkan secara periodik dan setelah dianalisis harus dapat digunakan sebagai

bahan pengambilan keputusan dalam pengelolaan program perbaikan gizi masyarakat.

Oleh karena itu, data yang dikumpulkan harus merupakan data yang bersifat tetap dan

siap untuk digunakan sesuai tujuan tersebut. Disamping itu harus terdapat hubungan yang

erat antara instansi-instansi yang bertanggung jawab dalam hal surveilans dan perencanaan

atau penentu kebijakan (Adi dan Mukono 2000).

II.9. TUJUAN SURVEILANS GIZI

Sebagai sebuah sistem, surveilans gizi merupakan suatu proses berkelanjutan yang

mempunyai tujuan sebagai berikut (Adi dan Mukono 2000):

1. Menentukan status gizi penduduk dengan merujuk secara khusus pada kelompok penduduk

yang diketahui sedang dalam keadaan menderita atau berisiko. Penentuan status gizi tersebut

meliputi tanda-tanda dan luasnya masalah gizi yang ada dan gambaran tentang trend kejadian

15

Page 16: makalah surveilans obesitas

Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk menganalisa tentang sebab-sebab dan

faktor-faktor yang terkait. Hasil kajian tersebut digunakan dalam menentukan tindakan

pencegahan yang dilaksanakan.

2. Menyediakan informasi bagi pemerintah untuk menentukan prioritas yang sesuai dengan

tersedianya sumber daya dalam memperbaiki status gizi penduduk baik dalam situasi normal

maupun darurat.

3. Memberikan peramalan tentang perkembangan masalah gizi yang akan datang berdasarkan

analisis perkembangan (trend) yang telah dan sedang terjadi dan dilengkapi dengan informasi

tentang potensi kemampuan dan sumber daya yang tersedia. Hasil dari peramalan tersebut

akan membantu perumusan kebijakan yang tepat.Melakukan pemantauan (monitoring)

program-program gizi serta menilai (evaluasi) tentang efektifitasnya.

II.10. KEGIATAN SURVEILANS GIZI

Kegiatan surveilans dapat dilaksanakan melalui beberapa tahapan tergantung pada

kebutuhan-kebutuhan yang spesifik (Adi dan Mukono 2000):

Penilaian Pendahuluan

Sebelum menentukan desain suatu sistem surveilans gizi, maka perlu terlebih dahulu

dilakukan penilaian keadaan dan kondisi suatu tempat. Penilaian ini mencakup beberapa hal

berikut:

1. Jenis, tingkat dan waktu terjadinya masalah gizi

Penilaian terhadap masalah gizi yang meliputi jenis, tingkat keparahan dan juga waktu

terjadinya harus sedapat mungkin berdasarkan pengambilan sampel yang memenuhi syarat

statistik dan mencakup penduduk dengan resiko masalah gizi yang paling gawat. Hasil

penilaian akan sangat berguna jika dapat membedakan kelompok-kelompok beresiko

menurut pola waktu, misalnya kejadian berulang (insiden siklis) dan kejadian tak tentu

(insiden acak).

2. Pengenalan dan penggambaran kelompok-kelompok yang khusus mempunyai resiko

Proses untuk mengenal dan menggambarkan sifat-sifat kelompok resiko dimulai dengan

menggambarkan kelompok berisiko. Sebagai contoh adalah Balita yang hidup di suatu daerah

yang mempunyai curah hujan rata-rata tahunan rendah. Makanan terutama berasal dari hewan

peliharaan. Contoh lain adalah anak-anak dari penduduk yang bermigrasi ke daerah perkotaan

16

Page 17: makalah surveilans obesitas

dan orang tuanya tidak bekerja. Suatu pendekatan dalam menggambarkan kelompok berisiko

dapat digunakan tiga klasifikasi berikut ini:

a. Keadaan biologis, meliputi: umur, jenis kelamin, status faal (hamil), penyakit menular atau

gangguan kesehatan lain.

b. Situasi fisik, meliputi: jenis daerah (kota/desa), ekologi, jenis pangan, geografis, sanitasi

dan penyakit endemis.

c. Sosio-ekonomis dan budaya, meliputi: kelompok etnis atau budaya, pekerjaan, pelayanan

kesehatan.

Ketelitian dalam mengenal dan menggambarkan kelompok berisiko sangat tergantung pada

kecermatan analisis terhadap keterangan yang tersedia. Keterangan yang dihasilkan dari

sistem surveilans gizi akan membantu dalam identifikasi kelompok berisiko sehingga

penggambaran tersebut menjadi lebih tepat.

II.11. INDIKATOR YANG DIGUNAKAN DALAM SURVEILANS GIZI

Setelah dilaksanakan penilaian pendahuluan tentang masalah gizi yang akan dihadapi

oleh suatu sistem surveilans gizi, maka langkah berikutnya adalah mempertimbangkan dan

memilih indikator-indikator yang akan digunakan dalam sistem tersebut.

Dalam menentukan suatu indikator darus dipertimbangkan beberapa hal berikut:

a. Mudah dalam melakukan pengukuran

Data yang dapat dikumpulkan dengan mudah dengan peralatan yang minimal dan sedikit

memerlukan pengolahan serta dapat dianalisis dengan mudah lebih baik dari pada data yang

memerlukan metode yang rumit dalam pengumpulan maupun interpretasinya.

b. Kecepatan dan frekuensi ketersediaan data

Bila data yang dihasilkan bersifat berkesinambungan, maka indikatornya mempunyai

kelebihan dalam hal waktu. Hal ini sangat penting bagi penemuan dini perubahan yang

mungkin

terjadi. Nilai indikator dapat ditingkatkan dengan semakin seringnya frekuensi pengumpulan

data, tetapi harus dipertimbangkan tambahan biaya yang diperlukan.

c. Biaya

17

Page 18: makalah surveilans obesitas

Biaya dalam pengumpulan data merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam

memilih indikator yang akan dipergunakan. Dana berkaitan erat dengan sifat-sifat indikator

diatas. Oleh karena itu harus diperhatikan dengan seksama keseimbangan antara nilai data

dan biaya untuk mencapainya.

II.12. SUMBER DATA SURVEILANS GIZI

Pada penilaian pendahuluan data yang telah dikumpulkan dapat dipergunakan untuk

menggambarkan kelompok berisiko. Pada waktu yang bersamaan sumber data lain yang ada

harus pula diidentifikasi sambil menentukan syarat-syarat sebuah sumber data. Sumber data

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Data yang dicatat belum lama berselang atau tersedia secara potensial dalam rangka sistem

pengumpulan yang sedang dilaksanakan.

b. Data tambahan/baru yang didapat melalui dinas-dinas yang ada (dinas pertanian,

kesehatan, pendidikan, dan sebagainya).

Tipe-tipe data dari sumber yang ada dan biasa digunakan dalam sistem surveilans gizi dapat

diperlihatkan pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Sumber Data dan Variabel Surveilans Gizi

No SumberVariabel

Actual Potensial

1 Klinik kesehatan BB, TB, umur,

prevalensi

penyakit, cakupan

imunisasi

Pekerjaan, jarak

klinik

2 Sekolah BB, TB, umur Jarak sekolah

dari rumah

3 Laporan administrasi Angka kelahiran

dan kematian

Pekerjaan, BB

lahir

4 Sensus, demografi, perumahan, Demografi, sosial

18

Page 19: makalah surveilans obesitas

pertanian ekonomi, petanian,

lingkungan

5 Survey rumah tangga Variabel sosial

ekonomi

BB,TB, umur

6 Laporan pertanian Produksi pertanian

(hasil, area)

Sumber daya

pertanian

Prinsip Umum Pelaksanaan Surveilans Gizi

WHO (2002) menjelaskan bahwa prinsip umum pelaksanaan surveilans terdiri dari kegiatan

pengumpulan data dari kejadian dan peristiwa kesehatan yang terjadi dimasyarakat kemudian

dilakukan analisis dan interpretasi terhadap data yang telah dikumpulkan untuk menghasilkan

informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan intervensi yang akan dilakukan

terhadap keadaan yang terjadi. Kegiatan umpan balik (feedback) dari informasi yang

dihasilkan kepada unit pelapor dilakukan guna pengambilan keputusan di daerah masing-

masing.

II.13. PENANGANAN PADA PENDERITA OBESITAS

a. Pengukuran tingkat Obesitas

Untuk mengetahui tingkat kegemukan seseorang, umumnya dilakukan pengukuran lermak

tubuh dengan berbagai cara antara lain:

1. Pinch Test

Pengukuran lernak dilakukan dengan mencubit lipatan lemak dibawah kulit pada lengan

belakang (triceps) menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, selanjutnya mintalah orang lain me

ngukur ketebalan lemak pada cubitan tersebut menggunakan mistar, atau menggunakan alat

yang berupa Skin Fold calipers. Apabila ketebalan lemak mencapai 3 cm, atau lebih berarti

yang bersangkutan termasuk kategori gemuk.

2. Rasio Pinggang panggul

Pengukuran ini dilakukan dengan membandingkan lingkar pinggang dengan lingkar panggul,

jika diperoleh angka 0,6 berarti ukuran tubuh sangat ideal, mamun jika diperoleh angka 0,8

atau lebih, berarti kegemukan dan berpotensi terkena gangguan kesehatan,misalnya

hipertensi, sakit jantung dll.

19

Page 20: makalah surveilans obesitas

3. Mengukur ketebalan lemak

Pengukuran obesitas secara lebih akurat dapat dilakukan dengan mengukur ketebalan lemak

di beberapa bagian tubuh mengggunakan fat kalipers (Skin Fold calipers), pada urnumnya 4

tempat yakni biceps, triceps, subscapula dan suprailliaca.

4. Mengukur tubuh idealnya

Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui ukuran ideal seseorang. Ukuran tubuh seseorang

biasanya dikaitkan rasio antara lean body fat (lemak) dengan lean body mass ( otot dan

tulang), semakin tinggi prosentase lemak tubuh, semakin kurang ideal dan memiliki

kecendrungan menderita obesitas. Seseorang Pria dikategorikan bertubuh normal jika

memiliki lemak tubuh 15%-20% sedang putri 20%-25%.

b. Terapi fisik

1. Diet Perampingan

Pengaturan makan (diet) untuk merampingkan tubuh yang aman adalah dengan cara

mengurangi asupan makan 25 % dan kebutuhan energi sehari-hari ( calori expenditure).

Besarnya kebutuhan energi/hari dapat dihitung dengan menambahkan BMR(Basal Metalik

Rate) dengan faktor aktivitas. BMR adalah energi minimal yang diperlukan seseorang/hari,

untuk orang dewasa besarnya BMR = Bearat badan (KG) X 1 Kalori X 24 Jam.

2. Olahraga

Olahraga merupakan latihan yang paling efektif untuk mengurangi obesitas yang berfungsi

membakar lemak tubuh, untuk itu ciri-ciri, takaran, jenis dan model latihan olahraganya

adalah sebagai berikut :

a. Ciri-ciri gerak melibatkan otot besar, dilakukan secara kontinyu dengan gerakan ritmis.

b. Takaran latihan : intensitasnya 65 % - 75 % detak jantung maksimal, durasi 20-60 menit,

Frekuensi 3-5 kali/minggu. Dengan intensitas 65%-75% akan terjadi penurunan berat badan

secara optimal, sebab lebih dan 50 energi yang diperlukan untuk aktivitas berasal dan

pembakaran lemak tubuh dan setiap berlatih pembakaran lemak yang aman adalah 500-1000

kalori.

c. Jenis latihannya adalah latihan aerobik.

20

Page 21: makalah surveilans obesitas

d. Model Iatihannya dapat dipilih antara lain jalan, jogging, bersepeda, renang, dan semam

aerobic. Berbagai model latihan tersebut dapat di kerjakan di alam terbuka atau di pusat-pusat

kebugaran. Agar Penurunan berat badan untuk mengatasi obesitas dapat optimal, selain

latihan diatas perlu dilengkapi dengan latihan beban untuk mengencangkan otot-otot tubuh

dengan takaran 15 repetisi, di kerjakan sebanyjak 2-3 set untuk setiap otot recovery 30 detik

antar set.

3. Terapi Psikologis

a. Dengan menggunakan CBT ( Cognitif Behavioral Treatment) terapi ini dapat digunakan

seperti halnya dalam mengatasi bulimia nervosa. Terapi kognitif-perilaku (CBT) merupakan

terapi yang mendasarkan pada teori kognitif perilaku yang menekankan pada kesaling

terkaitan antara pikiran, perasaan dan perilaku, Menurut teori ini psikopatologi terjadi bila

terdapat ketidak sesuaian antara tuntutan-tuntutan lingkungan dengan kapasitas adaptif

individu. Teoari ini sangat efektif karena penderita telah memiliki kesadaran bahwa mereka

memiliki berat badan yang berlebih, pola makan yang tidak normal. Namun mereka tidak

berdaya untuk mengendalikan dorongan makan pada saat perut terasa lapar sehingga

diperlukan penyadaran pikiran dan perasaan agar subjek mampu mengenali dan kemudian

mengevaluasi atau rnengubah cara berfikir, keyakinan dan perasaannya (mengenali diri

sendiri dan lingkungan) yang salah, dapat mengubah perilaku maladaptive dengan cara

mempelajari ketrampilan pengendalian diri dan staregi pemecahan masalah yang efektif

(Okun, 1990). Misalnya subjek diminta untuk melakukan latihan-latihan menantang pikiran

yang negative seperti membandingkan gambar-gambar wanita atau pria yang mempunyai

tubuh gemuk dan yang mempunyai tubuh ramping dengan tujuan mernbangkitkán persepsi

yang berhubungan dengan body image-nya.

b. Self Monitoring

Self monitoring ini berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya dalam hal ini adalah

keluarga dan terapis. Keluarga berhubungan dengan pengaturan segala jenis makanan yang

dikonsumsi, pengatur waktu makan dan aktivitas diri. serta keluarga berperan dalam

meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri. Sedangkan terapis berperan dalam mengontrol

kemajuan-kemajuan selama perlakuan diberikan dan target-target yang harus dicapai oleh

penderita.

21

Page 22: makalah surveilans obesitas

BAB III

PENUTUP

III.1. KESIMPULAN

1. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai oleh penimbunan

jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan.

2. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obes) yang

disebabkan penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak khusus yang disimpan

tubuh) secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki

berat badan yang lebih berat dibandingkan berat idealnya yang disebabkan terjadinya

penumpukan lemak di tubuhnya.

3. Surveilans gizi adalah proses pengamatan berbagai masalah yang berkaitan dengan

upaya perbaikan gizi masyarakat secara terus-menerus baikpada situasi normal

maupun darurat dan informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk pengambilan

keputusan dalam rangka mencegah memburuknya status gizi masyarakat, menentukan

intervensi yang diperlukan, manajemen program, dan evaluasi dari program yang

sedang dan telah dilaksanakan.

22

Page 23: makalah surveilans obesitas

III.2. SARAN

Perubahan pola kesehatan dan pola penyebab kematian mengakibatkan munculnya

masalah gizi baru, tidak hanya maslah gizi kurang, namun masalah gizi lebih juga menjadi

prioritas yag harus diselesaikan. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan pola gaya hidup

yang lebih baik, untuk mengatasi masalah gizi. Perlu juga adanya upaya perbaikan gizi

masyarakat oleh pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

”Diagnosis Tata Laksana dan Remaja”. 2014. Ukk Nutrisi dan Penyakit Metabolisme,

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses Tanggal 11 Desember 2015.

“Draft Pedoman Surveilans Penyakit Tidak Menular (12 Desember 2013)”. 2013.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jederal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan , Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak

Menular 2013. Diakses Tanggal 11 Desember 2015.

“Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas Pada Anak Sekolah”.

2012. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses Tanggal 11 Desember

2015.

Permatasari, Ika Rosaria Indah. 2013. “Analisa Riwayat Orangtua Sebagai Faktor Resiko

Obesitas Pada Anak SD di Kota Manado”. Jurnal Keperawatan. Program Studi Ilmu

Keperawatan FK Universitas Sam Ratulangi Manado: Vol 1, No 1, Agustus 2013.

23

Page 24: makalah surveilans obesitas

Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2011. “Faktor Resiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun di

Indonesia”. Jurnal Kesehatan. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UI: Vol

15, No 1, Juni 2011.

Wijayanti, Dewi Nur. 2013. “Analisis Faktor Penyebab Obesitas dan Cara Mengatasi

Obesitas Pada Remaja Putri” (skripsi). Semarang: Jurusan Ilmu Keolahragaan,

Fakultas Ilmu Keolahragaan, universitas Negeri Semarang.

24