tugas surveilans
TRANSCRIPT
1) Memilih satu jenis penyakit, kemudian mengisi data-data yang diperlukan untuk
mengembangkan mekanisme sistem surveilans !
Jawab :
Kasus
6 Warga Klungkung Suspect Demam Berdarah
Natanews, Klungkung, Warga masyarakat diminta waspada. Pasalnya memasuki
musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah berjangkit. Salah satunya adalah
penyakit demam berdarah (DB). Seperti yang terjadi di Desa Sampalen Kelod dan
Sampelan Tengah, Kecamatan Dawan, Klungkung. Ada enam warga yang diduga suspect
demam berdarah.
Perbekel Sampelan Tengah Wayan Mudiarta mengungkapkan, anak mantan Kades
Sampelan Tengah Ketut Alit Krisna Damara (12) terserang DB dan sekarang ini masih
dirawat di RS Klungkung. Untuk mencegah meluasnya penularan DB ini, pihak Dinas
Kesehatan Klungkung telah melakukan fogging, Kamis (14/2) lalu. Hanya saja dirinya
kurang puas karena fogging dilakukan hanya 100 meter dari lokasi ditemukan warga yang
terjangkit.
"Kami berharap fogging dilakukan secara menyeluruh. Sebab kalau fogging dilakukan
hanya di lokasi terjangkit saja dikhawatirkan nyamuknya lari ke lokasi lain, sehingga
menyebar ke yang lainya," ungkapnya.
Natanews.com sempat menemui Kepala Puskesmas Dawan II dr. Inarti Utami. Hanya
saja yang bersangkutan menolak untuk memberikan pernyataan dan menyerahkan kepada
Dinas Kesehatan Klungkung.
Sementara itu menurut Kadis Kesehatan Klungkung dr. I Gusti Agung Suastika
mengakui kalau ada enam warga Sampelan Tengah dan Kelod yang suspect demam
berdarah. Pihak Dinas Kesehatan juga telah mengambil langkah langkah. Diantaranya
melakukan fogging sesuai ketentuan yakni 100 meter dari si penderita. Terkait usulan agar
dilakukan fogging menyeluruh di seluruh desa, menurut Suastika tidak bisa dilakukan.
Karena sesuai ketentuan fogging boleh dilakukan dengan radius 100 meter dari ditemukan
warga yang suspect demam berdarah.
Adapun mereka yang diduga suspect DB adalah I Gede Agus Wiguna (12) asal Banjar
Tagtag, Sampelan Kelod, I Made Aditya Wijaya (9) asal Banjar Batur, Sampelan Kelod,
Kadek Dwi Cahyadi (12) asal Banjar Bokong, Sampalan kelod, Ni Made Griasih (27) asal
Banjar Jabon, Sampelan Tengah (sudah sembuh), Kadek Dwi Puspa (6) tahun asal Banjar
Jabon, Sampelan Tengah dan I Ketut Alit Krisna Damara (12) asal Banjar Jabon.
"Kita sudah ada langkah-langkah pencegahan, salah satunya dengan melakukan
fogging," ujar dr. Agung Suastika, Sabtu (16/2). (090)
Jenis penyakit :
Demam berdarah dengue (DBD)
Masalah penting dipandang dari sudut kesehatan masyarakat:
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia.
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka
kematian anak dan dewasa serta dapat menurunkan produktifitas tenaga kerja
(Harijanto,2000). Daerah fokus demam berdarah semakin meluas baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan (Dinas Kesehatan Jabar,2002). Sejak Januari sampai
dengan 5 Maret tahun 2005 total kasus DBD di seluruh propinsi Indonesia sudah
mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53%). Kasus
tertinggi terdapat di propinsi DKI Jakarta (11.534) sedangkan CFR tertinggi terdapat
di propinsi NTT (3,96%) (Kristina,2005). Di Jawa Barat sendiri jumlah orang yang
terinfeksi DBD sebanyak 18.771 orang, sedikit berkurang bila dibandingkan dengan
tahun 2004 dimana terdapat 19.012 orang yang terserang penyakit DBD (Dinkes
Jabar)
Tujuan surveilans :
a. Monotoring kecenderungan dan memperhatikan perubahan (deteksi KLB)
untuk dapat melakukan intervensi
b. Melakukan evaluasi terhadap program pencegahan
c. Untuk memproyeksi perencanaan program pencegahan
d. Eliminasi atau eradikasi penyakit
e. Membuat hipetesis cara transmisi penyakit
f. Mengumpulkan informasi untuk keperluan tudi lebih lanjut
Definisi kasus :
Gejala Klinis :
1. Demam tinggi yang bersifat akut.
2. Adanya manifestasi perdarahan (paling sedikit tes tour-niquet positif)
3. Hepatomegali
4. Renjatan
Hasil Test Laboratorium :
1. Trombositopeni (100.000/uL).
2. Hemokonsentrasi (kenaikan Ht ?20% diatas nilai rata-rata hematokrit
penduduk menurut umur dan kelamin).
Diagnosis klinis
Definisi kasus DBD (case definition) menurut kriteria WHO (1997) harus memenuhi
semua keadaan di bawah ini, meliputi:
1. Demam atau riwayat demam akut selama 2-7 hari, kadang-kadang bersifat bifasik.
2. Manifestasi perdarahan bersifat sebagai salah satu di bawah ini:
Tes tourniquet positif
Petekie, ekimosis purpura
Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan atau tempat lain
Hematemesis atau melena
3. Trombositopeni (100.000/uL).
4. Bukti adanya kebocoran plasma karena meningkatnya per-meabilitas vaskuler,
bermanifestasi sebagai salah satu di bawah ini:
Kenaikan hematokrit ?20% diatas nilai rata-rata hematokrit untuk populasi,
umur dan jenis kelamin.
Penurunan nilai hematokrit ?20% dari nilai dasar setelah pengobatan cairan
untuk mengatasi hipovolemi.
Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, ascites dan hipoproteinemi.
Berdasarkan kriteria tersebut untuk diagnosis klinik harus dipenuhi kriteria kenaikan
hematokrit 2 0% sebagai bukti ada-nya kebocoran plasma.
Indikator :
Dalam rangka mencari indikator penularan penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD), telah dilakukan penelitian dengan mengukur kepadatan telur, jentik, pupa dan
nyamuk Ae.aegypti yang dihubungkan dengan kasus DBD di daerah endemis tinggi,
endemis rendah dan bebas DBD. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 1997
sampai Maret 1998 di Kodya Semarang dan Kodya Salatiga. Indikator yang diamati
adalah Container index (CI); House index (HI); Breteau index (BI); kepadatan telur,
pupa, nyamuk Ae.aegypti, nyamuk parous, dan dilatasi nyamuk. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ke enam belas indikator yang diteliti ternyata hanya lima
indikator yang mempunyai korelasi positif bermakna terhadap kasus DBD yaitu
kepadatan telur Aedes di dalam rumah; kepadatan nyamuk Ae. aegypti; kepadatan
nyamuk Ae.aegypti parous; kepadatan nyamuk Ae.aegypti dilatasi I dan II.
Indikator yang mempunyai korelasi positif bermakna dan memiliki kontribusi paling
besar (lebih dari 60%) dengan terjadinya kasus Demam Berdarah Dengue adalah
kepadatan nyamuk Ae. aegypti dilatasi II.
Data minimum yang diperlukan
a. Data dasar :
Natanews, Klungkung, Warga masyarakat diminta waspada. Pasalnya memasuki
musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah berjangkit. Salah satunya
adalah penyakit demam berdarah (DB). Seperti yang terjadi di Desa Sampalen
Kelod dan Sampelan Tengah, Kecamatan Dawan, Klungkung. Ada enam warga
yang diduga suspect demam berdarah.
b. Ciri-ciri khusus:
Panas akibat bakteri sering naik turun terutama meningkat pada waktu menjelang
sore dan mencapai puncak panas pada waktu malam hari, sedang pada waktu pagi
suhu turun sd mendekati normal, kondisi berulang lagi keesokan harinya. Demam
berdarah pada satu dan dua hari pertama hampir sulit dibedakan dengan demam
akibat virus lain, tetapi sebenarnya relatif dapat dibedakan secara klinis dengan
demam akibat bakteri. Demam berdarah sendiri sebenarnya terdiri dari 4 stadium.
Stadium 1 tidak didapatkan gejala perdarahan spontan, pada stadium 2 mulai
terdapat perdarahan spontan dapat berupa bintik2 perdarahan di kulit (untuk
membedakan dengan kemerahan biasa pada kulit caranya gampang, tekan dengan
jari tangan kalau menghilang berarti bukan perdarahan), tetapi dapat juga terjadi
perdarahan pada gusi, bahkan sampai muntah darah. Stadium 3 mulai terjadi gejala
renjatan/syok, tekanan darah mulai menurun terlihat dari selisih antara tekanan
darah sistole (atas) dengan diastole (bawah) yang memendek, dibawah 20 (misal
tekanan darah 100/85). Stadium 4 adalah yang paling berbahaya karena sudah
timbul renjatan atau syok.
c. Umur :
I Gede Agus Wiguna (12 th) asal Banjar Tagtag, Sampelan Kelod, I Made Aditya
Wijaya (9 th) asal Banjar Batur, Sampelan Kelod, Kadek Dwi Cahyadi (12 th )
asal Banjar Bokong, Sampalan kelod, Ni Made Griasih (27 th ) asal Banjar Jabon,
Sampelan Tengah (sudah sembuh), Kadek Dwi Puspa (6 th) tahun asal Banjar
Jabon, Sampelan Tengah dan I Ketut Alit Krisna Damara (12 th) asal Banjar
Jabon.
d. Jenis kalamin:
Perempuan maupun laki-laki
e. Daerah geografi :
Natanews, Klungkung, Warga masyarakat diminta waspada. Pasalnya memasuki
musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah berjangkit apalagi DBD
Sumber data
Sistem surveilans penyakit DBD adalah pengamatan penyakit DBD di Puskesmas
meliputi kegiatan pencatatan , pengolahan dan penyajian data penderita DBD untuk
pemantauan mingguan , laporan mingguan wabah,laporan bulanan program P2DBD,
penentuan desa atau kelurahan rawan , mengetahui distribusi kasus DBD/ kasus
tersangka DBD per RW/ dusun, menentukan musim penularan dan mengetahui
kecenderungan penyakit.
Macam-macam sumber data dalam surveilans epidemiologi (Kepmenkes RI
No.1116/Menkes/SK/VIII/2003) :
1. Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat: Sementara itu menurut Kadis Kesehatan Klungkung dr. I Gusti
Agung Suastika mengakui kalau ada enam warga Sampelan Tengah dan Kelod
yang suspect demam berdarah
2. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporan
kantor pemerintah dan masyarakat : (tidak ada)
3. Data geografi yang dapat diperoleh dari unit unit meteorologi dan geofisika :
Pasalnya memasuki musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah
berjangkit. Salah satunya adalah penyakit demam berdarah dengue (DBD). Seperti
yang terjadi di Desa Sampalen Kelod dan Sampelan Tengah, Kecamatan Dawan,
Klungkung
4. Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat (Tidak ada)
5. Data kondisi lingkungan
6. Laporan wabah : Natanews, Klungkung, Warga masyarakat diminta waspada.
Pasalnya memasuki musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah
berjangkit. Salah satunya adalah penyakit demam berdarah dengue (DBD). Seperti
yang terjadi di Desa Sampalen Kelod dan Sampelan Tengah, Kecamatan Dawan,
Klungkung. Ada enam warga yang diduga suspect demam berdarah.
7. Laporan penyelidikan wabah/KLB
8. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan : Perbekel Sampelan Tengah Wayan
Mudiarta mengungkapkan, anak mantan Kades Sampelan Tengah Ketut Alit
Krisna Damara (12) terserang DB dan sekarang ini masih dirawat di RS
Klungkung
9. Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya : Dalam masalah penyakit DBD,
surveilans penyakit mencakup empat aspek yaitu (1)surveilans kasus, (2) vektor
(termasuk ekologinya), (3) peran serta masyarakat dan (4) tindakan pengendalian.
Program surveilans epidemiologi DBD meliputi surveilans penyakit yang
dilakukan dengan cara meminta laporan kasus dari rumah sakit dan sarana
kesehatan serta surveilans vektor yang dilakukan dengan melakukan penelitian
epidemiologi di daerah yang terjangkit DBD. Pelaksanaan surveilans epidemiologi
vektor DBD untuk deteksi dini biasanya dilakukan penelitian di tempat-tempat
umum; sarana air bersih; pemukiman dan lingkungan perumahan; dan limbah
industri, RS serta kegiatan lain. Kegiatan di atas dilakukan oleh petugas kesehatan,
juru pemantau jentik dan tim pemberantasan nyamuk di sekolah dan masyarakat.
Sebagai indikator keberhasilan program tersebut adalah Angka Bebas Jentik
(ABJ). Surveilans epidemiologi penyakit DBD memegang peranan penting dalam
upaya memutus mata rantai penyakit DBD. Namun, pada kenyataanya belum
berjalan dengan baik disebabkan karena faktor eksternal dan internal, misalnya
petugas puskesmas tidak menjalankan tugas dengan sebagaimana mestinya dalam
melakukan Pemantauan Jentik Berkala (PJB)
10.Data hewan dan vektor sumber penular penyakit yang dapat diperoleh dari unit
pelayanan kesehatan dan masyarakat (belum ada)
11.Laporan kondisi pangan
2) Menjelaskan mengapa perlu melakukan mekanisme sistem surveilans ?
Jawab :
Perlu untuk melakukan mekanisme sistem surveilans untuk deteksi perubahan akut
dari penyakit yang terjadi dan distribusinya, perhitungan trend, identifikasi pola penyakit,
identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat, identifikasi faktor
risiko dan penyebab lainnya, deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi, dapat
memonitoring kecenderungan penyakit endemis, mempelajari riwayat alamiah penyakit dan
epidemiologinya, memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan
pelayanan kesehatan dimasa akan datang, membantu menetapkan masalah kesehatan
prioritas dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan. Inti kegiatan surveilans
pada akhirnya adalah bagaimana data yang sudah dikumpul, dianalisis, dan dilaporkan ke
pemegang kebijakan guna ditindaklanjuti dalam pembuatan program intervensi yang lebih
baik untuk menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia (HIMAPID, 2008).
3) Penyakit yang dipilih jelaskan :
a. Aspek kuantitatif
Pendekatan Kuantitatif (Besaran Masalah) dan Pendekatan Kualitatif (Kualitas)
a. Frequency
Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968,
akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut
menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia
kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus
menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang
terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.
b. Severity
Departemen kesehatan telah mengupayakan manajemen program dalam mengatasi
kasus DBD, pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa
melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang di
taburkan ketempat penampungan air yang sulit di bersihkan. Manajemen program yang
diterapkan oleh Departemen Kesehatan telah menjadi protap bagi semua daerah dari tingkat
Provinsi sampai dengan Kabupaten/Kota namun sampai saat ini belum memperlihatkan
hasil yang memuaskan. Kasus tahun 2004 secara nasional adalah 79.482 kasus dengan
jumlah kematian sebanyak 957 penderita (case fatality rate sebesar 1,2 %) dan incidence
rate sebesar 37,01 per 10.000 penduduk, maka jumlah kasus tahun ini lebih besar di
bandingkan tahun 2003 yaitu 52.566 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 788 kasus,
(case fatality rate sebesar 1,5 %) dan incidence rate sebesar 24,34 per 10.000 penduduk
(Depkes RI, 2006). Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi tahun 2005 sebanyak
206 penderita (IR 23,5/100.000) dengan 7 kematian (CFR 3,29%), tahun 2006 sebanyak
302 penderita (IR 32,9/100.000) dengan 2 kematian (CFR 0,66%) , tahun 2007 sebanyak
236 penderita (IR 25,70/100.000) jumlah kematian 4 (CFR 2,1%), tahun 2008 sebanyak 129
penderita (IR 13,65/100.000) dengan kematian 2 penderita (CFR 1,55%), tahun 2009
sebanyak 93 penderita (IR 9,39/100.000) kematian 2 penderita (CFR 2,15%) (Provinsi
tahun 2009). Sejak Kota menjadi menjadi Ibukota Provinsi pada tahun 2001 arus mobilisasi
penduduk di Kota semakin meningkat, dan pada lima tahun terakhir ini Kota sering dilanda
musibah banjir yang terjadi setiap tahun. Keadaan ini merupakan salah satu faktor pencetus
meningkatnya kasus demam berdarah di Kota .
c. Direct-Indirect Cost
Diketahui bahwa proporsi anggaran Program Pemberantasan Penyakit Menular di
tiap-tiap kabupaten/kota berbeda-beda, tergantung dari program prioritas yang dilaksanakan
di wilayah tersebut, dimana jumlah dana untuk setiap tahun tidak tetap besarnya, namun
terlihat adanya kecenderungan penurunan dana program ini pada tahun 2008. Pada
komponen anggaran program terlihat pada kabupaten/kota yang baru terbentuk cenderung
memiliki porsi belanja modal yang cukup besar, ini berhubungan dengan adanya
pembangunan fasilitas fisik untuk pemenuhan kebutuhan kabupaten yang baru dibentuk.
Porsi pembiayaan untuk program pemberantasan penyakit DBD merupakan yang paling
banyak porsinya. Pembiayaan program ini tidak tergantung kepada tinggi rendahnya jumlah
kejadian penyakit di tahun sebelumnya. Hal ini berakibat adanya penyakit yang tidak
mendapatkan dukungan anggaran karena keterbatasan anggaran yang dialokasikan untuk
Dinas Kesehatan yang ada di kabupaten tersebut. Juga karena kurangnya dukungan dari
Pemerintah Daerah yang lebih memperioritaskan pada kegiatan Pengobatan Gratis yang
lebih banyak memerlukan porsi anggaran.
d. Preventability
Pemberantasan vektor DBD
Pemberantasan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan hingga ke tingkat yang bukan merupakan masalah kesehatan
masyarakat lagi. Kegiatan pemberantasan nyamuk aedes yang dilaksanakan sekarang ada
dua cara yaitu:
a. Dengan cara kimia
Cara ini dapat dilakukan untuk nyamuk dewasa maupun larva. Untuk nyamuk
dewasa saat ini dilakukan dengan cara pengasapan (thermal fogging) atau pengagutan (colg
Fogging = Ultra low volume). Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan
cara penyemprotan pada dinding (resisual spraying) karena nyamuk Ae.aegypti tidak suka
hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda yang tergantung seperti kelambu dan
pakaian yang tergantung. Untuk pemakaian di rumah tangga dipergunakan berbagai jenis
insektisida yang disemprotkan yang disemprotkan kedalan kamar atau ruangan misalnya,
golongan organophospat atau pyrethroid synthetic. Untuk pemberantasan larva dapat
digunakan abate 1 % SG. Cara ini biasannya digunakan dengan menaburkan abate kedalam
bejana tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum dapat mencegah adanya
jentik selama 2-3 bulan.
b. Pengelolaan lingkungan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Cara ini dilakukan dengan menghilangkan atau mengurangi tempat-tempat perindukkan.
Cara ini dikenal sebagai Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) yangpada dasarnya ialah
pemberantasan jentik atau mencegah agar nyanuk tidak dapat berkembang biak. PSN ini
dapat dilakukan dengan :
Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurangkurangnya
seminggu sekali. Ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa perkembangan telur menjadi
nyamuk selama 7-10 hari.
Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum dan tempat air lain
Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung sekurangkurangnya seminggu
sekali
Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barng-barang bekas
seperti kaleng bekas dan botol pecah sehingga tidak menjadi sarang nyamuk.
Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon dengan tanah
Membersihkan air yang tergenang diatap rumah
Memelihara ikan
e. Communicability
Virus Dengue penyebab DBD tidak dapat menular melalui udara, cairan tubuh,
makanan, maupun minuman. Hal ini karena virus Dengue tidak mampu bertahan hidup jika
berada di luar sel atau jaringan yang hidup. Virus Dengue hidup dan menular dengan
bantuan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, atau Aedes polynesiensis. Dari ketiga
jenis nyamuk ini, Aedes aegypti merupakan host (tempat hidup) dan vektor utama virus
Dengue. Nyamuk ini berasal dari Brazil dan Ethiophia.
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah
membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif menyerang
manusia pada pagi dan siang hari. Virus Dengue masuk ke tubuh nyamuk melalui darah
yang diisap oleh nyamuk tersebut dari seorang penderita DBD. Di dalam tubuh nyamuk,
virus Dengue akan masuk ke usus halus (intestinum) dan berkembang biak di sana. Setelah
itu, virus akan berpindah tempat menuju kelenjar air liur dan siap ditularkan lagi. Fase ini
disebut masa inkubasi yang memakan waktu 7-14 hari.
Daya hidup nyamuk Aedes aegypti dan virus Dengue sangat dipengaruhi oleh
suhu dan kelembapan udara. Keduanya dapat hidup dengan baik pada suhu yang relatif
rendah dengan kelembapan udara yang tinggi. Karena faktor inilah, penularan DBD saat
musim penghujan jauh lebih tinggi dibandingkan musim kemarau.
f. Public Interest
Misi Indonesia Sehat 2010, di antaranya mendorong kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat, hal tersebut mengandung maksud bahwa apapun yang dilakukan oleh
pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga
kesehatan mereka, maka akan sedikit yang akan dapat dicapai.3 Demikian juga, dalam misi
Program DBD di antaranya adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk terbebas
penyakit DBD,2 sehingga, diharapkan masyarakat mampu berperilaku sehat dengan
lingkungan yang sehat dan terbebas dari penyakit DBD.
g. Emerging Issues
Kementerian Kesehatan menyebutkan Indonesia masih menjadi sarang kasus demam
berdarah. Hingga pertengahan tahun ini, kasus demam berdarah terjadi di 31 provinsi
dengan penderita 48.905 orang, 376 di antaranya meninggal dunia. “Indonesia sudah
endemi. Demam berdarah bisa jadi penyakit yang terjadi sepanjang tahun,” kata Direktur
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Andi Muhadir di Gedung Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Jumat, 26 Juli 2013.
Jumlah penderita demam berdarah pada semester pertama tahun ini menunjukkan
kenaikan dibanding tahun lalu. Sepanjang 2012, Kemenkes mencatat 90.245 penderita.
Kemajuan teknologi penanganan kasus demam berdarah, menurut Andi, bisa menekan
angka kematian. Sepanjang tahun lalu, angka kematian mencapai 816 orang.
h. Criteria Based On Consensus Proccess
Other Programmatic Considerations
a. Impact
Dampak dari program eliminasi DBD yang dilakukan pemerintah adalah :
1. pengurangan kesakitan,kematian dan penderitaan individu dan keluarganya.
2. Secara makro pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue mengurangi kerugian
sosial
3. meningkatkan produktivitas masyarakat serta berbagai "multiplier effect" lainnya.
4. Dalam arti yang luas, pemberantasan penyakit demam berdarah dengue akan
meningkatkan mutu kehidupan.
b. Effectiveness
Dengan pemberian DEC (Diethyl Carbamazine Citrate) dapat melumpuhkan otot
micro filaria sehingga tidak dapat bertahan di tempat hidupnya, mengubah komposisi
dinding micro filaria menjadi lebih mudah dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh
sehingga dalam beberapa jam micro filaria di sirkulasi darah akan mati. Selain itu, DEC
juga menyebabkan sebagian cacing dewasa mati dan cacing dewasa yang masih hidup
dihambat untuk memproduksi micro filaria selama 9-12 bulan.
c. Political
Program di IndonesiaAdanya program pengendalian vektor yang diatur dalam
KepmenkesNo. 581 tahun 1992, bahwa kegiatan pemberantasan sarang nyamuk(PSN)
dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir olehRT/RW dalam bentuk
PSN dengan pesan inti 3M plus.Kegiatan PSN telah dilaksanakan secara intensif sejak
tahun 1992 danpada tahun 2002 dikembangkan menjadi 3M Plus, dengan
caramenggunakan larvasida, memelihara ikan dan mencegah
gigitannyamuk.Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur dengan
AngkaBebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95%diharapkan
penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Tetapiselama tiga tahun terakhir pada
tahun 2007 sampai tahun 2009 angkaBebas Jentik belum berhasil mencapai target
(>95%).
Mengembangkan teknik komunikasiperubahan perilaku masyarakat secara spesifik
yaituKomunikasi Perubahan Perilaku (KPP)/Communicationfor Behavioral Impact
(COMBI) yang dapat menjadi salahsatu upaya pengendalian DBD di Indonesia.
Penerapanmetode tersebut dimulai dengan pengadaan sumberdaya manusia yang
memiliki ketrampilan yang memadai melalui pelatihan disetiap jenjang administrasi.
Program di Morelos, Mexico• Pengendalian vektor (penyuluhan, implementasi, dan
monitoring),• bangunan publik yang bebas perindukan nyamuk (inspeksi danpemberian
sanksi),• kampanye kesehatan (brosur untuk sekolah, poster, radio, televisi),• kerja bakti
pada hari senin di sekolah tingkat SD dan SMPTetapi untuk pelaksanaan di tingkat SMA
dan universitas kurangberhasil karena kurangnya antusiasme dari murid.Semakin tinggi
institusi pendidikan tersebut maka semakin rendahmasalah tempat perindukan nyamuk
sejalan dengan banyaknyasarana dan prasarana yang memadai untuk kebersihan dan
perbaikandaripada sekolah tingkat SD dan SMP.
Pengawasan Kualitas Lingkungan
Pengawasan kualitas lingkungan (PKL) adalah caram pemberantasan vektor DBD
melalui pengawasan kebersihan lingkungan oleh masyarakat. Cara ini bertujuan
untuk menghilangkan tempat perindukkan nyamuk Ae.aegypti dari daerah pemukiman
penduduk. Kegiatan pokok yang dilaksanakan PKL adalah (1) pengawasan kebersihan
Lingkungan disetiap rumah termasuk sekolah, tempat-tempat umum(TTU) dan tempat-
tempat industri (TTI) oleh masyarakat seminggu sekali;(2) penyuluhan kebersihan
lingkungan dan penggerakan masyarakat dalam kebersihan lingkungan dan masyarakat
dalam kebersihan lingkungan melalui gotong royong secara berkala;(3) pemantauan
kualitas menggunakan indikator kebersihan dan indeks vektor DBD.
3 Evaluate Control/Prevention Measures
Pertama, melakukan tata laksana kasus, yang meliputi penemuan kasus, pengobatan
penderita, dan sistem pelaporan yang cepat dan terdokumentasi dengan baik.
Kedua, melakukan penyelidikan epidemiologi, terutama terhadap daerah yang terdapat
kasus penderita DBD. Penyelidikan ini tentu sangat berguna untuk melakukan
penanggulangan fokus terhadap kasus DBD.
Ketiga, adanya penyuluhan tentang DBD kepada masyarakat, melakukan pemantauan
jentik secara berkala, melakukan pemetaan penyebaran kasus, dan melakukan pertemuan
kelompok kerja DBD secara lintas sektor dan program.
Keempat, melakukan gerakan bulan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) yang
dilaksanakan sebelum bulan-bulan musim penularan penyakit DBD (data ini dapat kita
peroleh dari data tahun sebelumnya). Artinya, bulan musim penularan penyakit DBD
dapat diketahui, bila pencatatan dan pendataan dilakukan secara benar terhadap
terjadinya kasus DBD di suatu daerah.
Kelima, dilakukan kegiatan pelatihan-pelatihan seputar penyakit DBD, mulai dari gejala
penyakit DBD, cara pengobatan penderita yang terkena DBD, cara pencegahan penyakit
DBD, dan lainnya.
Jadi, tidaklah berlebihan kalau orang mengatakan bahwa strategi utama penanggulangan
DBD itu terletak pada sejauh mana keberhasilan pemerintah mampu melakukan upaya-
upaya pemberdayaan terhadap potensi yang ada di masyarakat. Dalam kasus
penanggulangan DBD ini, salah satu contohnya adalah pemberdayaan kelompok ibu
rumah tangga. Sebab kelompok ibu rumah tangga ini sangat besar perannya dalam
kegiatan PSN dan menjaga kebersihan lingkungan rumahnya
4) Jelaskan confirmed, suspect dan porable dari penyakit tersebut !
Jawab :
a. Confirmed : terdapatnya tanda dan gejala klinis dengan penyakit,terdapatnya
bukti epidemiologi, dan bukti laboratorium yang mengarah tapi belum pasti yang
telah mengarah pada infeksi penyakit
b. Suspect : suspect adalah terdapatnya gejala klinis penyebab penyakit yang telah
terbukti secara epidemiologi, tetapi belum ada bukti secara laboratorium yang
mengarah kepada penyakit
Contoh :
Adapun mereka yang diduga suspect DB adalah I Gede Agus Wiguna (12) asal
Banjar Tagtag, Sampelan Kelod, I Made Aditya Wijaya (9) asal Banjar Batur,
Sampelan Kelod, Kadek Dwi Cahyadi (12) asal Banjar Bokong, Sampalan kelod, Ni
Made Griasih (27) asal Banjar Jabon, Sampelan Tengah (sudah sembuh), Kadek Dwi
Puspa (6) tahun asal Banjar Jabon, Sampelan Tengah dan I Ketut Alit Krisna Damara
(12) asal Banjar Jabon.
c. Possible : terdapatnya tanda klinis pada penyakit tapi belum ada nukti secara
epidemiologi dan bukti dari laboratorium yang mengidentifikasi adanya infeksi
penyakit