makalah nephrotic syndrome

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria masif, hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan hiperlipidemia. Angka kejadian SN di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7 per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per tahun, sedangkan di Indonesia dilaporkan 6/100.000 anak per tahun, dengan perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Jakarta, Sindrom Nefrotik merupakan penyebab kunjungan sebagian besar pasien di Poliklinik khusus Nefrologi, dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak yang dirawat antara tahun 1995-2000. Penyakit yang mengubah fungsi glomerulus sehingga mengakibatkan kebocoran protein (khususnya albumin) ke dalam ruang Bowman akan menyebabkan terjadinya sindrom ini. Etiologi SN secara garis besar dapat dibagi 3, yaitu kongenital, glomerulopati primer/idiopatik, dan sekunder mengikuti penyakit sistemik seperti pada purpura Henoch-Schonlein dan lupus eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik pada tahun 1

Upload: aldrian

Post on 07-Dec-2015

85 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

sindrom nefrotik by aldrian saforta UISU

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Nephrotic Syndrome

BAB I

PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Sindrom Nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria masif,

hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan hiperlipidemia. Angka kejadian SN di

Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7 per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per

tahun, sedangkan di Indonesia dilaporkan 6/100.000 anak per tahun, dengan perbandingan

anak laki-laki dan perempuan 2:1. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM

Jakarta, Sindrom Nefrotik merupakan penyebab kunjungan sebagian besar pasien di Poliklinik

khusus Nefrologi, dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak yang dirawat antara

tahun 1995-2000.

Penyakit yang mengubah fungsi glomerulus sehingga mengakibatkan kebocoran protein

(khususnya albumin) ke dalam ruang Bowman akan menyebabkan terjadinya sindrom ini.

Etiologi SN secara garis besar dapat dibagi 3, yaitu kongenital, glomerulopati

primer/idiopatik, dan sekunder mengikuti penyakit sistemik seperti pada purpura Henoch-

Schonlein dan lupus eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik pada tahun pertama kehidupan,

terlebih pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, merupakan kelainan kongenital (umumnya

herediter) dan mempunyai prognosis buruk.

1.2 Tujuan Penulisan Makalah

1.Tujuan Umum

Dokter muda mampu memahami konsep dasar medis dan penanganan pada pasien dengan

penyakit sindroma nefrotik.

2. Tujuan Khusus

Dokter muda dapat :

a. Mengetahui dan memahami epidemiologi dari sindrom nefrotik

1

Page 2: Makalah Nephrotic Syndrome

b. Mengetahui dan memahami definisi sindrom nefrotik

c. Mengetahui dan memahami etiologi dan klasifikasi kelainan glomerulus pada sindrom

nefrotik

d. Mengetahui dan memahami patofisiologi sindrom nefrotik

e. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis sindrom nefrotik

f. Mengetahui dan memahami cara mendiagnosa sindrom nefrotik

g. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari sindroma nefrotik

h. Mengetahui dan memahami komplikasi sindroma nefrotik

i. Mengetahui dan memahami prognosa sindroma nefrotik

j. Mengetahui dan memahami pencegahan sindroma nefrotik

2

Page 3: Makalah Nephrotic Syndrome

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi Sindrom Nefrotik

Insidens dapat mengenai semua umur tetapi sebagian besar (74%) dijumpai pada usia 2-

7 tahun. Rasio laki-laki : perempuan = 2:1, sedangkan pada masa remaja dan dewasa rasio ini

berkisar 1:1. Biasanya 1 dari 4 penderita sindrom nefrotik adalah penderita dengan usia > 60

tahun. Namun secara tepatnya insiden dan prevalensi sindrom nefrotik pada lansia tidak

diketahui karena sering terjadi salah diagnosis.

Kira-kira dua dari setiap 10.000 orang mengalami sindroma nefrotik. Prevalensi

sindroma nefrotik sulit untuk ditentukan pada orang-orang dewasa karena kondisi ini biasanya

merupakan suatu akibat dari penyakit yang mendasarinya.

Pada anak-anak (< 16 tahun) paling sering ditemukan nefropati lesi minimal (75%-85%)

dengan umur rata-rata 2,5 tahun, 80% < 6 tahun saat diagnosis dibuat dan laki-laki dua kali

lebih banyak daripada wanita. Pada orang dewasa paling banyak nefropati membranosa (30%-

50%), umur rata-rata 30-50 tahun. Kejadian SN idiopatik 2-3 kasus/100.000 anak/tahun

sedangkan pada dewasa 3/1000.000/tahun.

2.2 Definisi Sindrom Nefrotik

Sindrom Nefrotik adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak,

merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif,

hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia serta sembab. Yang dimaksud proteinuria masif adalah

apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kg berat badan/hari atau lebih. Albumin

dalam darah biasanya menurun hingga kurang dari 2,5 gram/dl.

3

Page 4: Makalah Nephrotic Syndrome

2.3 Etiologi Sindrom Nefrotik

Sebab pasti belum diketahui; akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.

Jadi merupakan suatu antigen-antibodi. Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2

golongan, yaitu :

1. Sindrom nefrotik primer, faktor etiologinya tidak diketahui. Dikatakan sindrom

nefrotik primer oleh karena sindrom nefrotik ini secara primer terjadi akibat kelainan

pada glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab lain. Golongan ini paling sering

dijumpai pada anak. Termasuk dalam sindrom nefrotik primer adalah sindrom nefrotik

kongenital, yaitu salah satu jenis sindrom nefrotik yang ditemukan sejak anak itu lahir

atau usia di bawah 1 tahun. Penyakit ini diturunkan secara resesif autosom atau karena

reaksi fetomaternal. Resisten terhadap semua pengobatan. Gejalanya adalah edema

pada masa neonatus. Pencangkokan ginjal pada masa neonatus telah dicoba, tapi tidak

berhasil. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama

kehidupannya.

Kelainan histopatologik glomerulus pada sindrom nefrotik primer dikelompokkan

menurut rekomendasi dari ISKDC (International Study of Kidney Disease in

Children). Kelainan glomerulus ini sebagian besar ditegakkan melalui pemeriksaan

mikroskop cahaya, dan apabila diperlukan, disempurnakan dengan pemeriksaan

mikroskop elektron dan imunofluoresensi. Tabel di bawah ini menggambarkan

klasifikasi histopatologik sindrom nefrotik pada anak berdasarkan istilah dan

terminologi menurut rekomendasi ISKDC (International Study of Kidney Diseases in

Children, 1970) serta Habib dan Kleinknecht (1971).

4

Page 5: Makalah Nephrotic Syndrome

Tabel  1.  Klasifikasi kelainan glomerulus pada sindrom nefrotik primer3

            Kelainan minimal (KM)

            Glomerulosklerosis (GS)

                        Glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS)

                        Glomerulosklerosis fokal global (GSFG)

            Glomerulonefritis proliferatif mesangial difus (GNPMD)

            Glomerulonefritis proliferatif mesangial difus eksudatif

            Glomerulonefritis kresentik (GNK)

            Glomerulonefritis membrano-proliferatif (GNMP)

                        GNMP tipe I dengan deposit subendotelial

                        GNMP tipe II dengan deposit intramembran

                        GNMP tipe III dengan deposit transmembran/subepitelial

            Glomerulopati membranosa (GM)

            Glomerulonefritis kronik lanjut (GNKL)

Sindrom nefrotik primer yang banyak menyerang anak biasanya berupa sindrom

nefrotik tipe kelainan minimal. Pada dewasa prevalensi sindrom nefrotik tipe kelainan

minimal jauh lebih sedikit dibandingkan pada anak-anak.

Di Indonesia gambaran histopatologik sindrom nefrotik primer agak berbeda dengan

data-data di luar negeri. Wila Wirya menemukan hanya 44.2% tipe kelainan minimal dari 364

anak dengan sindrom nefrotik primer yang dibiopsi, sedangkan Noer di Surabaya

mendapatkan 39.7% tipe kelainan minimal dari 401 anak dengan sindrom nefrotik primer

yang dibiopsi.

2. Sindrom nefrotik sekunder, timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai

akibat dari berbagai sebab yang nyata seperti misalnya efek samping obat. Penyebab yang

sering dijumpai adalah :

5

Page 6: Makalah Nephrotic Syndrome

a. Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus, amiloidosis, sindrom Alport,

miksedema.

b.  Infeksi: hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, sifilis, streptokokus, AIDS.

c.  Toksin dan alergen: logam berat (Hg), penisillamin, probenesid, racun serangga, bisa

ular.

d. Penyakit sistemik bermediasi imunologik: lupus eritematosus sistemik, purpura

Henoch-     Schönlein, sarkoidosis.

e. Neoplasma: tumor paru, penyakit Hodgkin, tumor gastrointestinal.

2.4 Patogenesis

Reaksi antigen antibody menyebabkan permeabilitas membrane basalis glomerulus

meningkat dan diikuti kebocoran sejumlah protein (albumin). Tubuh kehilangan albumin

lebih dari 3,5 gram/hari menyebabkan hipoalbuminemia, diikuti gambaran klinis sindrom

nefrotik seperti sembab, hiperliproproteinemia dan lipiduria.

Patofisiologi beberapa gejala dari sindrom nefrotik :

1. Proteinuria (albuminuria)

Proteinuria (albuminuria) masif merupakan penyebab utama terjadinya sindrom nefrotik,

namun penyebab terjadinya proteinuria belum diketahui benar. Salah satu teori yang dapat

menjelaskan adalah hilangnya muatan negatif yang biasanya terdapat di sepanjang endotel

kapiler glomerulus dan membran basal. Hilangnya muatan negatif tersebut menyebabkan

albumin yang bermuatan negatif tertarik keluar menembus sawar kapiler glomerulus.

Terdapat peningkatan permeabilitas membrane basalis kapiler-kapiler glomeruli, disertai

peningkatan filtrasi protein plasma dan akhirnya terjadi proteinuria(albuminuria). Beberapa

faktor yang turut menentukan derajat proteinuria(albuminuria) sangat komplek

Konsentrasi plasma protein

Berat molekul protein

6

Page 7: Makalah Nephrotic Syndrome

Electrical charge protein

Integritas barier membrane basalis

Electrical charge pada filtrasi barrier

Reabsorpsi, sekresi dan katabolisme sel tubulus

Degradasi intratubular dan urin

1. Hipoalbuminemia

Plasma mengandung macam-macam protein, sebagian besar menempati ruangan ekstra

vascular(EV). Plasma terutama terdiri dari albumin yang berat molekul 69.000.

Hepar memiliki peranan penting untuk sintesis protein bila tubuh kehilangan sejumlah

protein, baik renal maupun non renal. Mekanisme kompensasi dari hepar untuk

meningkatkan sintesis albumin, terutama untuk mempertahankan komposisi protein

dalam ruangan ekstra vascular(EV) dan intra vascular(IV).

Sintesis albumin dalam hepar normal sintesis albumin meningkat

Walaupun sintesis albumin meningkat dalam hepar, selalu terdapat hipoalbuminemia

pada setiap sindrom nefrotik. Keadaan hipoalbuminemia ini mungkin disebabkan

beberapa factor :

kehilangan sejumlah protein dari tubuh melalui urin (proteinuria) dan usus (protein

losing enteropathy)

Katabolisme albumin, pemasukan protein berkurang karena nafsu makan menurun dan

mual-mual

7

IV EV IVEV

Page 8: Makalah Nephrotic Syndrome

Utilisasi asam amino yang menyertai penurunan faal ginjal

Bila kompensasi sintesis albumin dalam hepar tidak adekuat, plasma albumin

menurun, keadaan hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia ini akan diikuti oleh hipovolemia

yang mungkin menyebabkan uremia pre-renal dan tidak jarang terjadi oligouric acute

renal failure. Penurunan faal ginjal ini akan mengurangi filtrasi natrium Na+ dari

glomerulus (glomerular sodium filtration) tetapi keadaan hipoalbuminemia ini akan

bertindak untuk mencegah resorpsi natrium Na+ kedalam kapiler-kapiler peritubular.

Resorpsi natrium na+ secara peasif sepanjang Loop of Henle bersamaan dengan resorpsi

ion Cl- secara aktif sebagai akibat rangsangan dari keadaan hipovolemia. Retensi natrium

dan air H2O yang berhubungan dengan system rennin-angiotensin-aldosteron (RAA) dapat

terjadi bila sindrom nefrotik ini telah memperlihatkan tanda-tanda aldosteronisme

sekunder. Retensi natrium dan air pada keadaan ini (aldosteronisme) dapat dikeluarkan

dari tubuh dengan pemberian takaran tinggi diuretic yang mengandung antagonis

aldosteron.

2. Sembab

Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik dari kapiler-kapiler

glomeruli, diikuti langsung oleh difusi cairan kejaringan interstisial, klinis dinamakan

sembab. Penurunan tekanan onkotik mungkin disertai penurunan volume plasma dan

hipovolemia. Hipovolemia menyebabkan retensi natrium dan air. (lihat skema)

Proteinuria masih menyebabkan hipoalbuminemia dan penurunan tekanan onkotik

dari kapiler-kapiler glomeruli dan akhirnya terjadi sembab.

Mekanisme sembab dari sindrom nefrotik dapat melalui jalur berikut :

a. Jalur langsung/direk

Penurunan tekanan onkotik dari kapiler glomerulus dapat langsung menyebabkan difusi

cairan ke dalam jaringan interstisial dan dinamakan sembab.

8

Page 9: Makalah Nephrotic Syndrome

b. Jalur tidak langsung/indirek

Penurunan tekanan onkotik dari kepiler glomerulus dapat menyebabkan penurunan volume

darah yang menimbulkan konsekuensi berikut:

- Aktivasi system rennin angiotensin aldosteron

Kenaikan plasma rennin dan angiotensin akan menyebabkan rangsangan kelenjar

adrenal untuk sekresi hormone aldosteron. Kenaikan konsentrasi hormone aldosteron

akan mempengaruhi sel-sel tubulus ginjal untuk mengabsorbsi ion natrium sehingga

ekskresi ion natrium menurun.

- Kenaikan aktivasi saraf simpatetik dan circulating cathecolamines.

Kenaikan aktivasi saraf simpatetik dan konsentrasi katekolamin, menyebabkan tahanan

atau resistensi vaskuler glomerulus meningkat. Kenaikan tahanan vaskuler renal ini

dapat diperberat oleh kenaikan plasma rennin dan angiotensin.

2.5 Manifestasi Klinis

Apapun tipe sindrom nefrotik, manifestasi klinik utama adalah sembab, yang tampak

pada sekitar 95% anak dengan sindrom nefrotik. Seringkali sembab timbul secara lambat

sehingga keluarga mengira sang anak bertambah gemuk. Pada fase awal sembab sering

bersifat intermiten;  biasanya awalnya tampak pada daerah-daerah yang mempunyai resistensi

jaringan yang rendah (misal, daerah periorbita, skrotum atau labia). Akhirnya sembab menjadi

menyeluruh dan masif (anasarka).

Sembab berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak sebagai sembab muka pada

pagi hari waktu bangun tidur, dan kemudian menjadi bengkak pada ekstremitas bawah pada

siang harinya. Bengkak bersifat lunak, meninggalkan bekas bila ditekan (pitting edema). Pada

penderita dengan sembab hebat, kulit menjadi lebih tipis dan mengalami oozing. Sembab

biasanya tampak lebih hebat pada pasien SNKM dibandingkan pasien-pasien GSFS atau

GNMP. Hal tersebut disebabkan karena proteinuria dan hipoproteinemia lebih hebat pada

pasien SNKM.

9

Page 10: Makalah Nephrotic Syndrome

Gangguan gastrointestinal sering timbul dalam perjalanan penyakit sindrom nefrotik.

Diare sering dialami pasien dengan sembab masif yang disebabkan sembab mukosa usus.

Hepatomegali disebabkan sintesis albumin yang meningkat, atau edema atau keduanya. Pada

beberapa pasien, nyeri perut yang kadang-kadang berat, dapat terjadi pada sindrom nefrotik

yang sedang kambuh karena sembab dinding perut atau pembengkakan hati. Nafsu makan

menurun karena edema. Anoreksia dan terbuangnya protein mengakibatkan malnutrisi berat

terutama pada pasien sindrom nefrotik resisten-steroid. Asites berat dapat menimbulkan

hernia umbilikalis dan prolaps ani.

Oleh karena adanya distensi abdomen baik disertai efusi pleura atau tidak, maka

pernapasan sering terganggu, bahkan kadang-kadang menjadi gawat. Keadaan ini dapat

diatasi dengan pemberian infus albumin dan diuretik.

Anak sering mengalami gangguan psikososial, seperti halnya pada penyakit berat dan

kronik umumnya yang merupakan stres nonspesifik terhadap anak yang sedang berkembang

dan keluarganya. Kecemasan dan merasa bersalah merupakan respons emosional, tidak saja

pada orang tua pasien, namun juga dialami oleh anak sendiri. Kecemasan orang tua serta

perawatan yang terlalu sering dan lama menyebabkan perkembangan dunia sosial anak

menjadi terganggu. Manifestasi klinik yang paling sering dijumpai adalah sembab, didapatkan

pada 95% penderita. Sembab paling parah biasanya dijumpai pada sindrom nefrotik tipe

kelainan minimal (SNKM). Bila ringan, sembab biasanya terbatas pada daerah yang

mempunyai resistensi jaringan yang rendah, misal daerah periorbita, skrotum, labia. Sembab

bersifat menyeluruh, dependen dan pitting.  Asites umum dijumpai, dan sering menjadi

anasarka. Anak-anak dengan asites akan mengalami restriksi pernafasan, dengan kompensasi

berupa tachypnea. Akibat sembab kulit, anak tampak lebih pucat.

Hipertensi dapat dijumpai pada semua tipe sindrom nefrotik. Penelitian International

Study of Kidney Disease in Children (SKDC) menunjukkan 30% pasien SNKM mempunyai

tekanan sistolik dan diastolik lebih dari 90th persentil umur.

10

Page 11: Makalah Nephrotic Syndrome

Tanda utama sindrom nefrotik adalah proteinuria yang masif yaitu > 40 mg/m2/jam atau

> 50 mg/kg/24 jam; biasanya berkisar antara 1-10 gram per hari. Pasien SNKM biasanya

mengeluarkan protein yang lebih besar dari pasien-pasien dengan tipe yang lain.

Hipoalbuminemia merupakan tanda utama kedua. Kadar albumin serum < 2.5 g/dL.

Hiperlipidemia merupakan gejala umum pada sindrom nefrotik, dan umumnya, berkorelasi

terbalik dengan kadar albumin serum. Kadar kolesterol LDL dan VLDL meningkat,

sedangkan kadar kolesterol HDL menurun. Kadar lipid tetap tinggi sampai 1-3 bulan setelah

remisi sempurna dari proteinuria.

Hematuria mikroskopik kadang-kadang terlihat pada sindrom nefrotik, namun tidak

dapat dijadikan petanda untuk membedakan berbagai tipe sindrom nefrotik.

Fungsi ginjal tetap normal pada sebagian besar pasien pada saat awal penyakit.

Penurunan fungsi ginjal yang tercermin dari peningkatan kreatinin serum biasanya terjadi

pada sindrom nefrotik dari tipe histologik yang bukan SNKM.

Tidak perlu dilakukan pencitraan secara rutin pada pasien sindrom nefrotik. Pada

pemeriksaan foto toraks, tidak jarang ditemukan adanya efusi pleura dan hal tersebut

berkorelasi secara langsung dengan derajat sembab dan secara tidak langsung dengan kadar

albumin serum. Sering pula terlihat gambaran asites. USG ginjal sering terlihat normal

meskipun kadang-kadang dijumpai pembesaran ringan dari kedua ginjal dengan ekogenisitas

yang normal.

Reaksi Ag-ab

Peradangan glomerulus

Permeabilitas membran basalis meningkat

Proteinuria

11

Page 12: Makalah Nephrotic Syndrome

Hipoalbuminemia

Tekanan osmotik Lipid serumKapiler menurun meningkat

Transudasi ke Dalam interstisium

hipovolemia

ADH meningkat GFR menurun

aldesteron meningkat

Retensi

Na+ & H2O

Edeme

2.6 Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

I. Anamnesis

Keluhan yang sering ditemukan adalah bengkak di ke dua kelopak mata,  perut,

tungkai, atau seluruh tubuh dan dapat disertai jumlah urin yang berkurang. Keluhan

lain juga dapat ditemukan seperti urin berwarna kemerahan.

12

Page 13: Makalah Nephrotic Syndrome

II. Pemeriksaan fisis

Pada pemeriksaan fisik sindrom nefrotik dapat ditemukan edema di kedua

kelopak mata, tungkai, atau adanya asites dan edema skrotum/labia. Kadang-kadang 

ditemukan hipertensi.

III. Pemeriksaan penunjang

Pada urinalisis ditemukan proteinuria masif (3+ sampai 4+), dapat disertai

hematuria. Pada pemeriksaan darah didapatkan hipoalbuminemia (< 2,5 g/dl),

hiperkolesterolemia, dan laju endap darah yang meningkat, rasio albumin/globulin

terbalik. Kadar ureum dan kreatinin umumnya  normal kecuali ada penurunan fungsi

ginjal. Bila terjadi hematuria mikroskopik (>20 eritrosit/LPB) dicurigai adanya lesi

glomerular (mis. Sclerosis glomerulus fokal).

2.7 Pengobatan

Bila diagnosis sindrom nefrotik telah ditegakkan, sebaiknya janganlah tergesa-gesa

memulai terapi kortikosteroid, karena remisi spontan dapat terjadi pada 5-10% kasus. Steroid

dimulai apabila gejala menetap atau memburuk dalam waktu 10-14 hari

Untuk menggambarkan respons terapi terhadap steroid pada anak dengan sindrom

nefrotik digunakan istilah-istilah seperti tercantum pada tabel 2 berikut:

Tabel 2.  Istilah yang menggambarkan respons terapi steroid pada anak dengan sindrom nefrotikRemisi Proteinuria negatif atau seangin, atau proteinuria < 4

mg/m2/jam selama 3 hari berturut-turut

Kambuh Proteinuria ³ 2 + atau proteinuria > 40 mg/m2/jam selama 3 hari

berturut-turut, dimana sebelumnya pernah mengalami remisi

Kambuh tidak sering Kambuh < 2 kali dalam masa 6 bulan, atau < 4 kali dalam

13

Page 14: Makalah Nephrotic Syndrome

periode 12 bulan

Kambuh sering Kambuh ³ 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respons awal, 

atau  ³ 4 kali kambuh pada setiap periode 12 bulan

Responsif-steroid Remisi tercapai hanya dengan terapi steroid saja

Dependen-steroid Terjadi 2 kali kambuh berturut-turut selama masa tapering

terapi steroid, atau dalam waktu 14 hari setelah terapi steroid

dihentikan

Resisten-steroid Gagal mencapai remisi meskipun telah diberikan terapi

prednison 60 mg/m2/hari selama 4 minggu

Responder lambat Remisi terjadi setelah 4 minggu terapi prednison 60 mg/m2/hari

tanpa tambahan terapi lain

Nonresponder awal Resisten-steroid sejak terapi awal

Nonresponder lambat Resisten-steroid terjadi pada pasien yang sebelumnya responsif-

steroid

PROTOKOL PENGOBATAN

International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) menganjurkan untuk

memulai dengan pemberian prednison oral (induksi) sebesar 60 mg/m2/hari dengan dosis

maksimal 80 mg/hari selama 4 minggu, kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan sebesar

40 mg/m2/hari secara selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu, lalu

setelah itu pengobatan dihentikan.

A. Sindrom nefrotik serangan pertama

1. Perbaiki keadaan umum penderita

a. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam, rendah lemak. Rujukan ke bagian

gizi diperlukan untuk pengaturan diet terutama pada pasien dengan penurunan

fungsi ginjal. Batasi asupan natrium sampai ± 1 gram/hari, secara praktis dengan

14

Page 15: Makalah Nephrotic Syndrome

menggunakan garam secukupnya dalam makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3

gram/kgBB/hari.

b. Tingkatkan kadar albumin serum, kalau perlu dengan transfusi plasma atau albumin

konsentrat

c. Berantas infeksi

d. Lakukan work-up untuk diagnostik dan untuk mencari komplikasi

e. Berikan terapi suportif yang diperlukan: Tirah baring bila ada edema anasarka.

Diuretik diberikan bila ada edema anasarka atau mengganggu aktivitas. Biasanya

furosemid 1 mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan respons

pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hidroklortiazid (25-50 mg/hari).

Selama pengobatan diuretic perlu dipantau kemungkinan hipokalemia, alkalosis

metabolic, atau kehilangan cairan intravascular berat. Jika ada hipertensi, dapat

ditambahkan obat antihipertensi.

2. Terapi prednison sebaiknya baru diberikan selambat-lambatnya 14 hari setelah

diagnosis sindrom nefrotik ditegakkan untuk memastikan apakah penderita mengalami

remisi spontan atau tidak. Bila dalam waktu 14 hari terjadi remisi spontan, prednison

tidak perlu diberikan, tetapi bila dalam waktu 14 hari atau kurang terjadi pemburukan

keadaan, segera berikan prednison tanpa menunggu waktu  14 hari.

B. Sindrom nefrotik kambuh (relapse)

1. Berikan prednison sesuai protokol relapse, segera setelah diagnosis relapse ditegakkan

2. Perbaiki keadaan umum penderita

a. Sindrom nefrotik kambuh tidak sering

Adalah sindrom nefrotik yang kambuh < 2 kali dalam masa 6 bulan atau <4

kali dalam masa 12 bulan.

1.  Induksi

15

Page 16: Makalah Nephrotic Syndrome

Prednison dengan dosis 60 mg/m2/hari (2 mg/kg BB/hari) maksimal 80 mg/hari,

diberikan dalam 3 dosis terbagi setiap hari selama 3 minggu

2.  Rumatan

Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 40 mg/m2/48 jam, diberikan selang

sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah 4 minggu,

prednison dihentikan.

b. Sindrom nefrotik kambuh sering

adalah sindrom nefrotik yang kambuh > 2 kali dalam masa 6 bulan atau > 4 kali

dalam masa 12 bulan.

1. Induksi

Prednison dengan dosis 60 mg/m2/hari (2 mg/kg BB/hari) maksimal 80 mg/hari,

diberikan dalam 3 dosis terbagi setiap hari selama 3 minggu

2. Rumatan

Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 60 mg/m2/48 jam, diberikan selang

sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah 4 minggu, dosis

prednison diturunkan menjadi 40 mg/m2/48 jam diberikan selama 1 minggu,

kemudian 30 mg/m2/48 jam selama 1 minggu, kemudian 20 mg/m2/48 jam

selama 1 minggu, akhirnya 10 mg/m2/48 jam selama 6 minggu, kemudian

prednison dihentikan.

Pada saat prednison mulai diberikan selang sehari, siklofosfamid oral 2-3 mg/kg/hari

diberikan setiap pagi hari selama 8 minggu. Setelah 8 minggu siklofosfamid dihentikan.

Indikasi untuk merujuk ke dokter spesialis nefrologi anak adalah bila pasien tidak respons

terhadap pengobatan awal, relapse frekuen, terdapat komplikasi, terdapat indikasi kontra

steroid,  atau untuk biopsi ginjal.

2.8 Komplikasi

Shock akibat sepsis, emboli atau hipovolemia

16

Page 17: Makalah Nephrotic Syndrome

Thrombosis akibat hiperkoagulabilitas

Infeksi sekunder, terutama infeksi kulit yang disebabkan oleh Streptokokus,

Stafilokokus

Hambatan pertumbuhan

Gagal ginjal akut atau kronik

Efek samping steroid, misalnya sindrom Cushing, hipertensi, osteoporosis, gangguan

emosi dan perilaku.

2.9 Prognosa

Prognosis umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai berikut :

1. Menderita untuk pertamakalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas 6 tahun.

2. Jenis kelamin laki-laki.

3. Disertai oleh hipertensi.

4. Disertai hematuria

5. Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder

6. Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal

7. Pengobatan yang terlambat, diberikan setelah 6 bulan dari timbulnyaa gambaran klinis

Pada umumnya sebagian besar (+ 80%) sindrom nefrotik primer memberi respons yang

baik terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% di antaranya akan relapse

berulang dan sekitar 10%  tidak memberi respons lagi dengan pengobatan steroid.

17

Page 18: Makalah Nephrotic Syndrome

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Nephrotic Syndrome adalah merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh

adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria,

hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema. (Suriadi, 2006)

Sindroma nefrotik adalah suatu sindroma yang ditandai dengan proteinuria,

hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Sindrom ini dapat terjadi karena adanya

faktor yang menyebabkan premeabilitas glomerulus. (Hidayat, A.Aziz, 2006)

18

Page 19: Makalah Nephrotic Syndrome

Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap

sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen – antibodi. Umumnya etiologi

dibagi menjadi :

1. Sindrom nefrotik bawaan

2. Sindrom nefrotik sekunder

3. Sindrom nefrotik idiopatik

4. Glomerulosklerosis fokal segmental

B.  Saran

1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca, terutama dokter muda

yang sedang menjalankan coassmate

2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi dokter muda yang sedang

menjalankan coassmate.

3. Semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan forum

terbuka.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R.E. MD, dkk. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Volume 3 Edisi 15. Jakarta:

EGC

Rauf, Syarifuddin. 2002. Catatan Kuliah Nefrologi Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK

UH : Makassar

Singadipoera B.S, Sindrom Nefrotik, dalam buku Nefrologi Anak, Bandung, 1997,17-36.

19

Page 20: Makalah Nephrotic Syndrome

Sukandar Enday, Sulaeman Rachmat., Sindrom Nefrotik Dalam : Soeparman, Waspadji S

(ED). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta, 1990, 282 – 305.

Wirya I.W, Sindroma Nefrotik, Alatas dkk ed dalam Buku Ajar Nefrologi Anak Jilid 2, Ikatan

Dokter Anak Indonesia Jakarta 1996, 340-394.

Kumar J, Gulati S, Sharma AP, Sharma RK, Gupta RK. Histopathological spectrum of

childhood nephrotic syndrome in Indian children. Pediatr Nephrol. Jul

2003;18(7):657-60.

Ozkaya N, Cakar N, Ekim M, Kara N, Akkök N, Yalçinkaya F. Primary nephrotic syndrome

during childhood in Turkey. Pediatr Int. Aug 2004;46(4):436-8.

Kazi JI, Mubarak M. Pattern of glomerulonephritides in adult nephrotic patients–report from

SIUT. J Pak Med Assoc. Nov 2007;57(11):574.

20