harianto sungai makalah peta genangan banjir

16
Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air 1 Pusat Litbang Sumber Daya Air TERSEDIANYA PETA GENANGAN SEBAGAI SARANA MEMINIMALKAN KERUGIAN AKIBAT BANJIR Harianto 1 , Indah Sri Amini. 2 Sarwono 3 Balai Sungai, Pusat Litbang Sumber Daya Air, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum. Jl. Solo-Kartasura Km.7 Surakarta. PO. Box 57101. Telp (0271) 719429 Email: [email protected] ABSRAK Tersedianya peta genangan akan sangat membantu dalam upaya meminimalkan kerugian banjir yang terjadi. Peta banjir dengan berbagai periode banjir rencana akan sangat membantu bagi para pengambil kebijakan, karena dapat dipergunakan untuk mengetahui zonasi banjir sehingga dapat dibuat keputusan yang tepat untuk pembuatan konstruksi serta penyusunan tatakelolanya. Pemodelan numerik diperlukan guna proses penyusunan peta banjir pada suatu daerah aliran sungai (DAS) dimana data pendukungnya terdiri dari data hidrologi, data hidraulik, dan data geometri sungai maupun daratan di dalam DAS tersebut. Pemetaan banjir menggunakan Sistem Informasi Geografis (GIS) sangat bermanfaat untuk mengurangi efek terjadinya banjir. Tidak adanya peta resiko banjir (Hazards map) serta akibat kurangnya pengetahuan masyarakat akan daerah yang diindikasikan akan terjadi banjir, maka akan menjadi kendala dalam pengelolaan bencananya. Dalam kajian ini mengambil studi kasus penggal Bengawan Solo dari Jurug sampai dengan Cepu, dilakukan untuk mengkaji daerah daratan banjir untuk menyelamatkan potensi yang ada pada daerah dataran tersebut serta dapat menjadikan salah satu acuan bagi pengelola sungai dan pemangku kepentingan terkait dalam meminimalkan kerugian dari kejadian banjir tersebut. Kata kunci: Peta Genangan Banjir, Sistem Informasi Geografis (SIG), Model Numerik ABSTRACT The availability of inundation maps will greatly assist in efforts to minimize flood losses that occur. Flood maps with different periods of the flood plan will be helpful to policy makers, because it can be used to determine the flood zone so that appropriate decisions for the construction and preparation of the management. Numerical modeling is needed to facilitate process of preparing a map of flooding on the river basin (RB) in which the supporting data consisting of hydrological data, hydraulic data, and geometry data as well as inland rivers in the watershed. Flood mapping using Geographic Information System (GIS) is very useful to reduce the effects of flooding. The absence of flood risk map and the consequent lack of public knowledge that the area indicated will be a flood, it will be an obstacle in the management of disasters. In this study takes a location from Jurug Solo up to Cepu, conducted to assess the flood plain area to rescue the potential that exists in the plain area and can make a reference to stakeholders in minimizing the loss of flood events. Key words: Floodding area, Geographic Information Systems (GIS), Numerical modeling

Upload: chriz-kubang

Post on 05-Dec-2014

186 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

1 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

TERSEDIANYA PETA GENANGAN SEBAGAI SARANA MEMINIMALKAN

KERUGIAN AKIBAT BANJIR

Harianto1, Indah Sri Amini.2 Sarwono3 Balai Sungai, Pusat Litbang Sumber Daya Air, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum.

Jl. Solo-Kartasura Km.7 Surakarta. PO. Box 57101. Telp (0271) 719429 Email: [email protected]

ABSRAK Tersedianya peta genangan akan sangat membantu dalam upaya meminimalkan kerugian banjir yang terjadi. Peta banjir dengan berbagai periode banjir rencana akan sangat membantu bagi para pengambil kebijakan, karena dapat dipergunakan untuk mengetahui zonasi banjir sehingga dapat dibuat keputusan yang tepat untuk pembuatan konstruksi serta penyusunan tatakelolanya. Pemodelan numerik diperlukan guna proses penyusunan peta banjir pada suatu daerah aliran sungai (DAS) dimana data pendukungnya terdiri dari data hidrologi, data hidraulik, dan data geometri sungai maupun daratan di dalam DAS tersebut. Pemetaan banjir menggunakan Sistem Informasi Geografis (GIS) sangat bermanfaat untuk mengurangi efek terjadinya banjir. Tidak adanya peta resiko banjir (Hazards map) serta akibat kurangnya pengetahuan masyarakat akan daerah yang diindikasikan akan terjadi banjir, maka akan menjadi kendala dalam pengelolaan bencananya. Dalam kajian ini mengambil studi kasus penggal Bengawan Solo dari Jurug sampai dengan Cepu, dilakukan untuk mengkaji daerah daratan banjir untuk menyelamatkan potensi yang ada pada daerah dataran tersebut serta dapat menjadikan salah satu acuan bagi pengelola sungai dan pemangku kepentingan terkait dalam meminimalkan kerugian dari kejadian banjir tersebut.

Kata kunci: Peta Genangan Banjir, Sistem Informasi Geografis (SIG), Model Numerik

ABSTRACT

The availability of inundation maps will greatly assist in efforts to minimize flood losses that occur. Flood maps with different periods of the flood plan will be helpful to policy makers, because it can be used to determine the flood zone so that appropriate decisions for the construction and preparation of the management. Numerical modeling is needed to facilitate process of preparing a map of flooding on the river basin (RB) in which the supporting data consisting of hydrological data, hydraulic data, and geometry data as well as inland rivers in the watershed. Flood mapping using Geographic Information System (GIS) is very useful to reduce the effects of flooding. The absence of flood risk map and the consequent lack of public knowledge that the area indicated will be a flood, it will be an obstacle in the management of disasters. In this study takes a location from Jurug Solo up to Cepu, conducted to assess the flood plain area to rescue the potential that exists in the plain area and can make a reference to stakeholders in minimizing the loss of flood events. Key words: Floodding area, Geographic Information Systems (GIS), Numerical modeling

Page 2: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

2 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

PENDAHULUAN Berdasarkan Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Bencana Banjir, yang dimaksud dengan daerah rawan banjir adalah kawasan yang potensial untuk dilanda banjir yang diindikasikan dengan frekuensi terjadinya banjir (pernah atau berulangkali). Kawasan rawan bencana banjir meliputi kawasan dataran dan pesisir yang berfungsi sebagai kawasan budidaya. Biasanya ada keterkaitan antara pola penanganan kawasan rawan longsor dan rawan banjir, karena pola pengelolaan kawasan rawan longsor dibagian hulu, mempunyai dampak besar terhadap kawasan rawan banjir yang ada dibagian hilir. Tipologi kawasan rawan banjir dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu pada kawasan lindung dan kawasan budidaya. Daerah aliran sungai adalah sistem dinamis yang dibentuk oleh susunan kompleks dari aliran antara air tanah dan lingkungan. Pada dasarnya tiga aliran yang saling berhubungan, tidak hanya air tetapi juga sedimen dan polusi. Faktor yang mempengaruhi terjadinya banjir adalah topografi daerah tangkapan air. Tangkapan curah hujan sangat bergantung pada karakteristik tanah, seperti kapasitas penyimpanan air dan tingkat infiltrasi, jenis dan kepadatan tutupan vegetasi dan karakteristik lahan juga penting untuk memahami respon curah hujan. Degradasi lingkungan ditambah dengan pembangunan perkotaan yang tidak terkendali di zona resiko tinggi terendam banjir seperti pada daerah bantaran sungai mengarah ke meningkatnya daerah yang berpotensi rawan banjir. Banjir merupakan bencana lingkungan yang umum di DAS Bengawan Solo dan banjir besar sering terjadi secara teratur di cekungan sungai dari tiga bagian dari Bengawan Solo yaitu Bengawan Solo Hulu, Bengawan Solo Hilir dan Kali Madiun. Berubahnya intensitas hujan serta penutup lahan di indikasikan membuat kejadian banjir semakin sering terjadi. Penyediaan peta resiko banjir bagi petani, industri, kabupaten serta pengelola sungai sangat membantu untuk menekan kerugian akibat banjir. Kejadian banjir bulan Desember 2007 merupakan kejadian banjir besar sebagaimana tahun 1966 dan tahun 1994 di Bengawan Solo dan anak-anak sungainya, yang mengakibatkan areal tergenang mencapai ± 45.000 ha meliputi wilayah Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Sragen, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik, ditambah kota Surakarta, akibat yang ditimbulkan dengan terjadinya banjir di Wilayah Sungai (WS) Bengawan Solo adalah rusaknya berbagai fasilitas umum serta kerugian-kerugian yang ditimbulkannya antara lain :

1) Rusaknya prasarana pengairan (bendung, jaringan irigasi, tanggul, parapet, dll). 2) Rusaknya prasarana transportasi (jalan, jembatan, dll). 3) Rusaknya prasarana fasilitas umum (tempat ibadah, gedung sekolah, dll). 4) Rusaknya lingkungan pemukiman dan pertanian (rumah tinggal, sawah, tambak, dll). 5) Kegagalan panen dan berkurangnya penghasilan petani. 6) Hilangnya harta benda penduduk. 7) Timbulnya gangguan kesehatan. 8) Timbulnya korban jiwa manusia. 9) Terganggunya pelaksanaan kelancaran pelaksanaan pendidikan.

Pemetaan banjir menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) sangat bermanfaat untuk mengurangi efek terjadinya banjir. Tidak adanya peta resiko banjir mengakibatkan kurangnya pengetahuan masyarakat akan daerah yang diindikasikan akan terjadi banjir. Untuk itu dalam kegiatan ini dilakukan pengkajian daerah daratan banjir untuk menyelamatkan potensi yang ada pada daerah daratan tersebut serta dapat menjadikan salah satu acuan bagi pengelola sungai dan Pemerintah Kota dalam meminimalisasi kerugian dari kejadian banjir tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

1) Dataran Banjir Bengawan Solo

Sesuai dengan Peraturan Menteri PU No.63/PRT/1993 Pasal 15 ayat 2 tentang Garis Sempadan Sungai, Batas daerah penguasaan sungai yang berupa daerah retensi ditetapkan 100 (seratus) meter dari elevasi di sekeliling daerah genangan, sedangkan yang berupa banjir rencana dataran banjir ditetapkan berdasarkan debit banjir rencana sekurang-kurangnya periode ulang 50 (lima puluh) tahunan.

2) Daur Hidrologi

Siklus hidrologi merupakan proses kontinyu dimana air bergerak dari bumi ke atmosfer dan kemudian kembali ke bumi lagi. Siklus Hidrologi adalah proses yang diawali oleh penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar. Air menguap ke udara dari

Page 3: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

3 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba di permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba kepermukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh tumbuhan di mana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan dahan ke permukaan tanah. Sebagian air hujan yang akan tiba ke permukaan tanah akan masuk kedalam tanah (infiltrasi). Bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk – lekuk permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah–daerah rendah, masuk ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan tiba ke laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali keudara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah keluar kembali ke sungai-sungai aliran intra. Tetapi sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah – daerah yang rendah disebut limpasan air tanah. Jadi sungai mengumpulkan 3 jenis limpasan, yakni limpasan permukaan, aliran intra. Dan limpasan air tanah yang akhirnya akan mengalir ke laut. Gambar.1.

Sumber : Chow, V.T. 1988

Gambar 1. Daur Hidrologi

3) Hujan

Hujan (presipitasi) adalah produk dari awan yang turun berbentuk air hujan ataupun salju. Air selalu ada di atmosfer, bahkan pada hari-hari yang tak berawan. Untuk terjadinya hujan di perlukan beberapa mekanisme guna mendinginkan udara sehingga cukup menjadikannya jenuh atau mendekati jenuh. Pendinginan yang diperlukan oleh hujan dalam jumlah besar diperoleh dari pengangkatan udara. Pengangkatan ini terjadi oleh suatu sistem konvektif yang di hasilkan dari ketidaksamaan pemanasan atau pendinginan permukaan bumi dan atmosfer atau oleh konvergensi rintangan-rintangan orografik. Tetapi, kejenuhan belum tentu menghasikan hujan.

4) Penelusuran banjir Pada waktu debit dalam saluran meningkat, ketinggian permulaan air juga akan meningkat dan bersamaan dengan itu meningkat pula volume air yang untuk sementara tersimpan didalam saluran. Pada saat banjir mereda, suatu volume air yang sama harus dilepaskan dari penampungnya. Akibat dasar waktu (time base) suatu gelombang banjir yang bergerak kabagian hilir saluran menjadi panjang dan puncaknya menjadi turun.

Daerah dataran banjir adalah daerah dataran rendah di kiri dan kanan alur sungai, dimana elevasi muka tanahnya sangat landai dan relatif datar, sehingga aliran air menuju sungai sangat lambat, yang mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir, baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal di daerah tersebut. Kawasan ini umumnya terbentuk dari endapan lumpur yang sangat subur, dan terdapat di daerah tepi kanan dan kiri alur sungai atau bagian hilir sungai. Daerah dataran banjir di DAS Bengawan Solo umumnya merupakan daerah kawasan pengembangan (pembudidayaan) seperti permukiman, pertanian dan pusat kegiatan perdagangan dan industri.

Kawasan ini yang tumbuh dan berkembang pesat seiring dengan derap pembangunan nasional selama ini, ternyata memacu laju urbanisasi. Jumlah penduduk di kawasan perkotaan yang meningkat dengan cepat berakibat lahan dataran banjir yang sebenarnya rawan terhadap genangan banjir, dibudidayakan menjadi tempat pemukiman perkotaan, pemusatan perdagangan dan kegiatan ekonomi. Sementara adanya resiko tergenang air akibat banjir tampak kurang mendapat perhatian. Sebagaimana diketahui terjadinya banjir dan genangan selain akibat hujan setempat dengan intensitas yang tinggi, terjadinya genangan juga sebagai akibat kurang mampunya sarana pengendali banjir yang ada dan drainase perkotaan yang tidak berfungsi dengan baik. Peristiwa tersebut membuktikan bahwa meskipun masalah banjir dan

Page 4: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

4 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

genangan telah ditangani dengan membangun prasarana dan sarana fisik pengendali banjir dan sistem drainase (structural measures) ternyata resiko terjadinya genangan di lahan yang berupa dataran banjir tetap ada.

Prasarana dan sarana fisik pengendali banjir dan sistem drainase memang tidak mengubah/menciptakan dataran banjir terbebas dari banjir dan genangan sepenuhnya, karena seluruhnya prasarana dan sarana fisik dibangun berdasarkan besaran banjir tertentu sesuai kelayakannya, dan bukan untuk banjir terbesar untuk Bengawan Solo digunakan Q10th untuk desain tanggulnya. Berapa pun tingkat pengendalian banjir yang dipakai, kemungkinan terjadinya banjir lebih besar dari yang dikendalikan untuk setiap tahun masih ada sehingga dataran banjir tetap beresiko tergenang banjir. Masalahnya adalah bagaimana mengupayakan agar kemungkinan terjadinya genangan atau resiko tersebut menjadi sekecil mungkin. Namun perlu diingat bahwa semakin kecil resiko yang diinginkan maka semakin besar pula biaya investasi prasarana dan sarana yang harus dikeluarkan.

Sesuai pedoman yang ada, prasarana dan sarana pengendali banjir di Indonesia di desain dengan debit banjir berkisar antara 5 s/d 100 tahunan, sedang untuk sistem drainase berkisar antara 2 s/d 10 tahunan. Upaya apa pun yang ditempuh dalam rangka mengatasi masalah banjir, tujuan utamanya adalah untuk menekan besarnya bencana/kerusakan/ kerugian yang menyangkut harta benda maupun jiwa yang diderita oleh masyarakat akibat terjadinya banjir dan genangan (flood damage mitigation).

5) Pembuatan Peta Resiko Banjir Pengelolaan dataran banjir memerlukan peta resiko banjir untuk mencegah dan menghindari dampak bencana banjir. Pembuatan peta resiko banjir harus memperhatikan standar tertentu yang harus mudah dibaca oleh semua orang. Publikasi peta resiko banjir sangat penting dan memiliki banyak manfaat bagi pelaku ekonomi, sosial, dan lingkungan, oleh karena itu data dan informasi yang diperlukan untuk membuat peta tersebut harus yang aktual, dikumpulkan dan selanjutnya dievaluasi untuk mendapatkan peta resiko banjir yang akurat.

Data-data dan informasi yang ada pada peta tersebut adalah :

a) Lokasi dengan tanda/warna tertentu di daerah banjir dengan kedalaman tertentu, seperti: • kedalaman 0 - 0,5 meter • kedalaman 0,5 - 1,0 meter • Kedalaman 1,0 meter lebih.

b). Luas daerah dataran banjir. c). Jumlah rumah di daerah tersebut d). Jumlah penduduk di daerah tersebut. e). Skala peta 1 : 10.000 s.d. 1 : 50.000 f). Periode ulang kemungkinan banjir 10, 20, 50 dan 100 tahun. g). Jaringan jalan, sungai, banjir kanal, stasiun pompa, waduk, nama kelurahan/kecamatan.

Tingkat kerawanan terhadap genangan pada lahan di dataran banjir hasilnya akan bervariasi, tergantung pada ketinggian/elevasi permukaan tanah setempat. Dengan menggunakan peta kontur ketinggian permukaan tanah serta melalui analisis hidrologi, hidrolika dan dengan pemodelan numerik, maka selanjutnya dapat dilakukan pembagian lahan di dataran banjir menurut tingkat kerawanannya terhadap genangan banjir.

Pembagian zonasi dataran banjir ini selanjutnya akan dipakai sebagai masukan untuk penataan ruang sedemikian rupa sehingga peruntukan/penggunaan lahan dapat disesuaikan dengan tingkat kerawanannya terhadap resiko genangan banjir.

Dengan mengikuti rencana tata ruang maka resiko terjadinya bencana/kerusakan/ kerugian akibat genanggan banjir yang diderita oleh masyarakat yang membudidayakan dataran banjir dapat diminimalis.

6) Karakteristik Daerah Dataran Banjir Bengawan Solo: a) Topografi dataran banjir Bengawan Solo merupakan daerah dataran rendah, landai dengan elevasi muka tanah

relatif datar dari muka air normal sungai tersebut, sehingga aliran air di daerah tersebut lambat, dan atau tidak dapat mengalir secara gravitasi ke sungai.

b) Tingkat permeabilitas tanah rendah, infiltrasi kecil dan limpasan besar, muka air tanah tinggi, resapan air kecil;

Faktor-faktor ekonomi sosial dan lingkungan menjadi bahan pertimbangan teknis dalam pengelolaan dataran banjir, dan beberapa faktor yang menentukan tingkat resiko banjir meliputi:

1) Besarnya banjir/genangan yaitu kedalaman dan kecepatan aliran banjir; 2) Efektifnya waktu peringatan banjir; 3) Kesiapan menghadapi banjir; 4) Kecepatan naiknya elevasi banjir;

Page 5: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

5 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

5) Lamanya genangan; 6) Halangan-halangan aliran air banjir; 7) Tingkat kerusakan bencana banjir; 8) Masalah evakuasi bila terjadi banjir.

METODOLOGI 1) Pengumpulan Data

a) Data hidrologi

Data hidrologi yang diperlukan adalah data yang dipergunakan untuk pembuatan hidrograf banjir pada sungai terkait. Pembuatan hidrograf banjir sungai dilakukan dengan pendekatan analisa hidrologi yang tersedia. Sedangkan selain dengan cara tersebut dapat pula dilakukan dengan menggunakan model hidrologi HEC.HMS. Model ini memerlukan data pendukung seperti model daerah aliran sungai serta kondisi sub das, curah hujan, data hujan maksimum tahunan di analisis berdasar luas masing masing sub DAS menjadi data hujan rata-rata tahunan

b) Data hidraulik

Dalam melakukan simulasi banjir diperlukan data geometri, data aliran dan data situasi daerah aliran sungai. Data geometri berhubungan dengan topografi alur sungai meliputi garis tengah alur, tebing-tebing sungai, bantaran banjir dan tampang melintang di sepanjang alur sungai, serta adanya bangunan-bangunan sungai seperti adanya jembatan dan bangunan-bangunan lainnya.

c) Data untuk menentukan dataran banjir dan visualisasi

Dalam program ArcView untuk menentukan dan memvisualisasikan wilayah yang terkena banjir diperlukan data secara detail kondisi eksisting lahan dan mengidentifikasikan secara akurat bangunan dan fasilitas yang dipengaruhi oleh air. Data yang diperlukan untuk menentukan dataran banjir sama dengan yang digunakan untuk keperluan program HEC RAS yaitu data digital orthophotograph dan data coverage (yang menyatakan gedung-gedung, jalan, rel kereta api, dll).

2) Pengolahan data a) Mengumpulkan atau pengukuran penampang melintang sungai. b) Mengentri data atau memasukkan data penampang melintang sesuai dengan koordinat pengukuran. c) Overlay atau menggabungkan antara data penampang melintang dengan data bantaran sungai yang

diidentifikasikan akan terjadi banjir. d) Simulasi dengan menggunakan Hec Ras dan Geo Ras dengan berbagai sekenario. e) Penggambaran daerah yang tergenang banjir. f) Identifikasi daerah yang tergengang dengan memilah daerah berdasarkan :

• Desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi • Luas daerah genangan. • Elevasi daerah genangan. • Tata guna lahan yang tegenang.

TAHAPAN KEGIATAN 1). Penyusunan Peta Resiko Banjir.

a) Studi literatur dan pengumpulan data sekunder (buku, jurnal, data podes, peta dasar, peta geologi, peta tatagunalahan, peta tanah, peta morfologi, data demografi dan monografi)

b) Analisis resiko bencana berdasarkan ancaman yang ada sebagai dasar awal untuk melangkah dalam melakukan analisis resiko berbasis peta/GIS

c) Penentuan parameter berdasarkan data-data primer dan sekunder (parameter ancaman, parameter kerentanan dan parameter kapasitas).

d) Pengambilan data primer di lapangan e) Penyusunanan database dan data spasial dalam Sistem Informasi Geografis f) Skoring dan pembobotan pada setiap parameter g) Pembuatan Peta Tematik dengan metode tumpang susun (overlay) meliputi Peta Ancaman, Peta Kerentanan,

Peta Kapasitas h) Pembuatan peta resiko bencana dengan metode tumpang susun dari total ancaman, total kerentanan dan total

kapasitas.

Page 6: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

6 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

2) Analisis Profil Muka Air Sungai dengan HEC RAS HEC-RAS dipergunakan untuk perhitungan hidraulik satu dimensi untuk jaringan sungai/aliran alam dan buatan. Dalam program ini dikenal dua jenis tipe aliran yaitu aliran tetap (steady flow) dan aliran tidak tetap (unsteady flow).

Aliran tetap adalah aliran dimana kedalaman air (h) tidak berubah menurut waktu atau dapat di anggap tetap dalam suatu interval waktu, dengan demikian kecepatan aliran juga tidak berubah menurut waktu, jadi ∂h/∂t = 0; ∂u/∂t = 0.

Aliran tidak tetap adalah apabila kedalaman air (h) berubah menurut waktu : ∂h/∂t ≠ 0, demikian pula dengan kecepatannya berubah menurut waktu : ∂u/∂t ≠ 0. Dalam banyak hal, pemilihan aliran sering menganggap aliran tetap karena lebih sederhana.

a) Profil muka air aliran

Profil muka air aliran juga dikenal untuk aliran tetap dan aliran tidak tetap. HEC-RAS melakukan perhitungan profil muka air satu dimensi untuk aliran tetap berubah lambat laun pada saluran alam dan buatan, dengan kondisi subkritis, superkritis, dan sistem gabungan. Adapun untuk penelusuran muka air untuk aliran tak tetap lebih didasarkan pada persamaan kontinuitas dan momentum.

b) Persamaan dasar

Profil muka air dihitung dari Penampang melintang satu ke Penampang melintang berikutnya diselesaikan dengan persamaan energi yang dinamakan standar tahapan. Komponen Dalam Persamaan Energi disajikan pda Gambar 2.

Persamaan energi yang dipergunakan sebagai berikut:

eh

gVzY

gVzY +

⋅++=

⋅++

22

211

11

222

22αα

..........................................(1.1)

Dimana:

Y1, Y2 = tinggi kedalaman pada penampang melintang 1 dan 2

z1, z2 = elevasi dasar saluran pada penampang melintang 1 dan 2

α1, α2 = koefisien kecepatan

g = gravitasi

he = kehilangan energi

Sumber : ”Manual Book HEC RAS”

Gambar 2. Komponen Dalam Persamaan Energi

Tinggi energi yang hilang (he) antara 2(dua) penampang melintang disebabkan dari kehilangan akibat gesekan dan kehilangan akibat penyempitan atau pelebaran. Persamaan tinggi hilang tersebut adalah sebagai berikut:

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡ ⋅−

⋅⋅+⋅=

gV

gVcSLh fe 22

211

222 αα

................................................(1.2)

Dimana:

Page 7: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

7 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

L = panjang bidang gesekan dari 2 titik pengamatan

fS = kemiringan rata-rata antara 2 (dua) penampang melintang c = koefisien kehilangan akibat penyempitan dan pelebaran

L dihitung dengan rumus

robchlob

robrobchchloblob

QQQQLQLQLL

++⋅+⋅+⋅

=.........................................................(1.3)

Dimana :

robchlob LLL ,, = panjang bidang gesekan antara 2 (dua) penampang melintang untuk aliran di sebelah kiri tanggul, tengah saluran dan kanan tanggul

robchlob QQQ ,, = debit aliran di bagian kiri tanggul, tengah saluran dan kanan tanggul

c) Perhitungan debit pada penampang melintang di setiap bagian aliran sungai

Penentuan untuk debit total dan koefisien kecepatan untuk sebuah penampang melintang membutuhkan pembagian aliran menjadi unit-unit karena kecepatan aliran tidak terdistribusi secara merata. Pada HEC-RAS pendekatan yang digunakan adalah pembagian area pada bagian wilayah tanggul dengan menggunakan batasan-batasan nilai-nilai n yang ada pada penampang melintang tersebut (lokasi dimana nilai n berubah) sebagai dasar pembagian (Gambar 3). Debit yang dihitung pada masing-masing sub-sub area wilayah tanggul dihitung dengan rumus Manning adalah sebagai berikut:

2/1

fSKQ ⋅= ........................................................(1.4)

3/2486,1 RS

nK ⋅⋅=

........................................................(1.5)

Dimana :

K = koefisien pengaliran untuk sub-sub area n = koefisien kekasaran Manning untuk sub-sub area A = luas penampang basah (penampang melintang) sub-sub area R = radius hidraulik untuk sub-sub area

Program menjumlahkan semua aliran sub-sub area di tanggul untuk mendapatkan aliran kiri tanggul dan aliran kanan tanggul. Pada bagian aliran tengah, aliran dihitung secara normal sebagai sebuah elemen. Total aliran untuk penampang melintang tersebut pat dengan menjumlahkan 3 bagian aliran pada kiri, tengah dan kanan.

Sumber : ”Manual Book HEC RAS”

Gambar 3. Metode Pembagian Aliran pada HEC-RAS

Sebuah metode alternatif yang mungkin di dalam HEC-RAS adalah menghitung aliran di antara setiap titik koordinat di dalam sisi tanggul (Gambar 4). Aliran kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total aliran di sisi kiri tanggul dan di sisi kanan tanggul

Page 8: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

8 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

Sumber : ”Manual Book HEC RAS”

Gambar 4. Alternatif Metode pembagian aliran (model HEC2)

d) Koefisien Kekasaran Manning

Robert Manning mengemukakan sebuah rumus yang akhirnya di perbaiki menjadi rumus yang sangat dikenal sebagai berikut:

2/13/2 .496,1 SRn

v ⋅= ................................................. (1.6)

Dimana:

V = Kecepatan rata-rata (m/s) R = Jari-jari Hidrolik (m) S = Kemiringaan Energi n = Koefisien Kekasaran

Kesulitan terbesar dalam memperkirakan nilai manning, untuk mendapatkan nilai manning yang sesuai dengan di lapangan adalah dengan mensurvei daerah sungai. Suatu saluran tidak harus memiliki satu nilai n saja untuk setiap keadaan. Sebenarnya nilai n sangatlah bervariasi dan tergantung pada berbagai faktor. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh adalah:

e) Kekasaran permukaan

Kekasaran permukaan di tandai dengan ukuran dan bentuk butiran bahan yang membentuk luas penampang basah dan menimbulkan efek hambatan terhadap aliran. Pada sungai aluvial dimana butir-butir bahannya halus, seperti pasir, lempung, lanau efek hambatan jauh lebih kecil dari bahan dasarnya kerikil dan kerakal. Apabila bahan dasarnya halus maka relatif tidak berpengaruh terhadap aliran.

f) Tetumbuhan Tetumbuhan dapat digolongkan dalam jenis kekasaran permukaan, tetapi ini juga memperkecil kapasitas saluran dan menghambat aliran. Efek dari tumbuhan ini tergantung pada tinggi, kerapatan, distribusi dan jenis tetumbuhan yang ditaman. Semakin rapat dan tinggi akan semakin mempengaruhi laju aliran sungai dan mengurangi kapasitas sungai.

3) Pemodelan Dataran Banjir.

Secara teknis studi dataran banjir adalah melakukan kegiatan pemodelan hidrologi dan hidraulik untuk mendapatkan gambaran daerah-daerah yang terkena dampak banjir pada daerah dataran banjir. Untuk model hidraulik dengan menggunakan pendekatan satu dimensi (1-D), aliran air diasumsikan terjadi pada satu dimensi ruang yang dominan terjadi pada tengah-tengah saluran utama menuju ke hilir. Masalah geometri yang dinyatakan dalam model dengan penampang melintang saluran dan penampang melintang dataran banjir yang tegak lurus terhadap garis sungai utama. Perhitungan perubahan elevasi air pada saluran dan debit aliran di sepanjang sungai diperoleh dari persamaan numerik St. Venant. Untuk model dengan menggunakan pendekatan 2-D dalam menyelesaikan perubahan elevasi air di saluran, rata-rata kecepatan pada setiap kedalaman pada 2-D menggunakan perhitungan grid dengan elemen terbatas, perbedaan terbatas, atau volume terbatas. Model 2-D adalah model yang sesuai untuk situasi dimana ada peluang terjadinya air banjir menyebar keluar dari saluran utama dan aliran dari overland.

Page 9: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

9 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

4) Zonasi Daratan Banjir

Zonasi daratan bajir dilakukan dengan memperkirakan daerah berdasarkan tataguna lahan yang berada pada daerah kanan kiri dari sungai. Pemilihan daerah zonasi daratan banjir berdasarkan atas banjir maksimum yang pernah terjadi. Pendekatan untuk mendapatkan gambaran yang menyerupai atau mendekati yang pernah terjadi di lakukan dengan menggunakan model numerik, dengan kalibrasi debit yang pernah melewati sungai tersebut dan dengan mengubah-ubah nilai kekasaran sungai maupun bantaran sungai.

5) Pemetaan Dataran Banjir dengan HEC GeoRAS dan GIS.

Pemetaan dataran banjir dilakukan dengan integrasi model hidraulik dengan GIS. Berbagai model untuk melakukan integrasi antara model simulasi dengan GIS telah banyak berkembang, sebagai salah satunya model yang mengintegrasikan antara model hidraulik dengan GIS yaitu HEC-GeoRAS yang mana telah dikembangkan oleh US Army. Selain itu juga dikembangkan model integrasi GIS dengan model hidrologi yang disebut HEC Geo-HMS

Geographic Information System (GIS) dalam Bahasa Indonesia disebut Sistem Infomasi Geografis secara konseptual dapat diilustrasikan sebagai sekumpulan bagan dari layer-layer peta, dimana setiap layer diregister terhadap layer yang lain. Masing-masing layer antara lain sebagai peta topografi, peta sungai, peta pos hujan, peta tanah, peta tataguna lahan, peta jaringan saluran, pipa, jalan dan lain sebagainya. Dengan penyambungan secara geografis, semua layer di SIG dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Gambar bagan alir pemetaan genangan banjir secara garis besar dapat diperiksa pada Gambar 5.

Gambar 5. Bagan alir Penyusunan Peta Genangan Banjir dengan Debit Rencana

PEMBAHASAN. Pemodelan dataran banjir merupakan suatu aktifitas pemodelan hidrologi dan hidraulik untuk menggambarkan daerah-daerah yang terkena dampak pada daerah dataran banjir. Berbagai model untuk melakukan integrasi antara model simulasi

Mulai

Kajian Landasan

TeoriTelaah

Pengumpulan Data

Data Hujan Maksimum

Harian

Data Topografi

Catchment Area

Data Geometri Sungai

Data Kejadian

Banjir

Uji Konsistensi

Analisa Frekuensi

Uji Kecocokan- Chi Square

- Smirnov Kolmogorov

Data Debit

Rencana

Peta Banjir dengan Debit

Rencana

Peta Kejadian Banjir Tahun

2007

Korelasi Kekasaran

Sungai

Hasil Analisis Kapasitas Waduk2

Kecil di DAS Bengawan Solo

Hasil Analisis Efektifitas Waduk

Wonogiri

ya

tidakya

Hujan Efektif Analisis Banjir Hec HMS

Analisis Numerik

Analisis Numerik

Page 10: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

10 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

dengan GIS telah banyak berkembang, salah satunya model yang mengintegrasikan antara model hidraulik dengan GIS adalah HEC-GeoRAS yang dikembangkan oleh US Army.

Pemodelan dataran banjir di Wilayah Bengawan Solo dilakukan pada sungai utama dan dibagi atas beberapa penggal sungai yaitu: antara Bendung Colo – Jembatan Jurug, Jembatan Jurug - Cepu, Cepu – Babat dan Babat – Ujungpangkah. Data geometri sungai yang dipergunakan meliputi data primer dan sekunder. Untuk penggal sungai antara Bendung Colo – Jembatan Jurug, dan Jembatan Jurug – Cepu menggunakan data pengukuran tahun. 2010, sedangkan data geometri sungai antara Cepu – Babat– Ujungpangkah (muara) menggunakan data pengukuran tahun 2011.

Hasil perhitungan untuk seluruh sub DAS di Bengawan Solo kemudian dipergunakan untuk running model numeric sehingga diketahui tinggi genangan serta luas genangan. Adapun hasil perhitungan debit rancangan untuk seluruh DAS Bengawan Solo dapat digambarkan menjadi data Debit masing masing sub DAS seperti pada Gambar 6 s/d Gambar 8 Gambar Grafik Debit anak sungai di dalam DAS Bengawan Solo.

Sumber : BBWS Bengawan Solo

Gambar 6. Gambar Grafik Debit Bengawan Solo Hulu

Pemodelan Dataran Banjir Bengawan Solo Untuk mendapatkan peta dataran banjir maka dilakukan GeoRAS post prosesing , suatu tahapan di mana kita akan pemproses dari data simulasi dari HECRAS menjadi dataran banjir. Apabila data telah diekspor kembali ke format ArcView maka selanjuynya adalah menggunakan program Geo Ras untuk mengolah data tersebut. ArcView menghasilkan gambar- gambar antara lain seperti dapat diperiksa pada Gambar 7 sampai dengan Gambar 9. yang dilengkapi dengan daftar potensi genangan yang terjadi pada Tabel 1 berikut ini.

Page 11: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

11 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

Sumber : Balai Sungai Gambar 7 Gambar Peta Genangan Banjir Bengawan Solo Hulu Debit Rencana 10Tahun

Sumber : Balai Sungai

Gambar 8. Gambar Peta Genangan Banjir Bengawan Solo Hulu Debit Rencana 25 Tahun

Page 12: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

12 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

Sumber : Balai Sungai

Gambar 9.. Gambar Peta Genangan Banjir Bengawan Solo Hulu Debit Rencana 50 Tahun

Tabel 1. Daerah Tergenang Bengawan Solo Hulu Debit Rencana 10th

No DESA KECAMATAN KABUPATEN PROPINSI LUAS (ha)

Letak Geografis

BT LS

1 Ngringo Jaten Karanganyar Jawa Tengah 0.180 110° 51' 42" 7° 34' 3"

2 Keprabon Banjarsari Kdy. Surakart Jawa Tengah 1.705 110° 49' 19" 7° 34' 0"

3 Timuran Banjarsari Kdy. Surakart Jawa Tengah 0.216 110° 49' 16" 7° 33' 60"

4 Gandekan Jebres Kdy. Surakart Jawa Tengah 27.550 110° 50' 38" 7° 34' 23"

5 Sewu Jebres Kdy. Surakart Jawa Tengah 26.070 110° 51' 15" 7° 34' 16"

6 Sudiroprajan Jebres Kdy. Surakart Jawa Tengah 3.314 110° 50' 22" 7° 34' 27"

7 Joyosuran Pasar Kliwon Kdy. Surakart Jawa Tengah 7.151 110° 49' 41" 7° 35' 28"

8 Kauman Pasar Kliwon Kdy. Surakart Jawa Tengah 3.238 110° 50' 18" 7° 34' 42"

9 Sangkrah Pasar Kliwon Kdy. Surakart Jawa Tengah 30.755 110° 50' 20" 7° 34' 36"

10 Semanggi Pasar Kliwon Kdy. Surakart Jawa Tengah 105.748 110° 50' 18" 7° 35' 13"

11 Joyotakan Seregan Kdy. Surakart Jawa Tengah 2.803 110° 49' 37" 7° 35' 35"

12 Balak Cawas Klaten Jawa Tengah 0.032 110° 43' 19" 7° 45' 41"

13 Gondangsari Juwiring Klaten Jawa Tengah 15.349 110° 46' 44" 7° 40' 38"

14 Serenan Juwiring Klaten Jawa Tengah 16.368 110° 46' 43" 7° 40' 16"

15 Taji Juwiring Klaten Jawa Tengah 0.422 110° 46' 49" 7° 39' 43"

16 Bener Wonosari Klaten Jawa Tengah 7.233 110° 47' 23" 7° 38' 36"

17 Sidowarno Wonosari Klaten Jawa Tengah 90.279 110° 47' 13" 7° 39' 9"

18 Langengharjo Baki Sukoharjo Jawa Tengah 38.774 110° 48' 17" 7° 36' 59"

19 Mancasan Baki Sukoharjo Jawa Tengah 3.338 110° 47' 59" 7° 38' 0"

20 Ngrombo Baki Sukoharjo Jawa Tengah 24.332 110° 47' 30" 7° 38' 18"

21 Kunden Bulu Sukoharjo Jawa Tengah 1.004 110° 49' 10" 7° 44' 53"

Page 13: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

13 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

22 Lengking Bulu Sukoharjo Jawa Tengah 213.905 110° 49' 9" 7° 44' 5"

23 Malangan Bulu Sukoharjo Jawa Tengah 15.850 110° 48' 24" 7° 43' 52"

24 Ngasinan Bulu Sukoharjo Jawa Tengah 103.335 110° 49' 26" 7° 44' 36"

25 Puron Bulu Sukoharjo Jawa Tengah 32.458 110° 48' 52" 7° 44' 46"

26 Grogol Grogol Sukoharjo Jawa Tengah 33.036 110° 49' 22" 7° 36' 14"

27 Kadokan Grogol Sukoharjo Jawa Tengah 211.812 110° 49' 52" 7° 36' 10"

28 Parangjoro Grogol Sukoharjo Jawa Tengah 39.434 110° 47' 49" 7° 38' 15"

29 Pondok Grogol Sukoharjo Jawa Tengah 102.878 110° 48' 15" 7° 37' 27"

30 Telukan Grogol Sukoharjo Jawa Tengah 86.707 110° 49' 17" 7° 36' 53"

31 Gadingan Mojolaban Sukoharjo Jawa Tengah 152.181 110° 51' 11" 7° 34' 55"

32 Laban Mojolaban Sukoharjo Jawa Tengah 35.408 110° 50' 1" 7° 35' 51"

33 Palur Mojolaban Sukoharjo Jawa Tengah 27.749 110° 51' 29" 7° 34' 17"

34 Plumbon Mojolaban Sukoharjo Jawa Tengah 11.602 110° 50' 31" 7° 35' 17"

35 Tegalmade Mojolaban Sukoharjo Jawa Tengah 26.833 110° 50' 2" 7° 36' 33"

36 Baran Nguter Sukoharjo Jawa Tengah 25.061 110° 51' 25" 7° 44' 47"

37 Cupit Nguter Sukoharjo Jawa Tengah 8.400 110° 53' 1" 7° 45' 4"

38 Karang Asem Nguter Sukoharjo Jawa Tengah 12.168 110° 51' 45" 7° 45' 0"

39 Lawu Nguter Sukoharjo Jawa Tengah 62.600 110° 50' 0" 7° 44' 4"

40 Nguter Nguter Sukoharjo Jawa Tengah 20.878 110° 52' 18" 7° 44' 59"

41 Pondok Nguter Sukoharjo Jawa Tengah 131.718 110° 50' 6" 7° 42' 49"

42 Tanjung Nguter Sukoharjo Jawa Tengah 179.150 110° 49' 34" 7° 42' 60"

43 Banmati Sukoharjo Sukoharjo Jawa Tengah 82.361 110° 49' 29" 7° 41' 42"

44 Begajah Sukoharjo Sukoharjo Jawa Tengah 14.212 110° 50' 57" 7° 42' 23"

45 Bulakan Sukoharjo Sukoharjo Jawa Tengah 34.702 110° 46' 53" 7° 40' 2"

46 Combongan Sukoharjo Sukoharjo Jawa Tengah 60.350 110° 49' 8" 7° 41' 41"

47 Jetis Sukoharjo Sukoharjo Jawa Tengah 49.357 110° 49' 40" 7° 41' 21"

48 Joho Sukoharjo Sukoharjo Jawa Tengah 17.719 110° 49' 51" 7° 41' 22"

49 Kenep Sukoharjo Sukoharjo Jawa Tengah 201.874 110° 48' 34" 7° 42' 10"

50 Kriwen Sukoharjo Sukoharjo Jawa Tengah 66.526 110° 47' 37" 7° 42' 0"

51 Mandan Sukoharjo Sukoharjo Jawa Tengah 68.934 110° 49' 54" 7° 42' 31"

52 Tangkisan Sukoharjo Sukoharjo Jawa Tengah 218.756 110° 48' 3" 7° 42' 30"

53 Dalangan Tawangsari Sukoharjo Jawa Tengah 324.911 110° 48' 46" 7° 43' 21"

54 Grejegan Tawangsari Sukoharjo Jawa Tengah 0.069 110° 47' 1" 7° 43' 44"

55 Kateguhan Tawangsari Sukoharjo Jawa Tengah 109.265 110° 47' 34" 7° 43' 38"

56 Majasto Tawangsari Sukoharjo Jawa Tengah 7.415 110° 47' 13" 7° 41' 58"

57 Pojok Tawangsari Sukoharjo Jawa Tengah 262.229 110° 47' 60" 7° 43' 1"

58 Ponowaren Tawangsari Sukoharjo Jawa Tengah 121.753 110° 46' 41" 7° 43' 3"

59 Tambakboyo Tawangsari Sukoharjo Jawa Tengah 59.921 110° 46' 53" 7° 41' 24"

60 Tegalsari Weru Sukoharjo Jawa Tengah 0.744 110° 44' 37" 7° 46' 25"

61 Jaten Selogiri Wonogiri Jawa Tengah 11.709 110° 52' 7" 7° 45' 8"

62 Nambangan Selogiri Wonogiri Jawa Tengah 19.597 110° 52' 29" 7° 45' 4"

63 Karangturi Gondangrejo Karanganyar Jawa Tengah 215.743 110° 52' 59" 7° 30' 44"

64 Kragan Gondangrejo Karanganyar Jawa Tengah 352.926 110° 53' 28" 7° 29' 55"

65 Plesungan Gondangrejo Karanganyar Jawa Tengah 381.386 110° 52' 40" 7° 31' 52"

66 Ngringo Jaten Karanganyar Jawa Tengah 6.075 110° 52' 56" 7° 33' 17"

67 Sroyo Jaten Karanganyar Jawa Tengah 18.701 110° 53' 25" 7° 31' 60"

68 Kebak Kebak Kramat Karanganyar Jawa Tengah 32.981 110° 53' 34" 7° 30' 55"

69 Kemiri Kebak Kramat Karanganyar Jawa Tengah 13.082 110° 53' 31" 7° 31' 8"

70 Pulosari Kebak Kramat Karanganyar Jawa Tengah 0.456 110° 55' 35" 7° 30' 32"

71 Waru Kebak Kramat Karanganyar Jawa Tengah 136.216 110° 54' 30" 7° 30' 14"

72 Gilingan Banjarsari Kdy. Surakarta Jawa Tengah 31.092 110° 50' 8" 7° 33' 5"

73 Jagalan Jebres Kdy. Surakarta Jawa Tengah 13.972 110° 51' 14" 7° 33' 41"

Page 14: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

14 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

74 Jebres Jebres Kdy. Surakarta Jawa Tengah 317.985 110° 52' 44" 7° 33' 7"

75 Mojosongo Jebres Kdy. Surakarta Jawa Tengah 32.019 110° 51' 33" 7° 32' 50"

76 Pucangsawit Jebres Kdy. Surakarta Jawa Tengah 91.267 110° 51' 52" 7° 33' 49"

77 Tegalharjo Jebres Kdy. Surakarta Jawa Tengah 13.939 110° 50' 31" 7° 33' 16"

78 Srawung Gesi Sragen Jawa Tengah 10.157 111° 1' 20" 7° 20' 58"

79 Tanggan Gesi Sragen Jawa Tengah 38.234 111° 0' 38" 7° 21' 36"

80 Dawung Jenar Sragen Jawa Tengah 43.948 111° 7' 5" 7° 20' 22"

81 Japoh Jenar Sragen Jawa Tengah 5.128 111° 4' 1" 7° 20' 8"

82 Kandang Sapi Jenar Sragen Jawa Tengah 6.794 111° 7' 14" 7° 20' 19"

83 Mlale Jenar Sragen Jawa Tengah 54.015 111° 5' 28" 7° 20' 53"

84 Jati Masaran Sragen Jawa Tengah 94.142 110° 55' 26" 7° 28' 6"

85 Karang Malang Masaran Sragen Jawa Tengah 11.508 110° 55' 6" 7° 28' 42"

86 Kliwonan Masaran Sragen Jawa Tengah 267.117 110° 54' 15" 7° 28' 19"

87 Krikilan Masaran Sragen Jawa Tengah 15.452 110° 56' 6" 7° 26' 50"

88 Pilang Masaran Sragen Jawa Tengah 189.034 110° 54' 50" 7° 27' 12"

89 Pringanom Masaran Sragen Jawa Tengah 245.006 110° 55' 32" 7° 27' 10"

90 Sidodadi Masaran Sragen Jawa Tengah 121.340 110° 54' 19" 7° 28' 55"

91 Karangudi Ngrampal Sragen Jawa Tengah 27.929 111° 1' 11" 7° 21' 8"

92 Klandungan Ngrampal Sragen Jawa Tengah 84.909 111° 3' 46" 7° 20' 28"

93 Dari Plupuh Sragen Jawa Tengah 184.198 110° 54' 34" 7° 26' 13"

94 Gedongan Plupuh Sragen Jawa Tengah 143.902 110° 54' 11" 7° 27' 29"

95 Gentan Banaran Plupuh Sragen Jawa Tengah 350.713 110° 56' 27" 7° 25' 34"

96 Jabung Plupuh Sragen Jawa Tengah 56.441 110° 53' 42" 7° 28' 12"

97 Karang Waru Plupuh Sragen Jawa Tengah 67.709 110° 54' 53" 7° 24' 39"

98 Karanganyar Plupuh Sragen Jawa Tengah 208.668 110° 55' 14" 7° 26' 13"

99 Karungan Plupuh Sragen Jawa Tengah 166.370 110° 55' 5" 7° 25' 14"

100 Plupuh Plupuh Sragen Jawa Tengah 117.198 110° 53' 58" 7° 26' 46"

101 Pungsari Plupuh Sragen Jawa Tengah 0.000 110° 53' 17" 7° 27' 53"

102 Sambirejo Plupuh Sragen Jawa Tengah 194.856 110° 54' 23" 7° 25' 40"

103 Sidokerjo Plupuh Sragen Jawa Tengah 75.588 110° 53' 32" 7° 28' 59"

104 Banaran Sambung Macan Sragen Jawa Tengah 246.237 111° 7' 45" 7° 21' 6"

105 Banyu Urip Sambung Macan Sragen Jawa Tengah 3.327 111° 6' 55" 7° 22' 1"

106 Bedero Sambung Macan Sragen Jawa Tengah 230.169 111° 6' 3" 7° 21' 9"

107 Cemeng Sambung Macan Sragen Jawa Tengah 262.647 111° 4' 48" 7° 21' 0"

108 Gringging Sambung Macan Sragen Jawa Tengah 4.500 111° 7' 10" 7° 22' 16"

109 Karanganyar Sambung Macan Sragen Jawa Tengah 1.951 111° 5' 25" 7° 21' 54"

110 Plumbon Sambung Macan Sragen Jawa Tengah 1.913 111° 5' 9" 7° 21' 47"

111 Bentak Sidoharjo Sragen Jawa Tengah 163.309 110° 56' 8" 7° 26' 19"

112 Jambanan Sidoharjo Sragen Jawa Tengah 107.329 110° 58' 57" 7° 24' 14"

113 Pandak Sidoharjo Sragen Jawa Tengah 385.669 110° 59' 57" 7° 23' 33"

114 Patihan Sidoharjo Sragen Jawa Tengah 179.689 110° 56' 55" 7° 25' 48"

115 Singopadu Sidoharjo Sragen Jawa Tengah 39.454 110° 59' 49" 7° 24' 30"

116 Sribit Sidoharjo Sragen Jawa Tengah 363.664 110° 58' 58" 7° 23' 40"

117 Taraman Sidoharjo Sragen Jawa Tengah 3.620 110° 58' 17" 7° 24' 21"

118 Tenggak Sidoharjo Sragen Jawa Tengah 335.136 110° 57' 40" 7° 24' 9"

119 Karang Tengah Sragen Sragen Jawa Tengah 131.985 111° 0' 34" 7° 24' 14"

120 Kedungupit Sragen Sragen Jawa Tengah 15.386 111° 0' 41" 7° 22' 8"

121 Sine Sragen Sragen Jawa Tengah 3.285 111° 0' 19" 7° 25' 29"

122 Sragen Kulon Sragen Sragen Jawa Tengah 0.600 111° 0' 22" 7° 25' 29"

123 Tangkil Sragen Sragen Jawa Tengah 97.659 111° 0' 41" 7° 23' 29"

124 Jati Tengah Sukodono Sragen Jawa Tengah 0.774 110° 58' 14" 7° 22' 28"

125 Newung Sukodono Sragen Jawa Tengah 225.376 110° 59' 24" 7° 22' 40"

Page 15: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

15 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

126 Katelan Tangen Sragen Jawa Tengah 19.449 111° 2' 2" 7° 20' 40"

127 Gabungan Tanom Sragen Jawa Tengah 0.150 110° 55' 13" 7° 24' 4"

128 Gawan Tanom Sragen Jawa Tengah 109.734 110° 56' 45" 7° 24' 36"

129 Jono Tanom Sragen Jawa Tengah 218.529 110° 55' 35" 7° 24' 31"

130 Kali Kobok Tanom Sragen Jawa Tengah 0.257 110° 55' 60" 7° 23' 21"

131 Kecik Tanom Sragen Jawa Tengah 179.359 110° 57' 6" 7° 24' 11"

132 Ketro Tanom Sragen Jawa Tengah 0.106 110° 54' 25" 7° 24' 6"

133 Padas Tanom Sragen Jawa Tengah 159.560 110° 56' 21" 7° 23' 51"

134 Pengkol Tanom Sragen Jawa Tengah 349.242 110° 58' 5" 7° 23' 5"

135 Slogo Tanom Sragen Jawa Tengah 75.744 110° 54' 48" 7° 24' 15"

136 Suwatu Tanom Sragen Jawa Tengah 88.076 110° 56' 49" 7° 23' 24"

137 Tanon Tanom Sragen Jawa Tengah 38.676 110° 56' 33" 7° 23' 16"

138 Palur Mojolaban Sukoharjo Jawa Tengah 21.154 110° 52' 22" 7° 34' 13"

139 Bangunrejo Kidul Kedungalar Ngawi Jawa Timur 18.740 111° 18' 52" 7° 22' 11"

140 Gemarang Kedungalar Ngawi Jawa Timur 3.978 111° 20' 55" 7° 22' 52"

141 Jengkrik Kedungalar Ngawi Jawa Timur 18.703 111° 20' 23" 7° 22' 44"

142 Kawu Kedungalar Ngawi Jawa Timur 68.503 111° 21' 42" 7° 22' 53"

143 Palang Lor Kedungalar Ngawi Jawa Timur 0.283 111° 18' 0" 7° 22' 21"

144 Bangunrejo Mantingan Ngawi Jawa Timur 31.666 111° 11' 7" 7° 21' 17"

145 Jatimulyo Mantingan Ngawi Jawa Timur 161.724 111° 9' 13" 7° 21' 2"

146 Mantingan Mantingan Ngawi Jawa Timur 106.688 111° 9' 27" 7° 21' 48"

147 Sambirejo Mantingan Ngawi Jawa Timur 1.167 111° 10' 1" 7° 22' 31"

148 Sekarjati Mantingan Ngawi Jawa Timur 142.874 111° 10' 28" 7° 21' 28"

149 Sri Wedari Mantingan Ngawi Jawa Timur 152.061 111° 10' 50" 7° 21' 40"

150 Grudo Ngawi Ngawi Jawa Timur 81.521 111° 25' 58" 7° 23' 46"

151 Margomulyo Ngawi Ngawi Jawa Timur 26.721 111° 26' 24" 7° 23' 39"

152 Ngawi Ngawi Ngawi Jawa Timur 35.486 111° 27' 22" 7° 23' 22"

153 Watualang Ngawi Ngawi Jawa Timur 64.207 111° 24' 36" 7° 23' 32"

154 Kebon Paron Ngawi Jawa Timur 21.793 111° 22' 57" 7° 23' 36"

155 Ngale Paron Ngawi Jawa Timur 22.697 111° 22' 29" 7° 23' 16"

156 Bangunrejo Lor Pitu Ngawi Jawa Timur 59.287 111° 18' 34" 7° 21' 43"

157 Banjarbanggi Pitu Ngawi Jawa Timur 43.756 111° 20' 3" 7° 22' 21"

158 Cantel Pitu Ngawi Jawa Timur 5.066 111° 21' 32" 7° 21' 52"

159 Dumplengan Pitu Ngawi Jawa Timur 58.963 111° 25' 36" 7° 23' 12"

160 Kalang Pitu Ngawi Jawa Timur 31.017 111° 23' 33" 7° 23' 29"

161 Karanggeneng Pitu Ngawi Jawa Timur 50.376 111° 20' 57" 7° 22' 11"

162 Ngancar Pitu Ngawi Jawa Timur 26.352 111° 22' 40" 7° 22' 56"

163 Papungan Pitu Ngawi Jawa Timur 0.021 111° 21' 10" 7° 21' 46"

164 Pitu Pitu Ngawi Jawa Timur 28.552 111° 24' 39" 7° 23' 8"

165 Selopuro Pitu Ngawi Jawa Timur 18.188 111° 26' 37" 7° 23' 26"

166 Gendingan Widodaren Ngawi Jawa Timur 5.694 111° 13' 23" 7° 21' 52"

167 Karang Banyu Widodaren Ngawi Jawa Timur 25.848 111° 15' 5" 7° 22' 7"

168 Kauman Widodaren Ngawi Jawa Timur 33.885 111° 12' 38" 7° 21' 33"

169 Mengger Widodaren Ngawi Jawa Timur 0.195 111° 13' 18" 7° 21' 50"

170 Sidolaju Widodaren Ngawi Jawa Timur 68.658 111° 16' 13" 7° 22' 17"

171 Widodaren Widodaren Ngawi Jawa Timur 36.956 111° 14' 6" 7° 21' 57"

Untuk melihat apa saja lahan yang tergenang lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 1 dan Grafik 2 berikut ini.

Page 16: Harianto Sungai Makalah Peta Genangan Banjir

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air

 

16 Pusat Litbang Sumber Daya Air

 

Sumber: Hasil analisa

Grafik 1. Tataguna lahan yang tergenang dalam Ha 1.3

Sumber: Hasil analisa

Grafik 2. Grafik Luas Genangan dalam Ha KESIMPULAN

1. Tersedianya peta genangan banjir Bengawan Solo, memudahkan pembagian daerah-daerah yang rawan banjir, sehingga akan memudahkan penanganannya pada saat sebelum, saat terjadi dan paska terjadinya banjir.

2. Pemodelan numerik menggunakan data geometri sungai bervariasi dari hasil pengukuran tahun 1994, 2006, 2009, 2010 dan 2011.

3. Pemodelan numerik tahun 2011 ini menghasilkan peta genangan banjir dengan banjir rencana dari rencana (Q)2 tahun sampai rencana (Q)200 tahun.

DAFTAR PUSTAKA Anggrahini. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Surabaya. CV. Citra Media Surabaya. Chow, V.T. Applied Hydrology. Mc. Graw-Hill Book Company. Chow, V.T. Open Channel Hydraulics. Mc. Graw-Hill Book Company. Ginting S. H. 2010. Analisis Profil Muka Air Sungai Dengan HEC-RAS. Bandung. Balai Hidrologi dan Tata Air

Puslitbang SDA. Ginting S. H. 2010. Pemetaan Dataran Banjir Dengan HEC-GEORAS dan GIS. Bandung. Balai Hidrologi dan

Tata Air Puslitbang SDA. Montarcih L, 2009. Hidrologi Teknik Sumber Daya Air. CV. Asrori Malang. Mulyantari, F. 2007. Pengelolaan Banjir Terpadu. Bandung. Balai Hidrologi dan Tata Air Puslitbang SDA. Triatmodjo B. 2009. Hidrologi Terapan. Yogyakarta. Beta Offset Yogyakarta. Balai Sungai, 2011. Penelitian Pengelolaan Bencana Banjir Bengawan Solo