konsep teknologi bersih

26
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Sebagaimana termaktub dalam Undang-undang No. 9 tahun 1990 tentang Pokok- pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan yang berupa pencegahan dan pemberantasan penyakit, pencegahan dan penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat (Siregar, 2001). Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai macam cara, yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Selain itu, perlindungan terhadap bahaya pencemaran lingkungan juga perlu diberi perhatian khusus (Said dan Ineza, 2002). Rumah sakit merupakan sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan pula sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Pelayanan kesehatan yang dilakukan rumah sakit berupa kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan serta jiwa (Said dan Ineza, 2002). Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Unsur-unsur yang terkait

Upload: dewi-kurniasari-6799

Post on 07-Aug-2015

189 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair,

padat dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan

lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya

pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit.

Sebagaimana termaktub dalam Undang-undang No. 9 tahun 1990 tentang Pokok-

pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya. Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk menyelenggarakan

kegiatan yang berupa pencegahan dan pemberantasan penyakit, pencegahan dan

penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan pendidikan kesehatan

kepada masyarakat (Siregar, 2001).

Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai macam cara,

yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan, perbaikan

gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Selain itu, perlindungan terhadap bahaya pencemaran lingkungan juga perlu diberi perhatian

khusus (Said dan Ineza, 2002).

Rumah sakit merupakan sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan

pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan pula sebagai lembaga pendidikan tenaga

kesehatan dan penelitian. Pelayanan kesehatan yang dilakukan rumah sakit berupa kegiatan

penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan serta jiwa (Said dan Ineza,

2002).

Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair,

padat dan gas. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan

lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya

pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Unsur-unsur yang terkait

Page 2: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 2

dengan penyelenggaraan kegiatan pelayanan rumah sakit (termasuk pengelolaan limbahnya),

yaitu (Giyatmi. 2003) :

Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit.

Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.

Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran.

Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas yang

diperlukan.

Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksanakan dengan menyiapkan

perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-

kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit.

Di samping itu secara bertahap dan berkesinambungan Departemen Kesehatan mengupayakan

instalasi pengelolaan limbah rumah sakit. Sehingga sampai saat ini sebagian rumah sakit

pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, meskipun perlu untuk

disempurnakan. Namun harus disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu

ditingkatkan lagi (Barlin, 1995).

1.2. Peranan Rumah Sakit Dalam Pengelolaan Limbah

Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan

kesehatan yang meliputi pelayanan rawat jalan, rawat nginap, pelayanan gawat darurat,

pelayanan medik dan non medik yang dalam melakukan proses kegiatan hasilnya dapat

mempengaruhi lingkungan sosial, budaya dan dalam menyelenggarakan upaya dimaksud

dapat mempergunakan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar terhadap

lingkungan (Agustiani dkk, 1998).

Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat,

yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dan Laboratorium Virologi dan

Mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit untuk

dideteksi. Limbah cair dan Iimbah padat yang berasal dan rumah sakit dapat berfungsi sebagai

media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat.

Gangguan tersebut dapat berupa pencemaran udara, pencemaran air, tanah, pencemaran

Page 3: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 3

makanan dan minunian. Pencemaran tersebut merupakan agen agen kesehatan lingkungan

yang dapat mempunyai dampak besar terhadap manusia (Agustiani dkk, 1998).

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Kesehatan menyebutkan

bahwa setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya. Oleh karena itu Pemerintah menyelenggarakan usaha-usaha dalam lapangan

pencegahan dan pemberantasan penyakitpencegahan dan penanggulangan pencemaran,

pemulihan kesehatan, penerangan dan pendidikan kesehatan pada rakyat dan lain sebagainya

(Karmana dkk, 2003). Usaha peningkatan dan pemeliharaan kesehatan harus dilakukan secara

terus menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, maka

usaha pencegahan dan penanggulangan pencemaran diharapkan mengalami kemajuan.

Adapun cara-cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran limbah rumah sakit antara

lain adalah melalui (Karmana dkk, 2003) :

Proses pengelolaan limbah padat rumah sakit.

Proses mencegah pencemaran makanan di rumah sakit.

Sarana pengolahan/pembuangan limbah cair rumah sakit pada dasarnya berfungsi

menerima limbah cair yang berasal dari berbagai alat sanitair, menyalurkan melalui instalasi

saluran pembuangan dalam gedung selanjutnya melalui instalasi saluran pembuangan di luar

gedung menuju instalasi pengolahan buangan cair. Dari instalasi limbah, cairan yang sudah

diolah mengalir saluran pembuangan ke perembesan tanah atau ke saluran pembuangan kota

(Sabayang dkk, 1996). Limbah padat yang berasal dari bangsal-bangsal, dapur, kamar operasi

dan lain sebagainya baik yang medis maupun non medis perlu dikelola sebaik-baiknya

sehingga kesehatan petugas, penderita dan masyarakat di sekitar rumah sakit dapat terhindar

dari kemungkinan-kemungkinan dampak pencemaran limbah rumah sakit tersebut (Sabayang

dkk, 1996).

1.3. Potensi Pencemaran Limbah Rumah Sakit

Dalam profil kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan, 1997 diungkapkan seluruh

RS di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 RS

di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per tempat

Page 4: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 4

tidur per hari. Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari.

Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik

sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara

nasional produksi sampah (limbah padat) RS sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air

limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa

besar potensi RS untuk mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan

kecelakaan serta penularan penyakit (Sebayang dkk, 1996). Rumah sakit menghasilkan

limbah dalam jumlah besar, beberapa diantaranya membahyakan kesehatan di lingkungannya.

Di negara maju, jumlah limbah diperkirakan 0,5 - 0,6 kilogram per tempat tidur rumah sakit

per hari (Sebayang dkk, 1996).

Sementara itu, Pemerintah Kota Jakarta Timur telah melayangkan teguran kepada 23

rumah sakit (RS) yang tidak mengindahkan surat peringatan mengenai keharusan memiliki

instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Berdasarkan data dari Badan Pengelola Lingkungan

Hidup Daerah (BPLHD) Jaktim yang diterima Pembaruan, dari 26 rumah sakit yang ada di

Jaktim, hanya tiga rumah sakit saja yang memiliki IPAL dan bekerja dengan baik. Selebihnya,

ada yang belum memiliki IPAL dan beberapa rumah sakit IPAL-nya dalam kondisi rusak

berat (Sebayang dkk, 1996).Data tersebut juga menyebutkan, hanya sembilan rumah sakit saja

yang memiliki incinerator. Alat tersebut, digunakan untuk membakar limbah padat berupa

limbah sisa-sisa organ tubuh manusia yang tidak boleh dibuang begitu saja. Menurut Kepala

BPLHD Jaktim, Surya Darma, pihaknya sudah menyampaikan surat edaran yang

mengharuskan pihak rumah sakit melaporkan pengelolaan limbahnya setiap tiga bulan sekali.

Sayangnya, sejak dilayangkannya surat edaran akhir September 2005 lalu, hanya tiga rumah

sakit saja yang memberikan laporan. Menurut Surya, limbah rumah sakit, khususnya limbah

medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah

infeksius disamakan dengan limbah medis noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah

medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis.

Padahal, limbah medis memerlukan pengelolaan khusus yang berbeda dengan limbah

nonmedis. Yang termasuk limbah medis adalah limbah infeksius, limbah radiologi, limbah

sitotoksis, dan limbah laboratorium. Pasalnya, tangki pembuangan seperti itu di Indonesia

sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai tempat pembuangan limbah. Ironisnya, malah

sebagian besar limbah rumah sakit dibuang ke tangki pembuangan seperti itu (Sebayang dkk,

1996).Sementara itu, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Sudin Kesmas Jaktim menduga,

Page 5: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 5

buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi syarat

akreditasi rumah sakit. Sedangkan peraturan proses pembungkusan limbah padat yang

diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan

benar. Padahal setiap rumah sakit, selain harus memiliki IPAL, juga harus memiliki surat

pernyataan pengelolaan lingkungan (SPPL) dan surat izin pengolahan limbah cair. Sementara

limbah organ-organ manusia harus di bakar di incinerator. Persoalannya, harga incinerator itu

cukup mahal sehingga tidak semua rumah sakit bisa memilikinya (Sebayang dkk, 1996).

Beberapa hal yang patut jadi pemikiran bagi pengelola rumah sakit, dan jadi penyebab

tingginya tingkat penurunan kualitas lingkungan dari kegiatan rumah sakit antara lain

disebabkan, kurangnya kepedulian manajemen terhadap pengelolaan lingkungan karena tidak

memahami masalah teknis yang dapat diperoleh dari kegiatan pencegahan pencemaran,

kurangnya komitmen pendanaan bagi upaya pengendalian pencemaran karena menganggap

bahwa pengelolaan rumah sakit untuk menghasilkan uang bukan membuang uang mengurusi

pencemaran, kurang memahami apa yang disebut produk usaha dan masih banyak lagi

kekurangan lainnya (Sebayang dkk, 1996). Untuk itu, upaya-upaya yang harus dilakukan

rumah sakit adalah, mulai dan membiasakan untuk mengidentifikasi dan memilah jenis

limbah berdasarkan teknik pengelolaan (Limbah B3, infeksius, dapat digunapakai atau guna

ulang). Meningkatkan pengelolaan dan pengawasan serta pengendalian terhadap pembelian

dan penggunaan, pembuangan bahan kimia baik B3 maupun non B3. Memantau aliran obat

mencakup pembelian dan persediaan serta meningkatkan pengetahuan karyawan terhadap

pengelolaan lingkungan melalui pelatihan dengan materi pengolahan bahan, pencegahan

pencemaran, pemeliharaan peralatan serta tindak gawat darurat (Sebayang dkk, 1996).

1.4 Tujuan Bangunan Limbah di Rumah Sakit St.Antonius

Bangunan limbah rumah sakit St.Antonius adalah tempat yang berfungsi untuk

mengolah limbah yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari di rumah sakit tersebut. Limbah

yang dihasilkan dari rumah sakit tersebut diantaranya adalah limbah medis berupa limbah

infeksius dan limbah-limbah non-medis. Untuk itu di rumah sakit St.Antonius dibuatlah

instalasi pengolahan limbah mulai dari pengolahan air untuk MCK, pengolahan air bersih,

pengolahan air minum, pengolahan limbah padat, dan pengolahan limbah infeksius.

Page 6: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 6

Tujuan dari pengolahan limbah tersebut adalah, agar ketika limbah tersebut di buang

ke lingkungan atau di bawa ke tempat pembuangan sampah, limbah limbah tersebut sudah

tidak berbahaya lagi. Terutama limbah infeksius, di khawatirkan limbah tersebut justru akan

menimbulkan dampak yang lebih serius seperti wabah penyakit gatal gatal atau pencemaran

lingkungan.

1.5 Tujuan Kunjungan Ke Rumah Sakit St. Antonius

Tujuan dari kunjungan kami ke rumah sakit St. Antonius adalah untuk melakukan

studi lapangan mengenai tata cara pengolahan dan pengelolaan limbah di rumah sakit

tersebut. Serta melakukan perbandingan antara sistem pengolahan limbah yang sudah ada di

rumah sakit St. Antonius dengan sistem pengolahan limbah rumah sakit yang ideal.

1.6 Hasil Pengolahan Limbah Di Rumah Sakit St. Antonius

pengolahan limbah yang ada di rumah sakit St. Antonius menghasilkan beberapa

produk. Seperti instalasi pengolahan air limbah dari kamar mandi dan toilet toilet, dari

pengolahan air tersebut di hasilkan air bersih yang dapat di manfaatkan untuk MCK.

Kemudian sistem pengolahan air minum dari air hujan dimanfaatkan untuk keperluan minum

pasien dan para karywan rumah sakit tersebut.

Di rumah sakit ini juga ada instalasi pengolahan limbah infeksius dengan

menggunakan insenerator, sehingga di hasilkan limbah yang tidak lagi berbahaya bagi

kesehatan dan aman di buang ke TPS.

Page 7: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 7

BAB II

ANALISIS MENGENAI LIMBAH RUMAH SAKIT

2.1 Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Lingkungan

SAMPAH dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan

oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah

rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis

baik padat maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi

yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung

atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik,

perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini

memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.

Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan

mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.

Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang berkaitan

dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah

laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang

perawatan/isolasi penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan,

darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah

sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat

sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.Limbah farmasi ini

dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak

memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien

atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi

bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat- obatan.

- Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam

tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

Page 8: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 8

- Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal

dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.

(Arifin. M, 2008 ; (online).

Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah

non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari

kantor / administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang

pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan

makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai

karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung

bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan

yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu

saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit

seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang

tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD,

COD, pH, mikrobiologik, dan lain-lain. (Arifin. M, 2008 ; (online).

Pelayanan kesehatan dikembangkan dengan terus mendorong peranserta aktif

masyarakat termasuk dunia usaha. Usaha perbaikan kesehatan masyarakat terus

dikembangkan antara lain melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,

penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta

pelayanan kesehatan ibu dan anak. Perlindungan terhadap bahaya pencemaran dari manapun

juga perlu diberikan perhatian khusus. Sehubungan dengan hal tersebut, pengelolaan limbah

rumah sakit yang merupakan bagian dari penyehatan lingkungan dirumah sakit juga

mempunyai tujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang

bersumber dari limbah rumah sakit infeksi nosoknominal dilingkungan rumah sakit, perlu

diupayakan bersama oleh unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan

pelayanan rumah sakit. Unsur-unsur tersebut meliputi antara lain sebagai berikut :

- Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit

- Penanggung jasa pelayanan rumah sakit

- Para ahli pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran

Page 9: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 9

- Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana fasilitas yang diperlukan.

(Depkes RI, 2002)

Pengelolaan limbah rumah sakit yang sudah lama diupayakan dengan menyiapkan

perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-

kebijakan yng mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan dilingkungan rumah sakit.

Disamping peraturan-peraturan tersebut secara bertahap dan berkesinambungan

Departemen Kesehatan terus mengupayakan dan menyediakan dan untuk pembangunan

insilasi pengelolaan limbah rumah sakit melalui anggaran pembangunan maupun dari sumber

bantuan dana lainnya. Dengan demikian sampai saat ini sebagai rumah sakit pemerintah telah

dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limabah, meskipun perlu untuk disempurnakan.

Namun disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan

permasyarakatan terutama dilingkungan masyarakat rumah sakit. (Depkes RI, 1992).

2.2 Jenis-jenis limbah

Jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian sebagai berikut ini :

- Limbah klinik

Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin pembedahan dan di unit-unit resiko

tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan

populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai

resiko tinggi. Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkusyang kotor, cairan

badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urine dan

produk darah.

- Limbah patologi

Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf sebelum keluar dari unit

patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.

- Limbah bukan klinik

Page 10: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 10

Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak

dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup

merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan menbuangnya.

- Limbah dapur

Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu

dan hewan pengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staf maupun pasien di Rumah

Sakit.

- Limbah radioaktif

Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di rumah sakit,

pembuangan secara aman perlu diatur dengan baik. Pemberian kode warna yang berbeda

untuk masing-masing sangat membantu pengelolaan limbah tersebut

(Prasojo. D, 2008).

Berikut adalah tabel yang menyajikan contoh sistem kondisifikasi limbah rumah sakit dengan

menggunakan warna :

JENIS LIMBAH WARNA

Bangsal/Unit

Klinik Kuning

Bukan klinik Hitam

Kamar Cuci Rumah Sakit

Kotor/Terinfeksi Merah

Habis dipakai Putih

Dari kamar operasi Hijau/Biru

Dapur

Sarung tangan dengan warna yang

berbeda untuk memasak dan

membersihkan badan.

Page 11: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 11

Agar kebijakan kodifikasikan menggunakan warna dapat dilaksanakan dengan baik,

Sebaiknya tempat limbah diseluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga

limbah dapat dipisah-pisahkan ditempat sumbernya.

Diantaranya :

1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk

limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik

2. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis dianggap sebagai limbah

klinik

3. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah klinik dan

perlu dinyatakan aman sebelum dibuang (Depkes RI, 1992).

2.3 Pengelolaan limbah

Pengolahan limbah RS Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang

diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan

kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment)

(Slamet Riyadi, 2000).

Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan

kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut :

1. Pemisahan Limbah

- Limbah harus dipisahkan dari sumbernya

- Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas

- Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang

menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi aau dibuang

(Koesno Putranto. H, 1995).

Page 12: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 12

2. Penyimpanan Limbah

Dibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai gantinya dapat

digunkanan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperloleh

dengan mudah) kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian

ditempatkan ditong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.

3. Penanganan Limbah

- Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian. Kemudian

diikiat bagian atasnya dan diberik label yang jelas

- Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga jika dibawa mengayun

menjauhi badan, dan diletakkan ditempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan

- Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang sama

telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai

- Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak

sebelum diangkut ketempat pembuangan.

4. Pengangkutan limbah

Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah

bagian bukan klinik misalnya dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik dibawa

keinsenerator. Pengangkutan dengan kendaraan khusus (mungkin ada kerjasama dengan

dinas pekerja umum) kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut

sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika perlu (misalnya bila ada kebocoran

kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.

5. Pembuangan limbah

Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat

penimbunan sampah (Land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insenerasi), jika tidak

mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada

hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.

Page 13: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 13

Rumah sakit yang besar mungkin mampu memberli inserator sendiri, insinerator

berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500 ºC atau lebih tinggi

dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan

energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula mempertoleh penghasilan tambahan dengan

melayani insinerasi limbah rumah sakit yang berasal dari rumah sakit yang lain. Insinerator

modern yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya

menampung limbah klinik maupun limbah bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk

farmasi yang tidak terpakai lagi.

Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan

ditanam. Langkah-langkah pengapuran (Liming) tersebut meliputi sebagai berikut :

1. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter

2. Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi 75 cm

3. Tambahkan lapisan kapur

4. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditanamkan samapai

ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah

5. Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah

(Setyo Sarwanto, 2003).

Perlu diingat, bahan yang tidak dapat dicerna secara biologi (nonbiodegradable),

misalnya kantung plastik tidak perlu ikut ditimbun. Oleh karenanya limbah yang ditimbun

dengan kapur ini dibungkus kertas. Limbah-limbah tajam harus ditanam.

Limbah bukan klinik tidak usah ditimbun dengan kapur dan mungkin ditangani oleh

DPU atau kontraktor swasta dan dibuang ditempat tersendiri atau tempat pembuangan sampah

umum. Limbah klinik, jarum, semprit tidak boleh dibuang pada tempat pembuangan samapah

umum.

Semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara memadai dan

mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika mengalami inokulasi atau

kontaminasi badan. Semua petugas harus menggunakan pakaian pelindung yang memadai,

imunisasi terhadap hepatitis B sangat dianjurkan dan catatan mengenai imunisasi tersebut

sebaiknya tersimpan dibagian kesehatan kerja (Moersidik. S.S, 1995).

Page 14: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 14

Melihat karakteristik dan dampak-dampak yang dapat ditimbulkan oleh

buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan

sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai

Sistem Manajemen Lingkungan rumah sakit yang perlu diterapkan. Dengan pendekatan

sistem tersebut, pengelolaan lingkungan itu sendiri adalah suatu usaha untuk meningkatkan

kualitas dengan menghasilkan limbah yang ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat

sekitar.

Keterlibatan pemerintah yang memiliki badan yang menangani dampak lingkungan,

pihak manajemen puncak rumah sakit dan lembaga kemasyarakatan merupakan kunci

keberhasilan untuk melindungi masyarakat dari dampak buangan / limbah rumah sakit ini

(Mentri Negara Lingkungan

Page 15: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 15

BAB III

PEMBAHASAN

Rumah sakit St.Antonius merupakan rumah sakit yang bergerak dalam pelayanan jasa

kesehatan. Rumah sakit St.Antonius pontianak adalah rumah sakit khatolik yang mempunyai

kapasitas tempat tidur 226 unit. Rumah sakit santo antonius termasuk rumah sakit ber tipe b

dengan jumlah tenaga medis(dokter umum sebanyak 10 org, dokter spesialis sebanyak 6

orang, perawat sebanyak 300 orang ,dan bidan sebanyak 20 orang).fasilitas daya tampung

pasien antara 270 – 300 orang, hanya saja rumah sakit antonius belum mempunyai stok darah

sendiri (bukan di dapat dari PMI)

Rumah sakit St.Antonius ini terletak di JL.K.H.Wahid hasyim Pontianak dengan luas

lahan 21.484 m3 dan memiliki fasilitas yang memadai seperti :

Sarana pengolahan air bersih dengan kapasitas 175 m3

Sarana laundry

Sarana pembakaran sampah medis (insanirator) dengan kapasitas 1 m3

Sarana pengolahan air limbah dengan kapasitas 9 m3

Dapur

Kantin

Hostel

Kamar jenazah

Kantor

Koprasi karyawan

Kamar mandi dan toilet

Ruang inap yang terdiri dari ruang super VIP, YIP, Kelas I,II,III,ICU,ICCU

Tempat parkir

Aktivitas yang berlangsung pada fasilitas-fasilitas diatas merupakan penghasil sampah di

rumah sakit tersebut, di mana ruang rawat inap dan dapur merupakan penyumbang sampah

terbesar jika di tinjau dari banyaknya pengunjung rumah sakit

Page 16: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 16

3.1 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Pada pengolahan air limbah di rumah sakit St.Antonius menggunakan proses kimiawi.

Pada pengolahan ini digunakan bahan-bahan kimia berupa PAC, Soda Ash, dan Kaporit. Di

mana PAC digunakan sebagai koagulan, Soda Ash atau Na2CO3 untuk menaikkan pH dan

kaporit sebagai desinfektan

Skema Sistem Pengolahan Air Limbah

Dari skema di atas dapat di ketahui bahwa sumber air limbah rumah sakit St.Antonius

berasal dari kamar pasien, toilet yang kemudian di pompa ke dalam bak penampung 1. Di

dalam bak penampung tersebut ditambahkan bahan kimia seperti PAC, Soda Ash, dan

kaporit. Kemudian diendapkan setelah itu disalurkan ke bak penampung ke 2 untuk kemudian

air limbah yang sudah tidak tercemar lagi dialirkan ke drainase

3.2 Instalasi Pengolahan Air Minum

Instalasi pengolahan air minum di rumah sakit St.Antonius menggunakan sistem

sederhana dengan skala rumah tangga. Hasil dari pengolahan air minum tersebut hanya

digunakan di lingkunagan rumah sakit.

Page 17: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 17

Skema Sistem Pengolahan Air Minum

Dari bagan di atas dapat diketahui bahwa air baku yang digunakan untuk pengolahan

air minum adalah menggunakan air hujan yang ditampung di bak penampung (Reservoir)

yang terletak di bawah bangunan rumah sakit St.Antonius. Air baku yang berasal dari air

hujan tersebut dipompa kedalam tabung filter yang terlebid dahulu di saring sampah-sampah

kasarnya untuk kemudian ke dalam tabung filter 1 yang berisi karbon aktif yang berfungsi

untuk memisahkan partikel-partikel kasar menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Setelah

itu masuk ke filter 2 yang berisi seramik, kemudian masuk kedalam filter membran, kemudian

masuk ke dalam bak penampung 1 yang diteruskan ke dalam alat sinar UV yang berfungsi

untuk membunuh kuman-kuman yang masih terdapat di dalam air. Proses terakhir yaitu air di

salurkan ke dalam bak penampung 2, dengan proses yang panjang ini air telah memenuhi

standar kesehatan, dan dapat langsung diminum.

Air minum yang telah melalui proses pengolahan ini hanya digunakan untuk

lingkungan rumah sakit St.Antonius yaitu untuk kegiatan memasak dan minum untuk

karyawan yang bekerja di rumah sakit ini.

Page 18: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 18

3.3 Instalasi Pengolahan Air Bersih

Untuk MCK (Mandi Cuci Kakus) menggunakan jasa air PDAM Kota Pontianak.

Selain itu digunakan juga air hasil pengolahan sendiri, dengan menggunakan air baku yang

berasal dari sungai jawi.

Skema Sistem Pengolahan Air Bersih

Dari bagan tersebut dapat dilihat bahwa air baku yang berasal dari Sungai Jawi

dialirkan masuk kedalam bak penampung 1 yang dibubuhi denagan alumunium sulfat yang

berfungsi sebagai koagulen. Di mana dalam proses tersebut terjadi pemisahan partikel-partikel

kasar yang kemudian menjadi partikel-partikel yang lebih halus untuk kemudian diendapkan.

Kemudian dilanjutkan dengan penambahan Soda kaustik yang berfungsi untuk menaikkan

kadar pH. Setelah itu dibubuhi dengan kaporit yang berfungsi untuk membunuh bakteri yang

masih terdapat dalam air tersebut.

Keuntungan dalam pengolahan air bersih di rumah sakit St.Antonius yaitu ketika

musim kemarau tiba dan air PDAM tidak mengalir dengan lancar, rumah sakit St.Antonius

memiliki alternatif lain dalam penggunaan air bersih sehingga tidak kekurangan air.

Page 19: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 19

3.4 Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit Umum St.Antonius

Dalam Pengelolaan persampahan di rumah sakit St.Antonius dikelola langsung oleh

bagian langsung oleh bagian kesehatan lingkungan, dengan struktur kelembagaan sebagai

berikut :

Dalam pengelolaan persampahan di rumah sakit ini dilakukan beberapa tahapan yaitu

distribusi, pengangkutan sampah, pemisahan antara sampah non-medis dan sampah medis

serta perawatan sarana dan prasarana yang berhubungan denagn pengolahn sampah. Adapun

tahapannya sebagai berikut :

1. Melakukan pengangkutan sampah yang ada di setiap ruangan (fasilitas rumah

sakit)

2. Monitoring dan perbaikan sistem pengelolaan sampah.

3. Pengontrolan kebersihan fasilitas rumah sakit.

Prinsip – prinsip yang digunakan dalam alur kerja bidang pengelolaan sampah adalah

sebagai berikut :

a. Reduce (mengurangi)

b. Re-Use (memakai kembali)

c. Recycle (mendaur ulang)

d. Replace (mengganti)

Page 20: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 20

3.5 Jenis Sampah

Sampah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung

pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana

yang ada (laboratorium, klinik, dan lain-lain). Limbah rumah sakit seperti hal nya limbah lain

akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat

ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, pH, Mikrobiologik, dan

lain-lain. Sedangkan pada rumah sakit terdiri atas sampah yang sudah membusuk, mudah

terbakar, dan lain-lain.

Di rumah saki St.Antonius sampah terbagi atas 2 macam, yaitu sampah atau limbah

klinis dan non-klinis baik padat maupun cair.

1. Sampah klinis (sampah medis)

Bentuk sampah medis (sampah non-klinis) di rumah sakit ini dikelompokkan sebagai

berikut :

Limbah benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung

atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum

hiposermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.

Limbah infeksius mencakup perngertian sebagai berikut : Limbah yang berkaitan

dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif).

Limbah infeksius dibagi menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut :

a) Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemerikasaan mikrobiologi dari

poliklinik dan ruang perawatan atau isolasi penyakit menular.

b) Limbah sitotoksit adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin

terkontaminasi dengan obat sitotoksit selama peracikan, pengnkutan atau

tindakan terapi sototoksit.

c) Limbah farmasi yaitu limbah yang berasal dari obat-obat kadaluarsa, obat-obat

yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang

terkontaminasi, obat-obat yang dibuah oleh pasien atau dibuan oleh masyarakat,

Page 21: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 21

obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang

dihasilkan selama peroduksi obat-obatan.

d) Limbah jaringan tubuh yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan

tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

Limbah kimia yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam

tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan proses riset.

2. Sampah non-klinis

Sampah non-klinis adalah sampah yang berasal dari kantor atau administrasi kertas,

unit pelayanan (berupa kaleng, botol, atau karton), sampah dari ruang pasien, sisa makanan

buangan, dan sampah dapur.

3.6 Pengolahan Sampah Medis

Pengolahan sampah medis di rumah sakit St.Antonius dilakukan dengan mekanisme :

a. Pegawai kebersihan rumah sakit akan mengumpulkan sampah medis (infeksius)

dari setiap blok dan ruang rumah sakit.

b. Sampah medis dibawa ke Insenerator untuk mengurangi volum sampah dan

membunuh mikroorganisme patogen.

Sampah-sampah medis yang dikelola seperti selang infus, botol infus, obat-obat

kadaluarsa dan jarum suntik. Namun untuk sampah botol berukuran besar pengolahannya

hanya dengan dihancurkan dan ditanam di dalam tanah sedalam 1 meter. Hal ini berfungsi

untuk menghancurkan dan menghemat tempat. Sedangakan untuk potongan tubuh manusia

biasanya diambil oleh pihak keluarga, dan potongan tubuh manusia yang tidak diambil

potongan tubuh oleh keluarganya dikirim ke Jakarta untuk dikelola disana.

Rumah sakit St.Antonius dalam teknologi pengolahan menggunakan Insenerator

menggunakan tehnik/sistem pembakaran pada sampah medis. Pembakaran menggunakan

Insenerator dilakukan dengan periode satu hari sekali. Kapasitas yang dimiliki oleh

Insenerator adalah 1m3 dan hanya diisi 75% nya saja agar pembakaran dapat lebih sempurna.

Page 22: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 22

Cara kerja Insenerator yang dimulai dari penghidupan burner (percikan api) untuk

pembakaran dan menggunakan bahan bakar solar dan memerlukan solar sebanyak 20 liter

untuk sekali pembakaran dan agar menghasilkan suhu antara 1000-1200oC yang diatur dengan

burner.

Hasil pembakaran dari sampah medis berupa abu dan asap, abu sisa hasil pembakaran

ini didistribusikan ke TPS yang kemudian akan diproses lebih lanjut oleh TPA. Dan asap

hasil pembakaran ini akan diarahkan oleh Blower ke cerobong asap yang akan dibuang ke

lingkungan. Asap yang dihasilkan adalah asap hasil pembakaran sempurna sehingga tidak

menghasilkan polusi di udara. Insenerator ini biasanya dilakukan pengecekan dalam 6 bulan

sekali oleh badan lingkungan hidup dan dinyatakan bebas ISO 2008.

3.7 Pengolahan Sampah Non-medis

Di rumah sakit St.Antonius pengelolaan sampah dilakukan dengan cara pegawai

kebersihan rumah sakit mengumpulkan sampah-sampah nbahkan non-medis atau non-

infeksius dari setiap bak-bak penampungan yang ada di setiap ruangan rumah sakit dilakukan

3 kali sehari bahkan lebih, dikarenakan jumlah sampah yang meningkat. Sampah- sampah

non-medis yang diangkut biasanya berupa sisa makana yang berasal dari dapur, sampah ini

akan diambil oleh peternak untuk makan ternaknya, sampah kertas dihancurkan sebelum

dibuang dengan menggunakan mesin pernghancur untuk meminimalisir timbunan sampah,

sedangkan sampah botol dipilah dan biasanya digunakan oleh pihak-pihak tertentu. Sampah

itu akan dibawa untuk dibuang ke TPS yang telah tersedia yang memiliki kapasitas 3 m3.

Pihak rumah sakit bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota Pontianak untuk

pengangkutan yang biasanya dilakukan 1 hari sekali pada pukul 06.00 pagi.

Page 23: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 23

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pada proses pengolahan limbah padat di rumah sakit St. Antonius telah

menggunakan paradigma baru dengan menerapkan sistem 3R (re-use, reduce dan recycle).

Pengolahan sampah medis berupa infeksius, darah, potongan organ tubuh manusia dan

sebagainya, di bakar dengan teknologi insenerator untuk mengurangi volume dan masalah

limbah sehingga sekitar 90 % (volume) dan 78% (berat)

Sedangkan sampah non medis yang berasal dari ruangan, blok, dan lantai di angkut 3

kali sehari oleh petugas kebersihan rumah sakit, sewtelah itu di buang ke TPS kemudian di

angkut ke TPA oleh petugas kebersihan.

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada rumah sakit St. Antonius sudah

memenuhi standar hingga limbah yang di hasilkan dapat ditanggulangi denvganbaik tanpa

menyebabkan pencemaran lingkungan.

Sitem pengolahan air minum di rumah sakit St. Antonius menggunakan sistem

sederhana, dengan menggunakan air baku dari air hujan. Hasil dari sistem pengolahan air

minum tersebut hanya di gunakan di rumah sakit St. Antonius.

4.2 SARAN

Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya

kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pasien yang lain maupun dari dan

kepada masyarakat pengunjung rumah sakit.

Oleh kerna itu untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun

orang lain yang berada dilingkungan rumah sakit dan sekitarnya perlu kebijakan sesuai

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan

monitoring limbah rumah sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan.

Page 24: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 24

LAMPIRAN

PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Gambar 1.1 Kolam Penampungan

Gambar 1.2 Kolam Pengendapan

Page 25: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 25

PENGOLAHAN AIR MINUM

Gambar 1.3 Sinar UV

Gambar 1.4 Alat Sinar UV

PENGOLAHAN AIR BERSIH

Page 26: Konsep Teknologi Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 26

Gambar 1.5 Kolam Penampungan Air Bersih

PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS

Gambar 1.6 Insenerator Gambar 1.7 Lubang Insenerator