makalah konsep teknologi film

37
MAKALAH KONSEP TEKNOLOGI “PENGERTIAN TEKNOLOGI DAN DAMPAKNYA DALAM BIDANG PERFILMAN” oleh: Jenrinaldo Yohanes Silaen Nim: DBD 115 034 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK

Upload: jenrinaldo-silaen

Post on 04-Jan-2016

309 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Konsep Teknologi Film

MAKALAH KONSEP TEKNOLOGI

“PENGERTIAN TEKNOLOGI DAN DAMPAKNYA DALAM BIDANG PERFILMAN”

oleh:

Jenrinaldo Yohanes Silaen

Nim: DBD 115 034

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2015

Page 2: Makalah Konsep Teknologi Film

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kasih serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga penyusun berhasil menyelesaikan makalah ini yang Puji Tuhan selesai tepat pada waktunya yang berjudul “PENGERTIAN KONSEP TEKNOLOGI DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PERFILMAN”

Makalah ini berisikan tentang Pengertian Teknologi Dan Penerapannya Dalam Bidang Perfilman atau yang lebih khususnya membahas Pengertian Teknologi dan Dampaknya Dalam bidang Perfilman, serta perkembangan perfilman di Indonesia.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua mengenai Pengertian Teknologi dan Penerapannya Dalam Bidang Perfilman. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempura, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun diharapkan dalam menyempurnakan makalah ini

Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada Ibu Neny Sukmawatie, S.Hut, M.P. yang telah membimbing dan membina mata kuliah Konsep Teknologi. Semoga Tuhan YME memberkati segala usaha kita. Amin.

Palangka Raya, 20 September 2015

Jenrinaldo Yohanes Silaen

i

Page 3: Makalah Konsep Teknologi Film

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.....................................................................i

DAFTARISI........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang...............................................................11.2 Rumusan Masalah..........................................................11.3 Tujuan............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN2.1 Pengertian Konsep Teknologi.......................................22.2 Pengertian Film.............................................................32.3 Sejarah Dan Perkembangan Film Di Dunia..................42.4 Sejarah Dan Perkembangan Film Di Indonesia............62.5 Perkembangan Teknologi Dalam Bidang Perfilman...11

BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan..................................................................21

DAFTAR PUTASTAKA.................................................22

ii

Page 4: Makalah Konsep Teknologi Film

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Film merupakan sesuatu yang sudah dikenal oleh seluruh orang di seluruh belahan dunia. Hampir setiap negara sudah dapat memproduksi film nasional atau fim dekumenter yang berkaitan dengan sejarah atau peristiwa penting bagi sejarah bangsa itu sendiri.

Film merupakan media campuran dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian. Ia cangkokan dari perkembangan teknologi fotografi dan rekaman suara, juga dari berbagai kesenian baik seni rupa, teater, sastra, arsitektur hingga musik.

Di zaman sekarang ini, Film merupakan salah satu hiburan yang dapat diakses dengan mudah. Masyarakat sudah tidak asing lagi menonton film, baik di televisi, bioskop, maupun melalui media-media tradisional seperti layar tancap. Masyarakat bisa setiap hari menonton film lebih dari satu judul film, ini dikarenakan kecanggihan teknologi sudah semakin maju.

Berbagai macam film sudah beredar dimasyarakat, dari mulai film documenter yang berkaitan dengan sejarah, hingga film-film animasi untuk kanak-kanak, tinggal bagaimana masyarakat bisa memilih tontonan film yang sesuai dengan usianya.

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dari makalah ini, antara lain:

a. Apa pengertian dari Konsep Teknologi?b. Apa itu flm?c. Bagaimana sejarah dan perkembangan film di dunia?d. Bagaimana sejarah dan perkembangan film di Indoensia?

1.3 TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:

a. Memberikan informasi tentang pengertian konsep teknologi dan dampaknya dalah bidang bidang perfilman.

b. Untuk mengetahui pengertian film.c. Dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak tertentu yang memerlukan.

1

Page 5: Makalah Konsep Teknologi Film

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsep Teknologi

Konsep : Ide/pendapat yng akan dimunculkan melalui peristiwa nyata.

Teknologi : Ilmu tentang cara penerapan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan umat manusia

KONSEP TEKNOLOGI : Ide yang akan dimunculkan pada peristiwa nyata(waktu) melalui kemampuan teknik untuk memanfaatkan alam bagi esejahteraan uma manusia.

Definisi Teknologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 1158), Teknologi adalah ; 1) Metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan 2) Keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Djoyohadikusumo (1994, 222), teknologi berkaitan erat dengan dunia sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan demikian teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains merujuk pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.

Jaques Ellul (1967; 1967) memberi arti teknologi sebagai “keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia”. Pengertian Teknologi secara umum adalah:

- Sebuah proses yang meningkatkan nilai tambah;- Sebuah produk yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan

meningkatkan kinerja;- Sebuah struktur atau sistem dimana proses dan produk itu dikembangkan

dan digunakan;

2

Page 6: Makalah Konsep Teknologi Film

2.2 Pengertian Film

Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak.

Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya.

Pengertian film menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:

- Selaput yang terbuat dari seluloid untuk tempat negatif yang dari situ dibuat potretnya, tempat gambar positif yang akan dibuat di bioskop.

- Gulungan serangkaian gambar-gambar yang diambil dari objek-objek yang bergerak dan akhirnya proyeksi dari hasil pengambilan gambar tersebut.

- Cerita yang diputar di bioskop.

Film mempunyai banyak pengertian yang masing-masing artinya dapat dijabarkan secara luas. Film merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak mengungapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh.

Film sendiri dapat juga berarti sebuah industri, yang mengutamakan eksistensi dan ketertarikan cerita yang dapat mengajak banyak orang terlibat. Film berbeda dengan cerita buku atau cerita sinetron. Walaupun sama-sama mengangkat nilai esensial dari sebuah cerita, film mempunyai asas sendiri. Selain asas ekonomi bila dilihat dari kacamata industri, asas yang membedakan film dengan cerita lainnya adalah asas sinematografi. Asas sinematografi tidak dapat digabungkan dengan asas-asas lainnya karena asas ini berkaitan dengan pembuatan film. Asas sinematografi berisikan bagaimana tata letak kamera sebagai alat pengambilan gambar, bagaimana tata letak properti dalam film, tata artistik dan berbagai pengaturan pembuatan film lainnya.

3

Page 7: Makalah Konsep Teknologi Film

2.3 Sejarah Dan Perkembangan Film Di Dunia

Tahun 1250 ditemukan sebuah kamera bernama OBSCURA.

Tahun 1250-1895, disebut dengan masa pra sejarah film karena itu merupakan masa dimana terdapat penemuan "baru yang disebabkan obsesi" besar orang eropa, contohnya terciptanya sebuah alat yang bisa merekam gerak (yang hingga kini digunakan untuk membuat sebuah film).

Tahun 1895, dikenal sebagai tahun dimana awal adanya sebuah sinema, karena pada tanggal 28 Desember 1895, untuk pertamakalinya dalam sejarah perfilman, sebuah film cerita dipertunjukkan didepan umum. Film ini dibuat oleh Lumiere bersaudara, Lumiere Louis (1864 - 1948) dan Auguste (1862 - 1954), inventor terkenal asal Perancis dan pelopor industri perfilman. Tempat pemutaran film itu adalah di Grand Cafe di Boulevard des Capucines, Paris. Sekitar 30 orang datang dengan dibayar untuk menonton film-film pendek yang mempertunjukkan kehidupan warga Perancis.

Sesungguhnya, pada awal 1885, telah diproduksi gambar bergerak pertama namun, film karya Lumiere bersaudara yang dianggap sebagai film sinema yang pertama. Judul film karya mereka adalah“Workers Leaving the Lumiere Factory” Pemutaran film ini di Grand Cafe menandai lahirnya industri perfilman.

Thomas A. Edison juga menyelenggarakan bioskop di New York pada 23 April 1896. Dan meskipun Max dan Emil Skladanowsky muncul lebih dulu di Berlin pada 1 November 1895, namun pertunjukan Lumiere bersaudara inilah yang diakui kalangan internasional. Kemudian film dan bioskop ini terselenggara pula di Inggris (Februari 1896), UniSovyet (Mei 1896), Jepang (1896-1897), Korea(1903) dan di Italia(1905).

Perubahan dalam industri perfilman, jelas nampak pada teknologi yang digunakan. Jika pada awalnya, film berupa gambar hitam putih, bisu dan sangat cepat, kemudian berkembang hingga sesuai dengan sistem pengelihatan mata kita, berwarna dan dengan segala macam efek–efek yang membuat film lebih dramatis dan terlihat lebih nyata.

Isu yang cukup menarik di bicarakan mengenai industri film adalah persaingannya dengan televisi. Untuk menyaingi televisi, film diproduksi dengan layar lebih lebar, waktu putar lebih lama dan biaya yang lebih besar untuk menghasilkan kualitas yang lebih baik.

4

Page 8: Makalah Konsep Teknologi Film

Menurut Jack Valenti, kekuatan unik yang dimiliki film, adalah:

1. Sebagai hasil produksi sekelompok orang, yang berpengaruh terhadap hasil film.2. Film mempunyai aliran-aliran yang menggambarkan segmentasi dari audiensnya. Seperti : drama, komedi , horor, fiksi ilmiah, action dan sebagainya. Bagi Amerika Serikat, meski film-film yang diproduksi berlatar belakang budaya sama, namun film-film tersebut merupakan ladang ekspor yang memberikan keuntungan cukup besar.

Hal lainnya adalah soal konglomerasi dalam industri ini, dimana konglomerat besar industri film dunia mempunyai kontrol terhadap pendistribusian film ke bioskop, vidio, stasiun televisi kabel dan stasiun televisi sampai luar negeri. Hal tersebut berimplikasi yang membuat pemain baru tidak bisa masuk.

Hampir sama dengan industri musik dan rekaman, pelanggaran hak atas kekayaan intelektual juga menghantui industri perfilman. Meski dalam setiap film produksi AS terhadap peringatan dari FBI, namun pembajakan film tetap saja tidak bisa diremehkan begitu saja.

Sejarah film baru dimulai dan baru sedikit orang yang bekerja di sini sehingga sejarah film memiliki keterbatasan teoritik.

Selama ini sejarah film :

- Terlalu ditekankan pada TV dan film itu sendiri, karena sejarah ini ditulis oleh para kritikus.

- Film merupakan sesuatu yang sangat kompleks. Selama ini pendekatan sejarah film dilakukan dengan pendekatan yang sulit diadaptasi.

- Penulisan sejarah tergantung dan hanya menyangkut kenangannya saja, bukan pendekatan sejarah yang benar.

- Penulisan sejarah dilakukan dengan menggunakan sumber sutradara atau aktor tanpa sikap kritis. Pendekatan baru dalam sejarah film menggunakan lebih banyak data, bukan hanya kesaksian aktor, sutradara dll.

- Pendekatan sejarah film selama ini terlalu kategorik. Pengertian gerakan film dan aliran film tidak membantu banyak dalam penulisan sejarah film. Contohnya, nouvellevague (new wave : gerakan baru sinema Perancis ditahun 1960-an, dengan Jean Luc-Godard sebagai salah satu eksponennya , pen). Nouvelleva gueitu gerakan atau hal yang semu semata?

- Bentuknya stereotip. Penulisan sejarah film biasanya menggunakan biografi klasik (kelahiran, perkembangan dan kejatuhan). Padahal sejarah tidak harus linear, tidak mengikuti skema Negara. Tujuan filmkan dikembangkan untuk seluruh dunia.

5

Page 9: Makalah Konsep Teknologi Film

Film bersuara keluar pertama kali dari studio Warner Brothers karena kondisi studio itu yang terdesak dan hampir merugi. Wartawan mengembangkan mitos persoalan WB ini. Padahal terlihat bahwa WB memang sengaja melakukan investasi besar-besaran untuk film bersuara ini. Faktanya sekarang WB menjadi konglomerasi media raksasa, bernama AOL-Time Warner.

Periode tahun 1902-1908, gambar ditampilkan dalam bentuk lukisan (model Melies). Ini yang disebut model representasi primitive (Noel Bratch). Pengambilan gambar diambil dalam bentuk general shot. Penonton berada diluar frame. Setiap tableu bersifat otonom.

Tahun 1913 - 1914 merupakan periode sejarah yang kompleks. Film bisu merupakan early cinema, tapi bukan film primitif. Pengertian primitif dalam film sebenarnya terpengaruh oleh terminologi seni primitif yang mengacu pada seni Afrika. Lalu istilah ini dipakai untuk menyebut film-film Melies. Early cinema digunakan untuk menyebut sinema awal.

Pada tahun 1918, ada fenomena yang berdampak ganda pada film seni. Dalam salah satu film Melies, ada adegan kejar-mengejar yang menampakkan ciri film comic. Dari sinilah muncul skenario dan munculnya skenario ini di dorong oleh munculnya editing film. D.W. Griffith mengembangkan adegan kejar-mengejar ini dari Pathe, sementara ia juga menggunakan gambar telepon dan surat yang silih berganti. Gambar ini berasal dari film Goumount. Di film Griffith ini mulai terjadi peralihan ruang.

Pada tahun 1978, Federasi Arsip Film mengadakan kongres di Brighton dan mempertontonkan 500 film early cinema. School of Brighton adalah sebuah kolokium historiografi film. Film-film ini ditemukan oleh sinematek Inggris. Ahli-ahli yang berkonsentrasi pada early cinema ini kira-kira 350-an orang. Dari temuan itu, kita mengetahui bahwa pada tahun 1908 profesi sutradara belum seterhormat sekarang. Hal ini membuktikan bahwa sejarah film harus terus-menerus ditulis.

2.4 Sejarah Dan Perkembangan Film Di Indonesia

Perfilman Indonesia sangat menarik, sebab lika-liku yang terjadi dalam perfilman dapat memberikan pengetahuan baru yang berkaitan erat dengan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia terutama Perusahaan Umum Produksi Negara (Perum PFN). Perusahaan perfilman ini sangat menarik untuk diketahui perkembangannya sebab merupakan saksi perjuangan bangsa dan salah satu perusahaan perfilman yang tetap bertahan hingga sekarang. Walaupun perjalanan sejarahnya tidak mudah terutama seringnya pergantian nama membuat perusahaan ini juga harus selalu melakukan pengembangan dan perbaikan segala bidang.

6

Page 10: Makalah Konsep Teknologi Film

Cikal bakal berdirinya perusahaan film milik negara ini diawali dengan pendirian perusahaan perfilman oleh Albert Ballink pada tahun1934. Perusahaan ini bernama Java Pasific Film namun pada tahun 1936 namanya berubah menjadi Algemeene Nederlands Indiesche Film (ANIF). Perusahaan ini memfokuskan diri pada pembuatan film cerita dan film dokumenter. Peristiwa pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942 disertai dengan pengambil alihan seluruh kekayaan yang berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda oleh pihak Jepang, salah satunya adalah Algemeene Nederlands Indiesche Film (ANIF). Setelah terjadinya peristiwa tersebut, Jepang kemudian mendirikan sebuah perusahaan perfilman yang diberi nama Nippon ii Eiga Sha yang berada di bawah pengawasan Sendenbu. Film yang diproduksi Nippon Eiga Sha pada umumnya bertujuan sebagai alat propaganda politik Jepang.

Perkembangan Perum PFN diawali dengan terbentuknya BFI yang dilatar belakangi oleh adanya gerakan karyawan film yang bekerja pada Nippon Eiga Sha. Adanya peristiwa penandatanganan draft persetujuan penyerahan Nippon Eiga Sha kepada perwakilan Indonesia pada tanggal 6 Oktober 1945 semakin mempermudah gerak para karyawan BFI untuk melakukan peliputan berbagai peristiwa bersejarah. Pada tahun 1950, BFI berganti nama menjadi Perusahaan Pilem Negara (PPN) namun penyempurnaan EYD membuat namanya berubah kembali menjadi Perusahaan Film Negara (PFN). Pergantian nama perusahaan kembali terjadi dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Penerangan No. 55 B/MENPEN/1975 pada tanggal 16 Agustus 1975.

Berdasarkan surat keputusan ini maka secara resmi PFN berubah menjadi Pusat Produksi Film Negara (PPFN). Pergantian nama kembali terjadi seiring dengan berbagai usaha yang dilakukan untuk mengembangkan perusahaan dan agar perusahaan dapat dikelola secara profesional dengan menggunakan prinsip-prinsip yang dapat memberikan keuntungan bagi negara serta mampu untuk mendiri. Agar dapat mencapai hal tersebut maka PPFN merubah statusnya menjadi Perum sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1988 yang dikeluarkan pada tanggal 7 Mei 1988. Dengan demikian resmilah PPFN berganti nama menjadi Perusahaan Umum Produksi Film Negara (Perum PFN).

Perkembangan film Indonesia beberapa tahun belakangan ini cukup menggembirakan. Meskipun tema yang diangkat masih belum terlalu variatif dan kualitas yang tidak merata namun jumlah film Indonesia yang diputar di bioskop terus meningkat dari waktu ke waktu. Bahkan di beberapa jaringan 21 Cineplex, layar yang tersedia sempat didominasi oleh film Indonesia. Di Surabaya 21, misalnya. Pada pertengahan bulan Juni 2006 kemarin, dari 5 layar yang tersedia, 3 di antaranya diisi oleh film Indonesia. Saat itu film yang sedang tayang adalah Heart, Cewek Matrepolis, dan Lentera Merah.

7

Page 11: Makalah Konsep Teknologi Film

Secara keseluruhan, selama kurun waktu Januari hingga Juni 2006 saja jumlah film Indonesia yang sudah dan tengah ditayangkan jaringan 21 Cineplex mencapai 19 buah. Sementara, “Tahun lalu, dalam kurun waktu yang sama, ada 14 buah film Indonesia. Total untuk 2005 semuanya ada 29 judul,” kata Joen Soemarno dari PT Indo Ika Mandiri, perwakilan 21 Cineplex untuk Jawa Timur dan Bali.

Dari data itu terlihat bahwa hingga pertengahan tahun 2006 telah terjadi peningkatan 35% dibanding tahun 2005. Padahal masih ada sederet film Indonesia lainnya yang sudah bersiap untuk diputar usai Piala Dunia 2006.

Ada dua aspek penting dari awal sejarah film untuk melihat bagaimana status dan peranan film ditumbuhkan.

Film dilahirkan sebagai tontonan umum (awal 1900-an), karena semata-mata menjadi alternatif bisnis besar jasa hiburan di masa depan manusia kota.

Film dicap 'hiburan rendahan' orang kota. namun sejarah membuktikan bahwa film mampu melakukan kelahiran kembali untuk kemudian mampu menembus seluruh lapisan masyarakat, juga lapisan menengah dan atas, termasuk lapisan intelektual dan budayawan. bahkan kemudian seiring dengan kuatnya dominasi sistem Industri Hollywood, lahir film-film perlawanan yang ingin lepas dari wajah seragam Hollywood yang kemudian melahirkan film-film Auteur. Yakni film-film personal sutradara yang sering disebut sebagai film seni.

Dalam pertumbuhannya, baik film hiburan yang mengacu pada Hollywood ataupun film-film seni kadang tumbuh berdampingan, saling memberi namun juga bersitegang. Masing-masing memiliki karakter diversifikasi pasar, festival dan pola pengembangannya sendiri.

Sementara pada proses pertumbuhan film Indonesia tidak mengalami proses kelahiran kembali, yang awalnya dicap rendahan menjadi sesuai dengan nilai-nilai seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelas menengah ke atas, juga intelektual dan budayawan.

Perfilman Indonesia pernah mengalami krisis hebat ketika Usmar Ismail menutup studionya tahun 1957. Pada tahun 1992 terjadi lagi krisis besar. Tahun 1991 jumlah produksi hanya 25 judul film (padahal rata-rata produksi film nasional sekitar 70 - 100 film per tahun). Yang menarik, krisis kedua ini tumbuh seperti yang terjadi di Eropa tahun 1980, yakni tumbuh dalam tautan munculnya industri cetak raksasa, televisi, video, dan radio. Dan itu didukung oleh kelembagaan distribusi pengawasannya yang melahirkan mata rantai penciptaan dan pasar yang beragam sekaligus saling berhubungan, namun juga masing-masing tumbuh lebih khusus.

8

Page 12: Makalah Konsep Teknologi Film

Celakanya di Indonesia dasar struktur dari keadaan tersebut belum siap. Seperti belum efektifnya jaminan hukum dan pengawasan terhadap pasar video, untuk menjadikannya pasar kedua perfilman nasional setelah bioskop.

Faktor yang mempengaruhi rendahnya mutu film nasional salah satunya adalah rendahnya kwalitas teknis karyawan film. Ini disebabkan kondisi perfilman Indonesia tidak memberikan peluang bagi mereka yang berpotensi untuk berkembang.

Pertunjukan film di Indonesia sudah dikenal orang pada tahun 1990, sebab pada tahun itu iklan bioskop sudah termuat di koran-koran. Sedang pembuatan film, baru dikenal tahun 1910-an. Itu pun sebatas pada pembuatan film dokumenter, film berita atau film laporan. Pada tahun 1926, barulah dimulai pembuatan film cerita di Bandung.

Periode-periode Film Indonesia:

Periode Coba-coba (1926-1937)

Pembuatan film cerita yang dimulai di Bandung ketika itu, mengalami kesulitan yang amat berat. Sebab, harus berhadapan dengan film-film import yang telah lebih dulu menguasai pasar. Belum lagi proses pembuatan film asing yang dilakukan secara besa-besaran.

Sementara film kita harus merayap-rayap menjamah bioskop pinggiran sambil mencari-cari apa yang sebenarnya diinginkan oleh publik ketika itu. Maka, dicobalah bermacam-macam bentuk dan cerita. Film Nasional mengalami masa kering yang panjang dan penuh pengorbanan.

Film Bisu (1926-1930)

Usaha pembuatan film cerita dimulai (meski masih secara bisu) oleh Kruger dengan judul “Loe-toeng Kasaroeng” (1926), kemudian disusul oleh Carli, keduanya adalah peranakan Belanda: tinggal dan membuka usaha di Bandung.

Tahun 1928 di tanah Periangan muncul pula Wong Brother’s asal Shanghai. Permunculan mereka rupanya menarik perhatian para pengusaha Cina lainnya untuk bergerak di bidang industri perfilman. Dan pada tahun 1929 berdirilah perusahaan film cerita di Jakarta bernama TAN’S FILM.

9

Page 13: Makalah Konsep Teknologi Film

Film Bicara/Bersuara (1931)

Tahun 1929, film bicara pertama diputar; itupun film produk Amerika. Dua tahun kemudian, di Indonesia dicoba pembuatan film bersuara oleh para pembuat film di tanah air. Hebatnya, semua peralatan untuk pembuatan film bersuara dibikin sendiri di Bandung. Tentu saja kualitasnya belum terlalu bagus; namun, barangkali Indonesia lah yang pertama memulai membikin film bersuara di Asia.Muncullah film “Nyai Dasima” (Jakarta 1931) film bersuara pertama. Disusul kemudian “Zuzter Theresia” (Bandung 1932).

Dengan masuknya suara ke dalam film memberi keuntungan tersendiri bagi penonton serta produser film. Hal itu disebabkan belum adanya penerjemah kata asing dalam film dengan bantuan teks, hingga film Indonesia lebih bisa diterima penonton kita. Penonton jadi lebih tertarik pada film buatan dalam negeri, meski suaranya sedikit berisik. Walau film produk dalam negeri banyak diminati penonton, akan tetapi belum memberi keuntungan yang memadai. Kalaupun ada untung, itupun pendapatannya baru sebatas untuk menutup biaya produksi.

Perfilman Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia merajai bioskop-bioskop lokal. Film-film yang terkenal pada saat itu antara lain, Catatan si Boy, Blok M dan masih banyak film lain. Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain Onky Alexander, Meriam Bellina, Nike Ardilla, Paramitha Rusady.

Pada tahun-tahun itu acara Festival Film Indonesia masih diadakan tiap tahun untuk memberikan penghargaan kepada insan film Indonesia pada saat itu. Tetapi karena satu dan lain hal perfilman Indonesia semakin jeblok pada tahun 90-an yang membuat hampir semua film Indonesia berkutat dalam tema-tema yang khusus orang dewasa. Pada saat itu film Indonesia sudah tidak menjadi tuan rumah lagi di negara sendiri. Film-film dari Hollywood dan Hong Kong telah merebut posisi tersebut.

Hal tersebut berlangsung sampai pada awal abad baru, muncul film Petualangan Sherina yang diperankan oleh Sherina Munaf, penyanyi cilik penuh bakat Indonesia. Film ini sebenarnya adalah film musikal yang diperuntukkan kepada anak-anak. Riri Riza dan Mira Lesmana yang berada di belakang layar berhasil membuat film ini menjadi tonggak kebangkitan kembali perfilman Indonesia. Antrian panjang di bioskop selama sebulan lebih menandakan kesuksesan film secara komersil.

10

Page 14: Makalah Konsep Teknologi Film

Setelah itu muncul film film lain yang lain dengan segmen yang berbeda-beda yang juga sukses secara komersil, misalnya film Jelangkung yang merupakan tonggak tren film horor remaja yang juga bertengger di bioskop di Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Selain itu masih ada film Ada Apa dengan Cinta? yang mengorbitkan sosok Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra ke kancah perfilman yang merupakan film romance remaja. Sejak saat itu berbagai film dengan tema serupa yang dengan film Sherina (film oleh Joshua, Tina Toon), yang mirip dengan Jelangkung (Di Sini Ada Setan, Tusuk Jelangkung), dan juga romance remaja seperti Biarkan Bintang Menari, Eiffel I'm in Love. Ada juga beberapa film dengan tema yang agak berbeda seperti Arisan! oleh Nia Dinata.

Selain film-film komersil itu juga ada banyak film film nonkomersil yang berhasil memenangkan penghargaan di mana-mana yang berjudul Pasir Berbisik yang menampilkan Dian Sastrowardoyo dengan Christine Hakim dan Didi Petet. Selain dari itu ada juga film yang dimainkan oleh Christine Hakim seperti Daun di Atas Bantal yang menceritakan tentang kehidupan anak jalanan. Tersebut juga film-film Garin Nugroho yang lainnya, seperti Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, juga ada film Marsinah yang penuh kontroversi karena diangkat dari kisah nyata. Selain itu juga ada film film seperti Beth, Novel tanpa huruf R, Kwaliteit 2 yang turut serta meramaikan kembali kebangkitan film Indonesia. Festival Film Indonesia juga kembali diadakan pada tahun 2004 setelah vakum selama 12 tahun.

Saat ini dapat dikatakan dunia perfilman Indonesia tengah menggeliat bangun. Masyarakat Indonesia mulai mengganggap film Indonesia sebagai sebuah pilihan di samping film-film Hollywood. Walaupun variasi genre filmnya masih sangat terbatas, tetapi arah menuju ke sana telah terlihat.

2.5 Perkembangan Teknologi Dalam Bidang Perfilman

Lumiere Bersaudara mempertunjukan cinematograph untuk pertama kalinya kepada masyarakat Paris hanya dengan membayar 1 franc. Jadi hingga saat ini hal itulah yang dianggap menjadi hari dimana sebuah sinema itu ada.Keunggulan cinematograph (Lumiere) dibandingkan dengan alat perekam lain:

- Gambar yang dihasilkan lebih tajam.- Intermittent movement (gerak sendat).- Fleksibel (kamera ringan & kecil)

11

Page 15: Makalah Konsep Teknologi Film

Perubahan dalam industri perfilman, jelas nampak pada teknologi yang digunakan. Jika pada awalnya, film berupa gambar hitam putih, bisu dan sangat cepat, kemudian berkembang hingga sesuai dengan sistem pengelihatan mata kita, berwarna dan dengan segala macam efek-efek yang membuat film lebih dramatis dan terlihat lebih nyata. Film tidak hanya dapat dinikmati di televisi, bioskop, namun juga dengan kehadiran VCD dan DVD, film dapat dinikmati pula di rumah dengan kualitas gambar yang baik, tata suara yang ditata rapi, yang diistilahkan dengan home theater.

Film 2 Dimensi (2D), 3 Dimensi (3D), dan 4 Dimensi (4D)Perkembangan teknologi dan komputer menyebabkan industri perfilman

juga mengikuti perkembangan yang ada. Mulai dari film bisu, film hitam putih, hingga film yang kita kenal seperti sekarang ini seperti film 2 dimensi (2D) dan 3 dimensi (3D). Dilihat dari cara pembuatannya, film produksi luar negeri seperti 20th Century Fox, Columbia Pictures, Dream Works SKG, Paramount Pictures, Pixar Animation Studios, Sony Pictures Entertainment, Universal Studios, Walt Disney Picture, lebih disukai baik di dalam negeri maupun luar negeri dikarenakan beberapa faktor, yaitu ceritanya yang tidak membosankan, setting yang menarik perhatian penonton, dan yang tak kalah pentingnya adalah efek yang diberikan di setiap adegan film yang menambah film tersebut terlihat seperti kenyataan.

Film 2 dimensi (2D)Film 2D biasanya digunakan pada film kartun. Film ini memberika

kelebihan dalam penayangan yaitu memiliki suara yang jernih, gambar lebih halus, serta gambar yang telah di sensor hampir tidak terlihat. Kelemahannya yaitu kualitas hasil proyeksinya lebih kecil daripada film biasanya, dimana layar akan lebih kecil dikarenakan jika menggunakan layar lebih besar kualitasnya akan semakin berkurang.

Softwae animasi 2D biasanya digunakan untuk membuat animasi tradisional dimana memiliki kemampuan dalam mengatur gerak, menggambar, sebagian bisa mengimpor suara dan mengatur waktu. Software yang digunakan yaitu Macromedia Flash,GIF Animation dan Corel Rave, Swish Max, After Effects, Moho, CreaToon, dan ToonBoo. Contoh film 2D adalah Shincan, Looney Toons, Pink Panther, Tom and Jerry, dan Scooby Doo

Film 3 dimensi (3D)Kualitas film 3D memberikan tayangan 3 dimensi atau terlihat lebih

nyata dengan menggunakan bantuan alat kacamata khusus. Jika tidak, gambar akan terlihat blur atau buram. Kacamata yang sering digunakan pada format film 3D adalah Red/Cyan dimana red (merah) di kiri dan cyan (biru) di kanan. Kelemahannya adalah film format 3D tidak disertai dengan terjemahan dikarenakan akan mengurangi kualitas film.

12

Page 16: Makalah Konsep Teknologi Film

Pada penayanagan film 3D, menggunakan dua proyektor yaitu interlocking atau dengan menggunakan satu proyektor tapi memiliki dua lensa. Beberapa merk proyektor yang sering digunakan pada sinema digital adalah Barco, Sony, Kinoton, dan Christie. Berikut beberapa sistem penayangan sinema digital pada film 3D :

Real D adalah sistem 3D yang digunakan karena efek 3D yang dihasilkan akan terus stabil tidak akan mengurangi kualitas film jika ditonton pada posisi kepala menunduk atau mendongak. Dikarenakan teknologi yang dipakai menggunakan circular polarization yang terdapat pada lensa kacamata dan perangkat yang berfungsi sebagai pengatur pencahayaan yang terpasang di optic proyektor. Didepan lensa proyektor, Real D memasang filter polarisasi. Silver screen merupakan layar khusus pada sistem Real D. Dolby 3D dengan menggunakan teknologi colorwheel yang terdapat beberapa filter berwarna dengan fungsi mentransmisikan gambar dengan macam-macam level gelombang cahaya berguna dalam menayangkan efek gambar 3D. Pada Dolby 3D dipasang cakram spektrum warna didepan lampu proyektor untuk memodifikasi proyektor digital.. IMAX 3D merupakan suatu perusahaan di bidang teknologi bioskop dimana awalnya hanya ikut dalam penayangan serta pengambilan gambar yang beresolusi lebih tinggi 35 mmpada format filmya yaitu 70 mm proyektor untuk penayangan dan 65 mm film negatif pada kamera IMAX. Perkembangan teknologi membuat kualitas gambar menjadi lebih baik dari 2K dalam 2 proyektor menjadi 4K dalam satu proyektor.Aplikasi pembuatan film ini dikenal dengan nama CGI atau Computer Generated Imagery dan juga beberapa software yang populer dari aplikasi ini seperti Maya, Blender, Art of Illusion dll. CGI merupakan penerapan bidang komputer grafis khususnya dalam bidang 3D untuk efek khusus, iklan, program televisi maupun media cetak.

Salah satu efek dari aplikasi CGI adalah digital grading, dimana warna asli objek pada saat shooting bisa dirubah sehingga sesuai dengan skenario. Contohnya adalah dalam film The Lord of the Rings, pada wajah Sean Bean yang ketika meninggal dibuat lebih pucat. Efek ini adalah murni efek komputerisasi dari aplikasi CGI, digital grading, dan bukan efek makeup. Penggunaan software ini memang sedikit banyak mempermudah pengambilan gambar karena bisa dilakukan langsung bersamaan pada saat editing. Jika menggunakan makeup akan ada waktu yang terbuang untuk menghapus makeup dan menggantinya lagi.

13

Page 17: Makalah Konsep Teknologi Film

Teknologi yang semakin canggih tentu membutuhkan biaya yang juga tidak sedikit dan teknologi CGI ini tergolong teknologi yang cukup mahal. Satu frame CGI biasanya dibuat berukuran 1,4–6 megapiksel dan untuk membuat satu tokoh dengan adegannya saja biasanya dibutuhkan waktu untuk rendering setiap frame 2-3 jam, bahkan bisa jauh lebih lama jika membutuhkan sebuah adegan yang kompleks.

Software pendukung yang biasa digunakan dalam pembuatan film 3D adalah sebagai berikut :

Adobe Premiere Pro 2.0Adobe Premiere Pro 2.0 merupakan seri terbaru dari Adobe Premiere.

Adobe Premiere Pro 2.0 adalah salah satu program yang sangat popular dalam dunia editing film. Program ini dibuat oleh perusahaan software yang terkenal, yaitu Adobe. Adobe Premiere Pro 2.0 dibuat untuk melakukan editing film dan juga untuk membuat animasi video digital.

3D Studio Max 7.03D Studio Max adalah software grafik yang memadukan antara Graphic

Vector dengan Raster Image. Pemaduan ini bertujuan untuk menghasilkan hasil rancangan Virtual Reality atau mendekati keadaan yang sebenarnya.

Contoh film dengan menggunakan sistem animasi 3D adalah Bugs Life, AntZ, Dinosaurs, Final Fantasy, Toy Story Series, Monster Inc., Finding Nemo, The Incredible, Shark Tale, dan masih banyak lagi.

Pembuatan film 3D pada dasarnya bisa dibagi menjadi tiga jenis, live action, animasi, dan konversi 2D ke 3D. Pembuatan film live action membutuhkan dua tahapan: syuting dengan kamera 3D dan pasca produksi (editing, colorgrading, mastering, dan sebagainya). Pembuatan animasi 3D dianggap lebih sederhana dengan menggunakan kamera virtual di komputer dan kesalahan efek 3D lebih bisa dihindari daripada pembuatan film 3D live action.

Konversi 2D ke 3D merupakan proses alternatif. Pengambilan gambar dilakukan secara 2D namun dalam pasca produksi dilakukan keputusan bahwa film juga diedarkan secara 3D. Proses konversi 2D ke 3D merupakan proses yang sangat intensif karena dilakukan duplikasi semua frame film agar didapat gambar ganda untuk mata kanan dan kiri sehingga biaya paska produksi membengkak. Biasanya konversi dilakukan terhadap film-film lama yang dirilis ulang ke format 3D seperti Nightmare Before Christmas dan Titanic (90an).

14

Page 18: Makalah Konsep Teknologi Film

Biasanya proses pengambilan gambar (optik atau digital) memerlukan dual camera rig. Ada dua macam rig 3D yang umum yaitu side by side dan mirror rig. Side by side rig adalah penempatan dua kamera identik secara berdampingan. Sistem ini lebih sederhana dibandingkan sistem mirror rig namun mempunyai kelemahan. Rig ini hanya ideal untuk kamera kecil. Pada kamera besar jarak kedua kamera menjadi terlalu dekat hingga bisa muncul masalah: interocular/interaxial (perspektif paralel jarak kedua lensa dari kedua kamera) tidak bisa cukup kecil untuk shot close up. Akibatnya kedalaman gambar terdistorsi memanjang.

Mirror rig berhasil mengatasi masalah itu namun mempunyai kelemahan lain: polarisasi gambar; pantulan atau refleksi pada sebuah objek di satu mata tidak ditemukan di mata lain. Problem ini bisa dikoreksi dengan menggunakan filter polarizer di lensa yang terdapat pantulan. Akibatnya cahaya yang masuk ke kamera berubah.

Selain menggunakan dual camera rig, ada pilihan ketiga, yaitu dengan menggunakan satu kamera dengan sistem dua lensa. Panasonic merupakan perusahaan pertama yang membuat kamera video digital berkualitas resolusi HD dengan dua lensa untuk membuat film 3D. Kamera ini menjadi alternatif bagi orang yang mau membuat film 3D dengan bujet lebih murah karena hanya menggunakan satu kamera. Kabarnya kamera ini digunakan pertama kali untuk membuat film Sex and Zen 3D: Extreme Ecstacy (Hongkong, 2011), yang merupakan film semi porno 3D pertama di dunia yang dibuat dengan teknologi digital.

Selain memilih sistem kamera yang cocok, ada dua metode yang harus diperhatikan dalam pengambilan gambar 3D yaitu parallel dan convergence. Parallel adalah cara mengambil dua gambar dari kamera yang perspektifnya paralel lurus ke depan. Cara ini adalah cara yang sangat aman namun memerlukan usaha dan waktu banyak dalam penanganan paska produksi. Convergence, adalah cara menyilangkan perspektif kedua kamera sehingga kamera kanan mengambil gambar ke kiri sedang kamera kiri mengambil gambar ke kanan. Hasil dari pengambilan gambar ini lebih gampang diolah di tahap pasca produksi namun apabila terjadi over-convergence (penyilangan berlebihan), hasil syuting sulit untuk diproses menjadi gambar 3D yang baik.Pengerjaan pasca produksi untuk film 3D membutuhkan perangkat yang mendukung materi 3D. Alat-alat yang dimaksud adalah display monitor atau proyektor, sistem color grading, dan online editing/special effect.

15

Page 19: Makalah Konsep Teknologi Film

Monitor atau proyektor yang digunakan harus memiliki kemampuan untuk melihat gambar film 3D. Ada dua jenis sistem yang bisa digunakan, aktif dan pasif. Sistem aktif adalah dengan menggunakan kacamata 3D dari LCD (Liquid Crystal Display) yang secara berganti-gantian berkedip-kedip antara mata kanan dan kiri. Kaca mata ini merupakan perangkat elektronik yang terkoneksi dengan infra merah ke display monitor. Selain mahal, kaca mata ini membutuhkan tenaga baterai dan biasanya hanya dijual sebagai satu set dengan alat display merek yang sama dan umumnya tidak kompatibel dengan monitor atau proyektor 3D merek lain. Sementara sistem pasif menggunakan kaca mata polarized 3D biasa yang tidak mahal haganya dan bisa dipakai dengan display monitor atau sistem proyektor 3D profesional merek apa saja.

Berbagai merek alat color-grading maupun online editing di masa sekarang memiliki fitur untuk pengerjaan film 3D yaitu kemampuan untuk mengerjakan dua track gambar untuk mata kanan dan mata kiri dengan mengatur axis x, y, dan z (sistem koordinat Cartesian). Pada pengerjaan film 2D, pengaturan dimensi gambar direpresentasikan dengan menggunakan fitur axis x dan y yang merepresentasikan panjang dan tinggi gambar film. Sedang untuk pengerjaan film 3D ditambahkan axis y yang mengatur depth (kedalaman persepektif) untuk mendapatkan efek tiga dimensi. Quantel Pablo merupakan salah satu contoh merek gabungan sistem color-grading dan online editing yang pertama keluar. Beberapa merek alat terkenal lain juga sekarang memiliki model terbaru dengan fitur untuk 3D seperti Scratch, Davinci Resolve, Autodesk, Nuke, dan sebagainya.

Penayangan film 3D di bioskop digital memerlukan dua proyektor interlocking atau satu proyektor dengan dua lensa. Merek-merek proyektor terkenal yang biasa digunakan untuk sinema digital adalah Christie, Barco, Sony, dan Kinoton.

Selain itu diperlukan alat untuk mengatur agar proyektor optik bisa memutar film 3D. Ada beberapa merek terkenal yang membuat peralatan ini seperti RealD, Dolby 3D, dan IMAX 3D. Real D merupakan sistem 3D bioskop yang paling banyak digunakan pada saat ini karena efek tiga dimensi yang dihasilkan tetap stabil walaupun penonton melihat dalam posisi kepala mendongak atau menunduk. Ini disebabkan karena teknologi circular polarization yang ada di lensa kaca mata dan sebuah perangkat untuk mengatur pencahayaan yang dipasang di proyektor optik. Selain itu dari faktor ekonomis, harga kaca mata circular polarization lebih murah daripada kaca mata berteknologi lain seperti LCD.

16

Page 20: Makalah Konsep Teknologi Film

Sebagian industri perfilman sedang merilis film 4 dimensi (4D) yaitu dimana si penonton benar-benar merasakan seakan dia sedang berada pada latar film tersebut ditambah dengan pergerakan kursi dan efek yang ditumbulkan dari ruangan tersebut yang menyebabkan penonton benar-bernar bergerak ke segala arah. Film 4 dimensi di Indonesia pernah di putar di Dunia Fantasi, Jakarta beberapa tahun yang lalu. Film tersebut menceritakan tentang seekor berunag kutub kecil yang terpisah dengan induknya akibat melelehnya es di kutub karena suhu di kutub semakin memanas. Efek ruangan yang ditimbulkan adalah semprotan air seakan-akan penonton merasakan cipratan air saat bongkahan es jatuh di hadapan mereka. Kemudian kursi digerakkan mengikuti arah bongkahan es yang bergerak seakan-akan penonton berada di bongkahan es yang mengarungi lautan luas.

CAMERA OBSCURA

KINETOSCOPE EDISON

CINEMATOGRAPH

17

Page 21: Makalah Konsep Teknologi Film

VIDEO TAPE

LASSER DISC

VCD

18

Page 22: Makalah Konsep Teknologi Film

DVD

FILM 2 DIMENSI

FILM 3 DIMENSI

19

Page 23: Makalah Konsep Teknologi Film

FILM 4 DIMENSI

KAMERA STUDIO

PROYEKTOR INTERLOCKING

20

Page 24: Makalah Konsep Teknologi Film

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Film adalah gambar hidup, juga sering disebut dengan movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak.

Tahun 1895, dikenal sebagai tahun dimana awal sebuah sinema, karena pada tanggal 28 Desember 1895, untuk pertama kalinya dalam sejarah perfilman, sebuah film cerita dipertunjukkan di depan umum. Film itu dibuat oleh Lumiere bersaudara. Investor terkenal asal perancis dan pelopor industri perfilman. Tempat pemutaran film itu adalah di Grand Cafe di Boulevard des Capucines, Paris. Sekitar 30 orang datang dengan dibayar untuk menonton film-film pendek yang mempertunjukkan kehidupan warga Perancis.

Thomas A. Edison juga menyelenggarakan bioskop di New York pada 23 April 1896. Dan meskipun Max dan Emil Skladanowsky muncul lebih dahulu di Berlin 1 November 1895, namun pertunjukan Lumiere bersaudara inilah yang diakui internasional.

Pertunjukan fil di Indonesia sudah dikenal orang pada tahun 1890, sebab pada tahun itu iklan bioskop sudah termuat di koran-koran. Sedang pembuatan film baru dikenal pada tahun 1910-an. Itupun sebatas pada pembuatan film dokumenter, film berita atau film laporan. Pada tahun 1926 barulah dimulai pembuatan film cerita di Bandung.

21

Page 25: Makalah Konsep Teknologi Film

DAFTAR PUSTAKA

http://googleweblight.com/?lite_url=1

http://www.aingindra.com/definisi-teknologi.html

http://dilihatya.com/652/pengertian-teknologi-menurut-para-ahli

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_Film&ei

http://ulfahputribisbapti.wordpress.com/2014/12/16/perkembangan-teknologi-dalam-bidang-perfilman/

22