makalah msi

55
BAB II Pembahasan 1. Islam dan dunia kontemporer Sesunguhnya islam pun tak luput memperhatikan masalah modernisasi dan perkembangan. Disisi lain islam mencapai ketinggian derajad, karena senantiasa konsisten pada kemurnian ajaran atau penjagaan terhadap kemurnian peningalan-peningalan sejarahnya. Islam sangat menghargai kemodernan karena membuka lebar-lebar untuk ilmu pengetahuan melalui ajakan untuk berpikir, merenung, berusaha serta berperadaban. Keterbukaan yang dimaksud islam adalah keterbukaan yang diatur dan terprogram berdasarkan nilai-nilai islami sehinga mampu membendung peleburan nilai-nilai islam kedalam nilai- nilai lain, Sehinga tidak berdampak pada penafsiran identitas islam sendiri. Peradaban barat atas prinsip metode experimen. Namun, Pada penerapanya Barat telah melampui hakikat peradaban yang syarat dengan pilar-pilar rahmat, persaudaraan yang manusiawi, keadilan yang distribusional, perhatian terhadap perbedaan unsur lahir, serta pendayagunaan kekayaan yang di anugerahkan Allah untuk kepentingan pembangunan, perbaikan, dan perdamaian. Kebudayaan barat telah menutup mata dari anugerah yang hakiki, bahkan mengingkari hubunganya dengan tuhan. Mereka tak perduli persoalaan ma’nawiyah dan hanya berkonsentrasi By Muhammad sukma rohim 1 26-11-2009

Upload: m-sukma-rohim

Post on 14-Jun-2015

857 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

ini adalah tugas dari mata kuliah kami

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah MSI

BAB II

Pembahasan

1. Islam dan dunia kontemporer

Sesunguhnya islam pun tak luput memperhatikan masalah modernisasi dan

perkembangan. Disisi lain islam mencapai ketinggian derajad, karena senantiasa

konsisten pada kemurnian ajaran atau penjagaan terhadap kemurnian peningalan-

peningalan sejarahnya. Islam sangat menghargai kemodernan karena membuka lebar-

lebar untuk ilmu pengetahuan melalui ajakan untuk berpikir, merenung, berusaha serta

berperadaban.

Keterbukaan yang dimaksud islam adalah keterbukaan yang diatur dan

terprogram berdasarkan nilai-nilai islami sehinga mampu membendung peleburan nilai-

nilai islam kedalam nilai-nilai lain, Sehinga tidak berdampak pada penafsiran identitas

islam sendiri. Peradaban barat atas prinsip metode experimen. Namun, Pada penerapanya

Barat telah melampui hakikat peradaban yang syarat dengan pilar-pilar rahmat,

persaudaraan yang manusiawi, keadilan yang distribusional, perhatian terhadap

perbedaan unsur lahir, serta pendayagunaan kekayaan yang di anugerahkan Allah untuk

kepentingan pembangunan, perbaikan, dan perdamaian.

Kebudayaan barat telah menutup mata dari anugerah yang hakiki, bahkan

mengingkari hubunganya dengan tuhan. Mereka tak perduli persoalaan ma’nawiyah dan

hanya berkonsentrasi pada penguasaan alam dengan cara merusak, menciptakan

peperangan dan mengadakan perlombabaan senjata.

Pada kondisi kebudayaan dan masyarakat barat yang mengalami berbagai

kegagalan, sebenarnya merupakan kesempatan islam untuk memacu kekuatan atau

potensi islam dalam rangka memperkokoh penampilanya cepat atau lambat, islam akan

berkembang dan meluas dalam peningkatan jumlah pemeluk, kekayaan, dan potensi

masnyarakatnya. Dari sini, islam akan mampu membuktikan ketinggian peradaban

dunianya.

Dan dari sisi ini pula produk kebudayaan dan peradaban barat akan tumbuh dalam

frame, manhaj, dan tangung jawab islam. Mereka akan mampu memahami siapa tuhan-

Nya dan sadar atas anugerah-Nya. Mereka akan bersedia membangun mansyarakat.

By Muhammad sukma rohim 126-11-2009

Page 2: Makalah MSI

Berdasarkan nilai-nilai ketuhanan serta membentuk suatu peradaban yang manusiawi,

mulia, dan toleran atas dasar persaudaraan, saling memberi dan penuh rahmat.

a) Islam dan hak asasi

Dalam artikel majalah al-Jazirah al-Arabiyah, edisi November 1985, Fathi

Utsman mengatakan bahwa pemikiran Islam kontemporer tampak kabur dalam hal

konsep hak asasi manusia (HAM). Jika setiap kali umat Islam dihadapkan pada

pertanyaan tentang prestasi-prestasi spektakuler Revolusi Amerika dan Prancis pada abad

ke-18, reaksi mereka sungguh kontradiktif dalam bentuk yang tidak jelas.

Pada satu sisi, kita temukan di antara umat Islam terdapat para pemikir

cemerlang, seperti Muhammad Asad dan Fathi Usman, walaupun mereka bukan

mujaddid kontemporer-- mengemukakan masalah apa pun dengan gamblang tanpa tedeng

aling-aling, selama Islam dan logika masih sesuai dengan roh kontemporer.

Di sisi lain, kita dapati penulis semacam Ogozan Symsik, dalam majalah Hicret edisi

awal November 1985, menolak demokrasi dengan mengatakan, "Apa itu demokrasi?

Lebih dari itu, negeri-negeri Islam tidak satu suara dalam melegalisasi HAM, baik yang

berhubungan dengan Deklarasi Internasional HAM yang dikeluarkan oleh Badan Umum

PBB (10 Desember 1948) atau dokumen-dokumen internasional. Hal itu khususnya yang

menyangkut hak-hak pidana, politik, ekonomi, sosial, dan budaya (19 Desember 1966).

Mesir, Irak, Yordania, Libanon, Mali, Maroko, Syria, dan Tunisia segera menjustifikasi

secara semu terhadap dokumen-dokumen ini, sementara yang lainnya ragu-ragu. Di

antara kelompok kedua, Arab Saudi dan Pakistan, sejak 1980 memainkan peranan

penting dalam mengembangkan rancangan HAM yang Islami. Hal itu berpulang pada

kenyataan bahwa konsep HAM Barat tidak sesuai dengan syariat Islam. Di antaranya

hukuman terhadap orang-orang murtad, masalah persamaan hak antara wanita dan pria

serta masalah non-muslim yang tidak boleh memegang kekuasaan tertinggi di negara

Islam.

Sebenarnya fikih Islam tidak dapat menutup mata terhadap adanya sistem

perbudakan yang kini dilegalkan di berbagai tempat. Fikih juga hendaknya menyadari

kenyataan, bahwa Al-Qur'an, dalam banyak ayat, mengelaborasi topik perbudakan.

By Muhammad sukma rohim 226-11-2009

Page 3: Makalah MSI

Secara implisit, Al-Qur'an ingin membatasi praktiknya jika tidak menghapusnya sama

sekali.

Pada saat yang sama, kasus murtad adalah lebih sederhana dari yang

dibayangkan, walaupun orang-orang murtad diperangi pada abad pertengahan. Sungguh,

bila kita menengok surat al-Maa'idah:33, hal itu semestinya tidak ditakwil sebagai

perubahan damai terhadap akidah agama. Akan tetapi, kita berkeyakinan bahwa sanksi

yang disebutkan dalam Al-Qur'an, hanya ditegakkan karena pengkhianatan dan

konspirasi jahat terhadap negara Islam. Ini adalah bentuk subversif, yaitu mayoritas

negara-negara modern menjatuhkan hukuman mati.

Mudah juga membela dengan logika akan pelarangan bagi non-muslim untuk memerintah

di negara Islam, khususnya dalam kerangka perlindungan penuh yang dijamin oleh

syariat Islam terhadap minoritas non-muslim, dan sebagainya.

Sesuai dengan Undang-undang Amerika, maka anakku Alexander yang

dilahirkan sebagai warga Amerika tidak bisa menjadi presiden Amerika Serikat karena ia

dilahirkan di luar AS. Jika kaidah ini tidak dikatakan pelanggaran HAM, maka kita harus

menerima dengan format yang sepadan perlindungan posisi-posisi strategis tertentu bagi

umat Islam di negeri yang mayoritasnya muslim.

Hal ini menuntutku kepada kontradiksi antara konsep Barat dan syariat Islam

dalam bidang emansipasi wanita, karena tidak ada alasan mengingkari bahwa syariat

Islam menawarkan antitesis (terhadap alternatif Barat) yang bertolak dari pembagian

secara alamiah terhadap peran dan tugas masing-masing. Bertolak dari sini, syariat Islam

memegang prinsip: persamaan dalam pergaulan tidak diterapkan, kecuali dalam situasi

dan kondisi yang relevan, bukan dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Dalam segala

kondisi, syariat Islam berusaha memelihara kehormatan wanita dan mencegah eksploitasi

laki-laki atas kelemahan wanita dalam perbedaan biologis. Begitulah konsep Islam:

persamaan dalam kemuliaan dengan perbedaan beban; persamaan dalam kedudukan

dengan perbedaan peran; dan persamaan dalam nilai dengan perbedaan kemampuan.

Tidaklah tepat jika memperbandingkan bahwa wanita karir di Barat, sebagai konsekuensi

logis kebebasan yang mereka nikmati, telah berhasil mewujudkan keinginan dan

kebahagian mereka, lebih dari yang bisa dicapai oleh saudari mereka yang di Timur.

Banyak yang berpendapat selain itu. Walhasil, keraguan menggelayuti diriku terhadap

By Muhammad sukma rohim 326-11-2009

Page 4: Makalah MSI

sistem hidup yang tidak bisa menjamin kehidupan yang mulia bagi wanita. Karena

persoalan ini bergantung sepenuhnya pada interaksi seseorang dengan orang lain dan

dirinya sendiri.

Sesungguhnya, tolok ukur kebahagian adalah hati. Namun, ada satu hal yang

seyogianya dihormati oleh para pengkritik dari Barat, yaitu umat Islam menjadikan Allah

SWT sebagai Pemegang kata putusan terhadap apa yang berhubungan dengan HAM dan

hal ini termaktub dalam Al-Qur'an.

b) Islam dan teroris

Terorisme : Adalah Penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan, dalam usaha

mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik). Teroris adalah orang yang menggunakan

kekerasan untuk menimbulkan rasa takut (biasanya untuk tujuan politik). Teror adalah

perbuatan sewenang-wenang, kejam, bengis, dalam usaha menciptakan ketakutan,

kengerian oleh seseorang atau golongan.

Selanjutnya mari kita cermati dan kita tela’ah kembali ajaran Islam, agama

yang diridlai Allah SWT, sebagai petunjuk bagi manusia dalam mencapai kebahagiaan

hidupnya di dunia yang sedang kita jalani sekarang ini, maupun kebahagiaan hidup yang

haqiqi di akhirat kelak.

Allah SWT mengutus nabi Muhammad SAW dengan membawa agama Islam

di tengah-tengah manusia ini sebagai rahmat, dan merupakan suatu kenikmatan yang

besar bagi manusia bukan suatu mushibah yang membawa malapetaka. Allah SWT

berfirman :

Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta

alam. [QS. Al-Anbiyaa' : 107]

By Muhammad sukma rohim 426-11-2009

Page 5: Makalah MSI

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya, sebagai

pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia

tidak mengetahui. [QS. Saba' : 28]

Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan.

Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridlaan-Nya ke

jalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari

gelap-gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seidzin-Nya dan menunjuki

mereka ke jalan yang lurus. [QS. Al-Maaidah : 15-16]

Sungguh Allah telah memberi kenikmatan kepada orang-orang mukmin ketika Allah

mengutus di kalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang

membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah membersihkan (jiwa) mereka, dan

mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum

By Muhammad sukma rohim 526-11-2009

Page 6: Makalah MSI

(kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. [QS. Ali

Imran : 164]

Dari ayat-ayat tersebut dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lain,

menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW dan Islam yang diserukannya, benar-benar

membawa rahmat di alam semesta ini, dan mengeluarkan manusia dari gelap-gulita

(tanpa mengetahui tujuan hidup), ke alam yang terang-benderang, sehingga mengetahui

jalan yang lurus yang membebaskan dirinya dari kesesatan menuju jalan yang

menyelamatkan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak.

Bahkan sebelum Nabi menyerukan Islam, manusia selalu dalam kekacauan dan

permusuhan, sebagaimana peringatan Allah dalam surat Ali Imran : 103

Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu (masa jahiliyah)

bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena

nikmat Allah orang-orang yang bersaudara … [QS. Ali Imran 103]

Oleh karena itu seharusnyalah manusia bersyukur kepada Allah atas diutusnya

Nabi Muhammad SAW membawa dinul Islam ini. Karena hanya dengan Islamlah

manusia di dunia ini dapat hidup rukun, damai dan saling menebarkan kasih sayang.

Dengan mengabaikan Islam, maka dunia akan kacau-balau, terorisme timbul di mana-

mana seperti sekarang ini.

Agama Islam yang suci ini dibawa oleh Rasulullah yang mempunyai

kepribadian yang suci pula, serta memiliki akhlaqul karimah dan sifat-sifat yang terpuji,

sebagaimana dijelaskan oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi, antara lain :

By Muhammad sukma rohim 626-11-2009

Page 7: Makalah MSI

Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka.

Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari

sekelilingmu. [QS. Ali Imran : 159]

Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa

olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,

amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [QS. At-Taubah :

128]

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki sifat

lemah-lembut serta hati beliau terasa amat berat atas penderitaan yang menimpa pada

manusia, maka beliau berusaha keras untuk membebaskan dan mengangkat penderitaan

yang dirasakan oleh manusia tersebut.

Rasulullah SAW bersabda :

By Muhammad sukma rohim 726-11-2009

Page 8: Makalah MSI

Dari ‘Aisyah istri Nabi SAW, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Hai ‘Aisyah,

sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang dan senang kepada kasih sayang, dan Dia

memberi (kebaikan) pada kasih sayang itu apa-apa yang Dia tidak berikan kepada

kekerasan, dan tidak pula Dia berikan kepada apapun selainnya”. [HR. Muslim juz 4,

hal. 2003

Kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran Islam. Dan orang

yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik akhlaqnya. [HR. Ahmad juz 7, hal.

410, no. 20874]

Dan apabila Allah mencintai kepada seorang hamba, Allah memberinya kasih sayang

(kelemah-lembutan). Dan tidaklah suatu keluarga yang terhalang dari kasih sayang,

melainkan mereka terhalang pula dari kebaikan. [HR. Thabrani dalam Al-Kabiir juz 2,

hal. 306, no. 2274]

Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ada seorang ‘Arab gunung kencing di

masjid, lalu orang-orang marah, dan akan memukul sebagai hukuman. Kemudian melihat

kemarahan para shahabat tersebut, beliau bersabda :

By Muhammad sukma rohim 826-11-2009

Page 9: Makalah MSI

Biarkanlah dia, dan siramlah pada bekas kencingnya itu seember atau setimba air,

karena sesungguhnya kamu sekalian diutus untuk memberi kemudahan bukan diutus

untuk membuat kesukaran/kesusahan. [HR. Bukhari juz 1, hal. 61]

Dalam sabdanya yang lain :

Dari Anas, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Permudahlah dan jangan mempersulit.

Dan gembirakanlah dan jangan kalian membuat manusia lari”. [HR. Bukhari, juz 1, hal.

25 ]

Setelah kita cermati kembali tentang dinul Islam sekaligus peribadi Rasulullah

SAW yang diamanati oleh Allah SWT untuk menyebarkan dinul Islam ke seluruh ummat

manusia, maka jelas sekali bahwa terorisme sama sekali tidak dikenal, bahkan bertolak

belakang dengan ajaran Islam.

Terorisme dengan menggunakan kekerasan, kekejaman serta kebengisan dan cara-cara

lain untuk menimbulkan rasa takut dan ngeri pada manusia untuk mencapai tujuan.

Sedangkan Islam dengan lemah-lembut, santun, membawa khabar gembira tidak

menjadikan manusia takut dan lari, serta membawa kepada kemudahan, tidak

menimbulkan kesusahan, dan tidak ada paksaan. Bahkan dalam suatu riwayat dijelaskan

bahwa dalam peperangan pun Nabi SAW berpesan kepada para shahabat, sabda beliau :

By Muhammad sukma rohim 926-11-2009

Page 10: Makalah MSI

Hai manusia, janganlah kamu menginginkan bertemu dengan musuh, dan mohonlah

kepada Allah agar kalian terlepas dari marabahaya. Apabila kalian bertemu dengan

musuh, maka bershabarlah dalam menghadapi mereka, dan ketahuilah bahwasanya

surga itu dibawah bayangan pedang”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1372

Pesan Nabi SAW tersebut menunjukkan betapa kasih sayang beliau terhadap

jiwa manusia, sekalipun dalam peperangan sedapat mungkin menghindari bertemu musuh

agar tidak terjadi marabahaya. Namun kalau terpaksa bertemu dengan musuh, jangan

takut dan jangan dihadapi dengan hawa nafsu yang melampaui batas, tetapi hendaklah

dihadapi dengan shabar dan tabah, karena surga di bawah bayangan pedang.

Memang kedua hal tersebut mempunyai tujuan yang berbeda. Terorisme

biasanya digunakan untuk tujuan politik, kekuasaan, sedangkan Islam bertujuan untuk

menuntun manusia dalam mencapai kebahagiaan hidupnya dengan dilandasi rasa kasih

sayang hanya semata-mata mengharap ridla Allah SWT.

Oleh karena itu rasanya tidak berlebihan kalau ada orang yang mengatakan

bahwa "politik itu kotor", karena dalam mencapai tujuannya dengan menghalalkan segala

cara, sekalipun dengan terorisme. Dengan demikian bagi seorang muslim haram

hukumnya mendukung, mengikuti alur politik yang menghalalkan segala cara dalam

mencapai tujuan politiknya.

Yang demikian itu bukan berarti orang Islam tidak boleh berpolitik, tidak

boleh meraih kekuasaan. Boleh berpolitik, tetapi tidak boleh keluar dari bingkai Islam,

dengan tujuan untuk kejayaan Islam dengan mengharap ridla Allah semata-mata.

Dalam mencapai kesuksesan cita-cita harokahnya, Rasulullah melalui cara-

cara yang ditunjukkan oleh Allah serta berusaha memenuhi persyaratan untuk

memperoleh janji Allah, karena janji Allah pasti tepat dan tidak perlu diragukan.

Rasulullah SAW membina kekuatan dari bawah, sebagaimana firman Allah :

By Muhammad sukma rohim 1026-11-2009

Page 11: Makalah MSI

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik

seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu

memberikan buahnya pada setiap musim dengan idzin Tuhannya. Allah membuat

perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan

perumpamaan kalimat-kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk yang telah dicabut

dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. [QS.

Ibrahim : 24-26]

Rasulullah membina dasar tauhid pada ummat manusia + 10 tahun di Makkah

dengan penuh tantangan, tindak kekejaman dan terorisme dilakukan oleh orang-orang

musyrikin dan kafirin Makkah terhadap Nabi dan para pengikutnya.

Namun teror-teror yang dilakukan oleh mereka tidak menjadikan kaum

muslimin takut, malah makin bertambah kuat dan mendorong lebih dekat dan berserah

diri (tawakkal) kepada Allah SWT.

Dalam suatu peristiwa, orang kafir melakukan teror dengan ucapan :

By Muhammad sukma rohim 1126-11-2009

Page 12: Makalah MSI

Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu

takutlah kepada mereka. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka

menjawab, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik

pelindung”. [QS. Ali Imran : 173]

Itulah buah tauhid yang kuat, bagaikan pohon yang baik, tidak akan tumbang walaupun

dihempas badai topan yang dahsyat.

Untuk menumbuhkan pohon-pohon yang baik seperti itu perlu menanam dan

memelihara dengan sungguh-sungguh, bekerja keras dan ikhlash, semata-mata karena

Allah, tidak mudah tergiur dengan tipudaya dunia yang dapat membelokkan cita-cita

yang mulia.

Oleh karena itu ketika Rasulullah mendapat tawaran materi, bahkan akan

diangkat menjadi raja (penguasa) di negeri itu asalkan beliau mau berhenti dari

dakwahnya, dengan tegas beliau menjawab, “Andaikata kamu dapat menaruh bulan dan

matahari di kedua tanganku, aku tidak akan berhenti berdakwah, sehingga agama Allah

ini menjadi terang (menjadi kehidupan manusia) atau aku mati karena membelanya”.

Dengan kuat beliau menanamkan kepada ummatnya akan janji Allah.

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan

mengerjakan amal-amal shaleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka

By Muhammad sukma rohim 1226-11-2009

Page 13: Makalah MSI

berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka

berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridlai-

Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah

mereka berada dalam ketakutan, menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku

dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa (tetap)

kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq. [QS. An-Nuur : 55]

Penekanan pada akhir ayat tersebut perlu mendapat perhatian bagi kita semua,

terutama para politikus muslim, “Barangsiapa tetap kafir sesudah janji itu”, maksudnya :

Dengan memilih cara lain dalam mencapai tujuannya dan meninggalkan jalan yang

dijanjikan oleh Allah, yakni dengan memperkokoh iman serta memperbanyak amal

shaleh, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq.

Dan Allah tidak menunjuki orang-orang yang fasiq. [QS. At-Taubah : 24]

Kaum politisi yang ada sekarang sekalipun muslim, pada umumnya tidak

mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan praktek yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Mereka berjuang hanya untuk memperoleh kursi (kedudukan).

Maka tidak ada kegiatan dakwah untuk membina ummat secara serius agar

mempunyai landasan dasar tauhid yang kuat seperti pohon yang baik sebagaimana yang

digambarkan oleh Allah SWT.

Da’i kaum politisi aktif berdakwah menyelenggarakan pengajian-pengajian

dan kegiatan-kegiatan keagamaan hanya ketika menjelang Pemilihan Umum (Pemilu)

untuk meraih simpati dari masyarakat, dan setelah selesai Pemilu selesai pulalah

kegiatan-kegiatan tersebut. Sudah tidak lagi ada pengajian-pengajian, aktifitas-aktifitas

sebagaimana sebelum terselenggaranya Pemilu.

By Muhammad sukma rohim 1326-11-2009

Page 14: Makalah MSI

Maka hasilnya seperti pohon yang jelek, akarnya rapuh, tidak memiliki daya

tahan. Jangankan dengan hempasan badai topan yang besar, dengan angin sepoi-sepoi

saja cukup dapat menumbangkan pohon tersebut, dan terangkat seakar-akarnya sehingga

tidak lagi dapat tegak berdiri. Keadaan yang demikian itu, maka tidak perlu tawaran kursi

raja sebagaimana yang ditawarkan kepada Nabi, melainkan dengan kursi RT pun sudah

cukup dapat merontokkan tujuan dakwah yang sangat mulia.

Dengan alasan kesibukan tugasnya sebagai RT sudah tidak ada waktu lagi

(tidak ada tempat) untuk membina ummat, berdakwah, menyelenggarakan pengajian dan

kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain guna memperbaiki aqidah dan pengamalan

agamanya dalam kehidupan sehari-hari,

(Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian)

Kalau demikian keadaannya, apa yang kita harapkan dari kaum politisi untuk Islam ini ?

Politikus Islam pun kadang lepas dari kendali agama, dengan entengnya menghina,

merendahkan, bahkan memfitnah untuk menjatuhkan sesama muslim, hanya karena

berbeda aspirasi politiknya, bahkan sampai menghalalkan darahnya.

Keadaan yang demikian, akibatnya ukhuwah Islamiyah rusak, timbul saling

dengki-mendengki, benci-membenci sehingga ummat Islam menjadi lumpuh tidak

berdaya, sekalipun jumlahnya besar. Padahal Allah SWT telah memperingatkan :

By Muhammad sukma rohim 1426-11-2009

Page 15: Makalah MSI

Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum (golongan) memperolok-olok

kaum (golongan) yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok) lebih baik

dari mereka (yang memperolok-olok). [QS. Al-Hujuraat : 11]

Nabi SAW telah memperingatkan juga bahwa sesama muslim adalah saudara dan haram

darahnya, haram kehormatannya dan haram hartanya. Namun itu semua tidak diindahkan.

Memperhatikan praktek-praktek yang ada, rasanya tidak tampak partai yang

memperjuangkan Islam di negeri ini, bahkan terjebak dalam pertikaian, terorisme, saling

menjatuhkan untuk mencapai tujuan, baik partai yang beridentitas Islam maupun yang

tidak beridentitas Islam, hampir tidak ada bedanya.

Oleh karena itu melalui kesempatan ini semoga dapat menjadi jembatan,

menyadarkan para politikus muslim, hendaklah mempererat persaudaraan sesama

muslim, walaupun berbeda partai, tetapi tetap membawa misi yang sama :

(kejayaan Islam dan muslimin)

dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk Allah dan praktek Rasulullah dalam

menggalang ummat, serta menghindari terorisme dalam mencapai tujuan.

Dengan demikian, jelas dan teranglah bahwa Terorisme dalam pandangan agama Islam

tidak dibenarkan, dan jauh dari tuntunan Islam.

Dalam kaitannya dengan terorisme, muncul pertanyaan yang tidak pernah

terjawab, adakah korelasi fungsional antara Islam dan Terorisme? Bisakah gerakan

keagamaan yang diduga dalang terorisme sebagai representasi Islam, baik dalam ranah

ajaran maupun pengikutnya?

Tidak ada istilah yang serumit “terorisme”. Istilah tersebut bukan sekadar

istilah biasa, melainkan wacana baru yang ramai diperbincangkan khalayak dunia dan

By Muhammad sukma rohim 1526-11-2009

Page 16: Makalah MSI

mempunyai impilikasi besar bagi tatanan politik global. Terorisme bukan sekadar

diskursus, akan tetapi sebuah gerakan global yang hinggap di mana pun dan kapan pun.

Terorisme kian mencuat ke permukaan, tatkala gedung pencakar langit, World Trade

Center (WTC) dan gedung Pentagon, New York, hancur-lebur diserang sebuah

kelompok, yang sampai detik ini masih misterius. Jaringan internasional al-Qaedah sering

disebut-disebut sebagai aktor di balik aksi penyerangan tersebut. Pada titik ini, terorisme

kian dipertanyakan dan dipersoalkan. Apa sih sebenarnya terorisme itu? Benarkah

terorisme teridentifikasi sebagai penyebab utama di balik pennyerangan tersebut? 

Terorisme sebagai sebuah paham memang berbeda dengan kebanyakan paham yang

tumbuh dan berkembang di dunia, baik dulu maupun yang mutakhir. Terorisme selalu

identik dengan teror, kekerasan, ekstrimitas dan intimidasi. Para pelakunya biasa disebut

sebagai teroris. Karena itu, terorisme sebagai paham yang identik dengan teror seringkali

menimbulkan konsekuensi negatif bagi kemanusiaan. Terorisme kerap menjatuhkan

korban kemanusiaan dalam jumlah yang tak terhitung.

Pengeboman bus turis asing di Kairo, penembakan para turis di Luxor, Mesir,

pengeboman kedubes AS di Kenya dan insiden yang serupa merupakan salah satu bentuk

aksi-aksi terorisme.  Dalam insiden tersebut membuktikan, bahwa ribuan nyawa manusia

yang tidak berdosa raib akibat ulah para teroris. Orang tua-renta, dewasa, anak muda, dan

bayi turut menanggung akibat dari pertarungan ideologi.

Pada titik ini, terorisme mendapatkan sorotan serius dari masyarakat dunia,

bahwa cara-cara yang ditempuh para teroris dapat mewujudkan instabilitas, kekacauan

dan kegelisahan yang berkepanjangan. Masyarakat senantiasa dihantui perasaan was-was

dan tidak aman. Namun pertanyaan yang muncul kemudian, “siapa sebenarnya yang

melakukan aksi-aksi terorisme?”

Pada tahap ini, kita akan memasuki kerumitan tersendiri, sebab identifikasi

terorisme tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Apalagi jikalau

menyangkut sebuah kelompok atau negara tertentu, dibutuhkan data-data yang akurat dan

tepat.

By Muhammad sukma rohim 1626-11-2009

Page 17: Makalah MSI

c) Pandangan Islam terhadap musik

Bagaimanakah Islam memandang musik? Ada dua pandangan di dalam Islam

terhadap musik. Rata PenuhAda ulama yang membolehkan dan ada pula yang

melarangnya. Perbedaan ini muncul lantaran Alquran tak membolehkan dan

melarangnya.

Ulama terkemuka Dr Yusuf Al-Qardawi dalam bukunya, Al-Halaal wal

Haraam fil Islam, memperbolehkan musik dengan sejumlah syarat. Sebenarnya, sejumlah

ritual keagamaan yang dijalankan umat Islam mengandung musikalitas. Salah satu

contohnya adalah alunan adzan. Selain itu, ilmu membaca Alquran atau ilmu al-qiraah

juga mengandung musik.

Meski begitu, Al-Albani melarang umat Islam untuk bermusik. Ia

mendasarkannya pada salah satu hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari. “Akan ada dari

ummatku kaum yang menghalalkan zina, memakai sutra, minuman keras, dan alat-alat

musik.”

Secara umum, umat Islam memperbolehkan musik. Bahkan, di era

kejayaannya, umat Islam mampu mencapai kemajuan dalam bidang seni musik. Terlebih

lagi, musik dan puisi menjadi salah satu tradisi yang berkembang di Semenanjung Arab

sebelum kedatangan Islam.

Pencapaian peradaban Islam dalam bidang musik tercatat dalam Kitab Al-

Aghani yang ditulis oleh Al-Isfahani (897 M-967 M). Dalam kitab itu, tertulis sederet

musisi di zaman kekhalifan, seperti Sa’ib Khathir (wafat 683 M), Tuwais (wafat 710 M),

dan Ibnu Mijjah (wafat 714 M). Penyebaran Islam ke seluruh penjuru jazirah Arab,

Persia, Turki, hingga India, semuanya memilik tradisi musik.

Seni musik berkembang pesat di era kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Para ilmuwan Muslim

banyak menerjemahkan risalah musik dari Yunani, terutama ketika Khalifah Al-Ma’mun

berkuasa. Para Khalifah Abbasiyah pun turut mensponsori para penyair dan musisi. Salah

satu musisi yang karyanya diakui dan disegani adalah Ishaq Al-Mausili (767 M-850 M).

By Muhammad sukma rohim 1726-11-2009

Page 18: Makalah MSI

Pada awal berkembangnya Islam, musik diyakini sebagai cabang dari

matematika dan filsafat. Tak heran, jika matematikus dan filosof Muslim terkemuka, Al-

Kindi (800 M-877 M), adalah ahli teori musik yang tersohor. Al-Kindi juga tercatat

sebagai ilmuwan yang menjadikan musik untuk pengobatan dan penyembuhan penyakit.

Ia menulis tak kurang dari 15 kitab tentang musik, namun yang masih ada tinggal lima.

Al-Kindi adalah orang pertama yang menyebut kata ‘musiqi’.

Tokoh Muslim lainnya yang juga banyak menyumbangkan pemikirannya bagi

musik adalah Al-Farabi (870 M-950 M). Ia tinggal di Istana Saif al-Dawla Al-

Hamdan¡ di kota Aleppo. Matematikus dan filosof ini juga sangat menggemari musik

serta puisi. Selama tinggal di istana itu, Al-Farabi mengembangkan kemampuan musik

serta teori tentang musik.

Al-Farabi juga diyakini sebagai penemu dua alat musik, yakni rabab dan

qanun. Ia menulis tak kurang dari lima judul kitab tentang musik. Salah satu buku

musiknya yang populer bertajuk, Kitabu al-Musiqa to al-Kabir, atau The Great Book of

Music. Berisi teori-teori musik dalam Islam.

Pemikiran Al-Farabi dalam bidang musik masih kuat pengaruhnya hingga

abad ke-16 M. Kitab musik yang ditulisnya itu sempat diterjemahkan oleh Ibnu Aqnin

(1160 M-1226 M) ke dalam bahasa Ibrani. Selain itu, karyanya itu juga dialihbahasakan

ke dalam bahasa latin berjudul De Scientiis dan De Ortu Scientiarum. Salah satu ahli

teori musik Muslim lainnya adalah Ibnu Sina.

Kontroversi tentang musik seakan tak pernah berakhir. Baik yang pro maupun

kontra masing-masing menggunakan dalil. Namun bagaimana para sahabat, tabi’in, dan

ulama salaf memandang serta mendudukkan perkara ini? Sudah saatnya kita mengakhiri

kontroversi ini dengan merujuk kepada mereka.

Musik dan nyanyian, merupakan suatu media yang dijadikan sebagai alat

penghibur oleh hampir setiap kalangan di zaman kita sekarang ini. Hampir tidak kita

By Muhammad sukma rohim 1826-11-2009

Page 19: Makalah MSI

dapati satu ruang pun yang kosong dari musik dan nyanyian. Baik di rumah, di kantor, di

warung dan toko-toko, di bus, angkutan kota ataupun mobil pribadi, di tempat-tempat

umum, serta rumah sakit. Bahkan di sebagian tempat yang dikenal sebagai sebaik-baik

tempat di muka bumi, yaitu masjid, juga tak luput dari pengaruh musik.

Hukum Musik Dalam Islam

YANG MENGHARAMKAN

Hukum bernyanyi dan bermain musik diperselisihkan oleh para ulama Islam.

Pada kesempatan yang lalu kita sudah sampaikan beberapa ulama yang

mengharamkannya, diantaranya mereka berdalil dengan firman Allah dalam Surat

Luqman berikut:

“Dan diantara mereka (ada) orang yang mempergunakan LAHWAL HADIST (kata- kata

tak berguna) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan

menjadikan jalan Allah itu sebagai bahan olok- olokan. Mereka itu memperoleh Adzab

yang menghinakan” (Surat Luqman: 6).

Menurut sebagian ulama’, LAHWAL HADIST disini yang dimaksud adalah

“Nyanyian,”. Jadi nyanyian itu haram hukumnya.

Menurut Ibnu Hazm, argument itu tidak benar, karena ada kalimat lanjutannya

yaitu:…. “Untuk Menyesatkan Manusia dari Jalan ALLAH Tanpa Pengetahuan dan

Menjadikan Jalan Allah Itu Sebagai Olok- olokan”. Menurut Ibnu Hazm ini menunjukkan

bahwa perkataan apa saja, termasuk ucapan, berita, informasi, nyanyian yang bersifat

menyesatkan dan memperolok- olokkan agama Islam/atau Allah adalah haram, bahkan

kufur, Naudzubillaahi min dzaalik. Sedang yang tidak bersifat mengolok- olok dan tidak

untuk menyesatkan manusia adalah mubah, sejauh- jauhnya makruh, Sesuai hadist Nabi:

“Min Husnil Islaamil Mar’i tarkuhuu maa laa ya’niih = Kebaikan Islam seseorang diukur

dari kemampuannya meninggalkan sesuatu yang tidak ada manfaatnya”. Al- Hadist.

(Lihat selengkapnya: Ibn Hazm: Al- Muhalla 9/60, penerbit Al- Muniriyah).

By Muhammad sukma rohim 1926-11-2009

Page 20: Makalah MSI

YANG MEMBOLEHKAN

Yang membolehkan mereka berhujjah (ber- argument) dengan hadist- hadist berikut:

1. Hadist riwayat Bukhori dan Imam Ahmad menceriterakan dari A’isyah, bahwa

dia suatu saat membawa penganten wanita kerumah mempelai pria dari sahabat

Anshor. Maka Nabi pun bersabda pada A’isyah:

” Ya A’isyah. Mengapa tak membawa musik/ hiburan  untuk mereka?

Sesungguhnya orang Anshor itu suka musik/ hiburan.”

2. Imam Ibnu Majah menceriterakan dari Ibnu Abbas, bahwa suatu saat A’isyah

menikahkan salah satu kerabat wanitanya dengan lelaki Anshor. Rasulpun bertanya:

“Apakah engkau mengirim bersamanya seseorang yang dapat bernyanyi?” A’isyah

menjawab: “Tidak”. Maka Rasul pun bersabda:

“Sesungguhnya kaum Anshor itu suatu kaum yang menyukai hiburan. Alangkah

baiknya jika kau kirimkan bersama mempelai wanita itu, seorang penyanyi yang

berdendang: Kami datang…kami datang pada kalian. Sejahteralah kami,,,sejahteralah

kalian…

3. Imam Nasa’I dan Hakim meriwayatkan dari jalan Amr bin Sa’d, dia berkata:”

suatu saat saya datang kerumah Qordhoh bin Ka’ab dan Abu Manshur Al- Anshori

ketika tengah ada walimatul Ursy. Tiba- tiba ada budak- budak perempuan menyanyi.

Saya pun bertanya: Wahai dua sahabat Rasulullah, Ahlul badar melakukan ini

dirumah kalian?” Mereka menjawab: ” Jika kamu suka duduklah kamu, jika tak suka

silahkan tinggalkan tempat ini. Di Walimatul Ursy kita dapat keringanan untuk

mengadakan hiburan”. Imam Nasa’I dan Hakim mensahihkan hadist ini.

Sebagian Ulama mensyaratkan bahwa rukhsoh dan kemudahan itu diberikan saat

walimatul ursy seperti pada riwayat - riwayat tersebut diatas.

4. Imam Asy- Syaukani dalam kitabnya Nailul Author mengatakan: “Penduduk

Madinah dan orang- orang yang sependapat dengan mereka dari kalangan Ad-

Dhohiriyah dan dari kalangan ahli sufi berpendapat bahwa nyanyian itu ada

keringanan hukumnya walaupun disertai “Uud” (Lute- English: Suatu alat musik

bersenar dan berdawai yang berbentuk seperti labu dibelah).

By Muhammad sukma rohim 2026-11-2009

Page 21: Makalah MSI

5. Syaikh Abu Manshur Al- Baghdady asy- Syafi’I menceriterakan dalam kitabnya

As- Sima’ bahwa Abdullah bin Ja’far (Sohabat Nabi) tidak memandang nyanyian itu

haram. Bahkan ia sering menggubah lagu untuk dinyanyikan oleh para budak

wanitanya, lalu ia mendengarkan mereka menyanyikannya dan mengiringinya dengan

petikan ‘Uud. Itu semua terjadi dizaman Khalifah Ali.

6. Abdul Fadl bin Thohir meriwayatkan dalam karyanya yang juga berjudul As-

Sima’ menyatakan: bahwa tidak ada perselisihan pendapat dikalangan penduduk

Madinah tentang bolehnya nyanyian dengan menggunakan ‘Uud.

7. Abu Umar Al- Andalusy dalam kitabnya Al- Aqd meriwayatkan bahwa sahabat

Abdullah bin Umar berkunjung kerumah Ibnu Ja’far. Ia mendapati didalam rumah

tersebut ada seorang budak perempuan berada dikamarnya sambil memegang ‘Uud.

Lalu Ibnu Ja’far bertanya kepada Abdullah bin Mas’ud: ” Adakah kau lihat ada

sesuatu (larangan) pada semua ini?” Ibnu Umar menjawab: “Tidak ada”.

Baiklah sebagai kesimpulan kita lihat bagaimana pendapat seorang filsuf Islam

ahli Sufi terkenal Imam Al- Ghozali tentang musik ini. Tulisannya kita nukil dari

Maha karyanya: Ihya’u Ulumuddin, Kitabus Sima’ pada halaman 1152- 1153:

” Memang hal ini (mencari hiburan dengan bermusik)  menunjukkan adanya

kekurang sempurnaan seorang muslim, karena orang yang sempurna adalah orang

yang tidak perlu menghibur dirinya selain dengan kebenaran (mendekatkan diri ke

Allah dengan tilawah, dzikir, ibadah). Namun kebaikan bagi seseorang adakalanya

masih dinilai buruk bagi MUQORROBIN (orang yang sudah sangat mendekatkan diri

pada Allah). Adapun orang- orang yang menguasai ilmu pengobatan hati,

rangsangan- rangsangan lembut yang dibutuhkan dalam pengobatan jiwa dan

bagaimana mengarahkannya menuju kebenaran, niscaya mereka akan tahu pasti

bahwa usaha menghiburnya dengan hal- hal seperti ini (mendengarkan music yang

baik) merupakan obat yang bermanfaat yang pasti dibutuhkan”.

Pendapat Yang Memakruhkan

Namun perlu kita ketahui bersama, meski banyak ulama yang telah

mengharamkan musik secara total, nyatanya kita tidak bisa menampik adanya sementara

kalangan, bahkan termasuk ulama juga, yang tidak mengharamkan secara total.

By Muhammad sukma rohim 2126-11-2009

Page 22: Makalah MSI

Mereka lebih memilih untuk menyebut bahwa musik itu makruh, namun tidak sampai ke

tingkat haram.

Menurut Al-Imam Malik rahimahullah, mendengar nyanyian itu berdampak

merusak muru`ah. Muruah ini mungkin bisa kita terjemahkan secara bebas dengan arti

wibawa, atitiudeatau kehormatan.

Adapun menurut Al-Imam Asy-Syafi`i, musik dan lagu dimakruhkan karena

mengandung lahwu (sesuatu yang tidak bermanfaat dan sia-sia serta buang waktu).

Dan Al-Imam Ahmad mengomentari dengan ungkapannya, "Saya tidak menyukai

nyanyian karena melahirkan kemunafikan dalam hati."

Mereka adalah para fuqaha papan atas, di mana kebanyakan ulama salah berguru dan

menjadi murid mereka. Namun ketika menyebut tentang nyanyian atau musik, mereka

tidak sampai menyebut kata haram, melainkan makruh atau tidak disukai.

Pendapat yang Lebih Moderat

Di luar dari kalangan yang agak berhati-hati, ternyata kita pun mendapati

adanya kalangan ulama yang lebih agak moderat. Di mana mereka tidak mengharamkan

secara mutlak, melainkan masih memilah dan memberikan beberapa persyaratan tertentu.

Bila syaratnya terpenuhi, mendengarkan lagu atau musik itu masih bisa ditolelir.

Sebaliknya, bila beberapa syarat kebolehan itu sampai terlanggar, maka hukumnya pun

menjadi haram.

Di antara syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam masalah musik dan

mendengarkannya adalah:

Tidak boleh disertai kemungkaran, seperti sambil minum khomr, berjudi, zina dan

campur baur laki dan wanita.

Tidak ada kekhawatiran timbulnya fitnah seperti menyebabkan timbul cinta birahi

pada wanita atau sebaliknya.

Tidak menyebabkan lalai dan meninggalkan kewajiban, seperti meninggalkan

shalat atau menunda-nundanya dan lain-lain.

Kesimpulannya bahwa pada dasarnya mereka menghalalkan mendengar nyanyian,

tetapi hukumnya berubah menjadi haram bila syarat-syaratnya tidak terpenuhi.

By Muhammad sukma rohim 2226-11-2009

Page 23: Makalah MSI

Adapun latar belakang mereka tidak mengharamkannya secara total, adalah

karena mereka punya pendapat sendiri atas dalil-dalil yang mengharamkan di atas.

Hadits pertama diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya, dari Abi

Malik Al-Asy`ari ra. Hadits ini walaupun terdapat dalam hadits Shahih Bukhari, tetapi

para ulama memperselisihkannya.

Banyak di antara mereka yang mengatakan bahwa hadits ini adalah mualaq

(sanadnya terputus), di antaranya dikatakan oleh Ibnu Hazm.

Di samping itu di antara para ulama menyatakan bahwa matan dan sanad hadits ini tidak

selamat dari kegoncangan (idhtirab)..

Katakanlah, bahwa hadits ini shahih, karena terdapat dalam hadits shahih Bukhari, tetapi

nash dalam hadits ini masih bersifat umum, tidak menunjuk alat-alat tertentu dengan

namanya. Batasan yang ada adalah bila ia melalaikan.

Hadits kedua dikatakan oleh Abu Dawud sebagai hadits mungkar. Bahkan

meski hadits ini shahih, maka sebenarnya dari teks hadits itu tidak bisa dikatakan bahwa

Rasulullah saw secara jelas telah mengharamkannya. Bahkan Rasulullah saw

mendengarkannya sebagaimana juga yang dilakukan oleh Ibnu Umar.

Sedangkan hadits ketiga menurut mereka adalah hadits gharib. Dan hadits-

hadits lain yang terkait dengan hukum musik, jika diteliti ternyata tidak ada yang shahih.

Imam Al-Haramain dalam kitabnya, An-Nihayah dan Ibnu Abi Ad-Dunya yang menukil

dari Al-Itsbaat Al-Muarikhiin menyatakan bahwa Abdullah bin Zubair memiliki budak-

budak wanita dan gitar.

Dan Ibnu Umar pernah ke rumahnya ternyata di sampingnya ada gitar, Ibnu

Umar berkata, "Apa ini wahai sahabat Rasulullah saw?" Kemudian Ibnu Zubair

mengambilkan untuknya, Ibnu Umar merenungi kemudian berkata, "Ini mizan syami

(nama alat musik) dari Syam?` Berkata Ibnu Zubair, "Dengan ini akal seseorang bisa

seimbang."

Adapun ulama yang menghalalkan musik sebagaimana di antaranya

diungkapkan oleh Imam Asy-Syaukani dalam kitabnya, Nailul Authar adalah:

Ulama Madinah dan ulama Dzahiri dan jama`ah ahlu Sufi yang memberikan kemudahan

(kebolehan) pada nyanyian walaupun dengan gitar dan biola`.

By Muhammad sukma rohim 2326-11-2009

Page 24: Makalah MSI

Juga diriwayatkan oleh Abu Manshur Al-Bagdadi As-Syafi`i dalam kitabnya bahwa

Abdullah bin Ja`far menganggap bahwa nyanyi tidak apa-apa, bahkan membolehkan

budak-budak wanita untuk menyanyi dan beliau sendiri mendengarkan alunan suaranya.

Dan hal itu terjadi di masa khilafah Amirul Mukminin Ali ra.

Begitu juga Abu Manshur meriwayatkan hal serupa pada Qodhi Syuraikh, Said bin Al-

Musayyib, Atho bin abi Ribah, Az-Zuhri dan Asy-Sya`bi.

Demikianlah pendapat ulama tentang mendengarkan alat musik. Dan jika

diteliti dengan cermat, maka ulama muta`akhirin yang mengharamkan alat musik karena

mereka mengambil sikap wara` (hati-hati). Mereka melihat kerusakan yang timbul di

masanya.

Sedangkan ulama salaf dari kalangan sahabat dan tabi`in menghalalkan alat

musik karena mereka melihat memang tidak ada dalil baik dari Al-Qur`an maupun hadits

yang jelas mengharamkannya. Sehingga dikembalikan pada hukum asalnya yaitu mubah.

Demikian sekelumit gambaran tentang khilaf ulama tentang hukum nyanyian dan musik

dalam Islam. Anda harus bijak ketika bertemu dengan saudara-saudara yang cenderung

berpandangan bahwa musik itu tidak haram. Mereka bukan mengada-ada, tetapi memang

punya dalil tersendiri. Meski pun anda pun tidak perlu berkecil hati, karena masih banyak

ulama yang mengharamkannya.

Hukum Mendengarkan Musik dan Lagu Serta Mengikuti Sinetron

Menurut Syaikh Muhamamad bin Shalih Al-Utsaimin, Pertanyaan Syaikh

Muhamamd bin Shalih Al-Utsaimin ketika ditanya : Apa hukum mendengarkan musik

dan lagu? Apa hukum menyaksikan sinetron yang di dalamnya terdapat para wanita

pesolek ? Jawaban Mendengarkan musik dan nyanyian haram dan tidak disangsikan

keharamannya. Telah diriwayatkan oleh para sahabat dan salaf shalih bahwa lagu bisa

menumbuhkan sifat kemunafikan di dalam hati. Lagu termasuk perkataan yang tidak

berguna. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. "Artinya : Dan di antara manusia (ada)

orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia)

dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka

itu akan memperoleh azab yang menghinakan".(Luqman : 6) . Ibnu Mas'ud dalam

menafsirkan ayat ini berkata : "Demi Allah yang tiada tuhan selainNya, yang

By Muhammad sukma rohim 2426-11-2009

Page 25: Makalah MSI

dimaksudkan adalah lagu". Penafsiran seorang sahabat merupakan hujjah dan

penafsirannya berada di tingkat tiga dalam tafsir, karena pada dasarnya tafsir itu ada tiga.

Penafsiran Al-Qur'an dengan ayat Al-Qur'an, Penafsiran Al-Qur'an dengan hadits dan

ketiga Penafsiran Al-Qur'an dengan penjelasan sahabat. Bahkan sebagian ulama

menyebutkan bahwa penafsiran sahabat mempunyai hukum rafa' (dinisbatkan kepada

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam). Namun yang benar adalah bahwa penafsiran sahabat

tidak mempunyai hukum rafa', tetapi memang merupakan pendapat yang paling dekat

dengan kebenaran. Mendengarkan musik dan lagu akan menjerumuskan kepada suatu

yang diperingatkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam haditsnya.

"Artinya : Akan ada suatu kaum dari umatku menghalalkan zina, sutera, khamr dan alat

musik". Maksudnya, menghalalkan zina, khamr, sutera padahal ia adalah lelaki yang

tidak boleh menggunakan sutera, dan menghalalkan alat-alat musik. [Hadits Riwayat

Bukhari dari hadits Abu Malik Al-Asy'ari atau Abu Amir Al-Asy'ari] Berdasarkan hal ini

saya menyampaikan nasehat kepada para saudaraku sesama muslim agar menghindari

mendengarkan musik dan janganlah sampai tertipu oleh beberapa pendapat yang

menyatakan halalnya lagu dan alat-alat musik, karena dalil-dalil yang menyebutkan

tentang haramnya musik sangat jelas dan pasti. Sedangkan menyaksikan sinetron yang

ada wanitanya adalah haram karena bisa menyebabkan fitnah dan terpikat kepada

perempuan. Rata-rata setiap sinetron membahayakan, meski tidak ada wanitanya atau

wanita tidak melihat kepada pria, karena pada umumnya sinetron adalah membahayakan

masyarakat, baik dari sisi perilakunya dan akhlaknya. Saya memohon kepada Allah

Subhanahu wa Ta'ala agar menjaga kaum muslimin dari keburukannya dan agar

memperbaiki pemerintah kaum muslimin, karena kebaikan mereka akan memperbaiki

kaum muslimin.

d. Pandangan Islam Tentang Poligami

Poligami dalam Islam merupakan praktik yang diperbolehkan (mubah, tidak

dilarang namun tidak dianjurkan), Islam memperbolehkan seorang pria beristri hingga

empat orang istri dengan syarat sang suami harus dapat berbuat adil terhadap seluruh

istrinya.

By Muhammad sukma rohim 2526-11-2009

Page 26: Makalah MSI

Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang

yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu

senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku

adil[265], Maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki.

yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. [266].

Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini

poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi

Muhammad s.a.w. ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.

( Q.S. an-Nisa aya t: 3 )

Beberapa ulama kontemporer seperti Syekh Muhammad Abduh , Syekh

Rashid Ridha, dan Syekh Muhammad al-Madan (ketiganya ulama terkemuka Al Azhar

Mesir) lebih memilih memperketat penafsirannya. Muhammad Abduh dengan melihat

kondisi Mesir saat itu (tahun 1899), memilih mengharamkan poligami. Syekh

Muhammad Abduh mengatakan: Haram berpoligami bagi seseorang yang merasa

khawatir akan berlaku tidak adil..Saat ini negara Islam yang mengharamkan poligami

hanya Maroko. Namun sebagian besar negara-negara Islam di dunia hingga kini tetap

membolehkan poligami, termasuk Undang-Undang Mesir dengan syarat sang pria harus

menyertakan slip gajinya.

Praktik Poligami oleh Nabi Muhammad

Nabi Muhammad, nabi utama agama Islam melakukan praktik poligami pada

delapan tahun sisa hidupnya, sebelumnya ia beristri hanya satu orang selama 28 tahun.

Setelah istrinya saat itu meninggal (Khadijah) barulah ia menikah dengan beberapa

wanita. Kebanyakan dari mereka yang diperistri Muhammad adalah janda mati, kecuali

Aisyah (putri sahabatnya Abu Bakar).

By Muhammad sukma rohim 2626-11-2009

Page 27: Makalah MSI

Dalam kitab Ibn al-Atsir, sikap beristeri lebih dari satu wanita yang

dilakukannya adalah upaya transformasi sosial. Mekanisme beristeri lebih dari satu

wanita yang diterapkan Nabi adalah strategi untuk meningkatkan kedudukan perempuan

dalam tradisi feodal Arab pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, nilai sosial seorang

perempuan dan janda sedemikian rendah sehingga seorang laki-laki dapat beristri

sebanyak mereka suka.

Sebaliknya, Nabi membatasi praktik poligami, mengkritik perilaku sewenang-

wenang, dan menegaskan keharusan berlaku adil dalam beristeri lebih dari satu wanita.

Ketika Nabi melihat sebagian sahabat telah mengawini delapan sampai sepuluh

perempuan, mereka diminta menceraikan dan menyisakan hanya empat. Itulah yang

dilakukan Nabi kepada Ghilan bin Salamah ats-Tsaqafi RA, Wahb al-Asadi, dan Qais bin

al-Harits. Dan, inilah pernyataan eksplisit dalam pembatasan terhadap kebiasan poligami

yang awalnya tanpa batas sama sekali.

SYARAT-SYARAT POLIGAMI DALAM ISLAM

Bahwa beberapa ulama, setelah meninjau ayat-ayat tentang poligami, mereka

telah menetapkan bahwa menurut asalnya, Islam sebenamya ialah monogami. Terdapat

ayat yang mengandungi ugutan serta peringatan agar tidak disalah gunakan poligami itu

di tempat-tempat yang tidak wajar. Ini semua bertujuan supaya tidak terjadinya

kezaliman. Tetapi, poligami diperbolehkan dengan syarat ia dilakukan pada masa-masa

terdesak untuk mengatasi perkara yang tidak dapat diatasi dengan jalan lain. Atau dengan

kata lain bahwa poligami itu diperbolehkan oleh Islam dan tidak dilarang kecuali jikalau

dikhuatirkan bahwa kebaikannya akan dikalahkan oleh keburukannya.

Jadi, sebagaimana talaq, begitu jugalah halnya dengan poligami yang

diperbolehkan karena hendak mencari jalan keluar dari kesulitan. Islam memperbolehkan

umatnya berpoligami berdasarkan nas-nas syariat serta realiti keadaan masyarakat. Ini

bererti ia tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenangnya demi untuk mencapai

kesejahteraan masyarakat Islam, demi untuk menjaga ketinggian budi pekerti dan nilai

kaum Muslimin.

By Muhammad sukma rohim 2726-11-2009

Page 28: Makalah MSI

Oleh yang demikian, apabila seorang lelaki akan berpoligami, hendaklah dia

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut;

1. Membatasi jumlah isteri yang akan dikawininya. Syarat ini telah disebutkan oleh

Allah (SWT) dengan firman-Nya;

............

"Maka berkawinlah dengan siapa yang kamu berkenan dari perempuan-perempuan (lain):

dua, tiga atau empat." (Al-Qur'an, Surah an-Nisak ayat 3)

Ayat di atas menerangkan dengan jelas bahwa Allah telah menetapkan

seseorang itu berkawin tidak boleh lebih dari empat orang isteri. Jadi, Islam membatasi

kalau tidak beristeri satu, boleh dua, tiga atau empat sahaja.

Pembatasan ini juga bertujuan membatasi kaum lelaki yang suka dengan

perempuan agar tidak berbuat sesuka hatinya. Di samping itu, dengan pembatasan empat

orang isteri, diharapkan jangan sampai ada lelaki yang tidak menemukan isteri atau ada

pula wanita yang tidak menemukan suami. Mungkin, kalau Islam membolehkan dua

orang isteri saja, maka akan banyak wanita yang tidak menikah. Kalau pula dibolehkan

lebih dari empat, mungkin terjadi banyak lelaki tidak memperolehi isteri.

2. Diharamkan bagi suami mengumpulkan wanita-wanita yang masih ada tali

persaudaraan menjadi isterinya. Misalnya, berkawin dengan kakak dan adik, ibu dan

anaknya, anak saudara dengan emak saudara baik sebelah ayah maupun ibu.

Tujuan pengharaman ini ialah untuk menjaga silaturrahim antara anggota-

anggota keluarga. Rasulullah (s.a.w.) bersabda, maksudnya;"Sesungguhnya kalau kamu

berbuat yang demikian itu, akibatnya kamu akan memutuskan silaturrahim di antara

sesama kamu." (Hadis riwayat Bukhari & Muslim)

Kemudian dalam hadis berikut, Rasulullah (s.a.w.) juga memperkuatkan

larangan ini, maksudnya; Bahwa Urnmu Habibah (isteri Rasulullah) mengusulkan agar

By Muhammad sukma rohim 2826-11-2009

Page 29: Makalah MSI

baginda menikahi adiknya. Maka beliau menjawab; "Sesungguhnya dia tidak halal

untukku." (Hadis riwayat Bukhari dan Nasa'i)

Seorang sahabat bernama Fairuz Ad-Dailamy setelah memeluk agama Islam,

beliau memberitahu kepada Rasulullah bahwa beliau mempunyai isteri yang kakak

beradik. Maka Rasulullah menyuruhnya memilih salah seorang di antara mereka dan

menceraikan yang satunya lagi. Jadi telah disepakati tentang haramnya mengumpulkan

kakak beradik ini di dalam Islam.

3. Disyaratkan pula berlaku adil, sebagaimana yang difirmankan Allah (SWT);

"Kemudian jika kamu bimbang tidak dapat berlaku adil (di antara isteri-isteri

kamu), maka (kawinlah dengan) seorang sahaja, atau (pakailah) hamba-hamba

perempuan yang kaumiliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat (untuk mencegah)

supaya kamu tidak melakukan kezaliman." (Al-Qur'an, Surah an-Nisak ayat 3)

Dengan tegas diterangkan serta dituntut agar para suami bersikap adil jika

akan berpoligami. Andaikan takut tidak dapat berlaku adil kalau sampai empat orang

isteri, cukuplah tiga orang sahaja. Tetapi kalau itupun masih juga tidak dapat adil,

cukuplah dua sahaja. Dan kalau dua itu pun masih khuatir tidak boleh berlaku adil, maka

hendaklah menikah dengan seorang sahaja.

Para mufassirin berpendapat bahwa berlaku adil itu wajib. Adil di sini

bukanlah bererti hanya adil terhadap para isteri sahaja, tetapi mengandungi erti berlaku

adil secara mutlak. Oleh karena itu seorang suami hendaklah berlaku adil sebagai berikut:

a. Berlaku adil terhadap dirinya sendiri.

Seorang suami yang selalu sakit-sakitan dan mengalami kesukaran untuk bekerja

mencari rezeki, sudah tentu tidak akan dapat memelihara beberapa orang isteri.

Apabila dia tetap berpoligami, ini bererti dia telah menganiayai dirinya sendiri.

Sikap yang demikian adalah tidak adil.

b. Adil di antara para isteri.

Setiap isteri berhak mendapatkan hak masing-masing dari suaminya, berupa

By Muhammad sukma rohim 2926-11-2009

Page 30: Makalah MSI

kemesraan hubungan jiwa, nafkah berupa makanan, pakaian, tempat tinggal dan

lain-lain perkara yang diwajibkan Allah kepada setiap suami.Adil di antara isteri-

isteri ini hukumnya wajib, berdasarkan firman Allah dalam Surah an-Nisak ayat 3

dan juga sunnah Rasul. Rasulullah (s.a.w.) bersabda, maksudnya;

"Barangsiapa yang mempunyai dua isteri, lalu dia cenderung kepada salah

seorang di antaranya dan tidak berlaku adil antara mereka berdua, maka kelak di hari

kiamat dia akan datang dengan keadaan pinggangnya miring hampir jatuh sebelah."

(Hadis riwayat Ahmad bin Hanbal)

Adil memberikan nafkah.

Dalam soal adil memberikan nafkah ini, hendaklah si suami tidak mengurangi nafkah

dari salah seorang isterinya dengan alasan bahwa si isteri itu kaya atau ada sumber

kewangannya, kecuali kalau si isteri itu rela. Suami memang boleh menganjurkan

isterinya untuk membantu dalam soal nafkah tetapi tanpa paksaan. Memberi nafkah

yang lebih kepada seorang isteri dari yang lain-lainnya diperbolehkan dengan sebab-

sebab tertentu. Misalnya, si isteri tersebut sakit dan memerlukan biaya rawatan

sebagai tambahan.

Prinsip adil ini tidak ada perbedaannya antara gadis dan janda, isteri lama atau isteri

baru, isteri yang masih muda atau yang sudah tua, yang cantik atau yang tidak cantik,

yang berpendidikan tinggi atau yang buta huruf, kaya atau miskin, yang sakit atau

yang sehat, yang mandul atau yang dapat melahirkan. Kesemuanya mempunyai hak

yang sama sebagai isteri.

Adil dalam menyediakan tempat tinggal.

Selanjutnya, para ulama telah sepakat mengatakan bahwa suami bertanggungjawab

menyediakan tempat tinggal yang tersendiri untuk tiap-tiap isteri berserta anak-

anaknya sesuai dengan kemampuan suami. Ini dilakukan semata-mata untuk menjaga

kesejahteraan isteri-isteri, jangan sampai timbul rasa cemburu atau pertengkaran yang

tidak diingini.

Adil dalam giliran.

By Muhammad sukma rohim 3026-11-2009

Page 31: Makalah MSI

Anak-anak juga mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan, pemeliharaan

serta kasih sayang yang adil dari seorang ayah. Oleh itu, disyaratkan agar setiap

suami yang berpoligami tidak membeza-bezakan antara anak si anu dengan anak si

anu. Berlaku adil dalam soal nafkah anak-anak mestilah diperhatikan bahwa nafkah

anak yang masih kecil berbeza dengan anak yang sudah besar. Anak-anak perempuan

berbeza pula dengan anak-anak lelaki. Tidak kira dari ibu yang mana, kesemuanya

mereka berhak memiliki kasih sayang serta perhatian yang seksama dari bapa mereka.

Jangan sampai mereka diterlantarkan karena kecenderungan si bapa pada salah

seorang isteri serta anak-anaknya sahaja.

Keadilan juga sangat dituntut oleh Islam agar dengan demikian si suami

terpelihara dari sikap curang yang dapat merosakkan rumahtangganya. Seterusnya,

diharapkan pula dapat memelihara dari terjadinya cerai-berai di antara anak-anak serta

menghindarkan rasa dendam di antara sesama isteri.

Sesungguhnya kalau diperhatikan tuntutan syarak dalam hal menegakkan

keadilan antara para isteri, nyatalah bahwa sukar sekali didapati orang yang sanggup

menegakkan keadilan itu dengan sewajarnya.

Bersikap adil dalam hal-hal menzahirkan cinta dan kasih sayang

terhadapisteri-isteri, adalah satu tanggungjawab yang sangat berat. Walau bagaimanapun,

ia termasuk perkara yang berada dalam kemampuan manusia. Lain halnya dengan

berlaku adil dalam soal kasih sayang, kecenderungan hati dan perkara-perkara yang

manusia tidak berkesanggupan melakukannya, mengikut tabiat semulajadi manusia.

Hal ini sesuai dengan apa yang telah difirmankan Allah dalam Surah an-Nisa

ayat 129 yang berbunyi;

By Muhammad sukma rohim 3126-11-2009

Page 32: Makalah MSI

"Dan kamu tidak sekali-kali akan sanggup berlaku adil di antara isteri-isteri kamu

sekalipun kamu bersungguh-sungguh (hendak melakukannya); oleh itu janganlah kamu

cenderung dengan melampau-lampau (berat sebelah kepada isteri yang kamu sayangi)

sehingga kamu biarkan isteri yang lain seperti benda yang tergantung (di awang-awang)."

Selanjutnya Siti 'Aisyah (r.a.) menerangkan, maksudnya;

Bahwa Rasulullah (s.a.w.) selalu berlaku adil dalam mengadakan

pembahagian antara isteri-isterinya. Dan beliau berkata dalam doanya: "Ya Allah, inilah

kemampuanku membahagi apa yang ada dalam milikku. Ya Allah, janganlah aku

dimarahi dalam membahagi apa yang menjadi milikku dan apa yang bukan milikku."

Menurut Prof. Dr. Syeikh Mahmoud Syaltout; "Keadilan yang dijadikan

syarat diperbolehkan poligami berdasarkan ayat 3 Surah an-Nisak. Kemudian pada ayat

129 Surah an-Nisak pula menyatakan bahwa keadilan itu tidak mungkin dapat dipenuhi

atau dilakukan. Sebenamya yang dimaksudkan oleh kedua ayat di atas ialah keadilan

yang dikehendaki itu bukanlah keadilan yang menyempitkan dada kamu sehingga kamu

merasakan keberatan yang sangat terhadap poligami yang dihalalkan oleh Allah. Hanya

saja yang dikehendaki ialah jangan sampai kamu cenderung sepenuh-penuhnya kepada

salah seorang sahaja di antara para isteri kamu itu, lalu kamu tinggalkan yang lain seperti

tergantung-gantung."

Kemudian Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Shidieqy pula menerangkan; "Orang

yang boleh beristeri dua ialah yang percaya benar akan dirinya dapat berlaku adil, yang

sedikit pun tidak akan ada keraguannya. Jika dia ragu, cukuplah seorang sahaja."

"Adil yang dimaksudkan di sini ialah 'kecondongan hati'. Dan ini tentu amat sulit untuk

dilakukan, sehingga poligami adalah suatu hal yang sukar untuk dicapai. Jelasnya,

poligami itu diperbolehkan secara darurat bagi orang yang benar-benar percaya dapat

berlaku adil."

Afif Ab. Fattah Tabbarah dalam bukunya Ruhuddinil Islami mengatakan;

"Makna adil di dalam ayat tersebut ialah persamaan; yang dikehendaki ialah persamaan

By Muhammad sukma rohim 3226-11-2009

Page 33: Makalah MSI

dalam hal pergaulan yang bersifat lahir seperti memberi nafkah, tempat tinggal, tempat

tidur, dan layanan yang baik, juga dalam hal menunaikan tanggungjawab sebagai suami

isteri."

4. Tidak menimbulkan huru-hara di kalangan isteri maupun anak-anak. Jadi, suami

mesti yakin bahwa perkawinannya yang baru ini tidak akan menjejaskan serta

merasakan kehidupan isteri serta anak-anaknya. Karena, diperbolehkan poligami

dalam Islam adalah untuk menjaga kepentingan semua pihak. Jika kepentingan ini

tidak dapat dijaga dengan baik, maka seseorang yang berpoligami pada saat itu adalah

berdosa.

5. Berkuasa menanggung nafkah. Yang dimaksudkan dengan nafkah di sini ialah

nafkah zahir, sebagaimana Rasulullah (s.a.w.) bersabda yang bermaksud;

Bab III

Penutup

a) Kesimpulan

Dari makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa:

By Muhammad sukma rohim 3326-11-2009

Page 34: Makalah MSI

Pandangan Islam mengenai hak asasi manusia adalah dilindungi secara penuh

atau keseluruhan hak asasi manusia perlu dijaga dan dihormati.kecuali kalu sudah

melampaui batas.

Pandangan islam mengenai teroris.

Dalam islam tidak dibolehkan untuk melakukan aksi aksi terror atau menakut-

nakuti. Bahkan dalam firman allah yang berbunyi :

Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa

olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,

amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [QS. At-Taubah :

128]

Begitu juga pula firman Allah yang lain berbunyi:

Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta

alam. [QS. Al-Anbiyaa' : 107]

Dari ayat diatas jelas bahwa kita sebagai orang yang mukmin dilarang untuk

melakukan pembunuhan dan begitu pula menakut-nakuti.

Pandangan Islam meengenai musik

Mengenai musik ada yang memperbolehkan dan ada yang tidak memperbolehkan

Yang memperbolehkan memiliki alasan sebagai berikut:

By Muhammad sukma rohim 3426-11-2009

Page 35: Makalah MSI

o Hadist riwayat Bukhori dan Imam Ahmad menceriterakan dari A’isyah, bahwa

dia suatu saat membawa penganten wanita kerumah mempelai pria dari sahabat

Anshor. Maka Nabi pun bersabda pada A’isyah:

o ” Ya A’isyah. Mengapa tak membawa musik/ hiburan  untuk mereka? Sesungguhnya

orang Anshor itu suka musik/ hiburan.”

o Imam Ibnu Majah menceriterakan dari Ibnu Abbas, bahwa suatu saat A’isyah

menikahkan salah satu kerabat wanitanya dengan lelaki Anshor. Rasulpun bertanya:

“Apakah engkau mengirim bersamanya seseorang yang dapat bernyanyi?” A’isyah

menjawab: “Tidak”. Maka Rasul pun bersabda:

o “Sesungguhnya kaum Anshor itu suatu kaum yang menyukai hiburan. Alangkah

baiknya jika kau kirimkan bersama mempelai wanita itu, seorang penyanyi yang

berdendang: Kami datang…kami datang pada kalian. Sejahteralah kami,,,sejahteralah

kalian…

o Imam Nasa’I dan Hakim meriwayatkan dari jalan Amr bin Sa’d, dia berkata:”

suatu saat saya datang kerumah Qordhoh bin Ka’ab dan Abu Manshur Al- Anshori

ketika tengah ada walimatul Ursy. Tiba- tiba ada budak- budak perempuan menyanyi.

Saya pun bertanya: Wahai dua sahabat Rasulullah, Ahlul badar melakukan ini

dirumah kalian?” Mereka menjawab: ” Jika kamu suka duduklah kamu, jika tak suka

silahkan tinggalkan tempat ini. Di Walimatul Ursy kita dapat keringanan untuk

mengadakan hiburan”. Imam Nasa’I dan Hakim mensahihkan hadist ini.

o Sebagian Ulama mensyaratkan bahwa rukhsoh dan kemudahan itu diberikan saat

walimatul ursy seperti pada riwayat - riwayat tersebut diatas.

o Imam Asy- Syaukani dalam kitabnya Nailul Author mengatakan: “Penduduk

Madinah dan orang- orang yang sependapat dengan mereka dari kalangan Ad-

Dhohiriyah dan dari kalangan ahli sufi berpendapat bahwa nyanyian itu ada

keringanan hukumnya walaupun disertai “Uud” (Lute- English: Suatu alat musik

bersenar dan berdawai yang berbentuk seperti labu dibelah).

o Syaikh Abu Manshur Al- Baghdady asy- Syafi’I menceriterakan dalam kitabnya

As- Sima’ bahwa Abdullah bin Ja’far (Sohabat Nabi) tidak memandang nyanyian itu

haram. Bahkan ia sering menggubah lagu untuk dinyanyikan oleh para budak

By Muhammad sukma rohim 3526-11-2009

Page 36: Makalah MSI

wanitanya, lalu ia mendengarkan mereka menyanyikannya dan mengiringinya dengan

petikan ‘Uud. Itu semua terjadi dizaman Khalifah Ali.

o Abdul Fadl bin Thohir meriwayatkan dalam karyanya yang juga berjudul As-

Sima’ menyatakan: bahwa tidak ada perselisihan pendapat dikalangan penduduk

Madinah tentang bolehnya nyanyian dengan menggunakan ‘Uud.

o Abu Umar Al- Andalusy dalam kitabnya Al- Aqd meriwayatkan bahwa sahabat

Abdullah bin Umar berkunjung kerumah Ibnu Ja’far. Ia mendapati didalam rumah

tersebut ada seorang budak perempuan berada dikamarnya sambil memegang ‘Uud.

Lalu Ibnu Ja’far bertanya kepada Abdullah bin Mas’ud: ” Adakah kau lihat ada

sesuatu (larangan) pada semua ini?” Ibnu Umar menjawab: “Tidak ada”.

o Baiklah sebagai kesimpulan kita lihat bagaimana pendapat seorang filsuf Islam ahli

Sufi terkenal Imam Al- Ghozali tentang musik ini. Tulisannya kita nukil dari Maha

karyanya: Ihya’u Ulumuddin, Kitabus Sima’ pada halaman 1152- 1153:

o ” Memang hal ini (mencari hiburan dengan bermusik)  menunjukkan adanya

kekurang sempurnaan seorang muslim, karena orang yang sempurna adalah orang

yang tidak perlu menghibur dirinya selain dengan kebenaran (mendekatkan diri ke

Allah dengan tilawah, dzikir, ibadah). Namun kebaikan bagi seseorang adakalanya

masih dinilai buruk bagi MUQORROBIN (orang yang sudah sangat mendekatkan diri

pada Allah). Adapun orang- orang yang menguasai ilmu pengobatan hati,

rangsangan- rangsangan lembut yang dibutuhkan dalam pengobatan jiwa dan

bagaimana mengarahkannya menuju kebenaran, niscaya mereka akan tahu pasti

bahwa usaha menghiburnya dengan hal- hal seperti ini (mendengarkan music yang

baik) merupakan obat yang bermanfaat yang pasti dibutuhkan”.

Yang Mengharamkan beralasan sebagai berikut: Luqman berikut:

“Dan diantara mereka (ada) orang yang mempergunakan LAHWAL HADIST (kata- kata

tak berguna) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan

menjadikan jalan Allah itu sebagai bahan olok- olokan. Mereka itu memperoleh Adzab

yang menghinakan” (Surat Luqman: 6).

By Muhammad sukma rohim 3626-11-2009

Page 37: Makalah MSI

Menurut sebagian ulama’, LAHWAL HADIST disini yang dimaksud adalah

“Nyanyian,”. Jadi nyanyian itu haram hukumnya.

Pandangan Islam mengenai Poligami

Dengan catatan harus berperilaku adil sebagaimana yang tercantum dalam firman

ALLAh SWT yang berbunyi:

"Dan kamu tidak sekali-kali akan sanggup berlaku adil di antara isteri-isteri kamu

sekalipun kamu bersungguh-sungguh (hendak melakukannya); oleh itu janganlah kamu

cenderung dengan melampau-lampau (berat sebelah kepada isteri yang kamu sayangi)

sehingga kamu biarkan isteri yang lain seperti benda yang tergantung (di awang-awang)."

b) Saran

Dari saudara atau saudari pembaca makalah ini kami mohon untuk kritik dan

saranya,apabila ada penulisan yang salah dan kurang tepat saya mmohon ma’af sedalam

dalamya. Dan mungkin kritik-kritikan yang saudara atau saudari berikan akan menambah

masukan yang lebih bermanfaat

By Muhammad sukma rohim 3726-11-2009