makalah surveilans epidemiologi

32
2.1 Pengertian, Tujuan Dan Jenis Surveilans Epidemiologi 2.1.1 Pengertian Surveilans Surveilans adalah upaya/ sistem/ mekanisme yang dilakukan secara terus menerus dari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data spesifik yang digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program ( Manajemen program kesehatan) Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang berbeda. Pertama, surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus terhadap faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan keadaan sehat atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan, analisis, penafsiran, dan penyebaran data yang terkait, dan dianggap sangat berguna untuk penanggulangan dan pencegahan secara efektif. Definisi yang demikian luas itu mirip dengan surveilans pada sistem informasi kesehatan rutin, dan karena itu keduanya dapat dianggap berperan bersama-sama. Kedua yaitu menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk menanggulangi masalah kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran penyakit menahun suatu bencana alam. Sistem surveilans ini sering dikelola dalam jangka waktu yang terbatas dan terintegrasi secara erat dengan pengelolaan program intervensi kesehatan. Bila informasi tentang insidens sangat dibutuhkan dengan segera, sedangkan sistem informasi rutin tidak dapat diandalkan maka sistem ini dapat digunakan. (Vaughan, 1993).

Upload: ares-balalembang

Post on 26-Dec-2015

309 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

epidiomologi

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Surveilans Epidemiologi

2.1  Pengertian, Tujuan Dan Jenis Surveilans Epidemiologi

2.1.1 Pengertian Surveilans

Surveilans adalah  upaya/ sistem/ mekanisme yang dilakukan secara terus menerus

dari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data spesifik yang digunakan

untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program ( Manajemen program kesehatan)

Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang berbeda.

Pertama, surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus terhadap

faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan keadaan sehat

atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan, analisis, penafsiran, dan penyebaran data

yang terkait, dan dianggap sangat berguna untuk penanggulangan dan pencegahan secara

efektif. Definisi yang demikian luas itu mirip dengan surveilans pada sistem informasi

kesehatan rutin, dan karena itu keduanya dapat dianggap berperan bersama-sama.

Kedua yaitu menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk menanggulangi

masalah kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran penyakit menahun suatu

bencana alam. Sistem surveilans ini sering dikelola dalam jangka waktu yang terbatas dan

terintegrasi secara erat dengan pengelolaan program intervensi kesehatan. Bila informasi

tentang insidens sangat dibutuhkan dengan segera, sedangkan sistem informasi rutin tidak

dapat diandalkan maka sistem ini dapat digunakan. (Vaughan, 1993).

Menurut WHO :

Surveilans adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan

terus menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak – pihak yang perlu

mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.(Last, 2001 dalam Bhisma Murti,

2003 )

b. Menurut Centers for Disease Control ( CDC ), 1996.

Surveilans adalah : Pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis

dan terus menerus,  yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya

kesehatan masyarakat, dipadukan dengan  desiminasi data secara tepat waktu kepada pihak –

pihak yang perlu mengetahuinya.

Page 2: Makalah Surveilans Epidemiologi

Defenisi Surveilans epidemiologi adalah pengumpulan dan pengamatan secara

sistematik berkesinambungan, analisa dan interprestasi data kesehatan dalam proses

menjelaskan dan memonitoring kesehatan dengan kata lain surveilans epidemiologi

merupakan kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek

kejadian penyakit dan kematian akibat penyakit tertentu, baik keadaan maupun

penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan

penanggulangan. (Noor,1997). Surveilans epidemiologi adalah pengamatan yang terus

menerus atas distribusi, dan kecenderungan suatu penyakit melalui pengumpulan data yang

sistematis agar dapat ditentukan penanggulangannya yang secepat-cepatnya (Gunawan,

2000).

Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus

menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang

mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar

dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses

pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada

penyelenggara program kesehatan.

Ada beberapa definisi surveilans, diantaranya adalah :

Menurut The Centers for Disease Control, surveilans kesehatan masyarakat adalah :

The ongoing systematic collection, analysis and interpretation of health data essential to the

planning, implementation, and evaluation of public health practice, closely integrated with

the timely dissemination of these data to those who need to know. The final link of the

surveillance chain is the application of these data to prevention and control

Menurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah : “Pengumpulan data

epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam bidang

penanggulangan penyakit, yaitu :

1. Perencanaan program pemberantasan penyakit. Mengenal epidemiologi penyakit berarti

mengenal masalah yang kita hadapi. Dengan demikian suatu perencanaan program

dapat diharapkan akan berhasil dengan baik.

2. Evaluasi program pemberantasan penyakit. Bila kita tahu keadaan penyakit sebelum ada

program pemberantasannya dan kita menentukan keadaan penyakit setelah program ini,

Page 3: Makalah Surveilans Epidemiologi

maka kita dapat mengukur dengan angka-angka keberhasilan dari program

pemberantasan penyakit tersebut.

3. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah. Suatu sistem surveilans yang

efektif harus peka terhadap perubahan-perubahan pola penyakit di suatu daerah

tertentu. Setiap kecenderungan peningkatan insidens, perlu secepatnya dapat

diperkirakan dan setiap KLB secepatnya dapat diketahui. Dengan demikian suatu

peningkatan insidens atau perluasan wilayah suatu KLB dapat dicegah”.

Menurut Nur Nasry Noor (1997), surveilans epidemiologi adalah : “Pengamatan

secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan

maupun penyabarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan

penanggulangannya”.

Jadi, surveilans epidemiologi.

Merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta faktor

determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit atau perubahan

jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti kondisi tanpa gejala tetapi telah

terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya orang terpapar HIV, terpapar logam berat,

radiasi dsb. Sementara masalah kesehatan adalah masalah yang berhubungan dengan

program kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor

determinan adalah kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah

kesehatan.

Merupakan kegiatannya yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Sistematis

melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi

sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus menerus menunjukkan bahwa

kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan setiap saat sehingga program atau unit yang

mendapat dukungan surveilans epidemiologi mendapat informasi epidemiologi secara

terus menerus juga.

2.1.2 Tujuan Surveilans

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan

populasi, sehingga penyakit dan factor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons

pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. 

Page 4: Makalah Surveilans Epidemiologi

Tujuan khusus surveilans: 

a. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit; 

b. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak;

c. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden)

pada populasi;

d. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi,

monitoring, dan evaluasi program kesehatan; 

e. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;

f. Mengidentifikasi kebutuhan riset. (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002)

Gambar dibawah ini menyajikan contoh penggunaan surveilans untuk mendeteksi outbreak di

sentri. Grafik yang menghubungkan periode waktu pada sumbu X dengan insidensi kasus pen

yakit pada sumbu Y dapat digunakan untuk memonitor dan mendeteksi outbreak. Kecurigaan 

outbreak terjadi pada kuartal ke 4 tahun 2008, ketika insidensi mencapai 3 kali rata-rata per k

uartal.

Surveilans dapat juga digunakan untuk memantau efektivitas program kesehatan. Gambar

5.3. menyajikan contoh penggunaan surveilans untuk memonitor performa dan efektivitas pro

gram pengendalian TB. Perhatikan, dengan statistik deskriptif sederhana surveilans mampu m

emberikan informasi tentang kinerja program TB yang meningkat dari tahun ke tahun, baik ju

mlah kasus TB yang dideteksi, ketuntasan pengobatan kasus, maupun kesembuhan kasus. Per

hatikan pula peran penting data time-series dalam analisis data surveilans yang dikumpulkan 

dari waktu ke waktu dengan interval sama.

2.1.3 Jenis Surveilans

Dikenal beberapa jenis surveilans:

1. Surveilans Individu

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu

yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus,

demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional

Page 5: Makalah Surveilans Epidemiologi

segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai

contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang –

orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular

selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa

inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).

Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan

SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total

membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa

inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial

membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan

dan tingkat bahaya transmis  penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah

penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan

tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.

Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal,

politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-

langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan

Upshur, 2007).

2. Surveilans Penyakit

Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus

terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis,

konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan

lainnya. Jadi focus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak

negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertical (pusat-

daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari

sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara

dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program

surveilans penyakit vertical yang berlangsung parallel antara satu penyakit dengan penyakit

lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk

sumberdaya masing-masing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan

inefisiensi.

3. Surveilans Sindromik

Page 6: Makalah Surveilans Epidemiologi

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-

menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit.

Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun

populasi yang bias diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik

mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau

temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi

laboratorium tentang suatu penyakit.

Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun

nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan

kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip

influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam

surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan

definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan

mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis

kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor

aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat

memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrument untuk memonitor krisis

yang tengah berlangsung. (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006)

Suatu system yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas

kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans

sentinel. Pelaporan sampel melalui system surveilans sentinel merupakan cara yang baik

untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.

(DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010)

4. Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor

penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti

salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri

tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada

system yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik. (DCP2, 2008)

5. Surveilans Terpadu

Page 7: Makalah Surveilans Epidemiologi

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan

surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah

pelayanan public bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia

yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan

pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan

perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu. (WHO, 2001, 2002; Sloan et

al., 2006).

 Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: 

a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services); 

b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk; 

c. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural; 

d. Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,

pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan

dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya);

e. Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun

menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang

berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda. (WHO, 2002)

6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan

binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara.

Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan Negara

maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemic global (pandemi) khususnya

menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para

praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit

menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-

emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases),

seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif

melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan

ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008)

2.2 Prinsip, Fungsi, Dan Langkah Surveilans Epidemiologi

Page 8: Makalah Surveilans Epidemiologi

2.2.1 Prinsip

Prinsip Surveilans Epidemiologi

a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.

Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana

pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan

petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap

penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara

dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok high risk;

Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi;

Pencatatan kejadian penyakit; dan KLB.

b. Pengelolaan data

Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih

perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah

dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data

tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.

c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan

Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan

interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam

masyarakat.

d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik

Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas

dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada

semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana

mestinya.

e. Evaluasi

Page 9: Makalah Surveilans Epidemiologi

Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk

perencanaan, penanggulangan khusus serta program  pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak

lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan

pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.

2.2.2 Fungsi

Kegunaan surveilans epidemiologi

1. Mendeteksi perubahan masalah kesehatan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan

tindakan kontrol atau preventif terhadap perubahan tersebut.

2. Deteksi perubahan lingkungan/vector yang dianggap dapat menimbulkan penyakit pada

populasi.

3. Mutlak digunakan pada program-program pemberantasan penyakit menular sebagai

dasar perencanaan, monitoring dan evaluasi program.

4. Menilai kejadian penyakit pada populasi seperti insidensi atau prevalensi.

5. Data surveilans dapat digunakan untuk perencanaa dan pelaksanaan program kesehatan.

Manfaat surveilans epidemiologi

Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya

pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan

pada setiap upaya kesehatan masyarakat baik upaya pencegahan maupun pemberantasan

penyakit menular. Secara garis besar, tujuan surveilans epidemiologi yaitu:

1. Mengetahui distribusi geografis penyakit endemis dan penyakit yang dapat menimbulkan

epidemic.

2. Mengetahui perioditas suatu penyakit.

3. Menentukan apakah terjadi peningkatan insidensi yang disebabkan oleh kejadian luar

biasa atau karena perioditas penyakit.

4. Mengetahui situasi suatu penyakit tertentu.

5. Memperoleh gambaran epidemiologi tentang penyakit tertentu.

6. Melakukan pengendalian penyakit.

7. Mengetahui adanya pengulangan outbreak yang pernah menimbulkan endemic.

8. Pengamatan epidemiologi terhadap influenza untuk mengetahui adanya tipe baru dari

virus influenza.

Page 10: Makalah Surveilans Epidemiologi

2.2.3 Langkah

Langah-langkah dalam surveilans sangat di butuhkan agar kita mendapatkan hasil

yang diinginkan dan tepat penggunaannya. Terdapat beberapa langkah-langkah dalam

suerveilans epidemiologi, antara lain yaitu:

1. Perencanaan surveilans

Perencanaan kegiatan surveilans dimulai membuat kerangka kegiatan surveilans

yaitu dengan penetapan tujuan surveilans, dilanjutkan dengan penentuan definisi kasus,

perencanaan perolehan data, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan mekanisme

penyebarluasan informasi.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses data

selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologi yang dilaksanakan

secara teratur dan terus-menerus dan dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat

bersifat pasif yang bersumber dari Rumah sakit, Puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang

diperoleh dari kegiatan survey.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap

orang-orang yang dianggap penderita malaria atau population at risk melalui kunjungan

rumah (active surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana pelayanan

kesehatan yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan bulanan Puskesmas desa

dan Puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan harian dari

laboratorium dan laporan dari masyarakat serta petugas kesehatan lain (passive surveillance).

Atau dengan kata lain, data dikumpulkan dari unit kesehatan sendiri dan dari unit kesehatan

yang paling rendah, misalnya laporan dari Pustu, Posyandu, Barkesra, Poskesdes.

Proses pengumpulan data diperlukan system pencatatan dan pelaporan yang baik.

Secara umum pencatatan di Puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien dan kegiatan

luar gedung. Sedangkan pelaporan dibuat dengan merekapitulasi data hasil pencatatan dengan

menggunakan formulir tertentu, misalnya form W1 Kejadian Luar Biasa (KLB) , form W2

(laporan mingguan) dan lain-lain.

3. Pengolahan dan penyajian data

Page 11: Makalah Surveilans Epidemiologi

Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel,

grafik (histogram, polygon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan computer

sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan

menggunakan program (software).

4. Analisis data

Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena akan

dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan pencegahan dan

penanggulangan penyakit. Kegiatan ini menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti

rate, proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksi penyakit.

Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data bulanan

atau tahun-tahun sebelumnya, sehingga diketahui ada peningkatan atau penurunan, dan

mencari hubungan penyebab penyakit malaria dengan factor resiko yang berhubungan

dengan kejadian malaria.

5. Penyebarluasan informasi

Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ketingkat atas maupun ke bawah. Dalam

rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan masyarakat juga

menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk diperlukan informasi yang informative agar mudah

dipahami terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan.

Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang mudah

dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan, upaya

pengendalian serta evaluasi program yang dilakukan. Cara penyebarluasan informasi yang

dilakukan yaitu membuat suatu laporan hasil kajian yang disampaikan kepada atasan,

membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan, membuat suatu tulisan di majalah

rutin, memanfaatkan media internet yang setiap saat dapat di akses dengan mudah.

6. Umpan balik

Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat menerima

laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit kesehatan yang

melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan mengetahui bahwa laporannya

telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan member petunjuk tentang laporan yang

diterima. Kemudian mengadakan umpan balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan benar

Page 12: Makalah Surveilans Epidemiologi

pengisiannya. Cara pemberian umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada

saat pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi.

Bentuk dari umpan balik bias berupa ringkasan dari informasi yang dimuat dalam

bulletin (news letter) atau surat yang berisi pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan yang

dilaporkan atau berupa kunjungan ke tempat asal laporan untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya. Laporan perlu diperhatikan waktunya agar terbitnya selalu tepat pada waktunya,

selain itu bila mencantumkan laporan yang diterima dari eselon bawahan, sebaliknya yang

dicantumkan adalah tanggal penerimaan laporan.

7. Investigasi penyakit

Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih dahulu

dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit malaria. Dengan investigator

membawa ceklis/format pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam hal ini

adalah penyakit malaria dan bahan untuk pengambilan sampel di laboratorium. Setelah

melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan bahwa benar-benar telah terjadi

Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria yang perlu mengambil tindakan atau sebaliknya.

8. Tindakan penanggulangan

Tindakan penanggulangan yang dilakukan melalui pengobatan segera pada penderita

yang sakit, melakukan rujukan penderita yang tergolong berat, melakukan penyuluhan

mengenai penyakit malaria kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak

tertular penyakit atau menghindari penyakit tersebut, melakukan gerakan kebersihan

lingkungan untuk memutuskan rantai penularan.

9. Evaluasi data sistem surveilans

Program surveilans sebaiknya dinilai secara periodic untuk dapat dilakukan evaluasi

manfaat kegiatan surveilans. Sistem dapat berguna apabila memenuhi salah satu dari

pernyataan berikut:

a. Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan dan mengidentifikasi

perubahan dalam kejadian kasus.

b. Apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemic kejadian kasus di wilayah

tersebut.

Page 13: Makalah Surveilans Epidemiologi

c. Apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya morbiditas

dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di wilayah tersebut.

d. Apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang

berhubungan dengan kasus atau penyakit.

e. Indikator surveilans

Indikator surveilans meliputi:

- Kelengkapan laporan. 

- Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi yang dapat dihasilkan.

- Terdistribusinya berita epidemiologi lokal dan nasional.

- Pemanfaatan informasi epidemiologi dalam manajemen program kesehatan.

- Meningkatnya kajian Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) penyakit.

2.3 Hambatan yang terjadi dalam surveilans epidemiologi

Ada beberapa hambatan surveillans epidemiologi, dintaranya:

1) Kerjasama lintas sektoral

            Surveillens epidemiologi harus bekerjasama dengan berbagai sektor yang berkaitan

dengan kesehatan, kerjasama tersebut membutuhkan partisipasi yang penuh untuk tecapainya

pemecahan masalah kesehatan, kadang kala sektor yang lain mempunyai pertisipasi yang

rendah dalam kerjasama lintas sektoral tersebut.

2) Partisipasi masyarkat rendah

            Surveillens epidemiologi yang memang menangani masalah kesehatan masyrakat

eharusnya benar-benar menggali informasi dari masyarakat dan penanganannyapun hasrus

dengan masyarakat, sering dijumpai partsipasi masyarakat dalam pengambilan informasi dari

petugas kesehatan berbelitbelit dan cenderung enutup-nutupi.

3) Sumber daya

                        Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah sumber daya

manusia. Hambatan yang berhasil di identifikasi berdasarkan persepsi renponden adlah

sebagai berikut ;

Page 14: Makalah Surveilans Epidemiologi

- Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE

- Banyaknya tugas rangkap.

- Sarana Komputer, biasanya komputer bergantian untuk menyelesaikan tugas lain.

4) Ilmu pengetahuan dan teknologi

            Surveillans epidemiologi membutuhkan teknologi teknologi untuk mempercepat

deteksi din, analisis penanggulangan dan penanggulangan masalah kesehaatan, kondisi di

lapangan seringkali tenologi di laboratorium sering lambat sehingga mengganggu tahap

deteksi dini dan penanganan kasus akan terlambat.

5) Kebijakan

            Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat dalam pelaksanaan

surveilans. Contohnya saja baru ditangani apabila memang sudah menjadi KLB. Birokrasi

pemerintahan yang rumit sering menjadi kendala dalam melakukan surveilans. Kebijakan

yang belum dipahami petugas juga menjadi kendala dalam pelaksanaan surveilans.

6) Dana

            Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang sedikit juga. Sering kali

permasalahan dana menjadi penghambat dalam melakukan surveilans.

7) Jarak dan Transportasi

            Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi membuat kegiatan

surveilans terhambat. Sering kali jarak membuat kegiatan surveilans berlangsung berhari-hari

karena transportasi yang minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan juga mempengaruhi.

2.4 Ruang Lingkup Surveilans Epidemiologi

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan

factor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular. 

Page 15: Makalah Surveilans Epidemiologi

Ruang lingkupnya antara lain :

- Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

- AFP

- Penyakit potensial wabah atau klb penyakit menular dan keracunan

- Penyakit DBD/DSS

- Malaria

- Penyakit zoonosis, antraks, rabies, leptospirosis, dsb.

- Penyakit filariasis

- Penyakit tuberkulosis

- Penyakit diare, tifus perut, kecacingan, dan penyakit perut lainnya

- Penyakit kusta

- Penyakit HIV/AIDS

- Penyakit Menular Seksual

- Penyakit pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat (termasuk SARS)

2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan factor

risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.

Ruang lingkupnya antara lain :

- Hipertensi, Stroke dan Penyakit Jantung Koroner (PJK)

- Diabetes Mellitus

- Neoplasma

- Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)

- Gangguan mental

- Masalah kesehatan akibat kecelakaan

3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit  dan factor risiko untuk

mendukung program penyehatan lingkungan.

Ruang lingkupnya antara lain :

Page 16: Makalah Surveilans Epidemiologi

- Sarana Air Bersih

- Tempat-tempat umum

- Pemukiman dan Lingkungan Perumahan

- Limbah industri, RS dan kegiatan lainnya

- Vektor penyakit

- Kesehatan dan Keselamatan Kerja

- RS dan sarana yankes lain, termasuk Infeksi Nosokomial (INOS)

4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan

Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan factor

risiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.

Ruang lingkupnya antara lain:

- Surveilans gizi dan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)

- Gizi mikro (Kekurangan yodium, anemia zat Besi KVA)

- Gizi lebih

- Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk kesehatan reproduksi (Kespro)

- Penyalahgunaan napza

- Penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisional, bahan kosmetika serta peralatan

- Kualitas makanan dan bahan tambahan makanan

5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra

Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan factor

risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.

Ruang lingkunya antara lain:

- Kesehatan Haji

- Kesehatan Pelabuhan dan Lintas Batas Perbatasan

- Bencana dan masalah sosial

- Kesehatan matra laut dan udara

- KLB Penyakit dan Keracunan

Page 17: Makalah Surveilans Epidemiologi

SCREENING

Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang

belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat

memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin

tidak menderita.

Latar belakang sehingga screening ini dilakukan yaitu karena hal berikut ini:

1. Banyaknya kejadain penomena gunung es (Ice Berg Phenomen)

2. sebagai langkah pencegahan khususnya Early diagnosis dan prompt treatment

3. Banyaknya penyakit yang tanpa gejala klinis

4. Penderita mencari pengobatan setelah studi lanjut

5. Penderita tanpa gjl mempunyai potensi untuk menularkan penyakit

TUJUAN SCREENING :

1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orang-

orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu orang yang

mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk).

2. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas

sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan tidak menjadi sumber

penularan penyakit.

SASARAN

Sasaran penyaringan adalah penyakit kronis seperti :

Infeksi Bakteri (Lepra, TBC dll.

Infeksi Virus (Hepatitis

Penyakit Non-Infeksi : (Hipertensi, Diabetes mellitus, Jantung Koroner, Ca Serviks,

Ca Prostat, Glaukoma)

HIV-AIDS

PROSES PENYARINGAN

Proses pelaksanaan sceening adalah :

Page 18: Makalah Surveilans Epidemiologi

Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai

resiko tinggi menderita penyakit.

Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.

Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2

Tahap 2 : pemeriksaan diagnostik

Hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan.

Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara

periodik).

Pengolahan dan Pelaporan

Kegiatan perekaman, pengumpulan, pengolahan dan pelaporan data menjadi bagian

penting dari upaya memperoleh data yang dihimpun dari berbagai sumber data surveilans.

Misalnya surveilans campak, maka tugas besar surveilans adalah merekam semua kasus

campak yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit dan sumber data lainnya, kemudian

menghimpun dan mengolahnya menjadi kelompok-kelompok data yang merupakan distribusi

kasus-kasus campak sesuai karakteristik epidemiologi yang diperlukan.

Sebelum menemukan dan mengimpun kasus-kasus dalam rangkaian kegiatan

surveilans, perlu jelas :

1. Apakah problem kesehatan yang mendorong perlunya surveilans suatu

2. penyakit ?

3. Apakah tujuan surveilans telah jelas menjawab kebutuhan informasi untuk

4. manajemen program ?

5. Apakah kasus-kasus yang dimaksud sesuai dengan upaya memenuhi

6. informasi untuk manajemen program ? atau SKD_-KLB ?

7. Apakah kasus-kasus yang dimaksud terdapat pada suatu sumber data

8. tertentu ? Siapa dan bagaimana menemukan kasus-kasus tersebut ?

9. Apakah kasus-kasus yang dihimpun akan memperoleh data jumlah absolut,

10. rate secara total atau menurut karekateristik tertentu ?

Kasus campak, dan juga kasus-kasus yang lain, adalah seseorang atau suatu obyek

tertentu, yang menunjukkan ciri-ciri tertentu, berada pada tempat tertentu dan pada waktu

Page 19: Makalah Surveilans Epidemiologi

tertentu, sehingga ia dinyatakan oleh seseorang yang mengumpulkan data surveilans sebagai

kasus campak atau kasus-kasus lainnya. Kasus satu dengan kasus lain perlu ditetapkan ciri-

ciri tertentu yang spesifik, sehingga dapat dipilah berbagai jenis kasus yang ada di unit

sumber data. Rumusan ciri kasus tersebut disebut sebagai definisi operasional kasus.

Definsi operasional kasus adalah alat pemilah antara kasus dan bukan kasus. Ketidak

tepatan “definisi operasional kasus A”, misalnya, dapat berakibat suatu obyek dinyatakan

sebagai kasus A, padahal sebenarnya bukan, sebaliknya, suatu obyek dinyatakan sebagai

bukan kasus A, padahal sebenarnya adalah kasus A. Apabila terdapat 1000 obyek dinyatakan

sebagai kasus A, maka bisa terdapat 900 obyek benar sebagai kasus A, tetapi terdapat 100

obyek yang sebenarnya bukan kasus A, sehingga pengukuran besarnya angka kesakitan

menjadi tidak tepat (validitas).

Reliabilitas

Definisi operasional kasus adalah alat untuk menentukan suatu diagnosis, baik

berdasarkan gambaran klinis, dan atau dukungan pemeriksaan lainnya. Reliabilitas adalah

konsistensi suatu definisi operasional kasus ketika digunakan untuk menetapkan kasus atau

bukan kasus, baik oleh petugas yang sama pada waktu berbeda (konsistensi intra petugas),

atau antara satu petugas dengan petugas lain (konsistensi antar petugas) Untuk menjaga

reliabilitas, maka perlu ada pedoman, prosedur operasional standar, pelatihan, dan

monitoring-evaluasi penerapan definisi operasional kasus.

Faktor yg mempengaruhi:

1. Variabilitas alat

2. Variasi subyek

3. Variasi pemeriksa

Cara mengurangi variasi:

1. Standarisasi alat

2. Latihan intensif para pemeriksa

3. Penerangan yang jelas kepada orang yang akan diperiksa

Contoh

Definisi operasional (DO) kasus campak adalah demam, bercak merah disertai dengan

salah satu gejala diare, mata merah conjunctivitis atau batuk Pada DO kasus campak tersebut,

Page 20: Makalah Surveilans Epidemiologi

pengertian demam bisa berbeda satu petugas dengan petugas lain. Pada saat ditemukan kasus

oleh petugas A di Puskesmas, dengan hasil perabaan dahi menunjukkan demam, ditemukan

bercak kemerahan dan batuk, maka sesuai dengan DO kasus campak tersebut dimasukkan

sebagai kasus campak. Tetapi pada saat kasus yang sama tersebut datang ke petugas B, ia

menyebut bukan kasus campak, karena pada perabaan dahi dinyatakan suhu normal, atau

tidak demam. Pengukuran suhu oleh satu petugas bisa berbeda-beda metodenya, misalnya

satu saat petugas mengukur suhu badan pada ketiak, saat lain mengukur suhu badan pada

mulut, tetapi pengukuran dengan alat yang sama bisa dihasilkan simpulan yang berbeda, baik

karena cara menggunakan alat, maupun interpretasinya.

Validitas (sensitivitas, spesifisitas)

Validitas adalah menyatakan seberapa yakin (sahih) kasus dan bukan kasus yang

ditetapkan berdasarkan definisi operasional kasus tersebut benar sebagai kasus atau bukan

kasus. Validitas terdiri dari 2 jenis, sensitivitas dan spesifisitas.

1. Sensitivitas pada suatu definisi operasional kasus adalah menunjukkan kepekaan

seberapa besar sejumlah kasus yang diperiksa dinyatakan sebagai kasus berdasarkan

definisi operasional kasus.

2. Spesifisitas pada suatu definisi operasional kasus adalah menunjukkan kepekaan

seberapa besar sejumlah bukan kasus yang diperiksa dinyatakan sebagai bukan kasus

berdasarkan definisi operasional kasus. Secara teknis, “kasus yang diperiksa” atau

“kejadian yang diperiksa ternyata bukan kasus” itu adalah kejadian-kejadian yang

ditetapkan sebagai kasus dan bukan kasus dengan alat yang lebih canggih atau disebut

“gold standard”

Validitas merupakan karakter definisi operasional kasus yang sangat penting.

Pembahasan lebih luas pada bahasan atribut surveilans Berdasarkan pembahasan tersebut

diatas, maka suatu definisi operasional kasus mengandung penjelasan mengenai kejadian apa,

kapan dan dimana kejadian tersebut, dan disusun sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

tujuan surveilans, dan terjawabnya pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas. Definisi

operasional kasus disusun sedemikan rupa sesuai dengan cara menemukan obyek kasus, cara

merekamnya, cara pengolahan data, pelaporan dan desain analisis yang akan dilakukan.

Rumusan definisi operasional kasus juga perlu memperhatikan reliabilitas dan validitas serta

atribut surveilans lainnya serta kemampuan untuk memperoleh datanya.

Contoh :

Siatuasi kasus Campak

Page 21: Makalah Surveilans Epidemiologi

1. Seseorang yang menderita campak, maka kemungkinan berobat, sebagian tidak

berobat. Sebagian besar berobat ke Puskesmas dan sebagian yang lain ke Rumah Sakit.

2. Pencarian pengobatan terkendala jarak, dimana kasus-kasus dekat Puskesmas/Rumah

Sakit akan punya peluang berobat lebih besar dibanding kasus-kasus campak yang jauh

dari Puskesams/Rumah Sakit.

3. Program pengendalian campak dengan melaksanakan imunisasi pada anak usia 9- 11

bulan. Imunisasi juga dilakukan pada anak Sekolah Dasar kelas 1 (booster). Imunisasi

khusus juga dilaksanakan pada anak 1-4 tahun yang dilaksanakan secara massal.

4. Program memerlukan informasi, daerah manakah yang banyak kasus campak ? pada

usia berapakah paling sering terjadi kasus campak ? Apakah program imunisasi berhasil

menurunkan angka kesakitan campak ?

Berdasarkan kebutuhan program dan cara-cara penderita mencari pengobatan, maka

dirumuskan definisi operasional kasus campak Definisi operasional kasus campak adalah

seseorang yang berobat ke Puskesmas/Rumah Sakit dengan gejala demam, bercak merah

disertai dengan salah satu gejala diare, mata merah conjunctivitis atau batuk Pada kasus juga

direkam variabel yang diperlukan : nama tempat tinggal (kelurahan/desa), tanggal berobat,

umur, dan status imunisasi campak. Pada definisi operasional kasus tersebut tidak

memasukkan batasan waktu dan lokasi, tetapi untuk surveilans pada KLB, perlu menetapkan

batasan waktu dan lokasi.

Data yang diperoleh akan dianalisis dan diinformasikan pada pengelola program :

1. Distribusi kasus menurut Puskesmas pertahun dengan populasi berisiko penduduk

diperoleh dari BPS setempat

2. Perkembangan kasus menurut umur, sehingga dapat diketahui pola kurva bulanan

kejadian campak di daerah tersebut

3. Perkembangan kasus menurut umur, sehingga dapat diketahui pola kurva tahunan

kejadian campak dan hubungannya dengan cakupan imunisasi campak