tugas surveilans

21
1)Memilih satu jenis penyakit, kemudian mengisi data-data yang diperlukan untuk mengembangkan mekanisme sistem surveilans ! Jawab : Kasus 6 Warga Klungkung Suspect Demam Berdarah Natanews, Klungkung, Warga masyarakat diminta waspada. Pasalnya memasuki musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah berjangkit. Salah satunya adalah penyakit demam berdarah (DB). Seperti yang terjadi di Desa Sampalen Kelod dan Sampelan Tengah, Kecamatan Dawan, Klungkung. Ada enam warga yang diduga suspect demam berdarah. Perbekel Sampelan Tengah Wayan Mudiarta mengungkapkan, anak mantan Kades Sampelan Tengah Ketut Alit Krisna Damara (12) terserang DB dan sekarang ini masih dirawat di RS Klungkung. Untuk mencegah meluasnya penularan DB ini, pihak Dinas Kesehatan Klungkung telah melakukan fogging, Kamis (14/2) lalu. Hanya saja dirinya kurang puas karena fogging dilakukan hanya 100 meter dari lokasi ditemukan warga yang terjangkit. "Kami berharap fogging dilakukan secara menyeluruh. Sebab kalau fogging dilakukan hanya di lokasi terjangkit saja dikhawatirkan nyamuknya lari ke lokasi lain, sehingga menyebar ke yang lainya," ungkapnya. Natanews.com sempat menemui Kepala Puskesmas Dawan II dr. Inarti Utami. Hanya saja yang bersangkutan menolak untuk

Upload: abdul-anas

Post on 27-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas surveilans

1) Memilih satu jenis penyakit, kemudian mengisi data-data yang diperlukan untuk

mengembangkan mekanisme sistem surveilans !

Jawab :

Kasus

6 Warga Klungkung Suspect Demam Berdarah

Natanews, Klungkung, Warga masyarakat diminta waspada. Pasalnya memasuki

musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah berjangkit. Salah satunya adalah

penyakit demam berdarah (DB). Seperti yang terjadi di Desa Sampalen Kelod dan

Sampelan Tengah, Kecamatan Dawan, Klungkung. Ada enam warga yang diduga suspect

demam berdarah.

Perbekel Sampelan Tengah Wayan Mudiarta mengungkapkan, anak mantan Kades

Sampelan Tengah Ketut Alit Krisna Damara (12) terserang DB dan sekarang ini masih

dirawat di RS Klungkung. Untuk mencegah meluasnya penularan DB ini, pihak Dinas

Kesehatan Klungkung telah melakukan fogging, Kamis (14/2) lalu. Hanya saja dirinya

kurang puas karena fogging dilakukan hanya 100 meter dari lokasi ditemukan warga yang

terjangkit.

"Kami berharap fogging dilakukan secara menyeluruh. Sebab kalau fogging dilakukan

hanya di lokasi terjangkit saja dikhawatirkan nyamuknya lari ke lokasi lain, sehingga

menyebar ke yang lainya," ungkapnya.

Natanews.com sempat menemui Kepala Puskesmas Dawan II dr. Inarti Utami. Hanya

saja yang bersangkutan menolak untuk memberikan pernyataan dan menyerahkan kepada

Dinas Kesehatan Klungkung.

Sementara itu menurut Kadis Kesehatan Klungkung dr. I Gusti Agung Suastika

mengakui kalau ada enam warga Sampelan Tengah dan Kelod yang suspect demam

berdarah. Pihak Dinas Kesehatan juga telah mengambil langkah langkah. Diantaranya

melakukan fogging sesuai ketentuan yakni 100 meter dari si penderita. Terkait usulan agar

dilakukan fogging menyeluruh di seluruh desa, menurut Suastika tidak bisa dilakukan.

Karena sesuai ketentuan fogging boleh dilakukan dengan radius 100 meter dari ditemukan

warga yang suspect demam berdarah.

Adapun mereka yang diduga suspect DB adalah I Gede Agus Wiguna (12) asal Banjar

Tagtag, Sampelan Kelod, I Made Aditya Wijaya (9) asal Banjar Batur, Sampelan Kelod,

Page 2: tugas surveilans

Kadek Dwi Cahyadi (12) asal Banjar Bokong, Sampalan kelod, Ni Made Griasih (27) asal

Banjar Jabon, Sampelan Tengah (sudah sembuh), Kadek Dwi Puspa (6) tahun asal Banjar

Jabon, Sampelan Tengah dan I Ketut Alit Krisna Damara (12) asal Banjar Jabon.

"Kita sudah ada langkah-langkah pencegahan, salah satunya dengan melakukan

fogging," ujar dr. Agung Suastika, Sabtu (16/2). (090)

Jenis penyakit :

Demam berdarah dengue (DBD)

Masalah penting dipandang dari sudut kesehatan masyarakat:

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia.

Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka

kematian anak dan dewasa serta dapat menurunkan produktifitas tenaga kerja

(Harijanto,2000). Daerah fokus demam berdarah semakin meluas baik di daerah

perkotaan maupun pedesaan (Dinas Kesehatan Jabar,2002). Sejak Januari sampai

dengan 5 Maret tahun 2005 total kasus DBD di seluruh propinsi Indonesia sudah

mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53%). Kasus

tertinggi terdapat di propinsi DKI Jakarta (11.534) sedangkan CFR tertinggi terdapat

di propinsi NTT (3,96%) (Kristina,2005). Di Jawa Barat sendiri jumlah orang yang

terinfeksi DBD sebanyak 18.771 orang, sedikit berkurang bila dibandingkan dengan

tahun 2004 dimana terdapat 19.012 orang yang terserang penyakit DBD (Dinkes

Jabar)

Tujuan surveilans :

a. Monotoring kecenderungan dan memperhatikan perubahan (deteksi KLB)

untuk dapat melakukan intervensi

b. Melakukan evaluasi terhadap program pencegahan

c. Untuk memproyeksi perencanaan program pencegahan

d. Eliminasi atau eradikasi penyakit

e. Membuat hipetesis cara transmisi penyakit

f. Mengumpulkan informasi untuk keperluan tudi lebih lanjut

Definisi kasus :

Gejala Klinis :

Page 3: tugas surveilans

1. Demam tinggi yang bersifat akut.

2. Adanya manifestasi perdarahan (paling sedikit tes tour-niquet positif)

3. Hepatomegali

4. Renjatan

Hasil Test Laboratorium :

1. Trombositopeni (100.000/uL).

2. Hemokonsentrasi (kenaikan Ht ?20% diatas nilai rata-rata hematokrit

penduduk menurut umur dan kelamin).

Diagnosis klinis

Definisi kasus DBD (case definition) menurut kriteria WHO (1997) harus memenuhi

semua keadaan di bawah ini, meliputi:

1. Demam atau riwayat demam akut selama 2-7 hari, kadang-kadang bersifat bifasik.

2. Manifestasi perdarahan bersifat sebagai salah satu di bawah ini:

Tes tourniquet positif

Petekie, ekimosis purpura

Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan atau tempat lain

Hematemesis atau melena

3. Trombositopeni (100.000/uL).

4. Bukti adanya kebocoran plasma karena meningkatnya per-meabilitas vaskuler,

bermanifestasi sebagai salah satu di bawah ini:

Kenaikan hematokrit ?20% diatas nilai rata-rata hematokrit untuk populasi,

umur dan jenis kelamin.

Penurunan nilai hematokrit ?20% dari nilai dasar setelah pengobatan cairan

untuk mengatasi hipovolemi.

Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, ascites dan hipoproteinemi.

Berdasarkan kriteria tersebut untuk diagnosis klinik harus dipenuhi kriteria kenaikan

hematokrit 2 0% sebagai bukti ada-nya kebocoran plasma.

Indikator :

Dalam rangka mencari indikator penularan penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD), telah dilakukan penelitian dengan mengukur kepadatan telur, jentik, pupa dan

nyamuk Ae.aegypti yang dihubungkan dengan kasus DBD di daerah endemis tinggi,

endemis rendah dan bebas DBD. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 1997

Page 4: tugas surveilans

sampai Maret 1998 di Kodya Semarang dan Kodya Salatiga. Indikator yang diamati

adalah Container index (CI); House index (HI); Breteau index (BI); kepadatan telur,

pupa, nyamuk Ae.aegypti, nyamuk parous, dan dilatasi nyamuk. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ke enam belas indikator yang diteliti ternyata hanya lima

indikator yang mempunyai korelasi positif bermakna terhadap kasus DBD yaitu

kepadatan telur Aedes di dalam rumah; kepadatan nyamuk Ae. aegypti; kepadatan

nyamuk Ae.aegypti parous; kepadatan nyamuk Ae.aegypti dilatasi I dan II.

Indikator yang mempunyai korelasi positif bermakna dan memiliki kontribusi paling

besar (lebih dari 60%) dengan terjadinya kasus Demam Berdarah Dengue adalah

kepadatan nyamuk Ae. aegypti dilatasi II.

Data minimum yang diperlukan

a. Data dasar :

Natanews, Klungkung, Warga masyarakat diminta waspada. Pasalnya memasuki

musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah berjangkit. Salah satunya

adalah penyakit demam berdarah (DB). Seperti yang terjadi di Desa Sampalen

Kelod dan Sampelan Tengah, Kecamatan Dawan, Klungkung. Ada enam warga

yang diduga suspect demam berdarah.

b. Ciri-ciri khusus:

Panas akibat bakteri sering naik turun terutama meningkat pada waktu menjelang

sore dan mencapai puncak panas pada waktu malam hari, sedang pada waktu pagi

suhu turun sd mendekati normal, kondisi berulang lagi keesokan harinya. Demam

berdarah pada satu dan dua hari pertama hampir sulit dibedakan dengan demam

akibat virus lain, tetapi sebenarnya relatif dapat dibedakan secara klinis dengan

demam akibat bakteri. Demam berdarah sendiri sebenarnya terdiri dari 4 stadium.

Stadium 1 tidak didapatkan gejala perdarahan spontan, pada stadium 2 mulai

terdapat perdarahan spontan dapat berupa bintik2 perdarahan di kulit (untuk

membedakan dengan kemerahan biasa pada kulit caranya gampang, tekan dengan

jari tangan kalau menghilang berarti bukan perdarahan), tetapi dapat juga terjadi

perdarahan pada gusi, bahkan sampai muntah darah. Stadium 3 mulai terjadi gejala

renjatan/syok, tekanan darah mulai menurun terlihat dari selisih antara tekanan

darah sistole (atas) dengan diastole (bawah) yang memendek, dibawah 20 (misal

tekanan darah 100/85). Stadium 4 adalah yang paling berbahaya karena sudah

Page 5: tugas surveilans

timbul renjatan atau syok.

c. Umur :

I Gede Agus Wiguna (12 th) asal Banjar Tagtag, Sampelan Kelod, I Made Aditya

Wijaya (9 th) asal Banjar Batur, Sampelan Kelod, Kadek Dwi Cahyadi (12 th )

asal Banjar Bokong, Sampalan kelod, Ni Made Griasih (27 th ) asal Banjar Jabon,

Sampelan Tengah (sudah sembuh), Kadek Dwi Puspa (6 th) tahun asal Banjar

Jabon, Sampelan Tengah dan I Ketut Alit Krisna Damara (12 th) asal Banjar

Jabon.

d. Jenis kalamin:

Perempuan maupun laki-laki

e. Daerah geografi :

Natanews, Klungkung, Warga masyarakat diminta waspada. Pasalnya memasuki

musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah berjangkit apalagi DBD

Sumber data

Sistem surveilans penyakit DBD adalah pengamatan penyakit DBD di Puskesmas

meliputi kegiatan pencatatan , pengolahan dan penyajian data penderita DBD untuk

pemantauan mingguan , laporan mingguan wabah,laporan bulanan program P2DBD,

penentuan desa atau kelurahan rawan , mengetahui distribusi kasus DBD/ kasus

tersangka DBD per RW/ dusun, menentukan musim penularan dan mengetahui

kecenderungan penyakit.

Macam-macam sumber data dalam surveilans epidemiologi (Kepmenkes RI

No.1116/Menkes/SK/VIII/2003) :

1. Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan

masyarakat: Sementara itu menurut Kadis Kesehatan Klungkung dr. I Gusti

Agung Suastika mengakui kalau ada enam warga Sampelan Tengah dan Kelod

yang suspect demam berdarah

2. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporan

kantor pemerintah dan masyarakat : (tidak ada)

3. Data geografi yang dapat diperoleh dari unit unit meteorologi dan geofisika :

Pasalnya memasuki musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah

berjangkit. Salah satunya adalah penyakit demam berdarah dengue (DBD). Seperti

yang terjadi di Desa Sampalen Kelod dan Sampelan Tengah, Kecamatan Dawan,

Page 6: tugas surveilans

Klungkung

4. Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan

masyarakat (Tidak ada)

5. Data kondisi lingkungan

6. Laporan wabah : Natanews, Klungkung, Warga masyarakat diminta waspada.

Pasalnya memasuki musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah

berjangkit. Salah satunya adalah penyakit demam berdarah dengue (DBD). Seperti

yang terjadi di Desa Sampalen Kelod dan Sampelan Tengah, Kecamatan Dawan,

Klungkung. Ada enam warga yang diduga suspect demam berdarah.

7. Laporan penyelidikan wabah/KLB

8. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan : Perbekel Sampelan Tengah Wayan

Mudiarta mengungkapkan, anak mantan Kades Sampelan Tengah Ketut Alit

Krisna Damara (12) terserang DB dan sekarang ini masih dirawat di RS

Klungkung

9. Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya : Dalam masalah penyakit DBD,

surveilans penyakit mencakup empat aspek yaitu (1)surveilans kasus, (2) vektor

(termasuk ekologinya), (3) peran serta masyarakat dan (4) tindakan pengendalian.

Program surveilans epidemiologi DBD meliputi surveilans penyakit yang

dilakukan dengan cara meminta laporan kasus dari rumah sakit dan sarana

kesehatan serta surveilans vektor yang dilakukan dengan melakukan penelitian

epidemiologi di daerah yang terjangkit DBD. Pelaksanaan surveilans epidemiologi

vektor DBD untuk deteksi dini biasanya dilakukan penelitian di tempat-tempat

umum; sarana air bersih; pemukiman dan lingkungan perumahan; dan limbah

industri, RS serta kegiatan lain. Kegiatan di atas dilakukan oleh petugas kesehatan,

juru pemantau jentik dan tim pemberantasan nyamuk di sekolah dan masyarakat.

Sebagai indikator keberhasilan program tersebut adalah Angka Bebas Jentik

(ABJ). Surveilans epidemiologi penyakit DBD memegang peranan penting dalam

upaya memutus mata rantai penyakit  DBD. Namun, pada kenyataanya belum

berjalan dengan baik disebabkan karena faktor eksternal dan internal, misalnya

petugas puskesmas tidak menjalankan tugas dengan sebagaimana mestinya dalam

melakukan Pemantauan Jentik Berkala (PJB)

10.Data hewan dan vektor sumber penular penyakit yang dapat diperoleh dari unit

pelayanan kesehatan dan masyarakat (belum ada)

11.Laporan kondisi pangan

Page 7: tugas surveilans

2) Menjelaskan mengapa perlu melakukan mekanisme sistem surveilans ?

Jawab :

Perlu untuk melakukan mekanisme sistem surveilans untuk deteksi perubahan akut

dari penyakit yang terjadi dan distribusinya, perhitungan trend, identifikasi pola penyakit,

identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat, identifikasi faktor

risiko dan penyebab lainnya, deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi, dapat

memonitoring kecenderungan penyakit endemis, mempelajari riwayat alamiah penyakit dan

epidemiologinya, memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan

pelayanan kesehatan dimasa akan datang, membantu menetapkan masalah kesehatan

prioritas dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan. Inti kegiatan surveilans

pada akhirnya adalah bagaimana data yang sudah dikumpul, dianalisis, dan dilaporkan ke

pemegang kebijakan guna ditindaklanjuti dalam pembuatan program intervensi yang lebih

baik untuk menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia (HIMAPID, 2008).

3) Penyakit yang dipilih jelaskan :

a. Aspek kuantitatif

Pendekatan Kuantitatif (Besaran Masalah) dan Pendekatan Kualitatif (Kualitas)

a. Frequency

Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968,

akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut

menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia

kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus

menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang

terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.

b. Severity

Departemen kesehatan telah mengupayakan manajemen program dalam mengatasi

kasus DBD, pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa

melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang di

taburkan ketempat penampungan air yang sulit di bersihkan. Manajemen program yang

diterapkan oleh Departemen Kesehatan telah menjadi protap bagi semua daerah dari tingkat

Provinsi sampai dengan Kabupaten/Kota namun sampai saat ini belum memperlihatkan

hasil yang memuaskan. Kasus tahun 2004 secara nasional adalah 79.482 kasus dengan

Page 8: tugas surveilans

jumlah kematian sebanyak 957 penderita (case fatality rate sebesar 1,2 %) dan incidence

rate sebesar 37,01 per 10.000 penduduk, maka jumlah kasus tahun ini lebih besar di

bandingkan tahun 2003 yaitu 52.566 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 788 kasus,

(case fatality rate sebesar 1,5 %) dan incidence rate sebesar 24,34 per 10.000 penduduk

(Depkes RI, 2006). Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi tahun 2005 sebanyak

206 penderita (IR 23,5/100.000) dengan 7 kematian (CFR 3,29%), tahun 2006 sebanyak

302 penderita (IR 32,9/100.000) dengan 2 kematian (CFR 0,66%) , tahun 2007 sebanyak

236 penderita (IR 25,70/100.000) jumlah kematian 4 (CFR 2,1%), tahun 2008 sebanyak 129

penderita (IR 13,65/100.000) dengan kematian 2 penderita (CFR 1,55%), tahun 2009

sebanyak 93 penderita (IR 9,39/100.000) kematian 2 penderita (CFR 2,15%) (Provinsi

tahun 2009). Sejak Kota menjadi menjadi Ibukota Provinsi pada tahun 2001 arus mobilisasi

penduduk di Kota semakin meningkat, dan pada lima tahun terakhir ini Kota sering dilanda

musibah banjir yang terjadi setiap tahun. Keadaan ini merupakan salah satu faktor pencetus

meningkatnya kasus demam berdarah di Kota .

c. Direct-Indirect Cost

Diketahui bahwa proporsi anggaran Program Pemberantasan Penyakit Menular di

tiap-tiap kabupaten/kota berbeda-beda, tergantung dari program prioritas yang dilaksanakan

di wilayah tersebut, dimana jumlah dana untuk setiap tahun tidak tetap besarnya, namun

terlihat adanya kecenderungan penurunan dana program ini pada tahun 2008. Pada

komponen anggaran program terlihat pada kabupaten/kota yang baru terbentuk cenderung

memiliki porsi belanja modal yang cukup besar, ini berhubungan dengan adanya

pembangunan fasilitas fisik untuk pemenuhan kebutuhan kabupaten yang baru dibentuk.

Porsi pembiayaan untuk program pemberantasan penyakit DBD merupakan yang paling

banyak porsinya. Pembiayaan program ini tidak tergantung kepada tinggi rendahnya jumlah

kejadian penyakit di tahun sebelumnya. Hal ini berakibat adanya penyakit yang tidak

mendapatkan dukungan anggaran karena keterbatasan anggaran yang dialokasikan untuk

Dinas Kesehatan yang ada di kabupaten tersebut. Juga karena kurangnya dukungan dari

Pemerintah Daerah yang lebih memperioritaskan pada kegiatan Pengobatan Gratis yang

lebih banyak memerlukan porsi anggaran.

d. Preventability

Pemberantasan vektor DBD

Pemberantasan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus bertujuan untuk

menurunkan angka kesakitan hingga ke tingkat yang bukan merupakan masalah kesehatan

Page 9: tugas surveilans

masyarakat lagi. Kegiatan pemberantasan nyamuk aedes yang dilaksanakan sekarang ada

dua cara yaitu:

a. Dengan cara kimia

Cara ini dapat dilakukan untuk nyamuk dewasa maupun larva. Untuk nyamuk

dewasa saat ini dilakukan dengan cara pengasapan (thermal fogging) atau pengagutan (colg

Fogging = Ultra low volume). Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan

cara penyemprotan pada dinding (resisual spraying) karena nyamuk Ae.aegypti tidak suka

hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda yang tergantung seperti kelambu dan

pakaian yang tergantung. Untuk pemakaian di rumah tangga dipergunakan berbagai jenis

insektisida yang disemprotkan yang disemprotkan kedalan kamar atau ruangan misalnya,

golongan organophospat atau pyrethroid synthetic. Untuk pemberantasan larva dapat

digunakan abate 1 % SG. Cara ini biasannya digunakan dengan menaburkan abate kedalam

bejana tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum dapat mencegah adanya

jentik selama 2-3 bulan.

b. Pengelolaan lingkungan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Cara ini dilakukan dengan menghilangkan atau mengurangi tempat-tempat perindukkan.

Cara ini dikenal sebagai Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) yangpada dasarnya ialah

pemberantasan jentik atau mencegah agar nyanuk tidak dapat berkembang biak. PSN ini

dapat dilakukan dengan :

Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurangkurangnya

seminggu sekali. Ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa perkembangan telur menjadi

nyamuk selama 7-10 hari.

Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum dan tempat air lain

Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung sekurangkurangnya seminggu

sekali

Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barng-barang bekas

seperti kaleng bekas dan botol pecah sehingga tidak menjadi sarang nyamuk.

Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon dengan tanah

Membersihkan air yang tergenang diatap rumah

Memelihara ikan

e. Communicability

Virus Dengue penyebab DBD tidak dapat menular melalui udara, cairan tubuh,

makanan, maupun minuman. Hal ini karena virus Dengue tidak mampu bertahan hidup jika

Page 10: tugas surveilans

berada di luar sel atau jaringan yang hidup. Virus Dengue hidup dan menular dengan

bantuan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, atau Aedes polynesiensis. Dari ketiga

jenis nyamuk ini, Aedes aegypti merupakan host (tempat hidup) dan vektor utama virus

Dengue. Nyamuk ini berasal dari Brazil dan Ethiophia.

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah

membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif menyerang

manusia pada pagi dan siang hari. Virus Dengue masuk ke tubuh nyamuk melalui darah

yang diisap oleh nyamuk tersebut dari seorang penderita DBD. Di dalam tubuh nyamuk,

virus Dengue akan masuk ke usus halus (intestinum) dan berkembang biak di sana. Setelah

itu, virus akan berpindah tempat menuju kelenjar air liur dan siap ditularkan lagi. Fase ini

disebut masa inkubasi yang memakan waktu 7-14 hari.

Daya hidup nyamuk Aedes aegypti dan virus Dengue sangat dipengaruhi oleh

suhu dan kelembapan udara. Keduanya dapat hidup dengan baik pada suhu yang relatif

rendah dengan kelembapan udara yang tinggi. Karena faktor inilah, penularan DBD saat

musim penghujan jauh lebih tinggi dibandingkan musim kemarau.

f. Public Interest

Misi Indonesia Sehat 2010, di antaranya mendorong kemandirian masyarakat

untuk hidup sehat, hal tersebut mengandung maksud bahwa apapun yang dilakukan oleh

pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga

kesehatan mereka, maka akan sedikit yang akan dapat dicapai.3 Demikian juga, dalam misi

Program DBD di antaranya adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk terbebas

penyakit DBD,2 sehingga, diharapkan masyarakat mampu berperilaku sehat dengan

lingkungan yang sehat dan terbebas dari penyakit DBD.

g. Emerging Issues

Kementerian Kesehatan menyebutkan Indonesia masih menjadi sarang kasus demam

berdarah. Hingga pertengahan tahun ini, kasus demam berdarah terjadi di 31 provinsi

dengan penderita 48.905 orang, 376 di antaranya meninggal dunia. “Indonesia sudah

endemi. Demam berdarah bisa jadi penyakit yang terjadi sepanjang tahun,” kata Direktur

Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Andi Muhadir di Gedung Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, Jumat, 26 Juli 2013.

Jumlah penderita demam berdarah pada semester pertama tahun ini menunjukkan

kenaikan dibanding tahun lalu. Sepanjang 2012, Kemenkes mencatat 90.245 penderita.

Kemajuan teknologi penanganan kasus demam berdarah, menurut Andi, bisa menekan

angka kematian. Sepanjang tahun lalu, angka kematian mencapai 816 orang.

Page 11: tugas surveilans

h. Criteria Based On Consensus Proccess

Other Programmatic Considerations

a. Impact

Dampak dari program eliminasi DBD yang dilakukan pemerintah adalah :

1. pengurangan kesakitan,kematian dan penderitaan individu dan keluarganya.

2. Secara makro pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue mengurangi kerugian

sosial

3. meningkatkan produktivitas masyarakat serta berbagai "multiplier effect" lainnya.

4. Dalam arti yang luas, pemberantasan penyakit demam berdarah dengue akan

meningkatkan mutu kehidupan.

b. Effectiveness

Dengan pemberian DEC (Diethyl Carbamazine Citrate) dapat melumpuhkan otot

micro filaria sehingga tidak dapat bertahan di tempat hidupnya, mengubah komposisi

dinding micro filaria menjadi lebih mudah dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh

sehingga dalam beberapa jam micro filaria di sirkulasi darah akan mati. Selain itu, DEC

juga menyebabkan sebagian cacing dewasa mati dan cacing dewasa yang masih hidup

dihambat untuk memproduksi micro filaria selama 9-12 bulan.

c. Political

Program di IndonesiaAdanya program pengendalian vektor yang diatur dalam

KepmenkesNo. 581 tahun 1992, bahwa kegiatan pemberantasan sarang nyamuk(PSN)

dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir olehRT/RW dalam bentuk

PSN dengan pesan inti 3M plus.Kegiatan PSN telah dilaksanakan secara intensif sejak

tahun 1992 danpada tahun 2002 dikembangkan menjadi 3M Plus, dengan

caramenggunakan larvasida, memelihara ikan dan mencegah

gigitannyamuk.Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur dengan

AngkaBebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95%diharapkan

penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Tetapiselama tiga tahun terakhir pada

tahun 2007 sampai tahun 2009 angkaBebas Jentik belum berhasil mencapai target

(>95%).

Mengembangkan teknik komunikasiperubahan perilaku masyarakat secara spesifik

yaituKomunikasi Perubahan Perilaku (KPP)/Communicationfor Behavioral Impact

(COMBI) yang dapat menjadi salahsatu upaya pengendalian DBD di Indonesia.

Page 12: tugas surveilans

Penerapanmetode tersebut dimulai dengan pengadaan sumberdaya manusia yang

memiliki ketrampilan yang memadai melalui pelatihan disetiap jenjang administrasi.

Program di Morelos, Mexico• Pengendalian vektor (penyuluhan, implementasi, dan

monitoring),• bangunan publik yang bebas perindukan nyamuk (inspeksi danpemberian

sanksi),• kampanye kesehatan (brosur untuk sekolah, poster, radio, televisi),• kerja bakti

pada hari senin di sekolah tingkat SD dan SMPTetapi untuk pelaksanaan di tingkat SMA

dan universitas kurangberhasil karena kurangnya antusiasme dari murid.Semakin tinggi

institusi pendidikan tersebut maka semakin rendahmasalah tempat perindukan nyamuk

sejalan dengan banyaknyasarana dan prasarana yang memadai untuk kebersihan dan

perbaikandaripada sekolah tingkat SD dan SMP.

Pengawasan Kualitas Lingkungan

Pengawasan kualitas lingkungan (PKL) adalah caram pemberantasan vektor DBD

melalui pengawasan kebersihan lingkungan oleh masyarakat. Cara ini bertujuan

untuk menghilangkan tempat perindukkan nyamuk Ae.aegypti dari daerah pemukiman

penduduk. Kegiatan pokok yang dilaksanakan PKL adalah (1) pengawasan kebersihan

Lingkungan disetiap rumah termasuk sekolah, tempat-tempat umum(TTU) dan tempat-

tempat industri (TTI) oleh masyarakat seminggu sekali;(2) penyuluhan kebersihan

lingkungan dan penggerakan masyarakat dalam kebersihan lingkungan dan masyarakat

dalam kebersihan lingkungan melalui gotong royong secara berkala;(3) pemantauan

kualitas menggunakan indikator kebersihan dan indeks vektor DBD.

3 Evaluate Control/Prevention Measures

Pertama, melakukan tata laksana kasus, yang meliputi penemuan kasus, pengobatan

penderita, dan sistem pelaporan yang cepat dan terdokumentasi dengan baik.

Kedua, melakukan penyelidikan epidemiologi, terutama terhadap daerah yang terdapat

kasus penderita DBD. Penyelidikan ini tentu sangat berguna untuk melakukan

penanggulangan fokus terhadap kasus DBD.

Ketiga, adanya penyuluhan tentang DBD kepada masyarakat, melakukan pemantauan

jentik secara berkala, melakukan pemetaan penyebaran kasus, dan melakukan pertemuan

kelompok kerja DBD secara lintas sektor dan program.

Keempat, melakukan gerakan bulan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) yang

dilaksanakan sebelum bulan-bulan musim penularan penyakit DBD (data ini dapat kita

peroleh dari data tahun sebelumnya). Artinya, bulan musim penularan penyakit DBD

dapat diketahui, bila pencatatan dan pendataan dilakukan secara benar terhadap

terjadinya kasus DBD di suatu daerah.

Page 13: tugas surveilans

Kelima, dilakukan kegiatan pelatihan-pelatihan seputar penyakit DBD, mulai dari gejala

penyakit DBD, cara pengobatan penderita yang terkena DBD, cara pencegahan penyakit

DBD, dan lainnya.

Jadi, tidaklah berlebihan kalau orang mengatakan bahwa strategi utama penanggulangan

DBD itu terletak pada sejauh mana keberhasilan pemerintah mampu melakukan upaya-

upaya pemberdayaan terhadap potensi yang ada di masyarakat. Dalam kasus

penanggulangan DBD ini, salah satu contohnya adalah pemberdayaan kelompok ibu

rumah tangga. Sebab kelompok ibu rumah tangga ini sangat besar perannya dalam

kegiatan PSN dan menjaga kebersihan lingkungan rumahnya

4) Jelaskan confirmed, suspect dan porable dari penyakit tersebut !

Jawab :

a. Confirmed : terdapatnya tanda dan gejala klinis dengan penyakit,terdapatnya

bukti epidemiologi, dan bukti laboratorium yang mengarah tapi belum pasti yang

telah mengarah pada infeksi penyakit

b. Suspect : suspect adalah terdapatnya gejala klinis penyebab penyakit yang telah

terbukti secara epidemiologi, tetapi belum ada bukti secara laboratorium yang

mengarah kepada penyakit

Contoh :

Adapun mereka yang diduga suspect DB adalah I Gede Agus Wiguna (12) asal

Banjar Tagtag, Sampelan Kelod, I Made Aditya Wijaya (9) asal Banjar Batur,

Sampelan Kelod, Kadek Dwi Cahyadi (12) asal Banjar Bokong, Sampalan kelod, Ni

Made Griasih (27) asal Banjar Jabon, Sampelan Tengah (sudah sembuh), Kadek Dwi

Puspa (6) tahun asal Banjar Jabon, Sampelan Tengah dan I Ketut Alit Krisna Damara

(12) asal Banjar Jabon.

c. Possible : terdapatnya tanda klinis pada penyakit tapi belum ada nukti secara

epidemiologi dan bukti dari laboratorium yang mengidentifikasi adanya infeksi

penyakit