makalah msi
DESCRIPTION
makalah manajemen sistem irigasiTRANSCRIPT
TUGAS TERSTRUKTURMANAGEMEN SISTEM IRIGASI
PEMODELAN SISTEM IRIGASI DENGAN AIR TANAH
Disusun Oleh :Fitri Lestari A1H010094Aditya Prabaningrum A1H011001Chiska Nova Harsela A1H011003Uswatun Khofifin A1H011007Rizki Hardi A1H011010Rian Widhi A1H011012Febri Kristianto A1H011017
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2013
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan
pertanian. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 tahun 2006 disebutkan bahwa
pengertian dari irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan,
irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak.
Dalam sistem penyediaannya, seperti yang sudah dijelaskan adalah salah
satunya melalui irigasi air bawah tanah. Dalam makalah ini akan mencoba
dijelaskan mengenai irigasi air bawah tanah.
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
1. Mahasiswa memahami tentang sistem jaringan irigasi
2. Mahasiswa memahami tentang sistem pembagian irigasi bawah tanah
3. Mahasiswa dapat memberikan contoh sistem pembagian jaringan irigasi
dalam bidang pertanian.
C. Rumusan Masalah
a. Apa Itu Sistem Irigasi Air bawah tanah?
b. Bagaimana Sistem Irigasi air bawah tanah?
c. Bagaimana aplikasi sistem irigasi air bawah tanah di bidang pertanian?
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan
pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat
dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena
tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan
dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian, irigasi juga
biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian
menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di
Indonesia biasa disebut menyiram. Ada beberapa macam irigasi yang sudah
dimanfaatkan oleh para petani diantaranya yaitu:
1. Irigasi Permukaan
Irigasi Permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di
sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan
bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui
saluran sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder,
dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah
gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.
2. Irigasi Lokal
Sistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku
gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air
yang disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal.
3. Irigasi dengan Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang
disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun
akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.
4. Irigasi Tradisional dengan Ember
Di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di
samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.
5. Irigasi Pompa Air
Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air, kemudian
dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa atau saluran. Pada
musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.
6. Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi
Di Afrika yang kering dipakai sistem ini, terasisasi dipakai untuk distribusi
air.
Selain beberapa contoh irigasi diatas, ada beberapa contoh lain mengenai
jenis irigasi, yaitu:
Irigasi Tanah Kering atau Irigasi Tetes
Di lahan kering, air sangat langka dan pemanfaatannya harus efisien.
Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman,
kemampuan tanah memegang air, serta sarana irigasi yang tersedia. Ada beberapa
sistem irigasi untuk tanah kering, yaitu:
1. irigasi tetes (drip irrigation),
2. irigasi curah (sprinkler irrigation),
3. irigasi saluran terbuka (open ditch irrigation), dan
4. irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation).
Untuk penggunaan air yang efisien, irigasi tetes merupakan salah satu
alternatif. Misal sistem irigasi tetes adalah pada tanaman cabai.
Ketersediaan sumber air irigasi sangat penting. Salah satu upaya mencari
potensi sumber air irigasi adalah dengan melakukan deteksi air bawah permukaan
(groundwater) melalui pemetaan karakteristik air bawah tanah. Cara ini dapat
memberikan informasi mengenai sebaran, volume dan kedalaman sumber air
untuk mengembangkan irigasi suplemen. Deteksi air bawah permukaan dapat
dilakukan dengan menggunakan Terameter.
BAB IIIISI
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan
pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat
dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena
tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan
dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian, irigasi juga
biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian
menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di
Indonesia biasa disebut menyiram.
Irigasi adalah proses penambahan air untuk memenuhi kebutuhan lengas
tanah bagi pertumbuhan tanaman (Israelsen & Hansen, 1980). Sedangkan menurut
PP 20/2006, irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air
untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan tambak. Dan menurut Small &
Svendsen (1992) Tindakan intervensi manusia untuk mengubah agihan air dari
sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengelola sebagian atau seluruh
jumlah tersebut untuk menaikkan produksi tanaman. Dari pengertian-pengertian
irigasi yang disampaikan oleh beberapa ilmuan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa irigasi merupakan suatu proses pengaliran air dari sumbernya menuju
sistem pertanian.
A. Fungsi irigasi
Irigasi memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu:
1. memasok kebutuhan air tanaman menjamin ketersediaan air apabila terjadi
betatan
2. menurunkan suhu tanah
3. mengurangi kerusakan akibat frost
4. melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah
B. Macam-macam sistem irigasi
Ada beberapa macam sistem irigasi yang dibedakan menurut cara
distribusi di lahan, cara pengambilan airnya, cara pengalirannya, dan menurut
sumber airnya. Berikut penjelasan dari macam-macam sistem irigasi di atas:
1. Menurut cara distribusi di lahan:
a. Irigasi Permukaan
Irigasi Permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air
langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui
bangunan pengambilan bebas (free intake) kemudian air irigasi
dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian.
Terbagi tiga yaitu irigasi sawah/basin, irigasi alur dan irigasi surjan.
b. Irigasi Curah
Irigasi curah atau biasa disebut Irigasi semprot, hal ini dikatakan
karena teknik yang bekerja adalah teknik penyemprotan. Air yang
disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari
atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.
c. Irigasi Tetes
Merupakan suatu sistem untuk memasok air dan pupuk tersaring ke
dalam tanah melalui suatu pemancar. pasokan air yang diberikan
mempunyai debit kecil dan konstan serta tekanan rendah, sehingga
air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah
karena gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergantung
jenis tanah, kelembaban, permeabilitas tanah, dan jenis tanaman.
2. Menurut cara pengambilan airnya:
a. Irigasi Pengambilan Gravitasi
Irigasi pengambilan gravitasi yang dimaksud yaitu dengan cara
tradisional dengan menggunakan ember. Dalam hal ini prinsip
pengambilan umumnya menggunakan dua metode yaitu Metode
langsung dan Metode katrol.
b. Irigasi Pompa
Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air,
kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa atau
saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.
Irigasi dengan sistem Pompa Air yaitu sistem irigasi dimana air
diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air,
kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa atau
saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.
3. Menurut cara pengalirannya:
a. Irigasi Saluran Terbuka
Irigasi saluran terbuka merupakan sistem distribusi air yang
berpenampang terbuka/open channel. Dimana penampang terbagi
dengan penampang alami dan buatan.
b. Irigasi Saluran Pipa
Sesuai namanya sistem ini mendistribusikan air melalui pipa-pipa
yang terhubung dengan debit tertentu. Irigasi pipa ini juga
dipengaruhi oleh gravitasi
4. Menurut sumber airnya:
Irigasi Air Tanah (Akuifer)
Air tanah (groundwater) adalah bagian dari air yang ada di bawah
permukaan tanah (sub-surface water). Aliran air tanah (akuifer)
terbentuk secara alami melalui proses hidrologi. Jaringan irigasi air
tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air tanah, mulai
dari sumur dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air
tanah termasuk bangunan di dalamnya. Saluran irigasi air tanah
adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang dimulai setelah
bangunan pompa sampai lahan yang diairi. Contoh irigasi terhadap
air tanah yaitu dengan adanya mata air, baik itu mata air alami atau
pun buatan.
Air tanah merupakan sumber air bersih yang paling banyak dieksploitasi di
seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia (Kusumayudha, 2003). Bahkan pada
beberapa Negara, pemanfaatan air tanah sebagai sumber air telah melebihi dari
sumber air lainnya seperti di Switzerland’s, lebih dari 80% kebutuhan air
penduduk berasal dari airtanah (Hartmann dan Michel, 1992 dalam Beyerle et al.,
1999). Sementara di Cuba, sekitar 70% kebutuhan air disupplai dari air tanah
(Ortega et al., 2000).
Mengingat pentingnya air tanah saat ini, dimana pemanfaatannya semakin
berkembang baik dari segi jumlah maupun jenis penggunaan, maka dalam
pengambilannya perlu memperhatikan aspek keseimbangan lingkungan agar
berkelanjutan. Namun kadang pengambilan air tanah tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip keseimbangan hidrologi yang baik. Hal ini disebabkan karena
pemanfaatannya secara bebas dengan biaya murah menggunakan pompa, baik
oleh masyarakat maupun pelaku ekonomi dengan tanpa tindakan secara efisien
dan efektif, sehingga seringkali menimbulkan dampak negatif yang serius
terhadap kelangsungan dan kualitas sumber daya air tanah. Dampak negatif
pemanfaatan air tanah (yang berlebihan) dapat dibedakan menjadi dampak yang
bersifat kualitatif (kualitas air tanah) dan kuantitatif (pasokan air tanah).
Dampak penggunaan air tanah sebagai sumber irigasi selain dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan, juga memiliki resiko timbulnya kerugian
akibat penggunaan yang tidak tepat. Disamping itu, penggunaan air tanah sebagai
sumber irigasi memiliki keterbatasan seperti debit maksimal yang dapat diambil
serta jarak antar sumur yang dapat mengakibatkan tidak optimalnya debit yang
dapat diperoleh pada suatu sumur. Debit maksimal harus diperhatikan kaitannya
dengan luasan maksimal yang dapat diairi oleh sebuah sumur.
Demikian halnya dengan jarak antara sumur, sangat penting kaitannya
dengan keberlangsungan usahatani. Jika jarak antar sumur terlalu dekat, maka
saling pengaruh antar sumur sangat besar sehingga sebuah sumur tidak dapat
mencapai debit maksimal. Di samping itu, kerusakan lingkungan berupa
pemampatan akuifer dapat terjadi. Akuifer yang mampat tidak dapat menyediakan
air yang maksimal, sehingga produktivitas sumur akan menurun. Akibatnya yaitu
penggunaan air tanah untuk irigasi selanjutnya tidak dapat memberikan
keuntungan karena luasan yang dapat diairi sudah pasti menyusut.
Berdasarkan kenyataan di lapangan, penggunaan air tanah untuk irigasi
belum mempertimbangkan hal-hal tersebut, sehingga penggunaan air tanah tidak
optimal dan berpeluang terjadinya kerusakan lingkungan dan usahatani tidak
menguntungkan. Dengan dasar tersebut, maka perlu disusun suatu model
optimisasi sebagai dasar dalam pengelolaan air tanah agar pemanfaatannya efektif
dan efisien sehingga menguntungkan, dapat memelihara kelestarian lingkungan
dan tidak terjadi konflik antar pengguna sehingga usahatani berkelanjutan.
C. Contoh atau aplikasi dari pemodelan sistem irigasi menggunakan sumber air
tanah
Penggunaan Big Gun Sprinkler pada Irigasi Air Tanah
Penggunaan air tanah untuk memenuhi berbagai keperluan seperti
rumah tangga, industri dan pertanian telah lama dilakukan di Indonesia. Saat
ini pemanfaatan air tanah untuk irigasi telah berkembang hampir diseluruh
Propinsi di Indonesia.
Untuk dapat memanfaatkan air tanah yang keberadaannya pada lapisan
pembawa air yang disebut “akifer” dimana posisinya berada dibawah
permukaan tanah, menyebabkan diperlukannya fasilitas sumur serta
mengoperasikan mesin pompa untuk dapat memanfaatkannya.
Pada sistim irigasi air tanah, setelah pembangunan sumur selesai, maka setiap
kali petani membutuhkan air untuk sawahnya, petani tersebut harus
mengoperasikan mesin pompa agar supaya air yang ada didalam sumur dapat
mencapai sawahnya. Mengingat biaya operasi mesin pompa ini cukup besar,
dibandingkan dengan irigasi permukaan yang menggunakan sistim grafitasi
untuk mengalirkan air kesawah sehingga petani tidak mengeluarkan biaya
sama sekali, maka perlu dicarikan sistim pengaliran air dengan efisiensi yang
tinggi (tidak banyak air yang hilang sebelum mencapai sawah yang
membutuhkannya), sehingga :
1. Apabila digunakan saluran tanah, akan banyak air yang masuk kedalam
tanah akibat porositas dari tanah itu sendiri, makin tinggi tingkat porositas
tanah, makin banyak pula air yang dihisap oleh tanah tersebut.
2. Apabila digunakan saluran yang dilining (misalnya dengan pasangan batu
atau plat beton), memang kehilangan air akibat porositas tanah dapat
direduksi secara signifikan akan tetapi kehilangan akibat evaporasi selama
proses pengaliran tidak bisa dicegah. Selain itu mulai dari ujung saluran
yang dililing mungkin harus tetap melewati saluran tanah beberapa puluh
meter sebelum mencapai sawah petani yang membutuhkan air, disini
terjadi kehilangan air lagi, beruntung petani yang sawahnya persis didepan
ujung saluran yang dilining.
3. Apabila digunakan saluran perpipaan PVC, kehilangan air akibat porositas
tanah dan evaporasi dapat diatasi, tapi dari outlet perpipaan sejauh
beberapa puluh meter sebelum mencapai sawah petani yang membutuhkan
air juga tetap melewati saluran tanah.
Gambar 3.1 Sistem Irigasi dengan Big Gun Sprinkler
Dengan menggunakan saluran perpipaan PVC yang dikombinasikan
dengan “Big gun sprinkler”, maka kehilangan air sebelum mencapai sawah
petani yang membutuhnkan dapat lebih ditekan lagi. Big gun sprinkler adalah
alat penyemprot air yang dapat memancarkan air sampai sejauh radius 100
meter atau diameter 200 meter. Secara umum alat ini mirip dengan water
canon yang dipakai polisi untuk membubarkan demo atau yang digunakan
oleh pasukan pemadam kebakaran. Perbedaanya adalah bahwa pada big gun
sprinkler untuk irigasi ada tambahan peralatan yang berfungsi untuk mengatur
agar supaya air yang jatuh ketanah didalam areal radius pancarannya
uniform/seragam sehinngga kondisinya mirip hujan, sedangkan pada water
canon yang diutamakan adalah jangkauannya.
Pada waktu beroperasi, posisi big gun sprinkler ini dipindah-pindahkan
sedemikian rupa sehingga seluruh areal yang dilayani dapat menerima air.
Untuk satu mesin pompa pada umumnya memerlukan lebih dari satu big gun
sprinkler sesuai dengan kasitas pompa dan kapasitas dari big gun sprinkler itu
sendiri.
1. Keuntungan yang didapat dari penggunaan big gun sprinkler ini adalah :
a. Dapat digunakan pada lahan dengan kondisi topografi yang tidak teratur
atau bergelombang dan berbukit-bukit.
b. Dapat diterapkan pada tekstur tanah pasiran hingga tanah berpasir yang
persifat porous.
c. Kehilangan air akibat penguapan dan kebocoran kecil.
d. Apabila tidak ada masalah, biaya OP untuk jaringan pipa kecil.
e. Aman dari gangguan penjebolan secara liar karena pipa ditanam di
bawah tanah, sehingga tidak perlu pemeliharaan secara khusus.
f. Cara pengoperasian penyiraman dapat dilakukan secara bergiliran,
sehingga big gun sprinkler yang digunakan jumlahnya tidak perlu
banyak.
g. Dapat mengatur suhu lingkungan di sekitarnya.
h. Air dapat dicampur dengan pupuk organik.
i. Tidak perlu saluran pembuangan karena air akan meresap ke dalam
tanah.
2. Kendala pada penggunaan big gun sprinkler adalah :
a. Pemasangan awal diperlukan biaya besar karena peralatan cukup mahal.
b. Biaya eksploitasi tinggi karena menggunakan bahan bakar untuk pompa
air.
c. Jika ada masalah kerusakan mekanik akan menyebabkan masalah, yang
besarnya sesuai dengan tingkat kerusakan.
d. Pemberian air dipengaruhi oleh angin.
e. Pekerjaan tanah harus dalam kondisi normal supaya mudah dalam
pelaksanaan.
Penggunaan big gun sprinkler untuk irigasi air tanah pertama kali
dilaksanakan di Propinsi Nusa Tengara Barat, di desa Akar-akar kecamatan
Bayan kabupaten Lombok Utara pada tahun 2007 dalam rangka kerja sama
antara Departemen Pekerjaan Umum dan Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang) dengan Universitas Mataram. Saat ini daerah-
daerah lain mulai mengadopsi teknologi tersebut, diantaranya Propinsi Jawa
Timur yang mulai mencoba di kabupaten Mojokerto dan kabupaten Madiun.
BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan materi dari beberapa referensi yang kami dapat dan kami
pelajari, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kebutuhan air irigasi bagi sektor pertanian merupakan aspek yang vital,
sehingga sistem distribusinya harus disesuaikan antara macam sumber
air yang dipakai dengan jenis penyalurannya.
2. Air tanah adalah sumber air bersih yang penggunaanya paling banyak
dieksploitasi, termasuk untuk air irigasi. Oleh karena itu
pemanfaatannya harus memperhatikan aspek keseimbangan lingkungan
agar berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Beyerle, U., W. Aeschbach-Hertig, M. Hofer, D.M. Imboden, H. Baur and R. Kipfer, 1999. Infiltration of river water to shallow aquifer investigated with 3H/3He, noble gases and CFCs. J Hydrol 220: 169-185.
Clarke, D., M. Smith and K.E. Askari, 1998. CropWat for Windows: User Guide.
Doorenbos, J. and W.O. Pruitt, 1977. Guidelines for Predicting Crop Water requirements. FAO Irrigation and Drainage Paper. Rome: FAO-UN.
Gaspersz, V., 1995. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Bandung: Tarsito. Hal: 1-35.
Ortega, R.M.V., J.G. Espinosa and R. Spandre, 2000. An alternative method to evaluate aquifer fermeability. J Env Hydrol 8(8):1-8.