makalah permasalahan banjir di kota samarinda kalimantan timur

30
Makalah permasalahan banjir di kota Samarinda Kalimantan Timur Abstrak Sistem drainase perkotaan merupakan salah satu komponen infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kemajuan sebuah kota dapat langsung dinilai dari kondisi sistem drainasenya. Kota dengan sistem drainase yang jelek akan berkesan kotor, jorok, kumuh dan terbelakang. sebaliknya kota dengan sistem drainase yang bagus akan tampak indah, serasi dan maju. Kota- kota di Indonesia, secara umum sistem drainasenya belum baik sehingga banjir masih sering melanda, tidak hanya pada musim hujan, musim kemarau pun terjadi genangan, terutama di kota- kota pantai. Padahal pembangunan dan pengembangan sistem drainase selalu dilakukan namun masih kalah cepat dengan perkembangan beban drainase yang terjadi.Salah satu penyebab mengingkatnya beban drainase adalah perubahan tata ruang atau pemanfaatan lahan yang terus berjalan dan kurang memperhatikan daya dukungnya. perubahan guna lahan tidak selalu dikuti dengan tindakan untuk mempertahankan fungsinya. selain itu, penurunan cadangan air tanah makin meningkat akibat makin timpangnya pengisian dan penyedotan air tanah. 1

Upload: cat-man

Post on 02-Jul-2015

2.153 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

Makalah permasalahan banjir di kota Samarinda Kalimantan Timur

Abstrak

Sistem drainase perkotaan merupakan salah satu komponen infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kemajuan sebuah kota dapat langsung dinilai dari kondisi sistem drainasenya. Kota dengan sistem drainase yang jelek akan berkesan kotor, jorok, kumuh dan terbelakang. sebaliknya kota dengan sistem drainase yang bagus akan tampak indah, serasi dan maju. Kota-kota di Indonesia, secara umum sistem drainasenya belum baik sehingga banjir masih sering melanda, tidak hanya pada musim hujan, musim kemarau pun terjadi genangan, terutama di kota-kota pantai. Padahal pembangunan dan pengembangan sistem drainase selalu dilakukan namun masih kalah cepat dengan perkembangan beban drainase yang terjadi.Salah satu penyebab mengingkatnya beban drainase adalah perubahan tata ruang atau pemanfaatan lahan yang terus berjalan dan kurang memperhatikan daya dukungnya. perubahan guna lahan tidak selalu dikuti dengan tindakan untuk mempertahankan fungsinya. selain itu, penurunan cadangan air tanah makin meningkat akibat makin timpangnya pengisian dan penyedotan air tanah.

1

Page 2: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

BAB I

PENDAHULUAN

2

Page 3: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Samarinda sebagai Ibu Kota Kalimantan Timur yang saat ini tengah berkembang

dengan pesat, namun di tengah perkembangan ini Kota Samarinda masih selalu didera

dengan permasalahan banjir. Fenomena kejadian banjir saat ini tidak hanya terjadi pada saat

musim penghujan namun pada saat terjadi hujan dengan durasi 3 jam saja sudah dapat

mengakibatkan banjir. Kondisi yang demikian ini sangat mengganggu aktivitas warga Kota

Samarinda.

Berbagai upaya telah dilakukan, namun upaya tersebut belum optimal dalam

mengatasi masalah banjir. Upaya tersebut berupa pemeliharaan saluran drainase kota,

pembenahaan sungai-sungai yang melinatasi kota, berbagai studi terkait pengendalian banjir

kota, pembangunan sarana pengendali banjir serat beberapa aturan telah dikeluarkan untuk

pengendalian banjir. Upaya-upaya tersebut ternyata kalah cepat dengan perkembangan kota.

Oleh sebab itulah maka diperlukan suatu penataan terpadu pengendalian banjir dengan

menyusun prioritas penanganan dan pembiayaan sesuai dengan kondisi actual serata prediksi

pembangunan masa mendatang.

Di Samarinda kini hanya terlihat dua sungai yang membelah "Kota Tepian" itu, yakni

Sungai Mahakam sebagai sungai terpanjang dan terlebar di Kaltim dan Sungai Karang

Mumus, merupakan anak Sungai Mahakam. Apabila terjadi hujan lebat dalam beberapa jam,

maka sebagian kawasan Samarinda tergenang. Kian parah, apabila terjadi hujan lebat di

kawasan utara Samarinda karena Waduk Benanga tidak mampu menahan jutaan meter kubik

air hujan sehingga Sungai Karang Mumus akan meluap menyebabkan banjir kian merata di

kota itu.

3

Page 4: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

Luas DAS Sungai Karang Mumus sekitar 36.527 ha dengan panjang alur utama

sekitar 40 km. Jarak muara sungai Karang Mumus sampai Bendung Lempake sekitar 20 km.

Bendung Lempake dibangun pada tahun 1977, dengan luas tangkapan air sekitar 195 km2.

Secara umum kondisi topografi daerah pengaliran sungai Karang Mumus berbukit-bukit dan

juga terdapat daerah datar khususnya di alur sungai Karang Mumus yang berada dalam kota

Samarinda. Di sepanjang alur sungai Karang Mumus masuk anak-anak sungai dan juga

terdapat beberapa lokasi rawa. Beberapa anak sungai Karang Mumus antara lain sungai

Lubang Putang, Sungai Siring, Sungai Lantung, Sungai Muang, Sungai Selindung, Sungai

Bayur, Sungai Lingai dan Sungai Bengkuring.

Daerah aliran sungai (DAS) Sungai Mahakam mencapai jutaan hektare karena

merupakan sungai terpanjang di Kaltim, yakni mencapai 920 Km melintasi tiga daerah,

Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda.

Sealin itu terdapat dua sub system lain yang juga mempunyai masalah banjir yaitu

DAS Karang Asam Besar (9,65 km2) dan DAS Karang Asam Kecil (16,25 km2). Sungai Loa

Bakung meskipun mempunyai DAS tidak masuk dalam Kota Samarinda, namun mengingat

perkembangan kota dan peningkatan pemenuhan pemukiman, di DAS ini diprediksi akan

berpotensi menjadi daerah banjir bila tidak ada penganganan secara dini.

2. TUJUAN PENELITIAN

Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan

tentang partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir,

berdasarkan data yang diperoleh dari survai dan kajian berbagai literatur.

Keluaran yang diharapkan adalah gambaran mengenai kebijakan dan

regulasi yang telah ada. Kemudian rekomendasi kebijakan partisipasi

masyarakat dalam penanggulangan banjir, sesuai tingkat keterlibatannya

pada tiap tahapan

kegiatan, mulai dari penyusunan konsep kebijakan, hingga pelaksanaan

dan evaluasi kegiatan.

4

Page 5: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

BAB II

PERMASALAHAN BANJIR

1. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA BANJIR

Sebelum membicarakan system pengendalian banjir yang efektif dan tepat guna, perlu

dipahami terlebih dahulu sumber penyebab terjadinya banjir. Secara umum permasalahan

banjir terjadi akibat berlebihnya limpasan permukaan dan tidak tertambpungnya limpasan

tersebut dalam badan sungai sehinga air meluap.

Terdapat dua faktor utama penyebab banjir yaitu factor alam (natural) dan factor

manusia (man made). Faktor alam seperti tingginya curah hijan, topografi wilayah, pasang

surut air laut, badai, dan lain-lain. Faktor alamiah ini sulit untuk dikendalikan, kalaupun bisa

memerlukan biaya yang cukup besar.

Faktor kedua adalah manusia, utamanya bersumber pada unsur pertumbuhan

penduduk. Pertumbuhan penduduk akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan infrastruktur,

seperti pemukiman, sarana air bersih, pendidikan, serta layanan masyarakat lainnya. Selain

itu pertumbuhan penduduk akan diikuti pula oleh peningkatan penyediaan lahan untuk usaha

seperti pertanian, perkebuanan maupun industri. Peningkatan kebutuhan lahan usaha maupun

penyediaan lahan untuk infrastruktur tentu akan mempengaruhi tataguna lahan, dan

berdampak menurunnya potensi serapan air ke dalam tanah. Selain itu dengan lebih

terbukanya lahan maka semakin mudah lapisan tanah tergerus air hujan maka sedimentasi

akan terjadi di sungai, dan akibatnya kapasitas alir sungai akan menurun. Pertumbuhan

penduduk tentu akan meningkatkan produksi sampah, apabila manajemen persampahan tidak

baik maka sampah akan menimbulkan masalah antara lain penyumbatan di saluran drainase

dan sungai tersebut.

Berdasarkan uraian di atas permasalahan banjir yang ada di Kota Samarinda dapat

diperkirakan sumber-sumber penyebab banjirnya, sebagai berikut :

Penyebab Alamiah

5

Page 6: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

Banjir secara alamiah dapat terjadi karena pengaruh dari iklim, pengaruh phisiografi,

sedimentasi di sungai, kapasitas alur, drainase ataran bamjir yang tidak memadahi serta

pengaruh pasang surut. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci penyebab banjir secara

alamiah di Kota Samarinda.

Iklim tropis, iklim tropis Indonesia ditandai oleh 2 musim, yaitu musim hujan dari bulan

Oktober sampai dengan Maret dan musim kemarau dari bulan April sampai

September. Hujan lebat di musim hujan menyebabkan masalah-masalah yang cukup

berarti di Indonesia. Kondisi ini diperburuk dengan tingginya kepadatan penduduk di

daerah genangan banjir. Kota Samarinda merupakan salah satu Kota yang mempunyai

posisi dekat dengan garis ekuator sehingga kondisi musim yang terjadi tidak berbeda

dengan daerah lain di Indonesia. Berdasrkan data curah hujan yang ada di wilayah

Kota Samarinda menunjukkan bahwa rerata hujan tahunan sebesar 2.021 mm dengan

hari hujan tahunan sebanyak 146 hari. Hujan maksimum harian yang pernah terjadi di

wilayah Kota Samarinda adalah 147 mm yang tercatat di stasiun Temindung. Hujan

harian maksimum ini setara dengan kala ulang 10 tahunan. Berdasarkan kondisi yang

ada tersebut di atas terindikasi bahwa wilayah Kota Samarinda mempunyai rerata

hujan yang cukup tinggi. Tingginya curah hujan ini akan sangat mempengaruhi

kondisi banjir Kota Samarinda, apabila fasilitas drainase maupun fasilitas pengendali

banjir yang lain belum mendukung.

Pengaruh Phisiografi, pada umumnya perkembangan wilayah di Pulau Kalimantan berada

di tepian sungai, dimana daerah ini relative datar. Kondisi morfologi setiap sungai di

Pulau Kalimantan pada umumnya mempunyai kemiringan dasar sungai cukup landai,

sungai-sungainya lebih panjang dan daerah pengalirannya lebih luas. Beberapa sungai

yang mengalir di tengah Kota Samarinda adalah sungai yang mempunyai kemiringan

dasar landai dan banyak terjadi meandering. Selain kondisi morfologi sungai yang

demikian secara topografi wilayah Kota Samarinda terutama daerah yang berkembang

berada pada dataran (plain) dimana daerah-daerah ini berada di antara perbukitan,

sehingga limpasan air dari perbukitan tersebut akan terkonsentrasi mengalir pada

daerah datar tersebut. Sebagai ilustrasi daerah rawan banjir di wilayah Sempaja

berada di bawah perbukitan Gunung Cermin dimana perubahan slope baik itu slope

lahan maupun sungai cukup mempengaruhi kelancaran limpasan permukaan. Daerah

rawan banjir sepanjang Jl. Suryanata sampai dengan permepatan Air Putih secara

6

Page 7: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

topografi limpasan dari bukit akan terkonsentrasi menuju Jl. Suryanata sampai

permepatan Air Putih. Demikian pula dengan lokasi rawan banjir sepanjang Jl.

Sentosa – arah ke Lempake, di lokasi ini terjadi perubahan slope antara perbukitan

menuju dataran.

Berkaitan dengan morfologi sungai di wilayah Kota Samarinda banyak terdapat

daerah-daerah cekungan dimana daerah tersebut pada awlanya sebagai daerah

retarding basin, namun saat ini daerah tersebut telah berubah menjadi daerah

pemukiman penduduk. Dengan perubahan peruntukan ini secara awam daerah

tersebut dikategorikan sebagai daerah rawan banjir, padahal berdasar morfologi

sungai daerah tersebut sebagai daerah retarding basin. Banyak lokasi retarding basin

yang telah berubah fungsi yaitu daerah Gunung Lingai yang merupakan lokasi

retarding basin sungai Karangmumus dan Sungai Sempaja. Lokasi ini telah berubah

menjadi daerah pengembangan permukiman dan sebagai daerah pertokoan. Daerah

rawa di sekitar Jl. Jakarta – Loa Bakung yang saat ini telah berubah menjadi lokasi

permukiman dimana secara alami fungsi daerah tersebut sebagai retarding basin

sungai Loa Bakung.

Sedimentasi, di sungai pengendapan sedimen di muara sungai akan memperpanjang delta

sungai, mengurangi kemiringan memanjang sungai, mengurangi kapasitas angkut

sungai, dan memperbesar resiko banjir. Pengurangan kapasitas aliran pada sungai

dapat disebabkan oleh erosi. Erosi yang berlebihan terjadi karena tidak adanya

vegetasi penutup dan adanya pengolahan tanah. Erosi ini menyebabkan sedimentasi di

sungai-sungai, dimana hasil erosi diensapkan pada bagian hilir sungai. Sedimentasi di

sungai ini menyebabkan peninggian (agradasi) dasar sungai dan meningkatkan resiko

banjir, kapasitas resapan daerah pengliran sungai untuk menahan air dengan infiltrasi

tergantung pada kondisi fisik daerah pengliran sungai, khususnya tanaman penutup

aliran permukaan. Mencermati secara fisik aliran air yang ada di sungai yang melintas

Kota Samarinda terlihat pada saat musim penghujan atau sesaat setelah terjadi hujan

warna air yang mengalir di sungai terlihat coklat ke hitam-hitaman. Kondisi ini

mengindikasikan bahwa terdapat konsentrasi sedimen yang cukup tinggi. Selain

sedimentasi di sungai indikasi tingginya tingkat erosi di DAS dapat dilihat di saluran-

saluran drainase yang masuk sungai alam. Banyak saluran drainase yang menyempit

bahkan ada yang sudah tidak dapat berfungsi karena sedimentasi di saluran drainase.

7

Page 8: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

Drasinase, drasinase daerah dataran banjir yang tidak memadai Modifikasi daerah dataran

banjir secara teratur dapat merintangi aliran sungai dan pada akhirnya akan

mempertinggi elevasi banjir. Apabila suatudaerah mempunyai drainase dataran banjir

yang kurang memadai, maka daerah tersebut akan menjadi daerah banjir di saat

musim hujan. Daerah layanan drainase Kota Samarinda saat ini sudah cukup luas,

namun yang menjadi permasalahn adalah kapasitas dari saluran drainase yang

semakin mengalami penurunan. Dari pengamatan di lapangan merupakan penyebab

utama berkurangnya kapasitas alir saluran. Meskipun kepadatan saluran drainase yang

ada di Kota Samarinda secara umum telah mencukupi namun dari hasil pengamatan

lapangan didapati kapasitas saluran yang tidak memadahi. Sebagai contoh adalah

saluran drainase di daerah Temindung, saluran drainase Jl. Cendana, saluran drainase

Jl. Kadrie Oening, Jl. Suryanata, Jl. Slamet Riyadi, dan lainnya. Saluran drainase

tersebut selain kapasitasnya terlalu kecil juga beban sedimen yang tinggi.

Pengaruh air pasang, Pasang air laut juga mempunyai efek yang berarti pada masalah

banjir, khususnya jika puncak banjir bersamaan dengan air pasang tinggi. Sungai

Mahakam sangat berpengaruh terhadap kelancaran aliran anak-anak sungainya, yang

mana terdapat beberapa anak sungai Mahakam yang berada di Kota Samarinda seperti

sungai Karangmumus, sungai Karang Asam Besar dan Karang Asam Kecil, sungai

Loa Bakung, sungai Sambutan, dan sungai-sungai yang lain. Pasang naik sungai

Maraca tertinggi mencapai 1,35 m, hal ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran

anak sungai Mahakam dan saluran-saluran drainase yang pada umumnya di wilayah

Samarinda mempunyai kemiringan dasar saluran yang landai.

Penyebab Karena Tindakan Manusia.

Masalah banjir yang disebabkan oleh tindakan manusia, yaitu :

Perubahan daerah pengaliran sungai. Perubahan daerah pengaliran sungai seperti

penggundulan hutan, pembukaan lahan untuk penyediaan lahan usaha (pertanian,

perkebunan, pertambangan) dan penyediaan lahan untuk pemukiman dapat

memperburuk masalah banjir yang ditandai dengan meningkatnya aliran debit banjir.

Perubahan dari hutan manjadi lahan pertanian dapat menimbulkan sedimentasi dan

hilangnya daya redap lahan akibat tidak adanya vegetasi penutup lahan. Pembukaan

lahan pertambangan batubara di beberapa lokasi perbukitan juga menyebabkan

hilangnya vegetasi penutup lahan, selain terjadi limpasan sesaat yang cukup tinggi

8

Page 9: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

bila hujan turun juga sedimentasi akibat pembukaan lahan (land clearing), sehingga

akan menambah beban sedimen baik itu di sungai maupun saluran drainase. Banyak

comtoh alokasi di DAS yang telah mengalami perubahan seperti di DAS

Karangmumus, dimana di sub DAS sungai Binangat di daerah hulu DAS telah

dilakukan penambangn batubara. Penambangan ini telah merubah daerah peruntukan

DAS yang semula sebagai perkebunan/ladang menjadi daerah terbuka, sehingga akan

sangat memepngaruhi nilai koefisien resapan DAS. Selain di DAS Karangmumus

juga di sub DAS Karang Asam Besar, juga di daerah hulu terdapat pertambangan

batubara.

Pengembangan daerah dataran banjir dan tataguna lahan. Reklamasi daerah genangan

maupun daerah rawa akan mengurangi daerah retensi banjir. Penyediaan lahan untuk

permukiman, industri, perkantran yang tidak terkontrol akan meningkatkan nilai

koefisien pengaliran dan juga menurunkan daya tampung air di lahan tersebut.

Banyak lokasi dalam Kota Samarinda yang pada awal perkembangan kota (th.

1980an) merupakan daerah tampungan air sementara saat ini karena tuntutan

perluasan kota dan penyediaan lahan untuk permukiman dan industri menjadi daerah

berkembang. Tidak terkontrolnya pengembangan lokasi misalnya dengan penimbunan

daerah rawa seperti di lokasi Loa Bakung, Bengkuring, Sempaja, dan lokasi lain akan

sangat mempengaruhi beban banjir daerah hilir lokasi-lokasi tersebut.

Kawasan Kumuh. Perumahan kumuh sepanjang alur sungai dapat menjadi penghambat

aliran. Rumah0rumah panggung di tepian sungai akan menghambat aliran air di

sungai selain mempersempit alur sungai. Sungai karangmumus, sungai Karang Asam

Kecil dan Karang Asam Besar merupakan tiga sungai penting yang memberi

kontribusi banjir di wilayah Kota Samarinda. Banyak rumah-rumah pangguang di

bentaran sungai ini dan ada kecenderungan bertambah. Penataan sungai

Karangmumus bagian Hilir sampai Jembatan III telah dilaksanakan, yaitu dengan

melakukan restlemen penduduk kawasan bantaran sungai Karangmumus. Saat ini

bagian hilir sungai ini nampak lebih tertata dan aliran sungai akan lebih lancar.

Namun demikian masih diperlukan usaha lebih keras lagi penataan bagian sungai

yang lain sehingga nantinya sungai Karangmumus benar-benar tertata dan apat

digunakan sebagai acuan bagi pengembangan penataan bantaran sungai, tidak hanya

di wilayah Samarinda tapi juga untuk wilayah yang lain.

9

Page 10: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

Sampah Pembuangan. sampah, kotoran, dan reruntuhan yang dihasilkan dari penimbunan

sembarangan dari material ke dalam alur-alur drainase akan mengurangi kapasitas alir

saluran. Banyak saluran di wilayah Samarinda yang berkurang kapasitasnya akibat

sedimentasi material sampah, dan untuk penanganan sampah yang masuk saluran

drainase diperlukan biaya besar. Selain itu juga perlu diwaspadai lokasi-lokasi yang

potensial memproduksi sampah seperti daerah pasar yang lokasinya dekat dengan

sungai, lokasi ini potensial sebagai sumber bencana daerah hilir karena sampah yang

lolos ke sungai akan menyumbat saluran daerah hilir. Untuk sungai skala kecil atau

saluran di lokasi pasar diperlukan bangunan penyaring sampah (trashrack) sehingga

sampah tidak membebani lokasi hilir pasar. Terdapat beberapa lokasi yang

memproduksi sampah yang berada di atas badan sungai, sebagai contoh Pasar Damak

yang berada di atas alur sungai Karangmumus. Produksi sampah dari pasar ini cukup

besar apabila penanganan tidak baik akan masuk ke alur sungai Karangmumus dan

akhirnya menambah beban sedimentasi sungai Karangmumus. Selain Pasar Damak,

terdapat Pasar Kedondong yang berada di pinggir sugai Karangasam Besar. Seperti

halnya Pasar Damak perlu dilakukan penertiban terhadap sistem pembuangan sampah

sehingga tidak akan menambah permasalahan pada Sungai Karangasam Besar.

Bangunan di sungai. Jembatan dan bangunan pada sungai yang tidak mengikuti rencana

pengelolaan sungai akan menghambat aliran. Pilar atau pondasi bangunan tersebut

akan mempersempit alur yang ada sehingga terjadi pembendungan di lokasi tersebut.

Disamping itu pengetatan ijin bangunan di daerah pinggir sungai dan tidak

mengijinkan dan menertibkan bangunan di sepanjang bantaran sungai. Banyak

masalah bangunan di bantaran sungai, utamanya di kota-kota yang dilintasi oleh

sungai. Seperti diketahui ada 4 anak sungai Mahakam yang melintas di wilayah

Samarinda. Sungai Karangmumus yang merupakan salah satu anak sungai Mahakam

di wilayah Samarinda sudah mempunyai masterplan penataannya, namun tiga sungai

lain yaitu Sungai Karangasam Kecil dan Karangasam Besar dan Sungai Loa Bakung

sampai dengan saat ini belum dilakukan penataan, sehingga kelancaran aliran sungai

ini sangat terganggu. Perlu dilakukan studi detail desain penataan ketiga sungai ini

dan juga dilakukan studi restlement plan untuk relokasi penduduk yang nanti

dibebaskan dari bantaran ketiga sungai ini. Restlement penduduk bantaran sungai ini

harus menjamin bahwa di tempat yang baru penduduk dapat tempat yang lebih layak

10

Page 11: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

baik dari segi hunian maupun dalam mencukupi kehidupannya. Fasilitas di lokasi baru

harus tersedia dalam kapasitas cukup dan layak sehingga tidak ada istilah pemindahan

daerah kumuh yaitu menghilangkan satu daerah kumuh menciptakan daerah kumuh

baru.

2. DRAINASE KOTA SAMARINDA

Pada umumnya daerah yang saat ini mempunyai perkembangan sangat pesat di

wilayah Kota Samarinda berada di daerah dengan topografi rendah dan relatif datar. Saat ini

fungsi saluran drainase yang berfungsi untuk menampung limpasan permukaan dan saluran

yang menampung limbah cair dari rumah tangga. Denegan berfungsi ganda akan semakin

menambah beban saluran tersebut, selain itu juga akan menambah kekumuhan saluran.

Semua sistem pembuangan di wilayah Kota Samarinda mengalir menuju sungai alam yang

selanjutnya masuk ke Sungai Mahakam.

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 35 (1991)

tentang Sungai dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 Tahun 1993 tentang garis

Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai, dan Bekas Sungai,

yang menetapkan perlunya menetapkan garis sempadan sungai dan pengaturan penggunaan

dataran banjir.

Dalam implementasinya khususnya di wilayah Kota Samarinda masih belum efektif

diterapkan dan banyak menghadapi permasalahn sosial. Sementara situ sistem drainase yang

ada di wilayah Kota Samarinda masih belum mengikuti standar sistem drainase yang benar.

Banyak drainase lingkungan yang langsung masuk ke sungai alam, sehingga apabila terjadi

kenaikan muka air di sungai akan memperngaruhi secara langsung aliran drainase lingkungan

tersebut.

Sumber genangan (banjir) di Kota Samarinda khususnya pada daerah hilir, dapat

dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

Banjir kiriman, aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu diluar kawasan yang

tergenang. Hal ini terjadi jika hujan yang terjadi di daerah hulu menimbulkan

aliran banjir yang melebihi kapasitas sungainya sehingga terjadi limpasan.

Sebagai contoh lokasi yang sering mendapat banjir kiriman adalah daerah sekitar

jalan Panglima Antasari. Banjir yang terjadi di daerah atas (hulu) yaitu di DAS

Manggis dengan durasi 3-4 jam akan dapat menyebabkan banjir di daerah Jl.

11

Page 12: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

Antasari. Banjir yang terjadi akibat dari kapasitas alur sungai yang terbatas.

Waktu tiba banjir yaitu perjalanan banjir dari daerah hulu sampai dengan

terjadinya genangan di wilayah ini sekitar 4-5 jam.

Banjir lokal, genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di daerah itu sendiri.

Hali ini dapat terjadi kalau hujan yang terjadi melebihi kapasitas sistem drainase

yang ada. Pada banjir lokal, ketinggian genangan air antara 0,2-0,7 m dan lama

genangan bisa mencapai 3-5 jam. Tinggi genangan maupun lama genangan akan

semakin besar apabila pada saat hujan bersamaan dengan pasang Sungai

Mahakam.. kejadian banjir seperti ini hampir terjadi di semua daerah rendah.

Banjir akibat pasang Sungai Mahakam, banjir yang terjadi baik akibat aliran langsung

air pasang dan/atau air balik dari saluran drainase akibat terhambat oleh air

pasang. Banjir pasang merupakan banjir rutin akibat muka air Sungai Mahakam

pasang. Daerah yang mendapat pengaruh langsung dari air pesang Sungai

Mahakam tentunya daerah yang mempunyai ketinggian di bawah muka air pasang

sekitar +1,58 m. Ketinggian genangan antara 0,20-0,50 m dengan lama genangan

antara 2 hingga 4 jam. Pada sepuluh tahun terakhir, banjir yang terjadi di kota

Samarinda semakin meningkat, baik besaran maupun frekuensinya. Hal ini

diakibatkan oleh meningkatnya limpasan permukaan dari daerah tangkapan air,

berkurangnya kapasitas saluran akibat sedimentasi dan hilangnya tampungan

banjir alamiah berupa rawa-rawa.

Saat ini sebagian besar wilayah berkembang di Kota Samarinda telah terlayani oleh

jaringan drainase. Konstruksi saluran drainase yang ada sebagian sudah berupa saluran

dengan pasangan batu dan sebagian saluran tanpa konstruksi batu atau saluran tanah.

Berdasarkan data survey yang pernah dilakukan dalam studi Penyusunan Outline rencana

Induk Drainase Kota Samarinda panjang saluran drainase Kota Samarinda adalah 303.112,40

Km yang terdiri dari saluran dengan pasangan batu sepanjang 104.149,40 Km dan saluran

tanpa pasangan 198.963,00 Km. Dari panjang saluran drainase yang ada di Kota Samarinda

banyak saluran yang sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya bahkan sudah tidak

berfungsi sebagai saran pamatusan air limpasan permukaan. Beberapa masalah yang terkait

dengan saluran drainase Kota Samarinda seperti berikut :

Banyak saluran drainase yang pada saat perencanaan dahulu didesain mampu untuk

mengalirkan air dari daerah tangkapan air namun sekarang kapasitas yang

12

Page 13: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

diencanakan tersebut sudah tidak mampu lagi. Dalam permasalahan ini kapasitas

desain sudah tidak sesuai dnegan debit limpasan yang terjadi.

Penurunan kapasitas alir saluran drainase akibat sedimentasi dan sampah yang masuk

di saluran drainase. Kondisi ini banyak dijumpai hampir di seluruh jaringan

drainase yang ada. Sedimen yang ada di saluran berasal baik dari sekitar lokasi

namun juga berasal dari daerah hulu terangkut aliran dan mengendap di lokasi

hilir. Material sampah baik itu sampah organik maupun sampah non organik

banyak menyumbat saluran drainase. Permasalahan ini tidak saja akan

menghambat laju aliran namun juga mengurangi kapasitas saluran.

Hambatan utilitas kota juga merupakan salah satu permasalahan besar dalam sistem

drainase Kota Samarinda. Banyak utilitas kota yang menghambat laju aliran

drainase bahkan mengurangi kapasitas alir saluran drainase. Contoh yang mudah

ditemui adalah adanya tiang listrik PLN yang berada di dalam alur saluran

drainase seperti pada saluran drainase Jl. P. Antasari. Pipa air minum juga

merupakan salah satu penghambat laju aliran dan mengurangi kapasitas saluran,

khusus untuk pipa air minum biasanya akan menghambat laju aliran yang akan

masuk gorong-gorong. Pemasangan pipa air khusus yang melintasi goronggorong

sepertinya tidak memperhitungkan dimensi dari gorong-gorong ataupun box

culvert. Akibat dari kecerobohan ini pemasangan pipa tersebut tidak hanya

menghambat laju aliran namun juga mengurangi kapasitas dimana akibat dimensi

pipa tersebut maupun akibat sampah yang menyangkut pada piapa air tersebut.

Banyaknya bangunan infrastruktur baik yang sifatnya bangunan individu/pribadi

maupun kelompok bangunan yang tidak dilengkapi dengan sarana drainase yang

mencukupi. Kondisi yang demikian ini akan menyebabkan permasalahan

kelancaran aliran permukaan di lokal area tersebut.

Masih belum tertatanya sistem drainase yang baik, dalam hal ini dimaksudkan bahwa

tingkatan funsi saluran belum tertata dengan baik, sebagai contoh saluran drainase

primer dapat berfungsi sebagai saluran drainase lingkungan, belum adanya

pemisah antara drainase permukaan dengan saluran air kotor dari rumah tangga.

Selain itu saluran drainase yang ada banyak tertutup oleh plat jembatan

rumah/toko, sehingga akan menyulitkan pemeliharaan saluran. Masih sedikitnya

fasilitas pendukung alam sistem drainase kota seperti pintu-pintu air untuk

13

Page 14: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

memproteksi dampak kenaikan muka air di sungai terhadap saluran drainase,

fasilitas pompa banjir yang masih sangat minim serta minimnya kegiatan operasi

dan pemeliharaan fasilitas drainase.

BAB III

ANALISIS PENAGGULANGAN MASALAH BANJIR

1. KONSEP UMUM PENGENDALIAN BANJIR KOTA SAMARINDA

Dengan melihat kondisi perkembangan Kota Samarinda dan analisa penyebab banjir

sebuah konsep perngendalian banjir kota yang dapat diterapkan dibagi dalam tiga bagian

kegiatan yaitu :

Pengelolaan Daerah Hulu

Konsep Pengendalian Banjir untuk daerah tengah

Konsep Pengendalian Banjir daerah hilir

14

Page 15: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

Konsep pengendalian banjir daerah hulu dimaksudkan adalah pengandalian banjir

daerah hulu aliran sungai, hal ini dengan mempertimbangkan bahwa daerah hulu sampai saat

ini merupakan daerah yang masih belum berkembang sehingga lebih mudah dalam

penataannya. Konsep yang dapat dilakukan di daerah hulu adalah memeprbaiki kondisi DAS

rusak dan mempertahankan potensi alamiah DAS sehingga diharapkan dapat dilakukan

reduksi potensi banjir di daerah ini, sehingga beban banjir daerah dibawahnya dapat lebih

ringan. Daerah resapan air hujan terus dioptimalkan fungsinya dengan menjaga dan

melestarikan vegetasi penutup lahan termasuk di dalamnya tidak melakukan pembukaan

lahan yang tanpa dilakukan pengendalian.

Daerah bagian tengah suatu DAS yang ada pada umumnya juga merupakan daerah

tengah wilayah Kota Samarinda saat ini sebagian besar difungsikan sebagai daerah

pengembangan permukiman. Konsep yang dapat diterapkan di daerah tengah adalah dengan

melakukan minimalisasi perubahan tataguna lahan. Tuntutan penyediaan kawasan

permukiman tidak dapat dihindari dan hal ini selaras dengan perkembangan kota, namun

demikian untuk pengembangan wilayah permukiman tidak dilakukan dengan penimbunan

daerah-daerah rendah yang dalam sejarah keberadaan Kota Samarinda daerah tersebut

merupakan daerah parkir air limpasan (retarding basin). Selain itu juga tidak melakukan

pemotongan perbukitan untuk penyediaan lahan/lokasi perumahan atau penyediaan material

timbunan untuk lokasi yang lain. Sedangkan konsep untuk sistem drainase adalah dengan

pembenahan sistem. Saluran drainase harus mengikuti tingkat fungsionalnya contohnya

saluran drainase dari komplek perumahan harus masuk sistem saluran sekunder sebelum

masuk sungai utama. Hal ini untuk menghindari rancaunya sistem dan menghindari adanya

air balik saat musim banjir. Dengan berjalannya sistem drainase maka tidak diperlukan

banyak sistem pintu-pintu pembuangan dari saluran kolektor.

Daerah hilir wilayah Kota Samarinda yang juga merupakan daerah hilir DAS saat ini

sebagai daerah berkembang baik itu sebagai pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pusat

perdagangan dan industri selain teradpat daerah permukiman. Pengamanan terhadap asetaset

tersebut dari bahaya banjir mutlak dilakukan. Konsep pengendalian banjir di daerah ini

adalah dengan memperlancar aliran drainase yang ada yaitu dengan peningkatan kapasitas

alir saluran drainase dan memproteksi aliran di saluran dari pengruh pasang air Sungai

Mahakam. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan dengan pelebaran saluran, pengerukan

sedimen, dan penataan bantaran sungai. Proteksi terhadap pasang air Sungai Mahakam

15

Page 16: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

dilakukan dengan membuat pintu-pintu air otomatis dan sistem pompa untuk membentu

pemasukan air saat Mahakam pasang.

Selain tiga konsep pengendalian banjir berdasarkan wilayah pengembangan, program

pengendalian banjir harus pula dilengkapi dengan adanya Peraturan/Perundangan yang

menjamin ketertiban dalam pelaksanaan program tersebut. Peraturan/Perundangan tersebut

tentunya mencakup subjek, objek, dan alat dalam pegelolaan banjir.

2. STRATEGI PENGENDALIAN BANJIR KOTA SAMARINDA

Berdasarkan konsep umum tersebut di atas, dapat dilakukan penjabaran konsep

tersebut dalam strategi pengendalian banjir yang diharapkan lebih memberikan arah dan

kejelasan kerangka dasar pelaksanaan program. Berikut beberapa strategi pengendalian banjir

Kota Samarinda :

Strategi Penataan Ruang dan Penguasaan Lahan, yaitu memperketat pemanfaatan

ruang kota sesuai dengan RUTRK dan RDTRK yang diimplementasikan

dalam bentuk pengetatan penerbitan izin lokasi dan sertifikat tanah.

Strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan, yaitu : memperketat proses

legalisasi site-plan kawasan maupun sub-kawasan dengan penekanan pada

ketercakupan empat hal dalam rencana pokok, yaitu :

Pemanfaatan drainase internal sehingga terkoneksi dengan drainase

kota/sungai,

Ketersediaan kolam penampung sementara (Retarding Basin),

Pengamanan daerah-daerah lereng agar terhindar dari erosi dan tetap hijau,

Menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) yang cukup

Strategi Pengawasan dan Penertiban, yaitu meningkatkan dan memperluas operasi

pengawasan bangunan dan penggalian bahan/galian golongan C serta

pertambangan batubara melalui satuan Operasi Pengawasan Bangunan (Polisi

Bangunan).

Strategi Pengaturan dan Koordinasi, meliputi :

Adanya kesepakatan antara pihak pemerintah daerah dengan

pengembang/swsta untuk mengentisipasi banjir,

Mengikutsertakan camat dan lurah di wilayah masing-masing untuk di

garis dengan melaporkan hal-hal yang terkait dengan strategi

pengawasan dan penertiban,

16

Page 17: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

Menerbitkan aturan tentang kawasan resapan air dan tampungan air di

dalam kota.

Strategi Pembiayaan, meliputi :

Pengalihan kegiatan yang tidak mendesak pada Tahun Anggaran 2005

untuk kegiatan penanggulangan banjir

Menyisihkan sebagian dana reboisasi dan PBB untuk kegiatan

penanggulangan banjir

Memperkuat komitmen ketersediaan dana untuk tahun 2005 dan

seterusnya sesuai dengan tahapan jangka menengah dan jangka

panjang, antara lain melalui Perda Propinsi maupun Perda Kota

Samarinda

Strategi Pelibatan dan Pendampingan masyarakat, meliputi saluran

Mengaktifkan budaya/gerakan “Jum`at Bersih” yang diberlakukan

terhadap seluruh lapisan masyarakat di wilayah pemukiman dan sentra-

sentra kegiatan,

Melibatkan masyarakat dalam gerakan reboisasi dan penghijauan terutama

pada lahan-lahan kritis di daerah resapan air,

Memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang prinsip-prinsip

konservasi tanah dan air dalam pendayagunaan lahan.

Strategi Penataan DAS Karangmumus, Karangasam Kecil, Karangasam Besar,

dan Loa Bakung, meliputi

Mengidentifikasi lahan-lahan kritis pada kawasan lindung, penyangga, dan

budidaya

Melaksanakan program pemulihan lahan kritis berdasarkan skala prioritas

Memberikan kejelasan status hukum kepemilikan lahan

Pengalokasian wilayah untuk pemukiman dengan memperhatikan aspek

biogeofisik dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat.

3. KONSEP TEKNIS PENGENDALIAN BANJIR KOTA SAMARINDA

Salah satu tindak lanjut dari strategi pengendalian banjir Kota Samarinda lebih

difokuskan lagi menjadi Konsep Teknis Penanganan Banjir Kota Samarinda dibagi dalam

tiga tahap, yaitu Jangka Pendek (2004-2005), Jangka Menengah (2005-2010), dan Jangka

Panjang (2010-2015). Pembagian kegiatan berdasarkan jangka waktu ini memungkinkan

17

Page 18: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

untuk bergeser menyesuaikan dengan ketersediaan dana dan kondisi sosial yang berkembang

di masyarakat. Konsep penanganan ini dikembangkan berdasarkan penyebab banjir di Kota

Samarinda, yaitu :

Penanganan jangka pendek, adalah kegatan-kegiatan untuk mengendalikan banjir

akibat hujan lokal di lokasi prioritas dan meningkatkan kesadaran dan keterlibatan

masyarakat pada masalah pengendalian banjir,

Penenganan jangka menengah adalah untuk mengendalikan banjir dari daerah hulu

dan penataan DAS dari sungai-sungai yang melintas Kota Samarinda,

Penanganan jangka panjang adalah untuk mengendalikan pasang-surut Sungai

Mahakam. Program prngendalian banjir Kota Samarinda yang telah dicanangkan oleh

Pemerintah saat ini telah berjalan hampir dua tahun anggaran.

Berdasarkan monitoring dan kajian yang dilakukan terdapat program yang perlu

dilakukan revisi baik itu terhadap jenis pekerjaan, waktu pelaksanaan, maupun pendanaan

program yang direncanakan. Bedasarkan program yang telah direncanakan yang terbagi

dalam tiga periode yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, dijabarkan

dalam beberapa kegiatan utama yaitu :

Rencana Kegiatan Non Fisik (Makro dan Mikro)

Institutional dan Legal Aspek

Rencana Kegiatan Fisik Penanganan Sistem Mikro

Rencana Kegiatan Fisik Penanganan Sistem Makro

Pengadaan dan Pemeliharaan

Rencana Kegiatan Fisik Penanganan Konservasi Institusi pelaksana yang bertanggungjawab

atas terlaksananya program pengendalian banjir tersebut adalah :

Pemerintah Kota Samarinda

Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur

Pemerintah Pusat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Samarinda

Instansi pelaksana di bawah Pemerintah Kota Samarinda antara lain Dinas Pekerjaan

Umum Sub Dinas Binamarga dan Pengairan, Kimbangkot, dan Bappedalda Kota Samarinda.

Sedangkan untuk instansi pelaksana tingkat propinsi adalah Dinas Pekerjaan Umum Propinsi

Sub Dinas Pengairan, DPU Cipta Karya, dan Dinas Kehutanan. Sedangkan instansi pelaksana

tingkat pusat dilaksanakan oleh Dinas PU Pengairan dan Proyek Pengendalian Banjir dan

18

Page 19: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

Pengamanan Pantai Kalimantan Timur. Berdasarkan sistem pendanaan program terbagi

dalam tiga sumber dana yaitu mellui mekanisme

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Samarinda (APBD II)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Kalimantan Timur (APBD I)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

4.PARTISIPASI MASYARAKAT

Partisipasi masyarakat merupakan proses teknis untuk memberi

kesempatan dan wewenang lebih luas kepada masyarakat, agar

masyarakat mampu memecahkan berbagai persoalan bersama-sama.

Pembagian kewenangan ini dilakukan berdasarkan tingkat keikutsertaan

(Level Of Infolvement) masyarakat dalam kegiatan tersebut. Partisipasi

masyarakat bertujuan untuk mencari solusi permasalahan lebih baik

dalam suatu komunitas, dengan membuka lebih banyak kesempatan bagi

masyarakat untuk memberi kontribusi sehingga implementasi kegiatan

berjalan lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan.

Sejalan dengan tuntutan masyarakat akan keterbukaan dalam program-

program pemerintah, maka akuntabilitas pemerintah dapat dinilai dari

sejauh mana partisipasi masyarakat dan pihak terkait dalam program

pembangunan.

Partisipasi masyarakat, mulai dari tahap kegiatan pembuatan

konsep, konstruksi, operasionalpemeliharaan, serta evaluasi dan

pengawasan. Penentuan dan pemilahan dilakukan dengan metode

Stakeholders Analysis yang terdiri dari empat tahap yaitu:

identifikasi.

penilaian ketertarikan terhadap kegiatan penanggulangan banjir.

penilaian tingkat pengaruh dan kepentingan setiap.

perumusan rencana strategi partiesipasi dalam penanggulangan

banjir pada setiap fase kegiatan.

Semua proses dilakukan dengan mempromosikan kegiatan pembelajaran

dan peningkatan potensi masyarakat, agar secara aktif berpartisipasi,

serta menyediakan kesempatan untuk ikut ambil bagian, dan memiliki

19

Page 20: Makalah Permasalahan Banjir Di Kota Samarinda Kalimantan Timur

kewenangan dalam proses pengambilan keputusan dan alokasi sumber

daya dalam kegiatan penanggulangan banjir

20