makalah surveilans bencana dan klb

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah Surveillance sudah dikenal oleh banyak orang, namun dalam aplikasinya banyak orang menganggap bahwa surveilans identik dengan pengumpulan data dan penyelidikan KLB, hal inilah yang menyebabkan aplikasi system surveilans di Indonesia belum berjalan optimal, padahal system ini dibuat cukup baik untuk mengatasi masalah kesehatan. Istilah Surveillance sebenarnya berasal dari bahasa perancis yang berarti mengamati tentang sesuatu, Istilah ini awalnya dipakai dalam bidang penyelidikan/intelligent untuk mematamatai orang yang dicurugai, yang dapat membahayakan. Kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. KLB inimempunyai makna sosial dan politik tersendiri oleh karena peristiwa yang demikian mendadak, melibatkan banyak orang dan dapat menimbulkan banyak kematian. Batasan KLB meliputi arti yang luas, yang dapat diuraikan meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun penyakit non infeksi. Penyakit menular pada manusia merupakan masalah penting yang dapat terjadisetiap saat, terutama di negara berkembang khususnya Indonesia. 1

Upload: dias-jameela

Post on 23-Oct-2015

2.236 views

Category:

Documents


323 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangIstilah Surveillance sudah dikenal oleh banyak orang, namun dalam

aplikasinya banyak orang menganggap bahwa surveilans identik dengan

pengumpulan data dan penyelidikan KLB, hal inilah yang menyebabkan

aplikasi system surveilans di Indonesia belum berjalan optimal, padahal system

ini dibuat cukup baik untuk mengatasi masalah kesehatan. Istilah Surveillance

sebenarnya berasal dari bahasa perancis yang berarti mengamati tentang

sesuatu, Istilah ini awalnya dipakai dalam bidang penyelidikan/intelligent

untuk mematamatai orang yang dicurugai, yang dapat membahayakan.

Kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. KLB

inimempunyai makna sosial dan politik tersendiri oleh karena peristiwa yang

demikian mendadak, melibatkan banyak orang dan dapat menimbulkan banyak

kematian. Batasan KLB meliputi arti yang luas, yang dapat diuraikan meliputi

semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun

penyakit non infeksi. Penyakit menular pada manusia merupakan masalah

penting yang dapat terjadisetiap saat, terutama di negara berkembang

khususnya Indonesia.

Penyakit menular seperti demam berdarah dengue sudah merebak hampir

di setiap daerah. Penyakit poliomielitis dan flu burung yang ditularkan melalui

unggas dan dinyatakan sebagaikejadian luar biasa juga sempat merenggut jiwa.

Tidak ada batasan mengenai penentuan jumlah penderita yang dapat dikatakan

sebagai KLB. Hal ini selain karena jumlah kasus sangat tergantung dari jenis

dan agen penyebabnya, juga karenakeadaan penyakit akan bervariasi menurut

tempat (tempat tinggal, pekerjaan) danwaktu (yang berhubungan dengan

keadaan iklim) dan pengalaman keadaan penyakittersebut sebelumnya dan

tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yangdapat dipakai untuk

menentukan KLB, apakah dusun desa, kecamatan, kabupatenatau meluas satu

propinsi dan Negara. Luasnya daerah sangat tergantung dari cara penularan

penyakit tersebut.

1

Page 2: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi. KLB

dapat terjadi dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau beberapa

bulan maupun tahun.

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dari makalah ini yaitu :

1. Apa Pengertian Surveilans ?

2. Apa Pengertian Kejadian Luar Biasa (KLB)dan Surveilans Bencana ?

3. Apa pengertian Bencana ?

4. Bagaimana Surveilans Bencana dan Surveilans Kejadian Luar Biasa

(KLB)?

C. Tujuan

Adapun Tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Surveilans

2. Untuk mengetahui pengertian kejadian Luar biasa dans Surveilans Bencana

3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Bencana

4. Untuk memahami Bagaimana Surveilans bencana dan Surveilans Kejadian

luar biasa (KLB)

2

Page 3: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian SurveilansSurveilans adalah proses pengamatan secara teratur dan terus menerus

terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya

dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan

penanggulangan.

Definisi lain secara lengkap menjelaskan bahwa Surveilans adalah suatu

rangkaian proses yang sistematis dan berkesinambungan dalam pengumpulan,

analisa dan interpretasi data kesehatan dalam upaya untuk menguraikan dan

memantau suatu peristiwa kesehatan.

Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan

penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-

perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir.Selanjutnya surveilans

menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat

dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last,

2001).Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans

kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja,

sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah

untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi

dikenal sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public

health).

Surveilans memungkinkan pengambil keeputusan untuk memimpin dan

mengelola dengan efektif.Surveilans kesehatan masyarakat memberikan

informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang

masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu

populasi.Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting

untuk mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera

ketika penyakit mulai menyebar.Informasi dari surveilans juga penting bagi

3

Page 4: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

kementerian kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor

sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik.

Tujuan surveilans (WHO, 2002)

1. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemi

2. (outbreak/wabah)

3. Memonitor, mengevaluasi dan memperbaiki program pencegahan dan

pengendalian penyakit.

4. Memasok informasi untuk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan,

perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan.

5. Monitoring kecenderungan penyakit endemis dan mengestimasi dampak

penyakit di masa mendatang.

6. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.

Dikenal ada beberapa jenis surveilans: (1) Surveilans individu; (2)

Surveilans penyakit; (3) Surveilans sindromik; (4) Surveilans Berbasis

Laboratorium; (5) Surveilans terpadu; (6) Surveilans kesehatan masyarakat

global.

1. Surveilans Individu

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor

individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius,

misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis.Surveilans

individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap

kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.Sebagai

contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak

dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar

oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan

karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi

seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).Isolasi institusional pernah

digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua

jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total

membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular

selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak

4

Page 5: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

terpapar. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara

selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya

transmisi penyakit.Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah

penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus

bekerja.Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang

di pospos lainnya tetap bekerja.Dewasa ini karantina diterapkan secara

terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan

filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah

pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat.

2. Surveilans Penyakit

Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-

menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui

pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan

penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya.Jadi fokus perhatian

surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.Di banyak negara,

pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program

vertikal (pusat-daerah).Contoh, program surveilans tuberkulosis, program

surveilans malaria.

Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi

tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps,

karena pemerintah kekurangan biaya.Banyak program surveilans penyakit

vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit

lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan

biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi

duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.

3. Surveilans Sindromik

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan

pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit,

bukan masing-masing penyakit.Surveilans sindromik mengandalkan

deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang

bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis.Surveilans sindromik

5

Page 6: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-

gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka

sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu

penyakit.Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal,

regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control

and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala

nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like

illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS.

Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan

skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk

atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah

kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan

jumlah total kasus yang teramati.

Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang

menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat

memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk

memonitor krisis yang tengah berlangsung.Suatu sistem yang

mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas

kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu,

disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans

sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan

dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.

4. Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan

menonitor penyakit infeksi.Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan

melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium

sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi

outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang

mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik.

6

Page 7: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

5. Surveilans Terpadu

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan

semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/

kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans

terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama,

melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan

pengendalian penyakit.

Pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan

data khusus penyakitpenyakit tertentu. Karakteristik pendekatan surveilans

terpadu: (1) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common

services); (2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk; (3)

Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural; (4) Melakukan

sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan,

analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni,

pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen

sumber daya); (5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian

penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu

tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans

yang berbeda.

6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi

manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit

infeksi lintas negara.Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi

negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan

bergayut.Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut

dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang

manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi

internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang

melintasi batas-batas negara.Ancaman aneka penyakit menular merebak

pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-

emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul

7

Page 8: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

(newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan

SARS.Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-

aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan

ekonomi.

B. Pengertian Kejadian Luar biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa (KLB) mempunyai banyak kesamaan kata,

diantaranya outbreak dan epidemic (Wabah). Ketiganya mempunyai pengartian

yang hampir sama. Disini dijelaskan mengenai pengertian Kejadian Luar biasa

(KLB), Outbreak, dan Epidemic (wabah) dari berbagai sumber yang saya

peroleh.

• Dalam PP No 41 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit

Menular, Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya

kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada

suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang

dapat menjurus pada terjadinya wabah.

• Dalam UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, Wabah

penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian

berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah

penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim

pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

• Menurut Last (1988),Epidemi adalah kejadian dalam sebuah komunitas atau

wilayah kasus penyakit, kesehatan spesifik yang berhubungan dengan

perilaku, atau kesehatan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan yang

jelas melebihi harapan normal. Masyarakat atau wilayah dan periode dalam

kasus yang terjadi, telah ditentukan dengan tepat. Jumlah kasus yang

menunjukkan adanya epidemi bervariasi sesuai dengan ukuran, agen dan

jenis populasi terpapar, pengalaman sebelumnya atau kurangnya paparan

penyakit, dan waktu dan tempat kejadian; epidemi yang demikian relatif

terhadap frekuensi yang biasa dari penyakit di daerah yang sama, di antara

populasi tertentu, pada musim yang sama pada tahun tertentu. Dua kasus

8

Page 9: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

seperti penyakit yang berhubungan dalam waktu dan tempat mungkin

menjadi bukti yang cukup untuk dipertimbangkan epidemi.

Menurut Last (2001), Outbreak adalah peningkatan insidensi kasus yang

melebihi ekspektasi normal secara mendadak pada suatu komunitas, di

suatu tempat terbatas, misalnya desa, kecamatan, kota, atau institusi yang

tertutup (misalnya sekolah, tempat kerja, atau pesantren) pada suatu

periode waktu tertentu. Hakikatnya outbreak sama dengan epidemi

(wabah). Hanya saja terma kata outbreak biasanya digunakan untuk suatu

keadaan epidemik yang terjadi pada populasi dan area geografis yang

relatif terbatas.

Menurut Eko, dkk (2002), Epidemi merupakan kejadian luar biasa yaitu

timbulnya suatu penyakit yang menimpa masyarakat pada suatu daerah

yang melebihi perkiraan kejadian yang normal dalam periode yang

singkat. Mula-mula epidemi hanya ditujukan pada penyakit menular

kemudian berkembang menjadi epidemi penyakit infeksi yang tidak

menular, bahkan berlaku juga untuk fenomena-fenomena penyakit non

infeksi dan nonpenyakit yang berkaitan dengan masalah sosial seperti

kenakalan remaja dan penyalahgunaan obat.

Dari beberapa pengertian dari KLB, Outbreak, dan Epidemi (wabah)

dapat disimpulkan bahwa KLB (outbreal/wabah) adalah terjadinya

peningkatan jumlah kasus penyakit yang menimpa pada kelompok

masyarakat tertentu, di daerah tertentu, dan selama periode waktu tertentu.

Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu

kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:

1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak

dikenal

2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun

waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)

9

Page 10: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih

dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan,

tahun).

4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat

atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun

sebelumnya.

5. Penanggulangan KLB yaitu menangani penderita, mencegah perluasan

KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB

yang sedang terjadi.

6. Berdasarkan hasil investigasi/penyelidikan epidemiologi tersebut maka

segera dilakukan tindakan penanggulangan dalam bentuk yaitu: (1)

Pengobatan segera pada penderita yang sakit, (2) Melakukan rujukan

penderita yang tergolong berat, (3) Melakukan penyuluhan mengenai

penyakit kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak

tertular penyakit atau menghindari penyakit tersebut, (4) Melakukan

gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai penularan

7. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah

adalah Herd Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd

immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang

dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat

kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin

sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula dengan herd immunity,

makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat

herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit.

8. Kemampuan mengadakan penanggulangan atau tingginya herd immunity

untuk menghindari terjadi epidemi bervariasi untuk tiap penyakit

tergantung pada:

1. Proporsi penduduk yang kebal,

2. Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier, dan

3. Kebiasaan hidup penduduk.

10

Page 11: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

Pengetahuan tentang penanggulangan KLB herd immunity bermanfaat

untuk mengetahui bahwa menghindarkan terjadniya epidemi tidak perlu

semua penduduk yang rentan tidak dapat dipastikan, tetapi tergantung dari

jenis penyakitnya, misalnya variola dibutuhkan 90%-95% penduduk kebal.

Setelah terjadi wabah, jumlah penduduk yang kebal bertambah hingga

herd immunity meningkat hingga penyebaran penyakit berhenti. Setelah

beberapa waktu jumlah penduduk yang kebal menurun demikian pula

dengan herd immunity-nya dan wabah penyakit tersebut datang kembali,

demikianlah seterusnya.

C. Pengertian Bencana

Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang

disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal

modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik

sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Sedangkan,

Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat

berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun

kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari

satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian.

Bencana terbagi dalam:

1. Natural Disaster: Misalnya gempa bumi, Gempa Vulkanik, Gelombang

Tsunami, Gunung Meletus.

2. Man Made Disaster: Misalnya Banjir,Kebakaran Hutan,Kerusuhan Sosial

dan Pencemaran Lingkungan.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan

Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:

11

Page 12: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik

oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor

alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana

nonalam, dan bencana sosial.

Managemen Penanggulangan bencana meliputi Fase I untuk tanggap

darurat,Fase II untuk fase akut,Fase III untuk recovery(rehabilitasi dan

rekonstruksi).Prinsip dasar penaggunglangan bencana adalah pada tahap

Preparedness atau kesiapsiagaan sebelum terjadi bencana.

Upaya Penaggunglangan Bencana meliputi;

1. Pra Bencana:Kelembagaan/koordinasi yang solid.SDM atau petugas

kesehatan yang terampil secara medik dan sosial dapat bekerjasama

dengan siapapun,Ketersediaan logistik seperti bahan,alatan dan obat.

Ketersediaan informasi tentang bencana seperti daerah rawan dan beresiko

terkena dampak,serta adanya ketersediaan jaringan kerja lintas program

dan sektor.

2. Ketika Bencana: Rapid Health assesment dilakukan dari hari terjadi

bencana sehingga 3 hari setelah bencana.

3. Pascabencana, berdasarkan dari rapid health assesment untuk menentukan

langkah seterusnya sepeTifoid),Pelayanan kesehatan dasar,Surveilans

Masyarakat dan memperbaiki kesehatan lingkungan seperti air

bersih,sanitasi makanan dan pengelolaan sampah.

D. Surveilans bencana dan Kejadian luar biasa (KLB)1. Surveilans Bencana

Surveilans bencana ialah kegiatan surveilans atau pengumpulan

data yang terkait dengan kejadian bencana. Tujuan dibangunnya

surveilans pada situasi bencana yaitu mendukung fungsi pelayanan bagi

12

Page 13: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

korban bencana secara keseluruhan untuk menekan dampak negatif yang

lebih besar. Karakteristik sistem surveilans yang dibangun pada situasi

bencana ialah sistem harus sederhana, mencakup yang sangat prioritas,

dilakukan secara aktif dan intensif, melibatkan semua pihak,

mengutamakan unsur kecepatan, dan didukung juga adanya respon yang

cepat.

Surveilans Bencana adalah upaya untuk mengumpulkan data pada

situasi bencana, data yang dikumpulkan berupa jumlah korban meninggal,

luka sakit, jenis luka, pengobatan yang dilakukan, kebutuhan yang belum

dipenuhi, jumlah korban anak-anak, dewasa, lansia. Surveilans sangat

penting untuk monitoring dan evaluasi dari sebuah proses, sehingga dapat

digunakan untuk menyusun kebijakan dan rencana program.

Surveilans berperan dalam:

1. Saat Bencana : Rapid Health Assesment(RHA),melihat dampak-

dampak apa saja yang ditimbulkan oleh bencana,seperti berapa jumlah

korban,barang-barang apa saja yang dibutuhkan, peralatan apa yang

harus disediakan, berapa banyak pengungsi lansia, anak-anak, seberapa

parah tingkat kerusakan dan kondisi sanitasi lingkungan.

2. Setelah Bencana: Data-data yang akan diperoleh dari kejadian bencana

harus dapat dianalisis, dan dibuat kesimpulan berupa bencana kerja atau

kebijakan, misalnya apa saja yang harus dilakukan masyarakat untuk

kembali dari pengungsian, rekonstruksi dan rehabilitasi seperti apa yang

harus diberikan.

3. Menentukan arah respon/penanggunglangan dan menilai keberhasilan

respon/evaluasi.

Surveilans bencana meliputi :

1. Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit

menular. Di lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan

survey penyakit-penyakit yang ada, terutama penyakit menular. Dengan

ini diharapkan nantinya ada tindakan penanganan yang cepat agar tidak

terjadi transmisi penyakit tersebut. Ada 13 besar penyakit menular dan

13

Page 14: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

penyakit terkait bencana : Campak, DBD, diare berdarah, diare biasa,

hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria, penyakit kulit,

pneumonia, tetanus, trauma (fisik), dan thypoid.

2. Surveilans data pengungsi.

Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan kepadatan di

tempat pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur,

dan jenis kelamin. Data dikumpulkan setiap minggu atau bulanan.

3. Surveilans kematian.

Yang tercantum dalam data kematian meliputi nama, tempat atau barak,

umur, jenis kelamin, tanggal meninggal, diagnosis, gejala, identitas

pelapor.

4. Surveilans rawat jalan.

5. Surveilans air dan sanitasi

6. Surveilans gizi dan pangan.

7. Surveilans epidemiologi pengungsi.

Surveilas epidemiologi yang dikembangkan pada pengungsi pada

periode emergensi merupakan Sistem Kewaspadaan Dini KLB penyakit

dan keracunan. Sistem yang akan dikembangkan harus selalu didahului

dengan kajian awal. Kajian awal harus dapat mengidentifikasi

prioritas-prioritas penyakit penyebab kesakitan dan kematian, faktor-

faktor yang berpengaruh, serta program intervensi yang mungkin

dapat dilakukan, terutama penyakit potensial KLB. Prioritas-prioritas

penyakit tersebut nantinya menjadi prioritas upaya perbaikan-perbaikan

kondisi rentan pada kelompok pengungsi, agar kejadian luar biasa

penyakit dan keracunan dapat ditekan frekuensi atau beratnya

kejadian, atau bahkan dapat dihindari sama sekali. Prioritas-priotas

penyakit penyebab kesakitan kematian pada pengungsi tersebut juga

menjadi dasar perumusan terhadap kemungkinan penyelenggaraan

surveilans kesehatan masyarakat dalam bentuk sistem kewaspdaan

dini KLB dan keracunan. Model surveilans yang akan

dikembangkan juga perlu menjadi salah satu sasaran kajian awal.

14

Page 15: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

Prioritas-prioritas penyakit penyebab kesakitan dan kematian pada

pengungsi tersebut, juga menjadi dasar dari prioritas kesiapsiagaan

menghadapi kemungkinan terjadinya kejadian rawan atau KLB

penyakit menular dan keracunan. Kesiapsiagaan diarahkan pada

kesiapsiagaan tenaga dan tim penanggulangan gerak cepat, sistem

konsultasi ahli, komunikasi, informasi dan transportasi, serta

kesiapsiagaan penanggulangan KLB, baik dalam teknisk

penanggulangan, tim maupun logistic.

Jadi Surveilans bencana sangat penting karena secara garis besar dapat

disimpulkan manfaatnya adalah:

1. Mencari faktor resiko ditempat pengungsian seperti air, sanitasi,

kepadatan, kualitas tempat penampungan.

2. Mengidentifikasi Penyebab utama kesakitan dan kematian sehingga dapat

diupayakan pencegahan.

3. Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia,

wanita hamil, sehingga lebih memperhatikan kesehatannya.

4. Pendataan pengungsi diwilayah, jumlah, kepadatan, golongan, umur,

menurut jenis kelamin.

5. Mengidentifikasi kebutuhan seperti gizi

6. survei Epidemiologi.

Surveilans Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kegunaan surveilans kejadian luar biasa yaitu identifikasi, investigasi,

serta penanggulangan KLB atau wabah sekaligus mencegah terulang lagi,

Identifikasi kelompok risiko tinggi, Menetapkan prioritas penanggulangan

penyakit, Evaluasi keberhasilan program dan Memonitor kecenderungan

(trends) penyakit, kematian, atau peristiwa kesehatan lain.

Tujuan surveilans KLB

1.Teridentifikasi adanya ancaman KLB

2.Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB

3.Terselenggaranya kesiap-siagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLB

4.Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB

15

Page 16: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

5.Terdeteksi secara dini adanya KLB

Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, dilakukan kajian secara terus

menerus dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit berpotensi KLB.

Berdasarkan kajian epidemiologi dirumuskan suatu peringatan kewaspadaan

dini KLB pada daerah dan periode waktu tertentu.

1. Bahan kajian :

• Data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB.

• Kerentananan masyarakat, al : status gizi dan imunisasi.

• Kerentanan lingkungan.

• Kerentanan pelayanan kesehatan.

• Ancaman penyebaran penyakit berpotensi KLB dari daerah atau negara

lain.

• Sumber data lain dalam jejaring surveilans epidmeiologi.

2. Sumber data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB :

• Sumber utama.

• Sumber data lain.

Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan terhadap

timbulnya kerentanan masyarakat, kerentanan lingkungan-perilaku, dan

kerentanan pelayanan kesehatan terhadap KLB dengan menerapkan cara-cara

surveilans epidemiologi atau Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)-kondisi

rentan KLB.

Identifikasi timbulnya kondisi rentan KLB dapat mendorong upaya-

upaya pencegahan terjadinya KLB dan meningkatkan kewaspadaan berbagai

pihak terhadap KLB.Kegiatannya meliputi :

a. Identifikasi kondisi rentan KLB

Mengidentifikasi secara terus menerus perubahan kondisi lingkungan,

kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan, kondisi status kesehatan

masyarakat yang berpotensi menimbulkan KLB di daerah.

16

Page 17: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

b.PWS kondisi rentan KLB

Setiap sarana pelayanan kesehatan merekam data perubahan kondisi rentan

KLB menurut desa/kelurahan atau lokasi tertentu, menyusun tabel dan

grafik PWS kondisi rentan KLB.

c. Penyelidikan dugaan kondisi rentan KLB

Tahapan kegiatan :

• Sarana Yankes secara aktif mengumpulkan informasi kondisi rentan KLB

dari berbagai sumber termasuk laporan perubahan kondisi rentan, oleh

perorangan, kelompok, maupun masyarakat,

• Di sarana Yankes, petugas kesehatan meneliti serta mengkaji kondisi

rentan KLB.

• Petugas kesehatan mewawancarai pihak-pihak terkait yang patut diduga

mengetahui adanya perubahan kondisi rentan KLB

• Mengunjungi daerah yang dicu.rigai terhadap perubahan kondisi rentan

KLB.

17

Page 18: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :

1.Surveilans adalah proses pengamatan secara teratur dan terus

menerusterhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun

penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan

pencegahan dan penanggulangan.

2.KLB adalah meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna

sec epidemiologis pada suatu waktu pada kurun waktu tertentu dan

merupakan keadaan yang menjurus pada terjadinya wabah.

3.Definisi Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

4.Surveilans bencana ialah kegiatan surveilans atau pengumpulan data yang

terkait dengan kejadian bencana. Sedangkan Surveilans KLB yaitu

identifikasi, investigasi, serta penanggulangan KLB atau wabah sekaligus

mencegah terulang lagi

B. Saran

Adapun saran dari kami yaitu, Surveilans bencana seharusnya dilakukan

secara berkesinambungan mulai dari  pra bencana, saat bencana dan pasca

bencana. Jadi perlu koordinasi dan kerjasama yang baik antara pihak-pihak

terkait agar persiapan mengahadapi bencana dan intervensi setelah bencana

dapat terlaksana dengan baik. Sedangkan KLB dilakukan untuk menurunkan

kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu

daerah dalam kurun waktu tertentu, agar penyebarannya tidak meluas.

18

Page 19: Makalah Surveilans Bencana Dan Klb

DAFTAR PUSTAKA

DCP2 (2008).Public health surveillance.The best weapon to avert epidemics.Disease ControlPriority Project. www.dcp2.org/file/153/dcpp-surveillance.pdf

Eko, Budiarti & Dwi, Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi edisi 2. Jakarta : EGC

http://fatinmaziahreguler2007.wordpress.com/2011/02/19/surveilans-bencana/ 16:12

http://www.bnpb.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-bencana . 15:37http://arimasriadi.blogspot.com/Surveilans Epidemiologi Setelah Terjadinya

Bencana. Diakses tanggal 9-2-2013, jam 22:47 WIB.Priambodo, S.A. 2009, Panduan Praktis Menghadapi bencana. Yogyakarta :

KanisiusPreparedness,Response and Recovery,Dr belladona MKes,Faculty of

Medicine,UGM.Widyastuti, P (Ed.). 2006. Bencana Alam. Jakarta : EGCWHO (2001).An integrated approach to communicable disease surveillance.

Weekly epidemiologicalrecord, 75: 1-8. http://www.who.int/wer

19