makalah kontijensi banjir

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana merupakan kejadian luar biasa yang menyebabkan kerugian besar bagi manusia dan lingkungan serta diluar kemampuan manusia untuk dapat mengendalikannya, disebabkan oleh faktor alam atau manusia atau sekaligus oleh keduanya. Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hydrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatasan alasan ideologi, religius sertapolitik. Sedangkan kedaruratan komplek merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah konflik. Secara geografis Indonesia merupakan daerah rawan bencana yang disebabkan oleh alam maupun ulah manusia yang berpotensi menimbulkan korban jiwa, pengungsian, kerugian harta benda dan kerugian dalam bentuk lain yang tidak ternilai. Dahulunya penanganan bencana dilakukan secara reaktif harus berubah menjadi penanganan bencana yang bersifat proaktif. Penanganan bencana yang ditimbulkan oleh alam atau karena ulah manusia dan masalah pengungsi harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu mulai dari “sebelum”, “pada saat” dan “setelah” terjadi bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan darurat hingga pemulihan termasuk penanganan pengungsi dengan lebih menekankan aspek penanganan bencana ke upaya penanggulangan kedaruratan, yang memerlukan kecepatan dan ketepatan bertindak. Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Bencana oleh Bapenas pada bulan April 2007 perlu ditindak lanjuti dan juga mensikapi 1

Upload: eko-pastia-mukti-skep-ns

Post on 02-Jan-2016

326 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

MAKALAH KONTIJENSI BANJIR Keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bencana merupakan kejadian luar biasa yang menyebabkan kerugian besar bagi manusia dan lingkungan serta diluar kemampuan manusia untuk dapat mengendalikannya, disebabkan oleh faktor alam atau manusia atau sekaligus oleh keduanya. Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hydrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatasan alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan komplek merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah konflik.

Secara geografis Indonesia merupakan daerah rawan bencana yang disebabkan oleh alam maupun ulah manusia yang berpotensi menimbulkan korban jiwa, pengungsian, kerugian harta benda dan kerugian dalam bentuk lain yang tidak ternilai. Dahulunya penanganan bencana dilakukan secara reaktif harus berubah menjadi penanganan bencana yang bersifat proaktif. Penanganan bencana yang ditimbulkan oleh alam atau karena ulah manusia dan masalah pengungsi harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu mulai dari “sebelum”, “pada saat” dan “setelah” terjadi bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan darurat hingga pemulihan termasuk penanganan pengungsi dengan lebih menekankan aspek penanganan bencana ke upaya penanggulangan kedaruratan, yang memerlukan kecepatan dan ketepatan bertindak. Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Bencana oleh Bapenas pada bulan April 2007 perlu ditindak lanjuti dan juga mensikapi Undang- undang Nomor 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana yang telah disahkan oleh DPR-RI pada tanggal 29 Maret 2007 (lampiran IV) telah memberikan dasar hukum yang kuat dalam menjalankan kegiatan pengurangan resiko bencana. Organisasi kebencanaan terutama pihak pemerintahan harus menerima, memproses, dan bertindak secara efektif terhadapi informasi dan 10 komitmen pemerintah daerah terhadap tindakan pengurangan resiko bencana untuk mencapai tujuan yang optimal.

1.2. Tujuan

Tersedianya pedoman yang merupakan arahan untuk penanganan kebencanaan dan kedaruratan bagi Pemerintah, Swasta dan Masyarakat dalam rangka penanganan kebencanaan dan kedaruratan secara praktis.

1

Page 2: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

BAB II

GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN PERENCANAAN KONTIJENSI

KECAMATAN PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG

2.1 Kondisi TOPOGRAFI

Topografi Kota Bandar Lampung dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut: daerah pantai yaitu sekitar Teluk Betung dan Panjang kurang lebih 27,01 km (BPN 1998), daerah perbukitan yaitu sekitar Teluk Betung bagian utara, dataran tinggi dan bergelombang (diselatan Tanjung Karang bagian barat, sekitar Gunung Balau, Gunung Betung, Sukadana Ham, Perbukitan Batu Serampok di bagian timur), teluk dan pulau-pulau kecil terdapat di bagian selatan. Geomorfologi wilayah penelitian tergolong sebagai pedataran pantai sempit dan perbukitan, dengan batuan dominan meliputi endapan aluvium dan rawa, batu gamping terumbu, dan endapan gunung api muda berumur quarter (Qhv). Berdasarkan interprestasi Peta Garis Ketinggian Skala 1:20.000 (BPN 50 Bandar Lampung 1992), topografi wilayah yang berbatasan langsung dengan laut (Teluk Lampung) memiliki kelerengan datar (0-3%), dengan elevasi 0-10 m dpl, sedangkan wilayah kearah daratan memiliki kelerengan beragam mulai dari landai (3-8%) sampai dengan sangat curam (>50%), dengan elevasi beragam mulai dari 10-2000 m dpl. Kelompok relief pada wilayah ke arah laut tergolong daratan beragam yaitu berombak (undulating), bergelombang (rolling), dan berbukit (hummocky, hillocky, dan hilly).

2.2. Letak dan batas Kota Bandar Lampung

Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 50 20’ sampai dengan 5030’ lintang selatan dan 1050 28’ sampai dengan 1050 37’ bujur timur. Letak tersebut berada pada Teluk Lampung di ujung selatan pulau Sumatera. Berdasarkan kondisi ini, Kota Bandar Lampung menjadi pintu gerbang utama pulau Sumatera tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat laut Jakarta dan memiliki peran sangat penting selain dalam kedudukannya sebagai ibu kota Provinsi Lampung juga merupakan pusat pendidikan, kebudayaan dan perekonomian bagi masyarakat.

Secara administratif batas daerah Kota Bandar Lampung adalah:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten

Pesawaran dan Kecamatan Ketibung serta Teluk Lampung. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan dan Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten

Lampung Selatan.

2

Page 3: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

2.3. Penduduk

Penduduk provinsi Lampung dapat menjadi dua jurai yaitu jurai asli yang merupakan penduduk asli bersuku Lampung dan jurai pendatang, yaitu penduduk dari provinsi lain yang tinggal dan menetap di Lampung. Provinsi ini juga merupakan daerah penerima migrasi penduduk Indonesia, dari masa kolonisasi hingga transmigrasi, sehingga penduduk Lampung pun terdiri dari beragam etnis. Tak hanya lewat program transmigrasi, banyak pula penduduk dari provinsi lain yang merantau ke Bandar Lampung untuk mengadu nasib. Hal ini lah yang menyebabkan provinsi Lampung bukan hanya terdiri dari penduduk asli Lampung, namun juga pendatang.

Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah  197,22 km²  yang terbagi  ke dalam 13 Kecamatan dan 98 Kelurahan dengan populasi penduduk 881.801jiwa (berdasarkan sensus 2010), kepadatan penduduk sekitar 8.142 jiwa/km². 

Kota Bandar Lampung terdiri dari 13 kecamatan, yaitu :

1.     Kedaton                                          8. Tanjung Karang Pusat2.     Kemiling                                         9. Tanjung Karang Timur3.     Panjang                                           10. Tanjung Senang4.     Rajabasa                                         11. Teluk Betung Barat5.     Sukabumi                                        12. Teluk Betung Selatan6.     Sukarame                                        13. Teluk Betung Utara7.     Tanjung Karang Barat

Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung per Kecamatan, berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, tercantum dalam tabel :

Tabel  Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung per Kecamatan, berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010

No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Kedaton 44.385 43.929 88.314

2. Kemiling 35.810 35.661 71.471

3. Panjang 32.465 31.039 63.504

4. Rajabasa 22.127 21.130 43.257

5. Sukabumi 32.242 31.356 63.598

6. Sukarame 35.639 35.122 70.761

7. Tanjung Karang Barat 32.365 31.382 63.747

8. Tanjung Karang Pusat 35.953 36.450 72.385

9. Tanjung Karang Timur 44.950 44.374 89.324

10. Tanjung Senang 20.706 20.519 41.225

11. Teluk Betung Barat 30.664 28.732 59.396

12. Teluk Betung Selatan 47.123 45.033 92.156

13. Teluk Betung Utara 31.548 31.115 62.663

Jumlah 445.959 435.842 881.801

Sumber : BPS Kota Bandar Lampung

3

Page 4: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

2.4. Hidrologi

Terdapat sebelas sungai cukup besar (bersifat parenial) mengalir ke Teluk Lampung yang termasuk ke dalam wilayah penelitian, yaitu Way Sukamaju, Way Keteguhan, Way Kuripan, Way Kunyit, Way Kupang, Way Garuntang, Way Kuala, Way Lunik, Way Pidada, Way Galih Panjang, dan Way Srengsem. Kesebelas sungai tersebut juga merupakan sebagian besar dari keseluruhan sungai yang mengalir di Kota Bandar Lampung, dan berfungsi sebagai saluran drainase alami. Sebagai saluran drainase perkotaan, sungai-sungai tersebut sangat terkait dengan banjir yang kerap terjadi. Jaringan drainase yang ada di kawasan Kota Bandar Lampung mempunyai kondisi yang buruk dan sebagian besar sudah kurang berfungsi akibat penyumbatan. Kondisi ini menyebabkan daerah tersebut rentan terhadap genangan air hujan dan air pasang sehingga sering mengakibatkan banjir.

BAB III

4

Page 5: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

PENILAIAN BAHAYA DAN PENENTUAN KEJADIAN

3.1. Pengenalan Bahaya (hazard)

Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard potency) yang sangat tinggi dan beragam baik berupa bencana alam, bencana ulah manusia ataupun kedaruratan komplek. Beberapa potensi tersebut antara lain adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, kebakaran perkotaan dan permukiman, angin badai, wabah penyakit, kegagalan teknologi dan konflik sosial. Potensibencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama (main hazard potency) ini dapat dilihat antara lain pada peta rawan bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta kerentanan bencana tanah longsor, peta daerah bahaya bencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain.

BanjirIndonesia daerah rawan bencana, baik karena alam maupun ulah manusia. Hampir semua jenis bencana terjadi di Indonesia, yang paling dominan adalah banjir tanah longsor dan kekeringan. Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu : hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu, kondisi daerah budidaya dan pasang surut air laut.

Potensi terjadinya ancaman bencana banjir dan tanah longsor saat Ini disebabkan wilayah, pelanggaran hukum meningkat, perencanaan pembangunan kurang terpadu, dan disiplin masyarakat yang rendah.

Tanah LongsorLongsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Pemicu dari terjadinya gerakan tanah ini adalah curah hujan yang tinggi serta kelerengan tebing.

Bencana tanah longsor sering terjadi di Indonesia yang mengakibatkan kerugian jiwa dan harta benda. Untuk itu perlu ditingkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi jenis bencana ini.

Dalam bab ini ditampilkan daerah-daerah yang rawan terhadap bencana tanah longsor yang ditampilkan dalam bentuk peta, serta jika data memungkinan ditampilkan juga statistik kejadian dan kerusakan yang pernah dialami.

Penilaian bahaya:

5

Page 6: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

No kecamatan Lokasi banjir Tinggi

banjir

Las

genangan

Lama

banjir

P D

1 Teluk BetungSelatan

Bumi Waras, Teluk Betung, Kangkung,

Pesawahan,Garuntang, Sukaraja,

Pecoh Raya

0,50 m –1,00 m

0,10 ha –8,00 ha

0,5 jam -2 hari

3 1

2 Panjang Ketapang, WayLunik, Pidada,Panjang Utara

0,25 m –1,70 m

0,50 ha –6,00 ha

2 jam –2 hari

3 2

Sumber : Bappeda Kota Bandar Lampung

Jenis bahaya yang akan ditanganani:

1. Pasang surut (Pasut)Tipe pasut di wilayah penelitian adalah campuran dominasi harian ganda (mix semi diurnal) dengan nilai bilangan Formzhal sekitar 0,45 (PT TELPP, 1999; PT Pelindo II, 2001). Pasut tipe ini bercirikan terdapatnya dua kali air naik dan dua kali surut dalam satu hari lunar (24 jam 50 menit) namun ketinggian muka air pada saat itu tidak sama. Tunggang Pasut ( tidal range) atau beda tinggi antara muka air tertinggi dengan muka air terendah berkisar antara 123-143 cm (Dinas Tata Kota Bandar Lampung, 2001; PT Pelindo II, 2001).

2. ArusArus di wilayah penelitian terdiri atas arus pasut (tidal current) yang dibangkitkan oleh pasut dan arus non pasut yang utamanya dibangkitkan oleh angin (wind drive current). Dominasi yang ada merupakan arus pasut dengan kecepatan maksimum berkisar 0,12 – 0,40 knot sedangkan arus non pasut hanya berkisar 0,04-0,12 knot seperti diajikan pada Tabel 9 (PT TELPP, 1999).

3. GelombangInformasi gelombang di wilayah penelitian didasarkan pada data tinggi gelombang maksimum dari PT TELPP (1999). Pergerakan gelombang dominan terjadi dari arah tenggara dan selatan dengan persentase kejadian sebesar 58,59%.

4. Sedimen dan Material Dasar LautPergerakan sedimen sangat berhubungan dengan sungai, serta arus dan gelombang laut. Wilayah pantai Kecamatan Teluk Betung Barat dan Teluk Betung Selatan, serta Kecamatan Panjang Utara merupakan muara dari sungaisungai utama di Bandar . Pada wilayah tersebut dominan terjadi pergerakan sedimen yang berasal dari sungai dan kemudian terendapkan di dasar laut, bahkan pada muara sungai Way Kuripan telah terbentuk tanah timbul yang cukup luas (Dinas Tata Kota Bandar Lampung, 2001). Pada wilayah Kecamatan Panjang Selatan, lebih dominan berasal dari laut berupa pecahan koral dan pasir, kecuali pada muara sungai Way Galih Panjang lebih didominasi oleh material yang berasal dari sungai. Karakteristik sedimen tersebut, mempengaruhi bentukan material dasar laut di wilayah penelitian. Material dasar laut di wilayah Kecamatan Teluk Betung Barat, Teluk Betung Utara, dan Panjang bagian Utara dan muara sungai Way Galih Panjang adalah lempung, lanau, pasir, dan pecahan koral. Sedangkan material dasar laut di wilayah Kecamatan Panjang bagian selatan kecuali muara sungai Way Galih Panjang adalah pasir, kerikil, kerakal, bongkah, batuan dasar, dan pecahan koral (PT TELPP, 1999; PT Pelindo II, 2001; Dinas Tata Kota Bandar Lampung, 2001).

5. Terumbu Karang dan Padang Lamun

6

Page 7: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

Berdasarkan Peta Teluk Lampung skala 1:100.000 dengan inset Panjang skala 1:25.000 (Dishidros TNI-AL, 1986 dalam Damai 2003), diketahui bahwa keseluruhan pantai wilayah penelitian merupakan tutupan terumbu karang tepi (fringing reef), kecuali pada muara-muara sungai. Karena perkembangan kota dan berbagai aktivitas di wilayah pesisir, saat ini terumbu karang sudah tidak lagi terdapat kecuali disekitar pelabuhan panjang yang disebut sebagai Panjang Reef. Tutupan karang hidup Panjang Reef hanya sekitar 25%, dan berfungsi sebagai pemecah gelombang/break water (PT Pelindo II 2001a dan 2001b). Berdasarkan pengamatan lapang dan informasi nelayan, wilayah penelitian masih terdapat padang lamun (sea grass bed) yang berlokasi Kecamatan Panjang (Kelurahan Panjang Selatan), mulai dari garis pantai sampai sekitar 100 meter kearah laut, dengan luas sekitar 7 hektar. Namun demikian kondisi padang lamun sangat buruk karena banyak tutupan sampah utamanya plastik.

7

Page 8: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

BAB IV

PENGEMBANGAN SKENARIO

Kronologi kejadian bencana banjir yang disertai tanah longsor di wilayah “ Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung” :

Pada tanggal 22 Juli 2010 pukul 04.00 WIB telah terjadi bencana banjir bandang dan tanah longsor di Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

Pada tanggal 22 Juli 2010 pukul 04.00 WIB telah terjadi bencana banjir bandang dan tanah longsor di Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Banjir dengan ketinggian 100 cm tersebut menyebabkan 1 rumah rusak berat, 2 rumah rusak ringan dan 1 sekolah rusak ringan.

Kejadian tersebut tidak menimbulkan korban meninggal dunia. Korban luka berat sebanyak 1 orang di rujuk ke rumah sakit. Tidak ada korban luka ringan dan tidak terjadi pengungsian maupun kerusakan fasilitas kesehatan.

Jajaran kesehatan setempat telah memberikan pelayanan kesehatan, melakukan kaporisasi, memberikan penyuluhan dan melakukan pemantauan di lokasi bencana.

Hingga saat ini permasalahan kesehatan masih dapat diatasi oleh jajaran kesehatan setempat dan pemantauan tetap dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan.

4.1. Aspek Kehidupan / Penduduk

Jumlah penduduk Bandar Lampung pada tahun 1912 hanya 18.753 jiwa (Sobirin 2001), hanya dalam kurun waktu 88 tahun pada tahun 2000 berkembang hampir 48 kali lipat mendekati 900.000 jiwa. Berdasarkan angka sensus penduduk tahun 1991 dan 2000, didapat angka pertumbuhan sebesar 3,11% pertahun, dimana 1% diantaranya merupakan pertambahan yang berasal dari imigrasi (Dinas Tata Kota Bandar Lampung 2001).

Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi ini tidak hanya disebabkan oleh angka kelahiran, melainkan juga perpindahan penduduk dari desa ke kota. Hal ini semakin mengindikasikan bahwa Kota Bandar Lampung mempunyai daya tarik sehingga laju urbanisasi cukup tinggi. Wilayah penelitian memiliki kepadatan penduduk rata-rata cukup tinggi yaitu 12.326,3 orang per

NO KECAMATAN

JUMLAH

PENDUDUK KEPADATAN

12345678

Tanjungkarang PusatTanjungkarang TimurTanjungkarang BaratTelukbetung SelatanTelukbetung BaratPanjangSukarameKedaton

69.98275.29699.78587.39952.50068.65295.885136.685

14.1383.5682.4339.05016.2152.1772.5283.492

TOTAL 742.749 3.849

8

Page 9: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

4.2. Aspek Fasilitas Umum, Infrastruktur dan Aset

Jumlah Sekolah Dasar di Kota Bandar Lampung pada tahun 2001 adalah 303 unit, sedangkan jumlah SLTP mengalami peningkatan dari 116 unit pada tahun 1997 menjadi 130 unit pada tahun 2001. Jumlah SLTA di Kota Bandar Lampung tidak mengalami perubahan sejak tahun 1997 yaitu sebanyak 95 unit.

Sumber: Pendidikan dan Perpustakaan Kota Bandar Lampung 2001

Untuk pendidikan tingkat tinggi terdapat 3 pendidikan tinggi negeri dan 14 pendidikan tinggi swasta di kota Bandar Lampung. Pendidikan tinggi negeri tersebut adalah:

UNILA (Universitas Lampung) IAIN ( Institut Agama Islam Negeri) Akademi Perawat

Sedangkan pendidikan swasta yang ada di Kota Bandar Lampung adalah;

UNIMAL ( Universitas Malahayati ) UBL (Universitas Bandar Lampung) UNISAB (Universitas Saburai) UTB (Universitas Tulang Bawang) Universitas Muhamadiyah STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan) AAN (Akademi Administrasi Negara) A2L (Akademi Akuntansi Lampung) Akademi Pertanian Surya Dharma ABA (Akademi Bahasa Asing) Akademi Manajemen Keuangan Akademi Pendidikan Kesehatan STMIK Darmajaya AMIK Mitra Lampung

4.3. Aspek Fasilitas kesehatan

JENIS SARANA JUMLAH

Puskesmas Non TTPuskesmas TTPuskesmas PembantuPuskesmas KelilingPosyanduBalai PengobatanRumah BersalinRumah Sakit BersalinRSAMRS. ABRIRS. SwastaApotikToko Obat BerizinKlinik SpesialisJumlah TT Rs.P/SJumlah TT. RSB + RBPraktek Dr SwastaLaboratorium P/S

2025520555371811145174-

615/8492652352/9

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung,

9

Page 10: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

4.4. Aspek Sarana dan prasarana

a. Komponen Air Bersih

Sebagian besar masyarakat tidak terlayani oleh PDAM, kalaupun ada perumahan yang terlayani air bersih namun waktu mengalirnya tidak teratur dan di beberapa daerah ada yang hanya mengalir pada saat malam hari sampai dini hari sehingga mengganggu waktu istirahat. Jumlah sambungan air minum: 18,7% dari jumlah KK. Khusus di Perumahan Korpri (Kecamatan Sukarame) bangunan PDAM sudah ada, tapi tidak ada sambungan pipa ke rumah-rumah.

Sumber-sumber PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung meliputi air permukaan dan air dalam tanah dengan kapasitas produksinya sebagai berikut:

1. Mata air di Tanjung Iman, Way Rilau, Way Pancuran I, Way Pancuran II, Batu Putih I, Batu Putih II, Way Gudang, Way Linti I dan II, Ega Harap, Way Kandis I, Way Kandis II dan Way Kandis III dengan kapasitas sebesar 120 l/det. Sumber mata air terletak di daerah yang relatif tinggi, yaitu pada elevasi 300 sampai 227 sehingga kecuali dari air Batu Putih, Way Pancuran dan Way Rilau yang menggunakan pompa untuk mengalirkan ke reservoir Kemiling, yang lainnya dapat mengalir secara gravitasi ke reservoir-reservoir distribusi.

2. Air Permukaan Way Kuripan, WTP I dan WTP II dengan total kapasitas 450 l/det. Total Kapasitas produksi air 570 l/det. Air baku dari Way Kuripan mengalir yang terletak pada elevasi 15 harus dipompa agar masuk ke dalam WTP 1 dan 2 di Sumur Putri. Selanjutnya diolah, dan secara gravitasi ditampung dalam reservoir Sumur Putri untuk kemudian di pompa ke reservoir Palapa dan Rasuna Said.

Selanjutnya melalui 6 (enam) reservoir, yaitu reservoir Langkapura, Kemiling, Cimeng, Palapa, Rasuna Said dan Sumur Putri, air didistribusikan secara gravitasi ke enam daerah yaitu zone 300, 231, 185, 145, 108, dan 75. Nama atau nomor zone ini diambil berdasarkan elevasi operasi dari reservoir yang melayaninya.

Peningkatan kapasitas produksi dapat ditambah dari air permukaan yang memungkinkan untuk dieksplorasi seperti Sungai Way Sekampung dengan Kapasitas rata-rata sebesar 2000 l/det dan sumber air baku dan sumber air baku dari sungai Way Rilau dan Sumber lainnya dengan kapasitas rata-rata 1.400 l/dt

10

Page 11: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

Tabel . RESERVOIR, ZONE DISTRIBUSI DAN KECAMATAN YANG DILAYANI

RESERVOIR KAPASITAS ELEVASI ZONE

DISTRIBUSI

KEC.TERLAYANI

Kemiling/1973Langkapura/1993

Cimeng/1992

Sumur Putri

1.000500

2.000

4.000

231/227314/316189/186

76/72

231314185

75

Tj. Karang BaratTj. Karang BaratTj. Karang PusatTj Karang Barat

SukarameKedaton

T. Betung UtaraT. Betung Barat

T. Betung SelatanPanjang

Palapa/1981

Rasuna Said

5.100

1.000

145/139

96/92

145

108

T. Betung UtaraTj. Karang TimurTj. Karang pusatKedatonSukarameT. Betung UtaraT. Betung Selatan

Sumber : PDAM Way Rilau,

Jumlah total pelanggan Way Rilau sebanyak 32.380 pelanggan dengan jumlah air yang disalurkan sebanyak 9.949.384 m3 dengan nilai air terjual sebesar Rp. 7,8 milyar dengan tingkat pelayanan 30% dan kehilangan air 30%.

Distribusi selengkapnya akan disajikan pada tabel berikut.

Tabel . DISTRIBUSI AIR BERSIH PER BULAN

BULAN DISTRIBUSI NILAI ( RIBU Rp )

JanuariFebruariMaretAprilMeiJuniJuli

AgustusSeptemberOktober

NovemberDesember

Jumlah

816.443797.221818.560876.610797.006830.824828.522848.253869.541836.931840.239789.244

9.949.384

620.385,23625.568,70632.976,74683.201,31620.090,46640.259,21642.930,78668.713,65678.975,59670.011,93674.322,44621.741,96

7.779.177,97

11

Page 12: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

Tabel . JUMLAH PELANGGAN AIR MINUM DI KOTA BANDAR LAMPUNG

KATAGORI PELANGGAN

JUMLAH PELANGGAN

AIR MINUM YANG DI SALURKANBANYAKNYA

(M2)NILAI (Rp. 000)

Rumah Tangga ( Tempat Tinggal)Instansi PemerintahIndustriNiagaSosialPelabuhan

29.007381152.446530132.380

8.223.783370.68617.742923.996371.09242.0869.949.385

5.207.470,00383.354,8854.133,651.760.021,60153.934,33220.263,507.779.177,95

Sumber: Bandar Lampung Dalam Angka

Tabel . KEBUTUHAN AIR BERSIH KOTA BANDAR LAMPUNG

JUMLAH PENDUDUK

KAPASITAS PRODUKSI

EKAIATING

KEBUTUHAN IDEAL KOTA

BESAR

KEBUTUHAN TOTAL (LT/HARI)

SELISIH (Lt/HARI)

I/dt I/hr

757.336 757.336 66.614.400 135 l/orang/hari 102.240.360 35.625.960

Sumber : Analisa

Dari tabel tersebut diatas, maka Kota Bandar Lampung dengan jumlah penduduk 757.336 jiwa, membutuhkan air bersih sebesar 102.240.360 liter/hari. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 135 liter/orang/hari. Namun PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung baru dapat memproduksi sebanyak 66.614.400 liter/hari atau sekitar 65%. Sehingga masih dibutuhkan kapasitas produksi sebanyak 35.625.960 liter/hari, atau 412,3 liter/detik.

b. Komponen Persampahan

Jumlah volume sampah per hari di Kota Bandar Lampung sejumlah 246.75 m3, dilayani dengan menggunaan kendaraan operasional pengangkut sejumlah 23 kendaraan dengan rotasi per harinya 61 rotasi. Pengelolaan sampah dilakukan oleh dinas persampahan.

Tabel . JUMLAH KENDARAAN, ROTASI DAN VOLUME SAMPAH TERANGKUT TAHUN

KECAMATAN JUMLAH KENDARAAN

(UNIT)

ROTASI VOLUME SAMPAH PER HARI

Tanjung Karang PusatTanjung Karang TimurTanjung Karang BaratKedatonSukarameTeluk Betung UtaraTeluk Betung SelatanTeluk Betung baratPanjang

Jumlah

332233322

23

876669793

61

3230.524.225.2525.25

36283114

246.75

12

Page 13: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Bandar Lampung tahun

Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 3,25/1000. Namun Kota Bandar Lampung baru dapat mengelola sebanyak 246,75 m3. Sehingga banyaknya sampah yang belum terlayani adalah 2.214,59 m3 atau 89%. Jumlah ini cukup besar, sehingga Dinas Persampahan Kota Bandar Lampung perlu bekerja keras untuk dapat melayani kebutuhan penduduk akan penanganan masalah sampah.

Masalah Utama Lingkungan Kota Bandar Lampung

Pengerukan Bukit Sampah di pesisir laut Sanitasi pemukiman wilayah Pantai

c. Komponen Sanitasi/Limbah Cair

Sampai saat ini, Kota Bandar Lampung belum memiliki sistem jaringan air limbah untuk menampung dan menyalurkan limbah perkotaan, 88% dari rumah tangga memiliki kakus sendiri, 5 % memanfaatkan kakus umum dan 7 % selebihnya memanfaatkan lahan di sekitarnya atau selokan/parit karena tidak memiliki kakus, dan bahkan di alur sungai, dan yang paling buruk kondisinya terdapat pada alur Way Galih dan Way Lunik. Pada umumnya air limbah dari kamar mandi dan dapur dialirkan secara terpisah dari buangan manusia. Secara keseluruhan 57% air limbah kamar mandi dan dapur (limbah rumah tangga) dialirkan ke saluran atau alur drainase dan 40% lainnya dialirkan ke lubang rembesan.

Pemkot Bandar Lampung saat ini belum memiliki peraturan dan belum melaksanakan pengawasan terhadap dimensi atau standar ukuran septic tank dan sistem rembesan setempat. Maka saluran drainase kota yang pada umumnya berupa alur sungai alami menjadi tempat pembuangan effluen dari septictank serta air limbah rumah tangga.

Dalam RIK 1984-2004 dinyatakan bahwa jumlah air limbah rumah tangga diperkirakan sebesar 70% dari konsumsi air bersih. Penampungan air limbah diusulkan menggunakan suatu sistem jaringan air limbah. Selanjutnya air limbah yang terkumpul dialirkan ke suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang akan dibangun di Kelurahan Bumi Waras, dekat Muara Way Kunyit. Namun hingga saat ini rencana tersebut belum terealisasi.

Apabila melihat kondisi topografi yang memungkinkan dibangun IPAL adalah di daerah Kali Balok, tepatnya di daerah pertemuan antara alur Way Halim dengan Way Awi yang membentuk suatu sungai yaitu Way Kuala. Way Kuala paling banyak menerima limbah, baik limbah rumah tangga maupun pabrik yang berlokasi pada sebelah hulu Way Kuala. Dan adanya areal yang memadai.

d. Komponen Drainase

Kualitas air yang mengaliri sungai-sungai di kota mengalami tingkat pencemaran baik dari limbah domestik maupun perusahaan sudah melebihi ambang batas. Hal ini disebabkan karena jaringan drainase selain berfungsi menerima dan mengalirkan limpahan air permukaan juga berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah domestik, industri maupun aktivitas perkotaan lainnya.

13

Page 14: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

Sebagian besar sistem jaringan memanfaatkan saluran alami dan sebagian kecil saluran dan pasangan batu kali yang didukung oleh topografi yang menguntungkan untuk pengaliran. Sungai-sungai yang ada di Bandar Lampung merupakan jenis sungai yang bercabang, ruas-ruas sungai / anak sungai yang menyusun alur aliran yang terbesar dan terpanjang diklasifikasikan sebagai saluran drainase primer. Sedangkan anak sungai / cabang sungai yang bermuara ke alur tersebut disebut saluran drainase sekunder dan seterusnya sebagai saluran kuarter.

Beberapa daerah genangan hujan dapat diidentifikasikan pada 34 lokasi dengan luasan total 56,376 Ha. Areal terluas yang menderita akibat genangan air hujan ini Kecamatan Panjang Utara dengan luas areal 3 Ha

KECAMATAN LOKASI BANJIR

(KELURAHAN)

LAMA BANJIR

KedatonTk. PusatTk. TimurTb. Utara

Tb. Selatan

SukaramePanjang

Rajabasa, Kedaton, Labuhan ratuPasir Gintung, Palapa, Durian Payung, EnggalCampang Raya, KedamaianPengajaran, Gulak Galik, Sumur Batu, Kupang Kota, Kupang Teba, Kupang Raya, Gunung Mas.Bumi Waras, Telukbetung, Kangkung, Pesawahan, Garuntang, Sukaraja, Pecoh Raya, Ketapang, Way Lunik.Sukarame, Gunung SulahPidada, Panjang Utara

= waktu hujan= waktu hujan1 – 6 jam0,5 – 2 jam

0,5 jam – 2 hari

0,5 – 7 jam2 jam – 2 hari

e. Komponen Jalan

Di bidang jalan dan jembatan, telah dibangun ruas jalan baru dan peningkatan jaringan jalan lama mencapai panjang 6.963 km dengan tingkat kepadatan mencapai 233,7 km/1000 km2. Selain itu telah dirintis pembangunan jalan Lintas Timur Sumatera yang menghubungkan Bakauhuni dengan wilayah Sumatera Selatan sepanjang 550 km. Di samping itu jalur kereta api semakin berperan melayani angkutan penumpang dan barang melalui lintas Bandar Lampung Baturaja-Prabumulih ke Lahat-Lubuk Linggau atau ke Prabumulih Palembang.

Tabel IV. 18 Data Pembangunan Jalan

Panjang jalan total tahun 2001Luas wilayahPanjang jalan rusakKepadatan JalanRatio Jalan Perkerasan

:900.230 km:192 km2:405.990 km:4,8 km per 1 km2 luas wilayah:88,5 % terhadap total luas jalan

14

Page 15: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

Kondisi transportasi di pusat Kota Bandar Lampung (Kec.Tanjung Karang Pusat, Tanjung Karang Barat, Teluk Betung Utara) sudah cukup memadai dengan banyaknya angkutan umum yang beroperasi sampai 24 jam serta ditunjang dengan kondisi jalan yang lebar dan tak berlubang. Kemacetan yang cukup parah sering terjadi di daerah pasar dan terminal. Hal tersebut disebabkan karena kondisi pasar yang tidak teratur dan memenuhi hampir setengah badan jalan. Sedangkan untuk kecamatan yang berada di pinggir kota, akses transportasi tidak terlalu baik.

Tabel . DATA PELABUHAN TERSEDIA

DARAT LAUT™ Terminal Rajabasa™ Termimal Sukaraja™ Terminal Kemiling™ Terminal Panjang™ Terminal Pasar bawah

™ Pelabuhan Panjang™ Pelabuhan Srengsem™ Tempat pelelangan ikan Lempasing™ Pelabuhan Batu Serampok

Bentuk jaringan jalan dalam Kota Bandar Lampung terdiri dari jalan kolektor primer (jalan propinsi) dan jaringan jalan kolektor sekunder menghubungkan jalan-jalan dalam kota dan jalan ke batas kelurahan/ kecamatan. Selain itu terdapat jaringan jalan lokal sekitar kompleks perkantoran Pemda, jalan lingkar kota dan jalan-jalan yang menghubungkan permukiman-permukiman dalam Kota Bandar Lampung.

4.5. Aspek Ekonomi

Kerusakan dan kerugian sektor ekonomi produktif. Sektor ekonomi produktif yang tersebar di wilayah panjang dari data yang diperoleh tercatat sejumlah industri, pasar serta PKL (pedagang kaki lima) yang menderita kerugian karena terendamnya pabrik, pasar serta fasilitas perekonomian lainnya. Tercatat kerusakan dialami oleh 75 industri besar..

4.6. Aspek Lingkungan

Dampak bencana juga diperkirakan akan berpengaruh kerusakan ekosistem dan lingkungan berupa :

Sawah/LadangTambak Udang/IkanHutan BakauObjek Wisata

187ha13684ha5362ha879ha

Sumber : hasil perencanaan

Dari asumsi kerusakan yang diperoleh melalui perhitungan di atas, maka data ntitatif tersebut selanjutnya digunakan sebagai dasar perencanaandalam enghitung proyeksi ebutuhan pada perencanaan sektoral.

15

Page 16: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

BAB V

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Dalam rangka penanganan terhadap korban yang ditimbulkan banjir dan tanah longsor maka perlu diambil beberapa kebijakan agar semua korban dapat segera tertolong dan berbagai fasilitas dan infrastruktur dapat diperbaiki, sehingga nantinya semua aktifitas masyarakat dapat diperbaiki. Diharapkan semua aktifitas masyarakat dapat berjalan normal kembali dan masyarakat akan selalu siaga terhadap bencana.

Beberapa kebijakan penting yang harus diambil tersebut adalah :

1. Mengerahkan semua sumber daya yang ada yang ada untuk dapat dipergunakan dalam penanganan bencana.

2. Membangun suatu sistem komunikasi dan koordinasi yang baik antar dinas/lembaga terkait dengan bencana di lingkungan kecamatan panjang kota bandar lampung.

3. Mengkoordinasikan kegiatan penanganan bencana yang dilakukan berbagai lembaga baik pemerintah, swasta dan relawan.

4. Memastikan semua korban (manusia) dapat segera ditolong. Bagi korban yang luka-luka diberikan pengobatan dan korban yang kehilangan tempat tinggal ditampung pada tempat-tempat pengungsian.Sedangkan yang meninggal dunia segera dimakamkan.

5. Apabila intensitas bencana cukup besar, maka perlu dilakukan koodinasi dengan lembaga-lembaga internasional melalui Bakornas PB.

Adapun untuk merealisasikan kebijakan yang telah ditetapkan diatas, maka perlu dioperasionalkan dalam beberap strategi, yaitu :

1. Merealisasikan prosedur tetap yang dibuat sebelum terjadinya bencana banjir dan tanah longsor

2. Menentukan arah atau langkah pemecahan permasalahan yang akan dilaksanakan.

3. Membagi tugas pelaksanaan kerja dari unsur yang terkait.4. Memerintahkan seluruh Dinas instansi/lembaga/masyarakat untuk mengarahkan

semua sumber daya dengan mempergunakan sarana dan prasarana yang sudah disiapkan sebelumya.

5. Menginventarisir semua kerugian / korban yang ditimbulkan oleh bencana.6. Menyediakan sarana mobilisasi pengungsi antara lain ambulance, tenaga

medis/obat-obatan, tenda pengungsi /dapur umum, pangan /air bersih/MCK/sanitasi7. Prioritas penanganan adalah lanjut usia (lansia),anak-anak, pasien8. Rumah Sakit, penyandang cacat, ibu hamil, dan orang stres/trauma9. Memberikan laporan pertanggung jawaban tugas yang diberikan.10. Mengevaluasi seluruh kegiatan yang sudah dilaksanakan dan tindak lanjut yang

direncanakan.

16

Page 17: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

BAB VI

PERENCANAAN SEKTORAL

6.1. SEKTOR MANAJEMEN DAN KOORDINASI

a. Gambaran Umum Situasi

Apabila terjadi bencana banjir dan tanah longsor

Akan terjadi kepanikan. Semua infrastruktur dan asset yang ada akan porak-poranda. Terganggunya roda pemerintahan akibat kerusakan sebagian sumber

daya pemerintahan. Terputusnya akses dan hubungan denganpihak luar baik

transportasi maupun komunikasi. Banyaknya bantuan yang datang dari berbagai pihak dengan berbagai

macam bentuk baik berupa obat-obatan, sandang, pangan

b. Sasaran Mobilisasi sumberdaya yang ada akan melakukan tanggap darurat. Terkendalinya penanganan bencana. Terkoordinasi upaya penanganan dan bantuan. Terinventaris kerugian dan korban yang ditimbulkan

6.2. SEKTOR PENYELAMATAN DAN PERLINDUNGAN (EVAKUASI)

a. Gambaran Umum Situasi

Akibat dari bencana, ada masyarakat yang mampu untuk menyelamatkan diri, namun apabila intensitasnya besar maka akan banyak terdapat penduduk yang menjadi korban baik meninggal, luka-luka maupun hilang. Bagi korban yang luka-luka perlu segera diberikan pertolongan berupa evakuasi ketempat-tempat yang aman dan diberikan bantuan obat-obatan, sandang dan pangan.

Sedangkan korban yang meninggal dilakukan pemakaman yang selayaknya, dan terhadap korban yang hilang dilakukan pencarian Bagi masyarakat yang selamat namun kehilangan tempat tinggal perlu disiapkan tempat-tempat penampungan. Selain korban jiwa, bencana ini juga menyebabkan rusaknya fasilitas umum seperti jalan, jembatan, rumah ibadah, rumah sakit, sekolah dan juga gedung-gedung pemerintahan.

17

Page 18: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

b. Sasaran Dapat diselamatkan dan dievakuasi korban bencana yang masih hidup. Teridentifikasi korban yang meninggal dunia. Terkoordinasikannya kegiatan pencarian dan penyelamatan korban yang

hilang. Terlaksananya pemakaman bagi korban yang meninggal dunia.

6.3. SEKTOR KESEHATAN

a. Gambaran Umum Situasi

 Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau angan-angan saja. Fakta-fakta diungkap dengan menggunakan data untuk menunjang perumusan masalah. Perencanaan juga merupakan proses pemilihan alternative tindakan yang terbaik untuk mencapai tujuan. Perencanaan juga merupakan suatu keputusan untuk mengerjakan sesuatu di masa akan datang, yaitu suatu tindakan yang diproyeksikan di masa yang akan datang. Salah satu tugas manajer yang terpenting di bidang perencanaan adalah menetapkan tujuan jangka panjang dan pendek organisasi berdasarkan analisis situasi di luar (eksternal) dan di dalam (internal) organisasi. (sumber Muninjaya,gde.2004. Manajemen Kesehatan : Jakarta)Analisis situasi dalam hal ini dilakukan untuk mengahsilkan rumusan tujuan (setting strategic and operational objectives) untuk arah pengembangan organisasi.Setelah tujuan straregis dan operasional dirumuskan, tim perencana kemudian merancang program pengembangan (program atau product design) yang dibutuhkan organisasi dalam hal ini di bidang kesehatan.

b. sasaran

Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi korban luka Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi pengungsi Terlaksananya rujukan kesehatan secara optimal

6.4. SEKTOR PENYELAMATAN DAN PERLINDUNGAN ( SAR )

Tersedianya tenda dan tempat penampungan sementara untuk pengungsi dalam jumlah mencukupi.

Tersedianya pangan dan sandang (logistik) yang memadai bagi korban/pengungsi.

Tersedianya dapur umum pelayanan/pemberian makanan di lokasi penampungan sementara.

Tersedianya genset dalam jumlah cukup di lokasi penampungan sementara. Tersedianya selimut bagi pengungsi.

18

Page 19: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

6.5. SEKTOR PERHUBUNGAN DAN TRANSPORTASI

berhubungan langsung dengan masalah-masalah Transportasi, yaitu 1). Rendahnya pertumbuhan ekonomi, 2). Kesenjangan pembangunan antar daerah, 3). Lambatnya perbaikan kesejahteraan rakyat karena rendahnya kualitas pelayanan infrastruktur.

Pembangunan infrastruktur transportasi merupakan bagian dari agenda ketiga pembangunan Nasional, yaitu Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.  Kita semua sudah sangat paham bahwa transportasi merupakan katalisator utama pertumbuhan ekonomi nasional, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah NKRI. Dengan demikian pembangunan infrastruktur trasnportasi diarahkan untuk meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, andal, berkualitas, aman dan dengan biaya yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Pembangunan infrastruktur transportasi juga berfungsi sebagai pendorong pemerataan pembangunan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil dan melancarkan mobilitas distribusi barang dan jasa untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor utama ekonomi nasional, termasuk kelancaran arus barang ekspor dan impor.

Salah satu indikator penentuan peringkat daya saing oleh “World Economic Forum” adalah kualitas pelayanan infrastruktur. Untuk kualitas pelayanan infrastruktur ini, Indonesia berada di peringkat yang jauh lebih rendah, yaitu peringkat 91. Indikator diatas memperlihatkan kepada kita bahwa percepatan perbaikan kualitas infrastruktur, termasuk infrastruktur transportasi memang sangat mendesak. Tanpa percepatan perbaikan kualitas infrastruktur transportasi, percepatan  pertumbuhan ekonomi nasional tidak  bisa didorong lebih cepat dan peningkatan daya saing kita di perekonomian global tidak bisa dipacu.

6.6. SEKTOR LOGISTIK

Program Sektor Tanggap Darurat dan Logistik

a. Program Pemenuhan Kebutuhan Dasar Korban BencanaMeliputi program pemberian bantuan darurat sandang pangan, seperti makanan, minuman, pakaian, peralatan dapur, mandi, tempat berteduh dan pelayanan kesehatan. Termasuk penyediaan sarana dan prasarana darurat untuk kelancaran aktivitas penanggulangan bencana saat keadaan darurat, seperti pembuatan jalan akses, pengamanan lokasi bencana dari bahaya susulan.

Sasaran Program :Daerah yang mengalami bencana, dan masyarakat yang tertimpa bencanaIndikator Target : 80 %

b. Program Penyediaan Peralatan dan Logistik Bencana

Berupa program untuk menyiapkan peralatan penanggulangan bencana bagi staff BPBD, Tim Reaksi Cepat, Tim Pusdalops, Posko Siaga Bencana, seperti kendaraan operasional, alat komunikasi, pakaian dan tanda pengenal, peralatan pertolongan darurat, jaket pelampung, perahu karet, tenda komando,family, peralatan dapur, obat-obatan dll

19

Page 20: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

Sasaran Program :

Staff PBD, tim Reaksi Cepat, Relawan bencana, Posko Siaga Bencana di desa/kelurahan/kecamatan, korban bencana

Indikator Target : 80 %

c. Penyediaan Sarana Air BersihProgram penyediaan sarana air bersih baik berupa pembangunan Instalasi Pengelohan Air (IPA) dan jaringan pipa air minum, pemasangan sambungan rumah, pembuatan bak air dll, dilaksanakan pada daerah-daerah atau desa/kota yang belum menikmati / tersentuh dengan program penyediaan sarana air bersih khususnya pada daerah duri kompleks, Maiwa dan ibukota kabupaten. Program ini mendukung pencapaian sasaran masyarakat yang sehat.

d. Program Penataan dan Revitalisasi Bangunan Gedung, Niaga dan Pasar serta pembangunan Fasilitas Umum (Fasum) dan Olahraga. Meliputi program penataan dan revitalisasi gedung niaga, pasar agar tercipta iklim yang kondusif dan aman bagi masyakat dalam melakukan aktivitas ekonomi sehingga mampu meningkatkan perputaran ekonomi daerah, serta penyediaan sarana dan prasarana umum bagi masyarakat seperti pembangunan stadion mini, taman bermain, terminal, kawasan miniatur Enrekang sebagai wadah masyakat dalam beraktifitas dan menjalankan kegiatan sosial kemasyarakatan.

Sasaran Program :Daerah pedesaan/perkotaan yang sarana niaganya belum memadai, serta belum memiliki fasilitas umum yang memadaiIndikator Target : 75 %

6.7. SEKTOR SARANA DAN PRASARANA/ INFRASTRUKTUR

Tersedianya jalur penyelamatan / evakuasi ke tempat yang aman Tersedianya areal pengungsian dengan sarana dan prasarana (air bersih dan

sanitasi) yang memadai Pulihnya seluruh sarana dan prasarana seperti jalur transportasi, sarana air

bersih, sarana kesehatan, dll.

20

Page 21: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

BAB VII

PEMANTAUAN DAN RENCANA TINDAK LANJUTAN

7.1. SIMULASI / GLADI

“Mari kita bangun dan gugah partisipasi masyarakat untuk memperhatikan kebersihan lingkungan. Andai seluruh masyarakat tahu bencana banjir itu menyakitkan, maka mereka akan melakukan upaya untuk membersihkan tempat tinggalnya masing-masing.

simulasi penggulangan bencana yang digelar untuk melihat sejauhmana kesiapan Pemprov Lampung bersama masyarakat bila di wilayah itu terjadi banjir. “Saat ini sudah mendekati musim hujan, jadi acara gladi lapangan atau simulasi penanggulangan bencana ini agar secara cepat dan tepat dapat mengambil langkah antisipatif dan strategis dalam meminimalisasi dampak bencana.

Selain kegiatan simulasi, dalam upaya penanggulangan bencana, pihaknya juga secara rutin telah melakukan sosialisasi ke wilayah-wilayah yang tiap tahun menjadi langganan banjir. “Saat ini terlihat sosialisasi tidak efektif karena mental masyarakat yang masih rendah dan tidak peduli. Sikap mental seperti itu yang harus bersama-sama diubah.

simulasi ini untuk membangun perilaku positif masyarakat dan aparat dalam menyikapi kemungkinan terjadinya bencana baik banjir, kebakaran, kekeringan, gempa, maupun bencana lainnya seperti peristiwa bom. “Dalam latihan ini juga ditetapkan skenario koordinasi para pimpinan unit atau stake holders dengan Muspikodya Jakarta Timur, PMI, Pramuka, Radio Antar penduduk Indonesia (RAPI), dan membangun jaringan komunikasi yang efektif dalam mengantisipasi terjadinya bencana.

7.2. TRANSISI

a. Tindakan sebelum terjadi banjir

Sebelum terjadi bencana kita harus sudah bisa memilih dan menentukan beberapa lokasi yang bisa kita jadikan sebagai tempat penampungan jika terjadi bencana. Melatih diri dan anggota keluarga hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi

bencana banjir. Mendiskusikan dengan semua anggota keluarga tempat di mana anggota keluarga

akan berkumpul usai bencana terjadi. Mempersiapkan tas siaga bencana yang berisi keperluan yang dibutuhkan seperti:

Makanan kering seperti biskuit, air minum, kotak kecil berisi obat-obatan penting, lampu senter dan baterai cadangan, Lilin dan korek api, kain sarung, satu pasang pakaian dan jas hujan, surat berharga, fotokopi tanda pengenal yang dimasukkan kantong plastik, serta nomor-nomor telepon penting.

Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir:

21

Page 22: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

Buat sumur resapan bila memungkinkan. Tanam lebih banyak pohon besar. Membentuk kelompok masyarakat pengendali banjir. Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi banjir. Membangun sistem peringatan dini banjir. Menjaga kebersihan saluran air dan limbah Memindahkan tempat hunian ke daerah bebas banjir atau tinggikan bangunan rumah

hingga batas ketinggian banjir jika memungkinkan. Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan. Pengendali banjir dan lokasi evakuasi. Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga daerah resapan

air.

b. Tindakan Saat Terjadi Banjir

Jangan panik. Pada saat terjadi bencana banjir, warga yang berada di daerah rawan bencana banjir

diminta memantau perkembangan cuaca, bila hujan terus terjadi tidak henti-hentinya, diimbau waspada dan berhati- hati untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Pada saat dan setelah bencana terjadi, berbagai aktivitas kesehatan harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan para korban serta mencegah memburuknya derajat kesehatan masyarakat yang terkena bencana. Pada tahapan tanggap darurat, energi yang cukup besar biasanya dicurahkan untuk evakuasi korban.

Ketika melihat air datang, Jauhi secepat mungkin daerah banjir. segera selamatkan diri dengan berlari secepat mungkin menuju tempat yang tinggi.

Apabila kamu terjebak dalam rumah atau bangunan, raih benda yang bisa mengapung sebisanya.

Dengarkan jika ada informasi darurat tentang banjir. Hati-hati dengan listrik. Matikan peralatan listrik/sumber listrik. Selamatkan barang-barang berharga dan dokumen penting sehingga tidak rusak atau

hilang terbawa banjir. Pantau kondisi ketinggian air setiap saat sehingga bisa menjadi dasar untuk tindakan

selanjutnya. Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum. Terlibat dalam pendistribusian bantuan. Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan. Menggunakan air bersih dengan efisien.

c. Tindakan Sesudah Terjadinya Banjir

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan sesudah terjadi bencana antara lain:

Pemberian bantuan misalnya tempat perlindungan darurat bagi mereka yang kehilangan tempat tinggalnya.

Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah. Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali. Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah(SPAL). Pemberian bantuan yang meliputi kesehatan lingkungan, dan pemberantasan

penyakit, pelayanan kesehatan serta distribusi logistik kesehatan dan bahan makanan.

22

Page 23: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan air kotor agar tetap bekerjapada saat terjadi banjir.

Menjauhi kabel atau instalasi listrik lainnya. Menghindari memasuki wilayah yang rusak kecuali dinyatakan aman misal

bangunan yang rusak atau pohon yang miring. Memeriksa dan menolong diri sendiri kemudian menolong orang di dekat kamu

yang memerlukan bantuan. Mencari anggota keluarga. Jika keadaan sudah aman, masuk rumah dengan hati-hati, jangan menyalakan listrik

kecuali telah dinyatakan aman. Membersihkan lumpur Periksa persediaan makanan dan air minum. Jangan minum air dari sumur terbuka

karena sudah terkontaminasi. Makanan yang telah terkena air banjir harus dibuang karena tidak baik untuk kesehatan.

7.3. Re-entry ( Pemulihan )

Pemulihan dilakukan terhadap sarana dan prasarana sumber daya air serta lingkungan akibat bencana banjir kepada fungsi semula, melalui:

inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana sumber daya air, kerusakan lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan

merencanakan dan melaksanakan program pemulihan, berupa: rehabilitasi, rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumberdaya air; dan

penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana banjir.

a. Meningkatkan daya resapan air

Biopori dapat meningkatkan bidang resapan air seluas dinding lubang serap. Apabila biopori dibuat dengan diameter 10cm dan sedalam 1m maka luas bidang resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm2. Bidang serapan ini lebih luas dibandingkan apabila tanah tanpa biopori berbentuk lingkaran dengan diamater 10cm hanya akan mempunyai bidang resapan 78.5 cm2.

b. Mengubah sampah organik menjadi kompos

Lubang biopori dibuat dengan menempatkan sampah organik didalamnya. Sampah ini menjadi sumber energi untuk organisme tanah dalam proses dekomposisi. Sampah hasil dekomposisi ini dikenal dengan nama kompos. Jadi selain memperluas bidang serapan air, biopori juga berperan dalam produksi kompos.

Lubang biopori berdiameter 10cm dengan kedalaman 1m akan mampu menampung 7,8 liter sampah organik atau setara dengan sampah organik selama 2-3 hari dari satu rumah. Selain itu proses dekomposisi dapat mengurangi terbentuknya gas metan yang merupakan salah satu gas rumah kaca sehingga biopori juga dapat berperan dalam mengurangi global warming.

c. Memanfaatkan organisme tanah dan akar tanaman

Lubang resapan biopori diaktikan oleh organisme tanah khususnya fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktifitas mereka selanjutnya dapat membuat biopori-biopori

23

Page 24: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

alami di tanah permukiman sehingga luas serapan tanah akan terbuat sendirinya.

BAB VIII

PENUTUP

24

Page 25: MAKALAH KONTIJENSI BANJIR

8.1. Kesimpulan

Rencana kontinjensi ini disusun bersama oleh berbagai intansi/lembaga yang bergabung dalam SATLAK Penanggulangan Bencana dan keabsahan dari pedoman yang telah disusun menjadi sebuah dokumen yang telah disepakati dan akan ditanda tanggani oleh Walikota selaku Ketua SATLAK PB, yang sebelumnya ditandatangani oleh kepala dinas/lembaga yang terkait.

Rencana kontijensi ini dapat diaktivasi apabila terjadi bencana dengan melaksanakan kegiatan yang tercantum dalam rencana kontinjensi sesuai dengan kebutuhan dari masing masing sektor.

Apabila terjadi bencana banjir atau pun tanah longsor , pada saat itu juga rencana kontinjensi bisa ditetapkan menjadi rencana Operasi Tanggap Darurat yang disesuaikan dengan kejadian. Sebaliknya bila tidak terjadi bencana, rencana kontinjensi akan ditinjau kembali dalam 1 (satu) tahun berikutnya, dengan cacatan akan disesuaikan dengan poyeksi kebutuhan secara berkala melalui rapat/pertemuan berkala dengan dinas atau lembaga terkait.

Apabila terjadi bencana banjir yang diikuti dengan tanda-tanda akan adanya tanah longsor, maka yang akan menginformasikan peringatan dini Tsunami kepada masyarakat adalah SATLAK Penanggulangan Bencana.

8.2. Saran

Tindak lanjut rencana kontijensi perlu dilakukan pertemuan rutin untuk pemuktahiran/validasi data dan hal-hal lainnya yang dibutuhkan dalam penyusunan dokumen Kontijensi sesuai dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota Bandar lampung

Diharapkan keseriusan dari semua pihak/instasi Pemerintah Kota bandar lampung dalam penyusunan perencanaan kontijensi sehingga dapat menghasilkan perencanaan kontijensi yang lebih sempurna

dengan adanya Buku Pedoman Kontijensi Kota Banda Aceh, diharapkan akan menjadi pedoman bagi semua pihak dalam mengambil langkah-langkah pengurangan resiko bencana.

Diharapkan pihak SATLAK kota Banda Aceh dapat mebuat Rencana Aksi Daerah khus untuk penanganan kebencanaan. Untuk kesempurnaan sistem penanggulangan bencana dikota bandar lampung diharapkan untuk kedepan adanya kegiatan perencanaa disaster plan dimana akan menjadi pedoman untuk kegiatan yang dilakukan oleh SATLAK pada saat sebelum, pada saat dan setelah terjadi bencana.

25